bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/61051/3/bab ii.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Online
2.1.1 Definisi Media Online
Melihat pada era sekarang ini dimana perkembangan teknologi semakin
meningkat, maka tidak dipungkiri lagi bahwa membawa pengaruh juga kepada
kebutuhan manusia yang semakin besar. Dalam kehidupan sehari-hari individu
pasti memerlukan informasi maupun hiburan dalam kehidupannya. Salah satu cara
untuk mendapatkannya yaitu melalui penggunaan teknologi dari media online.
Oetomo (2001:51) dalam Martius (2015:3) menjelaskan bahwa terlihat jelas
ada perbedaan antara media online dengan media informasi lainnya seperti radio
dan televisi, yaitu pada media online memiliki kemampuan untuk dapat melakukan
koneksi antara komputer yang satu dengan komputer lainnya sekaligus media
online juga mampu menjadi sebagai broadcaster (penyebaran informasi) dan
receiver (penerima informasi).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Suryawati (2011:46) dalam Suryono dan Arlena
(2014:95) bahwa media online termasuk dalam golongan dari media massa yang
memiliki sifat popular dan kekhasannya yang mana dalam penggunaan media
diharuskan memiliki jaringan teknologi internet, serta media online bisa diartikan
juga sebagai media massa yang tersaji secara online yang berada di situs web
(website) internet.
7
Tidak jauh berbeda dengan Oetomo dan Suryawati, Mondry (2008:13) dalam
Suryono dan Arlena lebih menjabarkan media online secara singkat, yaitu media
online merupakan gabungan proses media cetak dengan menuliskan sebuah
informasi yang disalurkan dengan melalui elektronik, namun juga berhubungan
dengan komunikasi personal perorangan.
Lebih rinci dijabarkan oleh Romli (2012:34) dalam Rusitasari, Sugandi dan
Hairunnisa (2018:162) bahwa “pengertian media online secara umum yaitu segala
jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks,
foto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog,
whatsapp dan media sosial (sosial media, dan pengertian secara khusus yaitu terkait
dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa dalam bidang keilmuan
komunikassi massa yang mempunyai karakteristik tertentu” Romli (2012:34).
Dari penjelasan Romli, maka media online memiliki pengertian yang hampir
sama dengan media massa, hanya saja pada media online khalayak harus
melibatkan jaringan internet untuk dapat bertukar atau menyebarluaskan suatu data
maupun informasi yang dibutuhkan oleh khalayak luas.
Berdasarkan dari beberapa pendapat yang sudah diutarakan diatas, maka
dapat diambil garis besar bahwa media online merupakan jaringan luas yang
melalui komputer dengan memiliki fungsi untuk dapat menyebarluaskan serta
membagikan data. Secara garis besar, media online tergolong kedalam media
massa, yang mana pada media online memanfaatkan jaringan internet agar dapat
mengakses apa yang dibutuhkan oleh individu.
8
2.1.2 Fungsi Media Online
Diungkapkan oleh Yunus (2010:34) bahwa macam media massa diantaranya
yaitu media cetak dan media elektronik yang bisa disebut juga sebagai media
online. Begitu pula pada fungsi dari media online sama halnya dengan fungsi media
massa, hanya saja pada media online menggunakan elektronik sebagai alatnya.
Robert K. Merton dalam Romli (2016:6) mengemukakan bahwa terdapat dua fungsi
aktivitas yaitu fungsi nyata (manifest function) yaitu fungsi nyata yang diinginkan
oleh individu dan fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi
yang tidak diinginkan oleh individu, yang mana setiap fungsi sosial pada individu
itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.
Masih dalam Robert K.Merton dalam Romli (2016:6) dijelaskan lebih lanjut
bahwa selain fungsi nyata dan fungsi tidak nyata, setiap aktivitas sosial individu
juga berfungsi untuk melahirkan fungsi-fungsi sosial yang lain, bahwa setiap
individu pasti memiliki kemampuan beradaptasi yang sempurna, sehingga setiap
fungsi sosial yang dianggap dapat membahayakan untuk dirinya, meskipun
individu akan menganggap bahwa ada fungsi sosial yang dapat membahayakan
dirinya, maka individu akan mengubah fungsi tersebut menjadi suasana yang lebih
diinginkan oleh individu.
Nurudin dalam Zahid (2014:79) dan Nida (2014:87) menyebutkan beberapa
fungsi media massa yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Informasi
Fungsi media disini sebagai penyampai informasi secara cepat yang
ditujukan kepada khalayak, dengan menggunakan media massa ini maka
9
segala informasi yang sudah dikumpulkan serta dikemas akan segera
disebarluaskan kepada khalayak luas.
b. Fungsi Hiburan
Media sebagai fungsi hiburan, dimana unsur yang paling nyata yaitu
banyaka individu menggunakan media seperti televisi untuk mencari
hiburan, namun pada media online individu sudah bisa melakukan akses
channel televisi menggunakan ponsen dan dengan akses jaringan internet
yang lebih memudahkan individu untuk dapat melihat tayangan televisi
dimanapun individu berada.
c. Fungsi Persuasi
Fungsi persuasi sebagai bentuk kemampuan media dalam mempengaruhi
khalayaknya agar berbuat atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
telah ditawarkan oleh media yang bersangkutan. Contohnya seperti
persuasi dengan berbentuk mengukuhkan kepercayaan atau nilai
seseorang, mengubah sikap ataupun kepercayaan seseorang,
menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu hal, serta mengenalkan
etika atau menawarkan nilai tertentu.
d. Fungsi Transmisi Budaya
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi serta
komunikasi yang sudah merambah ke segala area kehidupan masyarakat
termasuk budaya, maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
perubahan maupun pergesaran budaya dalam suatu masyarakat terentu,
dimana media disini mampu untuk memperkenalkan budaya global kepada
para khalayak luas.
10
e. Fungsi Untuk Mendorong Kohesi Sosial
Kohesi merupakan sebuah penyatuan, maksud kohesi dalam fungsi media
disini yaitu media ikut berperan dalam mendorong bersatunya masyarakat.
Contohnya seperti ketika media memberitakan mengenai pentingnya
kerukunan antar umat beragama, maka secara tidak langsung media
tersebut telah mewujudhkan terjadinya kesatuan sosial bagi masyarakat.
f. Fungsi Pengawasan
Fungsi media sebagai pengawasan adalah untuk melakukan kontrol
aktivitas masyarakat secara keseluruhan, bisa dilakukan pengawasan
dalam bentuk kontrol sosial, peringatan ataupun juga persuasif. Contohnya
seperti media yang memberitakan mengenai terorisme di Indonesia, secara
tidak langsung media memberikan peringatan kepada khalayak akan
adanya bahaya sera ancaman terorisme.
g. Fungsi Korelasi
Korelasi yaitu menghubungkan, fungsi media sebagai penghubung antar
elemen masyarakat. Seperti media sebagai jembatan penghubung
masyarakat dengan pemerintah terkait dengan kebijakan pemerintah yang
mungkin saja dapat merugikan masyarakat.
h. Fungsi Pewarisan Sosial
Media disini diibaratkan sebagai ”pendidik” yang dapat meneruskan serta
menurunkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma, bahkan etika kepada
khalayaknya.
11
i. Fungsi Melawan Kekuasaan dan kekuatan Represif
Media dapat juga berfungsi sebagai alat untuk dapat melawan serta
merobohkan kekuasaan pemerintah, yang mana media melakukan
pembongkaran kebenaran yang sebenarnya serta membongkar kasus
ketidak-adilan yang dilakukan oleh pemerintahan kepada masyarakat.
Media online memiliki banyak fungsi-fungsi yang berguna bagi khalayak,
mulai dari fungsi informasi, fungsi hiburan, fungsi persuasi, transmisi budaya,
fungsi mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, serta
melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Segala fungsi dari media online dapat
bermanfaat baik bagi individu maupun untuk elemen masyarakat luas.
2.1.3 Macam Fungsi Media Sosial Komunikasi Online
Pada setiap kehadiran teknologi baru, pasti memiliki beragam fungsi yang
dapat dipergunakan oleh khalayak luas, sama halnya dengan kehadiran teknologi
informasi yang saat ini sedang banyak digunakan oleh khalayak, yaitu media sosial.
Susanto (2017:387) mengungkapkan secara singkat bahwa fungsi dari media sosial
komunikasi online sebagai sarana untuk memperluas interaksi sosial antar individu
yang menggunakan internet dan teknologi web, serta mentransformasikan praktik
komunikasi media siaran dari satu institusi media kepada banyak individu atau
khalayak (one to many) serta menjadi praktik komunikasi antar banyak individu
(many to many).
Tidak jauh berbeda dari Susanto, maka Galuh (2016:76) mengemukakan
fungsi dari media sosial sebagai sarana memperluas interaksi hubungan dalam
dunia maya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu kekhasan situs media sosial
adalah membangun jaringan yang terpusat pada komunitas ataupun grup.
12
Dimisalkan serperti sosial media Facebook dan Instagram, yang mana pada sosial
media ini sangat memungkinkan pengguna untuk dapat berbagi ide, informasi
kegiatan, serta berdiskusi soal ketertarikannya pada jaringan komunitasnya masing-
masing.
2.2 Definisi Motif
2.2.1 Pengertian Motif
Manusia memiliki berbagai macam sifat dan perilaku yang berbeda-beda dari
manusia satu dengan manusia lainnya. Dalam berperilaku atau melakukan aktifitas,
pasti ada hal mendasar yang membuat manusia itu terdorong untuk melakukannya
baik dilakukan dalam kondisi sadar ataupun tidak sadar, yang mana hal ini disebut
dengan istilah motif.
