bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare,
2001 dalam Ahmad, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140
mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap
hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95
mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-
160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008).
Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National
Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama
atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90 (Diehl.2007).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu :
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan
merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah
banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil
curah jantung dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika
curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau
keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap
mekanisme penyebab hipertensi yaitu, genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan
natrium (gray.dkk, 2005).
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap
penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab
penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung
menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan
kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit
yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi
atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapa hipokalemia
bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan
mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air (Gray.dkk,
2005).
3. kriteria hipertensi
seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tekanan darah umumnya
diukur dengan manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan
diastolik, misalnya 120/70, yang berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg
dan diastolik 70 mmHg (Soeharto, 2004)
Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang
dewasa sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi
Sistolik Diastolik
˂ 130
131 – 159
160 – 179
180 – 209
˃ 210
˂ 85
86 - 99
100 – 109
110 – 119
˃ 120
Normal
Hipertensi ringan
Hipertensi sedang
Hipertensi berat
Hipertensi sangat berat
Sumber : AHA, Family Guide to Stroke
2.1.3 Etiologi
Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan
tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-
faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak makan garam, kurang gerak
badan dan penyumbatan pembuluh darah. Ini disebut hipertensi esensial. Kalau
seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi ringan,
dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat dengan
memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.untuk kasus-kasus
yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain
dari hipertensi dikenal sebagai hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah
yang kronis terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf,
renovaskuler dan lain-lain (soeharto,2004).
2.1.4 Tanda dan Gejala
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai
tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang
tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan
pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa.
Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit
kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila
terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini
menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya
sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus
optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan
orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar,
dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut
sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan
darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk
meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung
beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan
mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
1. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak
menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat
morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan
hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat
kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat
poligenik (Gray.dkk, 2005)
2. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi
mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular
yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004).
3. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding
pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray.dkk, 2005).
4. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok
daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika
Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai
dengan pertambahan usia disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2005).
5. Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya
hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% , mengkonsumsi
banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi
(Soeharto, 2004).
6. Garam dapur
Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur
keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam
diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau sodium chlorid
(NaCl). Pemasukan sodium mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi
garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan
volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat
sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus
menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus
sama dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh darah, jantung
harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi (Soeharto, 2004).
7. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-
paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang
lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 dalam wijaya, 2009 ).
2.1.6 Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2005).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,
2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2002).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2005).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki
dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan
sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema (Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan
saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian
(Corwin, 2005).
2.1.7 Pengobatan Hipertensi
1. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut
golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar
yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang
telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi,
misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok,
alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti
kegunaannya dan keamanannya bagi penderita
. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens.
2. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang
jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda- tanda dan
penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini
dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan
sarana yang canggih.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya
tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar
penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan
oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara
menghindari faktor risiko hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah
lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk
susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.
Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis
besar ada empat macam diet, yaitu :
a. Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai
dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari,
seniali 1,25-3,75 gram garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang
dari 1,25 gram garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi
(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan
diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat
gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain
sebagai berikut :
1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama
goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup,
dodol, kue, dan lain-lain.
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan
nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan yang
dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol darah.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan
berserat tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat
tinggi yaitu :
1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, papaya, mangga,
apel, semangka dan pisang.
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang
panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang
kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.
4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi
terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun.
Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal
yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25%
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :
bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih
banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan
darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan
berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.
4. Pengobatan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai
batas ideal.
2) Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam serta mengurangi
alkohol.
3) olahraga
4) berhenti merokok (Malasari. 2008).
2.2 Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat.
Menurut Friedman 1998, mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan indivdu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian keluarga
(Suprajitno, 2004 ).
Duvall mendefinisikan keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggotanya (Andarmoyo, 2012).
Menurut WHO 1969, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian saudara, adopsi atau perkawinan (Andarmoyo, 2012).
Menurut Logan’s 1979, keluarga adalah sebuah system sosial dan kumpulan
dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya
(Andarmoyo, 2012).
Menurut Gillis 1983, keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang
kompleks dengan atribut yang dimiliki, tetapi terdiri dari beberapa komponen yang
masing-masing mempunyai sebagaimana individu miliki (Andarmoyo, 2012).
Depkes RI 1988, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan (andarmoyo, 2012).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan dan adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap
memerhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial: yaitu, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial para anggotanya
(andarmoyo, 2012).
2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
1. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu.
2. keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga
dengan menstabilkan kebutuhan kasih saying, sosio-ekonomi dan kebutuhan
seksual.
4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas
seorang individu dan perasaan harga diri.
2.2.3 Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman dikutip oleh Wahit (2006),
yaitu:
1. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga, Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dan karena tanpa kesehatan kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya,perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2. Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat, Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan
tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3. Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan, Sering kali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakuakan di institut pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
(Suprajitno, 2004).
2.2.4 Fungsi keluarga
Secara umum fungsi keluarga (Fredman,1998) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi afektif ( the affective function) fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Funsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the productive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi ( the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang keluarga (Suprajitno ,2004).
2.2.5 Struktur Keluarga
Friedman 1988, dalam buku Mubarak, 2006 menggambarkan struktur
keluarga terdiri dari :
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim : yakin, mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas,
meminta dan menerima umpan balik. Penerima : mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik dan valid.
2. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bias bersifat
formal atau informal.
3. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain.
4. Struktur nilai dan normal
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga (Suprajitno, 2004).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung. Telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan mata. Pengetahuan seseorang terhadap
sobjek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010 ).
2.3.2 Tingkat pengetahuan
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah di tularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan
sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya : apa penyebab tekanan darah
tinggi, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orng tersebutharus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat. (Notoatmodjo, 2010).
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa factor internal dan eksternal
(Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih
baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.
Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap
perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi
taraf intelegensi individu.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang
mempunyai persepsi berbeda, meskipun objeknya sendiri.
3. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai
suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam
bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi
memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar. Motivasi
murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu
perilaku dan dirasaka suatu kebutuhan.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan), juga
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.
Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang
pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya
pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan
datang menentukan perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :
meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan
sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku
individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu
hubungan antara tingkat penghasilan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunaan
sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup. Informasi adalah penerangan,keterangan, pemberitahuan yang dapat
menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).
5. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan bayak waktu untuk membaca. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir
tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selam hidup :
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa
kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia
(Notoatmodjo, 2007).
6. Informasi/Media
Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediet impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah dan
lain-lain mempunyai pengaruh besarterhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya terhadap hal tersebut
(Notoatmodjo, 2007).
7. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
2.4 Sikap
2.4.1 Definisi Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Campbell
(1950) mendefinisikan sangat sederhana. Yakni : “An individual’s attitude is
syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas disini dikatakan
bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau
objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
kejiwaan yang lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap
adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu.dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
(tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010)
Gambar 2.1 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan
Komponen pokok sikap
Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaiman pendapat atau
keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaiman
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap
REAKSI
TERBUKA
(tindakan)
PROSES
STIMULUS
STIMULUS
(rangsangan)
REAKSI
TERTUTUP
(pengetahuan
dan sikap)
objek. Sebagai contoh butir a berarti bagaimana orang menilai terhadap
penyakit kusta, apakah penyakit kusta yang biasa saja atau penyakit yang
membahayakan.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap
adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
(tindakan). Misalnya tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas ,
adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.
Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total ettitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengtahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh : seorang ibu
mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir
dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit demam
berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga
ibu tersebut berniat (kecenderungan bertindak) untuk melakukan 3 M agar anaknya
tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat
melakukan 3M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah
(Notoatmodjo, 2010)
2.4.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinanya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. (Notoatmodjo, 2010).
2.5 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang pencegahan
Hipertensi
Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi adalah masalah
pengetahuan dan sikap, terutama pengetahuan dan sikap keluarga dalam
mengendalikan terjadi hipertensi itu sendiri. Semakin tinggi/besar pengetahuan dan
sikap keluarga maka akan semakin berpengaruh terhadap upaya pengendalian
hipertensi.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien
keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu
anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan
terpengaruhi, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian keluarga,
apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan hipertensi, maka
berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal.
Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan dengan
keluarga terhadap hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan program perawatan, karena keluarga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita hipertensi yang menuntut
pengorbanan ekonomi, social, psikologis yang lebih besar dari keluarga. Untuk
menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga diharapkan
mempunyai pengetahuan dan sikap tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu
perilaku perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan,
penatalaksanaan yang benar, cepat pada penderita hipertensi.
Perilaku perawatan pada penderita perlu dilakukan dengan tujuan terciptanya
status kesehatan yang lebih baik, penderita hipertensi yang muncul dan disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan keluarga. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup
baik akan berpengaruh pada sikap yang baik pula pada keluarga untuk melakukan
perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita hipertensi.
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka teori
Hipertensi
Pengertian
Etiologi
Gejala klinis
Komplikasi
Pengobatan
pencegahan
Sikap keluarga
Menerima
Menanggapi
Menghargai
Bertanggung jawab
Pengetahuan keluarga.
(Faktor yang
mempengaruhi) :
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Kejadian Hipertensi
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
2.8 Hipotesis Penelitian
Ha :
Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan
hipertensi dengan kejadian hipertensi.
H0 :
Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang
pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi.
Pengetahuan Keluarga
tentang pencegahan
hipertensi Kejadian hipertensi
Sikap Keluarga tentang
Pencegahan Hipertensi