bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1 - universitas udayana · 2017. 4. 1. · 9 bab ii tinjauan pustaka...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Memori
2.1.1 Pengertian Memori
Memori atau daya ingat adalah kemampuan individu untuk menyimpan
informasi dan informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat
dipergunakan beberapa waktu kemudian (Atkinson dkk, 2000). Tulving dan Craik
(2000) mendefinisikan memori sebagai kemampuan untuk mengingat peristiwa
masa lalu dan membawa fakta belajar dan ide-ide kembali ke pikiran. Memori
secara fisiologis adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari
satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari aktivitas neural sebelumnya
(Guyton & Hall, 2008).
2.1.2 Tahapan Memori
Memori memiliki tiga tahap, yaitu register sensorik, memori jangka
pendek, dan memori jangka panjang (Model Atkinson dan Shiffrin, 1971 dalam
Wade & Travis, 2007). Semua informasi baru yang diterima indra harus menjalani
pemberhentian singkat di register sensorik yaitu gerbang masuk ke dalam memori.
Register sensorik menahan informasi dengan tingkat akurasi tinggi, hingga dipilih
informasi yang perlu diperhatikan atau tidak. Informasi selanjutnya dikirim ke
memori jangka pendek. Memori jangka pendek ialah kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali hal atau informasi yang diberitahukan beberapa detik
10
sebelumnya. Informasi yang tidak cepat dikirim ke memori jangka pendek akan
menghilang selamanya (Wade & Travis, 2007).
Menurut perkiraan beberapa individu, memori jangka pendek (short-term
memory) hanya mampu menyimpan informasi selama sesaat, kira-kira selama 30
detik, meski beberapa ilmuwan berpendapat bahwa interval waktu maksimum
dapat meningkat menjadi beberapa menit dalam beberapa tugas tertentu. Dalam
memori jangka pendek, informasi tidak berbentuk kesan sensorik harafiah,
melainkan diubah menjadi bentuk penyandian, seperti dalam bentuk kata atau
frase. Materi ini kemudian dikirim ke memori jangka panjang, atau jika tidak
dikirim memori ini akan menghilang untuk selamanya (Wade & Travis, 2007).
Riset lain menyatakan bahwa memori jangka pendek digunakan bukan
hanya dalam masalah numerik tetapi juga dalam seluruh masalah kompleks yang
sering dihadapi termasuk dalam kegiatan berbahasa. Karena alasan ini, memori
jangka pendek sering disebut sebagai memori kerja (working memory) dan
mengkonseptualisasikannya sebagai semacam papan tulis dimana pikiran
melakukan perhitungan dan menuliskan hasil parsialnya untuk digunakan
kemudian (Atkinson dkk, 2000).
Baddeley, 1992 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan suatu model
memori kerja (working memory) dari memori jangka pendek yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
1). Putaran fonologis (phonological loop) yang berisi penyimpanan
fonologis dan proses alkulatoris, yang merupakan kemampuan mengingat
informasi sebanyak yang dapat diulangi dalam durasi terbatas.
11
2). Alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki
kemiripan dengan putaran fonologis, namun berperan dalam
mengendalikan kinerja visual dan spasial, yakni yang meliputi tindakan
mengingat bentuk dan ukuran atau mengingat kecepatan dan arah objek
yang bergerak.
3). Eksekutif sentral (central executive) berperan dalam menentukan
informasi yang harus diperhatikan, diabaikan atau digabungkan.
Tahap ketiga adalah memori jangka panjang, yang meliputi kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas, informasi disimpan beberapa menit dan
beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun sampai seumur hidup. Informasi dari
memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek untuk
digunakan. Tulving, 1985 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan tiga jenis
memori jangka panjang, yaitu:
1). Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan
sesuatu, seperti mengetahui cara menyisir rambut, menggunakan pensil,
menjahit, atau berenang.
