bab ii tinjauan pustaka 1. pers a. pengertian persrepository.ump.ac.id/6205/3/bab ii_tri...
TRANSCRIPT
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pers
a. Pengertian Pers
Berdasarkan pendapat ML. Gandhi (1985: 60) menjelaskan
pengertian Pers Indonesia dipengaruhi oleh proses pembangunan
Indonesia. Kedudukan Pers mengikuti perkembangan pembangunan
bangsa Indonesia yang dimulai sejak zaman penjajahan yang
mendorong terbentuk Pers nasional.
Pengertian Pers Nasional mengandung pengertian yaitu
pengabdian sepenuhnya untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.
Sejak zaman penjajahan memproklamirkan dan mempertahankan
kemerdekaan bangsa dan Negara Indonesia dan mengisi kemerdekaan
itu untuk kebahagiaan spiritual dan materiil seluruh bangsa Indonesia.
Sejarah Pers menegaskan bahwa timbulnya pengertian Pers Nasional
adanya sejalan dengan sejarah pembangunan dan pergerakan Nasional
Indonesia.
Pengertian Pers Nasional Indonesia mengandung arti pengabdian
sepenuhnya untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia, sejak zaman
penjajahan sampai pada mengisi kemerdekaan. Istilah Pers nasional
telah digunakan secara yuridis sejak Keputusan Sidang Pleno Komite
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
16
Nasional Indonesia Pusat di Yogyakarta pada tanggal 15 Desember
1949, di mana dikatakan bahwa Pers Nasional sebagai alat perjuangan
perlu mendapat perlindungan pemerintah (ML. Gandhi, 1985: 70).
Berdasarkan pendapat F.Rachmadi (1990: 7) dalam bukunya
yang berjudul “Perbandingan Sistem Pers Analisa Deskriptif Sistem
Pers diberbagai Negara” menyatakan bahwa istilah Pers merupakan
terjemahaan asing. Pengertian Pers ada dua yaitu Pers dalam arti luas
dan Pers dalam arti sempit.
Pers berasal dari bahasa Inggris yaitu Press, dapat mempunyai
pengertian luas, Pers mencakup semua media komunikasi massa.
Dalam pengertian sempit, Pers hanya digolongkan produk-produk
penerbitan melalui proses percetakan yang dikenal sebagai media
cetak. Pers dalam pengertian luas merupakan manifestasi dari
Freedom of Speech, sedangkan dalam pengertian sempit merupakan
dari Freedom of the Press, yang keduanya tercangkup dalam
pengertian Freedom of exression (F. Rachmadi, 1990: 9).
Oemar Seno Adji (1977: 1) menjelaskan Pengertian Pers menjadi
2(dua) yaitu:
1) Pengertian Pers arti luas
Memasukan dalam sebuah media mass communikasi yang
memancarkan fikiran dan perasaan seseorang baik dalam bentuk
tulisan, gambar, dan lisan.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
17
2) Pers arti sempit
Memasukan dalam sebuah media komunikasi massa mengandung
penyiaran fikiran, gagasan ataupun berita-berita dengan dalam
bentuk tertulis.
Pers dalam arti yang sempit seperti diketahui mengandung
penyiar-penyiar pikiran, gagasan atau berita-berita dengan jalan kata
tertulis, sebaliknya Pers dalam arti luas memasukkan di dalamnya
semua media komunikasi massa yang memancarkan pikiran dan
perasaan seseorang baik dengan tertulis maupun dengan kata-kata
lisan (Oemar Seno Adji, 1977: 3). Akibat hukum dari perbedaan
pengertian Pers dalam arti sempit dan arti luas lebih kepada adanya
sensor, historis dan ideologis yang merupakan inti persoalan dalam
Pers merdeka.
a. Radio, Film dan Media Cyber
Dalam hal perlakuan hukum dampaknya Pers dalam arti sempit
tidak membatasi larangan sensor terhadap Pers terhadap
pernyataan radio, film dan media cyber. Dalam perlakuan hukum
dampaknya lebih besar, karena Pers yang tertulis lebih dalam hal
barang bukti.
b. Pers dalam arti luas memunculkan larangan sensor yang dilakukan
tidak hanya terhadap Pers (dalam arti yang sempit), juga terhadap
pernyataan lebih kecil karena sulitnya menjadi barang bukti
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
18
apabila Pers dituangkan dalam pernyataan lisan
(http//;scribecybercrime.com).
Pengertian-pengertian Pers yang telah diungkapkan di atas
menyimpulkan yaitu Pers merupakan sebuah sistem (Bachsan
Mustafa, 1987: 13). Pers merupakan sebagian dari media komunikasi
massa, ialah bagian yang tertulis berupa media cetak, yaitu surat-surat
kabar harian, majalah-majalah dan media massa yang dicetak lainnya
bersifat umum, sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan,
dan gagasan seseorang atau suatu badan kepada umum. Pers
merupakan suatu sistem yang sekurang-kurangnya terdiri dari unsur-
unsur sebagai berikut:
1) Adanya orang atau suatu badan yang menyampaikan atau
memberikan suatu pikiran, pesan ataupun gagasan yang dalam
kegiatan Pers itu disebut wartawan.
2) Adanya berita sebagai hasil pekerjaan wartawan yang diangkat
dalam media Pers.
3) Adanya orang kelompok orang atau masyarakat yang menerima
berita tersebut.
Berdasarkan pendapat ML. Gandhi (1985: 60) menjelaskan
pengertian Pers Indonesia dipengaruhi oleh proses pembangunan
Indonesia. Kedudukan Pers mengikuti perkembangan pembangunan
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
19
bangsa Indonesia yang dimulai sejak zaman penjajahan yang
mendorong terbentuk Pers Nasional.
Pengertian Pers Nasional mengandung pengertian yaitu
pengabdian sepenuhnya untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.
Sejak zaman penjajahan memproklamirkan dan mempertahankan
kemerdekaan bangsa dan Negara Indonesia dan mengisi kemerdekaan
itu untuk kebahagiaan spiritual dan materiil seluruh bangsa Indonesia.
