bab ii tinjauan pustaka 2.1 energi matahari.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20743/3/chapter...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Matahari.
Radiasi matahari dapat digunakan untuk menghasilkan energi termal untuk
air, bisa juga digunakan sebagai sumber pemanas pada siklus pemanas mesin
sebagai tenaga gerak. Kegunaan yang lain dari energi matahari adalah
menghasilkan listrik dari melalui penggunaan sel photovolyalic.
Kata photovoltaic berasal dari bahasa Yunani photos yang berarti cahaya
dan volta yang merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan tegangan
listrik. Secara sederhana dapat diartikan sebagai listrik dari cahaya. Photovoltaic
merupakan sebuah proses untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik.
Efek photovoltaic pertama kali berhasil diidentifikasi oleh seorang ahli
Fisika berkebangsaan Prancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun 1839.
Baru pada tahun 1876, William Grylls Adams bersama muridnya, Richard Evans
Day menemukan bahwa material padat selenium dapat menghasilkan listrik ketika
terkena paparan sinar.
Meskipun selenium gagal mengkonversi cukup listrik dari cahaya untuk
menjalankan suatu peralatan, mereka berhasil membuktikan bahwa material padat
dapat menghasilkan listrik tanpa panas ataupun bagian yang bergerak. Pada
perkembangan berikutnya seorang peneliti bernama Russel Ohl berhasil
mengembangkan teknologi sel surya dan dikenal sebagai orang pertama yang
membuat paten peranti solar cell modern.
Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari mampu mencapai 1000
watt permeter persegi. Jika sebuah piranti semikonduktor seluas satu meter
persegi memiliki efisiensi 10 persen, maka modul sel surya ini mampu
memberikan tenaga listrik sebesar 100 watt.
Saat ini modul sel surya komersial memiliki efisiensi berkisar antara 5
hingga 15 persen tergantung material penyusunnya. Tipe silikon kristal
merupakan jenis piranti sel surya yang memiliki efisiensi tinggi meskipun biaya
pembuatannya relatif lebih mahal dibandingkan jenis sel surya lainnya.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Masalah yang paling penting untuk merealisasikan sel surya sebagai
sumber energi alternatif adalah efisiensi peranti sel surya dan harga
pembuatannya. Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara tenaga listrik
yang dihasilkan oleh peranti sel surya dibandingkan dengan jumlah energi cahaya
yang diterima dari pancaran sinar matahari.
2.2 Jenis-jenis kolektor
Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang
menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai
sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor
surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan
sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas
tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya
untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi.
Kolektor surya yang pada umumnya memiliki komponen-komponen
utama, yaitu:
1. Cover berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju
lingkungan.
2. Absorber berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.
3. Kanal berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja .
4. Isolator berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari
absorber menuju lingkungan.
5. Frame berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor.
2.2.1 Kolektor Surya Prismatik
Kolektor surya tipe prismatik adalah kolektor surya yang dapat menerima
energi radiasi dari segala posisi matahari kolektor jenis ini juga dapat digolongkan
dalam kolektor plat datar dengan permukaan kolektor berbentuk prisma yang
tersusun dari empat bidang yang berbentuk prisma, dua bidang berbentuk segitiga
sama kaki dan dua bidang berbentuk segi empat siku – siku.sehingga dapat lebih
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
optimal proses penyerapan tipe kolektor jenis prismatik ini dapat dilihat seperti
Gambar (2-1) berikut.
Gambar 2-1. Skema sistim kolektor surya prismatic
Sumber : lit 9
2.2.2 Kolektor Surya plat Datar
Kolektor surya type plat datar adalah type kolektor surya yang dapat
menyerap energi matahari dari sudut kemiringan tertentu sehingga pada proses
penggunaannya dapat lebih mudah dan lebih sederhana. Dengan bentuk persegi
panjang seperti pada Gambar (2-2) dibawah ini.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-2. kolektor surya plat datar
Sumber : lit 8
Kolektor surya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memanaskan
fluida kerja yang mengalir kedalamnya dengan mengkonversikan energi radiasi
matahari menjadi panas. Fluida yang dipanaskan berupa cairan minyak , oli, dan
udara kolektor surya plat datar mempunyai temperatur keluaran dibawah 95°C.
dalam aplikasinya kolektor plat datar digunakan untuk memanaskan udara dan air.
Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya plat datar adalah bahwa
memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung
dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena desainnya yang
sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan yang
murah.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-3. Penampang melintang kolektor surya pelat datar sederhana
Sumber: lit 12
Tipe ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada
temperatur di bawah 100°C. Spesifikasi tipe ini dapat dilihat dari absorber-nya
yang berupa plat datar yang terbuat dari material dengan konduktivitas termal
tinggi, dan dilapisi dengan cat berwarna hitam. Kolektor pelat datar
memanfaatkan radiasi matahari langsung dan terpencar ( beam dan diffuse ), tidak
membutuhkan pelacak matahari, dan hanya membutuhkan sedikit perawatan.
2.2.3. Concentrating Collectors
Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada
temperature antara 100° – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan
energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan
kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Spesifikasi jenis ini dapat
dikenali dari adanya komponen konsentrator yang terbuat dari material dengan
transmisivitas tinggi. Berdasarkan komponen absorber-nya jenis ini dikelompokan
menjadi dua jenis yaitu Line Focus dan Point Focus.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-4. Konsentrator
Sumber: Lit 12
Agar cahaya matahari selalu dapat difokuskan terhadap tabung absorber,
concentrator harus dirotasi. Pergerakan ini disebut dengan tracking. Temperatur
fluida melebihi 4000C dapat dicapai pada sistem kolektor ini seperti terlihat pada
Gambar (2-4) diatas.
2.2.4. Evacuated Tube Collectors
Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya
terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan
panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara
absorber dan cover-nya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu
meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari permukaan
luar absorber menuju lingkungan.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-5. Evacuated Receiver
Sumber: lit 12
2.3 Aplikasi Energi Matahari
Ada bermacam-macam aplikasi teknologi yang telah dikembangkan untuk
mengambil manfaat energi surya. Teknologi tersebut dapat dibaca lebih jauh
berikut ini.
2.3.1 Pemanasan Air
Penyediaan air panas sangat diperlukan oleh masyarakat, baik untuk mandi
maupun untuk alat antiseptik pada rumah sakit dan klinik kesehatan. Penyediaan
air panas ini memerlukan biaya yang besar karena harus tersedia sewaktu-waktu
dan biasanya untuk memanaskan digunakan energi fosil ataupun energi listrik.
Namun dengan menggunakan pemanas air tenaga surya maka hal ini bukan
merupakan masalah karena pemanasan air dilakukan dengan menyerap panas
matahari dengan menggunakan kolektor sehingga tidak memerlukan biaya bahan
bakar.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-6. Sistem Pemanas Air
Sumber : lit 11
Prinsip kerjanya adalah panas dari matahari diterima oleh kolektor yang
terdapat di dalam terdapat pipa-pipa berisi air. Panas yang diterima kolektor akan
diserap oleh air yang berada di dalam pipa sehingga suhu air meningkat. Air
dingin dialirkan dari bawah sedangkan air panasnya dialirkan lewat atas karena
massa jenis air panas lebih kecil daripada massa jenis air dingin (prinsip
thermosipon). Air ini lalu masuk ke dalam penyimpan panas. Pada penyimpan
panas, panas dari air ini dipindahkan ke pipa berisi air yang lain yang merupakan
persediaan air untuk mandi/antiseptik. Sedangkan air yang berasal dari kolektor
akan diputar kembali ke kolektor dengan menggunakan pompa atau hanya
menggunakan prinsip thermosipon. Persediaan air panas akan disimpan di dalam
tangki penyimpanan yang terbuat dari bahan isolator thermal. Pada sistem ini
terdapat pengontrol suhu jika suhu air panas yang dihasilkan kurang dari yang
diinginkan maka air akan dimasukkan kembali ke tangki penyimpan panas untuk
dipanaskan kembali.
Kolektor yang digunakan pada pemanas air tenaga panas matahari ini
adalah kolektor surya plat datar yang bagian atasnya terbuat dari kaca yang
berwarna hitam redup sedangkan bagian bawahnya terbuat dari bahan isolator
yang baik sehingga panas yang terserap kolektor tidak terlepas ke lingkungan. Air
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
panas di dalam kolektor bisa mencapai 82 C sedangkan air panas yang dihasilkan
tergantung keinginan karena sistem dilengkapi pengontrol suhu.
2.3.2 Distilasi Air
Salah satu manfaat dari sinar matahari adalah menguapkan air (distilasi).
Skema sistem distilasi dapat dilihat pada Gambar (2-7) dibawah ini.
