bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1.1 pengertian manajemen ...repository.untag-sby.ac.id/316/3/bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Sofjan Assauri (2013, 12) Manajemen Pemasaran adalah kegiatan
menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan program-program
yang disusun dalam pembentukan, pembangunan, dan pemeliharaan keuntungan dari
pertukaran/ transaksi melalui sasaran pasar dengan harapan untuk mencapai tujuan
organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang.
Menurut Kotler dan Keller (2016, 27) Manajemen pemasaran sebagai seni
dan ilmu Memilih target pasar dan mendapatkan, menjaga, dan tumbuh pelanggan
melalui Buat Akun menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul.
Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pemasaran
adalah serangkaian proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi
pemasaran total, termasuk tujuan perumusan tujuan pemasaran, kebijakan
pemasaran, program pemasaran dan strategi pemasaran, yang ditujukan untuk
menciptakan pertukaran yang dapat memenuhi tujuan.
2.1. 2 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2016, 27) Pemasaran adalah proses sosial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, penawaran, dan freering, dan bebas bertukar produk dan jasa
dari nilai dengan lain.
Menurut Kotler dan Armstrong (2014, 27) Pemasaran adalah proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat
dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya.
Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah salah
satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan
barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.
Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan
perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka
6
kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung
dalam kaitannya dengan pasar kegiatan usaha yang harus berorientasi ke pasar atau
konsumen.
Usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang diarahkan
kepada usaha penyedia kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh
keuntungan yang diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Keinginan
konsumen juga harus dipuaskan secara efektif. Agar pemasaran berhasil maka
perusahaan harus memaksimalakn penjualan yang menghasilkan omzet dalam
jangka panjang.
2.1.2.1 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan bagian dari konsep pemasaran yang
mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2014, 76) Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran taktis diperusahaan memadukan dua menghasilkan
respon yang diinginkan dalam pasar sasaran.
Menurut Kotler dan Keller (2012, 119) Bauran Pemasaran (marketing mix)
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.
Menurut Kotler dan Armstrong (2014, 76) unsur-unsur Bauran Pemasaran
dapat digolongkan dalam empat kelompok pengertian dari masing-masing variabel
bauran pemasaran didefinisikan oleh sebagai berikut :
1. Produk : Adalah kombinasi barang dan jasa perusahaan menawarkan
dua target pasar.
2. Harga : adalah jumlah pelanggan harus dibayar untuk memperoleh
produk.
3. Tempat : Adalah mencakup perusahaan produk tersedia untuk
menargetkan pelanggan.
4. Promosi : Adalah mengacu pada kegiatan berkomunikasi kebaikan
produk dan membujuk pelanggan sasaran.
Menurut Rambat Lupiyoadi (2013, 92) unsur-unsur bauran pemasaran jasa
adalah sebagai berikut :
1. Produk (product) : adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai kepada konsumen.
7
2. Harga (price) : adalah sejumlah pengorbanan yang haruis dibayar oleh
pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa.
3. Tempat atau salurah distribusi (place) : yaitu hubungan dengan dimana
perusahaan melakukan operasi atau kegiatannya.
4. Promosi (promotion) : merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk mengkomunikasikan manfaat produk dan sebagi alat untuk
mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan
jasa sesuai dengan kebutuhan .
5. Orang (people) : merupakan orang-orang yang terlibat langsung dan
saling mempengaruhi dalamn proses pertukaranj dari produk jasa.
6. Proses (process) : adalah gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri
dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, dan hal-hal ruton dimana
jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
7. Bukti atau lingkungan fisik perusahaan (physical evidence) : adalah
tempat jasa diciptakan, tempat penyedia jasa dan konsumen
berinteraksi, ditambah unsur berwujud apapun yang digunakan untuk
mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa tersebut
2.1.3 Pengertian pemasaran jasa
Menurut Payne yang dikutip dalam Ratih Hurriyati (2010, 42) pemasaran
jasa merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan
memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan
sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa merupakan
proses penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar.
Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara
produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatan-
kegiatan para pesaing. Pemasaran jasa merupakan kegiatan pokok yang perlu
dilakukan oleh perusahaan jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya.
Fungsi pemasaran terdiri dari tiga komponen kunci, yaitu sebagai berikut :
1. Bauran pemasaran (markting mix)
Merupakan unsur-unsur internal penting yang membentuk program
pemasaran sebuah organisasi
2. Kekuatan pasar
Merupakan peluang dan ancaman eksternal dimana operasi pemasaran
sebuah organisasi berinteraksi.
8
3. Proses penyelarasan
Merupakan proses strategik dan manajerial untuk memastikan bahwa bauran
pemasaran jasa dan kebijakan-kebijakan internal organisasi sudah layak
untuk menghadapi kekuatan pasar.
2.1.4 Pengertian Penjualan
Menurut Thamrin Abdullah dan Francis Tantri (2016, 3) Penjualan adalah
bagian dari promosi dan promosi adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem
pemasaran.
Menurut Basu Swastha dalam Irwan Sahaja (2014, 246) penjualan adalah
suatu proses pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli.
Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah
suatu kegiatan bertemunya seorang pembeli dan penjual yang melakukan transaksi,
saling mempengaruhi dan mempertimbangkan pertukaran antara barang atau jasa
dengan uang.
