bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep dasar...

27
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Masa remaja dikenal sebagai dimana terjadi pergolakan emosi dan diiringi oleh pertumbuhan fisik pesat dan perkembangan psikis yang bervariasi. Pergolakan emosi yang terjadi, tidak terlepas dari bermacam-macam faktor seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, sekolah, dan aktivitas lainnya dalam kegiatan sehari-hari. Menurut WHO (Sarwono 2002, dalam Sumiati, dkk 2009 : 9-10) ada tiga kriteria remja yaitu biologis, psikoloik, dan sosial ekonomi dengan batasan usia 10-20 tahun, berikut beberapa definisi tersebut berbunyi: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Menurut monks (dalam Sumiati Dkk, 2009) memberi batasan usia remaja yaitu diantar 12-21 tahun dimana 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15- 18 tahun remaja pertengahan, selanjutny 18-21 masa remaja akhir. Sedangkan menurut Hurlock (dalam Sumiati Dkk, 2009), ia membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal antar 13-16 tahun dan masa remaja akhir 17- 18 tahun.

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Dasar Remaja

    2.1.1 Pengertian Remaja

    Masa remaja dikenal sebagai dimana terjadi pergolakan emosi dan diiringi

    oleh pertumbuhan fisik pesat dan perkembangan psikis yang bervariasi.

    Pergolakan emosi yang terjadi, tidak terlepas dari bermacam-macam faktor seperti

    keluarga, lingkungan tempat tinggal, sekolah, dan aktivitas lainnya dalam

    kegiatan sehari-hari.

    Menurut WHO (Sarwono 2002, dalam Sumiati, dkk 2009 : 9-10) ada tiga

    kriteria remja yaitu biologis, psikoloik, dan sosial ekonomi dengan batasan usia

    10-20 tahun, berikut beberapa definisi tersebut berbunyi:

    a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

    seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

    b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari

    kanak-kanak menjadi dewasa.

    c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada

    keadaan yang relatif lebih mandiri.

    Menurut monks (dalam Sumiati Dkk, 2009) memberi batasan usia remaja

    yaitu diantar 12-21 tahun dimana 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-

    18 tahun remaja pertengahan, selanjutny 18-21 masa remaja akhir. Sedangkan

    menurut Hurlock (dalam Sumiati Dkk, 2009), ia membagi masa remaja menjadi

    dua bagian, yaitu masa remaja awal antar 13-16 tahun dan masa remaja akhir 17-

    18 tahun.

  • 7

    2.1.2 Karakteristik Remaja

    Sumiati , dkk, 2009 : 11-12 mengatakan karakteristi perkembangan yang

    normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya

    dalam mencapai identitas diri antara lain menilai diri secara objektif dan

    merecanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada

    fase ini, seorang remaja :

    a. Menilai rasa identitas pribadi

    b. Meningkatkan minat pada lawan jenis

    c. Menggabngkn perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh

    d. Memulai perumusan tujuan okupasional

    e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga

    2.1.3 ciri-ciri Remaja

    Hurlock mengemukakan berbaai ciri dari remaja diantaranya (Hurlock dalam

    Sumiati Dkk, 2009) :

    a. Masa remaja adalah masa peralihan

    Masa peralihan adalah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap

    perkembangan berikutnya. Pada masa remaja, seorang remaja akan mulai

    menentukan perilaku, nilai, dan sifat yang sesuai dengannya karean

    peralihan dari masa anak-anak ke dewasa yang mereka alami.

    b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

    Pada masa remaja terjadi perubahan pada empat aspek ini. Diantaranya

    adalah perubahan emosi, perubahan pola perilaku, perubahan peran dan

    minat, dan perubahan sikap menjadi ambivalen.

  • 8

    c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

    Munculnya masalah pada remaja kadang sulit untuk diatasi karena remaja

    tidak terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri. Karena awalnya mereka

    terbiasa menyelesaikan masalah dengan bantuan orang lain.

    d. Masa remaja adalah masa mencari identitas

    Remaja umumnya mencari jati dirinya, sebenarnya siapakah dirinya dan

    apa perannya di masyarakat. Umumnya remaja ingin memperlihatkan

    dirinya sebagai seorang individu, disisi lain ia ingin tetap

    mempertahankan dirinya di kelompok sebayanya.

    e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

    Stigma masyarakat yang menganggap bahwa remaja tidak dapat

    dipercaya, melawan, serta cenderung berperilaku merusak menyebabkan

    orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.

    f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

    Remaja lebih cenderung melihat sesuatu dari sisi pandangnya sendiri.