Sobur (2013:268) menjelaskan motif secara etimologi, bahwa kata motif
yang dalam bahasa Inggris adalah motive, berasal dari kata motion dengan arti
“gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Jadi, istilah “motif” ada kaitannya dengan
“gerak”, yakni suatu gerakan yang dilakukan manusia atau bisa juga disebut sebagai
suatu perbuatan atau tingkah laku. Dalam dunia psikologi, istilah motif memiliki
arti yaitu rangsangan, dorongan, bisa juga pembangkit tenaga untuk terjadinya
suatu tingkah laku.
Untuk melihat pengertian motif lebih dalam lagi, ada beberapa pendapat
mengenai pengertian motif. Sherif & Sherif (1956) dalam Sobur (2013:267)
mengatakan bahwa motif bisa disebut sebagai istilah umum yang di dalamnya
terdapat berbagai faktor yang muncul dari dalam diri individu serta mengarahkan
kepada bermacam jenis perilaku yang memiliki tujuan.
13
Sejalan dengan Sherif & Sherif, maka Gerungan (1988) dalam Ahmadi
(2002:191) juga menyatakan hal yang serupa, bahwa motif itu adalah hal yang
melengkapi setiap alasan atau dorongan pada diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu. Tidak beda jauh dengan pengertian motif dari beberapa
pendapat diatas, Giddens (1991:64) dalam Sobur (2013:267) mendefinisikan motif
sebagai dorongan yang memberikan suatu energi pada apa yang ingin dilakukan
oleh manusia untuk melakukan suatu perilaku atau tingkah laku dalam rangka untuk
memenuhi kepuasan kebutuhannya.
Agak berbeda dengan Giddens yang menjelaskan motif sebagai dorongan,
maka Sarwono menjelaskan bahwa “Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya
perilaku. Meskipun ada kebutuhan misalnya, tetapi kebutuhan ini tidak
menciptakan motif, maka tidak akan terjadi perilaku. Hal ini disebabkan karena
motif tidak saja ditentukan oleh fakor-faktor diri individu, seperti faktor-faktor
biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan”
Sarwono (2013:140)
Motif menurut Sarwono yaitu kebutuhan tidak bisa menciptakan suatu motif,
jika motif tidak ada maka perilaku tidak akan terjadi. Jadi penting disini digaris
bawahi bahwa motif juga bisa dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu, tidak
hanya lahir dari dalam individu saja.
2.2.2 Jenis-Jenis Motif
Pada kenyataannya setiap individu pasti memiliki motif yang ada dalam dirinya
yang mana antara individu dengan individu lain memiliki motif yang berbeda-beda.
Maka dari itu beberapa ahli psikolog membedakan jenis-jenis motif. Menurut
Ahmadi (2002: 194), motif timbul karena adanya kebutuhan, sesuai dengan jenis
kebutuhannya maka motif dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
14
a. Biogenic Motive (Motif Biogenetis)
Motif ini berasal dari dalam diri individu dan tumbuh dari kebutuhan-
kebutuhan individu demi untuk kelangsungan hidupnya. Pada motif biogenetis,
ikatan dengan lingkungan tempat tinggal manusia tidak terlalu kuat, melainkan
motif ini asli dari dalam diri manusia dan juga pada motif biogenetis ini
mengalami perkembangan dengan sendirinya seiring dengan berjalannya
waktu. Contohnya adanya rasa lapar, haus serta keinginan untuk istirahat.
b. Sosiogenic Motives (Motif Sosiogenetis)
Motif sosiogenetis ini lahir dari lingkungan kebudayaan tempat individu berada
dan berkembang. Pada motif ini, lingkungan dapat mempengaruhi individu,
namun individu tidak langsung menerima pengaruh itu, karena dalam diri
individu ada bermacam-macam kemampuan antara lain daya seleksi,
memperhitungkan, dan pengambilan keputusan. Contoh motif sosiogenetis
yaitu adanya keinginan individu untuk makan bakso, keinginan itu merupakan
motif yang berdasar pada motif “lapar” atau motif biogenetis, namun yang
terikat dengan keinginan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan di
sekitarnya jika individu itu berada di kota Malang yang terkenal dengan ciri
khas bakso.
c. Motif Teogenetis
Motif ini didasari pada motif manusia dengan Tuhan seperti beribadah. Dalam
beribadah ini manusia secara tidak langsung akan menyadari tentang tugasnya
sebagai manusia yang harus beribadah kepada Tuhan sesuai dengan norma-
norma agama-agama tertentu.
15
Lebih sederhana lagi, Wood Worth dan Marquis dalam Ahmadi (2002:194)
mengklasifikan motif menjadi 3 yang berdasar pada ketergantungan seseorang,
yaitu:
a. Motif yang bergantung pada keadaan jasmani pada manusia, yaitu kebutuhan
pokok. Misalnya makan dan minum
b. Motif yang bergantung pada hubungan individu dengan lingkungannya, yang
dibedakan ke dalam beberapa bagian yaitu:
- Emergency Motive / Motif Darurat
Yaitu motif yang memerlukan tindakan segera karena keadaan disekitarnya
menuntut untuk demikian. Misalnya motif seseorang untuk melindungi diri
dari datangnya bahaya, melindungi bagian tubuh dan sebagainya.
- Objective Motive / Motif Objektif
Motif dimana manusia berhubungan langsung dengan lingkungannya baik itu
individu atau benda. Motif ini ditujukan langsung kepada objek yang berada di
sekitar individu. Misalnya individu yang ingin memiliki rumah bagus dan
sebagainya
Gardner Lindzey, Calvin S. Hall dan Richard F. Thompson dalam bukunya
Psychology (1975:339) dalam Ahmadi (2002:197) membagi motif dalam 2 hal,
yaitu:
a. Drives (needs)
Drives adalah yang mendorong individu untuk bertindak. Untuk drives yang
merupakan proses internal atau hal yang tidak perlu dipelajari disebut dengan
16
drives primer. Misalnya seperti rasa lapar dan rasa haus. Sedangkan drives
yang didapatkan melalui proses belajar yaitu contohnya seperti persaingan.
b. Incentives
Incentives merupakan suatu keadaan yang berada dilingkungan sekitar
individu. Incentives disini memiliki peran sebagai yang merangsang individu
untuk melakukan tindakan.
Misalnya seperti saat individu merasakan lapar maka rasa lapar
menyebabkan individu untuk bertindak agar mendapatkan makanan, dan
makanan yang sudah didapatkan mengundang individu untuk memakannya.
Incentives dapat membuat individu untuk bertindak tanpa adanya drives
(dorongan).
Untuk drives yang dipelajari, yaitu yang bisa memenuhi kebutuhan
individu agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Agar
drives bisa timbul di diri seseorang, maka dibutuhkan penguat yang disebut
sebagai incentives. Pada incentives memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk
bisa mempengaruhi semangat dalam diri seseorang untuk bertindak. Incentives
yang bersifat positif yaitu hadiah, dan incentives yang bersifat negatif bisa
berupa hukuman.
Dalam Sobur (2013:294-297) motif diklasifikasikan dalam beberapa golongan,
yaitu:
a. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Suryabrata (1995:7) membagi motif berdasarkan dengan rangsangannya.
Motif intrinsik yaitu motif yang didasari pada diri individu sendiri tanpa adanya
rangsangan dari luar. Misalnya seseorang yang memiliki hobi gemar membaca
17
tanpa ada rangsangan dari luar, orang tersebut akan mencari hobi kesukaannya
dengan sendirinya tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan motif Ekstrinsik yaitu
motif yang berasal dari adanya ransangan dari luar, misalnya keinginan
individu untuk melakukan suatu hal demi mendapatkan hadiah.
b. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Menurut Sastropoetro (1986:240) dalam Sobur (2013:296) motif dibagi
menjadi dua yaitu motif tunggal dan motif bergabung. Individu melakukan
kegiatan seperti membaca surat kabar, hal itu bisa tergolong pada motif
tunggal. Perumpamaan lain, apabila individu ikut bergabung dalam organisasi
atau perkumpulan, biasanya itu termasuk dalam motif bergabung, yang mana
ia ingin belajar sesuatu yang baru bersama anggota organisasi atau
perkumpulan tersebut.
c. Motif Mendekat dan Motif Menjauh
Sobur (2013:296-297) menjelaskan motif lain yang berbeda dengan
sebelumnya, yaiut motif mendekat dan motif menjauh yang didasarkan pada
reaksi individu terhadap rangsangan yang datang. Motif akan disebut motif
mendekat jika reaksi yang muncul mendekati stimulus. Sedangkan dikatakan
motif menjauh jika reaksi yang muncul bersifat menjauhi atau menghindari
stimulus.