2.1.4.1 Tujuan Penjualan
Menurut Basu Swasta dan Irawan (2001, 32) tujuan penjualan adalah sebagai berikut
:
1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2. Mendapatkan laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
Usaha-usaha untuk mencapai ketiga tujuan tersebut tidak sepenuhnya hanya
dilakukan
oleh pelaksana penjualan atau para tenaga penjualan, akan tetapi dalam hal ini perlu
adanya kerja sama dari beberapa pihak diantaranya adalah fungsionaris dalam
perusahaan seperti bagian dari keuangan yang menyediakan dana, bagian produksi
yang membuat produk, dan bagian personalia yang menyediakan tenaga kerja.
2.1.4.2 Jenis dan Bentuk Penjualan
Menurut Basu Swasta (2001, 11) mengelompokkan jenis-jenis penjualan adalah
sebagai berikut:
1. Trade selling.
Penjualan yang dapat terjadi bilamana produsen dan pedagang besar
mempersilakan pengecer untuk berusaha memperbaiki distribusi produk
mereka. Hal ini melibatkan para penyalur dengan kegiatan promosi,
peragaan, persediaan dan produk baru.
9
2. Missionary Selling
Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk
membeli barang – barang dari penyalur perusahaan.
3. Technical Selling
Berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran dan nasihat
kepada pembeli akhir dari barang dan jasa.
4. New Businies Selling
Berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli seperti
halnya yang dilakukan perusahaan asuransi.
5. Responsive Selling
Setiap tenaga kerja penjual dapat memberikan reaksi terhadap permintaan
pembeli melalui route driving and retailing. Jenis penjualan ini tidak akan
menciptakan penjualan yang besar, namun terjalinnya hubungan pelanggan
yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.
Bentuk-bentuk penjualan adalah sebagai berikut:
1. Penjualan tunai
Penjualan yang bersifat cash and carry dimana penjualan setelah terdapat
kesepakatan harga antara penjual dengan pembeli, maka pembeli
menyerahkan pembayaran secara kontan dan bisa langsung dimiliki oleh
pembeli.
2. Penjualan Kredit
Penjualan non cash, dengan tenggang waktu tertentu, rata-rata diatas satu
bulan.
3. Penjualan secara Tender
Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi
permintaan pihak pembeli yang membuka tender.
4. Penjualan Ekspor
Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli, luar negeri yang
mengimpor barang yang biasanya menggunakan fasilitas letter of credit.
5. Penjualan secara Konsinyasi
Penjualan barang secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual.
Apabila barang tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan kepada
penjual.
6. Penjualan secara Grosir
Penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang
perantara yang menjadi perantara pabrik atau importir dengan pedagang
eceran.
10
2.1.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penjualan
Menurut Basu Swastha (2003, 406) Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
penjualan dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern adalah sebagai berikut:
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Transaksi jual beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang
dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai
pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat
meyakinkan kepada pembelinya, agar dapat berhasil mencapai sasaran
penjualan yang diharapkan, untuk maksud tersebut harus memahami
beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yakni: Jenis dan
karakteristik yang ditawarkan, Harga produk, Syarat penjualan seperti
pembayaran, penghantaran, pelayanan purma jual, garansi dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah atau pasar internasional.
b. Kelompok pembeli atau segmen pasar.
c. Daya beli.
d. Frekuensi pembelinya.
e. Keinginan dan kebutuhannya.
3. Modal
Untuk memperkenalkan barangnya kepada pembeli atau konsumen
diperlukan adanya usaha promosi, alat transportasi, tempat peragaan baik
dalam perusahaan maupun diluar perusahaan dan sebagainya. Semua ini
hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang
diperlukan untuk itu.
4. Kondisi organisasi perusahaan.
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh
bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh orang-orang
tertentu atau ahli di bidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil,
dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan
fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya
sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang
dihadapi, serta sarana yang dimilikinya tidak sekomplek perusahaan-
perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan ini ditangani sendiri oleh
pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.
11
5. Faktor Lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, pemberian
hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Ada pengusaha yang berpegang
pada satu prinsip bahwa paling penting membuat barang yang baik.
Bilamana prinsip tersebut dilaksanakan maka diharapkan pembeli akan
membeli lagi barang yang sama. Oleh karena itu perusahaan melakukan
upaya agar para pembeli tertarik pada produknya.
2.1.5 Pengertian Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2008, 455) Penjualan tunai adalah penjualan yang
mewajibkan konsumen membayar terlebih dahulu sebelum menerima barang.
Penjualan tunai tersebut dihitung dengan cara mengalikan penetapan harga dengan
volume penjualan tunai.
Menurut Yadiati dan Wahyu (2006, 129) Penjualan tunai adalah pembeli
langsung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh penjual melalui
register kas.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai
adalah penjualan yang transaksi pembayaran langsung menyerahkan sejumlah uang
kebagian kassa.
2.1.5.1 Prosedur Penjualan Tunai
Penjualan dilakukan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli
melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan
oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang
kemudian diberikan pada pembeli dan transaksi penjualan kemudian dicatat oleh
perusahaan.
Dokumen–dokumen yang digunakan dalam prosedur penjualan tunai adalah sebagai
berikut :
1. Faktur Penjualan Tunai
Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan
manajemen mengenai transaksi penjulan tunai. Formulir faktur penjualan tunai dapat
digunakan untuk merekam data mengenai nama pembeli, alamat pembeli, tanggal
transaksi, kode dan nama barang, kuantitas, harga satuan, jumlah harga, nama dan
kode pramuniaga, otorisasi terjadinya berbagai tahap transaksi.