Sejarah Pers menegaskan bahwa timbulnya pengertian Pers Nasional
adanya sejalan dengan sejarah pembangunan dan pergerakan Nasional
Indonesia. Pengertian Pers Nasional Indonesia mengandung arti
pengabdian sepenuhnya untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia,
sejak zaman penjajahan sampai pada mengisi kemerdekaan. Istilah
Pers Nasional telah digunakan secara yuridis sejak Keputusan Sidang
Pleno Komite Nasional Indonesia Pusat di Yogyakarta pada tanggal 15
Desember 1949, di mana dikatakan bahwa Pers Nasional sebagai alat
perjuangan perlu mendapat perlindungan Pemerintah (ML. Gandhi,
1985: 42).
b. Sistem Pers
Sistem merupakan suatu kesatuan yang tersusun atas bagian-
bagian yang saling bergantung. Masing-masing komponen itu juga
terdiri dan berfungsi sendiri, namun saling berkaitan demi
menciptakan suatu tujuan yang telah ditentukan.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
20
F. Rachmadi (1990: 9) menjelaskan Sistem merupakan
himpunan dari hubungan fungsional berbagai komponen yang
mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output) melalui suatu
proses menurut aturan dan saluran yang telah ditentukan. Ciri inti
sistem bahwa ia bertujuan menciptakan atau mencapai suatu yang
berharga, suatu yang mempunyai nilai, ciri tersebut antara lain:
a. Adanya interdepensi, artinya komponen-komponen itu saling
berkaitan, berinteraksi secara keseluruhan.
b. Keseluruhan (output) sesuai dan konsisten dengan tujuan yang
direncanakan.
c. Eksistensinya kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-
komponennya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen itu
dipengaruhi oleh kesatuannya.
d. Sebagai salah satu kesatuan yang mempunyai masukan dan
keluaran atau tujuan tertentu.
Sistem merupakan kesatuan yang terbentuk dari satu atau banyak
keadaan, kejadian yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sistem
adalah kumpulan atau kesatuan yang terbentuk oleh dari satu atau
banyak keadaan, kejadian atau benda yang saling berkaitan, dimana
semua bagian yang membentuk kesatuan atau kumpulan tersebut
selalu saling mempengaruhi. Sehingga salah satu tercipta
keseimbangan atau homeo statis pada sebuah sistem.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
21
Pers merupakan salah satu bentuk sistem, karena Pers terdiri dari
beberapa unsur-unsur pembentuk. Unsur-unsur tersebut diantaranya
adalah berita, wartawan dan masyarakat. Sistem Pers adalah rangkaian
nilai dasar, paham dan fiksi yang menjadi kerangka acuan dan harus
dihayati secara refleksi, kritis bagi mereka yang bekerja pada lembaga
Pers. Dalam perkembangannya sistem Pers dipengaruhi sistem politik
yang sedang dijalankan atau berlaku pada suatu negara, dimana
keduanya saling mempengaruhi (Jacob Oetama, 1987: 261).
Pers merupakan bagian (subsistem) dari sistem komunikasi, pada
umumnya Pers dikaitkan dengan bentuk sistem sosialnya, dan selalu
dihubungkan dengan sistem pemerintah suatu negara yang ada atau
bentuk negara dimana sistem Pers itu berada. Sistem Pers memang
tidak terlepas hubungannya dengan sistem sosial dan politik dari suatu
masyarakat atau bangsa. Karena hubungan Pers itu adalah dengan
pemerintah dan masyarakat, dimana hubungannya atau interaksinya itu
tidak bisa dihilangkan. Jadi sistem Pers yang berlaku pada suatu
negara itu tidak terlepas dari pengaruh pemikiran atau filsafat yang
mendasari sistem masyarakat dan sistem pemerintah, di mana sistem
Pers itu berada dan beroperasi (F. Rachmadi, 1990: 14).
Fred Siebert, Wilbur Schramm, dan Theodore Peterson (1959:
201) dalam bukunya Four Theories of The Press mengamati setidak-
tidaknya ada 4 (empat) kelompok besar teori sistem Pers. Dimana
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
22
untuk melihat perbedaan-perbedaan sistem tersebut, orang harus
melihat ada sistem-sistem masyarakat dimana Pers itu berfungsi.
Untuk melihat sistem-sistem sosial dalam kaitannya yang
sesungguhnya dengan Pers, orang harus melihat keyakinan-keyakinan
dalam asumsi dasar yang dimiliki oleh masyarakat itu antara lain:
hakikat manusia, hakikat masyarakat dan negara, hubungan antara
manusia dengan negara, hakikat pengetahuan dan kebenaran. Jadi pada
akhirnya perbedaan antara sistem-sistem Pers merupakan perbedaan
filsafat yang terkandung di dalamnya.
Wikrama Iryans Abidin (2005: 71) menjelaskan 4 (empat) teori
Pers yaitu sebagai berikut:
1. Teori atau sistem Pers otoriter
Teori atau sistem Pers otoriter dikenal sebagai sistem tertua,
yang berkembang pertama kali di Inggris. Teori atau sistem Pers
otoriter lahir sekitar abad XV-XVI, yaitu pada masa pemerintahan
absolute.
Dalam sistem Pers otoriter berfungsi sebagai penunjang
negara (kerajaan) untuk memajukan rakyat. Pemerintah menguasai
sekaligus mengawasi media. Berbagai kejadian yang akan
diberitakan dikontrol pemerintah karena kekuasaan raja sangat
mutlak. Negara dengan raja sebagai kekuatan adalah pusat segala
kegiatan. Oleh karena itu, individu tidak penting yang lebih
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
23
penting adalah Negara sebagai tujuan akhir individu (Nurudin,
2004: 72).
Permasalahan yang dihadapi sistem Pers otoritarian adalah
pembatasan dan pengawasan terhadap media swasta secara efektif.
Salah satunya adalah dengan adanya “Pemberian izin khusus”
yang lebih dikenal dengan “Paten” yang diberikan kepada orang-
orang pilihan untuk terlibat dalam “Seni dan Misteri” cetak
mencetak. Pemberian izin khusus dimaksudkan agar pengawasan
terhadap media lebih mudah, karena pihak-pihak tertentu saja
sebagai pelaku media.
Unit komunikasi harus mendukung dan mengembangkan
kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa, sehingga pemerintah
dapat mencapai tujuannya. Dalam masa awal berkembangnya
media massa, dalam aspek negatifnya hal ini dilaksanakan melalui
pengawasan-pengawasan yang berusaha menghilangkan usaha-
usaha Intervensi terhadap tujuan bangsa. Di masa-masa
berikutnya, dapat dilihat adanya kebijaksanaan yang lebih positif.