Lebih jelasnya lagi dipaparkan oleh Sobur, yaitu “Stimulus yang
menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif, sedangkan stimulus
yang menimbulkan respons menjauh disebut stimulus negatif. Respons
mendekat maupun menjauh ini bisa diperoleh dengan pengalaman maupun
tanpa pengalaman. Dengan kata lain, yang menimbullkan reaksi mendekat
maupun menjauh itu dapat berupa motif primer maupun motif sekunder” Sobur
(2013:296)
18
Dari penjelasan Sobur diatas, maka dapat dikatakan stimulus ada yang
berupa stimulus positif yaitu yang mendekat dan stimulus negatif yang
menjauh. Diantara kedua stimulus ini didapatkan dari pengalaman individu
ataupun tanpa pengalaman individu sebelumnya. Dimisalkan jika individu
berada dalam kondisi lapar dan diberi stimulus makanan, maka dalam diri
individu timbul nafsu untuk memakannya. Namun, jika individu memiliki
pengalaman bahwa makanan yang tersedia dapat menyebabkan kambuhnya
penyakit yang sudah di derita sebelumnya, maka individu akan menjauhi
makanan tersebut.
d. Motif Sadar dan Motif Tidak Sadar
Agak berbeda dengan Sobur, maka Handoko (1992) dalam Sobur
(2013:297) menklasifikasikan motif berdasarkan pada tingkat kesadaran
manusia terhadap motif yang telah melatarbelakangi tingkah lakunya. Jika
individu bertingkah laku namun individu tidak mampu mengatakan alasannya
individu bertingkah seperti itu, maka disebut motif tidak sadar. Begitu pula
sebaliknya, jika individu bertingkah laku dan mampu mengatakan alasannya
maka disebut motif sadar. Terkadang manusia tidak sadar dengan tingkah laku
yang dilakukan, misalnya takut, namun individu tidak mengerti mengapa
individu tersebut mengalami ketakutan.
Setelah melihat beberapa macam motif yang sudah diutarakan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa motif tidak hanya lahir dari dalam diri
individu itu sendiri, tapi menurut penggolongannya ada juga motif yang lahir
dari luar diri individu seperti pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Sedangkan
motif yang lahir dari dalam individu dapat digolongkan berdasar pada
19
kebutuhan, rangsangan serta ketergantungan. Oleh sebab itu dalam berperilaku
atau melakukan perbuatan, individu didasari pada motif-motif tertentu yang
datang kepada dirinya demi untuk memperoleh dan memuaskan kebutuhan
yang sudah direncanakan.
2.2.3 Unsur-unsur Motif
Menurut Handoko, (1992:10) dalam Sobur (2013:269) dalam suatu motif
pada umumnya terdapat dua unsur pokok. Yaitu unsur dorongan atau
kebutuhan dan juga unsur tujuan. Suatu proses interaksi timbal balik yang
terjadi antara kedua unsur ini terdapat pada diri manusia, tetapi juga dapat
dipengaruhi oleh hal-hal yang muncul dari luar diri manusia. Misalnya saja
keadaan cuaca dan kondisi lingkungan. Oleh sebab itu, tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya perubahan motivasi dalam waktu yang relatif
singkat jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau bisa juga
tidak mungkin dipenuhi.
Agak berbeda dengan Handoko, maka Dirgagunarsa 1996:92 dalam
Sobur (2013:270) menjabarkan bahwa tingkah laku bermotivasi pada diri
individu dapat dirumuskan sebagai tingkah laku dengan dilatarbelakangi oleh
adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan. Perumusan tersebut
memunculkan beberapa bentuk unsur, yaitu:
a. Kebutuhan
Menurut Rosengren (1974:270) dalam Sobur (2013:272) menjabarkan
kebutuhan sebagai penunjang utama dalam biologis dan psikologis manusia,
yang akan menjadi dasar bagi semua perilaku sosial pada individu dan dengan
20
adanya kebutuhan biologis dan psikologis, maka menimbulkan individu untuk
beraksi dan bereaksi.
Sejalan dengan pendapat Rosengren, maka Psikolog Amerika Frederick
Samuels seperti dikutip Lull (1998) dalam Sobur (2013:272) menjelaskan
bahwa kebutuhan juga merupakan dasar dalam kehidupan manusia, namun
bedanya pada pendapat Rosengren lebih menyebutkan pada kebutuhan yang
mendasari pada diri individu itu bisa disadari atau tidak disadari.
b. Tingkah Laku
Pada dasarnya tingkah laku ditujukan untuk individu agar bisa mencapai
tujuan yang diinginkan. Leavitt (1978) dalam Sobur, (2013:288)
mengasusmsikan pandangan mengenai tingkah laku. Pertama, Leavitt
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu memiliki sebab. Kedua, tingkah
laku bisa disebabkan karena individu memiliki tujuan ke arah sesuatu, atau
individu ingin menuju sesuatu. Ketiga, motiflah yang melatarbelakangi adanya
tingkah laku, yang dikenal sebagai desakan, keinginan, kebutuhan atau
dorongan.
c. Tujuan
Menurut Sobur (2013:293) mengartikan tujuan sebagai suatu hal yang
bisa menentukan seberapa aktif individu untuk bertingkah laku. Tingkah laku
selain ditentukan oleh motif dasar, tapi juga ditentukan oleh keadaan dari
tujuan. Pada dasarnya tingkah laku manusia itu terdiri dari beberapa bagian
yaitu tujuan pokok (primary goal dan tujuan sekunder (secondary goal).
21
Misalkan seorang anak yang ingin makan, maka untuk mendapat
makanan anak kecil itu akan menangis lalu digendong dan diberi makanan.
Pada kasus ini makan menjadi tujuan pokok anak kecil. Namun pada saat itu
juga, anak kecil merasakan dirinya senang karena digendong. Pada waktu yang
lain, jika anak kecil menangis lagi, ia tidak hanya ingin makan saja, tapi juga
berkeinginan untuk digendong sambil makan. Maka sudah dapat terlihat bahwa
munculnya tujuan sekunder dari anak kecil ini, yaitu digendong.
Melihat berbagai macam pendapat mengenai unsur motif diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa motif timbul dari adanya suatu dorongan dan tujuan.
Bagaimana motif muncul karena didasari pada dorongan dalam diri untuk
memenuhi tujuan tertentu. Lalu individu melakukan perbuatan karena adanya
kebutuhan yang ingin dicapai. Setelah individu mulai mengerti kebutuhan apa yang
diinginkan, maka individu mulai melakukan perbuatan atau tingkah laku, lalu
dengan begitu maka tujuan bisa tercapai. Jika digambarkan lebih lanjut, apabila
kebutuhan dalam diri manusia sudah tidak ada maka motif juga akan menghilang,
dan jika kebutuhan sudah tercapai maka akan timbul kebutuhan-kebutuhan baru
yang perlu dicapai lagi oleh individu tersebut.
2.2.4 Motif Penggunaan Media
Media bukanlah satu hal yang asing lagi, banyak individu yang sudah
menggunakan media sebagai alat pemuas kebutuhan. Beberapa ahli berpendapat
mengenai motif-motif apa saja yang menjadi alasan serta tujuan individu
menggunakan media. Seperti yang dikemukakan McQuail dan rekan (1972) dalam
Morissan (2010:265), Severin dan Tankard (2009:356) mengemukakan empat
alasan mengapa audien menggunakan media, yaitu
22
1. Pengalihan (diversion)
Individu menggunakan media sebagai cara untuk mengalihkan kejenuhan,
lelah dengan urusan pekerjaan serta masalah kehidupan sehari-hari,
sehingga individu menggunakan media untuk mendapatkan hiburan seta
kesenangan. Dijelaskan lebih dalam oleh Stevent (2017:5) bahwa motif
pengalihan atau diversion meliputi beberapa hal yaitu bertujuan untuk
individu dapat melepaskan diri dari permasalahan, individu butuh suatu hal
yang membuat dirinya lebih merasa santai dan memperoleh kenikmatan,
kemudian meliputi juga tujuan individu untuk dapat mengisi waktu luang,
penyaluran emosi dari diri individu dengan cara menggunakan media
tertentu serta media juga digunakan sebagai tempat untuk membangkitkan
gairah seks, yang mana motif pengalihan atau diversion ini lahir dari dalam
diri individu itu sendiri.
Tidak jauh berbeda dari Mc.Quail dan rekan, Severin dan Tankard, dan
Stevent, maka Arifin (2013:200) menjelaskan motif pengalihan lebih
singkat yaitu sebagai motif dimana individu menggunakannya untuk tempat
pelarian dari rutinitas-ruitinitas dalam kehidupan sehari-hari, pelarian dari
beban masalah dan juga untuk pelepasan emosi. Pada motif ini lebih
menekankan mengenai individu yang menggunakan media sebagai motif
hiburan dan untuk mengisi waktu luang, contohnya seperti individu yang
menggunakan media sosial kemudian mengakses akun-akun komedi yang
mampu membuat individu itu tertawa dan merasa terhibur.
23
2. Hubungan Personal
Pada motif ini menggambarkan mengenai individu yang menggunakan
media sebagai tempat untuk mencari teman. Namun lebih lanjut lagi
dijelaskan oleh Katz, Gurevitch dan Haas dalam Prihatiningsih (2017:59)
yang mengungkapkan mengenai hubungan personal atau bisa juga disebut
sebagai integrasi sosial merupakan motif dalam diri individu yang erat
kaitannya antara individu dengan individu lain, misalkan individu yang
ingin memiliki penguatan hubungan keluarga, teman dan orang lain yang
sudah dikenal ataupun yang belum dikenal. Pada hubungan personal ini
lebih menonjolkan pula mengenai bagaimana kebutuhan ini didasari oleh
hasrat ataupun keinginan individu untuk dapat bergabung atau berkelompok
dengan orang lain.