Gambar 2-7. Sistem Distilasi Air
Sumber : lit 10
Cara kerjanya adalah sebuah kolam yang dangkal, dengan kedalaman
25mm hingga 50 mm, ditututup oleh kaca. Air yang dipanaskan oleh radiasi
matahari, sebagian menguap, sebagian uap itu mengembun pada bagian bawah
dari permukaan kaca yang lebih dingin. Kaca tersebut dimiringkan sedikit 10
derajat untuk memungkinkan embunan mengalir karena gaya berat menuju ke
saluran penampungan yang selanjutnya dialirkan ke tangki penyimpanan.
2.3.3 Penerangan Ruangan
Adalah teknik pemanfaatan energi matahari yang banyak dipakai saat ini.
Dengan teknik ini pada siang hari lampu pada bangunan tidak perlu dinyalakan
sehingga menghemat penggunaan listrik untuk penerangan. Teknik ini
dilaksanakan dengan mendesain bangunan yang memungkinkan cahaya matahari
bisa masuk dan menerangi ruangan dalam bangunan.
2.3.4 Kompor Matahari
Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas
yang diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk
menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar.
Gambar 2-8. Kompor Matahari
Sumber : lit 13
Untuk diameter cermin sebesar1,3 meter kompor ini memberikan daya thermal
sebesar 800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka kebutuhan
akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak dapat dikurangi.
2.3.5 Pengeringan Hasil Pertanian
Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan
menjemur hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat
menguntungkan bagi para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda dengan petani di negara-negara
empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk mengeringkan hasil panennya
dengan menggunakan oven yang menggunakan bahan bakar fosil maupun
menggunakan listrik.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.3.6 Sistem Fotovoltaik
Sel surya bekerja dengan mengubah secara langsung sinar matahari
menjadi listrik. Elektron-elektron di dalam bahan semikonduktor, bahan yang
digunakan untuk menangkap sinar matahari, akan bergerak ketika energi matahari
dalam bentuk foton menabraknya. Energi matahari yang memaksa elektron
berpindah, terjadi secara terus menerus, dan akibatnya terjadi pula produksi listrik
yang kontinyu. Proses tersebut, yang mengubah sinar matahari (foton) menjadi
listrik (tegangan), disebut dengan efek fotovoltaik.
2.3.7 Sel Surya Film Tipis
Sel surya film tipis menggunakan beberapa lapis bahan semikonduktor
dengan ketebalan dalam skala mikrometer. Teknologi tersebut memungkinkan
untuk membuat sel surya yang diintegrasikan dengan atap rumah hingga skylight.
Bahkan sel surya untuk aplikasi tersebut didesain mempunyai kekuatan yang sama
dengan atap rumah sebenarnya.
Gambar 2-9. Sel surya film tipis
Sumber: lit 14
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.3.8 Sel Surya Terkonsentrasi
Beberapa sel surya juga didesain untuk bekerja dengan sinar matahari
yang difokuskan (concentrated sunlight). Sel-sel surya tersebut diintegrasikan ke
dalam kolektor sinar matahari yang biasanya menggunakan lensa untuk
memfokuskannya ke atas sel surya. Ada beberapa keuntungan dan kerugian
dengan menggunakan teknik ini jika dibandingkan dengan panel surya pelat datar.
Tujuan utamanya adalah menggunakan sesedikit mungkin bahan semikonduktor
yang mahal sembari meningkatkan efisiensinya dengan lebih banyak
melipatgandakan energi matahari yang mengenai permukaan sel. Tetapi karena
lensa harus diarahkan ke matahari, penggunaan kolektor menjadi dibatasi oleh
lokasi atau wilayah yang paling banyak mendapatkan sinar matahari. Hampir
sama dengan panel surya pelat datar, teknologi ini juga bisa dipasang di atas
perangkat penjejak matahari yang sederhana, tetapi sebagian besar menggunakan
perangkat yang canggih. Akibatnya, pemakaian teknologi sel surya ini masih
terbatas pada perusahaan listrik, industri dan bangunan-bangunan besar.