    Yaitu ketika melihat tentang dirinya sendiri maupun ketika meliat orang

    lain. Remaja cenderung belum bisa melihat sesuatu secara apa adanya

    namun menginginkan sesuatu berdasarkan harapannya.

    g. Masa remaja adalah masa ambang masa dewasa

    Semakin bertambah usia remaja dan melalui usia belasan maka remaja

    akan semakin berkembang dan matang menyerupai oran dewasa. Ia akan

    berperilaku seolah-lah menunjukkan bahwa dirinya sudah dewasa

    misalnya gaya berpakaian mupun berbicara dan bertindak.

  • 9

    2.1.4 Perubahan masa remaja

    Menurut Sumiati dkk (2009) perubahan masa remaja dibgi menjadi tiga bagian

    yaitu :

    a. Perubahan Fisik

    Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anatomi dan aspek

    fisiolois, dimana kelenjar hipofise pada remaja menjadi matangdan

    mengeluarkan beberapa hormone,seperti hormone gonadotropineyang

    berfungsi mempercepat pematangan seltelur dan sel sperma, serta

    mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosteron, dan esterogen.

    Dampak dari produksi hormon tersebut adalah :

    1.) Ukuran otot bertambah besar dan semakin kuat

    2.) Testosteron menghasilkan sperma dan esteroen meproduksi sel telur.

    3.) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti pembesaran

    payudara, perubahan suara, mimpi basah, tumbuhnya rambut-rambut

    halus di sekitar kemaluan, ketiak, dan bulu mata.

    b. Perubahan Emosional

    Perubahan emosional yang sering terjadi pada masa remaja berupa marah,

    takut, cemburu, ingin tahu,iri hati, gembira, sedih,dan kasih sayang.

    Perbedan terletak pada rangsangan yang mengakibatkan emosi dan

    pengendalian dalam mengekspresikan emosi secara ekstrim dan mampu

    menekpresikan emosi secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungan dan

    dapat diterima masyarakat maka kematangan emosi pada remaja akan

  • 10

    memberikan reaksi yang stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa

    remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut :

    1.) Tidak bersikap kekanak-kanakan

    2.) Bersikap rasional

    3.) Bersikap objektif

    4.) Menerima kritikan orang lain

    5.) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan

    6.) Mempu menghadapi masalah

    c. Perubahan Sosial

    Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orang tua dengan maksud

    menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada diluar rumah dan

    berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan

    mengekspresikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat

    remaja sangat rentan terhadap pengaruh orang atau teman dalam hal minat,

    sikap, penampilan, dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah

    hubungan hetero seksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan dari

    tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai lawan jenis. Remaja

    ingin diterima, diperhatikan, dicintai oleh lawan jenis, dan kelompoknya.

    2.1.5 Perkembangan Sosial Remaja

    Menurut Sumiati dkk (2009) perkembangan sosial remaja dibagi menjadi

    tiga yaitu :

    a. Perkembangan awal

    Remaja awal merupakan masa transmisi, dimana usianya berkisar antara

    10 sampai 14 tahun. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat

  • 11

    menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan perilaku

    menyimpang.

    b. Perkembangan Tengah

    Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun. Pada tahap ini lebih

    mudah untuk diajak kerjasama, lebih mampu berkomunikasi, belajar

    berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri, tidak

    berfokus pada sendiri lagi, membangun nilai atau norma dan rasa setia

    kawan, mulai membina hubungan dengan lawan jenis, berkembangnya

    ketrampilan intelektual khusus, mengembangkan minat yang besar

    dalam bidang seni dan olahraga.

    c. Remaja Akhir

    Pada saat ini remaja memasuki era yang lebih ideal periode ini terjadi

    pada usia 17 sampai 19 tahun. Perkembangan yang sering terjadi adalah

    ideal, terlibat dalam kehidupan pekerjaan dan hubungan di luar keluarga,

    harus belajar kemandirian di bidang finansial dan emosional, lebih

    mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis, hampir siap

    menjadi orang dewasa yang mandiri.