2). Memori semantik merupakan representasi internal dari dunia di sekitar
dan tidak bergantung pada berbagai macam konteks. Memori semantik
meliputi fakta, peraturan dan konsep unsur-unsur yang mendasari
pengetahuan umum. Contoh: saat seseorang menjelaskan konsep kucing
berdasarkan memori semantik, dapat dijelaskan kucing sebagai mamalia
mungil yang berbulu, makan, berkeliaran. Seseorang dapat menjelaskan
12
dengan runtut dan tidak mengetahui kapan dan bagaimana pertama kali
mempelajari informasi tersebut.
3). Memori episodik merupakan representasi internal dari sebuah peristiwa
yang dialami secara lansung. Contoh: saat seseorang mengingat kala
kucing mengejutkannya di tengah malam dengan melompat keranjangnya,
orang tersebut telah memanggil kembali memori episodik.
Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori prosedural dan
semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori episodik. Hal ini
terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori episodik) telah dilupakan
sejak didalam memori jangka pendek. Kemerosotan dalam memori episodik,
sering menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya,
seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi
bermacam-macam tantangan penyesuain intelektual sehubungan dengan
pekerjaan, dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang
termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mengalami kemunduran
dalam memorinya. Untuk itu, latihan menggunakan bermacam-macam strategi
mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan
dapat mencegah kemunduran memori jangka panjang, melainkan sekaligus
memungkinkan dapat meningkatkan kekuatan memori mereka (Desmita, 2010).
Proses mengingat dan lupa tidak terlepas dari proses belajar dan
mengingat. Kedua proses ini tidak dapat dipisahkan dan merupakan kunci
keberhasilan dalam proses kehidupan. Orang yang dapat mengingat dengan baik
umumnya memiliki kemampuan belajar yang baik pula (Walgito, 2004)
13
2.1.3 Pemrosesan Informasi dalam Memori
Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori
(Wade & Travis, 2007), yaitu, encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk
mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat diproses dan digunakan oleh
otak. Tahap ini melibatkan alat indera untuk mempersepsi stimulus yang masuk.
Dalam proses ini dibutuhkan perhatian. Seseorang bisa memasukkan
pengalamannya baik secara sengaja atau tidak sengaja. Pengalaman yang sengaja
misalnya ilmu pengetahuan, sedangkan pengalaman yang tidak disengaja
misalnya pengalaman yang terjadi sehari-hari.
Tahap kedua adalah storage, yaitu menyimpan pengalaman yang telah
dipersepsikan, sehingga suatu saat dapat ditimbulkan kembali. Pengalaman yang
sudah dipersepsikan tadi akan meninggalkan jejak dimemori sebagai memory
traces yang disimpan dalam ingatan. Memory traces bisa hilang ataupun rusak
karena proses lupa. Sehingga memory traces tidak sepenuhnya bisa bertahan
dalam ingatan.
Tahap ketiga adalah retrieval. Menimbulkan kembali pengalaman yang
sudah disimpan dalam memori sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Proses ini bisa dilakukan dengan mengingat kembali (recall) atau mengenal
kembali (recognize) (Ghasani, 2009). Mengenal kembali menunjukkan hasil yang
lebih baik daripada mengingat kembali. Mengingat kembali menuntut seseorang
untuk bekerja dua kali, yaitu membangkitkan kembali informasi yang mungkin
sesuai, atau mengenalinya sebagai informasi yang sebelumnya sudah disimpan.
Sedangkan mengenal kembali, informasi yang akan dipanggil akan langsung
14
dikenali melalui penelusuran isyarat terhadap pilihan item yang disajikan
(Walgito, 2004 dalam Supardi, 2012).
2.1.4 Faktor-faktor Yang Terkait Dengan Memori
1) Usia
Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi
mental menurun seiring bertambahnya usia. Secara alamiah,
penurunan daya ingat umumnya karena beberapa sel otak terutama sel
dentate gyrus yang berangsur-angsur mulai mati, juga karena
berkurangnya daya elastisitas pembuluh darah. Sel otak yang mulai
mati tersebut tidak akan mengalami regenerasi, sehingga hal ini yang
menyebabkan seseorang menjadi mudah lupa (Wade & Travis, 2007).
2) Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin mempengaruhi ingatan seseorang dimana
wanita diduga lebih cenderung untuk menjadi pelupa. Hal ini
disebabkan karena pengaruh hormonal, stres yang menyebabkan
ingatan berkurang dan akhirnya mudah lupa (Susanto dkk, 2009).
3) Aktivitas fisik dan olahraga
Menurut Susanto, dkk (2009), meningkatkan daya ingat dapat
dilakukan dengan olahraga ringan secara teratur, seperti jalan santai,
jogging, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Selain membuat tubuh
bugar, olahraga juga dapat meningkatkan kemampuan otak untuk
membangun sel-sel baru. Hal ini disebabkan karena olahraga bisa
membantu sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk otak sehingga
15
suplai nutrisi dan oksigen menuju otak akan terdistribusi dengan baik,
hasilnya dapat meningkatkan daya ingat dan meminimalkan
penurunan daya ingat. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto, dkk
(2009) menyatakan bahwa wanita dewasa (usia rata-rata 23 tahun) setelah
olahraga ringan (jogging) selama tujuh hari, memori jangka pendek
meningkat dengan rerata presentase skor 52,27. Sesudah melakukan
olahraga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan denyut
jantung, sehingga sirkulasi darah mencapai seluruh tubuh, termasuk otak.
Dengan adanya peningkatan sirkulasi darah, maka suplai nutrisi dan
oksigen juga lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya kemampuan daya
ingat/memori jangka pendek meningkat.
4) Stres dan depresi
Stress dan kecemasan di lain pihak akan semakin menutup
pintu masuk memori di dalam otak. Depresi dalam berbagai
derajadnya saat ini diderita masyarakat, terutama masyarakat
perkotaan. Depresi sangat potensial mengganggu konsentrasi maupun
minat seseorang sehingga berpotensi menimbulkan gejala mudah lupa.
Saat stres, hipotalamus akan melepaskan pesan-pesan kimiawi
yang berhubungan dengan kelenjar pituitary. Selanjutnya pesan-pesan
tersebut dikirim ke korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol
(Wade & Travris, 2007). Kortisol akan menghambat fungsi hipokampus
yang sangat berperan dalam pembentukan memori. Hipokampus adalah
bagian dari sistem limbik yang berperan penting dalam pemrosesan dan
penguatan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Stres
16
yang berkepanjangan menyebabkan hilangnya neuron pada hipokampus
dan akhirnya mengakibatkan kerusakan memori (Rossman,2010).
5) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak kondusif dapat menggangu
pencapaian informasi, misalnya kebisingan, ruang yang gelap dan
panas (Asih, 2013). Situasi bising pada hakekatnya merupakan
polutan suara yang ternyata berpengaruh terhadap memori jangka
pendek. Ini diperkuat oleh penelitian Bhinnety (1993) yang dilakukan
untuk mengkaji pengaruh berbagai intensitas kebisingan (70 dB, 85
dB, dan 95 dB) terhadap memori jangka pendek para siswa sekolah
dasar di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi intensitas kebisingan, maka akan semakin menurun
memori jangka pendek (Bhinnety, 2008).
6) Nutrisi
Otak adalah organ pertama dari tubuh yang menyerap nutrisi
dari makanan yang kita santap sehari-hari. Untuk itulah, penting
artinya memberikan asupan nutrisi yang tepat. Upaya ini akan sangat
membantu pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak agar
maksimal (Misbahatori, 2013).
Menurut Perretta (2008), nutrisi penting dibawa dalam darah
yang diperlukan oleh otak agar dapat melakukan berbagai aktivitas.