12
2. Bukti Setor Bank
Dokumen ini dibuat sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank dibuat
tiga lembar, dan diserahkan ke bank bersamaan dengan penyetoran kas dari hasil
penjualan tunai ke bank. Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank
setelah ditanda tangani dan dicap oleh bank sebagai tanda bukt i penyetoran kas ke
bank.
3. Pita Register Kas
Dokumen ini dihasilkan pada bagian kassa dengan cara mengoperasikan mesin
register kas. Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan
oleh bagian kassa dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang
dicatat dalam jurnal penjualan.
4. Rekap Harga Penjulaan
Dokumen ini digunakan untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama
satu periode. Dokumen ini merupakan pendukung bagi pembuatan memorial guna
mencatat harga pokok pendukung produk yang dijual.
Catatan - catatan yang digunakan dalam prosedur penjualan tunai adalah :
1. Jurnal Penjualan
Jurnal Penjualan digunakan untuk mencatat dan meringkas data penjualan. Jika
perusahaan menjual berbagai macam produk dan manajemen memerlukan informasi
penjualan tiap jenis produk yang dijualnya selama jangka waktu tertentu dalam
jurnal penjualan tiap jenis produk yang dijualnya selama jangka waktu tertentu
dalam jurnal penjualan disediakan satu kolom untuk satu jenis produk tersebut.
2. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai
sumber diantaranya dari penjualan tunai.
3. Jurnal Umum
Catatan akuntansi digunakan untuk mencatat transaksi selain yang dicatat dalam
jurnal khusus, misalnya harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi
tertentu.
13
4. Kartu Persediaan
Kartu persediaan digunakan untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang
dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan dibagian akuntansi untuk mengawasi
mutasi persediaan barang yang disimpan digudang.
5. Kartu Gudang
Catatan diselenggarakan dibagian gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan
barang yang disimpan digudang. Dalam transaksi penjualan tunai kartu gudang
digunakan untuk mencatat berkurangnya kuantitas produk yang dijual. Kartu gudang
juga dibutuhkan untuk mengetahui jumlah persediaan terakhir dari barang dagangan
sehingga dapat diketahui jumlah nominal akun.
2.1.6 Pengertian penjualan Kredit
Berbeda dengan penjualan tunai, uang langsung dibayar oleh pembeli pada
waktu transaksi penjualan, maka penjualan kredit pembayarannya dapat diterima
beberapa waktu kemudian sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh penjual dan
pembeli.
Menurut Mulyadi (2008, 206) Penjualan kredit dilaksanakan oleh
perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari
pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada
pembeli tersebut. Penjualan kredit tersebut dihitung dengan cara mengalikan
penetapan harga dengan volume penjualan kredit.
Menurut Soemarsono (2009, 160) penjualan kredit adalah transaksi antara
perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat
timbulnya piutang dan kas aktiva
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan penjualan kredit
yaitu transaksi penjualan yang dilakukan tetapi pembayarannya menggunakan
jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan bersama.
2.1.6.1 Prosedur Penjualan Kredit
Untuk mendapatkan pengawasan intern yang baik pada penjualan kredit perlu
disusun prosedur tertentu yang menggambarkan arus dokumen dan cara pencatatan
penjualan kredit :
1. Surat order pengiriman
Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pengiriman
yang memberikan otorisasi kepada kepala bagian pengiriman untuk
mengirimkan jenis barang dan jumlah spesifikasi seperti yang
14
tertera diatas dokumen tersebut. Dalam hal pemberian surat order
pengiriman dilakukan oleh bagian gudang dan memberikan otorisasi
kepada bagian pengiriman barang
2. Faktur Penjualan
Dokumen ini merupakan lembar pertama yang dikirimkan pada
pelanggan. Jumlah lembar faktur yang dkirim kepada pelanggan
adalah tergantung dari permintaan pelanggan.
Catatan yang digunakan dalam prosedur penjualan kredit adalah:
1. Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan kredit.
Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat dan meringkas data penjualan.
Jika perusahaan menjual berbagai macam produk dan manajemen
memerlukan informasi penjualan tiap jenis produk yang dijualnya selama
jangka waktu tertentu dalam jurnal penjualan disediakan kolom – kolom
untuk mencatat penjualan menurut produk tersebut.
2. Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi
piutang perusahaan kepada tiap – tiap debiturnya. Dalam metode
pencatatan piutang tertentu, buku piutang ini tidak diselenggarakan dan
digantikan fungsinya dengan arsip faktur penjualan menurut abjad.
3. Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi tentang rincian
mutasi tiap jenis persediaan.
2.1.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penjualan Kredit
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penjualan kredit adalah sebagai
berikut.:
1. Standar Kredit
Standar kredit adalah salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan,
dengan menurunkan standar kredit dapat menstimulasi permintaan, yang
akhirnya akan mengarah pada penjualan dan laba yang lebih tinggi.
Akan tetapi, terdapat biaya untuk membuat piutang tambahan. Seperti
juga resiko yang lebih besar untuk adanya kerugian akibat piutang tak
tertagih.
15
2. Syarat Pembayaran
Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Bila
perusahaan menetapkan syarat penjualan kredit yang ketat berarti
perusahaan lebih mengutamakan keamanan kredit dibandingkan
misalnya memberikan batas waktu pembayaran yang singkat dan
memberikan beban bunga bila pengembaliannya terlambat. Dengan
demikian maka investasi perusahaan dalam piutang dagang cenderung
lebih kecil. Hal sebaliknya akan terjadi bila syarat penjualan kredit
bersifat lunak/longgar.