    2.2 Konsep Dasar Kecemasan

    2.2.1 Pengertian Kecemasan

    Kecemasan (Ansietas) adalah emosi dan pengalaman subjektif dari

    seseorang. Kecemasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

    membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi,

    kecemasan berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya

    ( Kusumawati, 2012 : 60). Pritoyo (2015) mengatakan bahwa kecemasan adalah

  • 12

    reaksi yang normal terhadap stress dan ancaman bahaya. Kecemasan merupakan

    reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik nyata maupun yang

    belum terjadi atau belum tentu ada. Kecemasan lebih mengarah pada akan adanya

    ancaman yang hanya berdasarkan hasil asumsi yang belum tentu benar.

    Carpenito (dalam Suyamto, 2012) Kecemasan adalah perasaan yang tidak

    menyenangkan yang disertai dengan gejala fisiologi. Pada gangguan kecemasan

    terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang

    disebabkan oleh unsur tersebut. Kecemasan adalah suatu keadaan seseorang

    mengalami keadaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf otonom dalam

    merespon ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik. Dalami (2009 : 65)

    menyatakan bahwa Ansietas adalah merupakan respon emosional terhadap

    penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak

    diketahui khusus penyebabnya. Menurut Rosyidi (dalam Suyamto,2012) sebagian

    orang yang bila mengalami kecemasan dapat berperilaku maladaptif. Kecemasan

    dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada individu dan menyebabkan

    perubahan tekanan darah.

    2.2.2 Tingkat Kecemasan

    Menurut (Stuart, 2006 dalam Riyadi, 2013) tingkatan kecemasan dibagi

    menjadi empat yaitu:

    1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

    hari. Pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi lebih waspada dan

    meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar

    dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

  • 13

    2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal penting

    dan mengesampigkan hal lain. Sehingga seseorang perhatiannya menjadi

    tidak selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih baik apabila

    diberi arahan.

    3. Ansietas berat sangat berpengaruh dalam mengurangi lahan persepsi

    seseorang. Individu cenderung fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

    serta tidak dapat berpikir hal yang lain. Semua perilaku yang ditunjukkan

    umtuk memgurangi ketegangan. Seseorang individu yang mengalami

    ansietas berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat fokus pada

    suatu area yang lain.

    4. Panik merupakan tingkat tertinggi dari ansietas dimana berhubungan

    dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan

    kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

    walaupun dengan pengarahan. Pada keadaan panik, terjadi peningkatan

    aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan oran lain,

    persepsi yang menyimpang serta terjadi kehilangan pemikiran yang

    rasional. Jika terjadi terus menerus dan berkepanjangan maka dapat terjadi

    kelelahan bahkan kematian.

  • 14

    Menurut Stuart and Sundeen ( dalam Dalami, 2009 : 5) rentang respon

    kecemasan

    Adaptif Maladaptif

    (Gambar 2.1 Rentang respon Kecemasan)

    2.2.3 Respon Kecemasan

    Menurut Riyadi (2013 : 47-48) respon kecemasan ada respon fisiologis,

    perilaku, konitif, dan afektif.

    1. Respon fisiologis

    a. Sistem tubuh kardiovaskuler mengalami respon palpitasi, jantung

    berdebar tekanan darah meningkat, denyut nadi menurun, pingsan.

    b. Sistem tubuh pernafasan mengalami respon nafs cepat, sesak nafas,

    pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, nafas dangkal,

    tekanan pada dada.

    c. Sistem tubuh neuromuskuler mengalami respon reflek meningkat,

    reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, gelisah, wajah tegang,

    kelemahan umum, gerakan yang janggal, tremor.

    antisipasi Panik Berat Sedang Ringan

  • 15

    d. Gastrointestinal mengalami respon seperti tidak nafsu makan, rasa

    kurang nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, diare, anorexia,

    nyeri ulu hati.

    e. Sistem tubuh salurah kemih mengalami respon seperti sering berkemih,

    ataupun inkontenensia

    f. Sistem integumen mengalami respon seperti wajah menjadi kemerahan,

    telapak tangan berkeringat, berkeringat seluruh badan, panas dingin,

    gatal wajah pucat.

    2. Respon Perilaku

    Sistem tubuh mengalami respon gelisah, ketegangan fisik, terkejut, bicara

    cepat, cenderung menarik diri, cidera, menhindar, hiperventilasi, dan

    bersikap waspada.