Sejalan dengan Katz, Gurevitch dan Haas dalam Prihatiningsih, maka
Mc.Quail dalam Stevent (2017:5) lebih menjabarkan lagi mengenai motif
hubungan personal dengan melihat pada fenomena yang terjadi pada
individu saat ini yaitu, pada motif ini individu ingin mendapatkan
pengetahuan serta wawasan mengenai keadaan orang lain serta
meningkatkan rasa empati sosial, selain itu juga individu ingin menemukan
bahan percakapan serta interaksi sosial dengan orang-orang disekelilingnya,
serta memperoleh lebih banyak teman selain pada orang-orang yang ditemui
di dunia nyata. Tidak jauh berbeda dari beberapa pendapat sebelumnya,
maka Arifin (2013:200) lebih menggambarkan motif hubungan personal
secara singkat yaitu menjelaskan bahwa hubungan personal lebih tertuju
pada individu yang ingin memiliki rasa pertemanan yang ditawarkan oleh
24
media. Dapat diberikan contoh pada fenomena yang saat ini marak terjadi,
yaitu banyak individu yang menggunakan media sosial sebagai tempat
dalam pencarian teman.
3. Identitas Personal
Pada motif ini individu dapat memahami keadaan dirinya sendiri serta dapat
mengetahui identitas pribadi yang dimiliki. Media disini berperan sebagai
tempat individu bisa menonjolkan hal penting yang berada dalam diri
individu tersebut.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Arifin “motif identitas personal yaitu motif
mengonsumsi media untuk memperoleh legitimasi atau penguatan akan
nilai-nilai yang diyakini audiens, pencarian referensi personal, dan
eksplorasi realitas”
Arifin (2013:200)
Dari penjelasan Arifin diatas, maka dapat dikatakan bahwa motif identitas
personal merupakan motif individu yang mana dalam mengonsumsi media
nantinya individu akan mendapatkan penguatan akan nilai yang sebelumnya
sudah diyakini oleh individu, selain itu juga sebagai individu untuk mencari
rekomendasi atas apa yang diingini.
Sejalan dengan pendapat Arifin, maka Mc.Quail dalam Stevent (2017:5)
menjabarkan identitas personal sebagai tempat dimana individu dapat
menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model tentang
perilaku yang dimiliki oleh individu, mengidentifikasi diri melalui nilai-
nilai yang ada dalam media, serta dapat meningkatkan pemahaman tentang
dirinya sendiri. Dari penjelasan mengenai identitas personal diatas dapat
diberi contoh seperti seorang mahasiswa yang lebih merasa bahwa ia akan
25
memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi jika ia belajar sembari
mendengarkan alunan musik dari radio. Selain itu juga dicontohkan seperti
mahasiswa yang merasa tidak sia-sia mengeluarkan biaya jika ia membeli
produk yang ia lihat di media massa dan ia merasa bahwa produk yang
dibelinya ini memang baik dan layak untuk ia miliki.
4. Pengawasan (surveillance)
Pengawasan disini mengenai bagaimana individu menggunakan media
untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Misalnya individu yang
menonton program televisi untuk mencari informasi atau berita.
Arifin menjelaskan lebih lanjut motif pengawasan yaitu “kebutuhan yang
diharapkan dari audiens ketika mengonsumsi adalah mendapatkan
informasi baik berupa pengetahuan dan berita yang secara langsung ataupun
tidak menjadi referensi audiens untuk memiliki kesadaran atau pengawasan
akan lingkungannya” Arifin (2013:200)
Dari penjelasan di atas, maka pengawasan dapat disimpulkan sebagai motif
yang mendasari individu untuk menggunakan media sebagai tempat
mendapatkan informasi, pengetahuan serta berita yang nantinya berdampak
pada kepribadian individu yang memiliki kesadaran serta pengawasan akan
lingkungan disekitarnya.
Sejalan dengan Arifin, maka Mc.Quail dalam Stevent (2017:4)
mengkategorikan motif informasi/pengawasan (surveillance) yaitu,
individu menggunakan media sebagai tempat untuk mencari berita
mengenai peristiwa dan kondisi yang erat kaitannya dengan lingkungan
terdekat, masyarakat sekitar ataupun tentang dunia, selain itu juga mencari
penyelesaian atau bimbingan mengenai pendapat atau hal-hal yang
menyangkut dengan penentuan pilihan, sebagai tempat memuaskan
26
keingintahuan juga ketertarikan individu, media sebagai tempat untuk
belajar, serta media membuat individu untuk memperoleh rasa kedamaian
melalui penambahan ilmu pengetahuan. Agar dapat lebih dipahami lagi,
maka contoh nyata dari motif penggunaan media sebagai pengawasan yaitu
seorang mahasiswa yang menonton acara televisi atau menggunakan sosial
media guna untuk dapat mengakses informasi atau mendapatkan informasi
terkini yang sedang terjadi dilingkungannya.
Dari berbagai macam motif penggunaan media diatas, maka bisa
disimpulkan bahwa motif yang mendorong individu untuk menggunakan media
lahir dari kebutuhan individu itu sendiri, apakah individu membutuhkan media
sebagai hiburan, hubungan personal antar individu, menemukan identitas diri atau
digunakan sebagai pengawasan terhadap lingkungan sekitar. Segala macam-macam
motif yang tercantum semua tergantung pada keadaan individu itu sendiri pada
motif mana yang paling mendominasi individu untuk memutuskan menggunakan
media.
2.2.5 Perbedaan Motif dan Motivasi
Dalam melakukan aktifitas atau membuat sebuah keputusan, pasti pada
setiap individu memiliki dorongan didalam dirinya masing-masing, yang
dinamakan dengan motif. Menurut Sobur (2003:266) motif merupakan suatu hal
yang melingkupi mengenai alasan atau dorongan yang ada dalam diri manusia
sehinga ia melakukan atau berbuat sesuatu, yang mana dijelaskan pula bahwa setiap
tingkah manusia pasti hakikatnya memiliki motif yang mendorong.
Dalam Sobur (2013:268), Sarwono (2014:137) diterangkan jika dalam dunia
psikologi juga dikenal istilah motivasi, yaitu istilah yang menggambarkan seluruh
27
proses gerakan, mendorong, dorongan yang muncul pada diri individu, tingkah laku
yang ditimbulkannya, serta tujuan atau akhir dari perbuatan. Oleh sebab itu,
motivasi bisa disebut sebagai hal yang membangkitkan motif, membangkitkan daya
gerak, serta menggerakkan individu untuk berbuat suatu hal dalam mencapai
kepuasan atau tujuan.
Untuk lebih jelasnya, Sarwono (2014:138) memberikan contoh mengenai
motif dan motivasi, misalkan ada seseorang yang baru saja menyelesaikan
pendidikan di universitas dan sedang mencari pekerjaan. Seseorang ini sangat
bermotivasi dalam mencari pekerjaan tersebut, kemudian ia rajin membaca iklan
lowongan kerja, rajin menulis surat lamaran kerja dan ketika ada panggilan lamaran
kerja, ia bangun pagi untuk bersiap-siap lebih awal agar tidak terlambat. Sementara
itu, motifnya adalah untuk mencari kerja agar bisa membantu keuangan orang tua.
Sejalan dengan Sobur, maka Sarwono (2014:138-139) menjelaskan lebih lanjut
bahwa motivasi bisa juga difungsikan untuk menjadi perantara, agar manusia itu
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Perbuatan manusia dimulai
dari adanya kondisi dalam inidividu yang dinamakan ketidakseimbangan.
Kebutuhan individu untuk mencari keseimbangan akan menimbulkan dorongan
atau motif individu untuk berbuat sesuatu. Ketika individu sudah melakukan
perbuatan itu, maka tercapailah keseimbangan dan timbul perasaan puas, gembira
dan aman pada diri individu tersebut.
Dari pengertian motif dan motivasi yang sudah diutarakan oleh beberapa
pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan seluruh
proses gerakan, situasi yang mendorong, serta suatu dorongan yang lahir dari dalam
28
diri individu. Sedangkan motif merupakan dorongan penggerak yang membuat
manusia melakukan suatu kegiatan atau perilaku guna tercapainya tujuan yang
sebelumnya sudah ditetapkan. Jadi, antara motif dan motivasi saling berkaitan, pada
awalnya individu akan merasa termotivasi, kemudian timbul motif dalam dirinya,
hingga berakhir pada individu melakukan perbuatan atau perilaku.
2.3 Aplikasi Kencan Online
2.3.1 Pengertian Aplikasi
Istilah aplikasi sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat masa kini,
dimana perkembangan aplikasi juga sudah sangat pesat. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia tidak lepas dari bantuan sebuah aplikasi, baik itu aplikasi yang berada
dalam sistem komputer ataupun pada handphone. Pengertian aplikasi sendiri
menurut Jogiyanto (1999:12) dalam Neyfa dan Tamara (2016:85) bahwa aplikasi
merupakan penggunaan komputer, instruksi atau pernyataan yang disusun hingga
membuat komputer bisa melakukan proses input menjadi output.
Tidak jauh berbeda dengan Jogiyanto, maka Muthohari, Bunyamin dan
Rahayu menjelaskan aplikasi sebagai program komputer yang memiliki fungsi guna
untuk menolong manusia dalam melakukan tugas-tugas tertentu, selain itu
dijelaskan pula aplikasi juga berupa sebuah software yang berfungsi untuk
melakukan berbagai macam bentuk pekerjaan atau tugas tertentu seperti
penggunaan dan penambahan data. Sejalan dengan Muthohari, Bunyamin dan
Rahayu, maka Hakim dalam Neyfa dan Tamara (2016:85) menambahkan
pengertian aplikasi sebagai perangkat lunak yang difungsikan guna untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti pengolahan dokumen, mengatur Windows dan juga
permainan.