Di bawah kebijaksanaan ini negara secara lebih aktif berpartisipasi
dalam proses komunikasi dan menggunakan media massa untuk
mencapai tujuan-tujuannya (Putu Laksman Sanjaya Pandit, 1986:
20).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
24
2. Sistem Pers Liberal
Sistem Pers liberal berkembang pada abad XVII-XVIII
sebagai akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan
kebebasan pemikiran di Negara Barat (aufklarung) atau
pencerahan. Sistem Pers liberal berkembang pertama kali pada
Negara Amerika Serikat.
Esensi dasar sistem Pers liberal adalah memandang manusia
mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal
dan bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia.
Pers liberal dikaitkan dengan sistem politik demokrasi
liberal, Pers diberikan kebebasan dalam pemberitaan dengan
batasan etika dan hukum. Hidup dan matinya Pers tidak ditentukan
oleh penguasa, tetapi oleh masyarakat atau pasar yang
mendukungnya. Jika ia kredibel dan bermanfaat bagi masyarakat
maka ia akan tetap hidup, sebaliknya jika isinya tidak bisa
dipercaya dan tidak bermanfaat bagi khalayaknya, maka ia akan
ditinggalkan dan mati.
Putu Laksman Sanjaya Pendit (1986: 84) menjelaskan bahwa
asumsi bagi sistem Pers libertarian adalah beberapa informasi yang
mencapai publik bisa salah dan beberapa opini bisa tidak sehat.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
25
Namun negara tidak berhak untuk membatasi hal-hal yang
dianggapnya salah dan tidak baik. Penganut libertarian menentang
monopoli pemerintah dalam jalur-jalur komunikasi. Tujuan media
adalah untuk menolong menentukan kebenaran, membantu
penyelesaian masalah-masalah politik sosial dengan menengahkan
semua bentuk bukti dan opini sebagai dasar pembentukan
keputusan. Secara umum konsep libertarian fungsi media
komunikasi masa antara lain:
a. Untuk memberi informasi
Fungsi memberikan informasi merupakan fungsi utama media,
media berkedudukan untuk menyamakan tujuan warga negara.
Tugas media adalah melayani sistem politik dengan
menyediakan informasi, diskusi, dan perdebatan tentang
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
b. Menghibur
c. Melakukan pengawasan terhadap pemerintah
Pemerintah tidak mempunyai hak dalam mencampuri
pengajuan-pengajuan argumentasi, adanya penghilangan fungsi
Pers sebagai lembaga politik. Pers diberi tugas menjaga jangan
sampai pemerintah melangkah keluar garis wewenangnya
(menjadi penjaga hak-hak orang perseorangan dengan
bertindak sebagai anjing penjaga yang mengawasi pemerintah).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
26
d. Pendukung ekonomi dengan tujuan ketidaktergantungan
finansial.
Melayani sistem ekonomi dengan mempertemukan pembeli
dengan penjual barang atau jasa melalui medium periklanan.
Mengusahakan sendiri biaya finansial, demikian rupa sehingga
bebas dari tekanan-tekanan orang-orang yang mempunyai
kepentingan tertentu.
3. Sistem Pers Komunis (Totaliter Soviet)
Sistem Pers komunis (Totaliter Soviet) berkembang karena
munculnya Negara Uni Soviet yang berpaham komunis pada abad
ke XX.Sistem ini dipengaruhi oleh Karl Marx tentang perubahan
sosial yang diawali oleh Dialektika Hegel.
Dielektika Hegel mengatakan bahwa tidak ada bidang-bidang
pengetahuan yang teriosolisasi (berdiri sendiri). Semua saling
terikat dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Sesuatu
itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungan.
Hubungan-hubungan tersebut saling membentuk rantai yang saling
mempengaruhi (Nurudin, 2004: 73).
Sistem Pers komunis mempunyai kedudukan untuk melayani
kepentingan organ partai yang berkuasa.Media tidak diizinkan
mengajukan kritik yang dianggap bertentangan dengan ideologi
partai. Sistem komunis terikat dengan sistem politik komunis yang
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
27
pada dasarnya tidak mengizinkan kemerdekaan Pers. Pers
berkembang dibatasi dengan adanya kritik terbatas yang
diberlakukan bagi para insan Pers. (Nurudin, 2004: 74).
Pers dalam sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai
dan menjadi bagian dari integral negara. Pers menjadi alat atau
organ partai yang berkuasa. Kritik diizinkan sejauh tidak
bertentangan dengan ideologi partai. Pers harus melayani
kepentingan partai. Fungsi Pers adalah indoktrinasi massa,
pendidikan atau bimbingan massa yang dilancarkan partai
(Nurudin, 2004: 75).
4. Sistem Pers tanggung jawab sosial (Social Respondibility)
Pers tanggung jawab sosial muncul pada awal abad ke XX
sebagai protes terhadap kebebasan mutlak yang mengakibatkan
kemorosotan moral masyarakat. Pers tanggung jawab sosial
mempunyai kelemahan karena jelas menjabarkan kepada siapa
Pers bertanggung jawab.
Dasar pemikiran sistem ini adalah sebebas-bebasnya Pers
harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang apa yang
diaktualisasikan sebagai wujud kewajiban bertanggung jawab
kepda masyarakat guna melaksanakan tugas pokok yang
dibebankan kepada komunikasi massa. Menurut Peterson
menjelaskan bahwa “kebebasan Pers harus disertai kewajiban
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
28
untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan
tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam
masyarakat. Sistem ini lebih menekankan kepada kepentingan
umum dibanding dengan kepentingan pribadi (Nurudin, 2004: 74).
Putu Laxman Sanjaya Pendit (1986: 84) menjelaskan Teori
Pers tanggung jawab sosial menganjurkan sebuah arah pemikiran
tentang kebebasan Pers. Dengan ketentuan pemerintah harus
membatasi kapasitasnya untuk campur tangan, mengatur atau
menekan suara-suara Pers, atau memanipulasi data yang akan
menjadi dasar penilaian masyarakat. Teori ini merupakan awal
pembentukan Dewan Pers yang pertama lahir yaitu di Negara
Inggris dengan tujuan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
dalam melayani masyarakat melalui Pers. Secara umum teori ini
menempatkan kedudukan Pers dalam tugas-tugasnya antara lain:
a. Menerima peran Pers dalam melayani sistem politik (fungsi
tersebut tidak dilaksanakan secara sempurna).
b. Memberi penerangan kepada masyarakat.
c. Menjaga hak-hak perorangan.
d. Menerima peran Pers dalam melayani sistem ekonomi dalam
hal mendukung proses demokrasi atau memberikan penerangan
dalam masyarakat.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
29
e. Menerima peran Pers dalam menyajikan hiburan, denga syarat
hiburan tersebut harus “baik”.
f. Sebagai lembaga yang bebas secara financial, dengan
ketentuan dalam keadaan tertentu media tertentu dapat
memasuki pasaran.
c. Sejarah Pers Nasional Sebelum Era Orde Baru
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada Tahun
1856 di zaman Hindia Belanda, sudah muncul peraturan pertama
mengenai Pers yang diatur dalam reglement of de Drukwerken in
nederlandsch indiei. Di dalam peraturan tersebut ditentukan bahwa
karya cetak, sebelum diterbitkan satu eksemplar harus dikirim terlebih
dahulu kepada kepala pemerintahan setempat dan pejabat Justisi.