    3. Respon Kognitif

    Sistem kognitif mengalami respon perhatian terganggu, konsentrasi buruk,

    lupa, lapang persepsi menurun, salah dalam penilaian, preokupasi, bingung,

    sangat waspada, kesadaran diri menurun, kehilangan obyektivitas, takut

    akan ambarn visual, takut atas kehilangan kendali, mimpi buruk, takut

    terhadap cidera maupun kematian.

    4. Respon Afektif

    Sistem afektif memiliki respon mudah terganggu, tidak sabar, tegang,

    gugup, takut dan waspada, perasaan bersalah, rasa malu, khawatir, dn mati

    rasa.

  • 16

    2.2.4 Tanda - Tanda Kecemasan

    Menurut (Sumiati dkk, 2009 : 125-126) tanda-tanda kecemasan adalah

    Tabel : 2.1 Tanda Ansietas Ringan

    Respon Fisiologis Respon Kognitif Respon Perilaku dan

    Emosi

    - Sesekali nafas

    pendek

    - Nadi dan tekanan

    darah meningkat

    - Gangguan ringan

    pada lambung

    - Muka berkerut

    dan bibir bergetar

    - Lapang persepsi

    meluas

    - Mampu menerima

    rangsangan yang

    kompleks

    - Konsentrasi pada

    masalah

    - Menyelesaiakan

    masalah secara

    efektif

    - Tidak dapat

    duduk tenang

    - Tremor halus

    pada tangan

    - \suara

    kadangkadang

    meninggi

    Tabel : 2.2 Tanda Ansietas Sedang

    Respon Fisiologis Respon Kognitif Respon Perilaku dan

    Emosi

    - Sering nafas

    pendek

    - Nadi dan tekanan

    - Lapang persepsi

    menyempit

    - Tidak mau

    - Gerakan

    tersentak/

    meremas tangan

  • 17

    Darah meningkat

    - Mulut kering

    - Anorexia

    - Diare/konstipasi

    menerima

    rangsang dari luar

    - Berfokus pada apa

    yang menjadi

    perhatiannya.

    - Bicara banyak

    dan cepat

    - Insomnia

    - Perasaan tidak

    aman

    - Gelisah

    Tabel : 2.3 Tanda Ansietas Berat

    Respon Fisiologis Respon Kognitif Respon Perilaku dan

    Emosi

    - Nafas pendek

    - Nadi dan tekanan

    darah meningkat

    - Berkeringat dan

    sakit kepala

    - Penglihatan

    kabur

    - Ketegangan

    - Lapang persepsi

    sangat sempit

    - Tidak mampu

    menyelesaikan

    masalah

    - Perasaan adanya

    ancaman

    meningkat

    - Verbalisasi cepat

    - Blocking

    Tabel : 2.4 Tanda Ansietas Panik

    Respon Fisiologis Respon Kognitif Respon Perilaku dan

    Emosi

  • 18

    - Nafas pendek

    - Nadi dan tekanan

    darah meningkat

    - Aktivitas motorik

    meningkat

    - ketegangan

    - Lapang persepsi

    sangat sempit

    - Kehilangan

    pemikiran yang

    rasional

    - Tidak dapat

    melakukan apa-apa

    walaupun sudah

    diberi pengarahan

    - Perasaan adanya

    ancaman

    meningkat

    - Menurunnya

    berhubungan

    dengan orang

    lain

    - Tidak dapat

    mengendalikan

    diri.

    2.2.5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan

    Stuart dan Laraia ( dalam Sumiati dkk , 2009 : 122-126) mendefinisikan

    bahwa ansietas sebagai pengalaman emosi dan subyektif yang bersifat individual.

    Ansietas merupakan istilah yan akrab dengan kehidupan sehari-hari yang

    menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tidak menentu, takut, merasa

    tidak tentram dan kadang disertai keluhan fisik . Ansietas dipengaruhi oleh

    beberapa faktor meliputi faktor predisposisi dan presipitasi.

    Faktor Predisposisi :

    a. Psikoanalitik

    b. Ansietas : konflik emosional antara id dan super ego.

    c. Interpersonal

    d. Terjadi karena ketakutan akan penolakan interpersonal

    e. Perilaku

  • 19

    f. Hasil akumulasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

    seseorang untuk mencapai tujuan.

