bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep asi (air susu ibu) 2.1...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ASI (Air Susu Ibu)
2.1.1 Definisi Air Susu Ibu (ASI)
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang
dilahirkan cukup bulan (matur) maupun kurang bulan (prematur). Dan merupakan bahan
makanan yang diproduksi dari kelenjar mammae Ibu. Sebelum terbentuk ASI yang
sebenarnya, payudara membentuk kolostrum, yaitu cairan kekuningan yang dikeluarkan
payudara selama hari kedua sampai keempat setelah persalinan, secara bertahap ASI
mengalami perubahan. Dan menurut Riskesdas, (2010) Perubahan kolostrum menjadi ASI
matur berlangsung 2-3 minggu. menurut Depkes,(2009) Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi
karena di dalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-
penyakit yang menyerangnya. Pada dasar-nya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI
mengandung berbagai zat kekebalan antara lain immunoglobulin . ASI memiliki semua
unsur-unsur yang memenuhi kebutuhan bayi akan gizi selama periode sekitar 6 bulan, kecuali
jika ibu megalami keadaan gizi kurang yang berat atau gangguan kesehatan lain. Komposisi
ASI akan berubah sejalan dengan kebutuhan bayi (Fawtrell, 2007).
Proses produksi, sekrsi dan pengeluaran ASI di namakan laktasi.ketika bayi
menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam
alveoli melalui saluran susu (duct/milk canals) menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi
di belakang areola, lalu kedalam ulut bayi pengaruh hormone berkerja mulai dari bulan
ketiga kehamilan,dimana tubuh wanita memproduksi hormonal yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI (Air sus ibu ) merupakan cairan putih yang
di hasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri berbagai
komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada
akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tingg dari pada awal
menyusui, juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi.keberhasilan laktasi
di pengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan.kondisi sebelum kehamilan
ditentukan oleh perkembangan payudara saat ini (Suharyono, 2007).
2.1.2 Kandungan ASI (Air Susu Ibu)
Air susu ibu (ASI) mengandung semua nutrien yang di perlukan oleh bayi pada 6
bulan kehidupan pertamanya,termaksud lemak,karbohidrat,lemak,protein,mineral dan air
(WHO, 2009 ). Air susu ibu hampir 90% nya terdiri dari air. Volume dan komposisi
nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan
volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi,
ASI matang dan ASI pada saat penyapihan) ( Prasetyo, 2012). Zat-zat nutrisi yang
terkandung dalam ASI antara lain :
1. Lemak
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang
lebih mudah di cerna dan di serap oleh bayi ketimbang PASI. Hal ini yang di karenakan ASI
lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandunagn total lemak dalam
ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase
berikutnya. Pada mulanya kandungan lemak rendah,kemudian meningkat jumlahnya
.komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan 10 menit kemudian.
Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua, dan seterusnya, yang akan
terus berubah sesuai kebutuhan energi yang di perlukan dalam perkembangan tubuh bayi .
Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega-3, omega -6, dan DHA yang di
butuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak.meskipun produk PASI sudah di lengkapi
ketiga unsur tersebut, susu formula tetap tidak mengandung enzim, karena enzim mudah
rusak bila di panaskan, dengan tidak adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak PASI,
sehinggga menyebabkan bayi lebih muda terkena diare, jumlah asam linoleat dalam ASI
sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1, asam linoleat inilah yang
berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi ( Prasetyo, 2012 ).
2. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI terbentuk laktosa (gula susu ) yang jumlahnya tidak terlalu
bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah
laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis di bandingan PASI.
Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau
minum MPASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil. Hidrat arang dalam ASI
merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta
pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah
menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah serta membantu penyerapan kalsium dan
mineral–mineral lain (Dwi, 2012 ).
3. Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih rendah di bandingkan dengan PASI. Meskipun
begitu dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini di
karenakan ASI lebih lunak dan mudah di cerna ketimbang PASI. Kasein yang tinggi dengan
perbandingan 1 dan 0,2 akan berbentuk gumpalan dan relatif keras dalam lambung bayi
.itulah yang menyebabkan bayi yang di beri PASI sering menderita susah buang air besar
(sembelit ), bahkan diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang menunjukan
adanya makanan yang sukar di serap oleh bayi yang di beri PASI (Prasetyo, 2012 ).
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relative rendah, tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.zat besi dan kalsium dalam ASI
mengandung mineral yang sangat stabil, mudah di serap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit.
Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat di serap oleh usus, lain halnya
dengan zat besi yang bias terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%. ASI
juga mengandung natrium, fosfor, dan klor yang lebih sedikit ketimbang pasi. Meskipun
sedikit, ia mencukupi kebutuhan bayi.kandungan mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika
sebagian besar tidak dapat di serap, maka akan memperberat kerja usus bayi, serta
menggangu system keseimbangan dalam percernaan, yang bisa merangsang pertumbuhan
bakteri yang merugikan. Inilah yang membuat perut bayi kembung, dan bayi pun gelisah
lantaran gangguan metabolisme (Prasetyo,2012).
5. Vitamin
Apabila makanan yang di konsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang di
perlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya dapat di peroleh dari ASI. Sebenarnya
hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu.terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa
penyakit polio(ritkets) jarang menimpa bayi yang di beri ASI, bila kulitnya sering terkena
sinar matahari. Vitamin D yang larut air terdapat dalam susu. Mengenai hal ini perlu di
ketahui bahwa vitamin tersebut bias di tambahkan ke dalam vitamin D yang larut lemak, dan
jumlah vitamin A, tiamin, dan vitamin C bervariasai sesuia makanan yang di konsumsi oleh
ibu (Prasetyo, 2012).