Apabila ketentuan tersebut tidak dilaksanakan maka karya cetak
tersebut dapat disita dan percetakan disegel (Krisna Harahap, 2003:
26).
Politik hukum tentang kemerdekaan Pers di Indonesia sudah ada
sejak sistem politik kolonial Belanda menjajah Indonesia. Politik
hukum tersebut lebih menitik beratkan pada pembatasan kemerdekaan
terhadap Pers. Politik hukum kemerdekaan Pers dimulai dengan pratik
pembatasan terhadap kegiatan jurnalistik surat kabar Javasche Court
(JC), yang merupakan kelanjutan dari Bataviasche Coloniale Courant
terbit pada awal abad ke-XIX. JC adalah penerbit kolonial Belanda
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
30
dan mengibarkan bendera kemerdekaan Pers sebagai program
utamanya (Krisna Harahap, 2003: 26).
Sikap mengkritisi dan oposisi JC tercermin melalui politik
redaksional JC yang bercita-cita mencantumkan kemerdekaan Pers.
Akibat politik redaksi JC tersebut maka pemerintahan kolonial
melakukan upaya pembatasan, sensor, dan pembelengguan Pers
(Wikrama Iryans Abidin, 2005: 1).
Pada tahun 1945 terjadi perubahan bentuk Negara Indonesia dari
kesatuan menjadi federasi dan Undang-undang Dasar 1945 diubah
dengan Undang-undang Republik Indonesia Serikat 1949 (RIS 1949).
Namun tidak berlangsung lama karena pada tahun 1950 Undang-
undang Republik Indonesia Serikat 1949 dinyatakan tidak berlaku dan
diganti dengan Undang-undang sementara 1950. Kedua Undang-
undang tersebut memberikan perlindungan hukum bagi setiap orang
yang mempunyai dan mengeluarkan pendapat (JCT. Simorangkir,
1980: 10).
JCT. Simorangkir (1980: 19) menjelaskan Adanya pengakuan
dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat dan Undang-
undang dasar sementara Tahun 1950 mengenai hak setiap orang dalam
berpendapat. masing-masing terdapat dalam Pasal 19 yang
menyatakan bahwa :
“setiap orang berhak atas kebebasan mengeluarkan pendapat”.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
31
Media merupakan sarana setiap orang bebas mempunyai dan
mengeluarkan pendapat pada saat itu. Pengaturan tentang kebebasan
berpendapat sebagai pelindungnya, Undang-undang Dasar yang telah
mengalami perubahan dari Undang-undang Dasar 1945 menjadi
Undang-undang Dasar Sementara 1950 telah mengatur tentang
kebebasan Pers.
Sebelum Dekrit Presiden Tahun 1959 Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) telah menunjukkan perjuangannya yaitu
memperjuangkan kemerdekaan atau kebebasan Pers (JCT.
Simorangkir, 1980: 19). Salah satu Keputusan Konggres di Denpasar
pada Tahun 1953, berbunyi:
“Menuntut kepada pemerintah supaya segera mengeluarkan Undang-undang Pers, yang bersumber pada hak kemerdekaan berfikir dan kebebasan mempunyai serta mengeluarkan pendapat, sesuai yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Sementara”.
Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab
itu kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak.
Mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
berdasarkan atas hukum, seluruh wartawan Indonesia menjunjung
tinggi konstitusi dan menegakkan kemerdekaan pers yang bertanggung
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
32
jawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas,
dan mutu kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan
masyarakat, dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik
yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan Indonesia
yaitu :
Pasal 1
Wartawan Indonesia beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha
Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada undang-undang Dasar Negara RI,
kesatria, menjunjung harkat, martabat manusia dan lingkungannya,
mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara serta terpercaya
dalam mengemban profesinya.
Pasal 2
Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana
mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan karya jurnalistik
(tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang dapat membahayakan
keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa,
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
33
menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu
golongan yang dilindungi oleh undang-undang.
Pasal 3
Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnallistik (tulisan,
suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan memutar balikkan
fakta, bersifat fitnah, cabul serta sensasional.
Pasal 4
Wartawan Indonesia menolak imbalan yang dapat mempengaruhi
obyektivitas pemberitaan.
Pasal 5
Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil,
mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampur
adukkan fakta dan opini sendiri. Karya jurnalistik berisi interpretasi
dan opini wartawan, agar disajikan dengan menggunakan nama jelas
penulisnya.
Pasal 6
Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan
pribadi dengan tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta
suara dan gambar) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali
menyangkut kepentingan umum.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
34
Pasal 7
Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga
menyangkut pelanggaran hukum atau proses peradilan harus
menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan
penyajian yang berimbang.
Pasal 8
Wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila (asusila)
tidak merugikan pihak korban.
Pasal 10
Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut
atau meralat setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat,
dan memberi kesempatan hak jawab secara proporsional kepada
sumber atau obyek berita.
Pasal 11
Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan
memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber berita.
Pasal 12
Wartawan Indonesia tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip
karya jurnalistik tanpa menyebut sumbernya.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
35
Pasal 13
Wartawan Indonesia harus menyebut sumber berita, kecuali atas
permintaan yang bersangkutan untuk tidak disebut nama dan
identitasnya sepanjang menyangkut fakta dan data bukan opini.
Pasal 14
Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo, bahan latar
belakang, dan tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita
tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak menyiarkan
keterangan "off the record".
Pasal 15
Wartawan Indonesia harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Jurnalistik PWI (KEJ-PWI) dalam
melaksanakan profesinya.
Pasal 16
Wartawan Indonesia menyadari sepenuhnya bahawa penaatan Kode
Etik Jurnalistik ini terutama berada pada hati nurani masing-masing.