    Faktor Presipitasi :

    a. Ancaman integritas diri

    - Ketidakmampuan fisiologis

    - Gangguan terhadap kebutuhan dasar

    - Ancaman sistem diri

    b. Ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal :

    - Kehilangan

    - Perubahan status

    Ansietas dapat disebabkan karena :

    a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam satu lingkungan tertentu

    b. Adanya pengalaman traumatis , seperti trauma akan perpisahan,

    kehilangan atau bencana

    c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan

    d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan

    fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.

    e. Adanya ancaman terhadap konsep diri.

    2.2.6 Mengukur Kecemasan Menggunakan skala HARS

    Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan dapat diukur menggunakan alat ukur

    Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Pada HARS terdiri dari 14

    kelompok gejala antara lain :

    a. Perasan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah

    tersinggung

  • 20

    b. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat denga tenang,

    mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan gelisah.

    c. Ketakutan : pada gelap, orang asing, ditinggal sendiri, binatang besar,

    keramaian baik lalu lintas maupun kerumunan orang .

    d. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

    tentang nyenyak, bangun tidur lesu, banyak mimpi, mimpi buruk, dan

    mimpi yang menakutkan.

    e. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun, dan daya

    ingat memburuk.

    f. Perasaan depresi (murung) : kehilangan minat, kesenangan pada hobi

    menurun, sedih, terbangun sat dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang

    hari.

    g. Gejala somatik / fisik(otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi

    gemerutuk, suara tidak stabil.

    h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah

    dan pucat serta merasa lemah

    i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) : takikardi ( denyut

    jantung cepat), perasaan berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi kuat, rsa

    lesu / lemas seperti hendak pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti

    sekejap.

    j. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan di dada, rasa tercekik, sering

    menarik nafas, nafas pendek/sesak nafas.

    k. Gejala gastrointestinal (Pencernaan) : sulit menelan, perut melilit,

    gangguan pada pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan

  • 21

    terbakar di perut, rasa penuh dan kembung, mual, muntah, konsistensi BAB

    lembek, konstipasi, dan kehilangan berat badan.

    l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering BAK, inkontenensia,

    tidak dapat datang bulan(haid), haid berlebih, darah haid sangat sedikit,

    masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini,

    ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.

    m. Gejala autonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing,

    kepala terasa berat, kepala terasa sakit, dan bulu kuduk berdiri.

    n. Tingkah laku/sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening atau dahi

    berkerut, wajah tegang, otot tegang, nafas pendek dan cepat, serta wajah

    merah.

    Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4.

    Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai pada setiap item diatas

    berdasarkan gejala yang dialami responden dengan kategori :

    0 : Tidak ad gejala sama sekali

    1 : Satu gejala dari pilihan yang ada

    2 : Separuh dari gejala yang ada

    3 : Lebih dari separuh gejala yang ada

    4 : semua gejala ada

    Penggolongan tingkat kecemasan berdasarkan HARS :

    1.) Skor < 6 = tidak ada kecemasan

    2.) Skor 6-14 = kecemasan ringan

    3.) Skor 15-27 = kecemasan sedang

    4.) Skor > 27 = kecemasan berat

  • 22

    2.3 konsep Expressive Writing Therapy

    2.3.1 Teori-teori yang menjelaskan mekanisme menulis pengalaman emosional

    sebagai terapi

    Menurut ( Siswanto, 2009:208-212) Ada beberapa teori yang menjelaskan

    mengapa penyingkapan pengalaman-pengalaman emosional dengan cara menulis

    dapat digunakan sebagai terapi. Teori-teori tersebut :

    a. The Inhibition Model of Psychosomatics

    Menurut (Pennebeaker dalam Siswanto, 2009 : 208) teori yang

    mula-mula memotivasi penelitian menulis pengalaman emosional

    didasarkan atas asumsi bahwa tidak membicarakan gejala psikologis yang

    penting adalah suatu bentuk inhibisi. Inhibisi menghasilkan suatu bentuk

    kerja fisiologis. Kerja fisiologis akibat inhibisi ini dicerminkan dalam

    suatu aktivitas syaraf autonomik dan sistem syaraf pusat yang dapat dilihat

    sebai suatu stressor jangka panjang-tingkat rendah. Beberapa stress

    kemudian dapat menyebabkan atau memperparah proses psikosomatis,

    yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko sakit dan gangguan-gangguan

    lain yang berkaitan dengan stress. Pikiran yang mendesak, perasaan atau

    tingkah laku yang berkaitan dengan pegolakan emosional adalah sesuatu

    yang penuh stress dengan membiarkan membicarakaan pengalaman ini

    seharusnya secara teoritis dapat mengurangi stress yang disebabkan oleh

    inhibisi.