2.1.3 Komposisi ASI (air susu ibu)
Komposisi ASI unik, berbeda setiap ibu dan berbeda setiap hari, menyesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan bayi (Roesli, 2010). Menurut waktu pengeluarannya,
ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu kolostrum. Air Susu Peralihan
dan Air Susu Matur (Prasetyo, 2012).
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan kental berwarna kuning yang di sekresi oleh payudara
pada hari kedua sampai hari ketiga melahirkan. Kolostrum lebih banyak mengandung
protein vitamin larut lemak dan mineral namun rendah kalori,lemak dan glukosa jika di
bandingkan ASI matur (Prasetyo, 2012).
Menurut (Anton Baskoro, 2010) ada beberapa ciri penting yang menyertai produksi
kolostrum sebagai berikut :
a. Komposisi kolostrum mengalami perubahan secara berangsur-angsur setelah bayi lahir.
b. Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuningan, dan lebih kuning ketimbang ASI
matur.
c. Kolostrum bertindak sebagai laktasif yang berfungsi membersihkan dan melapisi
mekonium usus bayi baru lahir, serta mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.
d. Kolostrum lebih banyak mengandung protein (sekitar 10% )di bandingkan dengan ASI
matur (kira-kira 1 % ) lain halnya dengan ASI matur yang mengandung protein berupa
kasein yang mudah di cerna dan di serap oleh usus bayi.
e. Pada kolostrum terdapat beberapa protein, yakni imunoglobin A (IgA), laktoforin,dan
sel-sel darah putih. Semuanya ini sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap
serangan penyakit infeksi.
f. Total energi (lemak dan laktosa ) berjumlah sekitar 58 kalori/100 ml kolostrum.
g. Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin A, mineral natrium (Na), dan seng (Zn).
h. Lemak dalam kolostrum lebih banyak mengandung kolestrol dan lecithin di bandingkan
ASI matur.
i. Pada kolostrum terdapat tripsinin hibitor, sehingga hidrolisis protein dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna, yang menyebabkan peningkatan kadar antibodi pada bayi.
j. Volume kolostrum sekitar 159-300ml/24 jam.
2. ASI Peralihan (transisi )
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur,
disekresikan pada hari ke empat sampai hari kesepuluh ( prasetyo,2012 ). Pada masa ini
kadar protein ASI transisi sudah berkurang, sementara kadar karbohidrat dan lemaknya
meningkat lebih dari 500 ml menyesuaikan dengan kebutuhan bayi yang semakin besar. Oleh
karena itu sangat di anjurkan untuk memberikan ASI secara on-deman yang artinya sesuai
dengan keinginan bayinya (Mexitalia, 2010).
3. ASI Matur
ASI matur merupakan ASI yang diekskresikan oleh kelenjar payudara pada hari ke
sepuluh dan seterusnya. ASI matur merupakan makanan bayi satu satunya yang paling baik
hingga umur 6 bulan. Volume ASI matur lebih banyak jika di bandingkan dengan kolostrum
dengan warna putih kekuningan dan tidak kental seperti kolostrum. ASI matur mengandung
semua nutrisi yang di butuhkan oleh bayi hingga usia 6 bulan. ASI matur mengandung
zatantimicrobial yang melindungi bayi dari infeksi dan tidak menggumpal jika di panaskan
(Prasetyo 2012).
2.1.4 Manfaat Pemberian ASI
Menurut Kristiyansari,2009: Roesli,2009. memberikan ASI pada bayi sangatlah
penting dilakukan oleh seorang ibu baiknya sampai bayi berusia 2 tahun. Adapun
manfaat pemberian ASI adalah :
a. Bagi Bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, umumnya berat badan
bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera menghentikan
ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
2) Mengandung antibodi
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut: apabila ibu
mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan
bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut mammae associated immunocompetent
lymphoid tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer
disebut bronchus associated immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit
saluran pencernaan ditransfer melalui gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT).
Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam
konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga
rendah. Didalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E.coli, juga pernah
dibuktikan adanya antibodi terhadap salmonella typhi, shigela dan antibodi terhadap
virus, seperti roto virus, polio dan campak.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi
yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6
bulan pertama.
4) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke
kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik.
5) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan
efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi.
6) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
7) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan
menghisap mulut bayi pada payudara.
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
8) ASI mudah dicerna oleh bayi.
9) Mempunyai zat gizi yang sesuai untuk bayi.
10) Mengandung zat protektif.
11) Menyebabkan pertumbuhan yang baik.
12) Mengurangi kejadian karies dentis.
13) Mengurangi kejadian mal oklusi.
14) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
15) Menigkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan
sehingga akan lebih jarang sakit.
16) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
17) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih bisa cepat
jalan.
18) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual
dan hubungan sosial yang baik (Kristiyansari, 2009: Roesli, 2009 ).
b. Bagi Ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga
post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur,
menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan,
pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan
pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi
menstruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu
yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui. Mencegah kanker hanya
dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu
yang memberi ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker
ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke
berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat,
selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini
sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan
lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan
lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
4) Aspek psikologis
5) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
6) Mengurangi terjadinya anemia
7) Dapat mengecilkan rahim
8) Tidak merepotkan dan menghemat waktu
9) Memberi kepuasan bagi ibu (Kristiyansari, 2009: Roesli, 2009 ).