Pasal 17
Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan
sanksi atas pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya
hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
36
Perlindungan hukum terhadap kebebasan Pers dari pemerintah
dibatasi dengan adanya Surat Izin Terbit (SIT) yang pada awal
dibentuknya bersifat sementara. Sejarah lisensi penerbitan Pers
dimulai pada Tahun 1958 dengan latar belakang pembentrokkan
diberbagai daerah yang memaksa pemerintah memberlakukan keadaan
militer. Surat Izin Terbit (SIT) pada waktu itu diberlakukan untuk
mengontrol pemberitaan Pers khusus untuk wilayah Jakarta (Eduard
Depari, 1995: 14).
Surat Izin Terbit (SIT) merupakan alat kontrol terhadap
kehidupan Pers, dengan memberlakukan mekanisme pemberian dan
pencabutan Surat Izin Cetak (SIC) yang kemudian berubah nama
menjadi Surat Izin Terbit (SIT). Keberadaan SIT merupakan lisensi
yang efektif untuk menerbitkan penerbitan Pers yang dinilai terlalu
keras dalam mengkritik kekuasaan, dengan kata lain untuk
mengeliminir implementasi kebebasan Pers sehingga tidak menjadi
faktor ancaman bagi kepentingan-kepentingan kekuasaan (Agus
Sudibyo, 1994: 80).
Pada awal pemerintahan demokrasi liberal Pers Indonesia sangat
liberal. Pers bredel Ordonantie 1931 yang merupakan peninggalan
pemerintah kolonial Belanda belum dicabut karena bertentangan
dengan Pasal 19 dan Pasal 33 Undang-undang Serikat 1950. Pada
masa demokrasi terpimpin sistem Pers harus harus tunduk pada
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
37
Peraturan Penguasa Tertinggi (PEPERTI) Nomor 10 Tahun 1960.
Peraturan Penguasa Tertinggi dalam Pasal 1 melarang penerbitan surat
kabar dan majalah tanpa mendapatkan ijin terlebih dahulu dari
penguasa. Kemerdekaan Pers di masa demokrasi liberal tidak dijamin
secara tegas dalam Undang-undang Serikat Tahun 1950 karena
Kemerdekaan Pers tidak diatur secara eksplisit dalam Pasal-pasal
Undang-undang Serikat 1950. Hal tersebut terlihat dalam Pasal 19
Undang-undang Serikat 1950, yang berbunyi “Setiap orang
mempunyai kebebasan atas mengeluarkan pendapat”. Sebagai faktor
penyebab lahirnya sistem Pers Liberal, sistem multi partai.
Persoalanya, peran Pers lebih dominan sebagai terompet partai politik
yang saling mengintai kelemahan lawan politiknya. Gejala Pers
sebagai partisipan partai politik dengan sendirinya mengurangi makna
independensi Pers (Wikrama Iryans Abidin, 2005: 18).
d. Fungsi Pers
Pers menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai saluran komunikasi
pemerintah dan saluran komunikasi masyarakat dalam melakukan
fungsi kritik. Sebagai saluran komunikasi pemerintah kepada
masyarakat, Pers menyebarkan informasi mengenai tindakan dan
kebijakan pemerintah, membentuk pendapat umum yang sehat, serta
membiarkan dorongan masyarakat ikut berpartisipasi dalam program-
program nasional dan melakukan fungsi kritik yang konstruktif
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
38
terhadap tindakan-tindakan pemerintah dan aparatur pemerintah, serta
mencerminkan pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam
masyarakat (F. Rachmadi, 1990: 2).
F. Rachmadi (1990: 20) menjelaskan Pers dalam
perkembangannya memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan.
Penyebaran informasi atau pemberitaan kepada khalayak
pembaca/masyarakat yang merupakan fungsi utama dari Pers. Fungsi
utama Pers juga memilki fungsi-fungsi lain didalam masyarakat, yaitu
fungsi mendidik, fungsi menghubungkan, fungsi sebagai penyalur dan
pembentuk pendapat umum dan fungsi kontrol sosial. Penjelasan
tentang fungsi Pers tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi mendidik
Fungsi media sebagai sarana mendidik dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, hal tersebut ditentukan adanya bantuan yang
disampingkan oleh media dalam menunjang pendidikan
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menonjolkan fungsi
mendidik sebagai fungsi yang penting walaupun dalam teori
tentang Pers bukan merupakan fungsi utama, tetapi hanya sebagai
tambahan.
2. Fungsi menghubungkan
Media menyelenggrakan suatu hubungan sosial (social contack)
antara warga negara yang satu dengan warga negara lainnya.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
39
3. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum
Media tidak hanya menyajikan berita atau informasi tetapi juga
memuat pikiran-pikiran, pandangan atau pendapat (opinion) orang,
sehingga mempunyai dua sifat sebagai organ of public information
and opinion. Media akan mengajak pembacanya berpikir sesuai
pola yang dinginkan.
4. Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial merupakan salah satu fungsi Pers yang paling
penting, di negara yang menerapkan sistem pemerintahan yang
demokratis. Kekuatan utama dalam media masa sebagai kontrol
sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan.
Pelaksanaan fungsi kontrol sosial oleh Pers sebagian besar
ditunjukan kepada pemerintah dan aparaturnya.
Pemberitaan Pers pada umumnya adalah penyampaian informasi,
namun disela-sela itu terdapat kritikan-kritikan yang disampaikan baik
secara langsung ataupun tidak langsung yang ditujukan pada
kekuasaan yang dianggap mengesampingkan keadilan bagi pihak-
pihak tertentu yang dirugikan dengan adanya penyalah gunaan
kewenangan yang didudukinya. Suatu pemberitaan disebut
mengandung sebuah kritik apabila isi pemberitaan yang
dimuat/dipaparkan tersebut menyebutkan suatu opini yang
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
40
mengungkapkan suatu das sollen yang berbeda dengan das sein
(Denis Mc Quail, 1991: 89).
Ciri-ciri utama kritik adalah adanya pemberian perhatian kepada
penanganan dan pembagian kekuasaan yang tidak adil dalam
masyarakat serta pemanfaatan pandangan kelas tertindas, bukannya
pandangan pelaksana media atau masyarakat pada umumnya (Denis
Mc Quail, 1991: 104).
Perkembangan Pers pada Era Reformasi tidak terbatas pada
upaya mengurangi kejelekan masyarakat, tetapi juga negara.
