bab ii tinjauan pustaka 1.1 konsep gaya kepemimpinan · 2016. 4. 28. · bab ii tinjauan pustaka...
TRANSCRIPT
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara
lain, menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan
dan memberikan pengaruh dalam menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya
dengan pemecahan aneka macam persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi
kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang
mempunyai peran penting dalam rangka proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada
pemikiran bahwa peran seorang pemimpin merupakan implementasi atau penjabaran dari
fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran
administrator dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau
dengan senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
(David & Frank Johnson,2012:191)
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya
merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta
situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran
tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan
(k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang
dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s). (David & Frank Johnson,2012:197)
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan untuk kerja maksimum yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik
jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai
keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual.
Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari
suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas
yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan
mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan
-
bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut
untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.. (David & Frank Johnson,2012:197)
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang
kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi
perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Suasana kondusif adalah impian banyak orang tidak hanya berorganisasi bahkan
kita berkomunikasi dengan orang lain saja juga menginginkan sesuatu yang kondusif.
Kondusif berarti sebuah keadaan “ aman terkendali “ yang bisa dikatakan selaras,
nyaman, sesuai kondisi yang tercipta dengan baik. Hal ini bisa tercipta dalam sebuah
iklim komunikasi organisasi jika faktor penentu ini dijalankan. Dalam satu situasi
misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan
yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan
demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan,
bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan
menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.(David & Frank Johnson,2012:199)
Teori Gaya Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Ken Blanchard)
Teori gaya kepemimpinan menurut Paul Hersey dan Ken Blanchard mengemukakan,
pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur
pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur
tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu
memberitahukan, menjajakan, mengikutsertakan, mendelegasikan.
Menurut Paul Hersey & Ken Blanchard gaya kepemimpinan tidak cukup diterapkan
begitu saja, tapi harus melihat situasi dari organisasi tersebut. Berikut ini adalah skema alur
yang disampaikan oleh kedua tokoh tersebut berkaitan dengan gaya kepemimpinan
situasional.
Tabel 2.1 Level Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
Level Kematangan Anggota Gaya Yang Sesuai
M1
Rendah
Tidak mampu dan tidak mau
G1
Memberitahukan
Perilaku tinggi tugas
-
atau tidak yakin
Dan rendah hubungan
M2
Rendah ke Sedang
Tidak mampu tetapi mau
Atau yakin
G2
Menjajakan
Perilaku tinggi tugas
Dan tinggi hubungan
M3
Sedang ke Tinggi
Mampu tetapi tidak mau
Atau tidak yakin
G3
Mengikutsertakan
Perilaku tinggi hubungan dan
rendah tugas
M4
Tinggi
Mampu/Kompeten dan
Mau/Yakin
G4
Mendelegasikan
Perilaku rendah hubungan
dan rendah tugas
Sumber: P.Hersey dan K.Blanchard, management of organizational behavior:Utilizing human resources, edisi ke-3 (Englewood Cliffs, 1997)
2.1.1 Memberitahukan
Gaya kepemimpinan ini, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan
oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya.
Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam
situasi seperti ini Hersey and Blancard menyarankan agar manajer memainkan peran
directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, dengan
terus intens berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya.
Pertama pemimpin harus mencari tahu mengapa orang tersebut tidak termotivasi,
kemudian mencari tahu dimana keterbatasannya. Dengan demikian pemimpin harus
memberi arahan dalam penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan motivasi dan
optimismenya.
2.1.2 Menjajakan
Gaya kepemimpinan ini, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika
karyawan memiliki tingkat kemampuan yang sedang, tetapi tidak memiliki kemauan
-
untuk melakukan tanggung jawab. Hal ini bisa dikarenakan rendahnya etos kerja atau
ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab. Dalam kasus ini
pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan dan
mengapresiasi usaha-usaha yang dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa
dirinya penting dan senang menyelesaikan tugas.
2.1.3 Mengikutsertakan
Gaya kepemimpinan ini, adalah respon manager yang harus diperankan ketika
karyawan memiliki tingkat kematangan sedang dan tinggi, tetapi tidak mau melakukan
hal-hal yang diinginkan oleh pemimpin. Ketidakmauan mereka sering kali karena
kurang yakin atau tidak merasa aman, keengganan mereka lebih dikarenakan masalah
motivasi. Keterlibatan dengan bawahan seperti ini diperlukan komunikasi dua arah
untuk mengupayakan pengikut dalam menggunakan kemampuan yang telah mereka
miliki. Gaya ini disebut “mendukung” karena pemimpin dan pengikut berbagai
tanggung jawab pengambilan keputusan, sedangkan peranan pemimpin yang utama
dalam gaya ini adalah memudahkan dan berkomunikasi.
Gaya kepemimpinan ini, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika
karyawan memiliki tingkat kemampuan yang tinggi, tetapi memiliki kemauan untuk
melakukan tanggung jawab yang relatif bervariasi. Hal ini pemimpin perlu membuka
komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan dan mengapresiasi usaha-usaha
yang dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa dirinya penting dan senang
menyelesaikan tugas.
2.1.4 Mendelegasikan
Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang
tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya
delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap
sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka
diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana,
kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak
terlalu diperlukan komunikasi dua arah, cukup memberikan untuk terus berkembang
saja dengan terus diawasi.
Sumber: P.Hersey dan K.Blanchard, management of organizational behavior:Utilizing human resources, edisi ke-3 (Englewood Cliffs, 1997)
-
2.2 Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi
di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:126).
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. lsinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang objek –
objek, juga studi mengenai objek itu sendiri. Peranan yang dimainkan komunikasi dalam
studi organisasi bergantung pada bagaimana organisasi tersebut dipahami. Dalam studi
organisasi ada pandangan – pandangan alternatif tentang realitas, organisasi dan sifat manusia
yang mana konsep – konsep ini akan memandu pemahaman mengenai komunikasi organisasi.
Terdapat beberapa pandangan alternatif dalam memamahami organisasi, pertama
realitas sosial dan bagaimana kita memahami dunia sosial kita. Perilaku dan objek adalah
konstruksi sosial, karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu
signifikan, karena suatu objek sosial sekadar objek yang mempunyai makna bagi suatu
kolektivitas atau menuntut tindakan manusia. Objektif merujuk pada pandangan bahwa objek
– objek, perilaku – perilaku, dan perisitiwa – peristiwa eksis dalam masyarakat. Sedangkan
subjektif menunjukkan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial. (Wiryanto,
2005:130)
Kedua, organisasi. Secara khas organisasi dianggap sebagai kata benda, sementara
“pengorganisasi” dianggap sebagai kata kerja (Wiryanto,2005:122). Kita dapat memahami
organisasi manusia melalui seperangkat kesamaan prinsip yang digunakan untuk memahami
mesin. Pemahaman seseorang mengenai organisasi bergantung pada asumsi – asumsi orang
tersebut mengenai realitas atau dunia.
Ketiga, sifat manusia. Kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung pada
kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan seperti halnya sifat manusia. Karena
organisasi dan lingkungan mempunyai struktur yang penting untuk mencocokan keduanya,
sehingga adaptasi maksimal berlangsung.
2.2.1 Sifat Komunikasi Organisasi
-
Komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang – orang. Komunikasi
organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan
bermanfaat. Studi komunikasi organisasi dianggap sebagai landasan kuat bagi karier dalam
manajemen, pengembangan sumber daya manusia dan komunikasi perusahaan, dan tugas –
tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi. (Sukanto,1997:56)
1. Definisi Fungsional Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di
antara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit – unit komunikasi dalam hubungan – hubungan hierarkis antara
yang satu dengan lainnnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Interaksi di antara semua
faktor internal maupun eksternal organisasi disebut sebagai sistem komunikasi organisasi.
2. Definisi Interpretif Komunikasi Organisasi
Definisi tradisional (fungsional dan objektif) menganggap bahwa komunikasi organisasi
cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu “batas
organisasional”. Komunikasi organisasi jika dipandang dari suatu perspektif interpretif
(subjektif) dianggap sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organisasi. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan
bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa
yang terjadi. Realitas (organisasi) adalah suatu konstruksi subjektif yang mampu lenyap saar
anggota – anggotanya tidak lagi menganggapnya demikian yang lebih jelasnya bahwa
komunikasi organisasi merupakan proses pembentukan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. (Muhammad,Arni, 2001:87)
2.3 Proses Komunikasi Organisasi
2.3.1 Komunikasi Internal
-
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu
perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara
horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.
Gambar 2.1 Skema Empat Dimensi Komunikasi Internal
Sumber: Muhamad,Arni.Komunikasi Organisasi.(2001:90)
Empat dimensi komunikasi internal :
1. Downward Communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen
mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini
adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan
(job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and
practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Pace (2001):
Downward Communication
Upward Communication
Horizontal Communication
Interline Communication
-
1. Metode tulisan
2. Metode lisan
3. Metode tulisan diikuti lisan
4. Metode lisan diikuti tulisan
2. Upward Communication
Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada
atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas
yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
3. Horizontal Communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki
kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama
4. Interline Communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis
staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung
-
jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi
lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan
dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing
komunikasi lintas-saluran.
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran:
1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin
terlebih dahulu dari atasannya langsung
2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan
hasil komunikasinya kepada atasannya.
2.3.2 Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di luar
organisasi.
1.2 Komunikasi dari organisasi kepada khalayak bersifat informatif ; majalah, press
release/ media release, artikel surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster,
konferensi pers, dll.