ASI mengandung Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI adalah sebagai
berikut:
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya
gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan
untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA
dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)
yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
Aspek Imunologik
• ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri
dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi
pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan,
dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui: bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih
saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang
pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung
pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena
berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut
jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI.
Aspek Neurologis
• Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
Aspek Ekonomis
• Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
Aspek Penundaan Kehamilan
• Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai
Metode Amenorea Laktasi (MAL).
2.2 Ibu Usia Remaja
Angka perkawinan remaja masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data
RISKESDAS tahun 2010, sebanyak 11,5 % remaja usia 15-19 tahun telah menikah. Hal ini
menunjukkan perkawinan usia remaja cenderung tinggi yang kemudian hamil dan
melahirkan anak. Sehingga remaja harus menjalankan peran sebagai orang tua. Menjalankan
peran sebagai orang tua pada ibu remaja seringkali menimbulkan konflik antara tugas
perkembangan remaja dan menjadi orang tua.
Menurut United nations development economic and social affairs (UNDESA, 2010)
.Indonesia termaksud negara ke 37 dengan presentase pernikahan usia muda yang tinggi dan
merupakan tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja. Pada tahun 2010,terdapat 158
negara dengan usia legal minimal perempuan menikah adalah 18 tahun ke atas,namun di
indonesia batas usia minimal untuk perempuan adalah 1tahun.pernikahan di usia muda
beresiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek kesehatan mental sosial, pendidikan,
sosial ekonomi dan reproduksi.
2.2.1 Perkembangan Remaja
Menurut Monks, 2009. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Remaja berada di tempat margial, di mana remaja belum memperoleh
status dewasa tapi tidak lagi memiliki masa kanak-kanak.. Remaja di tandai dengan adanya
perubahan fisik pada masa pubertas dan perkembangan psikologis ego yang membantu
individu memahami diri sendiri. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara
global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah
masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah
masa remaja akhir .
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
perkembangan yaitu:
1. .Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a. .Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks
3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a. Pengungkapan identitas diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra jasmani dirinya
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e. Mampu berfikir abstrak
Sarwono, 2011 dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada
Tiga tahap perkembangan remaja, yaitu :
1) Remaja awal
Seorang remaja awal masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada
dirinya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Kepekaan yang
berlebihan ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para
remaja awal ini sulit mengerti dan dimengeti orang dewasa.
2) Remaja madya
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-temannya. Memiliki
kecenderungan untuk mencintai diri sendiri dan menyukai teman-teman yang memiliki sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, mereka juga berada dalam kondisi kebingungan karena
mereka tidak tahu harus memilih yang mana antara dua situasi yang saling bertentangan.
3) Remaja akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
denganpencapaian lima hal, yaitu:
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman
baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentris diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
e. Tumbuh „dinding‟ yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum
(the public).
Remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, atau
dianggap tumbuh mengarah pada arah kematangan (Sarwono, 2011: 11 & 48). Masa
remaja dianggap masa yang berat karena secara sosia-emosional sudah berkembang
secara matang dan sudah harus memikirkan untuk kehidupan kedepannya.Periode
peralihan ini merupakan perubahan ini tidak berarti terputusnya tugas perkembangan
yang dijalankan, melainkan naik ke tahap berikutnya. Adanya tugas perkembangan remaja
menurut Bernard (dalam Al-Mighwar, M. 2006: 160-163) yaitu mencapai hubungan yang
lebih matang dengan lawan jenis, belajar menerima peran sebagai laki-laki dan
perempuan, menentukan sikap dan memperoleh pengalaman yang berguna untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga.
Papalia (2008: 708) mengatakan bahwa usia pada saat menikah merupakan prediktor
utama apakah ikatan perkawinan itu langgeng atau tidak. Para remaja memiliki tingkat
perceraian yang paling tinggi; orang-orang yang menunggu sampai usia 20 baru menikah
memiliki kesempatan yang lebih bagus untuk mempertahankan
pernikahan. Remaja yang memutuskan menikah harus mempertimbangkan bahwa diri
mereka akan memasuki masa dewasa, karena masa remaja yang dijalaninya akan di
perpendek dan sesegera mungkin ia masuk ke masa dewasa yang mempunyai ciri dan
tugas perkembangan yang lebih tinggi tingkatannya.
2.2.2 Menjadi Orang Tua di Usia Remaja
Di Indonesia sendiri di perkirakan sebanyak 15 juta remaja perempuan 15-19
tahun telah melahirkan setiap tahunnya. Berdasarkan laporan WHO tahun 2004 insiden
kehamilan per 1000 remaja putri usia 15-19 tahun di berbagai negara seperti pada tabel
berikut: (World Health Organization, 2008), ibu remaja antara 13 dan 19 tahun terus
memiliki tingkat terendah dari menyusui di Amerika Serikat, serta seluruh negara-negara
lain (Centers Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2009). Ada sekitar 425.000 bayi
yang lahir remaja di Amerika Serikat setiap tahun (Pusat Nasional Statistik Kesehatan
Nasional, 2007); dari jumlah tersebut, hanya 43% akan memulai menyusui, berbeda
dengan 75% dari ibu usia dewasa (Forste & Hoffman, 2008). Tombak (2006)
menemukan bahwa meskipun 39% dari ibu remaja dimaksudkan untuk menyusui selama
minimal 6 bulan setelah kelahiran, hanya 6% terus menyusui sampai 6 bulan.