3. Plafon Kredit
Dalam memberikan kredit kepada pelanggan maupun calon pelanggan,
perusahaan akan membuat sebuah batasan kredit yang berbeda-beda
terhadap pelanggan satu dengan pelanggan lainnya, hal ini dikarenakan
tingkat kemampuan yang berbeda pula.
4. Volume Penjualan Kredit
Dalam melakukan penjualan secara kredit, perusahaan dapat
menetapkan batas maksimal kredit yang akan diberikan kepada
pelanggannya. Makin tinggi batas yang ditetapkan untuk masing-masing
pelanggan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam
piutang dan sebaliknya
5. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan ada
sebagian lagi tidak menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para
langganan membayar dalam periode cash discount atau sesudahnya
akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang.
6. Kebijakan Pengumpulan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan
piutang dalam dua cara yaitu secara aktif maupun pasif. Perusahaan
yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif
mengeluarkan uang yang lebih besar dalam membiayai aktivitas
pengumpulan piutangnya dibandingkan dengan perusahaan lain yang
menjalankan kebijaksanaan piutang secara pasif. Perusahaan yang
melakukan pengumpulan piutangnya secara aktif juga mempunyai
investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada perusahaan yang
melakukan pengumpulan piutangnya secara pasif.
16
2.1.7 Pengertian harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2013, 151) Sejumlah uang yang dibebankan
atas suatu barang atau jasa atau jumlah dari nilai uang yang ditukar konsumen atas
manfaat – manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Menurut Philip Kotler (2012, 132) Harga adalah jumlah uang yang harus
dibayar pelanggan untuk produk itu.
Berdasarkan definisi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa harga
adalah sejumlah nilai uang yang ditentukan oleh penjual barang/jasa dan dibayar
oleh pembeli suatu produk barang/jasa guna untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pembeli.
Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran, harga membutuhkan
pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah dimensi strategi harga :
a. Harga merupakan penyataan nilai dari suatu produk (a statment of
value). Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi
terhadap manfaat (perceived benefits) dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan produk.
b. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para
pembeli. Tidak jarang harga dijadikan semaca, indikator kualitas
jasa.
c. Harga adalah determinan untuk permintaan. Berdasarkan hukum
permintaan (the law of demand), besar kecilnya harga
mempengaruhi kualitas produk yang dibeli oleh konsumen.
Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permitaan atas
produk yang bersangkutan dan sebaliknya.
d. Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga
adalah suatu unsur bauran pemasaran yang mendatangkan
pemasukan bagi perusahaan, yang pada gilirannya berpengaruh
pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh.
e. Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari
empat unsur bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen
yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika
pasar.
Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa merupakan penentu bagi permintaan
pasarnya. Harga juga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga
mempengaruhi market share-nya. Bagi perusahaan, harga tersebut akan memberikan
hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih.
17
Secara umum pengertian harga adalah nilai pertukaran dari suatu produk
atau jasa. Ini adalah jumlah yang mau dibayar oleh seorang pembeli untuk suatu
barang atau jasa. Hal ini dapat merupakan nilai yang diminta oleh seorang penjual
untuk barang yang ditawarkan untuk dijual. Harga adalah faktor utama dalam
bersaing untuk menjual barang industri maupun barang konsumen.
Dalam perekonomian harga pasar dari sebuah barang dapat mempengaruhi
tingkat upah, sewa, bunga, dan laba atas pembayaran faktor-faktor produksi seperti
tenaga kerja, tanah, modal dan skill. Dalam metode tersebut sebenarnya harga
menjadi suatu pengatur dasar pada system perekonomian secara keseluruhan karena
mempengaruhi alikasi sumber-sumber yang ada. Suatu tingkat upah yang tinggi
dapat menarik tenaga kerja yang lebih banyak dan skill yang lebih baik.
2.1.8 Pengertian penetapan harga
Penetapan harga merupakan hal yang cukup kompleks dan sulit.
Kekomplekan dan pentingnya penetapan harga ini memerlukan suatu pendekatan
yang sistematis, yang melibatkan penetapan tujuan dan mengembangkan suatu
struktur penetapan harga lebih lanjut.
Menurut Basu Swastha (2010, 147) mengartikan bahwa harga merupakan
sejumlah uang yang dibutuhkan untuk membayar suatu barang.
Menurut Alma (2014, 169) mengemukakan bahwa : “ Harga (price) adalah
nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, disimpulkan bahwa harga merupakan
nilai (biasa dinyatakan dengan uang) yang harus di korbankan untuk dapat memiliki,
menggunakan atau mengkonsumsi suatu barang dan jasa guna mendapatkan
kepuasan.
Dapat disimpulkan jika harga sangat tinggi, konsumen biasanya
mengharapkan kualitas tinggi, dan persepsi aktualnya akan dipengaruhi oleh harapan
ini. Jika harga terlalu tinggi, organisasi dianggap tidak peduli akan pelanggan, atau
dianggap melakukan penipuan. Sebaliknya, jika harga terlalu rendah, pelanggan
dapat meragukan kemampuan organisasi dalam hal kualitas jasa.