Otak mendapat pasokan darah berupa aliran darah konstan yang
membawa neurorutrient (nutrisi penting untuk saraf), seperti asam
17
amino, vitamin, dan mineral. Neuronutrient bersama oksigen dan
glukosa akan menyediakan energi untuk otak. Energi yang diperlukan
untuk bahan bakar otak, untuk merawat kesehatan sel saraf, dan untuk
neurotransmitter diperoleh dari makanan yang kita konsumsi. Neuron
harus mendapatkan makanan agar mampu membawa pesan yang kuat
dan jelas. Seluruh sistem saraf juga memerlukan banyak bahan bakar
untuk melakukan berbagai kegiatan.
Salah satu nutrisi bagi otak adalah karbohidrat. Karbohidrat
ditemukan dalam biji-bijian, buah dan sayuran. Melalui proses
pencernaan, karbohidrat dipecah menjadi gula disebut glukosa.
Glukosa memasok sumber energi utama bagi otak (Perretta, 2008).
Glukosa sangat terlibat dalam mekanisme daya ingat kognitif
(memory) seseorang, meskipun tidak mempengaruhi tingkat
kecerdasan (Korol, 1998 dalam Amy, 2008). Nutrisi yang tepat akan
membuat otak bekerja dengan maksimal. Tercukupinya nutrisi untuk
otak akan mampu merangsang pertumbuhan sel-sel otak, sekaligus
untuk meningkatkan memori dan kemampuan untuk berkonsentrasi
(Melinda, 2012).
2.1.5 Memori Pada Usia Dewasa Tengah
Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari
bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang
sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang dewasa adalah individu yang telah
18
menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah siap menerima kedudukan dalam
masyarakat.
Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode
perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 59an
tahun (Santrock, 1998). Aspek kognitif yang terlihat menurun pada masa dewasa
tengah ini adalah daya ingat/memori. Beberapa hal menyebabkan memori
menurun. Menurut penelitian Craik, 1997 (dalam Tulving & Craik, 2000)
ditemukan bahwa memori menurun pada usia dewasa tengah (35-59 tahun). Hal
ini terjadi ketika memori jangka pendek (short term memory) lebih jarang
digunakan dibanding memori jangka panjang (long term memory). Sebelum
informasi yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama akan melalui
tahapan memori jangka pendek (Ghasani, 2009). Memori juga cenderung
menurun ketika informasi yang coba diingat kembali adalah informasi yang
disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Akhirnya, memori cenderung
menurun jika mengingat (recall) lebih sering daripada mengenali (recognize)
(Poon,1989).
Kapasitas memori jangka pendek sangat bergantung pada usia. Semakin
tinggi usia, semakin besar kapasitas memori ini. Pada usia tiga tahun, seorang
anak memiliki satu kapasitas memori jangka pendek. Pada usia dewasa (minimal
15 tahun), kapasitas ini mencapai tujuh (± dua) (Hadianto, 2007). Jadi memori
jangka pendek pada usia dewasa mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu lima
sampai sembilan item informasi (Miller, 1956 dalam Nur, 1998) yaitu hanya bisa
19
berpikir antara lima sampai sembilan hal yang berbeda selama kurang lebih 15
hingga 30 detik.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Gregoire dan Van der Linden pada tahun
1997 mengamati penurunan bertahap di kemampuan mengingat memori baik
rentang memori maju dan rentang memori mundur antara usia 20 dan 70 tahun
dengan kapasitas rentang memori mundur menjadi sedikit kurang dari kapasitas
rentang memori maju, tetapi menurun pada tingkat yang sama; penurunan ini
tidak menjadi signifikan secara statistik, namun sampai setelah usia 70 tahun,
penurunan di kedua rentang memori maju dan mundur menjadi lebih jelas.
