bab ii tinjauan pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15541/2/t2_942013044_bab ii... ·...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi sangat diperlukan, mengingat
perkembangan peradaban manusia menuntut manusia
untuk terus berkreasi, dalam bentuk aktivitas-aktivitas
yang terorganisir. Satu kegiatan, baik di bidang
pemerintah yang menyangkut tugas-tugas pemerintah
dalam menjalankan fungsinya melayani masyarakat,
maupun di bidang swasta yang menghasilkan produk,
atau memberikan layanan jasa pada konsumen perlu
melakukan evalusi, untuk melihat sejauh mana
program-program yang dijalankanya mencapai sasaran,
atau bagaimana program tersebut berjalan, juga
menentukan relevansi, efesiensi, efektivitas dan
dampak kegiatan-kegiatan suatu program sesuai
dengan program yang akan dicapai secara sistematik
dan obyektif. Dalam pengertian ini evaluasi dilihat
sebagai suatu proses untuk menyempurnakan
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu
perencanaan, penyusunan program dan pengambilan
keputusan di masa depan dalam kegiatan yang
berkaitan dengan pembangunan.
Evaluasi biasanya dilakukan dengan menetapkan
efek kegiatan (tujuan jangka menengah) dan dampak
kegiatan (tujuan jangka panjang) terhadap kelompok
masyarakat sasaran yang biasanya dikelompokkan
berdasarkan golongan, pendapatnya penting suatu
11
evaluasi, sebagai bagian dari pelaksanaan perencanaan
yang meyeluruh.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengusahakan
pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana yang
dibuat sebelumnya, sehingga apabila terjadi
penyimpangan, penyimpangan tersebut dapat diketahui
sebelumnya guna melakukan tindakan korektif.
Untuk mencapai pengawasan yang optimal, di
dalam mengevalasi sebaiknya membangun sistem
pengawasan (monitoring) yang dikoordinasikan secara
berkelanjutan dan periodik serta didukung oleh sistem
pelaporan yang dikuasai dan dilaksanakan oleh pihak-
pihak yang terkait, keberadaan sistem ini terutama
ditunjukan untuk mengetahui bagaimana tingkat
keberhasilan atau kegagalan suatu program kegiatan
untuk pengambilan tindakan penyesuaian (pemecahan
masalah).
Menurut Suharsimi Arikunto (2004), evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
pihak decision maker untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.
Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes (Zainul dan Nasution, 2001).
Sedangkan menurut Novia dalam Pengertian
Evaluasi Dalam Pengajaran tahun 2013, kegiatan
evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan
seara berkesinambungan.Evaluasi bukan hanya
merupakan kegiatn akhir atau penutup dan suatu
program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang
dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung, dan pada akhir program setelah program
itu dianggap selesai.
Kegiatan evaluasi memerlukan berbagai informasi
data yang menyangkut objek yang sedang di
evaluasi.Dalam kegiatan pengajaran, data yang
dimaksud mungkin berupa prilaku dan penampilan
siswa selama mengkuti pelajaran, hasil ulangan atau
tugas pekerjaan rumah, nilai akhir semester, nilai ujian
semeseter, dan sebagainya.Berdasarkan data itulah
selanjutnya diambil sutatu keputusan sesuai denga
tujuan maksud dari evaluasi yang sedang
dilaksanakan.Perlu dikemukakan bahwa ketepatan
keputusan evaluasi sangat tergantung pada kesahihan
objetivitas data yang digunakan dalam pengambilan
keputusan.
Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones
dalam Aprilia (2009) adalah “evaluation is an activity
which can contribute greatly to the understanding and
improvement of policy development and
implementation” (evaluasi adalah kegiatan yang dapat
menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan
dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan
kebijakan beserta perkembangannya). Pengertian
tersebut menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat
mengetahui apakah pelaksanaan suatu program sudah
sesuai dengan tujuan utama, yang selanjutnya kegiatan
evaluasi tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah
suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan layak
diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan
kegiatannya.
Menurut PP No. 39 Tahun 2006, Evaluasi adalah
rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar.
Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin
(2007), metode evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi
lima yaitu:
1) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya.
2) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned)
3) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk mengetahui kondisi yang diteliti.
4) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.
5) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.
1.2. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
a. SNP dan SPM
Untuk dapat memenuhi Standar Nasional
Pendidikan diperlukan sumber daya yang besar untuk
memenuhi berbagai kebutuhan termasuk pemenuhan
standar sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga
kependidikan, proses, pembiayaan dan keperluan
penting lainnya.
Sebagian sekolah/madrasah belum mampu
memenuhi SNP. Hal ini tercermin pada rendanya
jumlah SD yang telah terakreditasi (yakni, baru
mencapai 65,4%) dan jumlah ini diperkirakan akan
naik mencapai 70,0% pada akhir tahun ini. Sementara
SMP yang telah terakreditasi kini baru mencapai 61,0%
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 66,6% pada
akhir tahun nanti.
Mengingat pemenuhan standar nasional
pendidikan masih dirasakan sulit bagi banyak
sekolah/madrasah, maka Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai
SNP dan standar lainnya.
Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan
yang selanjutnya disebut SPM adalah jenis dan tingkat
pelayanan pendidikan minimal yang harus disediakan
oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara
satuan atau program pendidikan, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Standar pelayanan minimal pendidikan dasar
adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar
melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan
pemerintah kabupaten/kota.SPM mengatur jenis dan
mutu layanan pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah kabupaten/kota dan
sekolah/madrasah.SPM juga merupakan pelaksanaan
disentralisasi penyelenggaraan kewenangan di bidang
pendidikan dasar.
SPM difokuskan pada upaya untuk memastikan
bahwa setiap sekolah/madrasah dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik.
SPM Pendidikan Dasar mengatur mengenai:
1) Apa yang harus tersedia di sekolah/madrasah
seperti guru, kepala sekolah/madrasah, tenaga
kependidikan, sarana-prasarana, media, buku, dan
sebagainya.
2) Apa yang harus terjadi di sekolah/madrasah,
misalnya guru harus menyiapkan RPP, kepala
sekolah/madrasah melakukan supervisi akademik,
pemenuhan jam belajar, dan sebagainya.
b. Indikator Pemenuhan SPM
Dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010
Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
di Kabupaten/Kota, terdapat 13 indikator pemenuhan
SPM yang merupakan tanggung jawab
sekolah/madrasah, dan 14 indikator pemenuhan SPM
yang merupakan tanggungjawab kabupaten/kota.
Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar oleh Sekolah/Madrasah terdiri dari
yang dipaparkan berikut.
1) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah
ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,
dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap
peserta didik;
2) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang
sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah
mencakup semua mata pelajaran dengan
perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;
3) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan
bahan yang terdiri dari model kerangka manusia,
model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh
peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan
poster/carta IPA;
4) Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan
dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs
memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku
referensi;
5) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di
satuan pendidikan, termasuk merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, membimbing atau melatih
peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;
6) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses
pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan
kegiatan tatap muka sebagai berikut
a) Kelas I - II : 18 jam per minggu;
b) Kelas III : 24 jam per minggu;
c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau
d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;
7) Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang
berlaku;
8) Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan
silabus untuk setiap mata pelajaran yang
diampunya;
9) Setiap guru mengembangkan dan menerapkan
program penilaian untuk membantu meningkatkan
kemampuan belajar peserta didik;
10) Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi
kelas dan memberikan umpan balik kepada guru
dua kali dalam setiap semester;
11) Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi
mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta
didik kepada kepala sekolah/madrasah pada akhir
semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar
peserta didik;
12) Kepala sekolah/madrasah menyampaikan laporan
hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan
Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN)
kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan
rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di
kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan
13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-
prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah
(MBS/M).
Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Kemenag Kabupaten/Kota dapat mengambil
bentuk sebagai berikut.
1) Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang
terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3
km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dan
kelompok permukiman permanen di daerah
terpencil;
2) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan
belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan
untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk
setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang
kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang
cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan
tulis;
3) Di setiap SMP/MTs tersedia ruang laboratorium IPA
yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup
untuk 36 peserta didik dan minimal satu set
peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan
eksperimen peserta didik;
4) Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang
guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk
setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan
staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs
tersedia ruang kepala sekolah/madrasah yang
terpisah dan ruang guru.
5) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk
setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru
untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah
khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan
pendidikan;
6) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru
untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah
khusus tersedia satu orang guru untuk setiap
rumpun mata pelajaran;
7) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang
memenuhi kualifikasi akademik 51 atau D-IV dan 2
(dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik;
8) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi
akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh
di antaranya (35% dan keseluruhan guru) telah
memiliki sertifikat pendidik; untuk daerah khusus
masing-masing sebanyak 40% dan 20%;
9) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk
mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia,
dan Bahasa Inggris;
10) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI
berkualifikasi akademik S1 atau D IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik;
11) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik;
12) Di setiap kabupaten/kota semua pengawas
sekolah/madrasah memiliki kualifikasi akademik S-
1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
13) Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan
melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan
proses pembelajaran yang elektif; dan
14) Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan
dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap
kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk
melakukan supervisi dan pembinaan.
c. Tanggung Jawab Pendanaan SPM
Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Kementenian Agama sekaitan dengan pendanaan SPM
mencakup yang berikut.
1) Investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana;
2) Investasi untuk meningkatkan kualifikasi dan
kompetensi sumber daya manusia;
3) Operasional personil gaji dan tunjangan guru dan
tenaga kependidikan;
4) Operasional non-personel
5) Sumberdana: DAU, DAK, hibah, APBN (untuk
madrasah).
Tanggung jawab Sekolah/Madrasah:
1) Investasi dan pemeliharaan (minor) prasarana dan
peralatan sekolah/madrasah, pengadaan buku, dan
pelatihan guru;
2) Operasional: biaya untuk bahan habis lab, hahan
dan media pembelajaran, dan sebagainya.
3) Sumber dana BOS.
d. Implemeritasi SPM
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu
diambil dalam upaya memenuhi SPM.
1) Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah di
setiap sekolah/madrasah tersedia hal-hal berikut
sesuai SPM:
• Sarana dan prasana: ruang kelas, ruang guru,
ruang kepala sekolah, laboratorium IPA
(untuk SMP/MTs);
• Sumber daya manusia (guru, tenaga
kependidikan). Lihat sumberdaya ini dan segi
jumlah, kualifikasi, dan kompetensi (sertifikat
pendidik);
• Kunjungan pengawas sekali dalam sebulan
sesuai ketentuan; dan cek juga ketentuan-
ketentuan lainnya.
2) Tindakan untuk memenuhi kekurangan menjadi
tanggung jawab pemerintah/Kemenag
kabupaten/kota. Pendataan dilakukan di setiap
sekolah/madrasah guna memperoleh informasi
mengenai pencapaian indikator-indikator SPM.
Selanjutnya pemerintah kabupaten/kota
melakukan agregasi dan analisis data dan semua
sekolah/madrasah, menghitung gap dan
menghitung kebutuhan biaya investasi dari
operasional untuk pemenuhan SPM.
3) Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah
hal-hal berikut tersedia/terlaksana sesuai SPM:
• Sekolah/madrasah menyusun dan
menerapkan KTSP;
• Guru membuat RPP berdasarkan silabus mata
pelajaran yang disusun oleh
sekolah/madrasah;
• Siswa menempuh pembelajaran dengan jam
tatap muka yang memadai;
• Tersedia buku pegangan dan buku pengayaan
dalam jumlah yang memadai;
• Kepala sekolah/madrasah melakukan
supervisi akademik, dan sebagainya.
4) Tindakan untuk memenuhi kekurangan tersebut
merupakan tanggung jawab sekolah/madrasah. Untuk menerapkan SPM di tingkat
sekolah/madrasah maka kepala sekolah/madrasah
harus melakukan pengumpulan data dan
menganalisisnya apakah indikator-indikator SPM telah
terpenuhi; misalnya terkait dengan penerapan KTSP
pemenuhan RPP, pengukuran jam tatap muka, dan
sebagainya. Setelah ditemukan adanya gap
(kesenjangannya) maka sekolah/madrasah harus
memprogramkan langkah perbaikan untuk memenuhi
indikator tersebut.