Tabel 2.1 Insiden kehamilan per 1000 remaja putri usia 15-19 tahun di berbagai Negara
Afrika :143/1000
Timur tengah : 56/1000
Asia tenggara : 56/1000
Amerika latin : 78/1000
Eropa :25/1000
Amerika : 42/1000
Sumber: WHo(2004), Http: Whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241591269 _handout_engpdf. Diperoleh tanggal
10 Desember 2010
Menjadi orang tua pada masa remaja sering menimbulkan konflik antara tugas
perkembangan masa remaja dan tugas menjadi orang tua. Remaja yang memiliki
karakteristik berfokus pada diri sendiri dan kebutuhan diri, harus bersikap empati pada
bayi baru lahir,hal ini beresiko menimbulkan persaingan antara remaja dan bayi untuk
mendapatkan perhatian dari pasangan dan keluarga. Remaja yang masih dalam tahap
pembentukan identitas yaitu mengembangkan peran dengan teman sebaya harus
mengidentifikasi peran maternal,sehingga dapat menimbulkan seorang remaja menolak
peran sebagai seorang ibu, tidak bertanggung jawab terhadap bayi baru lahir dan marah
pada bayi. Seorang remaja masih dalam tahap pembentukan citra tubuh dan
pembentukan identitas seksual harus menerima perubahan citra tubuh akibat kehamilan.
Persalinan atau pasca partum. Hal ini menjadikan seorang remaja menolak perubahan
perubahan tersebut dan menolak untuk menyusui bayi baru lahir. Beberapa konflik
akibat tugas perkembangan masa remaja dan menjadi orang tua ini menjadikan hubungan
remaja dan bayi menjadi negatif (Monks &Redder 2011).
Anak remaja yang melakukan pernikahan dini harus menjalankan tugas
perkembangan yang lebih banyak di bandingkan anak remaja lainnya yang tidak melakukan
pernikahan dini.mereka harus memenuhi tugas perkembangan masa dewasa awal meskipun
usia mereka belum mencapai tahap dewasa.tugas perkembangan dewasa awal yaitu memilih
pasangan hidup, belajar dengan pasangan menikah, memulai hidup berkeluarga, mengelolah
rumah tangga, mulai bekerja, dan bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan
menemukan kolompok social yang serasi. Remaja wanita yang sudah melakukan pernikahan
dini harus siap dan tetap menyelesaikan tugas perkembangan tersebut.selain itu,mereka
mereka juga perlu menyesuaikan peran sebagai ibu apabila telah memiliki anak (Hurlock,
2007).
Identitas peran ibu merupakan pandangan seorang wanita yang telah mengakar di
dalam diri sendiri menjadi seorang ibu yang sesungguhnya. Identitas peran bu di pengaruhi
oleh beberapa factor di anataranya usia ibu.ibu yang masih berusia remaja memiliki resiko
lebih tinggi mengalami masalah dalam hal keuanggan,pendidikan,dan masalah struktur
keluarga.hal ini dapat berdampak terhadap pencapaian identitas peran ibu pada mereka
(Oktafiani, 2014 ). Remaja wanita yang telah memiliki anak tetap harus menjalankan peranya
sebagai ibu, meskipun usianya masih muda. Mereka harus tetap memenuhi tugas
perkembangan khususnya memulai hidup berkeluarga dan mengelolah rumah tangga.oleh
karena itu ibu perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu dalam merawat dan
mengasuh anaknya. Umur ibu kurang dari atau sama dengan 20 tahun memiliki faktor resiko
terhadap kemungkinan kematian matinya.selain karena organ reproduksinya belum
sempurna untuk menerima kehamilan dan melahirkan, ibu muda juga belum pandai merawat
bayinya ( Hendari, 2012: Febriastuti, et el 2013 ). Tercapainya identitas peran ibu di tandai
dengan adanya kepercayaan diri dalam menjalankan peran ibu, kepuasaan melaksanakan
peran ibu, dan ikatan tali kasih dengan bayi.wanita yang telah mencapai identitas perannya
sebagai ibu dapat menjalankana peran mengasuh anak dengan baik.oleh karena itu
pencapaian identitas peran ini akan berpengaruh pada outcome anak. Outcome tersebut
memiliki kognitif atau perkembangan mental anak, perilaku, atau iktan kasih saying anak,
kesehatan anak, dan kompetisi diri anak (Oktafiani et el 2014).
2.2.3 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dalam Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
pada Ibu Usia Remaja
Konflik yang terjadi antara tugas dan perkembangan remaja dan peran menjadi
orang tua menjadikan remaja beranggapan IMD dan Menyusui merupakan proses suatu
proses yang membuat kedekatan ibu dan bayi semakin erat. Kedekatan ibu dan bayi
membuat remaja akan kehilangan kebebasan dalam bergaul dan berkumpul bersama
teman teman sebayanya( Bobak et el,1995/2004; Murray & Mckinney, 2007).
Keputusan yang di ambil oleh remaja dalam memberikan ASI saja atau menyusui
secara eksklusif merupakan suatu proses yang dinamis, dimana remaja mengetahui
manfaat dari ASI namun terkait dengan perkembangan remaja, kebanyakan remaja
menganggap bahwa memberikan ASI akan membuat bayi terlalu dekat dengan dengan
ibunya sehingga mengurangi kebebasan ibunya. Selain itu rasa sakit saat menyusui dan
malu ketika harus menyusui di muka umum menyebabkan remaja mengambil keputusan
untuk memberikan makanan atau susu formula (Murray & Mckinney, 2007).
Wanita usia remaja dan wanita muda mempunyai kemampuan laktasi yang lebih
baik dibandingkan wanita yang lebih tua.Berbagai penelitian telah menunjukkan manfaat
pemberian ASI bagi ibu maupun bayi, antara lain perlindungan terhadap risiko infeksi
pada bayi, mengoptimalkan perkembangan kognitif anak, serta mengurangi risiko kanker
payudara dan kanker ovarium (Roesli, 2010).