Munculnya pemerintahan yang bobrok dan otoriter adanya pemikiran
anti individualisme dalam Pers era reformasi diuraikan sebagai salah
satu fungsi Pers.
Fungsi kontrol dan pengawasan Pers digunakan untuk
mengurangi kejelekan masyarakat dan negara dalam menciptakan
masyarakat dan negara yang sehat dalam kehidupan sosial dan
ketatanegaraan Indonesia. Formulasi tentang pentingnya kemerdekaan
Pers untuk memerangi keboborokan masyarakat dan negara kedalam
batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 ternyata tenggelam ditengah
kuatnya arus pemikiran anti Individualisme-Liberalisme yang
menolaknya. Pengaturan tentang kemerdekaan Pers tidak terdapat
dalam Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945. Pasal yang diharapkan
dapat menjamin dan sekaligus melindungi praktik kemerdekaan Pers
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
41
untuk mencegah lahirnya pemerintah yang bobrok dan otoriter ini
muncul dengan Pasal karet dan banci karena kemerdekaan Pers tidak
diatur secara eksplisit. Masalah praktik kemerdekaan Pers diserahkan
kepada Undang-undang yang dibuat sesuai dengan selera dan
kepentingan penguasa (Wikrama Iryans Abidin, 2005: 15).
e. Peran Pers
Pada perkembangannya Pers mempunyai peran sebagai
penghubung kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Peran Pers
lebih menunjuk pada peran yang “membangun”. Untuk memberi
informasi, mendidik dan menggerakkan masyarakat berpartisipasi
dalam pembangunan. Di samping itu Pers mempunyai peran penting
yaitu sebagai alat perubahan sosial dan pembaruan masyarakat. Pers
dituntut memberikan kontribusi dalam pembentukkan watak
masyarakat, dan mampu untuk merubah keadaan masyarakat kearah
pembaruan yang lebih baik (Wikrama Iryans Abidin, 2005: 5).
Media dapat berperan apabila media digunakan secara terencana
untuk menimbulkan perubahaan dengan menerapkan dalam program
pembangunan. Peranan tersebut dalam memperluas pendidikan publik
dan meningkatkan inovasi berbagai masalah sosial dan ekonomi.
Dalam hal ini media digunakan dalam kampanye untuk perubahan
sosial (Denis Mc Quail, 1991: 97).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
42
Peranan Pers selain melakukan pemberitaan yang obyektif
kepada masyarakat, juga berperan dalam pembentukan pendapat
umum dan sebagai “agen perubahan”. Pers mampu menciptakan
suasana membangun yaitu dengan menggunakan media untuk
menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.
F. Rachmadi (1990: 17) menjelaskan Pers sebagai agen
perubahan sosial memiliki berbagi tugas yang dapat dilakukan untuk
menunjang sebagai salah satu tempat terjadinya pembaruan dan
perubahan sosial. Tugas-tugas tersebut antara lain:
a. Pers dapat memperluas pandangan cakrawala.
b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan
yang dituliskannya.
c. Pers mampu menumbuhkan aspirasi, dengan penguasaan media,
suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara
meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.
Pers atau surat kabar dapat berperan dalam penyampaian
kebijaksanaan dan program pembangunan kepada masyarakat.
Pemerintah melalui Pers dapat memberikan informasi tentang
kebijakan-kebijakan yang diambil bagi kepentingan masyarakat.
Masyarakat pun dapat menggunakan Pers sebagai penyalur aspirasi
dan pendapat serta kritik atau kontrol sosial. Ia berperan sebagai salah
satu penghubung yang kreatif antara pemerintah dan masyarakat. Pers
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
43
Indonesia juga mempunyai peranan sebagai alat perjuangan bangsa
sejak zaman pra kemerdekaan, bahkan sejak masa pergerakan nasional
yang mendorong tumbuhnya kesadaran nasional. Pada masa
kemerdekaan Pers dituntut sebagai social controls yang aktif (Eduard
Depari, 1995: 30).
Eduard Depari dan Colin Mac Andrew (1995: 44)
mengungkapkan pendapat Wilbur Schamm tentang peran masa media
dalam pembangunan nasional. Menurutnya secara umum media tidak
dapat lepas dari masalah sosial politik.
Secara umum peranan media masa antara lain memperluas
cakrawala, mempusatkan perhatian, menumbuhkan aspirasi,
menciptakan suasana membangun, mengembangkan dialog tentang
hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah politik, mengenal
norma-norma sosial, sebagai pendidik, mengubah sifat lemah menjadi
kuat dan menumbuhkan selera masyarakat (Eduard Depari dan Colin
Mac Andrew, 1995: 48).
f. Hak dan Kewajiban Pers
a. Hak Pers
Hak Pers diakui Undang-undang sebagai salah satu Hak
Asasi Manusia yang yang keberadaannya wajib mendapatkan
perlindungan hukum. Hak terpenting bagi Pers adalah penerbitan
Pers yaitu hak untuk menerbitkan dalam rangka menyampaikan
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
44
informasi kepada khalayak pembaca. Suatu sikap ideal, apabila
pejabat-pejabat yang berwenang untuk mengurangi kebebasan Pers
dengan mengadakan sensor ataupun bredel itu mengambil
tindakan-tindakan yang tak menyinggung hak asasi tersebut
(Oemar Seno Adji, 1977: 14).
Adanya suatu permintaan kepada Pers untuk menjauhi
pemberitaan-pemberitaan tertentu, merupakan suatu kewajiban
bagi hukum Pers untuk menyerahkan segala pemberitaan kepada
sensor sebelum publikasi berita. Sensor secara tidak langsung
merupakan salah satu sarana pembatasan dalam menyampaikan
informasi dalam media (Oemar Seno Adji, 1977: 24).
Kelemahan utama dalam cara mengkritik yang penuh kehati-
hatian menjadikan substansi kritik justru akan kabur dan
menimbulkan teka-teki, sehingga bisa menjadi sebuah kritik
terhadap kekuasaan justru ditafsirkan sebagai dukungan yang
tersembunyi. Menurut Tjipta Lesmana menjelaskan. “Kritik
disublimasikan secara luar biasa halusnya; demikian halusnya,
sehingga mungkin hanya pengasuhnya saja yang bisa
mengklaimnya kritik (Agus sudibyo (ed), 1994: 62).
b. Kewajiban Pers
Pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan Pers
maka menurut kode etik jurnalistik dan ketentuan hukum, melalui
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
45
penggunaan hak jawab, jika pelaksanaan hak jawab dinilai tidak
memuaskan, persoalan yang sama dapat diadukan ke Dewan Pers.
Mekanisme itu diatur sepenuhnya dalam Undang-undang Pers.
Tentang hak jawab seperti juga hak koreksi dari anggota atau
kelompok masyarakat yang mengeluhkan atau mengadukan suatu
pemberitaan lazimnya dimuat atau disiarkan satu kali dalam media
yang bersangkutan. Pemuatan atau penyiaran dapat berupa ralat
atau surat kepada redaksi, atau berita baru yang dapat dimuat atau
disiarkan dalam publik yang bersangkutan atau ditempat yang
relevan untuk itu (Pernyataan Dewan Pers Nomor
20/PDP/III/2003).
2. Sistem Pers di Era Orde Baru (Undang-undang Nomor 21 Tahun
1982 tentang Pokok Pers)
Periode awal Era Orde Baru pemerintahan sangat berperan dalam
pembangunan infrakstruktural media, pemerintahan Orde Baru
menggunakan Pers sebagai bagian dari pengembangunan. Peristiwa G 30
S PKI yang menjadikan hampir semua penerbitan cetak dilarang terbit,
maka pada Era Orde Baru pemerintah memprakasai diterbitnya media
cetak pendukung Orde Baru, seperti Harian AB, Berita Yudha, dan Harian
Kami. Setelah itu beberapa lainnya diizinkan terbit, seperti Kompas, Suara
Karya, Berita Indonesia, Sinar Harapan, Harian abadi, dan Nusantara.
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
46
Fasilitas diberikan dalam bentuk subsidi dan kredit investasi. Subsidi juga
diberikan dalam bentuk pengurangan harga kertas korandan pengurangan
ongkos angkutan udara ke daerah, atau meresmikan proyek (Oemar Seno
Adji, 1977: 4).
Dalam Pasal 1 angka (13) Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982
tentang Pokok Pers menyebutkan:
1) Setiap penerbit Pers yang diselenggarakan oleh perusahaan Pers
memerlukan Surat Izin Usaha, penerbitan Pers selanjutnya disingkat
SIUPP yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ketentuan-ketentuan SIUPP
akan diatur oleh pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan
Pers.
2) Media periklanan merupakan salah satu unsur penunjang yang penting
dalam pengembangan usaha Pers. Ketentuan-ketentuan mengenai
media periklanan akan diatur oleh pemerintah setelah mendengar
pertimbangan Dewan Pers.
Media menjadi agent of government karena sebagian besar dari
inisiatif dan pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh pemerintah.
Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengganti susunan anggota
pimpinan redasi media. Bringfing dengan pemimpin redaksi secara rutin
dilakukan setiap minggu atau sewaktu-waktu oleh berbagai pihak untuk
membuat suatu masalah menjadi lebih jelas, dan agar kebijakan
pemerintah mengenai suatu topik atau isu tertentu dipahami. Semua hal
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
47
masih berdasarkan kesepakatan atau consensus tanpa memprioritaskan
undang-undang. Jika media bersangkutan setuju untuk patuh dan
mendukung semua kebijakan kegiatan pembangunan pemerintah, ia akan
diberi ijin dan diperbolehkan untuk terbit (Dedi N Hidayat, 2000: 226).
Praktik-praktik peningkatan terhadap kebebasan Pers banyak terjadi
pada Era Orde Baru. Tidak sedikit surat kabar, buku, majalah, dan
berbagai bentuk penerbitan lainnya yang dilarang terbit. Dasar pelarangan
tersebut antara lain karena melanggar prinsip-prinsip “Pers yang bebas dan
bertanggung jawab”, yang maknanya hanya boleh ditafsiran oleh penguasa
pada saat itu. Dengan dalih melanggar prinsip tersebut, pemerintah
melalui Menteri Penerangan dapat mencabut SIT atau dibatalkan SIUPP
berbagai media masa (Wikrama Iryans Abidin, 2005: 3).
Peraturan Nomor 1 Tahun 1984 merupakan pelaksanaan dari
Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 yang berwatak represif terhadap
kemerdekaan Pers Indonesia. Pasal 1 huruf (a) Peraturan Menteri
Penerangan Nomor 1 Tahun1984 ini mempertegas bahwa yang dimaksud
dengan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) di dalam Undang-
undang Nomor 21 Tahun 1982 adalah Surat Ijin yang diberikan kepada
Menteri Penerangan kepada perusahaan penerbit Pers untuk
menyenggarakan penerbitan Pers. Tanpa SIUPP, tidak mungkin ada
penerbitan Pers (Dedi N Hidayat, 2000: 228).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
48
Pers sebagai media komunikasi politik menempati peran yang sangat
strategis dalam mendorong dinamika politik menuju kehidupan
demokratis, Hal ini mendorong pemerintah Orde Baru menjadikan
pembangunan Pers sebagai bidang yang perlu diperhatikan. Salah satunya
dengan adanya dua kali perubahan dari yang pertama Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1966 dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan
perubahan yang kedua dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (Goenawan Mohamad, 1999:
41).
Dalam Pasal 1 angka (13) Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982
tentang Pokok Pers menyebutkan ketentuan Pasal 1 ayat (5) diubah
sehingga berbunyi:
“Organisasi Pers ialah organisasi wartawan, organisasi
perusahaan Pers, organisasi grafik Pers dan organisasi media
periklanan, yang disetujui oleh pemerintah”.
Pemerintah yang mengajukan Rancangan Undang-undang Pers
Nomor 21 Tahun 1982 kepada Dewan Perwakilan Rakyat dilatar
belakangi oleh opini memilih alternatif yakni dengan penambahan,
pengurangan, dan penyempurnaan terhadap Undang-undang 11 Tahun
1966 sebagai landasan hukum bagi perkembangan Pers Nasional,
pembentukan Undang-undang sepakat bahwa hal-hal yang diperlukan
diubah dalam istilah-istilah yang tidak sesuai lagi dengan tingkatan
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
49
perkembangan masyarakat, ketentuan yang mengatur Surat Izin Terbit
(SIT), adanya tuntutan perkembangan zaman yaitu majunya teknologi di
bidang informasi, komunikasi, dan media massa (ML. Gandhi, 1985: 47).
Surat Ijin Terbit (SIT) dalam Undang-undang yang lahir diawal Orde
Baru merupakan simbol kekalahan Pers. Pers senantiasa berada diujung
tanduk, karena lisensi tersebut bagaikan sebagai pedang yang sewaktu-
waktu dapat digunakan untuk membunuh penerbitan Pers.
Kenyataan menunjukan Pers mempunyai indikasi otonomi Pers.
Adanya berbagai peringatan pemerintahan Orde Baru terhadap Pers
sebagai akibat kepedulian Pers terhadap kepentingan masyarakat.
Pembatalan tiga penerbit (Tempo, Editor, Detik) satunya yang dipicu oleh
semangat Pers untuk memelihara otonominya meskipun pada akhirnya
terbentuk oleh kekuasaan negara.
3. Sistem Pers di Era Reformasi (Undang-undang Nomor 40 Tahun
1999)
Pada Era Reformasi sistem Pers Indonesia mengalami perubahan
dari keadaan terkekang oleh penguasa menjadi memiliki kebebasan, sesuai
dengan arah sistem pemerintahan yang mengalami reformasi total yaitu
dimulai sejak diberhentikannya Presiden Soeharto dari jabatannya.
Mengingat landasan konstitusional tentang kebebasan
mengemukakan pendapat semakin menguatkan landasan kebebasan Pers
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
50
di Indonesia. Ditengah-tengah kebebasan Pers Indonesia terdapat
permasalahan yang muncul dapat menjadi semacam media pengontrol
yang represif terhadap Pers dimasa mendatang (Dedy N. Hidayat, 2000:
28).
Adanya penggunaan aturan yang bersifat umum dan penyelesaian
sengketa Pers diantaranya pengunaan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) oleh Pengadilan dalam menyelesaikan kasus-kasus terkait
masalah Pers dan tidak efektifnya penggunaan hak jawab dalam
menanggapi pemberitaan yang merugikan (Wikrama Abidin, 2005: 5).
Dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
menyebutkan:
“Perusahaan Pers wajib mengumumkan nama, alamat, dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan, khususnya untuk penerbitan Pers ditambah nama dan alamat percetakan”.
Pada Era Reformasi perubahan dalam bidang Pers terjadi sangat
menonjol. Yang ditandai setelah pimpinan Departemen Penerangan
dijabat oleh seorang tokoh Reformis yaitu Let. Jen M. Yunus Perubahaan
tersebut lebih nampak pada penerbitan surat kabar dan majalah yang lebih
dipermudah. Perusahaan penerbitan dapat melakukan usaha penerbitan
media yaitu dengan memenuhi syarat dimilikinya Surat Bukti Pendirian
Perusahaan penerbit oleh Notaris, nama pimpinan redaksi serta pemimpin
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
51
umum, dan diberikan secara terbuka kepada mereka yang memenuhi
syarat teknis dan sumber dana (Dedy N. Hidayat, 2000: 228).
Pasal 28 Undang-undang 1945 yang telah dilupakan oleh rezim Orde
Baru, kemudian menjadi pedoman dalam merumuskan produk hukum
responsive dalam bidang Pers, yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun
1999 telah menghidupkan kembali isi Pasal 28 Undang-undang Dasar
1945 tentang pentingnya kemerdekaan Pers yang terkubur melalui Nomor
21 Tahun 1982.
Dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
menyebutkan:
1) Setiap warga Negara Indonesia dan negara berhak mendirikan
perusahaan Pers.
2) Setiap perusahaan Pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.
Pencabutan yuridis belenggu kemerdekaan Pers Orde Baru tersebut,
pada kenyataannya menimbulkan euphoria atau pesta pora kemerdekaan
Pers. Hal itu terjadi karena setiap orang bebas mendirikan penerbitan,
tanpa harus memiliki Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), serta
dijamin tidak ada sensor dan pembredelan. Dampaknya, penerbitan Pers
tumbuh bagi jamur dimusim hujan. Hal ini memungkinkan bagi setiap
warga masyarakat profesional maupun amatir dapat mendirikan penerbitan
Pers. Pembebasan kegiatan Pers dari belenggu rezim Orde Baru di Era
Reformasi (Dedy N. Hidayat, 2000: 128).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
52
Pembebasan kegiatan Pers dari belenggu rezim Orde Baru di Era
Reformasi ada tali temalinya dengan realitas produk hukum represif dan
konfigurasi politik otoriter yang dirasakan sangat pahit selama tiga puluh
dua tahun Orde Baru. Berbagai penyempurnaan, penghapusan, dan
pembuatan nilai-nilai baru yang relevan dengan nilai-nilai demokrasi dan
hukum represif merupakan antitesis dari keadaan sebelumnya yang
membelenggu Pers Indonesia (Wikrama Iryans Abidin, 2005: 96).
Inti persoalan yang dihadapi Pers adalah pada kebebasan Pers
disebabakan adanya perkembangan atau situasi-situasi yang terjadi dan
tumbuh dalam masyarakat modern dan perluasan kebebasan Pers perlu
dikemukakan. Rule of Law, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM)
akan sulit ditegakkan jika tidak ada lembaga kebebasan Pers. Kebebasan
Pers adalah kontrol eksternal yang merupakan tonggak tegaknya Rule of
Law, demokrasi dan HAM (Sunardin Wirodono, 1994:143).
Kekuasaan Orde Baru tumbang berdampak keinginan menciptakan
kemerdekaan Pers bagi para insan Pers muncul kembali. Keinginan
tersebut merupakan keinginan panjang yang tertunda bagi para insan Pers
dari Era Orde Baru yang mengalami pengekangan dalam mengekspresikan
kebebasan Pers yang merupakan salah satu Hak Asasi Manusia dalam
mengeluarkan pendapatnya. Pengekangan tersebut dilakukan oleh pihak
pemerintah yang seharusnya hanya berkedudukan sebagai pengawas
(Dedy N. Hidayat, 2000: 18).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012
53
Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
menyebutkan:
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia serta menghormati
Kebhinekaan.
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat dan benar.
4) Melakukan pengawasan krtitik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kepentingan umum.
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Pada Era ini, kemerdekaan Pers dinilai sebagai yang terbaik di Asia.
Cuma masa emas kemerdekaan Pers ini mulai pudar menjelang akhir
Tahun 2002, dengan munculnya ejekan kebablasan Pers bagi
penyimpanan praktik kemerdekaan Pers. Kecaman dan tuntutan terhadap
pemberitaan Pers bermunculan akibat lemahnya sikap profesional
sebagian praktis Pers (Wikrama Iryans Abidin, 2005: 7).
Perbandingan Sistem Pers…, Tri Hartomo, Fakultas Hukum UMP, 2012