2.3.9. Pembangkit Listrik Tenaga Matahari
Sebagian besar pembangkit listrik yang ada saat ini menggunakan bahan
bakar fosil sebagai sumber panas untuk mendidihkan air. Uap air yang dihasilkan
kemudian memutar turbin, yang pada akhirnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik. Tetapi kini mulai banyak pembangkit listrik yang
menggunakan sistem konsentrator surya, menggunakan matahari sebagai sumber
panas. Ada tiga tipe utama sistem konsentrator surya, yaitu : parabolic,
dish/engine, menara pembangkit
Sistem parabolik memusatkan energi sinar matahari dengan menggunakan
cermin panjang berbentuk U. Cermin-cermin tersebut diatur mengarah sinar
matahari dan memusatkan sinar matahari ke sebuah pipa berisi minyak yang
memanjang di tengah-tengah titik pusat parabolik tersebut. Minyak panas tersebut
digunakan untuk mendidihkan air di generator uap konvensional dan
menghasilkan listrik.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-10. Kolektor surya parabolik
Sumber: lit 14
Sistem dish/engine menggunakan piringan cermin untuk mengumpulkan sinar
matahari pada sebuah penerima yang berfungsi untuk menerima sinar matahari
dan memindahkan panasnya ke cairan yang berada di dalam mesin. Panas yang
terjadi mengakibatkan cairan di dalam mengembang dan menekan piston atau
turbin dan menghasilkan energi mekanis. Energi mekanis tersebut kemudian
digunakan untuk memutar generator ataupun alternator untuk menghasilkan
listrik.
Sementara itu, menara pembangkit menggunakan cermin dalam jumlah
yang besar dan ditempatkan di suatu lokasi yang luas untuk mengumpulkan sinar
mataharidan memusatkannya ke bagian atas sebuah menara dimana sebuah
penerima ditempatkan. Panas yang dihasilkan mencairkan garam yang kemudian
mengalir untuk memanaskan air. Uap yang dihasilkan dari air panas digunakan
untuk memutar generator uap konvensional. Garam cair bisa menyimpan panas
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
dalam waktu yang lama. Artinya listrik bisa dihasilkan pada saat matahari telah
terbenam atau pada saat langit sangat berawan.
2.4. Jenis-Jenis Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi dari
suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah –
daerah tersebut. Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga
cara perpindahan panas yang berbeda: radiasi (radiation), konduksi (conduction ;
juga dikenal dengan istilah hantaran), dan konveksi (convection; juga dikenal
dengan istilah ilian).
2.4.1 Radiasi
Jika suatu benda ditempatkan di dalam sebuah ruangan, dan suhu dinding
– dinding ruangan lebih rendah dari pada suhu benda maka suhu benda tersebut
akan turun sekalipun ruangan tersebut ruang hampa. Proses dengan perpindahan
panas dari suatu benda terjadi berdasarkan suhunya tanpa bantuan dari suatu zat
antara (medium) disebut radiasi termal. Defenisi lain dari radiasi termal ialah
radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda karena suhunya.
Ada beberapa jenis radiasi elektromagnetik, radiasi termal hanyalah salah
satu diantaranya. Apa pun jenis radiasi itu, ia akan selalu merambat dengan
kecepatan cahaya, cm/s. Kecepatan ini sama dengan hasil perkalian
panjang gelombang dengan frekuensi radiasi,
.................................................................... 2-1 (lit 3 hal 341)
Dimana:
c = kecepatan cahaya (cm/s)
= panjang gelombang (cm)
= frekuensi (Hz)
Satuan boleh centimeter, angstrom ( cm), atau mikrometer (1µm =
. Radiasi termal terletak dalam rentang antara 0,1 – 100 µm, sedangkan
bahagian cahaya tampak dalam spektrum itu sangat sempit, yaitu terletak antara
kira – kira 0,35 – 0,75 µm.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
2.4.1.1 Sifat – Sifat Radiasi
Bila energi radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian
radiasi itu dipantulkan (refleksi), sebagian diserap (absorpsi), dan sebagian lagi
diteruskan (transmisi).
Radisi datang Refleksi
Absorpsi
Transmisi
Gambar 2-11. Bagan menunjukkan pengaruh radiasi datang.
Jika disebut refleksifitas, disebut absorptivitas, disebut transmitivitas, maka
hubungan ketiganya adalah
Karena benda padat tidak meneruskan radiasi termal, maka transmisivitas
dianggap nol. Sehingga,
Ada dua fenomena refleksi yang dapat diamati bila radiasi menimpa suatu
permukaan. Jika sudut jatuhnya sama dengan sudut refleksi, maka dapat dikatakan
refleksi itu spekular (specular). Di lain pihak, apabila berkas yang jatuh itu
tersebar merata ke segala arah sesudah refleksi maka refleksi itu disebut baur
(diffuse).
(a)
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
(b)
Gambar 2-12. Refleksi cahaya (a) Spekular, (b) Baur
Releksi spekular memberikan bayangan cermin dari sumber itu kepada
pengamat. Tetapi tidak ada permukaan yang sebenarnya yang hanya spekular atau
baur. Sebuah cermin biasa tentu bersifat spekular untuk cahaya tampak tetapi
belum tentu bersifat spekular untuk keseluruhan rentang panjang gelombang radisi
termal. Biasanya, permukaan kasar lebih menunjukkan sifat baur dari pada
permukaan yang mengkilap.