Alasan yang diberikan oleh ibu usia remaja yang tidak memberikan ASI saja atau
memberikan secara eksklusif sama sekali adalah karena mereka kurang paham manfaat
dari ASI untuk ibu dan bayi, sebagian besar mereka bekerja, mereka mengatakan jika
masih ingin bebas, mereka melihat keluarga dan teman yang memberi susu formula, ibu
remaja mengatakan jika ASI mereka tidak keluar dan bayi rewel, tidak ada dukungan dari
keluarga, jika menyusui ibu akan mudah lapar itu mengakibatkan penambahan berat
badan dan ibu usia remaja ingin mencari jati dirinya sebagaimana remaja pada umumnya.
Faktor yang paling mempengaruhi ialah pengetahuan ibu mengenai proses laktasi, sikap,
motivasi, tingkat pendidikan, pekerjaan, permasalahan kondisi kesehatan ibu selama
hamil dan kurangnya dukungan seorang suami. Faktor tersebut membuat perilaku
menyusui rendah.
2.4 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasarioleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni:
a. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
c. .Evaluatio (menimbang-menimbang) Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d. Trial Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami(Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum,rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam
komponen–komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada
kaitannya antara satu dengan yang lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan,
membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun
formulasi yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiriatau kriteria yang sudah
ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di
ukur dari objek penelitian.
2.5 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka
perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. Perilaku menyusui erat kaitannya dengan
pengetahuan sehingga dapat menentukan perilaku ibu dalam menyusui sehingga ada
beberapa tahap yang harus di ketahui ibu dalam menentukan perilaku dalam pemberian
ASI yaitu sebagai berikut:
1. Tata cara pemberian ASI
Banyak ibu beranggapan bahwa menyusui merupakan aktivitas alami, sehinggga
tidak memerlukan persiapan atau perawatan khusus. Hal tersebut tidak sepenuhnya
benar, terutama bagi para ibu yang menyadari bahawa ASI sangat penting dan utama bagi
bayi. Ibu yang seperti itu senantiasa melakukan berbagai persiapan untuk menyambut
kalahiran bayi, termaksud persiapan menyusui yang terkait dengan kondisi payudara dan
putting payudara. Keduannya harus di pelihara dan di persiapkan untuk menyusui sejak
masa kehamilan. Ibu bisa memeriksa kondisi payudara dan putting kepada dokter.setelah
bayi di lahirkan, hendaknya ibu membiarkan bayi memberiakan bayi menyusui secepat
pada masa setengah jam pertama. Pada masa ini bayi sangat aktif dan mengisap putting
payudara sekuat mungkin. Saat itu penghisapan tersebut dapat menstimulasi pruksi
hormone-hormon. Pelepasan oksitosin akan membentu rahim untuk berkontraksi dan
menghentikan perdarahan dan penghisapan dini juga mempercepat produksi ASI dan
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi yang baru lahir.berdasarkan hasil
penelitian ,di ketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya lebih awal akan memberikan
ASInya lebih lama ketimbang ibu yang mulai menyusui bayinya pada 12 jam setelah
kelahiran bayi.ketika bayi menangis ibu harus segera menyusuinya,meskipun hal ini
terjadi pada malam hari,baik bayi yang tidur bersama orang tuanya ataupun terpisah
tempat tidurnya.pemberian ASI pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi tidak
harus di berikan dari satu payudara (kiri ataupun kanan ), terapi bayi mesti di beri ASI
dari kedua payudara secara bergantian.tindakan tersebut bertujuan mencegah terjadinya
pengerasan payudara.
Biasanya ibu muda merasa sulit memindahkan bayi darisatu payudara ke
payudara lainnya. Oleh karena itu,hendaknya sang ibu belajar tentang tata cara
memindahkan bayi dari satu payudara ke yang lainnya.caranya ibu menekan payudaranya
secara pelan, lalu menjauhkannya dari mulut bayi. Bila hal ini di lakukan terus menerus,
maka ibu akan berpengalaman sehingga ibu mengetahui waktu yang tepat untuk
mengganti payudaranya yang di isap oleh bayinya (Dwi Sunar Prasetyo, 2012 ).
2. Menyusui bayi yang benar
Sesungguhnya ada tiga posisi dasar menyusui yang harus di ketahui oleh ibu agar
proses menyusui dapat berjalan lacar dan nyaman. Ketiga posisi yang di maksud disini
adalah posisi mulut bayi dan payudara ibu (pelekatan), posisi badan ibu serta badan ibu
dan bayi .Ada beberapa uraian tentang posisi menyusui yang baik dan benar sebagai
berikut:
a. Posisi mulut bayi dan payudara ibu (pelekatan )
Ketika menyusi bayinya ibu kadang tidak mengetahui cara menyusui yang
benar.boleh jadi cara menyusui bai di anggap sudah benar.pelekatan bayi pun di kira
sudah sesuai prosedur yang sebenarnya. Sehingga bayi bisa menyusui sepuasnya. Padahal
saat menyusui, mungkin pelekatan mulut bayi ke putting payudara terlepas, sehingga bayi
menangis, ini adalah tata cara pelekatan yang tepat yaitu:
• Bayi datang dari arah bawah, sehingga bayi mendongkak dengan hidung bayi
berhadapan dengan putting payudara ibu. Dagu bayi ini di tempelkan pada payudara
dan pipi bayi tampak menggelembung.