29
Berdasarkan pada penjelasan mengenai aplikasi yang sudah diutarakan diatas,
maka secara garis besar aplikasi adalah perangkat lunak yang memiliki fungsi
sebagai alat yang menunjang kinerja individu dalam mengerjakan pekerjaan atau
sebagai pemenuh kebutuhan individu, yang mana aplikasi ini dioperasikan dan
diinstruksikan sesuai dengan keinginan penggunanya, melalui aplikasi yang ada
pada sistem komputer atau pada handphone.
2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Aplikasi Kencan Online
Dewasa ini mulai bermunculan aplikasi kencan online, yang mana pada
aplikasi ini akan mempertemukan individu-individu yang sebelumnya tidak saling
mengenal kemudian akan mengenal satu sama lain. Aplikasi kencan online
menyediakan ruang obrolan bagi mereka yang sama-sama saling ada ketertarikan
satu sama lain. Namun jangan sampai terlupakan bahwa aplikasi seperti ini juga
tidak menutup kemungkinan bahwa ada bahaya yang akan ditimbulkan dibalik
kesenangan dalam penggunaannya.
Berikut beberapa kelebihan dari penggunaan aplikasi kencan online
menurut data dari wolipop.detik.com, datingadvice.com dan express.co.uk yaitu:
a. Mudah digunakan
Menurut Sari (2015) dalam wolipop.detik.com, Kei Savourie seorang pakar
percintaan, menyatakan bahwa Tinder memiliki desain yang cukup sederhana.
Fitur yang ditawarkan dalam aplikasi kencan online sangat mudah untuk
digunakan, serta jelas dan tanpa perlu latihan terlebih dahulu. Hanya dengan
bermodalkan handphone dan jaringan internet, pencarian jodoh sudah bisa
dimulai
30
b. Cepat
Sari (2015) dalam wolipop.detik.com, Kei Savourie juga mengungkapkan
bahwa dalam dunia maya banyak orang bisa bertemu dan berkenalan dengan
berbagai orang diluar sana, hanya dalam waktu singkat dan cukup menekan
tombol atau sentuh layar.
c. Relatif Aman
Sari (2015) dalam wolipop.detik.com, relatif aman yang dimaksudkan yaitu
pengguna bisa mengatur akan dengan siapa pengguna ingin berbicara melalui
fitur chatroom. Apabila pengguna merasakan ketidak cocokan dengan kriteria
yang diinginkan atau mendapatkan pesan yang menjurus kearah seksual yang
tidak diinginkan maka pengguna bisa menyudahi percakapan dengan memilih
unmatch, sehingga pesan-pesan tersebut tidak muncul lagi.
d. Menghemat Uang dan Waktu
Matthews (2017) dalam datingadvice.com keuntungan terbesar dalam
penggunaan aplikasi kencan online adalah menghemat uang dan juga waktu.
Karena mayoritas pada aplikasi kencan online tidak perlu berbayar atau dengan
kata lain dapat digunakan secara gratis.
e. Kemudahan Dalam Menolak
Matthews (2017) dalam datingadvice.com mengungkapkan bahwa keuntungan
dari aplikasi ini adalah individu bisa dengan mudah menolak orang yang tidak
sesuai dengan keinginan dirinya yang sesungguhnya tanpa harus merasa
bersalah dengan bertemu langsung dengan orang yang sudah di tolak.
Berikut kelemahan dari aplikasi kencan online menurut liputan6.com dan
majalahkartini.co.id:
31
a. Tidak mampu memprediksikan hubungan yang baik
Dianawanti (2018) dalam liputan6.com, mengatakan bahwa pengguna aplikasi
kencan rawan untuk tidak bisa memilih kualitas penting dari mencari pasangan.
Banyak dari pengguna yang merasa cocok hanya karena orang tersebut
menyenangkan tapi tidak memiliki kualitas diri yang baik.
b. Menjadi Pemilih dan Suka Menghakimi
Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com, sebuah ungkapan dari Asosiasi
Ilmu Psikologi di Amerika Serikat bahwa beberapa orang pengguna aplikasi
kencan online menjadi pribadi yang lebih suka menghakimi dan menjadi
pemilih dibandingkan dengan sebelumnya, selain itu juga pengguna mejadi
lebih sering membatalkan hubungan karena teman kencan tidak sempurna.
c. Hubungan Terlampau Singkat
Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com mengungkap data hasil penelitian
dari Universitas Negeri Michigan, terdapat 28 persen pengguna yang
menemukan pasangan pada aplikasi kencan online tidak akan bertahan lebih
dari satu tahun, berbeda dengan pasangan yang memulai hubungan dengan
pertemuan secara langsung.
d. Tak Benar-benar Mencari Pasangan
Masih Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com, mengatakan jika tidak
semua lelaki benar-benar serius mencari jodoh melalui aplikasi kencan online.
Karena tidak jarang juga bahwa banyak lelaki yang hanya memuaskan hasrat
seksualnya saja.
e. Identitas Palsu
32
Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com, mengungkap bahwa berdasarkan
pada data dari lembaga survei OpinionMatters, terdapat sebanyak 53 persen
pengguna kencan online di Amerika Serikat pernah berbohong. Ditemukan
lebih dari 20 persen pengguna perempuan mengunggah foto dirinya dengan
yang lebih muda. Kemudian ditemukan 40 persen pengguna laki-laki sering
berbohong mengenai kondisi keuangan mereka.
Berdasarkan data dari beberapa website diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sudah banyak orang yang sudah mengenal aplikasi kencan online. Terdapat
berbagai macam kelebihan serta kelemahan yang ditimbulkan dengan hadirnya
aplikasi kencan online ini. Untuk bisa mengurangi dampak negatif, maka kelebihan
dan kelemahan pada aplikasi ini bisa menjadi tolak ukur individu untuk lebih bijak
menggunakan aplikasi kencan online, terlebih lagi melihat perkembangan jaman
semakin pesat dengan kebutuhan individu yang semakin tinggi, maka tidak
menutup kemungkinan untuk lahirnya tindakan kejahatan yang dilakukan oleh
pengguna-pengguna aplikasi.
2.3.3 Perbedaan Aplikasi dengan Media Sosial
Jika ditelusuri lagi lebih dalam mengenai aplikasi, maka dapat ditemukan
pengertian aplikasi yang merupakan sebuah program siap pakai yang dapat
digunakan untuk menjalankan perintah dari pengguna aplikasi tersebut, serta lebih
rinci lagi aplikasi dapat difungsikan sebagai program yang dapat membantu
individu untuk menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan teknik
pemrosesan data aplikasi (Riswaya dan Abdurahman 2014:62).
33
Pembahasan mengenai aplikasi akan tidak lengkap tanpa penjelasan mengenai
sistem yang berada di aplikasi, yaitu salah satunya adalah media sosial. Media
sosial sendiri merupakan bagian dari aplikasi yang berbasis internet serta dibangun
berdasarkan ideologi serta perkembangan teknologi dari Web 2.0 (blog, friendster,
dll). (Kaplan, Andreas M, Michael Haenlein 2010) dalam Musthofa (2016:51).
Berbeda dari pendapat sebelumnya, maka media sosial menurut Purnamawati
dan Eldarani (2011) dalam Indrawati, Sudiarta, dan Suardana (2017:79)
menjelaskan media sosial sebagai media dimana pengguna dapat membuat konten
serta aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk dapat berinteraksi dan
melakukan pertukaran wawasan dengan pengguna lainnya. Tidak jauh berbeda
dengan Purnamawati dan Eldarani, maka Susanto (2017:387) menjelaskan secara
singkat fungsi media sosial sebagai tempat untuk memperluas interaksi sosial
sesama individu dengan cara menggunakan internet dan teknologi web.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian serta fungsi aplikasi dan media
sosial, maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi adalah wadah yang dapat
menjadi sarana untuk berinteraksi antar individu satu dengan yang lainnya, yang
mana pada sistem aplikasi terbentuk sosial media. Terlihat perbedaan yang jelas
antar keduanya, yaitu jika aplikasi lebih banyak memiliki beragam fungsi dan
manfaat dibandingkan dengan media sosial.
2.3.4 Macam Aplikasi Kencan Online
Saat ini bisa ditemui macam aplikasi kencan online yang beragam, berikut
merupakan beberapa macam aplikasi kencan online yang dilansir dari liputan6.com
34
a. Tinder
Aplikasi yang mana penggunaannya cukup dengan swipe kanan atau swipe
kiri maka pengguna bisa dengan mudah menemukan teman kencan. Fitur
sistem GPS juga dapat ditemui pada aplikasi Tinder, yang mana akan
memudahkan pengguna untuk menemui pengguna lain yang memiliki jarak
yang berdekatan.
b. Miss Travel
Aplikasi Miss Travel lebih cocok jika digunakan oleh individu yang senang
berpetualang atau travelling dengan orang asing. Tidak hanya berkencan,
namun pada aplikasi ini juga bisa mencari teman perjalanan travelling yang
menyenangkan
c. Bumble
Aplikasi kencan online yang tidak jauh berbeda dengan Tinder. Hanya saja,
pada aplikasi ini wanita yang harus memulai percakapan terlebih dahulu
dengan pria yang ‘match’ atau cocok.
d. Wooplus
Aplikasi ini dikhususkan untuk pengguna yang memiliki tubuh plus-size
atau yang bertubuh besar. Tujuan dari aplikasi ini untuk menciptakan
lingkungan kencan dari pandangan yang lebih positif dan pencarian
pasangan yang tidak mendiskriminasi individu berdasar pada tubuh
besarnya.