Berikut adalah dimensi harga menurut Mursid (2014, 83-84) yaitu sebagai
berikut:
1. Cost oriented pricing, adalah penetapan harga yang semata-mata untuk
memperhitungkan biaya-biaya dan tidak berorentasi pada pasar terdiri dari
dua macam:
a. Mark up pricing dan cost plus pricing cara penetapan harga yang
sama, yaitu menambahkan biaya perunit dengan laba yang
18
diharapkan. Mark up pricing digunakan dikalangan pedagang
pengecer sedangkan cost plus pricing digunakan oleh manufacturer.
b. Target pricing, yaitu suatu penetapan harga jual berdasarkan target
rate of return dari biaya total yang dikeluarkan ditambah laba yang
diharapkan pada volume penjualan yang diperkirakan. Ini
ditetapkan dalam jangka panjang. Kelemahan metode ini (target
pricing): tidak memperhitungkan permintaan, yang dapat
menunjukan berapa unit dapat dijual pada masing-masing tingkat
harga.
Jadi, apabila target tidak tercapai, maka laba yang akan diharapkan
tidak mencapai sebagaimana target semula.
2. Demand oriented pricing, penentuan harga dengan mempertimbangkan
keadaan permintan, keadaan pasar dan keinginan konsumen Terdiri dari:
a. Perceived value pricing, yaitu berapa nilai produk dalam pandangan
konsumen terhadap yang dihasilkan perusahaan.
b. Demand differential pricing atau price discrimination, yaitu
penetapan harga jual produk dua macam harga atau lebih.
3. Competition oriented pricing, menetapkan harga jual yang berorientasi pada
pesaing. Terdiri dari :
a. Going rate pricing, suatu penetapan harga dimana perusahaan
berusaha menetapkan harga setingkat dengan rata-rata industri.
b. Sealed bid pricing, yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada
penawaran yang diajukan pedagang.
Dalam proses penetapan harga ada tiga pertimbangan pokok yang perlu
diperhatikan, yaitu: biaya produk, harga pesaing dan karakteristik produk.
Banyak perusahaan memilih metode penetapan harganya dengan melibatkan satu
atau lebih dari pertimbangan tersebut. Ada beberapa metode dalam penetapan harga,
yaitu:
1. Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan (perceived value
pricing).
Dalam menetapkan harga perusahaan melihat persepsi pembeli dan
tidak berdasarkan biaya penjualan. Secara akurat perusahaan
menentukan persepsi pasar atas nilai penawaran. Penjual yang
memandang nilai penawarannya terlalu tinggi akan menetapkan harga
yang terlalu tinggi bagi produknya, demikian juga untuk sebaliknya.
2. Penetapan harga sesuai harga yang berlaku (going-rate pricing).
perusahaan kurang memperhatikan biaya atau permintaan sendiri
melainkan berdasarkan harganya terutama pada harga pesaing.
19
Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih
rendah daripada pesaing utamanya. Harga yang berlaku dianggap
mencerminkan kebijakan bersama industri sebagai harga yang layak dan
tidak membahayakan keselarasan industri.
3. Penetapan harga penawaran tertutup (scaled-bid pricing)
perusahaan menggunakan dasar perkiraan tentang bagaimana pesaing
akan menetapkan harga dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku
dengan biaya atau permintaan perusahaan. Bila perusahaan ingin
menang dalam bersaing, maka perusahaan harus memberikan harga
yang lebih rendah dibandingkan para pesaing. Tetapi pada saat yang
sama, perusahaan tidak dapat menetapkan harga dibawah biayanya.
4. Penetapan harga berdasarkan sasaran pengambilan (target-return
pricing).
perusahaan akan menetapkan harga yang akan menghasilkan tingkat
pengambilan atau investasi yang diinginkan tetapi hal ini tergantung
pada elastisitas harga dan harga pesaing. Perusahaan akan mencari cara
untuk menurunkan biaya tetap dan atau biaya variabelnya, karena biaya
yang lebih rendah akan menurunkan volume titik impas yang
diperlukan.
2.1.8.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga:
1. Starting Point
Situasi pasar, permintaan dan persaingan merupakan titik mulai (starting
point) dalam penetapan harga.
2. Faktor Pembatas
Banyak yang membatasi keleluasan dalam menetapkan harga. Selain biaya,
faktor-faktor lainnya adalah strategi bauran pemasaran, harapan perantara
dan faktor-faktor lingkungan makro (sosial, ekonomi, budaya dan politik)
dapat mempengaruhi penetapan harga sebagai faktor pembatas.
3. Aspek Managerial Organisasi
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga hanya
menyangkut aspek manajerial saja. Perusahaan perlu menjelaskan siapa
yang berwenang menetapkan harga di dalam perusahaa.
20
Langlah-langkah penatapan harga adalah sebagai berikut:
1. Analisis keadaan pasar
2. Aspek paling penting dari analisis ini adalah memahami hubungan
permintaan dan harga.
3. Identifikasi faktor-faktor pembatas
4. Faktor pembatas adalah faktor yang membatasi keleluasan perusahaan
dalam menetapkan harga. Biaya mengurangi keleluasan perusahaan
dalam menetapkan harga rendah.
5. Tetapkan sasaran
6. Satu sasaran yang paling umum adalah memperoleh keuntungan. Untuk
itu, harga harus lebih tinggi dari biaya rata-rata.
7. Analisis potensi keuntungan
8. Apapun sasarannya, perusahaan perlu mengetahui berapa keuntungan
ataupun kerugian dari setiap alternatif harga.
9. Tentukan harga awal
10. Setelah sifat-sifat pasar diketahui, faktor pembatas dikenali, sasaran
ditetapkan, dan potensial keuntungan dianalisis, langkah selanjutnya
saatnya menetapkan harga awal.