2.4.1.2 Daya Emisi dan Emisivitas Benda
Daya emisi (emissive power) E suatu benda ialah energi yang dipancarkan
benda itu persatuan luas per satuan waktu. Dalam suatu ruangan tertutup terbuat
dari benda hitam sempurna yaitu yang menyerap seluruh radisi yang menimpanya,
ruang itu juga akan memancarkan radiasi. Besarnya fluks radiasi yang diterima
ruangan itu ialah W/m2. Jika suatu benda ditempatkan di ruangan tersebut dan
dibiarkan mencapai kesetimbangan, maka energi yang diserap benda itu mesti
sama dengan energi yang dipancarkan; sebab, jika tidak, tentu ada energi yang
mengalir masuk atau keluar benda itu dan menyebabkan suhunya naik atau turun
atau yang disebut dengan hukum kesetimbangan energi. Pada kesetimbangan
dapat ditulis
............................................................... 2-2 (lit 3 hal 344)
Dimana:
E = Daya emisi (W/m2)
A = Luas permukaan (m2)
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
= Fluks radiasi (W/m2)
= Emisivitas
Jika dalam ruangan itu diganti dengan benda hitam sempurna
yang bentuk dan ukurannya sama, dan benda hitam itu di biarkan mencapai
kesetimbangan dengan ruang itu pada suhu yang sama, maka
......................................................... 2-3 (lit 3 hal 344)
Dimana:
= Daya emisi benda hitam (W/m2)
Jika persamaan (2-2) dibagi dengan persamaan (2-3), diperoleh
Perbandingan daya emisi suatu benda dengan benda hitam pada suhu yang
sama ialah sama dengan absorptivitas benda itu. Perbandingan ini yang disebut
dengan emisivitas benda. Maka,
....................................................................... 2-4 (lit 3 hal 345)
Sehingga: ........................................................................ 2-5 (lit 3 hal 345)
Dimana:
= Emisivitas benda
2.4.1.3 Stefan-Boltzmann Law
Bilangan Stefan-Boltzmann diperoleh dari pengembangan hukum Planck,
dimana daya emisi total yang diberikan benda hitam merupakan integrasi dari
emisi monokromatik benda hitam pada perubahan panjang gelombang.
............................. 2-6 (lit 8 hal 530)
Dimana:
= Panjang gelombang (µm)
C1 = 3,743 x 108 (W µm4/m2)`
C2 = 1,4387 x 104 (µm.K)
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
= daya emisi monokromatik (W/m2)
= daya emisi monokromatik benda hitam (W/m2)
Jika , maka , atau
saat = ∞, maka
saat = 0, maka
dx
Karena
maka
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Daya emisi benda hitam per satuan luas:
Dimana:
= konstanta stefan-Boltzmann (W/m2K4)
W/m2K4
Benda hitam (black body) memancarkan energi dengan laju yang
sebanding dengan pangkat empat suhu absolut benda itu dan berbanding lurus
dengan luas permukaan.
...................................................... 2-7 (lit 3 hal 13)
Pertukaran radiasi dalam ruang kurung antara dua permukaan dengan luas
A dan emisivitas benda berbanding lurus dengan perbedaan suhu absolut
pangkat empat.
.............................. 2-8 (lit 3 hal 14)
2.4.1.4 Radiasi surya
Radiasi surya (solar radiation) merupakan suatu bentuk radiasi thermal
yang mempunyai distribusi panjang gelombang khusus. Intensitasnya sangat
bergantung dari kondisi atmosfer, saat dalam tahun, dan sudut timpa (angle of
incidence) sinar matahari dipermukaan bumi. Pada batas luar atmosfer, iradiasi
surya total ialah 1395 W/m2 bilamana bumi berada pada jarak rata-ratanya dari
matahari. Angka ini disebut konstanta surya (solar constant).
Tidak seluruh energi yang disebutkan dalam konstanta surya mencapai
permukaan bumi, karena terdapat absorpsi yang kuat dari karbondioksida dan uap
air di atmosfer. Radiasi surya yang menimpa permukaan bumi juga bergantung
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
dari kadar debu dan zat pencemar lainnya dalam atmosfer. Energi surya yang
maksimum akan mencapai permukaan bumi bilamana berkas sinar itu langsung
menimpa permukaan bumi, karena terdapat bidang pandang yang lebih luas
terhadap fluks surya yang datang dan berkas sinar surya menempuh jarak yang
lebih pendek di atmosfer, sehingga mengalami absorpsi lebih sedikit daripada jika
sudut timpanya miring terhadap normal.