Dari berbagai macam aplikasi kencan online diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa setiap aplikasi kencan online pasti memiliki kelebihan serta ciri
khasnya masing-masing. Dalam pemilihan atau penggunannya, individu sudah
35
menyesuaikan sesuai dengan kebutuhannya, dimulai dari aplikasi kencan online
yang sangat banyak diminati oleh masyarakat umum, kemudian aplikasi yang
mempertemukan dengan pasangan berdasarkan hobi yang sama, serta aplikasi yang
menyediakan fitur pendukung untuk wanita lebih berani membuka obrolan, dan
yang terakhir yaitu aplikasi yang dikhususkan untuk mereka yang memiliki fisik
yang sama.
2.4 Aplikasi Tinder
2.4.1 Pengertian Tinder
Tinder merupakan aplikasi kencan online yang dapat digunakan untuk
saling mengenal antar pengguna Tinder. Hadirnya aplikasi ini bisa mengubah hidup
seseorang dengan cara mempertemukan teman atau teman kencan yang diimpikan.
Aplikasi ini diluncurkan di bulan September 2012 oleh Sean Rad sebagai CEO,
tepatnya di Los Angeles, California (dilansir dari website gotinder.com).
Menurut sang CEO sendiri yaitu Sean Rad, aplikasi ini dibuat dengan
tujuaan agar orang-orang bisa dengan mudah memilih teman kencan sesuai selera,
hanya dengan menggeser maka bisa mempertemukan orang yang saling menyukai.
Disebutkan juga bahwa pengguna aplikasi ini didominasi pada usia 18 hinga 30
tahun (dilansir dari website techinasia.com).
Menurut data dari help.tinder.com aplikasi Tinder ini menjadi aplikasi
kencan online yang bisa diandalkan kehebatannya dengan mempertemukan serta
memperkenalkan pengguna kepada berbagai macam individu yang berada di sekitar
pengguna. Selain itu juga aplikasi kencan online ini merupakan aplikasi yang paling
terkenal karena telah mempertemukan 26juta lebih pasangan per harinya. Namun
36
tidak hanya itu saja, kelebihan dari aplikasi Tinder yaitu menggunakan sistem
lokasi dari sosial media lain (Facebook), sehingga ada beberapa data yang
terhubung antara Facebook dengan Tinder. Faslitas yang ditawarkan juga mampu
membuat pengguna tertarik untuk menggunakannya, yaitu fasilitas komunikasi
dengan sesama pengguna akun Tinder berdasarkan dengan lokasi geografis yang
diatur oleh pengguna. Sesuai dengan sistem aplikasinya, Tinder difungsikan
sebagai tempat untuk pencarian pasangan atau pencarian teman kencan.
Gambar 2.1
Logo Aplikasi kencan online Tinder
Sumber: google.com
2.4.2 Fitur Tinder
Menurut Lee dalam website yang dilansir oleh The Globe And Mail,
aplikasi kencan online ini bisa diunggah melalui iOS atau sistem Android. Untuk
bisa mendaftar, pengguna bisa menggunakan nomor handphone atau masuk
menggunakan akun Facebook. Guna Facebook disini hanyalah sebagai wadah
untuk memastikan bahwa profil yang sudah terbuat adalah nyata, bukanlah profil
palsu. Setelah pengguna membuat akun, maka pengguna sudah bisa menambahkan
foto untuk lebih menarik perhatian pengguna lain. Disini juga disediakan fitur
menyunting, menghapus atau mengubah urutan foto sesuai dengan keinginan
pengguna.
37
Yusuf dalam kompas.com menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk lebih
memfasilitasi dan memberi kepuasan pengguna dalam melakukan geseran, maka
sebelum menggeser pengguna bisa melihat informasi dari profil yang keluar, seperti
informasi biodata, foto, dan Video Loop. Fitur Video Loop ini baru saja dirilis oleh
Tinder dengan video yang memiliki durasi pendek dan sistem pengulangan video.
Video ini tidak bisa diambil langsung dari dalam aplikasi Tinder itu sendiri, namun
pengguna bisa menyunting serta mengunggah video yang telah direkam
sebelumnya kemudian video bisa diunggah pada aplikasi Tinder untuk
menampilkan profil pengguna yang lebih menarik.
Fitur lainnya yang dimiliki Tinder tidak berbeda jauh dengan aplikasi
kencan online yang lainnya, yaitu fitur swipe atau menggeser yang menunjukkan
jika pengguna menyukai atau tidak menyukai seseorang yang ditemui di aplikasi
ini. Pengguna cukup mengeser kiri pada layar jika tidak cocok dan geser kanan pada
layar jika pengguna merasa ada kecocokan dengan profil yang ditampilkan. Jika
pada kedua pengguna saling menyukai dan sama-sama menggeser ke kanan, maka
akan menghasilkan “kecocokan” dan secara otomatis disediakan ruang obrolan
dalam aplikasi.
Berbeda dengan Yusuf, maka Anggraini dalam kompas.com menjelaskan
fitur Tinder lebih dalam yaitu fitur yang memungkinkan untuk penggunanya
mengetahui siapa saja orang yang menyukai profil pengguna, bahkan sebelum
melakukan kegiatan swiping atau menggeser layar untuk melihat profil seseorang.
Namun fitur ini hanya merupakan bagian dari penggunaan Tinder Gold, yaitu
layanan tambahan yang pengguna harus melakukan pembayaran sebelum
38
menggunakannya, dengan biaya sekitar 30 dolar Australia atau sekitar Rp.315.000
setiap bulannya.
Pada aplikasi ini, pengguna ditawarkan untuk dapat memilih ingin disajikan
profil seorang wanita atau pria, atau ingin kedua-duanya. Namun tidak hanya itu,
pengguna juga bisa mengatur jarak seberapa jauh jarak antara pengguna dengan
kriteria orang yang diingini, yaitu tersedia jarak dari 2km hingga 161km. Begitu
pula dengan batasan usia, yaitu batas usia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi
hingga mencapai usia lebih dari 50 tahun.
Kesimpulan dari beberapa fitur Tinder yang sudah dijelaskan diatas, maka
secara garis besar Tinder memiliki beragam fitur yang cukup menarik untuk
digunakan. Mulai dari penyajian informasi serta biodata pengguna, dan pengaturan
jenis kelamin hingga jarak yang bisa disesuaikan dengan keinginan pengguna.
Namun meskipun Tinder menyediakan banyak fitur, sebagai pengguna harus lebih
bijak dalam penggunaan fitur tersebut agar tidak disalah gunakan oleh orang-orang
yang memiliki niat jahat.
2.5 Definisi Mahasiswa
2.5.1 Pengertian Mahasiswa
Dari segi psikologi, mahasiswa menurut Hartaji (2012:5) dalam Hulukati
dan Wenny (2018:74) bahwa mahasiswa merupakan individu yang sedang pada
proses menimba ilmu atau sedang proses belajar yang mana sudah terdaftar sedang
menjalani pendidikan pada perguruan tinggi, baik itu akademik, politeknik, sekolah
tinggi, atau institut dan universitas. Berbeda pandangan dengan Hartaji, maka
Yusuf (2012:27) lebih menyebutkan mahasiswa dari segi usia yaitu mahasiswa
39
dikategorikan pada tahap perkembangan yang berada di usia 18 hingga 25 tahun,
pada masa ini digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, maka Marheni (2004)
dalam Wardani (2012:84), mengungkapkan bahwa mahasiswa merupakan individu
yang sedang berada pada pencarian serta pencapaian identitas diri. Ditegaskan lebih
lanjut status mahasiswa berada pada rentang usia 18 hingga 25 tahun atau yang
dinamakan dengan masa remaja akhir (Konopka dalam pikunas, 1976) dalam
Wardani (2012:79)
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian mahasiswa, maka secara garis
besar mahasiswa dapat dikatakan bahwa seseorang yang sedang melakukan sebuah
proses menimba ilmu, dengan memiliki kepribadian dalam dirinya yang masih
proses dalam pencarian jati diri dengan usianya berkisar dari usia 18 hingga 25
tahun. Dalam dunia psikologi mahasiswa dapat juga digolongkan kedalam kategori
remaja tingkat akhir.
2.5.2 Batasan Remaja
Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari kata lain adolescere
yang berarti tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968:4) dalam Sarwono (2013:11).
Kematangan yang dimaksud tidak hanya kematangan dalam segi fisik, tapi juga
kematangan sosial-psikologis.
Pada tahun 1974, WHO menjabarkan mengenai remaja yang berisfat rinci.
Dikemukakan ada tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,
secara lengkap definisi itu berupa keadaan remaja atau suatu masa remaja dimana:
40
1. Individu yang berkembang sejak pertama individu menunjukkan tanda-tanda
seksual sekunder sampai individu mencapai kematangan seksual
2. Adanya perkembangan psikologi individu dan pola dari kanak-kanak menjadi
dewasa
3. Munculnya peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi mejadi keadaan
mandiri, Muangman (Sarwono, 2013:11)
Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu bidang kesehatan. Masalah yang
paling sering dirasakan adalah tentang kesehatan remaja yaitu kehamilan yang
terjadi terlalu awal. Berangkat dari masalah ini maka WHO menetapkan usia 10-
20tahun sebagai batasan usia remaja. Banyak resiko yang akan terjadi dengan
kehamilan di usia-usia tersebut (cacat, kematian bayi atau ibu, serta kesulitan pada
saat melahirkan) dibandingkan dengan kehamilan dalam usia-usia diatasnya
(Sanderowitz & Paxman, 1985; Hanifah, 2000) dalam Sarwono (2013:11).
Lebih lanjut lagi, WHO juga menyatakan bahwa batasan usia remaja
tersebut berlaku untuk pria dan wanita. WHO membagi kurun usia tersebut menjadi
2 bagian, yaitu remaja awal 1—14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) juga menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia muda
(youth) dengan keputusan itu maka ditetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda
Internasional (Sanderowitz & Paxman, 1985; Hanifah, 2000) dalam Sarwono,
2013:11.
Dalam Sarwono (2013:18) di negara Indonesia menggunakan batasan usia
remaja yaitu usia 11-24tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan-
pertimbangan berikut:
41
1. Kriteria fisik pada usia 11 tahun sudah nampak tanda-tanda seksual sekunder,
yaitu tanda-tanda fisik atau badaniah yang bisa membedakan antara pria dan
wanita (kriteria fisik)
2. Menurut adat maupun agama, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, jadi
sudah tidak diperlakukan layaknya anak-anak (kriteria sosial)
3. Pada usia ini mulai muncul tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa
seperti identitas diri (ego identity, menurut Erik Erikson), tercapai fase genital
(menurut Freud) dan puncak perkembangan kognitif atau cara berpikir (Piaget)
maupun moral (Kohlberg) (kriteria psikologis).
4. Batas usia 24 tahun adalah batas maksimal untuk memberikan peluang bagi
individu yang pada usia 24 tahun masih bergantung pada orang tua, belum bisa
memberikan pendapat dan sebagainya. Pada uisa ini banyak dari mereka yang
belum bisa memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun
psikologis, jadi masih tergolong remaja.
5. Pada penjelasan diatas, status perkawinan sangat menentukan, karena
pengartian perkawinan sangat penting di masyarakat Indonesia pada umumnya.
Untuk yang sudah menikah di usia berapapun itu, akan dianggap serta
diperlakukan sepenuhnya seperti orang dewasa, baik secara hukum atau
kehidupan masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu pada penjelasan ini
dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
Jika dilihat dari berbagai pengertian mengenai batasan remaja, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa batasan usia remaja ada pada usia 10 hingga 24 tahun,
yang mana batasan usia ini tidak membeda-bedakan antara remaja pria dan remaja
wanita, yang berarti batasan usia ini berlaku untuk semua jenis kelamin.
42
2.5.3 Psikografis Mahasiswa
Di dalam ranah psikografis, perilaku seseorang dapat diobservasi melalui
gaya hidup, serta kepribadiannya.
Menurut Amiruddin, “Psikografis adalah identifikasi karakteristik yang
menggambarkan psikologis atau kepribadian dan sikap yang mempengaruhi gaya
hidup seseorang dan perilaku pembelian” (Amiruddin, 2018:50)
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa psikografis mempelajari
mengenai kepribadian serta sikap individu dalam rangka untuk mempengaruhi gaya
hidupnya dan juga bagaimana individu berperilaku dalam keputusan pembelian
atau pemakaian.
Menurut Joseph Plumer (1974) dalam Kunto dan Pasla (2006:15) gaya
hidup pada dasarnya merupakan bagaimana seseorang dalam mengelola waktu serta
uang yang dimilikinya. Gaya hidup mengukur tentang aktifitas-aktifitas manusia
dalam hal pola seseorang dalam rangka menghabiskan waktu, minat, pandangan
seseorang terhadap dirinya dan orang lain, karakter dasar yang dilalui dalam
kehidupannya seperti penghasilan, pendidikan dan dimana seseorang tinggal.
Menurut Ibrahim Subandi (2005) dalam Sari (2015:345) secara tidak langsung,
gaya hidup mahasiswa dapat dipengaruhi oleh industri gaya hidup dimana gaya
hidup ini lebih mengutamakan eksistensi diri sebagai cerminan dari bentuk
kebutuhan pada saat ini.
Pendapat dari Kotler dan Keller 2009, dalam Wardana (2011:22) ada tiga
hal penting dalam pembahasan mengenai kepribadian, yaitu kepribadian setiap
individu itu berbeda, kepribadian bisa tetap dan abadi, dan yang terkahir yaitu
kepribadian dan konsep diri serta gaya hidup dan nilai. Berbeda dengan Kotler dan
43
Keller maka Sinamo, Suak dan Munayang (2009:95) memiliki ciri kepribadian
mahasiswa yaitu identik dengan memiliki masalah psikologis, memiliki rasa curiga
atau ketidakpercayaan yang berlebih pada seseorang, hubungan sosial dangkal yang
berarti adalah anti sosial, memiliki tingkat emosi yang cepat marah dan suka
mencari perhatian, serta pola pikir yang cepat dan tidak konsisten.
Dari berbagai macam pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa psikografis
pada diri mahasiswa bisa didasarkan oleh tingkat gaya hidup mahasiswa tersebut
yang mudah terpengaruh oleh industri gaya hidup, serta didasarkan pula pada
kepribadian mahasiswa yang memiliki sifat yang tidak tetap atau berubah-ubah
dalam menghadapi permasalahan atau keingintahuan dalam pencapaian tujuan.
2.5.4 Sosiografis Mahasiswa
Sosiografis menurut Siregar dan Pasaribu (2000) dalam Yani dan Farida
(2017:60) adalah cara-cara dalam mengenali individu dengan melihat dari latar
belakang seseorang seperti umur, jenis kelamin, pendidikan serta posisi dalam
kehidupan sosialnya. Untuk sosiografis mengenai umur mahasiswa, Fauziah
(2015:124) berpendapat bahwa mahasiswa pada jenjang Strata 1 (S1) tergolong
pada jarak usia rata-rata yaitu 19 hingga 23 tahun, dimana pada masa ini
dikategorikan sebagai fase dewasa awal yaitu suatu fase transisi antara remaja dan
dewasa.
Sejalan dengan Fauziah maka Erikson (1959, 1963) dalam Fauziah
(2015:124) menjelaskan lebih lanjut pada fase dewasa awal merupakan kebutuhan
seseorang untuk dapat membuat komitmen serta menciptakan hubungan antar
individu yang erat dan stabil.
44
Berdasar pada pengertian sosiografis diatas, dalam hasil penelitian
Ambarwati, Pinilih dan Astuti (2017:45) ditemukan karakteristik mahasiswa bahwa
usia mahasiswa paling mendominasi berada di usia 22 tahun, sedangkan pada jenis
kelamin lebih mendominasi kepada perempuan, untuk masa studi pada program
Diploma III (D3) yaitu sampai dengan 6 semester, dan untuk Strata 1 (S1) yaitu
hingga 8 semester.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sosiografis mahasiswa dapat
ditentukan melalui usia, jenis kelamin serta pendidikan mahasiswa yang berada di
dalam suatu daerah atau tempat tinggal. Usia mahasiswa berada pada fase remaja
awal yang mana berusia 19 hingga 23 tahun, dimasa ini pula mahasiswa atau remaja
masih mengalami masa peralihan dari remaja menuju dewasa.
2.6 Landasan Teori
2.6.1 Teori Uses and Gratifications
Teori uses and gratifications dikembangkan oleh Kazt dan Gurevicth dari
“Mass Media Uses and Gratification Model” yang pertama kali dipublikasikan pada
tahun 1974. Munculnya teori ini saat teknologi sedang marak berkembang di tahun
1960-an. Asumsi mengenai teori ini yaitu mengenai khalayak aktif dalam tujuan
untuk memenuhi kebutuhannya dan dorongannya. Teori uses and gratifications
memahami tentang komunikasi sebagai pengaruh antarpribadi (Karman, 2013:94)
Sejalan dengan Karman maka Rakhmat (2012:65) dalam Romli (2016:51)
mendefinisikan teori uses and gratifications yaitu teori mengenai sumber
kebutuhan sosial dan psikologi individu yang nantinya akan melahirkan harapan-
45
harapan baru dari media massa atau sumber yang lainnya. Kemudian menyebabkan
perbedaan pola terpaan media dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan lainnya.
Lain halnya menurut Nurudin, (2017:181) dalam Romli (2016:51) yang
menyatakan bahwa teori uses and gratifications membahas mengenai konsumen
yang menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Dalam hal ini konsumen
memiliki kekuasaan untuk menentukan sendiri media apa yang akan digunakan.
Pengguna media berperan aktif untuk memainkan perannya dalam memilih dan
menggunakan media, dengan berusaha untuk mencari sumber media terbaik untuk
bisa memenuhi kebutuhannya.
Lebih singkatnya lagi, Morissan (2010:264) menjabarkan teori uses and
gratifications atau teori Penggunaan dan yaitu yang berkaitan tentang kapan dan
bagaimana individu sebagai konsumen media menjadi aktif atau kurang aktif dalam
penggunaan media serta akibat apa yang ditimbulkan dari penggunaan media
tersebut. Biasanya pada teori uses and gratifications paling banyak digunakan
dalam studi komunikasi massa, yang menyatakan bahwa audien mencari dan
menggunakan media sesuai dengan faktor sosial serta faktor psikologi yang dialami
oleh individu yang berbeda-beda. Memang pada dasarnya teori ini tidak
mengungkap mengenai efek langsung pada media atau bagaimana mereka
mengonsumsi media, namun teori ini berupaya menjelaskan What do people do
with the media? Apa yang dilakukan audien kepada media. (Klapper, 1963: Rubin,
1994) dalam (Morissan, 2010:264).