2.1.8.2 Prosedur Penetapan harga
Tahapan-tahapan dalam prosedur penetapan harga, yaitu:
1. Mengestimasi permintaan untuk barang tersebut pada tahap ini produsen
perlu membuat
estimasi permintaan barang atau jasa yang di hasilkan secara
total. Pengestimasian permintaan tersebut di lakukan dengan jalan :
a. Menentukan harga yang diharapkan (expected prise)
b. Mengistemasi volume penjualan pada berbagai tingkat harga.
Estimasi di lakukan untuk mencari titik pulang pokok minimal yang harus dicapai
perusahaan.
2. Mengalami Lebih Dahulu Reaksi Dalam Persaingan
Penetapan harga tentu harus memperhatikan kondisi persaingan yang
ada di pasar. Sumber-sumber persaingan dapat berasal dari:
a. Barang sejenis yang di hasilkan oleh perusahaan lain
b. Barang pengganti (substitusi)
c. Barang lain yang dibuat oleh perusahaan lain yang sama
menginginkan uang konsumen
21
3. Menentukan Market Share yang dapat di harapkan
Bagi perusahaan yang ingin bergerak dan maju lebih cepat tentu selalu
mengharapkan market share yang lebih besar. Usaha
peningkatan market share yang diharapkan tersebut sangat dipengaruhi
oeh kapasitas produksi yang ada, biaya ekspansi dan mudahnya
memasuki persaingan.
4. Memilih strategi harga untuk mencapai terget pasar
Ada 3 strategi harga yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai target
sebagai berikut :
1. Penetapan harga penyaringan (skin the cream pricing).
Kebijakan penetapan harga ini memiliki tujuan untuk menutupi biaya
pengembangan dan promosi.
2. Penetapan harga penetrasi (Penetration pricing)
Kebijakan penetapa harga ini bertujuan untuk mencapai volume penjualan
yang sebesar-besarnya dalam waktu relatif singkat.
3. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan
Faktor ini yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga adalah
mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dalam bentuk melihat
pada barang, sistem distribusi dan jasa yang dihasilkan.
2.1.8.3 Metode Penetapan Harga
Strategi penentuan harga dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
1. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi
Penentuan harga berdasarkan biaya produksi dilakukan dengan
mengestimasi biaya per-unit memproduksi produk tersebut dan
menambahkan suatu kenaikan. Strategi menentukan harga yang lebih
rendah dibanding produk-produk pesaing agar dapat menembus pasar.
Permintaan akan produk dengan harga elastis akan sangat responsif terhadap
perubahan harga. Permintaan sebuah produk dengan harga tidak elastis
adalah tidak responsif terhadap perubahan harga.
2. Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan
Keputusan harga yang dibuat berhubungan langsung dengan suplay
persediaan
3. Penentuan harga berdasarkan pesaing
a. Penentuan harga penetrasi
Strategi menentukan harga yang lebih rendah dibanding
produk-produk pesaing agar dapat menembus pasar. Permintaan
akan produk dengan harga elastis akan sangat responsif
terhadap perubahan harga. Permintaan sebuah produk dengan
22
harga tidak elastis adalah tidak responsif terhadap perubahan
harga.
b. Penentuan harga defensif
Kadang kala keputusan lebih bersifat defensif dari pada ofensif.
Penentuan harga defensif dilakukan jika sebuah organisasi
menyadari bahwa harga sebuah produk kompetitif telah
diturunkan, dimana tindakan menurunkan harga untuk menahan
(mempertahankan) pangsa pasarnya.
c. Penentuan harga prestise
Strategi penentuan harga prestiseadalah strategi menggunakan
harga yang lebih tinggi untuk meraih kesan lini yang baik.
2.1.9 Pengertian produk
Menurut Kotler dalam Mursid (2014, 71) merumuskan produk
sebagai Hasil akhir yang mengandung elemen-elemen fisik, jasa dan hal-hal
yang simbolis yang dibuat dan dijual oleh perusahaan untuk memberikan
kepuasan dan keuntungan bagi pembelinya.
Menurut Sangadji (2013, 15) mengemukakan bahwa: Produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2011, 236) mendefinisikan produk
(product) sebagai Segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
agar menarik perhatian akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat
memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
Dari definisi para ahli tersebut dapat di simpulan bahwa produk
merupakan pengertian yang mencakup segi fisik dan hal-hal lain yang lebih
ditentukan oleh konsumen seperti masalah jasa yang menyertainya, masalah
psikologis seperti kepuasan pemakaian, simbol status, segi artistik dan lain
sebagainya. Produk merupakan segala macam dijual oleh perusahaan untuk
memberikan kepuasan dan keuntungan bagi pembelinya.
2.1.10 Pengertian Laba Penjualan
Menurut M. Nafarin (2007, 788) Laba adalah perbedaan antara pendapatan
dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu.
Menurut Mahmud M. Hanafi (2010, 32) Laba merupakan ukuran
keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut : Laba =
Penjualan- Biaya.
23
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa laba
merupakan seluruh total pendapatan yang dikurangi dengan total biaya-biaya.
2.1.10.1 Jenis-Jenis Laba
Salah satunya ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah mencari perolehan
laba, karena laba pada dasarnya hanya sebagai ukuran efisiensi suatu perusahaan.
Menurut Mahmud M. Hanafi (2010, 32) Laba merupakan ukuran
keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut : Laba =
Penjualan- Biaya.
Menurut Kasmir (2011:303) menyatakan bahwa :
1. Laba Kotor (gross Profit)
Merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang
menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama sekali
perusahaan peroleh.