1.3 Komunikasi dari khalayak kepada organisasi, misalnya: lebih berupa kritik dan saran
yang diberikan dari khalayak kepada organisasi
2.4 Pola Interaksi dalam Komunikasi Menurut Cushway & Derek
Pola interaksi adalah cara anggota kelompok saling berkomunikasi, dan telah
diketahui mempengaruhi munculnya kepemimpinan, perkembangan organisasi, semangat
anggota kelompok dan keefektifan pemecahan masalah. Biasanya pola interaksi dapat dilihat
sebagai salah satu jenis berikut ini :
-
Gambar 2.2 Pola Komunikasi Roda
2.4.1 Roda (wheel) Sistem pola komunikasi disini menjadikan semua laporan, intruksi, dan
perintah kerja dan kepengawasan terpusat pada satu orang pemimpin dengan empat
bawahan atau lebih. Namun tidak terjadi interaksi (komunikasi) antara satu bawahan
dengan bawahan lainnya. Keunggulan pola komunikasi ini adalah cepat dalam
mencapai kesimpulan.
Gambar 2.3 Pola Komunikasi Rantai
2.4.2 Rantai (chain) Model pola komunikasi disini terdapat lima tingkatan dalam jenjang
hirarkinya dan hanya dikenal sebagai sistem komunikasi arus keatas (upward) dan
kebawah (downward). Artinya model tersebut menganut hubungan komunikasi garis
langsung (komando) baik keatas atau kebawah tanpa terjadi suatu penyimpangan.
Model ini banyak dianut pada jaringan komunikasi dalam menajemen operasi militer,
laporan keuangan, pembayaran gaji, dan lain sebagainya yang bersifat sangat kaku.
Hal ini dilakukan demi tercapainya ketelitian tinggi atau pengawasan ketat pada
setiap tingkatan yang mewakili devisi/ supervisor jenjang hirarkinya.
-
Gambar 2.4 Pola Komunikasi Lingkaran
2.4.3 Lingkaran (Circle) Model pola komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/ staf bisa terjadi
interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada kelanjutan pada tingkatan
yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada srtiap level. Misalnya komunikasi terjadi
secara interaksi antar sesama bawahan dengan atasannya langsung (komunikasi
berjenjang). Jika dilihat dari segi kepuasan karyawan, pola komunikasi ini
merupakan pola yang paling rendah untuk orang-orang didalamnya.
-
Gambar 2.5 Pola Komunikasi Saluran Majemuk (All-Channel)
2.4.4 Saluran Majemuk (All – channel)
Model pola komunikasi sistem ini merupakan pengembangan model lingkaran
(circle). Di dalam model ini semua tingkatan dalam jaringan tersebut dapat
melakukan interaksi timbal balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh sentralnya.
Semua pola komunikasi antar tingkatan jenjang hirarkinya tidak dibatasi dan setiap
staf / bawahan bebas melalukan interaksi dengan berbagai pihak termasuk pimpinan
dan sebaliknya.
Pola ini memiliki keunggulan dibandingkan pola komunikasi yang lain karena
pola tersebut dapat memberikan pemecahan masalah yang paling baik apabila
menemui permasalahan yang rumit.
2.5 Penelitian Sebelumnya yang berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan & Magic Wave
No. Nama Judul
Penelitian
Pendekatan
Penelitian
Universitas
(Tahun)
1 Frecilia Nanda Melvani
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan
efektivitas Komunikasi
Terhadap Kinerja Pegawai
Badan Promosi dan
Perijinan Penanaman Modal
Daerah (BP3MD) Provinsi
Sumatera Selatan
kualitatif Univ.Sriwijaya
Fak.Ekonomi
(2012)
2. Cindy Arnika Strategi Periklanan Magic
Wave dalam memperoleh
iklan
Kualitatif UKSW
Fak.Ilmu
Komunikasi
(2012)
-
2.6 Kerangka Pikir
Penjelasan Kerangka Pikir:
Magic Wave sebagai media cetak non profit merupakan salah satu media yang
didalamnya memiliki stuktur organisasi. Dalam pengorganisasian didalamnya terdapat proses
komunikasi (organisasi) yang terdiri dari faktor komunikasi internal dan eksternal dimana
Chief Editor sebagai pimpinan tertinggi Magic Wave. Melalui komunikasi organisasi tersebut
sosok pemimpin yaitu Chief Editor dapat diketahui gaya kepemimpinan yang diterapkan
Komunikasi Organisasi
Magic Wave
“Surf Community
Memberitahukan
Menjajakan
Mendelegasikan
Gaya Kepemimpinan (Situasional)
Chief Editor
Eksistensi Magic Wave Selama 12 tahun sebagai media cetak tabloid non
profit
SDM Karyawan
Mengikutsertakan
Derective Behaviour
Supporting Behaviour
Pola Interaksi Komunikasi
Internal
Eksternal
Roda
Rantai
Lingkaran
Saluran Majemuk
-
kepada karyawan. Sehingga dari gaya kepemimpinan yang diterapkan didalamnya dapat
diketahui pula mengenai pola interaksi komunikasi yang digunakan, sehingga mengetahui
gaya kepemimpinan dan pola interaksi komunikasi yang diterapkan oleh Chief Editor dalam
menjaga eksistensi Magic Wave selama 12tahun sebagai media cetak non profit yang mampu
bersaing ditengah ketatnya persaingan media di Bali.