    Pengalaman emosional yang dimaksud pada teori ini tidak terbatas

    pada pengalaman emosional yang negatif saja, tetapi juga meliputi seluruh

    pengalaman emosional, baik yang positif dan menyenangkan maupun

  • 23

    negatif dan tidak menyenangkan. Bootzin (dalam Siswanto, 2009 : 209)

    secara sederhana menggambarkan mekanisme inhibisi sebagai berikut :

    a.) Tidak dapat membicarakan fenomena psikolois yang penting adalah

    suatu beentuk inhibisi

    b.) Inhibisi meningkatkan stress

    c.) Peningkatan stress mendorong masalah-masalah kesehatan.

    d.) Penyingkapan mengurangi inhibisi

    e.) Pengurangan inhibisi mengurangi stress

    f.) Penurunan stress membawa peningkatan kesehatan.

    b. Teori Kognitif / Perubahan kognitif yang dihubungkan dengan menulis

    Cameron dan Nicholls (dalam Siswanto, 2009 : 2010-211) berdasarkan

    pandangan pengaturan diri (Self-regulation) menyatakan bahwa menulis

    dapat memfasilitasi penyesuaian terhadap peristiwa yang penuh dengan

    tekanan dengan mempromosikan perkembangan suatu representasi yang

    secara koheren menginterasikan keyakinan, emosi, dan pengalaman

    sehinga individu dapat lebih baik memaknai peristiwa dan

    mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasinya.

    c. Extinction

    Penjelasan alternatif lainnya menurut Bootzin (dalam Siswanto, 2009 : 211)

    berhubungan dengan efek yang menguntungkan dari menulis pengalaman

    penghilangan (Extinction) pada hubungan-hubungan emosi yang negatif

    melalui pengulangan dan pemaparan.

  • 24

    d. Teori Katarsis

    Teori ini dikemukakan oleh Scheff (dalam Siswanto, 2009 : 211)

    pemangilan verbal tidak penting dan tidak mencukupi untuk terapi,

    pelepasan emosional adalah yang terpenting dan mencukupi untuk terapi.

    2.3.2 Prosedur Menulis Pengalaman Emosional

    Menulis pengalaman emosional dapaat diartikan dengan melahirkan

    pikiran atau perasaan yang pernah dialami yang menyentuh perasaaan dengan

    tulisan. Hynes & Hynes, dan Thompson (dalam Susanti dan Supriyantini,

    2013 :121-122) membagi expressive writing therapy ke dalam empat tahap,

    yakni :

    a. Recognition/Initial write

    Merupakan tahap pembuka menuju sesi menulis. Tahap ini bertujuan

    untuk membuka imajinasi, memfokuskan pikiran, relaksasi dan

    menghilangkan ketakutan yang mungkin muncul pada diri klien, serta

    mengevaluasi kondisi mood atau konsentrasi klien. Klien diberi

    kesempatan untuk menulis kata-kata, frase, atau mengungkapkan hal lain

    yang muncul dalam pikiran tanpa perencanaan dan arahan. Selain menulis,

    sesi ini juga dapat dimulai dengan pemanasan, gerakan sederhana, atau

    memutar suatu instrumen. Tahap ini berlangsung selama 6 menit.

    b. Examination/writing exercise

    Tahap ini bertujuan untuk mengeksplor reaksi klien terhadap terhadap

    situasi presentasi tertentu. Merupakan tahap dimana proses menulis

    dilakukan. Instruksi yang diberikan adalah seperti instruksi yang

    digunakan Pennebaker (2007). Waktu yang diberikan untuk menulis

  • 25

    bervariasi, 10-30 menit setiap sesi. Setelah menulis klien juga diberi

    kesempatan untuk membaca kembali tulisannya dan menyempurnakannya.

    Jumlah pertemuan berkisar 3-5 sesi atau pertemuan. Selain itu expressive

    writing therapy dapat dilakukan individu maupun kelompok. terbentuk,

    jumlah dan siapa saja yang masuk Cakupan topik tulisan juga dapat

    diperluas menjadi peristiwa emosional yang lebih umum atau peristiwa

    spesifik yang dialami individu, seperti saat di diagnosa mengalami suatu

    penyakit kronis, kehilangan pekerjaan, atau masuk perguruan tinggi.