2.1.6 Tes Memori
Untuk mengukur intelegensi dewasa dan lansia, para peneliti sering kali
menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang standar untuk
mengukur potensi inteligensi subjek dewasa usia 16 tahun sampai 75 tahun atau
lebih, yang penyajiannya secara individual. WAIS mengukur dua aspek
kemampuan potensial subjek yaitu aspek verbal dan aspek performance. Salah
satu aspek verbal yaitu mengukur Working Memory Index (WMI) dengan test
digit-span. Tes ini dapat digunakan untuk berbagai instansi. Peneliti menilai
memori jangka pendek dengan meminta seseorang mengulang rangkaian angka,
baik dalam urutan depan maupun terbalik (digit span forward & backward)
(Papalia, 2008). Reliabilitas WAIS 0,93 dan telah banyak digunakan pada
berbagai pengukuran termasuk pengukuran working memory (Gatlin, 2012). Tes
20
Angka Maju dan Angka Mundur diberikan secara terpisah. Angka-angka
dikatakan dengan jarak satu detik dan tidak boleh dikelompok-kelompokkan. Seri
atau rangkaian menunjukkan banyaknya angka pada tiap soal. Wechsler Adult
Intelligene Scale merupakan suatu alat ukur inteligensi yang dirancang khusus
bagi orang dewasa oleh Wechsler pada tahun 1955, kemudian direvisi dan
diterbitkan pada tahun 1981 (Fudyartanta, 2004).
1) Tes Angka Maju (Digit Span Forward Test)
Mulai dengan Percobaan I dari seri ke-tiga untuk semua subjek. Dalam
tiap seri, sebutkan angka secara acak dan bila sudah selesai minta
subjek mengulang angka yang telah disebutkan dari urutan depan.
Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek menirukan Percobaan I dengan
benar, lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila subjek gagal dalam
Percobaan I berikan Percobaan II pada seri yang sama, kemudian
lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil. Percobaan II dari
suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal dalam Percobaan I.
Hentikan sesudah gagal kedua percobaan dalam satu rangkaian. Nilai
adalah jumlah angka dalam seri terpanjang yang dikatakan kembali
tanpa salah dalam Percobaan I dan Percobaan II. Nilai tertinggi :
sembilan
21
Tabel 2.1. Seri Percobaan I dan II Tes Angka Maju
2) Tes Angka Mundur (Digit Span Backward Test)
Mulai dengan menyuruh subjek untuk mengulang tiga angka yang telah
disebutkan dari urutan belakang, apabila subjek berhasil lanjutkan
dengan Percobaan I dengan seri tiga angka. Bilamana subjek tidak
menjawab dengan benar atau tidak mengerti, berikan jawaban yang
benar dan contoh lain. Dalam tiap seri, sebutkan angka secara acak dan
bila sudah selesai minta subjek mengulang angka yang telah disebutkan
dari urutan belakang. Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek menirukan
Percobaan I dengan benar, lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila
subjek gagal dalam Percobaan I berikan Percobaan II pada seri yang
sama, kemudian lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil.
Percobaan II dari suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal
dalam Percobaan I. Hentikan sesudah gagal kedua percobaan dalam
satu rangkaian. Nilai adalah jumlah angka dalam seri terpanjang yang
dikatakan kembali tanpa salah dalam Percobaan I dan Percobaan II.
Nilai tertinggi : delapan
Seri Percobaan I Percobaan II
3 3-8-6 6-1-2
4 3-4-1-7 6-1-5-8
5 8-4-2-3-9 5-2-1-8-6
6 3-8-9-1-7-4 7-9-6-4-8-3
7 5-1-7-4-2-3-8 9-8-5-2-1-6-3
8 1-6-4-5-9-7-6-3 2-9-7-6-3-1-5-4
9 5-3-8-7-1-2-4-6-9 4-2-6-9-1-7-8-3-5
22
Tabel 2.2. Seri Percobaan I dan II Tes Angka Mundur
Seri Percobaan I Percobaan II
2 2-5 6-3
3 5-7-4 2-5-9
4 7-2-9-6 8-4-9-3
5 4-1-3-5-7 9-7-8-5-2
6 1-6-5-2-9-8 3-6-7-1-9-4
7 8-5-9-2-3-4-2 4-5-7-8-2-8-1
8 6-9-1-6-3-2-5-8 3-1-7-9-5-4-8-2
Jumlah nilai untuk tes Rentangan Angka ialah jumlah angka-angka
pada Angka Maju dan Angka Mundur yang diucapkan tanpa salah.