• Bibir bawah, dagu atau pipi bayi di rangsang dengan payudara. Tindakan ini
bertujuan agar mulut bayi terbuka lebar, saat itu di dekatkan ke payudara dengan cara
menekan punggung dan bahu bayi.ibu tidak boleh menekan kepala bayi atau
membenamkan seluruh bagian wajah bayi ke payudara, sehingga bayi sulit bernafas.
(prasetyo, 2012).
b. Posisi badan bayi
Posisi bayi juga termaksud factor pendukung pelekatan yang baik di antaranya
ialah posisi perut ke (tummy to tummy ) tata laksana posisi ini adalah bayi berbaring
menyamping dengan wajah menghadap dada ibu, sedangkan perutnya menempel pada
perut ibu.disini telinga,bahu ,lengan bagian atas atas dan pinggul bayi harus berada pada
satu garis lurus.ini ada beberapa uraian posisi badan ibu saat menyusui:
1) Posisi ibu duduk
Biasanya kesulitan ibu dalam menyusui bayinya di karenakan bayi tidak di posisikan
pada payudara secara tepat. Bila sejak awal ibu bias melakukannya dengan baik semua
kesulitan bias di atasi. Posisi ibu dan menyusui bayi dalam keadaan duduk adalah
sebagai berikut :
Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki di pijakan
ke tanah secara rata.
Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat
badan bayi, dan bayi sejajar pada payudara ibu.
Ibu menggendong bayi menggunakan tangan kanan bila menyusui dengan payudara
kiri.sebaliknya, pada posisi ini kepala, leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus
dan dengan kepala agak terangkat ke belakang.
Ibu membuat panggal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke belakang saat
menengadah .
Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan putting payudara.
Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut sebaiknya ibu menunggu
bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar mulutnya misalnya saat ia
menguap.
Ketika mulut bayi terbuka lebar ibu segera mengarahkan dagu bayi terlebih dahulu
kemudian putting payudara di arahkan ke atas mulut.
Bila bayi telah dapat menyusui dengan baik, ibu bisa memindahkan bayi ke lengan
sebelah.
Berbagai panduan posisi menyusui dalam keadaan duduk tersebut di harapkan
dapat membuat ibu mampu menyusui bayi dengan baik.
2) Posisi ibu tidur miring
Menyusui dengan posisi miring ibu harus mengusahakan agar putting
payudaranya sejajar dengan mulut bayi,sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai
putting payudara dan ia pun lebih leluasa karena mengisapnya.
( prasetyo, 2012).
3) Posisi ibu terlentang
Sama halnya dengan posisi miring. Posisi ibu terlentang juga di nilai kurang tepat,
sebab air susu ibu yang di isap bayi seharusnya menurun bukan ke atas. Hal ini akan
membuat bayi bekerja keras sekuat tenaga untuk memompa naik air susu.
4) Perawatan payudara ibu
Payudara merupakan organ penting bagi ibu menyusui karena sebagian besar
kebutuhan nutrisi untuk bayi selama 6 bulan pertam kelahirannya dapat di penuhi melalui
ASI. Ada beberapa cara yng bias di lakukan agar payudara tetap indah dan nyaman ketika
menyusui adalah sebagai berikut:
Ibu mengenakan kutang (Bra) yang nyaman dan mampu menyangga payudara
dengan baik. Ibu pun bisa mengganti bra dengan ukuran yang lebih besar bila usia
kehamilan bertambah. Sebab semakin bertambah usia kehamilan payudara semakin
besar.
Ibu merawat payudara agar selalu bersih dengan mandi menggunakan sabun lunak
setiap hari.
Secara perlahan ibu mengusap kotoran yang menyumbat mulut saluran ASI,
kemudian ibu mengeringkan dengan handuk bersih.
Ibu mengoleskan cream lanolin setiap hari pada putting payudara. Cream dapat
menjaga kelembutan kulit payudara dan mencegah lecet- lecet sewaktu menyusui.
Bila putting payudara terlalu pendek, datar, atau tertarik ke dalam hendaknya ibu
menarik putting keluar lalu memelintirnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
selama beberapa menit setiap hari.atau dapat mengenakan pelindung putting
payudara.
Setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan sebaiknya ibu memijit aorela beberaa kali
setiap hari.tindakan tersebut dapat membuka saluran ASI (prasetyo, 2012).
4 . Mengetahui kebutuhan bayi terhadap ASI
Dalam menentukan jumlah susu yang di minum bayi dengan cara menyusui
langsung biasanya sebagian bayi ingin menyusui setiap 2 jam sekali dan bias bertahan
hingga 4 jam.berbeda dengan ibu yang memberikan susu dengan menggunakan botol,
maka ibu tersebut lebih muda menentukan jumlah susu yang di minum bayi (prasetyo,
2012 ).
5 . Memberi makanan tambahan pada bayi
Proses penyapihan menimbulkan perubahan tertentu, terutama yang terkait
dengan gizi. Pada masa penyapihan ibu dan bayi memerlukan dorongan dan saran dari
petugas kesehatan.seharusnya pada masa penyapihan iu memerlukan makanan yang
mengandung protein tinggi kepada bayi.mengenai hal ini ibu perlu mengetahui bahwa
selama periode penyapihan volume ASI menurun dan konsumsi makanan tambahan bayi
tergantung pada jumlah dan jenis makanan yang di berikan ibu kepada bayi.
Ada beberapa bagian dalam pemberian makanan tambahan yaitu sebagi berikut:
a. MTP-ASI dan MP-ASI
ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai ia berumur epat atau enam bulan.
Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan tambahan yang setara gizi ASI.
Sesungguhnya bukanlah tindakan bijaksana bila ibu memberikan makanan tambahan
pengganti ASI (MTP-ASI ) kepada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan, karena
adanya resiko gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi.dengan memberikan
makanan tambahan, ibu dapat mengurangi produksi ASI lantaran bay jarang
menyusu.makanan tambahan yang di berikan kepada bayi bias berupa buah buahan yang
di haluskan, misalnya pisang ambon,pisang kapok, atau pisang raja.namun apabila bayi
tidak mau memakannya,mungkin ia mencobanya sebelum menyusu, sewaktu ia lapar.
Selain pisang ibu pun bias memberikan papaya yang sudah matang, yang dagingnya
berwarna merah jingga.pepaya tersebut di saring atau di haluskan dengan menggunakan
blender.semuanya itu di berikan kepada bayi menggunakan sendok kecil. Ibu pun boleh
memberikan bubur susu kepada bayi. Bubur susu biasa di buat dari tepung beras, tepung
maizena, dan tepung kacang hijau. Bubur harus di didihkan selama beberapa menit untuk
menghancurkan bakteri pathogen yang mungkin telah terkontaminasi kecuali bubur
instan hasil olahan industri. Untuk membuat bubur susu, ibu menyiapkan susu bubuk
sebanyak 25 gram yang cairan dengan 200 ml air agar menjadi susu cair.kemudian,ibu
menambahkan tepung beras dan sepuluh gram gula pasir.saat mengolah bubur susu,
tangan ibu mesti bersih.peralatan makan pun harus di cuci dan di didihkan bila
memungkinkan serta di keringkan di bawah mata hari dan di simpan di tempat tertutup.
Beberapa hal penting yang harus di perhatiakan oleh ibu dalam pemberian
makanan tambahan bayi adalah sebagai berikut:
1. Makanan apapun yang di berikan kepada bayi mesti memenuhi standar kecukupan
zat gizi.
2. Meski bayi makan lebih dari satu kali sehari sebagai komplemen terhadap ASI,
namun karena kapasitas perutnya masih kecil, maka jumlah (porsi )makanan yang di
berikan jangna terlalu banyak.
3. Porsi makan seorang bayi berumur 1-3 tahun sekitar 200-300 ml makanan untuk
sekali makan.oleh karena itu untuk mendapatkan energi dan zat zat gizi dalam
konsentrasi tinggi, makanan tambahan dapat di berikan kepada bayi dengan porsi
yang tepat.
4. Seorang bayi yang berumur lebih dari 6 bulan perlu di beri makan 4-6 kali sehari
sebagai tambahan terhadap ASI. Secara bertahap, ukuran tersebut berkurang
menjadi 3 kali makan sehari setelah anak berumu 2-3 tahun.dalam hal ini ,ibu harus
tetap memperhatikan kandungan energy dan zat gizi agar bayi senantiasa sehat.
5. Ibu memberikan makanan tambahan stelah bayi menyusu, dengan demikian, bayi
akan menyusu dengan kuat pada payudara, sehingga produksi ASI tidak berkurang.
6. Ibu memberikan makanan dasar, seperti muti-mixed yang syarat gizi sebelum bayi
berumur 2 tahun. Makanan ini sangat di perlukan karena bayi belum bisa
mengkonsumsi makanan semua orang dewasa.
7. Pada awalnya, makanan tambahan yang di berikan kepada bayi harus di haluskan
terlebih dahulu.
8. Ibu dapat menggunakan sendok atau cangkir untuk memberikan makan pada bayi.
Sebagian besar bayi di latih minum dari cangkir setelah berumur 5 bulan.
9. Bayi mampu mengonsumsi makanan setengah porsi orang dewasa saa berumur 2
tahun.
10. Selama masa penyapihan, bayi sering kali menderita berbagai penyakit, seperti
batuk,campak (cacar air), dan diare. Apabila makananya mencukupi kebutuhan
tubuhnya,gejala penyakit yang muncul tidak sehebat bayi yang kekurangan gizi.
b. Jadwal pemberian makanan tambahan dan ASI
Ada baiknya bila ibu membuat jadwal pemerian PASI sesuai waktunya, yaitu
ketika bayi benar-benar membutuhkannya atau setelah menyusu.sesunggguhnya, tidak
ada aturan khusus yang terkait pemberian makanan tambahan dan PASI. Tetapi,
kebiasaan mendisiplinkan anak sejak dini merupakan awal yang baik juga di biasakan
mengikuti irama pemberian di masa mendatang.selain itu, bayi juga di biasakan mengikuti
irama pemberian makanan ASI/PASI, sehingga ia tidak kelaparan bila ibu lupa
menyediakan kebutuhannya.
Ada beberapa jadwal pemberian makanan pada bayi adalah sebagai berikut :
Pukul 07.00 WIB : ASI/PASI
Pukul 09.00 WIB : bubur susu ( setelah bayi mandi )
Pukul 11.00 WIB : ASI/ PASI
Pukul 13.00 WIB : ASI/PASI
Pukul 15.30 WIB : buah/sari buah (setelah bayi mandi )
Pukul 18.00 WIB : ASI/PASI
Pukul 21.00 WIB : ASI/PASI (Prasetyo, 2012).
