bab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep kewilayahan ilmu

94
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu pembangunan wilayah merupakan ilmu yang relatif masih baru. Budiharsono (2001) menyebutkan bahwa ilmu pembangunan wilayah merupakan wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu: geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan wilayah setidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar analisis, yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis ekonomi; (3) analisis sosiobudaya; (4) analisis kelembagaan; (5) analisis lokasi; (6) analisis lingkungan. Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah, Universitas Sumatera Utara

Upload: duongthien

Post on 30-Dec-2016

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kewilayahan

Ilmu pembangunan wilayah merupakan ilmu yang relatif masih baru.

Budiharsono (2001) menyebutkan bahwa ilmu pembangunan wilayah merupakan

wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu: geografi,

ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu

lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan wilayah setidaknya

perlu ditopang oleh 6 pilar analisis, yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis

ekonomi; (3) analisis sosiobudaya; (4) analisis kelembagaan; (5) analisis lokasi; (6)

analisis lingkungan.

Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan

pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari

lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai

fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan

mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan

pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan

antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan

model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk

mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi

pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

teknik-teknik desain dan pemetaan hingga perencanaan, dan (3) aspek kebijakan,

mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, perumusan tujuan-tujuan pembangunan

serta proses melaksanakannya, mencakup proses-proses politik, administrasi, dan

manajerial pembangunan.

Secara harfiah, Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa regional science dapat

dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek dan kaidah-kaidah

kewilayahan, dan mencari cara-cara yang efektif dalam mempertimbangkan aspek-

aspek dan kaidah-kaidah tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan

kualitas hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini regional science tidak

didefinisikan sebagai ‘ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan

pembangunan di suatu wilayah’, karena pengertian demikian tidak memberikan

spesifikasi yang jelas terhadap bidang keilmuan regional science. Secara ilustrasi,

walaupun kata ‘di suatu wilayah’ itu dihilangkan, kita tetap bisa menangkap suatu

pemahaman bahwa setiap pembangunan pasti dilakukan pada suatu wilayah atau

areal tertentu. Padahal penambahan kata ‘wilayah’ ini dimaksudkan untuk

memberikan kekhasan bahwa regional science adalah bidang ilmu yang berbeda

dengan bidang-bidang ilmu perencanaan pembangunan lainnya, yakni dengan adanya

penekanan terhadap pentingnya pertimbangan dimensi kewilayahan.

Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan pentingnya ilmu

pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia dan wilayah pesisir

pada khususnya, dikarenakan :

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

1. Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana kegiatan-kegiatan

pembangunan saat ini dipusatkan di bagian barat. Konsentrasi demikian

menimbulkan isu pengembangan wilayah ‘outer island’ yang dapat

menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berdimensi wilayah.

2. Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada pembangunan daratan dari

lautan, sehingga pembangunan pesisir relatif tertinggal. Masyarakat pesisir

relatif lebih miskin dari wilayah daratan lainnya. Kondisi ini diperburuk dengan

posisi politik nelayan yang relatif lemah dibanding dengan posisi lainnya.

3. Letak geografis Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh faktor geologis dan

ekologis yang menyebabkan keragaman lingkungan.

4. Keragaman kultural menyebabkan adanya perbedaan persepsi terhadap

pembangunan.

5. Sifat pembangunan politik di Indonesia yang diwarnai oleh kekuatan politik

wilayah.

6. Adanya kebijakan otonomi daerah, yang merupakan antisipasi terhadap

maraknya tuntutan lepasnya beberapa daerah dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Diharapkan pemerintah dapat membangun sesuai kebutuhan

dan kemampuannya sendiri.

7. Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral, sehingga hasil yang dicapai

tidak optimal.

2.1.1 Teori Perencanaan (Theory Planning)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Lawton dan Rose (1995) , menyatakan bahwa perencanaan dapat dilihat

sebagai suatu proses di mana tujuan-tujuan, bukti-bukti faktual dan asumsi-asumsi

diterjemahkan sebagai suatu proses argumen logis kedalam penerapan kebijaksanaan

yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.

Kartasasmita (1997: 48); Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di

Indonesia menyatakan “Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah

proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki”. “...and situations as they are and find a way to solve problemes”

artinya perencanaan merupakan penerapan intelegensia untuk mengolah fakta-fakta

dan situasi apa adanya dan menemukan suatu cara untuk memecahkan masalah-

masalah.

Miraza (2005), Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu

kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya

alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan

dimanfaatkan secara efisiensi dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif

dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tarigan (2004), definisi perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai factor

noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan

tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang

akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut.

Perencanaan Wilayah, menurut Miraza (2004), adalah “suatu perencanaan

yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”.

Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan

stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun

pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan

potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun

potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan efficiently agar

pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan

masyarakat secara maksimal.

Disamping itu juga perlu ada pemikiran bagaimana dunia usaha dapat

berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua

keadaan ini bagi kelangsungan kepemerintahan yang baik.

Widodo (2006) perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat

arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara

maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh

wilayah.

Conyers & Hills (dalam Arsyad 1999), bahwa perencanaan adalah suatu

proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-

pilihan berbagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu pada masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Berdasarkan definisi diatas, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen dasar

perencanaan, yaitu :

1. Merencanakan berarti memilih;

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya;

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan;

4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

Secara garis besar, ada tiga kelompok model perencanaan, yakni konsistensi,

optimisasi dan simulasi. Model konsistensi terbentuk oleh sederetan persamaan

simultan. Beberapa tujuan pembangunan diupayakan untuk mencapai konsisten

dengan karakteristik utama berorientasi kesisi permintaan. Model optimisasi

menekankan pencapaian optimum dari suatu tujuan akibat kendala-kendala atau

keterbatasan sumber daya. Alat analisis yang populer dalam model optimisasi adalah

pemograman linier (linier programming). Model simulasi berorientasi kesuatu

percobaan terhadap sistem ekonomi yang dirumuskan melalui model. Pada

kenyataannya, tidak satupun model yang menyajikan hasil terbaik. Modifikasi dan

penggabungan sering dilakukan disesuaikan dengan kadar dan karakteristik ekonomi.

Sumodiningrat (2004), perencanaan pembangunan wilayah merupakan suatu

upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan

ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek

wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya

kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Pengembangan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari

semua kegiatan dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada dan memberikan

kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah

adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya dengan

penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antar daerah, antar sector serta antar

pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah (Anwar,

1999).

Berdasarkan defenisi, pendapat dan pandangan para pakar sebagaimana diatas

sintesa pendapat penulis terhadap perencanaan wilayah substansinya lebih mengena

kepada pandangan atau pendapat Miraza (2004) dimana perencanaan wilayah adalah

“suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu

tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan

kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok

pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada

bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber

daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara

fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada

kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Berdasarkan substansi ini nantinya penulis lebih focus pada potensi sumber

daya manusia dan peranannya sesuai dengan kewenangannya dalam mengelola

pembangunan daerah untuk mewujudkan Good Governance. Dan disamping itu

untuk memperkaya wawasan dalam penulisan dan pembahasan nantinya masih

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

diperlukan teori-teori yang relepansinya masih berkaitan dalam penelitian nantinya,

antaralain adalah sebagai berikut.

Inti dari teori perencanaan adalah proses perencanaan. Perencana baik

individual maupun kelompok membawa konsep – konsep utama.

Teori perencanaan, Moekijat, (1980) terdiri dari 3 (tiga) teori, yaitu :

1. Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah–

langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses

perencanaan untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.

2. Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu

yang relevan dengan bidang perencanaan.

3. Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang

menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya.

Untuk pembagian ketiga teori perencanaan tersebut, dapat dijelaskan berikut

ini :

1. Theory of Planning

Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah

langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses perencanaan

untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.

Prinsip – prinsip perencanaan :

- Memandang ke masa depan yang tidak berkepastian

- Mengetahui adanya masalah sosial ekonomi yang akut

- Menyadari adanya faktor internal dan eksternal yang harus ditanggapi

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

- Menyadari kebutuhan untuk menyusun langkah dan kebijakan secara kolektif.

Prosedur dan langkah – langkah perencanaan :

a. Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang

menyertakan seluruh warga.

b. Mengetahui fakta – fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta

memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi – situasi tertentu.

c. Mengkaji pilihan – pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan

dan sasaran dengan mengingatkan potensi dan hambatan yang ada.

d. Menentukan pilihan – pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbnagan normatif

maupun teknis didalam konyeks partisipatif.

e. Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam

pelaksanaan pilihan yang diambil.

f. Melakukan langkah – langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi,

penegakan, pemberian insentif dsb serta memantau pelaksanaan secara

sistematik dan teratur.

2. Theory in Planning

Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin

ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan. Oleh karena itu Theory in Planning

merupakan bagian dari Planning theory yang diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu

yang sesuai dengan bidang perencanaan. Artinya suatu rencana yang diterapkan dapat

berubah sesuai dengan kebutuhan, karena dalam penyusunan suatu rencana dalam

implementasi suatu proyek atau kegiatan, penerapan yang dibuat dapat disesuai

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

dengan kebutuhan proyek tersebut. Untuk lebih jelas mengenai Theory in Planning

akan di bahas pada sub topic berikutnya, yaitu pada poin C.

3. Theory for Planning

Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang

menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya. Dalam teori

untuk perencanaan (theory for planning) Prinsip Etika Perencanaan dapat dilihat

dalam peran perencanaan itu sendiri.

Kegiatan perencanaan di negara maju merupakan bagian dari proses untuk

merespon permasalahan sosial-ekonomi dan politik, bahkan sudah merupakan budaya

masyarakat dan terkait erat dengan sistem manajemen publik. Semakin maju budaya

politik dan sistem manajemen publik, semakin besar kontribusi perencanaan dalam

memberikan informasi kebijaksanaan, inovasi, dan input teknikal untuk mendukung

proses pengambilan keputusan bagi pihak pelaku berkepentingan baik sektor publik

dan sektor privat, maupun individual. Kegiatan perencanaan yang paling nyata

adalah sebagai bentuk tindakan alokasi dan inovasi dalam arena publik termasuk

sebagai alat pengarahan masyarakat (societal guidance). akan tetapi jika peran

pemerintah gagal atau tidak kurang efektif maka proses perubahan sosial akan

menguat melalui kekuatan sosial-politik masyarakat. Dalam keadaan normal,

tindakan perencanaan tetap memegang prinsip untuk tidak mengurangi ruang gerak

masyarakat dan mekanisme pasar.

Sedangkan substansi perencanaan dapat dilihat dari tujuan dari perencanaan itu

sendiri yaitu untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan masyarakat, serta

optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat

strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait dengan

sistem perencanaan makro (umum) dan mikro (spesifik), maupun terkait pada siklus

manajemen publik dan siklus manajemen kegiatan/proyek. Substansi perencanaan

pada dasarnya memuat produk gabungan antara rekayasa sosial-ekonomi dan

lingkungan fisik, dan juga memuat produk pengaturan yang dihasilkan dari

kesepakatan politik, kelayakan ekonomi, dan solusi teknikal untuk memberikan

pengarahan bagi masyarakat.

Dampak penting yang dihasilkan dari tindakan perencanaan: (1) meningkatnya

kemampuan masyarakat sebagai individu, keluarga, dan masyarakat sebagai pelaku

bagi proses perubahan sosial-ekonomi, (2) terciptanya tatanan sosial-politik yang

lebih akomodatif terhadap proses perkembangan masyarakat dan pasar, (3)

terbangunnya kapasitas kelembagaan pembangunan, (4) tersedianya informasi

kebijakan, inovasi, dan teknikal yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan

keputusan bagi para pelaku yang berkepentingan (stakeholders).

Nilai-nilai kegiatan perencanaan adalah rasionalitas pasar dan rasionalitas

sosial-politik, yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Oleh karena itu

seorang perencana harus memliki nilai dan moral yang menjadi pertimbangan dalam

membuat suatu perencanaan. Dalam perencanaan harus mempunyai nilai seperti

transparan, akuntabel, keadilan, dan partisipatif atau demokratis yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

a. Perencanaan yang transparan mempunyai ciri yaitu adanya proses

perencanaan yang mudah dimengerti, dimana informasi tentang produk dan

informasi kebijakan dan input teknikal tersedia dan aksesnya terbuka, dan pelaku

berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan

keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan.

b. Perencanaan yang akuntabel mempunyai ciri antara lain dapat

dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat, sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan, efisien dalam menggunakan sumberdaya, efektif dalam pemecahan

solusi masalah, memberi keleluasaan dan kemudahan, dan melihat kepentingan

masyarakat banyak.

c. Perencanaan yang berkeadilan mempunyai ciri antara lain dapat melihat

keseimbangan antara hak-hak individu dan dan kepentingan masyarakat banyak,

atau memberikan pemihakan kepada masayarakat yang lemah akses dan

kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan.

d. Perencanaan yang partisipatif atau demokratis dapat dicirikan sebagai

perencanaan yang mengadopsi prinsip interaktif, kesetaraan, dan kooperatif

dalam proses pengambilan keputusan secara bersama dengan

mempertimbangkan aspirasi semua pelaku yang berkepentingan dan bagi

kepentingan masyarakat banyak.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2.1.2 Teori Dalam Perencanaan (Theory In Planning).

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, teori dalam perencanaan tidak

dapat dipisahkan dengan teori perencanaan, karena teori dalam perencanaan adalah

merupakan subbagian dari teori perencanaan. Theory in Planning yaitu merupakan

teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan.

Suatu rencana yang telah ditetapkan walaupun itu perencanaan apa saja, apabila

terjadi kebuntuan atau kendala dalam pelaksanaannya maka tetap merujuk kembali

kepada teori perencanaan. Jadi dapat dikatakan bahwa teori perencanaan adalah

merupakan induk dari theory in planning. yang dalam penerapannya dapat berubah

sesuai dengan kebutuhan.

Perencanaan dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhannnya, untuk

dapat melihat penggunaan perencanaan dalam aplikasinya maka perencanaan dapat

terlebih dahulu dikenali melalui 3 konsep formal, yaitu upaya mengaitkan keilmuan

dan pengetahuan tehnikal bagi :

a. Tindakan di dalam domain publik (action in the public domain), yang diangkat

dari filosofi politik, berupa suatu tindakan baik pengubahan kondisi perilaku

rutin dan inisiasi dari sesuatu mata rantai konsekuensi agar tidak terjadi sesuatu

hal yang tidak diinginkan,

b. Proses pengarahan masyarakat (societal guidance), yang merupakan keterlibatan

peran pemerintah baik dalam bentuk alokasi dan inovasi,

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

c. Proses transformasi sosial (social transformation), yang merupakan suatu proses

politik atau gerakan sosial-politik masyarakat karena kekosongan peran

pemerintah dan pasar (Friedmann, 1987).

Kebutuhan terhadap kegiatan perencanaan akan semakin besar untuk dapat

memberikan informasi kebijakan, inovasi, dan input teknikal dalam proses

pengambilan keputusan oleh pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat. Dalam era

otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin penting dalam

kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik dimana dalam proses

manajemen publik tersebut instrumen perencanaan sangat penting untuk

mengantisipasi kondisi masa depan, mengarahkan masyarakat, dan mendorong proses

transformasi sosial.

Kegiatan perencanaan seharusnya dapat mensinkronkan berbagai kepentingan

para pelaku berkepentingan dan bekerja pada berbagai tingkatan pemerintahan, serta

terdapat keterkaitan antara kegiatan perencanaan makro dan mikro, serta keterkaitan

antara siklus manajemen publik (public management) dan siklus manajemen proyek

(project management) yang dilakukan oleh sektor publik dan sektor privat.

Teori dalam perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam/tipe

perencanaan, yang dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan

perencanaan itu sendiri. Berikut ini macam/tipe perencanaan dapat dijelaskan

sebagaimana berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Macam – macam perencanaan :

1. Berdasarkan Jangka Waktu, dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Perencanaan Jangka Panjang (Perspektif), yaitu : perencanaan yang

mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun.

b) Perencanaan Jangka Menengah, yaitu : Perencanaan yang mempunyai

rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun.

c) Perencanaan Jangka Pendek, yaitu : Perencanaan yang mempunyai rentang

waktu 1 tahun, biasanya perencanaan jangka pendek disebut juga rencana

operasional tahunan.

2. Berdasarkan Sifat Perencanaan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a) Perencanaan dengan Komando (planning by direction), yaitu : Sistem

Perencanaan yang terpusat kepada penguasa /pemerintah pusat, dimana

pemerintah pusat yang merencanakan, mengatur dan memerintahkan

pelaksaaan rencana sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan

sebelumnya. Perencanaan seperti ini bersifat menyeluruh dan mencakup

keseluruhan perekonomian.

b) Perencanaan dengan rangsangan (Planning by inducement), yaitu :

Perencanaan yang demokratis, dimana tidak ada paksaan tetapi berupa ajakan

namun tetap tunduk pada pengendalian dan pengaturan pemerintah.

3. Berdasarkan alokasi Sumber daya, dapat dibagi menjadi 2, Yaitu:

a) Perencanaan keuangan, yaitu : Perencanaan yang dibuat untuk memastikan

apakah permintaan dan penawaran bertemu dalam suatu mekanisme, dimana

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

kemampuan fisik dimanfaatkan sepenuh mungkin tanpa mengakibatkan

perubahan yang besar dan tak terduga pada struktur harga.

b) Perencanaan Fisik, yaitu : Suatu usaha untuk menjabarkan usaha

pembangunan melalui pengalokasian faktor produksi dan hasil produksi

sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan.

4. Berdasarkan Tingkat Keluwesan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Perencanaan Indikatif, yaitu : Perencanaan yang bersifat menyeluruh, dimana

badan perencana sampai menentukan hal – hal yang rinci seperti umlah yang

akan diinvestasikan pada masing – masing sektor, penetapan harga produk

dan faktor produksi dan jenis serta kualitas produk yang akan diproduksi.

b) Perencanaan Imperatif, yaitu: Perencanaa yang semua kegiatan dan sumber

daya ekonomi berjalan menurut komando negara, ada pengawasan

menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah terhadap faktor produksi.

Tipe perencanaan:

1. Perencanaan Fisik versus Perencanaan ekomomi :

Perencanaan Fisik, yaitu : Perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan

struktur fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna

tanah, perencanaan jalur transportasi/komunikasi, penyediaan fasilitas untuk

umum dll.

Perencanaan Ekonomi, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan perubahan

struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah – langkah untuk memperbaiki

tingkat kemakmuran suatu wilayah.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2. Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif :

Perencanaan alokatif, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan menyukseskan

rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi

kesepakatan bersama. Contoh : Suatu dinas dikabupaten yang diberi tugas

membuat rencana menaikkan produksi pangan sebesar 10%, dinas itu

kemudian membuat rencana kerja untuk menyukseskan tercapainya kenaikan

produksi sebesar 10%. Kepala dinas menetapkan apa yang harus dilakukan oleh

masing – masing bagian pada dinas tersebut tanpa mengubah wewenang dan

tanggung jawab masing – masing bagian.

3. Perencanaan inovatif,

yaitu Perencanaan yang lebih memiliki kebebasan baik dalam menetapkan target

maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target.

4. Perencanaan bertujuan jamak versus perencanaan bertujuan tunggal :

Perencanaan bertujuan jamak, yaitu Perencanaan yang memiliki beberapa tujuan

sekaligus. Misalnya : rencana pelebaran dan peningkatan kualitas jalan

penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, agar

perhubungan didaerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya pemukiman

baru dan mendorong bertambahnya aktifitas pasar didaerah tersebut.

5. Perencanaan bertujuan tunggal

yaitu perencanaan yang apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang

dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Misalnya

rencana pemerintah untuk membangun 100 unit rumah di suatu lokasi tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Perencanaan ini tidak mengaitkan pembangunan rumah dengan manfaat lain

yang mungkin dapat ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian.

6. Perencanaan bertujuan jelas versus perencanaan bertujuan laten :

Perencanaan bertujuan jelas, yaitu perencanaan yang dengan tegas menyebutkan

tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut dan dapat diukur keberhasilannya.

Misalnya tujuan perencanaan adalah menaikkan taraf hidup rakyat, sasarannya

adalah menaikkan pendapatan perkapita dari $ 400 menjadi $ 500 per tahun,

dalam jangka waktu 3 tahun yang akan datang.

7. Perencanaan bertujuan laten, yaitu perencanaan yang tidak menyebutkan sasaran

bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan. Misalnya,

tujuan seseorang ingin hidup lebih bahagia, kehidupan dalam masyarakat yang

aman, nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan.

8. Perencanaan Top Down versus Bottom Up :

Perencanaan Top Down, yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam

perencanaan tersebut berada pada institusi yang lebih tinggi, dimana institusi

perencana pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari

institusi lebih tinggi.

9. Perencanaan Bottom Up

Yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam perencanaan tersebut berada

pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi perencana berada pada level

lebih tinggi harus menerima usulan – usulan yang diajukan oleh insitusi

perencana pada tingkat yang lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

10. Perencanaan Vertical versus Horizontal :

Perencanaan Vertical, yaitu Perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi

antar berbagai jenjang pada sektor yang sama.

Perencanaan Horizontal, yaitu Perencanaan yang menekankan keterkaitan antar

berbagai sektor dapat berkembang secara sinergi.

11. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus yang tidak

melibatkan masyarakat secara langsung :

Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung, yaitu perencanaan

yang sejak awal masyarakat yelah diberitahu dan diajak ikut serta dalam

menyusun rencana tersebut.

Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara langsung, yaitu

perencanaan yang tidak melibatkan sama sekali peran serta masyarakat dan

hanya meminta persetujuan DPRD untuk persetujuan akhir.

2.1.3 Konsep Ruang dan Wilayah

Ruang atau kawasan sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir dan

lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah wadah

kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya meliputi

bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan. Konsep ruang mempunyai

beberapa unsur, yaitu: (1) jarak, (2) lokasi, (3) bentuk, dan (4) ukuran. Konsep ruang

sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala

kekayaannya membutuhkan organisasi/pengaturan ruang dan waktu. Unsur-unsur

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah

(Budiharsono, 2001).

Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu

unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung

secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi kegiatan-kegiatan

sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak

sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan sosial ekonomi dalam

ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap kegiatan

lainnya.

Rustiadi (2002) membagi konsep wilayah atas enam jenis. Adapun konsep

enam jenis wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Konsepkonsep

wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit geografis dengan batas-

batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah tersebut satu sama lain

saling berinteraksi secara fungsional; (2) Wilayah homogen, yaitu wilayah yang

dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah

tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat

heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi

sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam.

Dengan demikian konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam

penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan potensi/daya dukung

utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan

permasalahan masing masing wilayah; (3) Wilayah nodal, menekankan perbedaan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. konsep

wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel hidup” yang mempunyai inti dan

plasma. Inti adalah pusat-pusat pelayanan/pemukiman, sedangkan plasma adalah

daerah belakang (hinterland); (4) Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran

bahwa komponen-komponen di suatu wilayah memiliki keterkaitan dan

ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan; (5) Wilayah perencanaan adalah

wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada

wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan

secara integral; (6) Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan

bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh

suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah

yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering pula

wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah yang

mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-sendiri

dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.

2.1.4 Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan menurut Siagian (1994), adalah suatu usaha atau rangkaian

usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh

suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan

bangsa (nation building).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Sedangkan Kartasasmita (1994), memberikan pengertian pembangunan, adalah

suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara

terencana.

Bratakusumah (2005), dalam bukunya Perencanaan Pembangunan Daerah

mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli

manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep

pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan

sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena

perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula dan

ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan,

menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan suatu yang mutlak harus terjadi dalam

pembangunan.

Istilah pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai

kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, yang kondisi ekonomi awalnya kurang

lebih bersifat statis dalam kurun waktu cukup lama untuk menciptakan dan

mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional bruto atau GNP (gross

national product) nya pada tingkat 5 persen hingga 7 persen, atau bahkan lebih tinggi

lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Ukuran lain yang mirip dengan GNP, yakni

yang dikenal dengan istilah produk domestik bruto atau GDP (gross domestic

product) sama seringnya digunakan. Indeks ekonomi lainnya yang juga sering

digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

pendapatan perkapita (income per capita) atau GNP per kapita. Indeks ini pada

dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar outputnya

dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya (Todaro,

2000), dan ada tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis

konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki.

Ketiga komponen dasar tersebut adalah:

- Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar;

- Jati diri (selfesteem) yaitu menjadi manusia seutuhnya, serta

- Kebebasan (freedom) yaitu kemampuan untuk memilih.

Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap

orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung

dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam

berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya

sepanjang jaman.

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Antara lain adalah, menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat

pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam

memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.

Meier (1989) mendefinisikan pembangunan ekonomi, adalah suatu proses di

mana pendapatan perkapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara

terus menerus dalam jangka panjang; dengan syarat utama bahwa jumlah penduduk

yang berada dalam ”garis kemiskinan absolut” tidak bertambah dan distribusi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

pendapatan tidak menjadi lebih timpang. Kecenderungan menaik itu haruslah paling

tidak dua atau tiga dasawarsa- waktu sepanjang itu cukup sebagai indikasi untuk

melihat apakah suatu negara dalam keadaan berkembang atau tidak. Sejalan dengan

Meier, Chenery dan Syrquin (1989), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses peningkatan pendapatan per kapita yang disertai antara lain, dengan

proses transformasi dari suatu perekonomian yang dominan sektor primer atau

pertanian dan pertambangan menjadi makin dominan sektor industri, terutama

industri manufaktur dan sektor jasa.

2.1.5 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu

digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission on Environment

and Development, adalah “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat

ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhannya”. Konsep pembangunan yang berkelanjutan telah menjadi

kesepakatan hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia sejak KTT Bumi di Rio de

Janeiro 1992. Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama

yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya wilayah

pesisir dan lautan: (1) keharmonisan spasial, (2) pemanfaatan sumberdaya alam

secara optimal dan berkelanjutan, (3) membuang limbah sesuai dengan kapasitas

asimilasi lingkungan, dan (4) mendesain dan membangun prasarana dan sarana sesuai

dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Ketika kita memanfaatkan wilayah (perairan) pesisir sebagai tempat untuk

pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah

tersebut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasinya (assimilative capacity). Dalam

hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah kemampuan suatu ekosistem

pesisir untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya

kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi.

2.1.6 Proses Perencanaan Wilayah

Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut

perubahan paradigma dalam perencanaan dan keuangan daerah yang komprehensif

dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratisasi,

desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Keterbatasan sumber daya daerah

(hardware dan software) menyebabkan pemerintah daerah harus mampu

mengalokasikannya secara lebih efisien dan efektiv.

Dewasa ini, otonomi dan desentralisasi telah didukung oleh beberapa

perubahan Peraturan Perundangan, antara lain :

1. UU 17/2003 : Keuangan Negara

2. UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara

3. UU 25/2004 : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

4. UU 33/2004 : Perimbangan Keuangan

5. PP 20/2004 : Rencana Kerja Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No 25 Tahun 2004)

memberikan arahan penyusunan perencanaan di tingkat pemerintah pusat, daerah, dan

unit kerja (kementerian/lembaga/dinas), sebagaimana kerangka berikut:

NASIONAL/Sektor DAERAH/Prov/Kab/Kota

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah RP JM (5 Th)

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Satuan Kerja Peringkat

Daerah/RP JM-SKPD (5 Th)

Rencana

Kementrian/Lembaga/Rencana-KL

(5 Th)

Rencana Satuan Kerja Peringkat

Daerah (5 Th)

Rencana Pembangunan Tahunan

Nasional/Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) (5 Th)

Rencana Pembangunan Tahunan

Daerah/Rencana Kerja Peringkat

Daerah (RKPD) (5 Th)

Rencana Pembangunan Tahunan

Kementrian/Lembaga atau Rencana

Kerja Kementrian/Lembaga

(Renja-KL) (1 Th)

Rencana Pembangunan Tahunan

Satuan Kerja Peringkat Daerah atau

Rencana Kerja Satuan Kerja Peringkat

Daerah (Renja-SPKD) (1 Th)

Gambar 1. Perencanaan Pembangunan

KEGIATAN EKONOMI RAKYAT SEJAHTERA • Jumlah penduduk naik menjadi 8,2% th 2009

• Pengangguran 5,1% th 2009

• Pertumbuhan ekonomi 7,6% th 2009

PEMBUKAAN UUD 45

• Melindungi Segenap Bangsa Indonesia

• Memajukan Kesejahteraan Umum

• Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

• Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (20 Tahun)

VISI, MISI, PROGRAM PRESIDEN RI (5 Tahun)

• Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai

• Menciptakan Indonesia Yang Adil dan Demokratis

• Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

VISI, MISI, PROGRAM

KEPALA DAERAH (5 Tahun)

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Gambar 1. Perencanaan Pembangunan

Gambar 1 menunjukkan Sistem Perencanaan Pembangunan berdasarkan atas

UU No.25 Tahun 2004 untuk tingkat nasional dan daerah. Dalam rangka

pelaksanaan UU No.25 Tahun 2004 dan UU No. 17 Tahun 2003, pedoman

penyusunan indikator kinerja, pemantauan dan evaluasi anggaran berbasis kinerja

sangat diperlukan oleh pelaku aktivitas.

2.2 Hubungan Perencanaan Wilayah Dengan SDM Dan Kualitas Perencanaan

Seorang perencana bertugas untuk mengatur proses perencanaan di tingkat

daerah. Tugas ini bersifat komprehensif atau menyeluruh, sehingga membutuhkan

pengetahuan intersektoral yang luas dan berkemampuan merencanakan pada tiga

bidang utama perencanaan pembangunan daerah, yang menurut Poppe (1995 : 45),

meliputi :

a. Perencanaan Sumber Daya Alam

b. Perencanaan Sosial Ekonomi

c. Perencanaan Fisik dan Infrastruktur

Di samping itu, ia juga mengatakan bahwa seorang perencana harus memiliki

kualifikasi yang berorientasi manajemen yang menyangkut empat tahap perencanaan

yang utama, yaitu :

a. Analisis wilayah

b. Prospek pembangunan

c. Perencanaan dan pembuatan program

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

d. Pelaksanaan rencana, monitoring dan evaluasi

Untuk itu, Manfred Poppe mengemukakan hal-hal yang harus ditangani oleh

perencana daerah, terutama yang menyangkut masalah organisasional dan

operasional, yaitu :

a. Mengenal masalah-masalah pembangunan daerah, sumber daya dan kebutuhan

ekonomi sebagaimana dirasakan oleh penduduk.

b. Menganalisis kecenderungan dan hambatan pembangunan serta meramalkan

pembangunan demografik dan ekonomi.

c. Menyusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

d. Mengembangkan strategi dan alternatif kebijaksanaan, serta merancang rencana

program pembangunan daerah.

e. Menyebarkan dan menghubungkan rencana daerah dengan rencana dan

kebijaksanaan daerah dan nasional.

f. Menganjurkan pertimbangan kebutuhan lokal dalan kebijaksanaan nasional.

g. Menaksir pengaruh rencana dan program secara sosial, ekonomi dan ekologi.

h. Mengatur proses pembuatan keputusan dan partisipasi pada tingkat dan masalah

yang berbeda.

i. Mengenal dan merancang proyek-proyek individu dan menaksir kelayakannya

untuk pelaksanaan lokal.

j. Mengembangkan dan menggunakan instrumen pelaksanaan, penyelenggaraan

dan pengendalian rencana dan program.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

k. Memonitor dan mengevaluasi proyek, rencana dan program serta merencanakan

ulang sesuai dengan perubahan kondisi.

Terkait dengan masalah tugas perencana tersebut, LAN (1999)

mengemukakan bahwa tugas perencana pembangunan meliputi :

a. Mengumpulkan dan menganalisis berbagai indikator kondisi sosial ekonomi.

b. Mengumpulkan dan menganalisis data sektor penting perekonomian.

c. Mengidentifikasi hubungan antar-sektor dan bidang kegiatan esensial untuk

persoalan mendasar.

d. Menunjukkan pendekatan/alternatif pembenahan, masalah sektor dan

perekonomian.

e. Memberi identifikasi penjelasan alternatif (beserta keterkaitan sektoralnya)

kepada pengambil keputusan.

f. Menyusun tindak lanjut pasca keputusan.

g. Memantau indikator kesejahteraan ekonomi.

h. Melaksanakan evaluasi.

2.2.1 Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Kewilayahan

Strategi pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah pada

dasarnya diarahkan untuk (1) mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di

luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di

wilayah Jawa-Bali dan Sumatera; (2) meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui

peningkatan perdagangan antarpulau untuk mendukung perekonomian domestik; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

(3) meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan

di tiap wilayah, (4) Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan

strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar

dan daerah rawan bencana; serta (5) Mendorong pengembangan-pengembangan di

tiap wilayah mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang berbasiskan perencanaan

wilayah darat melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berbasiskan

perencanaan wilayah laut melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut.

Selain itu, strategi pembangunan juga mengacu pada paradigma Pembangunan

untuk Semua (Development for All). Paradigma ini bertumpu pada 6 (enam) strategi

dan arah kebijakan, yaitu:

Pertama, strategi pembangunan inklusif yang mengutamakan keadilan,

keseimbangan dan pemerataan. Semua pihak harus dan ikut berpartisipasi dalam

proses pembangunan melalui penciptaan iklim kerja untuk meningkatkan harkat

hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan

dan menikmati hasil-hasil pembangunan terutama masyarakat yang tinggal di

kawasan perbatasan, kawasan perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan

daerah pulau terdepan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi

pengangguran dan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri; serta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan

Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan

program yang diarahkan langsung untuk mendorong pembangunan yang lebih

inklusif.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Kedua, strategi pembangunan berdimensi kewilayahan. Strategi pembangunan

wilayah mempertimbangkan kondisi geografis, ketersediaan sumber daya alam,

jaringan infrastruktur, kekuatan sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia

menyebabkan yang tidak sama untuk setiap wilayah. Strategi pembangunan wilayah

juga memperhitungkan basis daratan dan basis kepulauan atau maritim sebagai satu

kesatuan ruang yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, strategi pembangunan

berdimensi kewilayahan memperhatikan tata ruang wilayah Pulau Sumatera, Pulau

Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan

Maluku dan Pulau Papua. Dengan strategi ini, kebijakan pembangunan diarahkan

untuk mengoptimalkan potensi dan keunggulan daerah dan membangun keterkaitan

antarwilayah yang solid termasuk mempercepat pembangunan pembangkit dan

jaringan listrik, penyediaan air bersih, serta pengembangan jaringan transportasi

(darat, laut dan udara) dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan

jasa, penduduk, modal dan informasi antarwilayah.

Ketiga, strategi pembangunan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi

antarwilayah secara baik. Dalam hal ini perhatian terhadap pengembangan pulau-

pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni daerah

sebagai modal dasar yang dikelola secara terintegrasi dalam kerangka geoekonomi

nasional yang solid dan kuat. Dengan kesatuan ekonomi nasional yang kuat untuk

lima tahun mendatang, maka posisi tawar Indonesia dalam globalisasi percaturan

perekonomian dunia, secara geo-ekonomi berada pada posisi yang lebih kuat, dan

lebih berdaya saing. Kebijakan untuk memperkuat integrasi sosial dan ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

antarwilayah diarahkan pada pengembangan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat

perdagangan di seluruh wilayah terutama di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,

Maluku dan Papua.

Keempat, strategi pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi

lokal menjadi penting dan mendesak sebagai upaya memperkuat daya saing

perekonomian nasional. Para gubernur, bupati dan walikota mempunyai kewenangan

yang luas dan peran dominan dalam pengembangan ekonomi lokal. Peran pemerintah

dan pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan daerah pada intinya

mempunyai arah sebagai berikut:

1. Menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang;

2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi

seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar;

3. Mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan

kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum

berkembang; (4) memperkuat kerjasama antardaerah; dan

4. Membentuk jaring ekonomi yang berbasis pada kapasitas lokal dengan

mengkaitkan peluang pasar yang ada di tingkat lokal, regional dan

internasional;

5. mendorong kegiatan ekonomi bertumpu pada kelompok, termasuk

pembangunan prasarana berbasis komunitas; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

6. Memperkuat keterkaitan produksi-pemasaran dan jaringan kerja usaha kecil-

menengah dan besar yang mengutamakan keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif daerah.

Kelima, strategi pembangunan disertai pemerataan (growth with equity) yang

bertumpu pada keserasian pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dalam menciptakan

kesempatan kerja (pro-jobs) dan mengurangi kemiskinan (pro-poor) yang tetap

berdasarkan kelestarian alam (pro-environment). Kebijakan pembangunan diarahkan

untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah (domestic interconnectivity),

membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis

sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di

Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan

prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik

dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan

minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) merupakan salah satu dorongan untuk menciptakan dan membangun

pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.

Keenam, strategi pengembangan kualitas manusia. Orientasi pembangunan

adalah peningkatan kualitas manusia (the quality life of the people) sebagai bagian

dari penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat terutama

pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan,

sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan. Oleh sebab itu, kebijakan

pembangunan akan diarahkan pada peningkatan akses dan mutu layanan dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

termasuk pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih,

perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan terutama bagi

masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan, pulau-pula terluar

dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan meningkatnya kualitas manusia,

kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan membaik secara merata di seluruh

wilayah.

Salah satu hasil penelitian yang mengkaitkan tentang kewilayahan,

pengembangan wilayah dan peningkatan SDM adalah Penelitian yang dilakukan oleh

Jarisding, La Ode (2006) tentang Potensi Dan Masalah Perkembangan Wilayah Di

Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara memberikan gambaran berbagai permasalahan

permasalahan perkembangan wilayah di daerah adalah: (1) Kurang memanfaatkan

potensi terkait dengan fenomena perkembangan wilayah masa lalu; (2) Konflik

perwilayahan dalam penataan ruang; (3) Lemahnya kekuatan endogen, berupa

keterbatasan sarana prasarana, SDA, pariwisata, SDM dan tenaga kerja; (4) Sosial-

ekonomi; (5) Situasi politik lokal; (7) Letak geografis; (8) Globalisasi dan teknologi.

Untuk menjawab Research Question dan untuk mengetahui potensi endogen dan

eksogen perkembangan wilayah, maka dilakukan langkah-langkah: analisis potensi

dan masalah perkembangan wilayah Kabupaten Muna berdasarkan fenomena sejarah;

analisis potensi dan masalah perwilayahan; analisis potensi endogen wilayah dan

permasalahannya; analisis potensi dan masalah perekonomian; analisis potensi dan

masalah politik lokal terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Muna. Metode

analisis yang digunakan adalah orde kota, Jarak dan waktu tempuh minimum ke pusat

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

pelayanan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah perwilayahan; peran sektor,

struktur perekonomian dan daya dukung lahan pertanian untuk mengidentifikasi

potensi dan masalah perekonomian Kabupaten Muna.

Pada keseluruhan analisis juga menggunakan metode pemetaan potensi.

Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah perkembangan wilayah di Kabupaten

Muna, secara keseluruhan Kabupaten Muna kurang berkembang terutama Pulau

Buton Bagian Utara dan faktor utama penyebabnya adalah kondisi politik lokal.

Kebijakan-kebijakan politik pembangunan selama ini belum maksimal dalam

mendorong perkembangan wilayah. Kondisi politik yang demikian menyebabkan

kekuatan endogen dan eksogen wilayah yang harusnya merupakan modal utama

pembangunan tidak termanfaatkan dengan baik. Fenomena-fenomena yang terjadi

berhubungan dengan kebijakan politik pembangunan yang kurang berorientasi pada

kekuatan endogen dan eksogen wilayah di Kabupaten Muna adalah: (1) Potensi

integrasi atau penyatuan wilayah pada jaman Kerajaan Muna, cenderung menjadi

masalah dengan mengemukanya sifat primordialisme; (2) Penentuan pusat pelayanan

dalam Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) tidak tepat, sehingga pelayanan

masyarakat tidak optimal; (3) Disparitas pembangunan infrastruktur antara Pulau

Buton dan Pulau Muna; (3) Potensi sumberdaya alam dan pariwisata belum dikelola

dan dimanfaatkan; (4) Konstribusi komoditas ekspor utama Kabupaten Muna

terhadap perkembangan wilayah sangat kurang. Untuk meminimalisir permasalahan

perkembangan wilayah di Kabupaten Muna, dilakukan beberapa strategi: (1)

Melakukan regionalisasi desentralistik dengan model kerjasama antar kabupaten/kota

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

yang didasari inisiatif dan komitmen bersama untuk membangun wilayah; (2) Hal

mendasar perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Muna terhadap pembangunan

wilayah di Buton Utara adalah membangun infrastruktur jalan, membangun prasarana

pendidikan terutama gedung SLTP dan SLTA, membangun Puskesmas fasilitas rawat

inap serta menambah tenaga dokter, membangun jaringan air bersih, listrik,

telekomunikasi dan membangun kantor pelayanan pemerintah satu atap; (3) Merevisi

kembali penentuan pusat pelayanan dalam SWP; (4) Untuk meningkatkan Value

Added komoditas ekspor utama Kabupaten Muna, maka perlu pembangunan industri

pengolahan komoditas jambu mete dan optimalisasi industri pengolahan kayu jati

yang didukung dengan kebijakan investasi dipermudah; (5) Hal yang sangat

dibutuhkan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Muna adalah tingkat

integritas dan profesionalisme yang tinggi para penentu kebijakan.

Beberapa studi tentang berbagai persoalan dalam pemekaran daerah pernah

dilakukan antara lain oleh Bappenas (2005), Lembaga Administrasi Negara (2005),

dan Departemen Dalam Negeri (2005). Untuk melengkapi studi tersebut, telah

dilakukan studi evaluasi oleh Building and Reniventing Decentralised Governance

(“BRIDGE”) yang dirancang untuk mencapai tiga tujuan:

a. Mengevaluasi perkembangan pemekaran daerah dalam aspek ekonomi,

keuangan pemerintah, pelayanan publik dan aparatur pemerintahan, serta

dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat;

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

b. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam masa pemekaran daerah,

khususnya dalam aspek ekonomi, keuangan pemerintah, pelayanan publik dan

aparatur pemerintahan;

c. Merumuskan rekomendasi kebijakan berkaitan dengan pemekaran daerahHasil

dari studi pemekaran daerah ini menunjukkan temuan yang patut untuk

diperhatikan dari masingmasing aspek yang dianalisis.

Tim studi menyimpulkan dalam jangka pendek diperlukan perubahan pola

belanja aparatur pemerintah daerah, supaya pembangunan mampu menciptakan

permintaan baru terhadap peningkatan pelayanan publik. Aparatur pemerintah daerah

harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas aparatur sesuai dengan kompetensi

aparatur yang diperlukan oleh daerah, mulai dari tahap penerimaan tetapi juga

mencakup promosi dan mutasi aparatur. Di samping itu, diperlukan penataan aparatur

pada daerah transisi. Hal ini secara nasional perlu dibuat semacam grand design

penataan aparatur, khususnya aparatur pada tingkat pemerintah daerah. Dengan kata

lain diperlukan dukungan lebih besar dari pemerintah pusat kepada daerah induk yang

melakukan persiapan pemekaran berdasarkan PP 129/2000 dan juga daerah

pemekaran. Langkah ini tidak dengan sendirinya berarti terjadi desentralisasi, tetapi

mengakui peranan pemerintah pusat dalam menjaga tercapainya pembangunan

berkualitas daripada asal pembentukan daerah-daerah pemerintahan baru. Hal ini

selain merupakan azas pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan juga

mencerminkan prioritas nasional yang berkaitan dengan proses desentralisasi dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi, untuk mengetahui

seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan pelayanan kepada

masyarakat. Semakin banyak jumlah aparatur yang berhubungan langsung dengan

pelayanan publik, semakin baik pula ketersediaan pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah. Dalam evaluasi pemekaran daerah terdapat tiga indikator utama yang

dapat menunjukkan ketersediaaan dan kualitas aparatur pemerintah, yakni salah

satunya adalah Tingkat pendidikan merefleksikan tingkat pemahaman dan

pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin besar pula potensi

untuk meningkatkan kualitas kerjanya.

2.2.2 Teori Organisasi

Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dalam konteks organisasi, serta

sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak

faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun

model-model dari faktor-faktor manusia/SDM dan psikologi yang mempengaruhi

organisasi gerakan hubungan antar manusia, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan

individu di dalam organisasi, dan juga perilaku organisasi dapat memainkan peranan

penting dalam perkembangan organisasinya dan keberhasilan kerja.

Mooney (1954), organisasi adalah segala bentuk setiap perserikatan orang-

orang, untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Millet (1994) organisasi

adalah sebagai kerangka struktur di mana pekerjaan dari beberapa orang

diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Dan menurut Effendi

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

(1997), organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-

hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.

Dalam perkembangan organisasi, perilaku organisasi mempunyai peranan

penting sebagai pemicu keberhasilan suatu organisasi. Perilaku Organisasi menjadi

semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang

dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien.

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana

seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap

kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Pada perilaku

organisasi juga mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari

ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin lain yang terkait

dengan studi organisasi adalah studi tentang sumber daya manusia, psikologi

industry, perilaku organisasi dan komitmen organisasi.

2.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia

Paradigma manusia sebagai sumber daya adalah, di satu sisi sumber daya

manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi

sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia menjadi

objek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain, sumber

daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau asset utama dalam proses

pengembangan organisasi yang berperan memanajemeni dan memberdayakan sumber

daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia

itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Plunkett & Attner (dalam Loka 2004), konsep sumber daya manusia

menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource yang berperan untuk

merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan, dan mengendalikan organisasi

beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.

Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya

manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok

sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami

filosofi, visi, tujuan dan budaya organsiasi. Sementara organisasi belajar untuk

memahami karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan

mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan

penghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia

sesuai dengan kinerjanya (Loka, 2004).

Flippo (dalam Yuli 2005), menyajikan sebuah kerangka dalam memahami

pengertian manajemen sumber daya manusia (personalia). Dalam pandangannya,

manajemen personalia dapat dipahami dari dua kategori fungsi, yaitu fungsi

manajemen dan fungsi operasional. Dengan membagi fungsi manajemen personalia

ke dalam dua kategori, maka dirumuskan sebuat defenisi manajemen personalia, yaitu

; proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas

pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan

pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran

perorangan, organisasi dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang

memberikan kompensasi, integrasi, pemeliharaan, cara pengadaan tenaga kerja,

melakukan pengembangan, kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

Ada tiga pengertian sumber daya manusia, (Nawawi,1997) , yang masing-

masing adalah sebagai berikut :

a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu

organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

b. Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi

dalam mewujudkan eksistensinya.

c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi

sebagai modal (non material/non financial).

Perencanaan Sumber Daya Manusia dengan berorientasi pada hasil analisis

pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi, baik dari segi kuantitatif

(jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah pekerja

yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan

seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja

dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang menunjangnya, tetapi juga

dalam memasarkannya yang memerlukan kemampuan memberikan pelayanan yang

berkualitas.

Nawawi (1997) Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses

mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

tenaga kerja ke dalam dan keluar organisasi. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa

tujuannya adalah untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar memiliki

sejumlah pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang

kapan dan yang manapun mengalami kekosongan.

.Dalam study organisasi, ada beberapa peran penting yang dilakukan SDM

dalam mencapai tujuan suatu organisasi, antara lain perilaku dan membangun

komitmen, demi untuk menciptakan kepuasan kerja pada organisasi tempat bekerja.

Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan di mana seorang

karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.

Robbins (2001), bahwa keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak

pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang

tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi

sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa,

maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu menjalankan

kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang

kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja.

L. MATHIS Dan JACKSON (2001), komitmen organisasi adalah tingkat

sampai di mana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya

tercermin dalam ketidak hadiran dan angka perputaran karyawan.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

GRIFFIN (1994), komitmen organisasi (organizational commitment) adalah

sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada

organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan

melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.

ROBBINS (1994), komitmen organisasi adalah sebagai :

1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi;

2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan

3. keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. dengan kata

lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi

dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan

perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang

berkelanjutan.

ALLEN DAN MEYER (1996), ada tiga dimensi komitmen organisasi adalah

:Komitmen efektif (effective commitment) : Keterikatan emosional karyawan, dan

keterlibatan dalam organisasi.

1. Komitmen berkelanjutan (continuence commitment) : Komitmen berdasarkan

kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini

mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,

2. Komitmen normatif (normative commitment) : Perasaan wajib untuk tetap berada

dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal

benar yang harus dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Dessler(2000), memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan

sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan

meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan :

1. Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis, mempekerjakan

manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.

2. Memperjelas dan mengkomunikasikan misi; Memperjelas misi dan ideologi;

berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan

orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi.

3. Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang

komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.

4. Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai;

keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul

bersama.

5. Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi; memberikan

pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan;

mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas perkembangan;

menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.

2.2.4 Manajemen Pemerintahan

Manajemen didefenisikan sebagai proses kerja sama dengan dan melalui

orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. (Hersey dan

Blanchard, 1982)

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari Undang-Undang

22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah mendefenisikan pemerintahan adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat (pemerintah).

Dari defenisi organisasi dan pemerintahan di atas, maka dapat disimpulkan;

yang dimaksud dengan organisasi pemerintah adalah sebagai pola komunikasi yang

lengkap dan hubungan-hubungan lain dalam suatu penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah.

Kemudian unsur-unsur organisasi menurut Nawawi (2005) adalah sebagai

berikut :

1. Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih.

2. Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma perilaku.

3. Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama.

4. Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik material/finansial maupun

non material/non finansial.

Selanjutnya organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi manapun di

dunia, karena organisasi pemerintah memiliki tiga hal penting yang merupakan

wewenangnya yaitu sebagai berikut :

1. Bila organisasi lain tidak diperkenankan membunuh orang lain bahkan dapat

dituntut, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut hukum

mati.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2. Bila organisasi lain tidak diperkenankan mengurung orang walaupun dalam

waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya

disebut juga penjara atau lembaga pemasyarakatan.

3. Bila organisasi lain tidak diperkenankan memungut uang dengan paksa tanpa

alasan yang jelas karena pemberian jasa tertentu, maka organisasi pemerintah

diperbolehkan biasanya disebut dengan pajak. (Syafiie, 2004)

Ketentuan pokok kelembagaan pemerintah, adalah menyangkut mekanisme,

bentuk, dan susunan kelembagaan daerah beserta perangkatnya. Ketentuan tersebut

terdapat dalam UU No.22/1999 dan PP No.84/2000, dan telah diperbaharui dengan

PP No.41 Tahun 2007.

Kelembagaan pemerintahan daerah adalah organisasi yang ada di dalam

daerah. Sedangkan perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada

pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dan membantu

kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perangkat daerah terdiri atas

sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan

kelurahan/desa.

Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh dilaksanakan oleh kabupaten

dan kota. Sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi terbatas. Provinsi tidak

membawahi kabupaten dan kota, tetapi dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan

terdapat hubungan koordinasi, kerja sama, dan/atau kemitraan sesuai kedudukan

masing-masing. (Warseno, 2002)

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Menurut Prajudi manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari

pada semua faktor serta sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan

untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu.

Manajemen baru merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan

sumber daya yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayakan, masuk ke dalam

kancah karya, yaitu manusia. Oleh karena itu, manajemen menekankan pada

pengendalian dan pendayagunaan manusia itu sendiri.

Manajemen pemerintahan di Indonesia, koordinasi menempati peranan

penting karena begitu banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya

koordinasi, kendati keseluruhannya itu dapat disinkronkan, diatur demi tujuan dan

kepentingan bersama. (Syafiie, 2004)

Organisasi pemerintahan secara menyeluruh dilihat dari segi administrasi

pembangunan, harus mampu mendesain rencana dan program-programnya yang

diharapkan mendorong proses pembangunan. Sebagai contoh pembangunan

ekonomi, ini berarti kemampuan untuk mendesain kebijakan dan rencana

pembangunan ekonomi. Hal inii memerlukan mekanisme hubungan tata kerja

sedemikian rupa, sehingga hasil kebijaksanaan atau rencana pemerintah tersebut tetap

bersifat konsisten.

Kemampuan badan-badan pemerintahan tingkat pusat terutama bersifat

operasional untuk menyebarkan kegiatan pemerintahan, guna melingkupi seluruh

wilayah negara dalam usaha merealisir kebijaksanaan dan rencana tersebut. Sehingga

dengan demikian, struktur organisasi badan-badan pemerintah diabadikan bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

kepentingan perumusan kebijaksanaan, untuk usaha pembangunan yang

komprehensif dengan kemampuan merealisir dan mengevaluasi program-program

yang bersifat pembangunan. (Tjokroamidjojo, 1978)

Pembangunan daerah pasti akan melibatkan berbagai unsur/pihak/komponen,

baik sebagai objek maupun sebagai subjek. Tingkat keterlibatan berbagai komponen

tersebut akan terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan peran. Variasi fungsi dan

peran tersebut menyebabkan perbedaan kepentingan yang beragam pula. Karena

perbedaan itulah, diperlukan adanya koordinasi dalam proses pembangunan, sehingga

diharapkan proses pembangunan dapat dilaksanakan secara sinergis dan harmonis

antar komponen-komponen yang berbeda tersebut. (Riyadi dan Bratakusumah,

2003)

Menurut Salam (2004) Manajemen Pemerintahan Daerah di Indonesia

dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan hak otonomi yang luas,

nyata, dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat oleh Ketetapan MPR Nomor

XV/MPR/I/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang berisikan

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,

serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga

dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsanya

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dibentuk dan disusun dalam rangka

pelaksanaan asas desentralisasi. Daerah-daerah tersebut berdiri sendiri dan tidak

mempunyai hubungan hirarki satu sama lain. Daerah provinsi sebagai daerah otonom

dan wilayah administrasi melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang

didelegasikan kepada Gubernur. Daerah provinsi bukanlah pemerintah atasan dari

daerah kabupaten dan daerah kota.

Kedudukan provinsi sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah

administrasi dengan pertimbangan sebagai berikut :

Kewenangan daerah mencakup kewengan dalam seluruh bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan

keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.

Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional

dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan,

system administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan

pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam, serta

teknologi tinggi yang strategi, konservasi, dan standardisasi nasional.

Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup, kewenangan dalam

bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta kewenangan

dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya, termasuk kewenangan yang tidak atau

belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota. Kewenangan provinsi

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan

yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah (pusat).

Dalam mengelola (manajemen) sumber daya nasional yang tersedia di

wilayahnya, daerah bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan daerah di wilayah laut meliputi

:

a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas

wilayah laut tersebut.

b. Pengaturan kepentingan administratif.

c. Pengaturan tata ruang.

d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang

dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah.

e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota mencakup semua

kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan sebagaimana pada

daerah provinsi. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah

kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan

kebudayaan, pertanian, perhubungan, industry dan perdagangan, penanaman modal,

lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, maka kedudukan eksekutif dan legislatif dipisahkan secara

tegas, meskipun dalam melaksanakan tugasnya mereka selalu saling berhubungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Bab I Pasal 1 Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa pemerintah daerah adalah

Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif

Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Badan Legislatif Daerah.

Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai Kepala

Eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah Provinsi

disebut Gubernur yang karena jabatannya adalah juga sebagai Wakil Pemerintah

(pusat). Sebagai Kepala Daerah, Gubernur bertanggung jawab kepada DPRD

Provinsi. Sebagai Wakil Pemerintah (pusat) Gubernur berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati. Kepala Daerah Kota disebut

Walikota. Bupati/Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota.

Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali masa

jabatan. Kepala Daerah dilantik oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk atau

nama Presiden. Penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dipimpin oleh Kepala

Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. Laporan atas

penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib disampaikan oleh Kepala Daerah kepada

Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur bagi

Kepala Daerah Kabupaten/Kota, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau

apabila diminta oleh Presiden.

Penyampaian pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD

dilaksanakan pada setiap akhir tahun anggaran. Apabila pertangungjawaban tersebut

ditolak oleh DPRD, maka Kepala Daerah harus melengkapi dan/atau

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

menyempurnakannya dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari. Setelah itu

baru diajukan kembali. Bila pertanggungjawaban tersebut ditolak kembali maka

DPRD dapat mengusulkan pemberhentiannya kembali.

Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam

melaksanakan kewajibannya, mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintahan di

daerah, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan ia melaksanakan

tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.

Perangkat daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan lembaga

teknis daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan daerah. Sekretariat Daerah dipimpin

oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah Provinsi karena jabatannya adalah

Sekretaris Wilayah Daerah. Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala

Daerah. Kewajibannya adalah membantu Kepala Daerah menyusun kebijakan serta

membina hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis, dan unit pelaksana lainnya.

Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Pimpinannya

adalah seorang Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dari Pegawai Negeri

Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Dinas bertanggung

jawab kepada Kepala Daera melalui Sekretaris Daerah.

Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam

rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan

perundangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas

kuasa peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, maka Kepala Daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

menetapkan Keputusan Kepala Daerah. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam

Lembaran Daerah.

2.2.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Pemberdayaan (empowerment) merupakan alat penting dan strategis untuk

memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kinerja organisasi, baik organisasi

yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam

kegiatan dunia usaha/swasta. Mengapa penting dan strategis, karena pemberdayaan

dalam suatu organisasi adalah memberikan “daya yang lebih” daripada daya

sebelumnya terhadap berbagai hal seperti : unsur-unsur dalam organisasi /

manajemen, aspek – aspek / komponen - komponen organisasi / manajemen,

kompetensi, wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi/manajemen tersebut.

Pemberdayaan dimaksudkan dalam hal ini adalah memberikan “daya” (energy atau

power) yang lebih dari pada sebelumnya, artinya dapat ditunjukkan dalam hal:

tenaga, daya, kemampuan, kekuatan, keberadaan, peranan, wewenang dan tanggung

jawab.

Pemberdayaan sebagai suatu kata mempunyai pengertian yang umum yaitu

pengertian etimologis. Apa arti empowering? Asal katanya dari “power” yang

artinya “control, authority, dominion”. Awalan “emp” artinya “on put on to” atau

“to cover with” jelasnya “more power’. Jadi empowering artinya is passing on

authority and responsibility”, yaitu lebih berdaya dari sebelumnya dalam arti

wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang

Universitas Sumatera Utara

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

dimilikinya. Ini ada hubungannya dengan profesionalisme yang pada awalnya selalu

di miliki oleh individual. Oleh karena itu empowerment terjadi manakala : ”when

power goes to employees who then experience a sense of ownership and control

over”. (Rob Brown, 1994:16) yang maknanya ada peningkatam tanggung jawab

karyawan.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang

pemberdayaan, secara teoritis berikut dikemukakan beberapa definisi pemberdayaan

dari para pakar sebagai berikut :

1. Alat/teknik manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran

pembuatan keputusan dan tanggung jawab, sehingga akan mendorong keterlibatan

(sekaligus rasa memiliki) dari seluruh anggota organisasi, serta membawa rasa

kedekatan antara organisasi dengan masyarakat atau pelanggannya.

2. Upaya untuk membangun potensi (sumber daya) organisasi dengan cara

mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi

yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya.

3. Upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin

efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara,

regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain.

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Empowerment Of Human Resources)

dengan menekankan kata kunci yang terdiri dari Pemberdayaan dan Sumber Daya

Manusia. Secara umum pemberdayaan diartikan adalah “lebih berdaya dari

sebelumnya baik dalam hal wewenang, tanggung jawab maupun kemampuan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

individual yang dimilikinya”, sedangkan Sumber Daya Manusia (Human Resources)

dapat diartikan adalah “Daya yang bersumber dari manusia”. Daya yang bersumber

dari manusia ini dapat pula disebut tenaga atau kekuatan (energi atau power) yang

melekat pada manusia itu sendiri dalam arti memiliki kemampuan (competency)

yaitu: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude), di satu sisi

sumber daya manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar

menjadi sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia

menjadi objek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain,

sumber daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau aset utama dalam

proses pengembangan organisasi yang berperan memanejemeni dan memberdayakan

sumber daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya

manusia itu sendiri.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan pemberdayaan SDM adalah

terwujudnya SDM yang mempunyai / memiliki kemampuan (competency) yang

kondusif, adanya wewenang (authority) yang jelas dan dipercayai serta adanya

tanggung jawab (responsibility), yang akuntabel dalam rangka pelaksanaan misi

organisasi.

2.2.6 Aspek-aspek/komponen Pemberdayaan SDM

Dalam organisasi, peranan SDM sangat strategis dan menentukan,

sehubungan dengan itu, maka aspek-aspek atau komponen-kompenen yang perlu

mendapatkan perhatian dalam rangka pemberdayaan SDM adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

a. Kemampuan (compentency) pegawai meliputi: pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude)

b. Penempatan pegawai yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan jabatan dalam

suatu organisasi, artinya pegawai yang ditempatkan dalam suatu jabatan

senantiasa dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai yang

bersangkutan (the right men in the right place).

c. Kewenangan yang jelas, artinya seseorang pegawai yang ditempatkan atau yang

diserahi tugas harus jelas wewenangnya. Karena seorang yang tidak jelas

kewenangannya akan menimbulkan keragu-raguan dalam setiap melakukan

kegiatan. Apabila demikian halnya, maka pegawai (SDM) tersebut kurang

berdaya atau tidak efektif didalam melaksanakan tugas-tugasnya.

d. Tanggung jawab pegawai yang jelas, artinya seseorang pegawai melakukan

tugas atau wewenangnya, senantiasa diikuti dengan tanggung jawab. Karena

dengan demikian sipegawai tersebut senantiasa situntut bertindak menampilkan

yang terbaik dalam arti secara efektif dan efesien.

e. Kepercayaan terhadap pegawai yang bersangkutan, artinya bahwa seorang

pegawai yang ditugasi atau diserahkan wewenang dengan pertimbangan yang

matang dari berbagai aspek-aspek yang pada hakekatnya dapat disimpulkan

bahwa yang bersangkutan adalah dipercayai atau diberi kepercayaan sepenuhnya

untuk mengemban tugas, wewenang yang dimaksud.

f. Dukungan terhadap pegawai yang bersangkutan, artinya pegawai tersebut

diyakini dan dipercayai untuk mengemban misi organisasi. Dalam hal

Universitas Sumatera Utara

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

memerlukan dukungan dari pihak lain senantiasa dapat memberikan dukungan

untuk keberhasilan misi dan peningkatan kinerja organisasi. Dukungan

dimaksud baik dari pihak pimpinan maupun pihak-pihak lainnya.

g. Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar

mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan

kepemimpinan sebagaimana dimaksud dan digambarkan :

• Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok

• Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk

mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

h. Motivasi, merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang

memberi daya, memberi arah dan memelihara tingkah laku. Dalam kehidupan

sehari-hari, motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan

atau rangsangan kepada para karyawan (pegawai) sehingga mereka bersedia

bekerja dengan rela tanpa dipaksa. Dengan demikian bahwa pemberian motivasi

merupakan hal yang sangat penting terhadap sumber daya manusia, agar mereka

tetap dan mau melaksanakan pekerjaan (misi) organisasi sesuai dengan

kemampuan yang mereka miliki dengan ikhlas dan sepenuh hati.

2.3 Kinerja Aparatur Pemerintah

2.3.1 Pengertian

Setiap pengukuran kinerja organisasi mempunyai sasaran tertentu, sebagai

suatu pernyataan secara spesifik yang menjelaskan hasil yang harus dicapai. Kinerja

Universitas Sumatera Utara

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

sebagai sasaran organisasi, oleh Wibowo (2007:49) dikatakan bahwa suatu kinerja

mencakup unsur-unsur:

1. The performers, yaitu orang yang menjalankan kinerja.

2. The action atau performance, tentang tindakan atau kinerja yang dilakukan oleh

performer.

3. A time element, menunjukkan waktu kapan pekerjaan dilakukan.

4. An evaluation method, tentang cara penilaian bagaimana hasil pekerjaan dapat

dicapai.

5. The place, menunjukkan tempat dimana pekerjaan dilakukan.

Kirkpatrick (2006) (dalam Wibowo, 2007:61-64) mengatakan bahwa

terdapat delapan karakteristik yang membuat suatu standar kinerja efektif dalam

organisasi yaitu:

1. Standar didasarkan pada pekerjaan

2. Standar dapat dicapai

3. Standar dapat dipahami

4. Standar disepakati

5. Standar itu spesifik dan sedapat mungkin terukur

6. Standar berorientasi pada waktu

7. Standar harus tertulis

8. Standar dapat berubah

Universitas Sumatera Utara

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2.3.2 Pengukuran Kinerja.

Whittaker (2000) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu

alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian

tujuan dan sasaran (goals and objectives). Sedangkan elemen kunci dari sistem

pengukuran kinerja terdiri dari :

1. Perencanaan dan penetapan tujuan

2. Pengembangan ukuran yang relevan

3. Pelaporan formal atas hasil

4. Penggunaan informasi

Sistem pengukuran kinerja akan membantu pimpinan dalam memantau

implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan

sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk

menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

2.3.3 Kepuasan Kerja

Wexley dan Yukl (1977) : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an

employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara

pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan

kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai

yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang

berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan

Universitas Sumatera Utara

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur

organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain

berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.

Handoko (2001) : Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana

para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan

perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan

terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Robins (2001) : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu

sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan

dengan pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai yang erat

kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah

melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robins tersebut

terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik

beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan

sikap umum yang dimiliki oleh pegawai.

Schermerhorn (1996), mengidentifikasikan lima aspek yang terdapat

dalam kepuasan kerja, yaitu :

1. Pekerjaan itu sendiri (Work It Self). Setiap pekerjaan memerlukan suatu

keterampilan tertentu. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang

bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan

meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2. Penyelia (Supervision). Penyelia yang baik berarti mau menghargai pekerjaan

bawahannya. Bagi bawahan, penyelia sering dianggap sebagai figur ayah/ibu

dan sekaligus atasannya.

3. Teman sekerja (Workers). Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai

pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun

yang berbeda jenis pekerjaannya.

4. Promosi (Promotion). Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada

tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.

5. Gaji/Upah (Pay). Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang

dianggap layak atau tidak.

Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja disebutkan oleh

Robins (2001) :

1. Kerja yang secara mental menantang. Karyawan cenderung menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan

keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini

membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang

menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang

menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang,

kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.

2. Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan

promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak kembar arti, dan segaris

Universitas Sumatera Utara

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada

tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan

komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tentu saja, tidak

semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang

lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam

pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar

dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang

manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan;

yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha

mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial

yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan

bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just)

kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.

3. Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik

untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.

Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar

fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya,

kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak

atau sedikit).

4. Rekan kerja yang mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar

uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan,

kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah

Universitas Sumatera Utara

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung

menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga

merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan

bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah

dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik,

mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada

mereka.

5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Pada hakikatnya orang yang tipe

kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka

pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan

yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian

akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan

karena sukses ini, mempunyai kebolehan yang lebih besar untuk mencapai

kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.

2.4 Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik)

Suatu konsep tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis

dan efektif dari suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, dapat juga disebut dengan :

Kepemerintahan “Tata kelola pemerintahan”.

2.4.1 Prinsip/Azas Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik)

Istilah “governance” tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu

kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan,

Universitas Sumatera Utara

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu

tidak mengherankan apabila terdapat istilah public governance, private governance,

corporate governance dan banking governance. Governance sebagai terjemahan

dari pemerintahan kemudian berkembang dan menjadi populer dengan istilah

kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut kepemerintahan yang baik

(good governance).

Menurut teori para pakar, lembaga pemerintah dan peraturan perundang-

undangan, berdasarkan urutan waktu prinsip/azas good governance/ kepemerintahan

yang baik dapat dikemukakan sebagai berikut;

I. Prinsip Good Governance Menurut Bhatta, Gambir, Tahun 1996

1. Accountability (Akuntabilitas) 2. Transparency (Transparansi) 3. Openness (Keterbukaan) 4. Rule of Law (Kepastian Hukum) 5. Management of Competency (Manajemen Kompetensi) 6. Human Right (Hak Asasi manusia)

II. Prinsip Good Governance Menurut UNDP (United Nation Development

Programme), Tahun 1997

1. Participation (Partisipasi) 2. Rule of Law (Kepastian Hukum) 3. Transparency (Transparansi) 4. Responsiveness (Tanggung Jawab) 5. Consensus Orientation (Berorientasi Pada Kesepakatan) 6. Equity (Keadilan) 7. Effectiveness and Effficiency (Efektivitas dan Efisiensi) 8. Accountability (Akuntabilitas) 9. Strategic Vision (Visi Strategik)

Universitas Sumatera Utara

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

III. Prinsip Good Governance Menurut Mustopadidjaja, Tahun 1997

1. Demokrasi dan pemberdayaan 2. Pelayanan 3. Transparansi dan Akuntabilitas 4. Partisipasi 5. Kemitraan 6. Desentralisasi 7. Konssistensi Kebijakan dan Kepastian Hukum

IV. Azas Good Governance Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1999

Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme

No. Azas Penjelasan

1. Kepastian Hukum - Mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggaraan Negara.

2. Tertib Penyelenggaraan

Negara

- Mengutamakan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian dan penyelenggaraan negara.

3. Kepentingan Hukum - Mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Keterbukaan - Membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Proporsionalitas - Mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.

6. Profesionalitas - Mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

7. Akuntabilitas - Setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

V. Prinsip Good Governance Menurut (Bintoro, Tahun 2000)

1. Akuntabilitas 2. Transparansi 3. Keterbukaan 4. Kepastian Hukum 5. Jaminan

VI. Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun

2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil

1. Profesionalitas 2. Akuntabilitas 3. Transparansi 4. Pelayanan Prima 5. Demokrasi 6. Efisiensi 7. Efektivitas 8. Supermasi Hukum 9. Diterima Seluruh Masyarakat

VII. Prinsip Good Governance Menurut Musyawarah Konferensi Nasional

Kepemerintahan Daerah yang Baik, Disepakati Anggota: Asosiasi

Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintah

Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh

Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia

(ADEKSI), Tahun 2001

Universitas Sumatera Utara

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

No Prinsip Indikator Minimal

1. Prinsip Partisipasi - Meningkatanya kepercayaan massyarakat kepada pemerintah,

- Meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah,

- Meningkatnya kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk pembangunan daerah, dan

- Terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi lebih peduli terhadap seriap langkah pembangunan.

2. Prinsip Penegakan Hukum

- Berkurangnya praktek KKN dan pelanggaran hukum,

- Meningkatnya (kecepatan dan kepastian) proses penegakan hukum,

- Berlakunya nilai/norrma di masyarakat (living law), dan

- Adanya kepercayaan pada aparat penegak hukum sebagai pembela kebenaran.

3. Prinsip Transparansi - Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah,

- Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan,

- Meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, dan

- Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Prinsip Kesetaraan - Berkurangnya kasus diskriminasi, - Meningkatnya kesetaraan gender, - Meningkatnya pengisian jabatan

sesuai ketentuan mengenai kesetaraan gender.

5. Prinsip Daya Tanggap - Meningkatnya kepercayaan

Universitas Sumatera Utara

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

masyarakat terhadap pemerintah, - Tumbuhnya kesadaran masyarakat, - Meningkatnya jumlah masyarakat

yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah dan berkurangnya jumlah pengangguran.

6. Prinsip Wawasan ke Depan

- Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan kekuatan hukum yang sesuai,

- Adanya dukungan dari pelaku dan pelaksanaan visi dan strategi, dan

- Adanya kesesuaian dan konsistensi antara perencanaan dan anggaran.

7. Prinsip Akuntabilitas - Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah daerah,

- Tumbuhnya kesadaran masyarakat, - Meningkatnya keterwakilan

berdasarkan pilihan dan kepentingan masyarakat, dan

- Berkurangnya kasus-kasus KKN

8. Prinsip Pengawasan - Meningkatnya masukan dari masyarakat terhadap penyimpangan (kebocoran, pemborosan, penyalahgunaan wewenang dan lain-lain) melalui media massa, dan

- Berkurangnya penyimpangan-penyimpangan

9. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas

- Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan masyarakat,

- Berkurangnya penyimpangan pembelanjaan,

- Berkurangnya biaya operasional pelayanan,

- Prospek memperoleh standar ISO pelayanan,

- Dilakukannya swastanisasi pelayanan masyarakat

10. Prinsip Profesionalisme - Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan

Universitas Sumatera Utara

Page 69: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

masyarakat, - Berkurangnya pengaduan

masyarakat, - Berkurangnya KKN, - Prospek mendapatkan ISO

pelayanan, dan - Dilaksanakannya “fit and proper”

test terhadap PNS.

VIII. Prinsip Good Governance Menurut Undang-Undang No.30 Tahun 2002

Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

1. Kepastian Hukum 2. Keterbukaan 3. Akuntabilitas 4. Kepentingan Hukum 5. Proporsionalitas

IX. Prinsip Good Governance Menurut LAN (Lembaga Administrasi

Negara), Tahun 2003

1. Akuntabilitas 2. Transparansi 3. Kesetaraan 4. Supermasi Hukum 5. Keadilan 6. Partisipasi 7. Desentralisasi 8. Kebersamaan 9. Profesionalitas 10. Cepat Tanggap 11. Efektif dan Efisien 12. Berdaya Saing

Universitas Sumatera Utara

Page 70: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

X. Azas Good Governance Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 20 Tentang Azas Penyelenggaraan

Pemerintah

1. Kepastian Hukum 2. Tertib Penyelenggaraan Negara 3. Kepentingan Umum

4. Keterbukaan 5. Proporsionalitas 6. Profesionalitas 7. Akuntabilitas 8. Efisiensi 9. Efektivitas

XI. Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Presiden Republik

Indonesia No. 7 Tahun 2005 Tentang Perencanaan Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Bab 14 Tentang Penciptaan

Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa

1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari tataran (jajaran) pejabat yang paling atas;

2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel;

3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat;

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik; 5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak

bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, pada tahun 2002 pemerintah Provinsi

Sumatera Utara telah menginstruksikan kepada seluruh pimpinan unit kerja dan PNS

di jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mempedomani sepuluh prinsip

good governance. Ke sepuluh prinsip-prinsip good governanace yang menjadi acuan

aparatur dan pada umumnya di pajang di kantor-kantor instansi pemerintah provinsi

Sumatera Utara itu adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 71: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

1. AKUNTABILITAS Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.

2. PENGAWASAN

Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swassta dan masyarakat luas.

3. DAYA TANGGAP

Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

4. PROFESIONALISME

Meningkatkan kemampuann dan moral peyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.

5. EFISIENSI & EFEKTIVITAS Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung jawab.

6. TRANSPARANSI Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.

7. KESETARAAN

Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

8. WAWASAN KE DEPAN

Membangun daerah berdasarkan Visi & strategi yang jelas & mengikit sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.

9. PARTISIPASI

Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

10. PENEGAKAN HUKUM

Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa kecuali, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

2.4.2 Penerapan Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik)

Kaitan dengan konsepsi Good Governance (kepemerintahan yang baik) maka

secara konseptual pengertian kata “good” dalam istilah kepemerintahan yang baik

(Good Governance) mengandung dua pemahaman sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 72: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Pertama, nilai yang menjunjungi tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.

Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Dari berbagai pengertian Good Governance, dapat disimpulkan bahwa; wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga “kesinergian” interaksi yang konstruktif diantara domain negara, sektor swasta dan masyarakat (LAN, 2000).

Peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2000, merumuskan arti Good

Governance adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-

prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi,

efisien, efektivitas, supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Berikutnya UNDP (1997) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang

harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan

yang baik, meliputi : 1. Participation (Partisipasi), 2. Rule of Law (Kepastian

Hukum), 3. Transparency (Transparansi), 4. Responsiveness (Tanggung Jawab), 5.

Consensus Orientation (Berorientasi Pada Kesepakatan), 6. Equity (Keadilan), 7.

Effectiveness and Effficiency (Efektivitas dan Efisiensi), 8. Accountability

(Akuntabilitas), 9. Strategic Vision (Visi Strategis).

Dari telusuran keberagaman wacana Good Governance, terdapat sekumpulan

nilai-nilai yang sebenarnya telah diterapkan di Indonesia sebagai nilai-nilai yang

sebenarnya telah tertanam hidup di akar budaya masyarakat Indonesia. Empat belas

karakteristik yang dapat terhimpun dari telusuran wacana Good Goverrnance, yaitu :

1. Berwawasan kedepan (visi strategis), 2. Terbuka (transparan), 3. Cepat tanggap

(responsif), 4. Bertanggung jawab/bertanggung gugat (akuntabel), 5. Profesional dan

kompeten, 6. Efisien dan efektif, 7. Desentralistis, 8. Demokratis, 9. Mendorong

Universitas Sumatera Utara

Page 73: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

partisipasi masyarakat, 10. Mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, 11.

Menjunjung supremasi hukum, 12. Berkomitmen pada pengurangan kesenjangan, 13.

Berkomitmen pada tuntutan pasar, 14. Berkomitmen pada lingkungan hidup (Tim

Pengembangan Good Public Governance, Bappenas 2000).

Dalam Konferensi Nasional Kepermerintahan Daerah Yang Baik, pada bulan

Oktober 2011 telah disepakati Sepuluh Prinsip Kepemerintahan Daerah Yang Baik

oleh seluruh anggota Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia

(APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Asosiasi DPRD

Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh

Indonesia (ADEKSI), yang mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip Partisipasi 2. Prinsip Penegak Hukum 3. Prinsip Transparansi 4. Prinsip Kesetaraan 5. Prinsip Daya Tanggap 6. Prinsip Wawasan Ke depan 7. Prinsip Akuntabilitas 8. Prinsip Pengawasan 9. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas 10. Prinsip Profesionalisme

Prinsip-prinsip good governance dalam praktek penyelenggaraan negara

dituangkan dalam 7 (tujuh) asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana

dimaksud dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang

Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Asas-asas umum penyelenggaraan

negara meliputi :

Universitas Sumatera Utara

Page 74: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

1. Asas Kepastian Hukum 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara 3. Asas Keterbukaan 4. Asas Proporsionalitas 5. Asas Profesionalitas 6. Asas Akuntabilitas

Keseluruhan prinsip Good Governance tersebut saling memperkuat, terkait, dan

tidak dapat berdiri sendiri, yang kemudian dapat disimpulkan bahwa terdapat 4

unsur/prinsip utama yang dapat memberi gambaran administrasi publik yang berciri

kepemerintahan yang baik yaitu :

• Akuntabilitas. Adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak

selaku penanggung jawab dan penanggung gugat segala tindakan dan kebijakan

yang ditetapkan.

• Transparansi. Kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap

rakyatnya, baik di tingkat pusat maupun daerah.

• Keterbukaan. Menghendaki terbukanya .kesempatan bagi rakyat untuk

mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilai tidak

transparan.

• Aturan hukum. Adanya jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat

terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh.

Dengan demikian, untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik pada dasarnya

harus melibatkan unsur-unsur dalam kepemerintahan (Governance Stakeholders)

yang dikenal dengan 3 pilar yaitu :

• Negara/Pemerintah. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan

kenegaraan, yang melibatkan sektor swasta dan kelembagaan masyarakat

madani.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

• Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaa swasta yang aktif

dalam interaksi sistem pasar.

• Masyarakat Madani. kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan yang

pada dasarnya berada di antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup baik

perorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik

dan ekonomi.

2.4.3 Unsur-unsur Good Governance

Unsur-unsur good governance dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

a. Negara/Pemerintahan : Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah

kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan

kelembagaan masyarakat madani.

b. Sektor Swasta : Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif

dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengolahan perdagangan,

perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

c. Masyarakat Madani : Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada

dasarnya berada diantara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan

perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat

yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

2.5 Pembangunan Daerah

Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari

sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Secara umum pengertian

pembangunan dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pandangan yang berbeda

Universitas Sumatera Utara

Page 76: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

yaitu; pertama, pandangan pembangunan lama atau dikenal dengan pembangunan

tradisional.

Sedangkan Kartasasmita (1994), memberikan pengertian pembangunan,

adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan

secara terencana.

Menurut Bratakusumah (2005), dalam bukunya Perencanaan Pembangunan

Daerah mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli

manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep

pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan

sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik.

Mengakomodasi arti pembangunan kepada sistem nilai bukanlah hal yang

dapat secara mudah diselesaikan. Beberapa ilustrasi, selain yang menyangkut

distribusi di atas, untuk menjelaskan berbagi dilema masyarakat, sehubungan dengan

sistem nilai yang berkembang, dalam mengartikan pembangunan melalui ukuran

pendapatan nasional, adalah sebagai berikut:

- Peningkatan pendapatan ( total ataupun per kapita ) selain tidak langsung

identik dengan distribusi yang dianggap baik, juga tidak langsung sama artinya

dengan peningkatan kemakmuran (economic welfare). Peningkatan

pendapatan baru menggambarkan peningkatan total output, belum komposisi

barang dan jasa yang dihasilkan. Karena kemakmuran tergantung pada

komposisi (termasuk kualitas) barang dan jasa yang disukai oleh masyarakat,

sedangkan “kesukaan” ataupun preferensi masyarakat tergantung pada system

nilai yang berkembang suatu saat dimasyarakat, maka peningkatan total output

belum dapat menentukan peningkatan “kemakmuran” masyarakat tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Ilustrasi ini, menegaskan betapa arti pembangunan yang diukur oleh pendapatan

nasional tergantung pada system nilai yang berkembangan.

- Peningkatan pendapatan juga belum tentu meningkatkan “kemakmuran”

(economic walfare) kalau cara menghasilkan output tersebut menyangkut

pengorbanan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang dianggap baik

oleh masyarakat. Berbagai aspek kehidupan yang dapat dipengaruhi cara

produksi itu antara lain adalah keaadaan keselamatan dan kenyamanan kerja.

- Kalau tujuan pembangunan juga meliputi terpeliharanya hubungan social yang

serasi di masyarakat, maka pembangunan akan semakin tidak sederhana untuk

dapat mengakomodasi tujuan social ini. Hal ini karena terlebih dahulu harus

disepakati apa yang dimaksud dengan “hubungan social yang serasi”. Dan hal

ini menyangkut sistem nilai masyarakat.

- Arti pembangunan tergantung pada tujuan pembangunan.

- Tujuan pembangunan ditentukan oleh system nilai.

- System nilai dimasyarakat sangat beragam dan terus berkembang.

- Sehingga arti pembangunan tidak mudah dapat ditentukan kecuali ada

kesepakatan (konsensus) dimasyarakat tentang tujuan yang ingin dicapai.

2.5.1 Teori Pembangunan Sosial

Menurut para pakar teori pembangunan social antara lain; Garry Jacobs,

Harlan Cleveland, dan Robert MacFarlane dari Internasional Center for Peace and

Development memberikan pokok pikirannya sebagai berikut:

a. proses pembangunan terjadi oleh terciptanya tingkat organisasi yang semakin

tinggi dalam masyarakat yang memungkinkan dihasilkannya kegiatan yang

lebih besar dengan menggunakan energy social secara lebih efisien;

Universitas Sumatera Utara

Page 78: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

b. masyarakat berkembang dengan mengorganisir segala pengetahuan, energi

manusia serta sumber daya materil yang dimiliki masyarakat tersebut untuk

mencapai aspirasinya;

c. pembangunan memerlukan empat jenis infrastruktur dan sumber daya

(resources), yaitu yang fisik, sosial, mental, dan psikologis. Hanya yang fisik

ketersediannya terbatas, sedangkan yang lainnya reatif tak terbatas;

d. paling penting dalam proses pembangunan ini adalah manusia yang dengan

kemampuan berfikirnya yang semakin meningkat dapat menciptakan sumber

daya yang dibutuhkan untuk pembangunan, Pengetrapan dari inteligensia

manusialah yang dapat merubah suatu sumber daya alam (substance) menjadi

suatu sumber daya ekonomi (resources). Karenanya kemampuan berfikir

manusia merupakan sumber daya yang paling utama.

2.5.2 Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi atau lazim disebut dengan pembangunan ekonomi adalah

suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh

negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi

masalah-masalah tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun

ekonominya dengan lebih cepat lagi.

Adapun beberapa indikator pembangunan ekonomi yang lazim dipakai oleh

para ahli maupun kalangan umum adalah :

a. Produk Domestik Bruto (PDB) b. Struktur Ekonomi c. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 79: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

d. Perdagangan Luar Negeri e. Tingkat inflasi f. Nilai Tukar Petani

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu

negara/daerah, yakni :

a. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan,

pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia

merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya

proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya

selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk

melaksanakan proses pembangunan.

b. Faktor Sumber Daya Alam, sebagian besar negara berkembang bertumpu

kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.

c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses

pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia

digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,

kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang

dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan

perekonomian.

d. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap

pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai

pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi

penghambat pembangunan.

e. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah

SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-

barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan

ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2.5.3 Indikator Sosial

Indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau

menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.

Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu

usaha peningkatan kualitas..

Indikator yang akan disampaikan dalam pembahasan yang akan dicantumkan

pada bab berikutnya terdiri dari indikator pembangunan sosial kemasyarakatan yang

memang umum untuk dibahas sebagai suatu hal yang lumrah dalam melihat

pembangunan kemasyarakatan suatu negara/daerah, yakni :

a. Kemiskinan b. Ketenagakerjaan c. Pendidikan d. Kesehatan e. Indeks Pembangunan Manusia

Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa

untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal

ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak

adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah

kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.

Kemiskinan merupakan masalah global.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang

cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur

sekolah dan diteruskan dengan Wajib Belajar 9 tahun adalah program sektor

pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini terlihat dari meningkatnya partisipasi

sekolah dasar dari 41 persen pada tahun 1968 menjadi 94 persen pada tahun 1996,

sedangkan partisipasi sekolah tingkat SMP meningkat dari 62 persen tahun 1993

menjadi 80 persen tahun 2002. (Oey-Gardiner, 2003)

Dalam evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap keberhasilan pembangunan

kependidikan di Sumatera Utara akan difokuskan kepada angka rata-rata lama

sekolah serta tingkat melek huruf di Provinsi Sumatera Utara.

Kesehatan

Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti

dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai contoh, angka kematian bayi turun dari 118

kematian per seribu kelahiran di tahun 1970 menjadi 35 di tahun 2003, dan angka

harapan hidup meningkat dari 48 tahun menjadi 66 tahun pada periode yang sama.