Agar dapat melaksanakan pemenuhan SMP
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kemenag
Kabupaten/Kota harus memiliki kapasitas sebagai
berikut.
1) Kemampuan mengumpulkan data dan informasi
terkait pemenuhan indikator SPM (14 indikator),
utámanya terkait dengan sumber daya manusia,
infrastruktur, dan peralatan;
2) Keterampilan melakukan analisis dan agregasi data
dan seluruh sekolah/madrasah;
3) Kemampuan menyusun perencanaan dan
penganggaran berdasarkan bukti kebutuhan
investasi;
4) Kemampuan untuk menuangkan rencana dan
kebutuhan anggaran dalam dokumen perencanaan
daerah.
Pemerintah kabupaten/kota perlu untuk
meningkatkan kapasitasnya dalam implementasi SPM,
terutama terkait dengan kemampuan untuk
mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun
penganggaran dan memasukkannya ke dalam dokumen
perencanaan daerah termasuk Renstra, Renja SKPD,
RPJMD, dan sebagainya.
Demikian juga untuk mampu melaksanakan
pemenuhan SMP pihak sekolah/madrasah harus
memiliki kapasitas sebagai berikut.
1) Keterampilan mengumpulkan data dan informasi terkait
seluruh (27) indikator SPM;
2) Kemampuan melakukan evaluasi diri dalam hubungannya
dengan semua ketentuan SPM di sekolah/madrasah;
3) Keterampilan menyusun rencana dan anggaran investasi dan
operasional sekolah/madrasah untuk memenuhi 13 indikator
SPM;
4) Kemampuan menyampaikan data dan informasi tentang
tingkat pemenuhan 14 indikator SPM di sekolah/madrasah
kepada pemerintah kabupaten/kota dan Kemenag
kabupaten/kota.
Untuk dapat mengimplementasikan SPM,
sekolah/madrasah perlu memiliki keterampilan dalam
mengumpulkan data, melakukan analisis kesenjangan,
menghitung kebutuhan biaya, dan menuangkannya ke
dalam rencana kerja dan anggaran sekolah/madrasah.
e. Prinsip-prinsip SPM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65
tahun 2005 ditetepkan beberapa prinsip SPM, yaitu:
1) SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk menjamin akses dan
mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib
belajar;
2) SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan
untuk seluruh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
3) Penerapan SPM oleh Pemerintah Daerah merupakan
bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar
nasional;
4) SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur,
terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung
jawabkan serta mempunyai batas waktu
pencapaian;
5) SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan,
prioritas dan kemampuan kelembagaan dan personil
daerah dalam bidang yang bersangkutan.
Adapun berkaitan dengan penelitian evaluasi
tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kecamatan
Dempet Kabupaten Demak dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang pendidikan Sekolah Dasar di
SDN Harjowinangun 2 KecamatanDempet Kabupaten
Demak, hal ini termasuk dalam katagori substantive
policies yaitu kebijakan tentang apa yang akan/ingin
dilakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan. SPM
bagi penyelenggara pendidikan SD dilakukan dalam
rangka mewujudkan pelayanan pendidikan SD yang
berkualitas.
Dalam mkaitannya dengan penyelenggaraan
pendidikan SD berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM), faktor ukuran-ukuran dasar dan
tujuan-tujuan kebijakan ini mencakup kejelasan SPM,
tingkat raelitas tujuan SPM untuk dapat dicapai dan
kemampuan SPM untuk memecahkan permasalahan
pencapaian kualitas pelayanan pendidikan SD pada
kelompok sasaran.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan SPM
di lembaga pendidikan tingkat SD, hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya menyangkut kompetensi dan
ukuran staf suatu badan, tingkat pengawasan hirarkis
terhadap keputusan-keputusan sub-unit, tingkat
komunikasi terbuka dan lain sebagainya yang
dijalankan dalam birokrasi lembaga pendidikan tingkat
SD, perlunya mengkaji perilaku aparatur birokrasi
Sekolah Dasar dalam konsistensi seleksi tenaga
pendidikan sesuai dengan kebijakan SPM serta
bagaimana perlakuan lembaga SD terhadap perhatian
pada kesejahteraan para tenaga pengajar (guru) dan
pegawai administrasi di lembaga SD tersebut dan
keberlangsungan penyelenggaraan pelayanan
pendidikan SD.