Matahari mempunyai diameter kira – kira 1,39 x 109 m dan massa 2 x 1030
kg dan, berjarak 1,5 x 1011 dari bumi. Untuk menghitung suhu matahari maka
dapat di gunakan Persamaan 2-9 dibawah ini.
..................................................... 2-9 (lit 8 hal 571)
Dimana:
L = jarak antara matahari dan bumi
Gs = konstanta surya
r = jari – jari matahari
sehingga:
2.4.2 Konduksi
Konduksi adalah proses dengan panas mengalir dari daerah yang bersuhu
lebih tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah didakam suatu medium (padat,
cair atau gas) atau antara medium – medium yang berlainan yang bersinggungan
secara langsung. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang
cukup besar. Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh
kecepatandan posisi relatif molekul – molekulnya disebut energi dalam. Jadi,
semakin cepat molekul – molekul bergerak, semakin tinggi suhu meupun energi
dalam elemen zat. Bila molekul – molekul di satu daerah memperoleh energi
kinetik rata – rata yang lebih besar dari pada yang dimiliki oleh molekul –
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
molekul di suatu daerah yang berdekatan, sebagaimana diujudkan oleh adanya
beda suhu, maka molekul –molekul yang memiliki energi yang lebih besar itu
akan memindahkan sebagian energinya kepada molekul – molekul di daerah yang
bersuhu lebih rendah.
Konduksi adalah satu – satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir
dalam zat padat yang tidak dapat tembus cahaya. Konduksi penting dalam fluida,
tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi,
dan radiasi.
Energi berpindah secara konduksi (conduction ) atau hantaran dan bahwa
laju perpindahan kalor itu berbanding dengan gradien suhu normal:
Jika dimasukkan konstanta proporsionaliltis atau tetapan kesebandingan,
maka
............................................... 2-10 (lit 3 hal 2)
Dimana:
q = Laju perpindahan panas ( W )
k = Konduktifitas Termal yang searah dengan perpindahan
kalor ( W / m.oC)
A = Luas Penampang yang terletak pada aliran panas (m2)
dT/dx = Gradien temperatur dalam arah aliran panas ( oC/m )
Tanda minus diselipkan untuk memenuhi hukum kesua termodinamika, yaitu
bahwa kalor mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala suhu. Persamaan
2-10 disebut hukum Fourier tentang konduksi kalor.
Persamaan (2-10) merupakan persamaan dasar tentang konduktivitas termal.
Berdasarkan rumusan itu maka dapat dilaksanakan pengukuran dalam percobaan
untuk menentukan konduktivitas berbagai bahan. Nilai konduktivitas berbagai
bahan dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Daftar 2-1. Konduktivitas termal berbagai bahan pada 0 oC
Sumber: lit 3 hal 7
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-13. Konduktivitas termal beberapa gas (1 W/m.oC = 0,5779 Btu/h.ft oF)
Sumber: lit 3 hal 8
Gambar 2-14. Konduktivitas termal beberapa zat zair
Sumber: lit 3 hal 9
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-15. Konduktivitas termal beberapa zat padat
Sumber: lit 3 hal 9
2.4.3 Konveksi
Konveksi adalah proses transver energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat
penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat
dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang
suhunya diatas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap.
Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel –
partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian
akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel fluida ini. Kemudian partikel
fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam fluida
dimana partikel tersebut akan bercamp\ur dan memindahkan sebaian energinya
pada partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun
energi. Energi disimpan didalam partikel – partikel fluida dan diangkut sebagai
akibat gerakan massa partikel tersebut.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas ( free
convection)dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
cara alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat
dari perbedaaan kerapatan yang disebabkan oleh gradient suhu, maka proses ini
yang disebut dengan konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan
mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas, maka
prosesnya disebut konveksi paksa.
Aliran Arus bebas
T∞
u q
Tw dinding
Gambar 2-16. Perpindahan kalor konveksi dari suatu plat
Pada Gambar (2-16) suhu plat ialah Tw dan suhu fluida T∞. Kecepatan
aliran seperti Gambar (2-16) yaitu nol pada permukaan plat sebagai akibat aksi
kental viskos (viscous action). Oleh karena kecepatan lapisan fluida pada dinding
fluida adalah nol maka disini kalor hanya dapat berpindah dengan cara konduksi
saja. Jadi, dapat dihitung perpindahan kalornya dengan menggunakan rumus
konduksi Persamaan (2-10),dengan menggunakan konduktivitas termal fluida dan
gradien suhu pada dinding. Gradien suhu bergantung pada laju fluida membawa
kalor dari permukaan-dalam plat tersebut. Kecepatan yang tinggi akan
menyebabkan gradien suhu yang besar, demikian juga sebaliknya. Gradien suhu
pada dinding bergantung dari medan aliran.