2. Laba bersih (Net Profit)
Merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban
perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.
2.1.11 Hubungan antar variabel
2.1.11.1 Hubungan antara Penjualan Tunai dengan Laba Penjualan
Menurut Narko (2008, 71) Penjualan tunai adalah apabila pembeli sudah
memilih barang yang akan dibeli, pembeli diharuskan membayar ke bagian kassa.
Berdasarkan penelitian terdahulu Pasoni Mustafa Muhani (2014) Variabel
penjualan tunai berpengaruh signifikan terhadap laba usaha pada Bengkel Las Diana
di Palopo. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 88,8%, hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel bebas yaitu penjualan tunai terhadap variabel terikat yaitu
laba berkorelasi positif atau mempunyai hubungan yang kuat.
2.1.11.2 Hubungan antara Penjualan Kredit dengan Laba Penjualan
Menurut Soemarsono (2009, 160), penjualan kredit adalah transaksi antara
perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat
timbulnya piutang dan kas aktiva.
Berdasarkan penelitian terdahulu Pasoni Mustafa Muhani (2014) Variabel
penjualan kredit berpengaruh signifikan terhadap laba usaha pada Bengkel Las
Diana di Palopo. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 88,8%, hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu penjualan kredit terhadap variabel
terikat yaitu laba berkorelasi positif atau mempunyai hubungan yang kuat.
2.1.11.3 Hubungan antara Variabel Penetapan harga dengan Laba Penjualan
24
Menurut Philip Kotler (2012, 132) Harga adalah jumlah uang yang harus
dibayar pelanggan untuk produk itu.
Berdasarkan penelitian terdahulu I Ketut Patra (2014) yang di analisis
menggunakan Metode Cost Plus Pricing, Hasil analisis harga pokok produk
menunjukkan nilai yang rendah di tambah laba yang diharapkan oleh pemilik RM
Ulu Bete Laut setiap bulan sebesar 50% per porsi untuk makanan per porsi dan 30%
per gelas untuk minuman buah segar. berdasarkan besar penetapan laba yang
diharapkan oleh pemilik RM Ulu Bete Laut dapat disimpulkan penetapan harga jual
berpengaruh terhadap laba penjualan
2.1.11.4 Hubungan bersama-sama antara Variabel Penjualan Tunai, Penjualan
Kredit dan Penetapan harga dengan Laba Penjualan
Berdasarkan penelitian terdahulu Pasoni Mustafa Muhani (2014) dan I Ketut
Patra (2014) dapat di simpulan bahwa penjualan tunai, penjualan kredit dan
penetapan harga berpengaruh signifikan terhadap laba dan memiliki hubungan yang
kuat.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan telaah pustaka yang di gunakan dalam
penelitian ini. Penelitian terdahulu ini berfungsi sebagai bahan acuan untuk
membuat penelitian, dan untuk menjadi pertimbangan dalam menyusun penelitian
yang baru.
Beberapa penelitian terdahulu yang di gunakan sebagai acuan penelitian ini
antara lain sebagai berikut :
1. Pasoni Mustafa Muhani (2014)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pasoni Mustafa Muhani yang berjudul
“Pengaruh Penjualan Tunai dan Penjualan Kredit Terhadap Laba Pada Industri
Bengkel Las Diana Di Palopo’’. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui
apakah ada pengaruh penjualan tunai dan penjualan kredit terhadap laba.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder dari data Laba Industri
Bengkel Las Diana Palopo selama 5 tahun dari tahun 2009 - 2013 . Dalam
pengolahan data ini menggunakan Analisis statistik dengan regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah:
1. Variabel penjualan tunai, penjualan kredit berpengaruh signifikan
terhadap laba usaha pada Bengkel Las Diana di Palopo
25
2. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung 3,733 dengan tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (tabel 2,32) hal ini
menunjukkan bahwa yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit
secara serentak atau bersma-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap laba usaha dengan demikian hipotesis diterima.
3. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 88,8%, hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu penjualan tunai dan
penjualan kredit terhadap variabel terikat yaitu laba Usaha (Y)
berkorelasi positif atau mempunyai hubungan yang kuat.
4. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,789 menunjukkan bahwa
pengaruh atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat
sebesar 78,9% dan sisanya sebesar 21,10% dipengaruhi oleh faktor
atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
2. Rafiandi Nazar (2013)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rafiandi Nazar yang berjudul ‘’Analisis Laba
Berdasarkan Penjualan Tunai Dan Penjualan Kredit Pada Kantor Pusat PT
Columbus Megah Sentrasarana Di Berau’’. Dalam penelitian ini peneliti ingin
menganalisis apakah ada pengaruh penjualan tunai dan penjualan kredit terhadap
laba.
Dalam penelitian Alat analisis yang digunakan yaitu pertama menghitung alokasi
biaya pemasaran perusahaan kemudian menghitung laba rugi untuk penjualan tunai
dan penjualan kredit, selanjutnya perhutingan itu dibandingkan antara laba sebelum
pajak yang dihasilkan dari penjualan tunai dan penjualan kredit, serta menghitung
dan membandingkan alokasi biaya bersama dan profit margin yang dihasilkan dari
penjualan tunai dan penjualan kredit.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tingkat penjualan tunai dari tahun 2011-2012 memberikan kontribusi
laba sebelum pajak sebesar Rp 157.967.682,00 dan penjualan kredit
sebesar Rp 1.552.803.070,00 sehingga diketahui penjualan kredit
memberikan kontribusi laba lebih besar dari pada penjualan tunai.
2. Alokasi biaya untuk tingkat penjualan tunai dari tahun 2011-2012
sebesar 3,25% sehingga diperoleh alokasi biaya bersama penjualan tunai
Rp 639.956.900,00 dan alokasi biaya bersama penjualan kredit sebesar
3,24% sehingga diperoleh alokasi biaya bersama sebesar Rp
975.470.699,00 dan profit margin yang dihasilkan pada tahun 2011-
26
2012 untuk penjualan tunai lebih besar dari pada penjualan kredit yaitu
0,30% dan 10,45%.
3. Sebaiknya penjualan secara tunai tetap ditingkatkan untuk menjamin
kelancaran perputaran modal.
3. Haslia Genda (2013)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Haslia Genda yang berjudul “Analisis Pengaruh
Penetapan Harga Jual Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Air Mineral Pada PT
Asera Tirta Posidonia Di Kota Palopo”. Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh penetapan harga jual terhadap volume penjualan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan quota sampling untuk mengambil
sampel dengan teknik kuesioner yang disebarkan di kota palopo. Dalam pengolahan
data ini menggunakan metode statistik regresi berganda, kofisien korelasi Hasil dari
penelitian ini adalah:
1. Harga jual merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan
volume penjualan air mineral pada PT.Asera Tirta Posidonia palopo yakni
sebesar 0,99% atau 99% sedangka 1% dipengaruhi aoleh factor lain.
2. Dari hasil analisis koefisien determinasi, diperoleh bahwa pengaruh harga
jual terhadap penjualan air mineralpada PT.Asera Tirta Posidonia palopo
sebesar 98,01% dan sisanya 1,99% dipengaruhi oleh faktor lain.
4. I Ketut Patra (2014)
Pada penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Patra yang berjudul ‘’Analisis
Penetapan Harga Jual Dalam Meningkatkan Laba Pada Rumah Makan Ulu Bete
Laut Di Masamba Kabupaten Luwu Utara’’. Dalam penelitian ini peneliti ingin
menganalisis apakah ada pengaruh penetapan harga jual terhadap laba penjualan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Metode analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah Metode Cost Plus Pricing, yaitu penetapan harga jual
dengan menambah margin (keuntungan) yang digunakan pada biaya-biaya yang
telah dibebankan pada barang. Hasil penelitian pengujian hipotesis yaitu Hasil
analisis harga pokok produk menunjukkan nilai yang rendah di tambah laba yang
diharapkan oleh pemilik RM Ulu Bete Laut setiap bulan sebesar 50% per porsi
untuk makanan per porsi dan 30% per gelas untuk minuman buah segar.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Harga jual makanan per unit (per porsi) sebesar Rp 12.445 sedangkan
realisasi harga makanan per porsi pada RM Ulu Bete Laut sebesar Rp
27
22.000,-. Dengan demikian penetapan harga jual sesungguhnya 200% lebih
dari harga pokok yang hanya mencapai Rp 8.297 per porsi.
2. Harga jual minuman segar sebesar Rp 8.723 per gelas. Realisasi harga yang
berlaku pada RM Ulu Bete Laut sebesar Rp 10.000,- per gelas. Dengan
demikian terdapat kenaikan harga sekitar 140% dari harga pokok. Jika
pemilik Rumah Makan (RM) Ulu Bete Laut tidak mencapai total penjualan
di atas, maka dipastikan akan mengurangi jumlah laba usaha dan bahkan
dapat menderita kerugian. Hasil analisis profitabilitas pertama berdasarkan
data rincian pendapatan, sehingga diperoleh rasio profitabilitas sebesar
30,94% per bulan, artinya bahwa setiap penjualan Rp 100,- mampu
memberikan laba usaha sebesar Rp 30,94 per unit.
3. Berdasarkan data harga pokok produk yang dipakai sebagai dasar
perhitungan hasil penjualan. Besarnya laba yang diperoleh RM Ulu Bete
Laut setiap bulan, dapat dihitung diselisihkan antara hasil penjualan dengan
harga pokok. Harga pokok produk yang dipakai sebagai dasar perhitungan
harga jual, di peroleh laba usaha sebesar 15,23%, artinya bahwa setiap
penjualan Rp 100,- mampu memberikan laba usaha sebesar Rp 15,23 per
unit.
28
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori. Pemikiran
tersebut secara skematis ditunjukkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan Gambar :
= Parsial
= Simultan
LABA PENJUALAN
(LP)
PENETAPAN HARGA
(PH)
PENJUALAN TUNAI
(PT)
PENJUALAN KREDIT
(PK)
29
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka konseptual
diatas, maka hipotesa penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penjualan Tunai berpengaruh signifikan terhadap Laba Penjualan Produk
Pipa Set HD Inverter 1 pk pada PT Sumber Mandiri Cabang Kenjeran
Surabaya.
2. Penjualan Kredit berpengaruh signifikan terhadap Laba Penjualan Produk
Pipa Set HD Inverter 1 pk pada PT Sumber Mandiri Cabang Kenjeran
Surabaya.
3. Penetapan Harga berpengaruh signifikan terhadap Laba Penjualan Produk
Pipa Set HD Inverter 1 pk pada PT Sumber Mandiri Cabang Kenjeran
Surabaya.
4. Penjualan Tunai, Penjualan Kredit, dan Penetapan Harga berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Laba Penjualan Produk Pipa Set HD
Inverter 1 pk pada PT Sumber Mandiri Cabang Kenjeran Surabaya.