Nilai tertinggi : 17
Untuk mengetahui tingkat memori jangka pendek pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, peneliti membaginya menjadi tiga
kategori: tinggi, sedang, dan rendah. Norma penggolongan dan batasan
nilai menggunakan rata-rata skor memori jangka pendek dan standar
deviasi seperti rumus tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penggolongan dan batasan nilai
No Kategori Interval nilai
1 Tinggi X > Mean + 1 SD
2 Sedang Mean 1 SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD
3 Rendah X < Mean 1 SD Sumber : Riwidikdo, 2010
23
2.1.7 Cara Meningkatkan Memori
1) Olahraga
Penelitian yang dilakukan oleh Susanto, dkk (2009)
menyatakan bahwa wanita dewasa (usia rata-rata 23 tahun) setelah
olahraga ringan (jogging) selama tujuh hari, memori jangka pendek
meningkat dengan rerata presentase skor 52,27. Sesudah melakukan
olahraga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan denyut
jantung, sehingga sirkulasi darah mencapai seluruh tubuh, termasuk
otak. Dengan adanya peningkatan sirkulasi darah, maka suplai nutrisi
dan oksigen juga lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya
kemampuan daya ingat/memori jangka pendek meningkat.
2) Brain Gym
Penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) menyatakan bahwa
orang tua (usia rata-rata 60 tahun) setelah melakukan brain gym dua
kali sehari yakni menjelang dan setelah bangun tidur dengan durasi ±
15 menit, fungsi kognitif meningkat 70%. Gerakan-gerakan pada
brain gym memberikan rangsangan pada otak sehingga mampu
meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,
belajar, memori, pemecahan masalah dan kretifitas).
3) Terapi Nutrisi Buah Pisang
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) menyatakan bahwa
anak usia 10-12 tahun setelah mendapatkan terapi nutrisi buah pisang
selama tiga hari, skor memori jangka pendek pada kelompok
24
perlakuan meningkat dari rata-rata 3,72 menjadi rata-rata 5,22. Untuk
melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu fruktosa yang mempunyai
indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga
cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat
dimetabolisme.
2.2 Buah Pisang Ambon
2.2.1 Pisang Ambon
Pisang adalah nama umum yang di berikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musacea. Pisang ambon menurut ahli sejarah
berasal dari daerah Asia Tenggara termasuk juga Indonesia (Roedyarto, 1997).
Tumbuhan pisang kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan
dan Amerika Tengah. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang
mengandung humus cukup tinggi membuat tumbuhan pisang sangat cocok dan
tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan
daerah penghasil pisang. Tumbuhan pisang tumbuh di daerah tropis maupun sub
tropis (Mikasari, 2004).
Pisang ambon merupakan pisang jenis pisang dengan nama spesies Musa
paradisiaca var. sapientum. Keunggulan pisang ambon dibandingkan dengan
pisang jenis lain adalah pada rasa buah yang manis saat sudah matang dan
beraroma harum karena mengandung komponen senyawa ester seperti isoamil
asetat yang khas untuk aroma pisang (Tressl & Jennings, 1972). Pisang ambon
adalah pisang yang paling disukai karena memiliki rasa yang lebih manis, tekstur
25
yang lebih enak dan aroma yang lebih tajam jika dibandingkan dengan pisang
yang dapat dimakan secara langsung lainnya. Sejauh ini tidak ada efek samping
yang ditimbulkan dengan mengonsumsi pisang ambon (Almatsier, 1996 dalam
Tryastuti, 2012).