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku ibu usia remaja dalam pemberian ASI
yaitu :
1. Faktor pengetahuan ibu
Pengetahuan tentang ASI dan memberikan ASI secara Eksklusif merupakan
aspek penting bagi ibu untuk tetap menyusui bayinya secara eksklusif. Kemampuan
menyusui bayinya secara eksklusif modal dasar seorang ibu untuk tetap menyusui, karena
dari pengetahuan tentang ASI Eksklusif yang cukup terbentuk kesadaran dalam dirinya
untuk menyusui bayinya sampai usia 6 bulan. Kesadaran ini selanjutnya timbul suatu
dorongan dari dalam dirinya untuk berperilaku memberikan ASI secara eksklusif.
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa didasari dengan
pengetahuan yang cukup, maka perilaku ibu dalam memberikan ASI hanya sementara
tidak dapat terus sampai bayi berusia 6 bulan. Pengertian tentang keunggulan ASI dan
manfaat menyusui secara eksklusif yang baik membentuk suatu perilaku ibu tidak
terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu botol atau susu formula. Pemberian ASI
Eksklusif diperlukan suatu pengetahuan yang akan mendasari segala tindakan ibu dalam
menyusui bayinya secara eksklusif, karena dari pengetahuan terbentuk suatu motif ibu
untuk menyusui. Motif ini merupakan dorongan kuat yang tidak dapat dihalangi dari
faktor manapun, karena motif membentuk kepercayaan pada ibu menyusui dengan
memberikan ASI secara eksklusif memberikan manfaat baik bagi bayinya maupun untuk
kesehatan ibu sendiri. Pengetahuan tentang ASI yang baik mendukung ibu dalam
pemberian ASI, hal ini karena pemberian ASI jika didasari oleh pengetahuan, maka ibu
menyusui dalam pemberian ASI bersifat langgeng, artinya dalam pemberian ASI ibu
terus menyusui bayinya sampai 6 bulan, dan tidak beralih ke makanan lain selain ASI
(Budiman, 2013).
2. Sikap ibu
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus social (Mubarak, dkk, 2007). Menurut Lawrence Green
dalam Notoadmodjo (2007) bahwa sikap merupakan factor pemudah atau predisposisi
(predisposing factors) dan faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam
tindakan.sikap mempunyai 3 komponen utama yaitu:
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Mubarak, dkk, 2007).
Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang menentukan
seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif Seorang ibu yang tidak pernah
mendapat nasehat atau pengalaman, penyuluhan tentang ASI dan seluk beluknya dari
orang lain, maupun dari buku-buku bacaan dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu
tersebut harus menyusui. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang
dipunyainya dan ia akan memberikan sikap negatif terhadap ASI, jika pengetahuan
tentang hal itu kurang ( Haryati, 2006: 19).
Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang menentukan
seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif. Dalam
hubungannya dengan ASI eksklusif, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau respon
tertutup ibu menyusui terhadap ASI eksklusif. Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat
dalam memberikan ASI eksklusif, maka perilakunya menjadi lebih konsisten. Sikap dapat
terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi di sini tidak hanya
berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi
meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis
sekitarnya (Maulana, 2009).
3. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu
dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini
diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal
guna pemeliharaan kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong
untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan
menjadi pengetahuan. Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk
memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau
tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan
kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran
sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap
(langgeng) karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan dan pendekatan
kesehatan ini adalah hasil lamanya memerlukan waktu lama Pendidikan diperkirakan ada
kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini
dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat
pendidikan yang rendah. Pengetahuan paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat
kebutuhan hidup dan meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri.
Pendidikan dan kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih berani
memasuki wilayah pekerjaan lain yang dapat memberdayakan kemampuan dirinya secara
maksimal sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Pendidikan juga akan
membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi
yang diterima akan jadi pengetahuan (Arini H, 2012).
4. Umur Ibu
Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Arini H, 2012). Dalam kurun waktu
reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah
20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat
mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun
dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap
berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan
menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan
kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Arini H, 2012).Umur ibu sangat
menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan,
dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20
tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, serta dalam membina bayi dalam dilahirkan (Arini H, 2012).
Sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut (Arini H, 2012) disebut sebagai
“masa dewasa” dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan
orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang
secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat
bayinya nantinya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan adalah sebagai berikut:
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
lain. Pengalaman yang sudah di perloeh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara
umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih
luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
3. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
4. Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
5. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
6. Sosial budaya kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.6 Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatdmojo, 2007).
Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui adalah hasil dari tahu dan mengingat suatu hal
setelah seseorang melakukan cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan
posisi ibu dan bayi dengan benar yang di dapat melalui pendengaran, penglihatan
maupun pengalaman yang didapat dari petugas kesehatan dan sosial media yang lainya.
Perilaku yang baik yaitu akan terbentuk dari pengetahuan ibu dan dukungan secara
langsung yang diberikan oleh tenaga kesehatan maupun didapatkan dari informasi atau
media yang lain, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan ibu dalam
menerapkan teknik menyusui dan memberikan yang benar terhadap perilaku ibu dalam
memberikan ASI kepada bayinya, jika pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan
didapatkan secara langusng maka ibu akan menerapkan teknik menyusui dan perilaku
yang baik dalam memberikan ASI kepada bayinya, sehingga bayinya akan mendapatkan
ASI secara maksimal, karena kandungan dalam ASI tersebut sangat berpengaruh untuk
menambah kekebalan tubuh dan melindungi bayi dari penyakit. Perilaku pemberian ASI
diberikan kepada bayi guna untuk proses tumbuh kembang bayi, memberi perlindungan
kepada bayi dari sakit karena adanya zat protektif dalam ASI, mempunyai efek psikologis
yang menguntungkan untuk bayi. Menyusui ASI juga meningkatkan keterikatan
hubungan yang erat serta penuh kasih sayang antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).