f. Indikator SPM
1) Tersedia Kurikulum;
2) Peserta didik, perkelas/rombongan belajar antara20-
40 orang, minimal 10 orang;
3) Ketenagaan, berkualitas sesuai dengan kompetensi
yang ditetapkan secara nasional, 90% dari jumlah
guru SD yang diperlukan terpenuhi;
4) Memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai
dengan standar tenis yang ditetapkan secara
nasional (meliputi lahan, bangunan, peralatan
laboratorium), 95% peserta didik memiliki buku
pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran, serta
tersedianya sarana olahraga;
5) Organisasi, meliputi struktur, personalia dan uraian
tugas dibuat sesuai dengan kebutuhan SD/MI;
6) Pembiayaan, meliputi anggaran pemerintah dan
anggaran swadaya serta pengelolaannya transparan;
7) Manajemen berbasis sekolah, tingkat kehadiran
guru/tenaga administrasi/tenaga kependidikan
lainnya, kehadiran peserta didik, tertib administrasi
serta kinerja sekolah terlaksana baik dengan tingkat
ketercapaian 90 %;
8) Peranserta Masyarakat, meliputi adanya dukungan
dan peserta masyarakat, perhatian orang tua
peserta didik/tokoh masyarakat/dunia usaha.
1.3. Kajian Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Marieke dan Niko (2003) dalam
penelitiannya yang berjudul “Developing Performance
Standar for Teacher Assement by Policy Capturing”.
Hasil dari penelitian ini menyatakan ada suatu
kebetulan pentingnya aspek pelayanan pendidikan
yang bertumpu pada kemampuan guru untuk
membentuk perkembangan dan peningkatan
kualitas pendidikan.
2. Penelitian yang berjuidul “Konstribusi Manajemen
Pembiayaan dan Iklim Sekolah Terhadap
Peningkatan Mutu Pelayanan Sekolah”.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengelolaan
manajemen yang baik akan berpengaruh positif
terhadap mutu layanan sekolah kepada masyarakat,
stake holder dan pemerintah.
3. Penelitian LPPSP, kerjasama dengan USAID, dalam
(CRC) Citizen Report Card dalam masalah kualitas
Pelayanan Umum di Kabupaten Semarang (2007).
Report card sendiri didasari keinginan untuk
memperbaiki akuntabilitas pelayanan publik yang
diberikan pemerintah kepada masyarakat sebagai
pengguna jasa layanan, hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa keputusan terhadap perilaku
petugas SD Negeri di Semarang mencapai 65,7%,
Keputusan Konsumen terhadap waktu penyelesaian
masalah baru mencapai 16%.
1.4. Kerangka Pikir
Penelitian ini adalah penelitian evaluasi yang
ditujukan untuk menilai mutu pendidikan melalui
Standar Pelayanan Minimal dalam penyelenggaraan
pendidikan di SDN Harjowinangun Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak.
Penelitian diawalai dengan pelaksanaan observasi
kemudian merumuskan hipotesis awal.Selanjutnya
dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data
melalui angket yang diisi oleh responden (Guru, Kepala
Sekolah dan Pengawas).Berdasarkan hasil dan
pembahasan penelitian maka dapat dirumuskan
kesimpulan dan saran.
Secara garis besar dapat penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
MUTU PENDIDIKAN
PENELITIAN
ANGKET
1. Pengawas
2. Kepala Sekolah 3. Guru
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Kompetensi Kelulusan
4. Standar Tendik 5. Standar Sarana & Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian
HASIL & PEMBAHASAN
KESIMPULAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM)
OBSERVASI
Gambar 1. Alur Penelitian