Kusumo dan Farid (1994) menjelaskan bahwa pisang ambon termasuk
pada kelompok triploid (AAA). Warna kulit buah pisang ambon lumut pada
waktu matang hijau atau hijau kekuningan dengan bintik colat kehitaman. Warna
daging buahnya putih kemerahan dan lunak. Rasanya manis dan enak, aromanya
juga kuat. Berat setiap tandannya 15 sampai 18 kg terdiri dari delapan sampai 12
sisir dan setiap sisirnya terdiri dari 20 buah. Ukuran buah 15 sampai 20 cm
dengan diameter tiga sampai tiga koma lima cm.
2.2.2 Taksonomi Buah Pisang Ambon
Taksonomi buah pisang ambon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiacal var. Sapientum
26
2.2.3 Kandungan Gizi Buah Pisang Ambon
Pisang memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung komponen
karbohidrat yang tinggi sehingga dapat menyediakan energi sekitar 136 kalori
untuk setiap 100 gram. Buah pisang juga mengandung beberapa mikronutrisi
seperti vitamin C, vitamin B dan mineral kalium, magnesium, fosfor, besi dan
kalsium (Kusumo & Farid 1994). Mineral utama pada buah pisang adalah kalium.
Kalium bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi
juga memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan menjaga keseimbangan cairan
di dalam tubuh. Sehingga konsumsi makanan yang tinggi kalium akan membuat
tubuh terasa lebih segar (Debi, 2013). Buah pisang ambon memiliki kandungan
kalium lebih tinggi dan natrium lebih rendah dibandingkan dengan buah pisang
lainnya, dalam 100 gram pisang ambon mengandung 435 mg kalium dan hanya
18 mg natrium (Almatsier, 1996 dalam Tryastuti, 2012).
Kandungan kalium pada pisang dapat membantu mengurangi risiko kanker
ginjal. Penelitian pada 61 000 wanita Swedia berusia 40-76 tahun menemukan
bahwa, dari semua buah yang dikonsumsi, pisang memberikan perlindungan
terbesar terhadap kanker ginjal. Wanita makan pisang empat sampai enam kali
seminggu menurunkan risiko kanker ginjal 40 % dibandingkan dengan mereka
yang tidak makan buah pisang (Rashidkhani, 2005).
Buah pisang mengandung karbohidrat yang menjadi sumber energi instan
dan bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Selain tidak butuh
proses pencernaan lama (10 - 45 menit), buah segar menyediakan sumber energi
siap pakai. Pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan
27
gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti
(Hernawan, 2012). Komposisi daging kimia buah pisang mengandung gula
reduksi. Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, seperti glukosa dan fruktosa. Ada
tiga macam gula alami dalam pisang, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Ketiga
zat ini dapat memberikan energi pada tubuh serta membantu aktivitas otak
(Damayanti, 2013). Fruktosa merupakan gula utama yang ditemukan dalam buah,
namun dalam bentuk ini, fruktosa juga disertai dengan serat, nutrisi lain, serta
enzim-enzim yang membuatnya mudah dicerna tanpa menurunkan kadar mineral
atau menaikan level gula darah (Nisa, 2012).
Pada beberapa literatur dijelaskan bahwa kandungan gula reduksi seperti
glukosa dan fruktosa pada buah-buahan umumnya akan meningkat selama
pertumbuhan dan pendewasaan sel. Kenaikan tersebut tidak terjadi terus,
melainkan kemudian menurun setelah atau sesaat memasuki fase pemasakan dan
akhirnya mengalami pembusukan (Santoso, 2011). Komposisi kimia daging buah
pisang ambon matang dalam 100 gram dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Komposisi Kimia Daging Buah Pisang Ambon Matang dalam 100 gram
Kandungan Buah Pisang Ambon
Kadar gula 88,28%
Gula reduksi (glukosa &
fruktosa)
5,44%
Pati 0,84%
Protein 0,68%
Pectin 0,93%
Protopektin 0,21%
Lemak 0,53%
Serat kasar 1,28%
Abu 1,33% Sumber: Stover, 1987 dalam Noor, 2007
28
2.2.4 Hubungan Konsumsi Buah Pisang Ambon terhadap Memori Jangka
Pendek
Setiap orang dianjurkan mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung
energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti bekerja,
belajar, berolahraga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain.
Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat, protein dan lemak (Hardinsyah & Martianto, 1992).
Salah satu nutrisi bagi otak adalah karbohidrat. Karbohidrat ditemukan
dalam biji-bijian, buah dan sayuran. Selain tidak butuh proses pencernaan lama
(10 - 45 menit), buah segar menyediakan sumber energi siap pakai. Karbohidrat
sederhana banyak ditemukan pada makanan yang sudah diproses dan makanan
berwarna putih seperti roti, pasta, nasi, minuman bersoda, dan gula putih.
Karbohidrat sederhana ini cepat diproses oleh tubuh namun cenderung diubah
menjadi lemak, berbeda dengan karbohidrat kompleks pada buah-buahan yang
lebih lambat dicerna namun menyediakan lebih banyak energi, lebih kaya vitamin
dan mineral serta membuat kenyang lebih lama (Kurniawan, 2012).
Melalui proses pencernaan, karbohidrat dipecah menjadi gula disebut
glukosa. Bahan ini merupakan bahan bakar utama otak karena dapat membantu
mempertahankan konsentrasi, meningkatkan kewaspadaan dan memberi kekuatan
untuk semua kegiatan otak (Perretta, 2008). Nutrisi yang tepat akan membuat otak
bekerja dengan maksimal. Tercukupinya nutrisi untuk otak akan mampu
merangsang pertumbuhan sel-sel otak, sekaligus untuk meningkatkan memori dan
kemampuan untuk berkonsentrasi (Melinda, 2012).
29
Menurut Prahastuti (2011) buah-buahan mengandung fruktosa dan glukosa
dengan proporsi bervariasi. Kandungan fruktosa dalam buah-buahan adalah antara
lima sampai 10%. Buah yang mengandung tinggi fruktosa yaitu buah anggur, apel
dan pisang. Pisang merupakan buah yang paling ekonomis dibanding apel dan
anggur. Kusumo dan Farid (1994) mengemukakan bahwa gula pisang merupakan
gula buah, yaitu fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah
dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi
karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Fruktosa merupakan gula utama yang
ditemukan dalam buah, namun dalam bentuk ini, fruktosa juga disertai dengan
serat, nutrisi lain, serta enzim-enzim yang membuatnya mudah dicerna tanpa
menurunkan kadar mineral atau menaikan level gula darah (Nisa, 2012). Pisang
adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda,
pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas
biologis (Mulyati, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukam Amy, dkk (2008) berjudul Pengaruh
Kenaikan Kadar Glukosa Darah Terhadap Peningkatan Daya Ingat Jangka Pendek
Pada Wanita Dewasa, peningkatan memori sudah terjadi pada beberapa responden
sejak menit ke 30 namun peningkatan yang signifikan baru terjadi pada menit ke
90. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk mengubah glukosa
menjadi Asetil KoA, selanjutnya menjadi asetilkolin yang merupakan salah satu
neurotransmitter dalam sistem saraf.
Penelitian mengenai manfaat pisang ambon juga telah dilakukan oleh Sari
(2013) Pengaruh Terapi Nutrisi Buah Pisang Terhadap Memori Jangka Pendek
30
Pada Anak Usia 10-12 Tahun Di SDN Tiga Grendeng Purwokerto, riset ini
dilakukan pada 30 orang siswa yang diberikan terapi nutrisi buah pisang ambon
selama tiga hari berturut-turut. Pengukuran memori jangka pendek saat post-test
dilakukan dua jam setelah konsumsi pisang ambon di hari terakhir. Hasil
penelitian didapatkan p < 5% dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
peningkatan yang signifikan skor memori jangka pendek anak usia 10-12 tahun
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah diberi terapi nutrisi
buah pisang ambon.