    Selain itu topik tidak hanya berkaitan dengan pengalaman masa lalu, akan

    tetapi juga situasi yang sedang dan akan dihadapi di masa mendatang.

    c. Juxtaposition/Feedback

    Tahapan ini merupakan sarana refleksi yang mendorong pemerolehan

    kesadaran baru dan menginspirasi perilaku, sikap, atau nilai yang baru,

    serta membuat individu memperoleh pemahaman yang lebih tentang

    dirinya. Tulisan yang sudah dibuat klien dapat dibaca, direfleksikan, atau

    dapat juga dikembangkan, disempurnakan, dan didiskusikan dengan orang

    lain atau kelompok yang dapat dipercaya oleh klien. Hal pokok yang digali

    pada tahap ini adalah bagaimana perasaan penulis saat menyelesaikan

    tugas menulis dan atau saat membaca.

    d. Aplication to the self

    Pada tahap terakhir ini, klien didorong untuk mengaplikasikan

    pengetahuan baru dalam dunia nyata. Konselor atau terapis membantu

    klien mengintegrasikan apa yang telah dipelajari selama sesi menulis

    dengan mereflesikan kembali apa yang mesti diubah atau diperbaiki dan

  • 26

    mana yang perlu di pertahankan. Selain itu juga dilakukan refleksi tentang

    manfaat menulis bagi klien. Konselor juga perlu menanyakan apakah klien

    mengalami ketidaknyamanan atau bantuan tambahan untuk mangatasi

    masalah sebagai akibat dari proses menulis yang mereka ikuti.

    Adapun prosedur menulis pengalaman emosional menurut

    Pennebeaker (dalam Siswanto, 2009 : 211) bahwa kelompok menulis

    diminta untuk menulis mengenai topik yan ditentukan selama 3-5 kali

    pertemuan dengan waktu antara 15 sampai 30 menit setiap hari. Menulis

    umumnya dilakukan dalam laboratorium dengan tidak diberikan umpan

    balik. Secara umum instruksi untuk menulis pengalaman emosional adalah

    sebagai berikut :

    Duduklah dengan tenang dalam waktu beberapa menit dan cobalah untuk

    membayangkan pengalaman yang paling menyentuh emosi atau perasaan

    dalam kehidupan anda (ditunggu selama kurang lebih tiga menit).

    Kembalilah pada ingatan tersebut secara jelas dan sepenuh-penuhnya yang

    bisa anda lakukan. Gambarkan semua detail di sekitar anda seperti cahaya,

    suara-suara, dan bau-bauan. Bawalah ke dalam fantasi atau bayangan

    sebanyak mungkin. Sekarang saya ingin anda melihat ke dalam diri anda

    secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk sebisa mungkin secara

    intensif mengalami perasaan-perasaan anda yang berhubungan dengan

    peristiwa tersebut.

    Sekarang selama 30 menit saya ingin anda menjelajahi perasaaan-

    perasaan terdalam yang berhubungan dengan pengalaman emosional

    tersebut dengan menuliskan ke atas kertas yang ad didepan anda.

  • 27

    Gambarkan senyata dan sepenuh mungkin semua pikiran dan perasaan

    yang anda punya ketika and membayangkan peristiwa tersebut. Selama

    anda menulis , masuklah ke dalm perasaan anda, semakin ke dalam, dan ke

    dalam lai. Jangan menulis tentang emosi anda secara umum, tapi tentang

    bagaimana anda bereaksi secara emosional terhadap peristiwa khusus

    tersebut. Deskripsikan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan tersebut

    sedetail mungkin. Semua tulisan anda akan dirahasiakan. Jangan takut

    meneni ejaan, susunan kalimat, atau tata bahasa. Aturan satu-satunya

    adalah sekali anda memulai menulis, terus menerus lakukan itu sampai

    waktu anda habis.

    Tabel 2.4 Prosedur Expressive Writing therapy

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    EXPRESSIVE WRITING THERAPY

    Pengertian Menulis pengalaman emosional dapaat diartikan dengan

    melahirkan pikiran atau perasaan yang pernah dialami yang

    menyentuh perasaaan dengan tulisan.

    Tujuan 1. Meningkatkan kesehatan psikologis

    PROSEDUR PERSIAPAN

    1. Salam

    2. perkenalkan diri

  • 28

    3. Sampaikan maksud dan tujuan

    4. Alat

    Kertas HVS

    Alat tulis (Bolpoint)

    Bila diinginkan, dapat dilakukan sambil mendengarkan

    musik ringan.

    5. Lingkungan

    Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar

    klien mudah berkonsentrasi.

    PELAKSANAAN

    Tahap Recognition/Initial write

    6. Instruksikan klien untuk duduk dengan tenang dan

    rileks

    ” Duduklah dengan tenang dalam waktu beberapa

    menit”

    7. Instruksikan klien untuk memfokuskan pikiran dan

    membayangkan apa saja hal yang muncul di fikirannya

    8. Anjurkan klien untuk menuliskan kata-kata atau frasa

    apa saja yang muncul dalam pikirannya

    9. Bantu klien lebih rileks lagi (rilekskan pikiran dengan

    latihan nafas dalam, gerakan sederhana, atau memutar

    instrumen)

    10. Beri waktu klien untuk merilekskan kurng lebih selama

  • 29

    6 menit.

    Tahap Examination/writing exercise

    11. Instruksikan klien untuk mulai menulis pengalaman

    emosionalnya ( tulisan dapat berupa peristiwa

    emosional, peristiwa masa lalu, maupun peristiwa yan

    mendatang).

    Contoh kalimat instruksi

    “cobalah untuk membayangkan pengalaman yang paling

    menyentuh emosi atau perasaan dalam kehidupan anda

    (ditunggu selama kurang lebih tiga menit).

    Kembalilah pada ingatan tersebut secara jelas dan

    sepenuh-penuhnya yang bisa anda lakukan. Gambarkan

    semua detail di sekitar anda seperti cahaya, suara-

    suara, dan bau-bauan. Bawalah ke dalam fantasi atau

    bayangan sebanyak mungkin. Sekarang saya ingin anda

    melihat ke dalam diri anda secara mendalam dan

    sungguh-sungguh untuk sebisa mungkin secara intensif

    mengalami perasaan-perasaan anda yang berhubungan

    dengan peristiwa tersebut.

    Sekarang selma 30 menit saya ingin anda menjelajahi

    perasaaan-perasaan terdalam yang berhubungan

    dengan pengalaman emosional tersebut dengan

    menuliskan ke atas kertas yang ad didepan anda.

  • 30

    Gambarkan senyata dan sepenuh mungkin semua pikiran

    dan perasaan yang anda punya ketika and

    membayangkan peristiwa tersebut. Selama anda

    menulis , masuklah ke dalm perasaan anda, semakin ke

    dalam, dan ke dalam lai. Jangan menulis tentang emosi

    anda secara umum, tapi tentang bagaimana anda

    bereaksi secara emosional terhadap peristiwa khusus

    tersebut. Deskripsikan pikiran-pikiran dan perasaan-

    perasaan tersebut sedetail mungkin. Semua tulisan anda

    akan dirahasiakan. Jangan takut meneni ejaan, susunan

    kalimat, atau tata bahasa. Aturan satu-satunya adalah

    sekali anda memulai menulis, terus menerus lakukan itu

    sampai waktu anda habis.”

    12. Beri waktu selama 10-30 menit untuk klien menulis

    13. Menjelang akhir waktu, anjurkan klien membaca

    kembali tulisannya (klien dapat mengoreksi,ataupun

    menyempurnakannya).

    Tahap Juxtaposition/Feedback

    14. Anjurkan klien membaca kembali tulisannya bila perlu

    disempurnakan dan didiskusikan dengan orang

    terdekat.

    15. Tanyakan perasaan klien setelah sesi menulis

  • 31

    Tahap Aplication to the self

    16. Tanyakan kepada klien tentang kesulitan dan hambatan

    yang dirasakan klien selama sesi menulis.

    Perhatian :

    17. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan

    konsentrasi yang penuh

    18. Selama terapi, usahakan tetap menulis sampai waktu

    yang disediakan habis.

    19. Lakukan prosedur ini minimal 3 sesi

    TERMINASI Ucapkan salam

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Dalami, E, et al. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.

    CV Trans Info Medika

    Riyadi, S, et al. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Sumiati, et al. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling. Jakarta : Trans Info

    Media

    Kusumawati, F, et al. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba

    Medika

    Susanti R & Supriyantini S. 2013. Pengaruh Expressive Writing Therapy

    Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Berbicara Di Muka Umum Pada

    Mahasiswa. Jurnal Psikologi , Vol 9 No 2, Desember 2013