Berdasarkan pada beberapa pengertian teori uses and gratifications dari
beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa teori Teori uses and
46
gratifications berbicara tentang individu aktif yang mencari dan menggunakan
media sebagai alat untuk pemuas kebutuhan. Dimana audien disini bisa dengan
leluasa menggunakan media sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ingin dicapai.
2.6.2 Asumsi Dasar Teori Uses and Gratifications
Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam Morissan (2010:264), Rubin
dalam Oliver, Beth (2008:167) Menyatakan lima asumsi dasar teori Penggunaan
dan Kepuasan sebagai berikut:
a. Audien aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media
Audien disini dianggap sebagai seorang partisipan yang aktif dalam
penggunaan media. Perilaku audien menggunakan media didasari pada
tujuan dan motivasi pada audien tersebut.
b. Inisiatif mendapatkan kepuasan media ditentukan oleh audien
Audien disini bersifat aktif, maka audien mengambil inisiatif sendiri
dalam penentuan media yang dikehendakinya. Misalkan audien yang
memilih menonton program komedi karena audien tersebut menyukai
acara yang membuat tertawa
c. Media bersaing dengan sumber kepuasan lainnya
Media bersaing dengan bentuk komunikasi lainnya misal dalam hal
pilihan, perhatian serta penggunaan untuk memuaskan kebutuhan juga
keinginan seseorang. Misalnya diawal hubungan sepasang muda-mudi
mereka lebih memilih menonton bioskop berdua daripada menonton
televisi dirumah.
d. Audien sadar terhadap ketertarikan, motif dan penggunaan media
47
Dalam memilih media untuk digunakan, audien melakukannya secara
sadar dengan kesadaran diri yang cukup media mana yang membuatnya
lebih tertarik dan sesuai dengan motif yang muncul dalam dirinya
e. Penilaian isi media ditentukan oleh audien
Media hanya bisa dinilai oleh audien sendiri. Mungkin menurut
sebagian orang yang sama-sama mengkonsumsi media, program televisi
dianggap tidak menarik dan tidak bermutu, namun berbeda dengan
audien lainnya yang merasakan bahwa ia mendapatkkan kepuasaan
dengan menonton program televisi tersebut.
Dari beberapa uraian mengenai asumsi teori uses and gratifications diatas,
maka dapat diambil garis besar bahwa dalam pemilihan media terdapat beberapa
poin yang membuat audien untuk memutuskan menggunakan media tertentu.
Audien yang aktif pasti memiliki inisiatif kuat yang dapat membawa audien untuk
memilih media mana yang tepat digunakan, namun untuk audien yang tidak
memiliki inisiatif yang tinggi maka akan mudah dipengaruhi oleh media-media
yang lainnya.
2.6.3 Tingkat Kebutuhan Manusia
Dalam Sobur (2013: 274-279), Sarwono (2014:149), Sari dan Dwiarti (2018:
61-62), Abraham Maslow mengatakan bahwa kebutuhan pokok manusia ada 5
tingkatan yang berbentuk piramid, yang mana individu memulai dorongan dari
tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan manusia ini dikenal dengan istilah
Hirarki Kebutuhan Maslow. Berikut 5 tingkatan kebutuhan manusia menurut
Abraham Maslow:
48
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan Fisiologi adalah kebutuhan yang tingkatannya paling dasar, kuat
dan jelas diantara kebutuhan-kebutuhan manusia yang lainnya. Karena
kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, seks, tidur,
serta oksigen. Goble, (1987:72) dalam Sobur (2013:275) mengungkapkan
bahwa menurut Maslow jika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan
muncul kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi pula, dan akan begitu
sampai seterusnya. Karena jika hasrat sudah terpenuhi maka akan muncul
hasrat-hasrat yang lainnya.
2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Pada dasarnya, kebutuhan rasa aman mengarah pada 2 bentuk, yaitu:
a. Kebutuhan keamanan jiwa
b. Kebutuhan keamanan harta
Kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum,
serta kebebasan dari rasa takut ataupun kecemasan. Maslow berpendapat
bahwa kebutuhan rasa aman manusia sudah mulai muncul sejak masih kecil,
seperti contohnya anak-anak yang merasa terancam dengan bunyi guntur
atau kilat.
3. Kebutuhan Cinta dan Memiliki-dimiliki (belongingness and love needs)
Kebutuhan ini erat kaitannya antara individu dengan individu. Setiap
individu butuh apa yang dinamakan dengan dicintai, dan juga butuh untuk
49
menyatakan cintanya. Cinta disini adalah dalam artinya rasa sayang dan rasa
terikat. Rasa dimana ada keterikatan antara individu satu dengan individu
yang lainnya, seperti cinta dan kasih sayang di keluarga atau sahabat.
4. Kebutuhan Penghargaan (esteem needs)
Maslow membagi kebutuhan penghargaan diri kedalam dua jenis, yaitu
“Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan,
kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, penghargaan yang
didasarkan atas penilaian orang lain. Penghargaan yang terakhir ini dapat
dilihat dengan baik dalam usaha untuk mengapresiasikan diri dan
mempertahankan status” (Sobur, 2013:277-278)
Penghargaan pada diri individu dapat didasarkan pada diri sendiri dan juga
atas dasar penilaian dari orang lain dengan cara apresiasi serta
mempertahankan status sosial. Individu yang memiliki harga diri cukup
tinggi akan memiliki sifat yang lebih percaya diri serta lebih produktid.
Namun jika harga diri individu kurang, maka akan memiliki rasa tidak
berdaya yang menimbulkan pada keputus asaan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah Hirarki Kebutuhan dari Maslow yang tingkatannya
paling tinggi dan erat kaitannya pada pengembangan potensi individu.
Maslow menggambarkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai hasrat individu
menjadi dirinya sendiri sesuai kemampuannya. Kebutuhan aktualisasi diri
juga merupakan kebutuhan individu yang ingin menunjukkan keahlian, serta
potensi yang dimilikinya.
50
Dapat diambil kesimpulan bahwa manusia memang memiliki kebutuhan yang
bermacam-macam bentuknya, ada kebutuhan yang memang harus dicapai karena
tuntutan dari keadaan diri sendiri, serta kebutuhan yang mengarah pada potensi
individu. Setiap kebutuhan dalam dirinya, manusia memiliki motivasi untuk
mencapai tujuan yang sudah direncanakan tersebut, yang mana jika tingkat
kebutuhan pertama sudah terlaksana maka akan berlanjut kepada kebutuhan-
kebutuhan yang lainnya.
Gambar 2.2
Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow
Sumber: google.com
51
2.7 Definisi Konseptual
Dalam rangka untuk membantu peneliti untuk memahami konsep penelitian,
maka akan diperlukannya beberapa konsep untuk dapat didefinisikan. Adapun
definisi konsep yaitu:
2.7.1 Definisi Media Online
Media online merupakan jaringan yang menggunakan komputer sebagai
alat untuk dapat membagikan data, yang mana media online ini termasuk kedalam
media massa, hanya saja pada media online menggunakan jaringan internet untuk
dapat mencari informasi dan kebutuhan lainnya.
2.7.2 Definisi Motif
Motif merupakan suatu dorongan yang terbentuk dari diri manusia, yang
mana pada dorongan ingin menciptakan energi yang yang mmpu menjadi
penggerak pada diri individu untuk melakukan suatu tindakan ataupun juga
perbuatan yang berguna untuk dapat tercapainya suatu tujuan yang sebelumnya
sudah ditetapkan oleh individu.
2.7.3 Definisi Mahasiswa
Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang melakukan suatu proses di
bangku perkuliahan yang dinamakan dengan menimba ilmu, mahasiswa juga
memiliki kepribadian dalam dirinya yang mana masih dalam tahap pencarian jati
diri. Jika dilihat dari usia, mahasiswa rata-rata memiliki usia berkisar dari usia 18
tahun hingga 25 tahun.
52
2.8.1 Definisi Operasional
Pada hakikatnya motif mahasiswa dalam menggunakan aplikasi kencan online
Tinder didasari pada dorongan yang ada pada diri individu tersebut, adapun
indikator motif yang peneliti gunakan menurut Mc.Quail yaitu:
a. Pengalihan (diversion)
1. Untuk mengisi waktu luang
2. Untuk membangkitkan gairah seksual
3. Dapat menghindari permasalahan
4. Untuk menghibur diri bersama teman-teman
b. Hubungan Personal
1. Agar mendapatkan teman atau pasangan
2. Agar bisa mengenal teman-teman yang memiliki hobi yang sama
3. Agar dapat meningkatkan rasa empati sosial
4. Agar menemukan dan mengikuti kelompok atau komunitas yang
diminati
c. Identitas Personal (personal identity)
1. Untuk mendapatkan bahan obrolan ketika kumpul bersama dengan
teman-teman
2. Agar dapat lebih mudah berinteraksi dengan orang lain
3. Agar dapat mempererat hubungan dengan teman
d. Pengawasan (surveillance)
1. Untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas dengan bertemu orang-
orang baru yang berbeda karakter
53
2. Untuk memperoleh informasi atau peristiwa terbaru dilingkungan
terdekat
3. Untuk mencari penyelesaian atau solusi dari masalah yang sedang
dihadapi
4. Agar memiliki pandangan baru terhadap masalah sosial
5. Agar bisa berbagi pengalaman dengan orang lain
6. Agar bisa memuaskan rasa keingintahuan