Pengaruh konduksi secara menyeluruh pada fluida disebut dengan
perpindahan kalor secara konveksi. Rumus empiris perpindahan kalor konveksi
digunakan hukum Newton tentang pendinginan:
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
................................. 2-11 (lit 3 hal 11)
Dimana:
h = Koefisien perpindahan kalor konveksi ( W / m2 oC)
A = Luas permukaan (m2)
Tw = Temperatur dinding (oC )
T∞ = Temperatur fluida (oC )
Q = Laju perpindahan panas konveksi ( Watt )
Disebut pendinginan karena fluida yang dialirkan melalui plat tersebut
digunakan untuk mendinginkan plat itu juga. Laju perpindahan kalor dihubungkan
dengan beda suhu menyeluruh antara dinding dan fluida, dan luas permukaan A.
Perpindahan kalor konveksi bergantung pada viskositas fluida disamping
ketergantungannya pada sifat – sifat termal fluida ( kondukt ivitas termal, kalor
spesifik, densitas). Hal ini dapat dimengerti karena viskositas mempengaruhi
profil kecepatan, dan karena itu mempengaruhi laju perpindahan energi didaerah
dinding.
2.5 Perpindahan kalor di sepanjang pipa
Uraian perhitungan perpindahan kalor disepanjang pipa seperti Gambar
(2-17) adalah sebagai berikut.
Gambar 2-17. Volume kendali untuk analisis energi dalam tabung
Suhu dinding ialah Tw, jari – jari tabung ro, dan kecepatan pada pusat
tabung uo. Distribusi kecepatan diturunkan dengan memperhatikan unsur unsur
fluida seperti Gambar 2-18 dibawah ini.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Gambar 2-18 Neraca gaya pada unsur fluida dalam aliran tabung
Gaya tekan :
Gaya geser viskos :
Gaya tekanan diimbangi oleh gaya geser viskos, sehingga
Atau
dan
........................................................... 2-12
Dengan kondisi batas
Kecepatan pada pusat tabung
.......................................................................... 2-13
Sehingga distribusi kecepatan dapat ditulis sebagai
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
........................................................................ 2-14
Dimana:
= kecepatan aliran fluida pada jari – jari tabung = r
= kecepatan aliran aliran fluida di pusat tabung ,r = 0
Fluks kalor pada dinding tabung konstan
Aliran kalor yang dikonduksikan kedalam unsure anulus adalah
Dan kalor yang dihantar keluar
Kalor yang dikonveksi keluar unsur
Neraca energi adalah energi neto yang dikonveksi keluar = kalor neto yang
dikonduksi kedalam atau dengan mengabaikan diferensial orde kedua, maka
Yang dapat ditulis kembali sebagai
...................................................................... 2-15
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Karena fluks kalor tetap sehingga suhu fluida rata – rata bertambah secara linear
dengan x, sehingga
Hal ini berarti bahwa profil suhu pada berbagai posisi x sepanjang tabung itu
akan serupa. Kondisi batas untuk Persamaan 2-15 adalah
= 0 pada r = 0
Dengan menganggap bahwa sifat – sifat fluida dalam aliran tetap maka Persamaan
2-14 disubstitusikan kedalam Persamaan 2-15
Integrasi menghasilkan
Dan integrasi kedua memberikan
Dengan menerapkan kondisi batas (r = 0), maka diperoleh temperatur pada pusat
tabung ( ):
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Distribusi temperatur (T) saat laju aliran fluida di r adalah
............................................................ 2-16
Dalam aliran tabung koefisien perpindahan kalor konveksi didefenisikan:
)
Dimana:
Tw = Suhu dinding (oC)
Tb = Suhu limbak (oC)
Suhu limbak (bulk temperature) adalah suhu fluida yang dirata – ratakan
energinya diseluruh penampang tabung yang dapat dihitung dari:
.......................................................... 2-17
Jika diketahui temperatur fluida masuk (Tb1) dan temperatur fluida keluar
pipa maka suhu limbak menjadi,
.......................................................................... 2-18
Suhu limbak digunakan dalam merumuskan koefisien perpindahan kalor
dalam aliran tabung. Dalam aliran tabung tidak dapat kondisi aliran bebas. Pada
setiap posisi x, suhu yang menunjukkan energi total yang mengalir ialah suhu rata
– rata massa-energi yang terintegrasi keseluruh bidang aliran. Pembilang pada
Persamaan(2-17) menunjukkan energi total yang mengalir melalui tabung.