Perkembangan ini meperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas

kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari program keluarga

berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru sebagai akibat perubahan

sosial dan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

2.5.4 Indeks pembangunan manusia

Setiap tahun sejak 1990, Laporan Pembangunan Manusia (Human

Development Report) telah menerbitkan indeks pembangunan manusia (human

development index - HDI) yang mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas

dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB). HDI memberikan suatu ukuran

gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani

hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat

kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar,

lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya

beli/ PPP, penghasilan).

2.5.5 Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim)

Menurut Siagian (2000) pertanyaan yang harus dihadapi oleh organisasi

bukan lagi apakah akan melakukan investasi bagi pengembangan sumber daya

manusia yang dimiliki, melainkan berapa besar investasi yang harus dibuat. Dari

pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia

mutlak diperlukan bagi organisasi yang terus berkembang sejalan dengan

perkembangan dalam masyarakat.

Menurut Bernadin & Russel (dalam Robbins, 2001), pelatihan adalah setiap

usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang

menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan

pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan

Universitas Sumatera Utara

Page 83: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih

menekankan pada keterampilan (skill).

Jadi pelatihan hanya bermanfaat dalam situasi di mana para pegawai

kekurangan kecakapan dan pengetahuan. Pelatihan tidak dimaksudkan untuk

menggantikan kriteria seleksi yang tidak memadai, ketidak tepatan rancangan

pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai.

Dalam pembentukan kualitas aparatur, maka pengembangan melalui

pendidikan dan pelatihan (Diklat) sebagai salah satu media yang paling strategis,

karena Diklat merupakan sarana yang handal untuk meningkatkan kemampuan

pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan sikap (attitude) pegawai sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan/jabatan.

Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan

Menurut Topo (2008), ada beberapa pengertian pendidikan dan pelatihan

antara lain menurut:

1. Edwin B. Flippo: “Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan

pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh,

sedang Pelatihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan

keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.

2. Andrew F. Sikula: “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel

adalah suatu proses pendidikan jangka panjang dengan menggunakan suatu

prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar

Universitas Sumatera Utara

Page 84: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum, sedang Pelatihan

adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur

yang sistematis dan terorganisir, dengan mana karyawan operasional belajar

pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”.

Dalam pengertian diatas Pendidikan dan Pelatihan tidak bermaksud untuk

diartikan secara terpisah, yakni pendidikan terpisah dengan pelatihan akan tetapi

pengertiannya merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi yang esensinya adalah

mengisi kesenjangan dan atau meningkatkan kemampuan (competency) pegawai

dalam suatu jabatan / pekerjaan organisasi, meliputi peningkatan pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) sumber daya manusianya.

Dalam hubungannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun

2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil disebutkan

bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah penyelenggaraan belajar mengajar dalam

rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut

PNS.

Mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) Tk. III

adalah merupakan diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan

aparatur pemerintah dalam jabatan struktural eselon III (Keputusan Kepala LAN

Nomor 193/XIII/10/6/2001 tgl 30 Maret 2001 tentang Pedoman Umum Pendidikan

dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil). Sebelum diberlakukannya PP 101

Tahun 2000. Diklatpim Tk. III ini disebut dengan Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat

Universitas Sumatera Utara

Page 85: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Pertama (SPAMA) dan sebelumnya lagi disebut Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat

Madya (SPADYA).

Diklatpim Tk. III adalah jenis diklat yang diselenggarakan dalam rangka

mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan

struktural eselon III dan sebagai persyaratan menjadi peserta pada diklat ini adalah:

a. Pangkat/Golongan minimal Penata (III/c) dan telah atau dipersiapkan untuk menduduki jabatan struktural eselon III.

b. Pendidikan serendah-rendahnya Strata Satu (S-1) atau yang sederajat. c. Sehat jasmani dan rohani (dibuktikan dengan surat keterangan dokter). d. Lulus seleksi sebagai calon peserta Diklatpim Tk. III dengan materi pengujian

sikap, perilaku, dan potensi, meliputi : - Moral yang baik, - Dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi, - Kemampuan menjaga reputasi diri dan instansinya, - Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi, - Penguasaan Bahasa Inggris minimal pasif atau memiliki skor TOEFL minimal

350. Dalam pelaksanaannya, diklat ini diproyeksikan untuk membentuk

kompetensi jabatan PNS, yaitu kemampuan dan karakteristik berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas,

wewenang dan tanggung jawab sebagai pejabat struktural eselon III dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sesuai dengan Keputusan Kepala

Lembaga Administrsi Negara / LAN Nomor 540/XIII/10/6/2001 tgl 10

Agustus 2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat III, standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh PNS

pemangku jabatan struktural eselon III adalah kemampuan :

a. Menjabarkan visi, misi dan strategi pembangunan nasional ke dalam program instansinya;

Universitas Sumatera Utara

Page 86: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

b. Memahami dan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good

governance) dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya; c. Melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi kinerja unit

organisasinya serta merancang tindak lanjut yang diperlukan; d. Merumuskan strategi pelaksanaan pelayanan prima sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab unit organisasinya; e. Menerapkan sistem dan prinsi-prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan

unit organisasinya; f. Meningkatkan kapasitas organisasi dan staf melalui peningkatan kompetensi

pegawai dan pendayagunaan organisasi; g. Menumbuh kembangkan motivasi pegawai untuk mengoptimalkan kinerja unit

organisasinya; h. Menetapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam keragaman; i. Merumuskan dan memberi masukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan yang logis dan sistematis; j. Melaksanakan pola kemitraan, kolaborasi dan pengembangan jaringan kerja; k. Memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas; l. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Kompetensi Pegawai Negeri Sipil pemangku jabatan struktural eselon II

memerlukan standar kompetensi jabatan yang meliputi; kompetensi dasar (integritas,

kepemimpinan, perencanaan, dan pengorganisasian, kerjasama, fleksibilitas) dan

sejumlah kompetensi bidang lainnya, Dengan memperhatikan keragaman bidang

tugasnya, maka kompetensi yang dapat dipenuhi melalui penyelenggaraan Diklatpim

Tk. II meliputi kompetensi dasar yang dirincikan sebagai kemampuan dalam:

1. Mengaktualisasikan nilai-nilai kejuangan dan pandangan hidup bangsa menjadi sikap dan perilaku dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

2. Memahami paradigma kepemimpinan dan pembangunan yang relepan dalam upaya mewujudkan good governance dan mencapai tujuan berbangsa dan bernegara;

3. Merumuskan kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, dan strategi yang ditetapkan;

4. Memahami dan menerapkan prinsi-prinsip good governance secara serasi dan terpadu;

5. Memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya lingkungan dalam rangka peningkatan citra dan kinerja organisasi;

Universitas Sumatera Utara

Page 87: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

6. Mengaktualisasikan kode etik PNS dalam meningkatkan profesionalitas, moralitas dan etos kerja pemimpin;

7. Melaksanakan keseluruhan kegiatan pengelolaan kebijakan dan program termasuk pelaporan pertanggungjawabannya;

8. Menyiapkan dan atau mengambil keputusan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan kebijakan dan atau pelayanan sesuai dengan tanggungjawabnya;

9. Meningkatkan akuntabilitas dan produktivitas aparatur.

2.6 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah meneliti tentang Pemberdayaan SDM Aparatur,

Pembangunan Daerah dan Good Governance dengan menggunakan data primer

maupun menggunakan data sekunder.

Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder, peneliti

akan mencoba penelusuran penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan data

primer. Selanjutnya akan ditabulasi dan dipetakan sehingga peneliti dapat melihat

ruang baru dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pemberdayaan SDM

terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara”, sebagaimana pada table berikut :

Tabel 1. Tabulasi Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul/ Lokasi/

Tahun Permasalahan Metode Hasil

1 2 3 4 6 7

1 Yurika Maharani Siregar

Tinjauan Juridis Tentang Penerapan Dewan Komisaris Dalam Penerapan Prinsip Good Coorporate Governance Pada Perseroan Terbatas. (2005)

Apakah prinsip Good Coorporate Governance sudah sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan bagaimana peranan serta apa akibat hukum penerapan Prinsip Good Coorporate Governance pada Perseroan Terbatas.

Deduktif menarik fakta-fakta yang bersifat umum.

Penerapan Prinsip Good Coorporate Governance belum sesuai dengan Perseroan Terbatas mengingat sifatnya masih belum komfrehensip karena dalam Undang-Undang No. 1/1995 belum secara utuh sejalan dengan prinsip-prinsip atau pedoman Good Coorporate Governance yang dibuat Komite Nasional Kebijakan Good Coorporate Governance dan peranan Dewan Komisaris dalam penerapan prinsip Good Coorporate Governance masih belum seperti yang

Universitas Sumatera Utara

Page 88: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

diharapkan mengingat ketentuan mengenai tugas, kewajiban dan fungsi wewenangnya belum komfrehensif, serta akibat hukum penerapan Prinsip Good Coorporate Governance pada Perseroan Terbatas menimbulkan konsekwensi logis terhadap pengaturan Good Coorporate Governance dapat ditegakkan dengan baik.

2 Wan Hasri Fauzy Nst

Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Pemerintah Terhadap Prestasi Kerja (Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan). (2004).

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pemberdayaan aparatur pemerintah terhadap prestasi kerja.

Metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa data korelasi antar variabel .

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data, maka : 1. terdapat pengaruh yang kuat antara

pemberdayaan aparatur pemerintah terhadap prestasi kerja sebesar 0,717.

2. Koefisien korelasi bersifat positif, sehingga terdapat pengaruh yang positif antara pemberdayaan aparatur pemerintah dengan prestasi kerja.

3. Hipotesa yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara pemberdayaan aparatur pemerintah dengan prestasi kerja dapat diterima.

3 Erna Rahmadani

Penerapan Prinsip Transparansi dalam system pengelolaan Bank (Study pada PT Bank Rakyat Indonesia). (2005)

Bagaimana konsep Good Corporate Governance baik dari segi pengertian, peranannya dalam sistem pengelolaan Bank,

Deskriptif/ Survey.

Dalam pengelolaan bank umum, penerapan prinsip transparansi harus dapat dilaksanakan demi terlaksananya Good Corporate Governance beuar-benar dapat dilaksanakan dengan konsisten demi tercapainya ketahanan dan daya saing bank serta tercapainya tujuan bank dalam jangka panjang dengan mengatasi faktor-faktor penghambat terlaksananya prinsip transparansi pada bank

4 Sri Imbang Jaya Putra

Analisis Pemberdayaan dan Kualitas Sumber Daya Aparatur serta pengaruhnya terhadap Efektifitas Organisasi di Kec. Tebing Tinggi Kota. (2006)

Apakah daerah mampu memberdayakan SDM Aparatur yang berkualitas sehingga implementasi Otonomi Daerah dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi? Apakah efektifitas organisasi Pemerintah Daerah dapat berjalan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Deskriptif/ Kuantitatif

Pemberdayaan SDM Aparatur dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sudah cukup baik dan kualitas SDM Aparatur di Kec. Tebing Tinggi Kota telah memadai dalam mendukung Otonomi Daerah Kota Tebing Tinggi sehingga menghasilkan organisasi Kec. Tebing Tinggi Kota yang cukup efektif terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

5 Budi Mulyawan

Pengaruh pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja organisasi Studi pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Palembang. (2007)

Apakah ada pengaruh pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja organisasi?

Deskriptif/ Kuantitatif.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi sebesar 31,6%.

6 Ester Juli Asi, H.

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektifitas Pegawai Dinas

Bagaimana pengaruh pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektifitas kinerja Pegawai di Dinas Jalan Jembatan Provinsi Sumatera Utara.

Deskriptif/ Korelasi Product Moment Pearson.

Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance di Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dikategorikan baik, akan tetapi pimpinan organisasi harus terus mengkoordinasikan bawahan dapat dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara. (2006)

7 Sophorn Soeun Ba

Kualitas Good Governance dalam implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan (studi kasus Program Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE) di Desa Ambang Ketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. (2005)

Bagaimana kualitas Good Governance dalam implementasi kebijakan pengentasan kemiskinan.

Regresi dan Survey.

1. Secara formal program PDM-DKE berjalan cukup baik. Namun secara substansial belum dapat dikatakan berhasil karena hanya mampu menjangkau 9,70 %, untuk ke Kecamatan Gamping.

2. Di lapangan terbukti beberapa hal garis-garis kebijakan menimbulkan dilema ketidakpastian dan diperlukan penyesuaian lapangan oleh pihak pelaksana.

3. Peran pemerintah masih dominan dan belum terciptanya kemitraan antara pemerintah, masyarakat sivil dan sektor swata dalam mewujudkan Good Governance dalam pelaksanaan PDM-DKE

4. Keinginan untuk mewujudkan good governance melalui pemberian kewenangan kepala daerah dengan melibatkan sewluruh komponen dalam masyarakat masih sebatas tataran wacana.

8 R. Andi Sularso Mardianto

Pengaruh Penerapan Peran Total Quality Manajemen terhadap Kualitas SDM. (2006)

Bagaimana pengaruh penerapan TQM terhadap : 1. Kemampuan teoritis

karyawan. 2. Kemampuan teknis

karyawan. 3. Kemampuan konseptual

karyawan. 4. Kemampuan Moral

karyawan. 5. Keterampilan teknis

karaywan.

Regresi Linier.

Didapati pengaruh penerapan TQM terhadap : 1. Kemampuan teoritis karyawan sebesar

96,3 %. 2. Kemampuan teknis karyawan sebesar 98,2

%. 3. Kemampuan konseptual karyawan sebesar

94,2 %. 4. Kemampuan Moral karyawan sebesar 89,0

%. 5. Keterampilan teknis karaywan sebesar

80,0 %.

9 Sahminan Hubungan mengikuti Diklatpim Tingkat III dan Prestasi Kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu. (2005)

1. Bagaimana hubungan mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu.

2. Bagaimana hubungan prestasi kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu.

3. Bagaimana hubungan mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan prestasi kerja secara bersama-sama dengan peningkatan karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu.

Regresi Sederhana

1. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,4 %.

2. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel prestasi kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,0 %.

3. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel mengikuti Diklatpim Tingkat III prestrasi kerja secara bersama-sama dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,4 %.

10 Ramli Pengaruh Kinerja Aparatur terhadap Pengembangan Wilayah (Suatu Kajian Pada Pemerintah Kota Medan. (2007)

Apakah kinerja Aparatur pemerintah (kepemimpinan, pendidikan, pelatihan, motivasi kerja, pengalaman kerja dan budaya kerja) berpengaruh terhadap pengembangan wilayah.

Regresi Uji Validitas dan Reliabilitas.

1. Kinerja aparatur memberikan pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap pengembangan wilayah.

2. Kepemimpinan, pendidikan, pelatihan, motivasi kerja, pengalaman kerja dan budaya kerja memberikan pengaruh yang positif dan sagat signifikan terhadap kinerja aparatur.

11 Pra Ningrum

Pengaruh praktek manajemen SDM

Apakah ada pengaruh praktek manajemen SDM

Regresi Liner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan karir, penilian prestasi kerja dan

Universitas Sumatera Utara

Page 90: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

terhadap komitmen pimpinan pada kualitas Rumah Sakit di Bengkulu. (2002)

(perencanaan karir, penilaian prestasi kerja, akses informasi teknis dan dukungan sosial politik terhadap komitmen pimpinan pada kualitas Rumah Sakit.

dukungan sosial politik berpengaruh positif terhadap komitmen pimpinan pada kualitas dan signikan secara statistik, tetapi akses informasi teknis tidak berpengaruh pada komitmen pimpinan.

12 Daeng M. Nazier

Kesiapan SDM Pemerintah menuju tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. (2005)

Bagaimana kesiapan SDM Pemerintah menuju tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

Klaster dua tingkat (Two StageClustor Sampling).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kekurangan SDM yang mengelola

keuangan negara khususnya yang berlatar belakang akuntansi.

2. Penempatan SDM yang keliru. 3. Tingkat pemahaman dasar staf mengenai

administrasi keuangan masih lemah. 4. Reward sistem yang belum tepat. 5. Sarana / Prasarana serta proses pendidikan

di Perguruan Tinggi untuk mendukung pengembangan akuntansi sektor publik masih membutuhkan perbaikan mutu.

13 Aidinil Zetra

Studi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. (2009)

Bagaimana pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

Survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan masih sulit aparatur pemerintah daerah menyampaikan laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel, tepat waktu serta disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan.

14 Suria Diva Sustainable Good Governance and corporations: An Analysis of Asymmetries (2006)

1. Mengapa penting melibatkan koorporasi dalam agenda sustainable good governance 2. Mengapa terjadi ketimpangan kebijakan antara tindakan dengan harapan dalam pelaksanaan sustainable good governance 3. Mengapa kebanyakan koorporasi tidak mengadopsi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan sustainable good governance dan tidak menjalankannya dengan konsisten

Survey 1. Terdapat ketidakseimbangan peranan

koorporasi dalam agenda sustainable

good governance

2. terdapat ketidakseimbangan kebijakan

antara kebijakan koorporasi dengan

kebijakan sustainable good governance

3. sustainable good governance hanya

sebatas wacana dan lyps service

4. karena alas an ekonomi perusahaan ragu-

ragu untuk mengambil tanggung jawab

sebagai warga perusahaan yang baik

dalam menjalankan sustainable good

governance.

15 Elizabeth Burlesson

Tribal, State, and Federal Cooperation to Achieve Good Governance (2004)

Bagaimana kepastian hukum dalam melindungi masyarakat pribumi di Amerika untuk mempertahankan komunitas mereka

Survey 1. Terdapat kekerasan pada suku Indian dan

suku pribumi Alaskan, dua setengah kali

jumlah suku nasional.

2. Dengan mempunyai organisasi yang jelas,

hal masyarakat pribumi akan dilindungi.

3. Good Governance merespon kebutuhan

social masyarakat masa kini dan masa yang

akan datang, secara akuntabel, efektif,

tranparan, adil dan inklusif.

16

Kyle Stevan Steadham

Strategic Management Competencies among chief human resources officers in texas public community

Bagaimana mengidentifikasi kompetensi strategi manajemen bagi kepala SDM komunitas masyarakat di Texas.

Survey

Dengan mengidentifikasi manajemen kompetensi dapat memperbiki kebijakan-kebijakan dan praktek yang berkaitan dengan cara penerimaan, sistem kompensasi, pelatihan dan pengembangan, perencanaan strategis dan team work eksekutif dalam community colleges.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

colleges (2005)

17 Bambang Sutedja

Pemberdayaan Aparat Pemerintah Daerah Dalam memasuki Otonomi Daerah: Kasus Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi(2006)

1.Belum meratanya distribusi SDM aparat pemerintah terutama dalam memobilisasi sumberdaya pembangunan termasuk dalam merangsang peran masyarakat dan dunia usaha untuk ikut serta dalam melaksanakan pembangunan(sesuai UU No 22/1999 2.Kualitas aparat pemerintah daerah sebagian besar masih belum sesuai dengan harapan 3.Fungsi pelayanan umum oleh aparat pemerintah daerah belum sepenuhnya menjamin kemudahan,kelancaran,transparan,tepat waktu,kenyamanan,dan kepastian hukum.

Analisis diskriptifdan analisisis SWOT

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan makin berkembangnya pembangunan kabupaten bekasi di berbagai bidang menuntut adanya pelayanan masyarakat yang semakin meningkat melalui pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,tetapi masih ada kendala antaralain : kekurangan personil,profesionalisme aparat yang masih belum merata disetiap unit kerja, sarana dan anggaran diklat yang terbatas, serta tidak jelasnya pola karir PNS. Ada peluang yang mungkin dapat diraih yaitu meningkatnya system kerjasama antar instansi, makin berkembangnya program-program pemerintah yang langsung ditujukan kepada kelompok masyarakat, serta usia pegawai yang relative masih muda dan masih dapat ditingkatkan kualitasnya. Pemberdayaan aparat pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan birokrasi adalah melaksanakan”modal intelektual” dengan meninggalkan wawasan control,order dan prediction, untuk mengarah kepada orientasi aligment, creativity, dan empowering, hal ini berarti aparat pemerintah daerah tidaklah berada dibawah tekanan kekuasaan/pengaruh political authority, tetapi lebih kepada pembentukan birokrasi yang sadar mengikat mereka adalah political commitment,dan dilihat melalui output dan outcomes, sehingga kinerja aparat menjadi lebih jelas, terukur dan terevaluasi dan juga aparat yang dapat menterjemahkan dan berimprovisasi terhadap fungsi yang menjadi tanggung jawab dan kemandiriannya.

2

180..

Agus Purbatin Hadi

Revisi Mekanisme dan peningkatan Kualitas Perencanaan Desa Menuju Pembangunan Desa yang Partisipatif dan berkelanjutan diera otonomi daerah(2007)

Tinjauan terhadap model Perencanaan pembangunan desa pada masa lalu dan masa sekarang terutama dikaitkan dengan partisipasi masyarakat

Deskriptif/ Kualitatif

Diperlukan revitalisasi dan penguatan lembaga perencanaan desa, dan memberikan bantuan pendampingan dalam proses penyususnan perencanaan ditingkat desa dan kecamatan, serta perlu dilakukan desiminas dokumen Rencana Pembangunan Daerah ( Poldas, Renstra, Repetada ) sampai kepada masyarakat desa untuk memberi arah dalam penusunan perencanaan massyarakat.

19 Enceng, Liestiyodo BI, Purwanindyah MW

Meningkatkan kompetensi Aparatur Pemerintah Indonesia mewujudkan Good Governance (2006)

1. Sumber daya

aparatur pemerintah

daerah yang terdiri

dari korp pamong

praja daerah dalam

kenyataannya belum

mempunyai

kedewasaan sosial

politik..

2. Sumber daya

Deskriptif/ Kualitatif

- Untuk mendukung aparatur birokrasi yang lebih berdaya, perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi aparatur Pemda. Disamping pengetahuan intelektual juga harus dipadukan dengan penmgetahuan teoritik, sehingga aparatur yang profesional adalah yang mampu memadukan teori dengan prakteknya.

- Good Governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and

Universitas Sumatera Utara

Page 92: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

aparatur Pemerintah

daerah belum

mempunyai

pengalaman

memadai dan kurang

profesional dan jauh

dari memuaskan

untuk menangani

nisu-isu otonomi

daerah..

3. Aparatur

pemerintah daerah

belum dapat

mempossisikan

dirinya non-

partisanh dan

cenderung

dokooptasi oleh

kekuatan politik

tertentu

service. - Dalam penyelenggaraan Good governance

terdapat tiga domein yang berperan yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, masing-masing domein mempunyai posisi yang sejajar.

- Untuk mewujudkan good governance harus dipenuhi beberapa prinswip-prinsip atau karakteristik goodgovernance antara lain ; partisipasi, transparansi, taat hukum, responsip, efisien efektif, akuntabilitas, visi strategis, kesetaraan, dan berorientasi kesepakatan,

20 Bambang Nugroho Tahun 2008

Reward and Punishment dalam pelaksanaan Good Governance

Sumber daya aparatur saat ini dikonotasikan dengan sumber daya manusia ( SDM ) dengan profesionalisme rendah yang gterlihat dari indikator pelayanan yang tidak optimal, penggunaan waktu tidak produktif, belum optimalnya peran dan inovasi dalam menjalankan tugas.

Deskriptif Perlu reformasi birokrasi untuk merombak yang selama ini dinilai lemah, ssetidaknya enam langkah strategis perlu ditindaklanjuti secara cermat yaitu; 1. Upaya-upaya meningkatkan low

enforcement, dengan membentuk

lembaga-lembaga yang bertugas melakukan

pemantauan,pengawasan dan evaluasi

kinerja yang dilakukan secara bertahap,

konsisten dan berkelanjutan.

2. Hubungan kerja yang jelas sebagai alat ukur

kinerja lembaga. Untuk itu diperlukan

tindakan konkrit untuk mempertegas

institusi yang bertanggungjawab dalam

menyusun norma standard dan prosedur

kerja mengelola informasi, mereview,

menganalisa, merumuskan dan

menetapkan indikator kinerja,

mensosialisasikan SOP itu sendiri dan

peningkatan kompetensi SDM dan

penerapan reward dan punishmen yang

konsisten.

3. Terdapat perbedaan tajam antara

penghargaan atas profesionalisme antara

yang terjadi di pemerintahan dengan

swasta, untuk itu perlu adanya regulasi

standar kinerja profesional, memperkuat

kelembagaan kepegawaian dalam

pembinaan profesionalitas yang sesuai

standar hidup layak serta penegakan

reward dan punishment.

4. Meningkatkan disiplin SDM aparatur yang

masih rendah dengan perubahan perilaku

yang mendasar. Hal ini terjadi melalui

revitalisasi pembinaan kepegawaian dan

proses pembelajaran de3ngan membangun

komitmen kuat dalam mengemban tugas

sebagai PNS, disertai pengembangan

system reward dan punishmen yang tepat

dan efektif.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

5. Perubahan dalam membangun pola

perilaku aparatur yang berorientasi pada

pelayanan, membangun kemitraan antara

pemerintah dan masyarakat yang dilayani

dalam penyelenggaraan pelayanan serta

membangun organisasi pemerintah

berdasarkan pada kepercayaan dan

pengembangan system yang berorientasi

pada kepuasan pelanggan.

6. Perlunya standar pelayanan yang jelas,

meliputi procedure, jangka waktu, dan

kalau perlu biaya yang jelas, guna

mendorong terciptanya lembaga pelayanan

yang standar dan teratur. Dengan

membangun system standarisasi pelayanan

mulai dari input, proses, output pelayanan

yang selanjutnya dituangkan dalam SOP

yang transparan.

21 Suryo Pratolo

Pengaruh audit manajemen, komitmen organisasional manajer, pengendalian intern terhadap penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan kinewrja badan usaha milik negara di indonesia

1. Apakah terdapat

hubungan audit

manajemen, komitmen

manajer pada organisasi

dan pengendalian intern.

2. Apakah terdapat

pengaruh audit

manajemen, komitmen

manajer pada organisasi

dan pengendalian intern

terhadap penerapan

prinsip-prinsip good

corvorate governance

baik secara parsial

maupun simultan

3. Apakah terdapat

pengaruh audit

manajemen, komitmen

manajer pada organisasi,

pengendalian intern dan

penerapan prinsip-prinsip

good corporate

governance terhadap

kinerja perusahaan BUMN

baik secara parsial

maupun simultan.

Deskriftif/ Kuantitatif

- Terdapat hubungan antara audit manajemen, komitmen manajer pada organisasi dan pengendalian intern dan menunjukkan bahwa ketiga variabel saling mendukung dalam rangka pengaruhnya terhadap variabel penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan kinerja perusahaan.

22 Taufik Bapeda Lhok suemawe 2011 Analisis kwalitas SDM dalam meningkatkan kinerja Pemerintah Kota Lokh Sumawe

Apakah Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh terhadap kuwalitas kinerja dikota Lokh Sumawe

Statistik (Ujit) dengan SPSS

- Pendidikan dan kelebihan berpengaruh terhadap kuwalitas kerja

- Sarana dan Prasarana, konpensasi dan promosi berpengaruh terhadap peningkatan kuwalitas kerja. Dari rumusan dan hasil yang di dapat, dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.Kota Lhok Seumawe

23 Ginting Analisis kuwalitas SDM dalam meningkatkan kenerja Pemerintah Kota Lhok Seumawe 2008

Apakah Diklat Sarana dan Prasarana kompensasi dan promosi Pegawai berpengaruhi terhadap kuwalitas Kerja Pegawai Bapeda Kota Lhok Suemawe

Regresi Berganda Program SPSS

- X1 X2 X3 X4 berpengaruh signifikat terhadap kuwalitas kerja pegawai Bepeda dan dapat meningkatkan kinerja Pemko Lhok Suemawe

Universitas Sumatera Utara

Page 94: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewilayahan Ilmu

24 Jurnal MIPI 2005

Peran Pemimpin dalam meningkatkan Kinerja Aparatur (Suatu tunjauan peningkatakan kinerja Dinas Sosial Pemkab Subang)

Bagaimana menciptakan model untuk meningkatkan kinerja aparatur

Survey Model Hal-hal yang dilakukan Dinas Sosial Pemkab Subang terhadap peningkatan kinerja Aparatur adalah memberdayakan Pegawai melalui penataan. 1. Pekerjaan yang baik meningkatkan

disiplin dengan program Integrasi

2. Memberikan motivasi kepada Pegawai

3. Kepemimpinan yang PAMONG

4. Kesepakatan atau membangun

komitmen

25 Dumasari Harahap 2012

Analisis Pengaruh Pemberdayaan SDM terhadap Good

Governance dan Pembangunan Daerah pada Pemerintah Privinsi Sumatera Utara

Apakah Pemberdayaan SDM aparatur X1 X2 X3 berpengaruh terhadap Good Governance Apakah X1 X2 X3 dan Y1 berpengaruh terhadap Y2

Regresi Sederhana dan Berganda

1. Ada pengaruh X1 X2 X3 terhadap Y1

2. Ada Pengaruh X1 X2 X3 dan Y1

terhadap Y2

Universitas Sumatera Utara