Penyebut adalah hasil perkalian aliran massa dan kalor spesifik, yang
diintegrasikan di seluruh bidang aliran. Jadi suhu limbak menunjukkan
keseluruhan energi yang mengalir pada suatu lokasi tertentu. Suhu limbak sering
disebut suhu ”mangkuk pencampur” (”mixing cup” temperature) karena suhu itu
yang akan dicapai fluida kalau ditempatkan di dalam ruang pencampur dan
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
dibiarkan mencapai kesetimbangan. Suhu limbak merupakan fungsi linear x
karena flux kalor pada dinding tabung itu konstan.
Dari Persamaan (2-17) diperoleh
Suhu limbak:
............................................................ 2-19
Suhu dinding:
.................................... 2-20 (lit 3 hal 231)
Kalor yang diterima oleh fluida secara konveksi sama dengan kalor yang
dilepas pipa secara konduksi saat laju aliran fluida nol (r = ro) sehingga hubungan
perpindahan kalor konveksi dan konduksi adalah:
................................................ 2-21
gradien suhu diberikan oleh
............................................................... 2-22
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Dengan mensubstitusikan Persamaan (2-19),(2-20), (2-22) kedalam Persamaan
(2-21) maka diperoleh
atau dengan menggunakan bilangan nusselt, maka:
...................................................................... 2-23
Bilangan Nusselt untuk perpindahan kalor aliran laminar dalam tabung:
....................................... 2-24
Persamaan (2-24) berlaku jika:
Dimana:
= Bilangan Nusslet
= Bilangan Reynolds
= Bilangan Prandtl
= Viskositas dinamik suhu fluida(kg/m.s)
= Viskositas dinamik pada suhu dinding pipa (kg/m.s)
= Massa jenis fluida (kg/m3)
= diameter pipa (m)
= Panjang pipa (m)
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
Bilangan Nusselt untuk perpindahan kalor aliran turbulen dalam tabung:
................................................................. 2-25
Nilai eksponen n adalah:
n = 0,4 untuk pemanasan
n = 0,3 untuk pendinginan
Persamaan (2-25) berlaku untuk aliran turbulen dengan angka Prandtl-nya
berkisar antara 0,6 sampai 100.
2.6 Efisiensi Termal
Jika ditinjau dari laju aliran massa fluida, banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur fluida adalah
................................................................. 2-26
Jika ditinjau dari perpindahan kalor secara konveksi, banyaknya kalor
yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur fluida adalah
............................................................. 2-27
Karena nilai temperatur fluida masuk (Tb1) dan temperatur fluida keluar
(Tb2) pipa yang diperoleh dari penelitian ini maka, formula perpindahan kalor dari
pipa ke fluida menggunakan Persamaan (2-26),
Jika ditinjau sumber kalor pipa (berasal dari intensitas cahaya) maka
Fluks kalor pada dinding pipa adalah
....................................................................................... 2-28
Dimana:
I = Intensitas cahaya (W/m2)
A = luas penampang (m2)
Dengan memperhitungkan faktor – faktor atau penyebab hilangnya kalor,
dimana nilainya dimasukkan dalam suatu konstanta efisiensi ( ) maka hubungan
fluks kalor dengan perubahan temperatur fluida di dalam pipa adalah:
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
.................................................................................. 2-29
Sehingga efisiensi termal,
......................................................... 2-30
Fluks kalor berpindah secara konduksi di sepanjang penampang pipa maka,
.......................................................................... 2-31
Jika Persamaan(2-32) disubstitusikan ke Persamaan (2-30) diperoleh,
Dimana k, A, cp merupakan konstanta sehingga,
............................................................................ 2-32
Dari Persamaan (2-33) dapat dilihat bahwa efisiensi termal dan perubahan
temperatur disepanjang pipa ekuivalen dengan laju aliran massa dan perubahan
temperatur fluida.
Karena fluks kalor konstan maka,
Apabila laju aliran massa fluida dinaikkan di ikuti dengan meningkatnya
nilai efisiensi termal dan perubahan temperatur fluida maka, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan fluida untuk menyerap kalor dari dinding pipa juga semakin
besar sehingga dapat mengurangi kalor yang hilang.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara