bab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep stres ii.pdfbab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep stres 2.1.1....
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Stres
2.1.1. Pengertian Stres
Stres adalah bagian yang penting dan tidak dapat di hindari dalam kehidupan sehari –
hari. Menurut WHO ( 2003 ) dalam Sukardiyanto ( 2008 ) stres adalah reaksi atau respon
terhadap stressor psikososial ( tekanan mental atau beban kehidupan ). Stres adalah suatu kondisi
yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, situasi sosial yang berpotensi merusak
pribadi individu. Stres adalah Keadaan Psikologi yang terjadi ketika individu tidak cukup
mampu untuk menghadapi tuntutan dan situasi.
2.1.2. Etiologi Stres
Menurut Sukardiyanto ( 2010 ) penyebab stres adalah stressor. Macam – macam stressor
antara lain fisik, psikologik, keluarga, sosial, spiritual, masalah keuangan, dan stressor akademik.
1. Stressor fisik
Stressor fisik terbagi menjadi stressor fisik internal dan stressor fisik eksternal. Stresor
fisik internal yaitu berasal dari dalam tubuh individu misalnya sakit kepala, masalah
perut, dan sebagainya. Stressor fisik eksternal adalah stres yang datang dari luar tubuh
individu seperti panas, dingin, suara, polusi, radiasi, makanan, zat kimia, trauma,
pembedahan, dan latihan fisik yang terpaksa.
2. Stressor psikologik
Stressor psikologis muncul karena tekanan waktu dan harapan yang tidak realistis pada
individu sehingga menyebabkan tekanan dari dalam individu itu sendiri yang biasanya
bersifat negatif seperti rasa takut, frustrasi, kecemasan ( anxiety ), rasa bersalah, rasa
kuatir yang berlebihan, marah, benci, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa
rendah diri.
3. Stressor keluarga
Stressor keluarga muncul dari masalah keluarga seperti hubungan dengan responden
orangtua yang tidak harmonis, masalah dengan pasangan hidup, dan masalah dengan
anak – anak seperti masalah keuwangan, perhatian yang kurang dari keluarga, dan lain –
lain.
4. Stressor sosial
Stressor sosial muncul karena akibat tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi
sosial dan lingkungannya seperti sekolah, pekerjaan, dan masyarakat. Banyak stres sosial
yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti kehilangan responden yang
sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah,
pindah tempat kerja, dan sebagainya.
5. Stressor spiritual
Stressor spiritual muncul saat nilai dasar spiritual atau keyakinan mengalami hambatan
akibat hambatan dari waktu pertumbuhan spiritual tersebut.Mengabaikan kebutuhan
spiritual mengakibatkan dan memberikan kontribusi kedalam tingkat stres yang lebih
tinggi yang dapat menyebabkan penurunan spiritual.
6. Stressor masalah keuangan
menurut Hawari pada umumnya jenis stressor pisikologi dapat di golongkan menjadi
beberapa faktor sala satunya adalah
a) masaala keuwangan (kondisi sosial dan ekonomi) yang tidak sehat misalnya
pendapatan lebirendah atau terlibat hutang
7. Stressor akademik
Menurut Olejnik dan Holschuh (2007), stres akademik ialah respon yang muncul karena
terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan mahasiswa. khususunya
mahasiswa pertanian.
2.1.3. Patofisiologi Stres
Secara psikologis respon tubuh saat mengalami stres, akan mengaktivasi hipotalamus,
selanjutnya akan mengendalikan sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks
adrenal. Saraf simpatis berespon terhadap inpuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan
mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai
contoh akan meningkatkan kecepatan denyut jantung ( takikardia ) dan mendilatasi pupil. Saraf
simpatis memberi signal ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin
kedalam aliran darah. Jika tubuh tidak melakukan penyesuaian diri dengan perubahan maka akan
terjadi gangguan keseimbangan ( Puspitasari, 2010 ).
Selain korteks adrenal menjadi aktivasi jika hipotalamus mengekskresi CRF (
coricortropin releasing factor ) yaitu zat kimia yang bekerja pada hipofisis, terletak di bawah
hipotalamus. Kelenjar hipofisis ini selanjutnya akan mensekresikan hormon ACTH (
adrenocortico cotropic hormone ), lalu dibawah melalui aliran darah ke korteks adrenal
kemudian akan menstimulasi pelepasan berbagai kelompok hormon antara lain kortisol berfungsi
untuk meregulasi kadar gula darah ( Wijoyo, 2009 ).
ACTH ( adrenocortico cotropic hormone ) memberi signal ke kelenjar endokrin lain
untuk mengeluarkan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi dari berbagai hormon stres yang
dibawah melalui aliran darah dan ditambah aktivasi saraf simpatis dan sistem saraf otonom
berperan dalam merespon fight or flight ( respon untuk melawan atau kabur ) ( Wijoyo, 2009 )
.
2.1.4. Bentuk, Gejala Klinis, Dan Tingkat Stres
A.Bentuk – bentuk stres
Ambarwati ( 2010 ), stres terbagi atas distres dan eustres
1. Distres ( stres negatif )
Yaitu stres individu yang tidak mampu mengatasi keadaan emosinya sehingga akan
mudah terserang distres. Distres memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri – ciri individu
yang mengalami distres adalah mudah marah, sulit konsentrasi, cepat tersinggung,
bingung, pelupa, pemurung, penurunan akademik, dan kesulitan mengambil keputusan.
2. Eustres ( stres positif )
Yaitu stres baik atau stres yang tidak mengganggu individu dan memberikan perasaan
senang dan bersemangat. Eustres adalah respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat,
dan konstruktif ( membangun ).
B. Gejala – gejala stres yaitu :
a. Gejala emosional
Meliputi kecemasan, gelisah, mudah marah, frustrasi, merasa harga diri rendah,
dendam, percaya diri menurun, sensitif dan hiperaktif.
b. Gejala fisikal
Meliputi tidur tidak teratur ( insomnia ), lelah, diare, sakit pada bagian tubuh leher,
dan bahu.
c. Gejala interpersonal
Meliputi kehilangan kepercayaan pada responden lain, mudah mempersalahkan
responden lain, dan tidak peduli terhadap responden lain.
d. Gejala intelektual
Meliputi susah berkonsentrasi, sulit atau lambat mengambil keputusan.
C. Tanda – tanda stres
Tanda – tanda stres antara lain :
1. Sakit kepala
2. Susah tidur
3. Kurang dapat berkonsentrasi
4. Temperamental dan mudah tersinggung
5. Sakit maag
6. Tidak ada kepuasan dalam hidup misalnya bekerja, belajar ataupun bersosialisasi
D. Tingkat stres
Sukardiyanto ( 2010 ), tingkat stres yaitu hasil penilaian hasil stres yang dialami individu.
Tingkat stres merupakan salah satu faktor pembeda dalam melakukan koping sebagai kegiatan
kognitif. Tingkat stres digolongkan menjadi stres ringan, stres sedang, stres berat.
1. Stres ringan
Stres ringan adalah stres yang dihadapi setiap responden secara teratur, umumnya
dirasakan oleh setiap responden misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan, dikritik. Situasi
seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam atau biasanya tidak
menimbulkan bahaya.
2. Stres sedang
Stres sedang umumnya lebih lama dari stres ringan. Biasanya berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Situasi seperti ini akan berpengaruh pada kondisi kesehatan
responden.
3. Stres berat
Stres berat merupakan stres kronik yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa
tahun. Stres yang berat lebih cenderung mengalami gangguan misalnya pusing,
mengalami ketegangan dalam bekerja, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar –
debar, nyeri leher dan bahu serta berkeringat dingin. Mahasiswa yang mengalami stres
berat biasanya membolos atau tidak aktif dalam mengikuti perkuliahan.
Tahapan tingkat stres dapat diukur dengan menggunakan depression anxiety stress scale
42 ( DASS 42 ). DASS 42 merupakan skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur
emosional negatif dari depresi, cemas, dan stres. DASS 42 adalah suatu alat ukur yang
digunakan oleh Lovibon ( 1995 ) untuk menilai serta mengetahui tingkat depresi,
kecemasan, danstres. DASS 42 adalah alat ukur yang bertujuan untuk mengenal status
emosional individu yang biasanya digambarkan sebagai stres.
Peneliti menggunakan alat ukur yaitu kuisioner DASS 42 yang telah di modifikasi oleh
Chomaria ( 2009 ), Sriati ( 2008 ), dan Yulianti ( 2004 ) dan kemudian dikategorikan
menjadi 3 tingkatan stres yakni stress ringan dengan skor < 56 % dari skor total, stres
sedang dengan skor 56% – 75 % dari skor total, stres berat dengan skor
> 75 % dari skor total 75%.
2.1.5. Pengaruh Intensitas Belajar Terhadap Terjadinya Stres
Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh ilmu atau kepandaian, berlatih dan berubah
tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, dan tingkah laku. Tuntutan belajar
yang tinggi dari kampus terutama mengambil jurusan pertanian membuat mahasiswa berusaha
meningkatkan proses belajarnya sehingga banyak mahasiswa yang ditemukan mengalami stres.
Menurut Vincent Conelli sebagaimana yang dikutip oleh Grant Brecht dalamSriati ( 2008
) bahwa stres adalah gangguan psikis dan fisik yang disebabkan oleh adanya perubahan dan
tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam
lingkungan tersebut. Penelitian pada fakultas kedokteran Osaka Jepang bahwa stres yang dialami
mahasiswa akan mempengaruhi prestasi akademik karena terjadi gangguan pada aktivitas
belajar. Dikatakan pula pada penelitian di Thailand dan Malasyia peran akademik merupakan
stressor yang potensial bagi mahasiswa kedokteran.
2.1.6. Koping Stres
Koping stres adalah keadaan stres yang mendorong usaha individu untuk mengatasinya.
Koping stres merupakan proses yang terjadi dalam diri individu saat mengalami stres. Dalam
mengatasi persoalan usaha individu tidak saja berpusat pada pemecahan masalah, tetapi juga
pada pengurangan masalah ( usaha untuk mengurangi ) perasaan – perasaan tertekan akibat
permasalahan yang dihadapi. Koping stres menurut Lazarus adalah suatu upaya yang dilakukan
oleh individu pada saat dihadapkan pada tuntutan – tuntutan baik secara internal maupun secara
eksternal yang ditujukan untuk mengukur suatu kondisi stres dengan tujuan mengurangi distress
( Khotimah, 2009 ).
2.1.7. Bentuk – Bentuk Koping Stres
1. Problem focus koping
Problem focus koping adalah suatu usaha berupa perilaku individu untuk mengatasi atau
mengurangi masalah, tekanan, dan tuntutan. Koping yang muncul berfokus pada masalah
individu yang akan mengalami stres dengan mempelajari keterampilan yang baru.
Strategi ini membawa pengaruh pada individu yaitu usaha untuk melakukan perubahan
atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya termasuk
dampak – dampak dari masalah tersebut ( Wijoyo, 2009 ).
2. Emotion focus koping
Emotion focus koping adalah bentuk koping yang untuk mengontrol respon emosional
terhadap situasi yang menekan. Tujuan dari emotion focus koping adalah upaya untuk
mencari dan memperoleh rasa nyaman serta memperkecil tekanan yang dirasakan.
Emotion focus koping berusaha untuk mengurangi, meniadakan tekanan, mengurangi
beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya.
Emotion focus koping lebih dianjurkan pada usia antara 17 – 20 tahun karena pada usia
ini mereka belum mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa mengontrol
emosi. Emotion focus koping merupakan respon yang mengendalikan penyebab stres
yang berhubungan emosi dan usaha untuk memelihara keseimbangan yang efektif
( Wijoyo, 2009 ).
2.1.8. Cara Untuk Mengurangi Stres
Menurut Sukadiyanto ( 2010 ) beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui
pola makanyang sehat dan bergizi, memelihara kebugaranjasmani, latihan pernapasan, latihan
relaksasi, melakukan aktivitasyang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang
harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin,
Meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga).
1. Aktivitas jasmani
Aktivitas jasmani yang dilakukan secara terprogram, terukur, teratur,dan rutin mampu
mengurangi potensiserangan stress, selain itu jugamampu memelihara kebugaran jasmani
individu. Dianjurkan individu nono lahragawan untuk melakukan aktivitas fisik, antara
lain seperti jogging, jalan, renang, bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang,
dalam durasi waktu minimal 20 menit, frekuensinya 3 kali setiap minggu, akan
membantu memelihara kebugaran jasmani.
2. Latihan pernafasan
Pernafasan yang baik adalah menarik nafas secara perlahan dan dalam yaitu
menggunakan diagphragma (Jawa: unjal ambegan) dan sesaat ditahan di perut,
selanjutnya dikeluarkan secara perlahan pula. Cara bernafas seperti ini sangat membantu
mereduksi stress. Sebagai contoh, jika individu mengalami jantung berdebar - debar,
lakukanlah bernafas secara perlahandan dalam maka denyut jantung relatif akan lebih
lambat. Permasalahan yang muncul sekarang, apakah pernafasan yang selama ini
dilakukan oleh setiap individu sudah baik. Adapun caranya dengan merasakan pada saat
menghirup maupun mengeluarkan udara yang dilakukan secara perlahan dan dalam
dengan memanfatkan diagphragma. Untuk itu, mulai dari sekarang perlu dilakukan
latihan pernafasan yang baik dan benar agar semua individu terhindar dari stress yang
berat.
3. Latihan relaksasi
Relaksasi sangat diperlukan baik secara fisik maupun psikis. Bagi olaragawan yang
mengandalkan aktivitas fisik perlu melakukan masa secara rutin. Hal itu dimaksudkan
untuk mengembalikan dan memperlancar simpul syaraf yang tidak dalam posisinya pada
saat berolahraga. Menurut Lake (2004 dalam Sukadiyanto, 2010) massage can be used as
relaxation, reassurance, communication and fun. Selain itu, relaksasi secara psikologis
dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan latihan pernafasan dan relaksasi.
Sebagai contoh bagi umat muslim pada waktu shalat tahajud atau setelah shalat
subuhwajib melakukan dzikir atau wiridanyang dibarengi dengan merasakan dan
melakukan cara bernafas yang baik dan benar. Insya Allah individu itu akan terhindar dari
stres yang berat.
4. Melakukan aktivitas yang menggembirakan
Melakukan aktivitas yang menggembirakan akan membantu individu terhindar dari
perasaan stres. Sebab melalui aktivitas yang menggembirakan, individu yang memiliki
masalah, sejenak akan melupakan permasalahannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini
muncul terapi melalui tertawa yang sampai terbahak-bahak dan bahkan sampai menangis,
yang tujuannya untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu
itu sendiri. Cara ini dapat dikombinasikan dengan latihan kebugaran jasmani di atas,
dengan aktivitas ringan sampai sedang minimal dalam waktu 20 menitjuga dimaksudkan
untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu itu sendiri.
Dengan munculnya hormon endorphin tersebut akan berdampak pada individu merasakan
riang dan gembira.
5. Berlibur atau rekreasi
Berlibur atau rekreasi merupakan aktivitas yang bertujuan untuk melepaskan segala
kelelahan (kepenatan) baik fisik maupun psikis dengan cara mengubah suasana yang
menjadi rutinitas. Terutama bagi yang sudah berkeluarga berlibur sangat diperlukan guna
menjalin hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar terjadi komunikasi yang
harmonis pula. Selain itu, dengan perubahan suasana mampu menggairahkan kinerja
individu yang mengalami kepenatan karena rutinitas pekerjaan atau beban pikiran yang
terlalu berat.
6. Menjalin hubungan yang harmonis
Menjalin hubungan yang harmonis, hubungan dan komunikasi dengan pihak lain secara
harmonis, terutama keluarga, akan membantu mereduksi potensi individu terserang stres.
Sebagai contoh individu yang tidak di terima dengan baik dalam ligkungan keluarganya,
akan menyebabkan stres sehingga perilakunya serba salah. Hal itu yang mengakibatkan
individu tidak nyaman tinggal di rumah, jika kondisi seperti itu terus berkepanjangan
berakibat brokenhome pada diri individu. Untuk itu,dalam keluarga harus diciptakan
suasana dan komunikasi yang harmonis antar anggotanya agar terhindar dari stres. Selain
itu, dengan tetangga atau rekan kerja jalinan yang harmonis terus di jalankan, agar dalam
lingkungan atau satu ruang kerja tidak terjadi rasa permusuhan dan saling mencurigai
satu dengan yang lainnya. Suasana lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja yang
tidak harmonis berpotensi melahirkan stres.
7. Menghindari kebiasaan yang jelek
Pada umumnya individu yang mengalami stres penyalurannya antara lain melalui
merokok, makan secara berlebihan, minum minuman keras, dan mengkonsumsi narkoba.
Sesaat mungkin kegiatan tersebut dapat menghilangkan stres, tetapi dalam jangka waktu
yang lama dan berlebihan justru akan membahayakan terhadap kesehatan individu itu
sendiri.
8. Merencanakan kegiatan harian secara rutin
Hidup adalah serangkaian rutinitas, namun manusia selalu melupakan rutinitas tersebut.
Bahkan dalam menjalani hidup ini individu sering lupa dalam merencanakan kegiatan
yang akan dijalani dalam satu hari ini. Sebagai contoh hari ini ada rapat atau seminar,
tetapi individu tersebut jika lupa jadwal kegiatannya maka akan menimbulkan stres.
Sebaliknya, jika individu mengetahui secara pasti jadwal kegiatan dari hari ke hari maka
akan mengurangi resiko terkena stres.
9. Memelihara tanaman dan binatang
Memelihara tanaman dan binatang dapat sebagai sarana untuk mengurangi beban stres
pada individu. Dengan menanam dan merawat tanaman dapat sebagai hiburan dan
pengalihan perhatian atau konsentrasi pada suatu permasalahan. Dengan merawat
tanaman konsentrasi sesaat akan tercurahkan pada tanaman tersebut, sehingga beban stres
dapat berkurang. Selain itu, memelihara binatang piaraan antara lain seperti kucing,
anjing, burung, ikan dan sejenisnya merupakan hiburan yang mampu mengalihkan
konsentrasi dari suatu permasalahan ke obyek yang dirawat.
10. Meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga)
Seperti telah dijelaskan di atas dalam rekreasi atau meluangkan waktu bagi diri sendiri
dan keluarga sangat diperlukan agar individu terhindar dari stres. Selain itu, kegiatan
seperti memancing ikan dapat sebagai sarana mengurangi ketegangan pada individu yang
mengalami stres. Menghindari diri dalam kesendirian. Jika individu mengalami stres
sebaiknya banyak bergaul dengan responden lain agar tidak dalam kesendirian, sebab jika
dalam kesendirian individu itu akan semakin menikmati stresnya. Dengan semakin
menikmati stres kondisinya akan semakin buruk dan membahayakan. Untuk itu, akan
lebih baik individu yang mengalami stres mencari teman yang dapat diajak untuk
mencurahkan isi hati (curhat), sehingga beban psikologis penyebab stres dapat dikurangi.
2.2. Konsep Dispepsia2.2.1. Pengertian Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan). Istilah
dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang menggambar keluhan atau
kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada epigastrum, mual,
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang
menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai
penyakit, termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung atau yang dikenal
sebagai penyakit maag ( Djojodiningrat, 2006 dalam Puspitasari, 2010 ).
2.2.2. Klasifikasi Dispepsia
Menurut Sudoyo ( 2009 ) Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-Esophageal reflux disease,
hiperacidity.2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia nonulkus (DNU),
penyebabnya tidak jelas. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur
organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong
saluran pencernaan) (Mansjoer, 2000).
2.2.3. Jenis-Jenis Dispepsia Organik
Sudoyo ( 2009 ) mengemukakan jenis – jenis dispepsia organik, yaitu :
1. Tukak Pada Saluran Cerna AtasTukak dapat di temukan pada saluran cerna bagian atas yaitu pada mukosa, submukosa dan
lapisan muskularis, pada distal esophagus, lambung dan duodenum. Keluhan yang sering
terjadi adalah nyeri epigastrum. Nyeri yang di rasakan yaitu nyeri tajam dan menyayat atau
tertekan, penuh atau terasa perih seperti responden lapa. Nyeri epigastrum terjadi 30 menit
sesudah makan dan dapat menjalar ke punggung. Nyeridapat berkurang atau hilang
sementara sesudah makan atau setelah minum antasida. Gejala lain seperti mual, muntah,
kembung, bersendawa dan kurang nafsu makan (Berdanier, 2008).2. Gastritis
Gastritis adalah peradangan atau inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Penyebabnya oleh makanan atau obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung dan adanya
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nyeri
epigastrum, nafsu makan menurun dan kadang terjadi perdarahan.3. Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) adalah kelainan yang menyebabkan cairan
lambung mengalami refluks (mengalir balik) ke kerongkongan dan menimbulkan gejala khas
berupa rasa panas terbakar didada (hearthburn), kadang disertai rasa nyeri serta gejala lain
seperti rasapanas dan pahit di lidah, serta kesulitan menelan. Belum ada tes standar untuk
mendiagnosa GERD, kejadiannya diperkirakan dari gejala – gejala penyakit lain atau dari di
temukannya radang pada esofagus seperti esofagitis (Berdanier, 2008).4. Karsinoma
Karsinoma pada saluran pencernaan (esofagus, lambung, pancreas, kolon) sering
menimbulkan dispepsia. Keluhan utama yaitu rasa nyeri pada perut, bertambah dengan nafsu
makan turun, timbul anoreksia yangmenyebabkan berat badan turun.5. Pankreatitis
Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri hebat di epigastrum. Nyeri timbul
mendadak dan terus - menerus, seperti ditusuk-tusukdan terbakar. Rasa nyeri dimulai dari
epigastrum kemudian menjalar ke punggung. Perasaan nyeri menjalar ke seluruh perut dan
terasa tegang beberapa jam kemudian. Perut yang tegang menyebabkan mual dan kadang-
kadang muntah. Rasa nyeri di perut bagian atas juga terjadi pada penderita pankreatitis
kronik. Nyeri yang timbul seperti di tusuk-tusuk, menjalar kepunggung, mual dan muntah
hilang dan timbul. Pada pankreatitis kronik tidak ada keluhan rasa pedih, melainkan disertai
tanda-tanda diabetes melitus atau keluhan steatorrrhoe.6. Dispepsia pada Sindrom Malabsorbsi
Malabsorbsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan proses absorbsi dan di gesti secara
normal pada satu atau lebih zat gizi. Penderita ini mengalami keluhan rasa nyeri perut,
nausea, anoreksia, sering flatus, kembung dan timbulnya diare berlendir.7. Gangguan Metabolisme
Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang hebat sehingga muncul
keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual dan muntah. Definisi gastroparesis
yaitu ketidak mampuan lambung untuk mengosongkan ruangan. Ini terjadi bila makanan
berbentuk padat tertahan di lambung. Gangguan metabolik lain seperti hipertiroid yang
menimbulkan nyeri perut dan vomitus.8. Dispepsia akibat Infeksi bakteri Helicobacter pylori
Penemuan bakteri ini dilakukan oleh dua dokter peraih Nobel dari Australia, Barry Marshall
dan Robin Warre yang menemukan adanya bakteri yang bisa hidup dalam lambung manusia.
Penemuan ini cara pandang ahli dalam mengobati penyakit lambung. Penemuan ini
membuktikan bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pyloripada lambung dapat
menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut gastritis. Proses ini berlanjut
sampai terjadi ulkus atau tukak bahkan dapat menjadi kangker.2.2.4. Dispepsia Non Organik Atau Dispepsia Fungsional
Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi pada kondisi perut bagian atas seperti
rasa tidak nyaman, mual, muntah, rasa penuh setelah makan yang menunjukkan perubahan
sensitivitas syaraf di sekeliling abdomen dan kontraksi otot yang tidak terkoordinasi di dalam
perut. Penyebab ini secara umum tidak sama walaupun beberapa kasus berhubungan dengan
stres, kecemasan, infeksi, obat-obatan dan ada beberapa berhubungan dengan IBS (irritable
bowel syndrome) (Desai, 2012). Kriteria Rome III menetapkan dispepsia fungsional dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Postprandial distress syndromeGejala yang dirasakan pada tahap ini yaitu :a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi setelah makan dengan porsi biasa,
sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu.b. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa,
sedikitnya terjadi beberapa kali seminggu.Kriteria penunjang sindrom dispepsia jenis ini adalah adanya rasa kembung di daerah
perut bagian atas atau mual setelah makan atau bersendawa yang berlebihan dan dapat
timbul bersamaan dengan sindrom nyeri epigastrum.2. Epigastric pain syndrome
Gejala yang dirasakan pada tahap ini yaitu :a. Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalisasi di daerah epigastrum dengan tingkat
keparahan moderat/sedang, paling sedikit terjadi sekali dalam seminggub. Nyeri timbul berulangc. Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau dada selain daerah perut bagian
atas/epigastrumd. Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin
e. Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis kelainan kandung empedu dan
sfinger oddi.Kriteria penunjang sindrom dispepsia jenis ini adalah :1. Nyeri epigastrum dapat berupa rasa terbakar, tetapi tanpa menjalar ke daerah
retrosternal2. Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan makan, tetapi mungkin timbul
saat puasa3. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres setelah makan (Abdulah dan
Gunawan, 2012).2.2.5. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidakjelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam lambung, sehingga
rangsangan di medula oblongatamembawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Anonim, 2010).
Lambung mempunyai fungsi yaitu fungsi motorik dan fungsi pencernaan dan sekresi. Fungsi
motorik lambung dibagi menjadi :
1. Fungsi menampungMenyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak
pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan
relaksasi reseptif otot polos di perantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.2. Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah
lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh
suatu irama listrik intrinsik dasar.3. Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfinger pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotik, keadaan fisik, sertaoleh emosi, obat-obatan dan olah raga. Pengosongan
lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal seperti kolesistokinin.Fungsi pencernaan dan sekresi antara lain :a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh
amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.b. Sintesa dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan
antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian distald. Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai
pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkute. Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, berperan sebagai barier dari asam
lumen dan pepsin
(Price dan Wilson, 2006 dalam Desai, 2012 )
Asam klorida (HCL) di dalam lambung mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Menggiatkan enzim-enzim pepsinogen yang dihasilkan getah lambung menjadi
pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton2. Sebagai desinfektan atau pembunuh kuman (bibit penyakit) yang masuk lambung.3. Membantu dalam membuka dan menutup klep yang terdapat di antara pilorus dan
duodenum.4. Merangsang pengeluaran (sekresi) getah usus.
Getah lambung yang dimaksud diatas (gastric juice) sekresinya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor psikis dan hormonal.a. Faktor psikis
Faktor ini sama dengan yang mempengaruhi kerja glandula saliva (kelenjar
ludah) yaitu reflek pikir, melihat atau mencium makanan yang dapat merangsang
keluarnya getah lambung.b. Faktor hormonal
Ada dua tahapan yaitu :
1. Tahapan gastrium, berdasarkan pada timbulnya rangsangan setelah makanan
masuk ke lambung, hormon gastrin terproduksi yang berfungsi merangsang
keluarnya getah lambung.2. Tahapan intestinal berdasarkan timbulnya rangsangan chyme memasuki
mukosa duodenal akan mengeluarkan sekresi hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya getah pankreatik dan empedu. Bila terdapat lemak
dalam makanan yang masuk ke usus maka akan keluar hormone enterogaster
yang berfungsi menghambat keluarnya cairan lambung (HCL). Selain untuk
dapat menghambat berlangsungnya motilitas GastroIntestinal Tract dengan
demikian makanan yang telah tercerna akan tertahan lebih lama dalam
lambung dan usus (Karta sapoetra dan Marsetyo, 2005). Gejala yang
ditimbulkan oleh dispepsia antara lain berupa mual, muntah, anoreksia dan
diare. Mual merupakan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan sering
mendahului muntah. Terjadinya muntah diawalidengan berjalannya impuls-
impuls aferen ke pusat muntah sebagai aferen fagus dan simpatis. Impuls
aferen ini berasal dari lambung atau duodenum yang muncul sebagai respon
terhadap stimulasi kimiawi oleh emetic (bahan penyebab muntah). Apabila
refleks muntah terjadi pada pusat muntah, terjadi melalui aktivitas beberapa
syaraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron motorik spinalis ke
otot abdomen dan diafragma. Gejala-gejala yang dapat terjadi sebelum
muntah adalah mual, takikardi dan berkeringat (Corwin, 2009).
2.2.6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dispepsia :
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik dan
fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan pada saluran
cerna atau pada sekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain.
Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor
intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Abdulah dan Gunawan, 2012).
Beberapa faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian atas
(esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah (mengunyah
dengan mulut terbuka atau berbicara).3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa
penuh atau bersendawa terus.4. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia,
seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat
mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) misalnya
aspirin, Ibu profen dan Naproven (Rani, 2007).6. Pola makanPada pagi hari kebutuhan kalori responden cukup banyak sehingga bilatidak sarapan,
lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi,
padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang
tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda makan (Rani, 2007).Pola konsumsi makan yang menyebabkan dispepsia adalah :
a. Frekuensi makan Menurut Susanti dkk. (2011) kejadian dispepsia dipengaruhi oleh keteraturan dan
frekuensi makan. Responden yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah
terserang dispepsia. Frekuensi makan merupakan faktor yang berhubungan dengan
pengisian dan pengosongan lambung. 16 Menurut Oktaviani (2009) kasus gastritis
(dispepsia) diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga asam lambung
meningkat, produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan gesekan pada dinding
lambung dan usus halus, sehingga timbul nyeri epigastrum. Keadaan ini secara perlahan
menimbulkan perdarahan. Perut yang kosong atau ditunda pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, berakibat rasa nyeri.b. Makan makanan berisiko
Makanan yang berisiko yang dimaksud adalah makanan yang terbukti ada
pengaruhnya terhadap dispepsia yaitu makanan pedas, makanan asam, makanan bergaram
tinggi. Frekuensi makan makanan berisiko berhubungan signifikan dengan kejadian
dispepsia. Semakin sering mengkonsumsi makanan tersebut semakin berisiko terkena
dispepsia (Anggita, 2012). Konsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan,
terutama lambung dan usus yang berkontraksi. Keadaan ini menimbulkan rasa panas dan
nyeri ulu hati yang disertai mual dan muntah (Oktaviani, 2009). Bila kebiasaan
mengkonsumsi lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal enam bulan
dibiarkan berlangsung lama dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut
gastritis. Selain itu, bubuk cabai atau chilli powder dapat menyebabkan kehilangan sel
epitel pada lapisan mukosa (Berdanier, 2008). Makanan dengan rasa asin yang berlebihan baik dalam segi rasa maupun
frekuensi terbukti signinifikan dalam kasus pra kanker lambung. Peningkatan makanan
asin dan makanan yang diasap secara berkaitan terbukti signifikan dalam perkembangan
kanker lambung. Mengkonsumsi makanan asin dapat meningkatkan risiko terinfeksi
bakteri H. Pylori yaitu bakteri penyebab gastritis (Corwin, 2009). Makanan yang berminyak dan berlemak juga dapat menimbulkan gejala
dispepsia. Makanan ini berada di lambung lebih lama dari jenis makanan lainnya.
Makanan tersebut lambat dicerna dan menimbulkan tekanan di lambung. Proses
pencernaan ini membuat katup antara lambung dan kerongkongan (Lower Esophageal
Sphincter/LES) melemah sehingga asam lambung dan gas akan naik ke kerongkongan
(Berdanier, 2008). Makanan asam termasuk makanan yang berisiko penyebab dispepsia.
Makanan asam dapat memperlambat pengosongan lambung. Sebelum masuk duodenum,
kimus yang bersifat asam akan dinetralisir oleh Natrium Bikarbonat (NaHCO3). Bila
proses belum selesai, kimus asam akan berada di dalam lambung, sehingga akan
mengiritasi lapisan mukosa lambung dan menimbulkan serangan gastritis. Diet rendah
serat dianjurkan untuk mengurangi keluhan perut kembung. Tetapi serat yang tidak larut
dalam air dapat menyebabkan kembung tanpa adanya peningkatan jumlah gas. Kembung
ini disebabkan oleh melambatnya aliran gas ke usus kecil akibat serat (Mansjoer, 2000).
Diet tinggi serat dan gas tidak dianjurkan dalam gangguan lambung. Makanan yang
mengandung serat tinggi dan gas seperti : daun singkong, kacang panjang, kol, lobak,
sawi, asparagus, jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka (Almatsier, 2005).
c. Minum minuman berisiko Menurut Yunita (2010), frekuensi minum minuman iritatif seperti kopi, bersoda
(soft drink) dan alkohol berpengaruh signifikan terhadap kejadian dispepsia. Beberapa
jenis minuman atau zat tertentu yang terkandung pada minuman ternyata memiliki
hubungan terhadap kejadian dispepsia. Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein yang merupakan zat sekrettagogue.
Zat ini merupakan salah satu penyebab antrum mukosa lambung menyekresikan hormon
gastrin. Kafein dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat asam yang
menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh
lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari fundus lambung
(Ganong, 2008). Minuman bersoda merupakan minuman mengandung gas. Gas yang berlebihan
dalam lambung dapat memperberat kerja lambung. Minuman bersoda atau berkarbonasi
akan melenturkan katup LES (Lower Esophangeal Sphincter) yaitu katup antara lambung
dan tenggorokan sehingga menyebabkan reflux atau berbaliknya asam lambung ke
kerongkongan. Oleh karena itu responden memiliki gangguan pencernaan dianjurkan
tidak mengkonsumsinya. Disamping itu, minuman bersoda juga memiliki pH antara 3-4
yang berarti bersifat asam sehingga akan meningkatkan dampak buruk bagi lambung
(Berdanier, 2008). Minum susu terlalu banyak tidak dianjurkan bila ada gejala intoleransi laktosa.
Lactose intolerance disebabkan oleh kurangnya enzim lactase yang dibutuhkan tubuh
untuk mencerna laktosa (gula susu). Laktosa yang tidak tercerna akan bertahan di usus
dan mengalami fermentasi sehingga dapat menimbulkan rasa kembung (Berdanier, 2008).
d. Waktu makan Hasil penelitian oleh Anisa (2009) jeda antara jadwal makan yang lama dan
ketidakteraturan makan berkaitan dengan sindroma dispepsia. Pada penelitian ini juga
ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala gastrointestinal
pada remaja putri. Penyebab asam lambung tinggi diantaranya adalah aktivitas padat
sehingga terlambat makan. Secara alami lambung akan memproduksi asam lambung
setiap saat dalam jumlah kecil. Setelah 4-6 jam sesudah makan kadar glukosa dalam
darah telah banyak diserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan saat itu
jumlah asam akan meningkat (Ganong, 2008).
7. Faktor stres
Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Pada waktu stres
akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon untuk memicu sekresinya. Proses ini
memicu terjadinya penyakit psychsosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah, diare,
pusing, nyeri otot dan sendi (Irawan, 2007). Faktor psikis dan stresor seperti depresi, cemas, dan
stres ternyata memang dapat menimbulkan peningkatan hormon kortisol yang berakibat kepada
gangguan keseimbangan sistem saluran cerna, sehingga terlihat bahwa pada hormon kortisol
yang tinggi ternyata memberikan manifestasi klinik dispepsia yang lebih berat. Jadi semakin
tinggi nilai kortisol akan menyebabkan semakin beratnya klinis dispepsia. Begitu juga dengan
perubahan gaya hidup seperti kurang olahraga, merokok, dan gangguan tidur juga memiliki efek
terhadap peningkatan asam lambung dan perubahan aktivitas otot dinding lambung yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya dispepsia fungsional (Micut, 2012).
2.2.7. Pencegahan Dispepsia
Pencegahan dispepsia dapat dilakukan dengan cara (Farmamedia,2012):
1. Kurangi makan, dan makan pada frekuensi yang lebih sering. Kunyah makanan secara
perlahan dan sempurna. Hindari segala sesuatu yang memicu dispepsia, seperti makanan
berlemak dan pedas, minuman berkarbonasi, kafein dan alkohol.2. Hindari merokok3. Menjaga berat badan.
Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada abdomen, mendorong perut dan
menyebabkan asam kembali ke esophagus.4. Olaraga secara teratur dan ringan.
Aktivitas fisik selama 30-60 menit setiap hari dalam seminggu. Dapat juga dilakukan
dengan sederhana seperti berjalan-jalan pada malam hari setelah makan. Jangan
berbaring secara tiba-tiba setelah makan.5. Kelola stres.
Ciptakan suasana tenang pada waktu makan. Melatih teknik relaksasi seperti mengambil
nafas dalam, meditasi atau yoga. Habiskan waktu mengerjakan sesuatu yang
menyenangkan.6. Responden yang mengalami dispepsia mungkin karena mengkombinasi makanan yang
salah, berikut ini beberapa makanan yang jangan dikombinasikan secara bersamaan
( Farmamedia, 2012) :
a. Protein dan sayuran berdaun hijau tua merupakan kombinasi yang baik dan
membantu satu sama lain dari kerusakan dan asimilasi nutrien.b. Tepung dan sayuran hijau baik dikombinasi. Buah-buahan harus selalu di makan pada
keadaan lambung yang sama sekali kosong.c. Jangan mengkombinasi makanan dengan gula atau soda yang mengandung gula, dan
lain-lain.d. Jangan mengkombinasi lebih dari satu protein makanan setiap kali makan.
7. Prinsip sederhana yang dipakai untuk pengobatan dispepsia adalah menyeimbangkan
faktor agresif dengan faktor defensive, utamanya dengan menghindari pencetus
dispepsia, yakni menghindari makanan, obat, stress, hawa dingin (Puspitasari, 2010).2.2.8. Penatalaksaan Dispepsia
Penatalaksanaan Dispepsia menurut Kenny (2014) :
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam
lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat.
Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa
nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben
sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk
senyawa MgCl2.2. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial
seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin,
roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
3. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi
asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah Omeprazol, Lansoprazol, dan
Pantoprazol.4. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat
sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi
meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,
meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk
lapisan protektif
(site protective),
yang bersenyawa dengan protein sekitarlesi mukosasaluran cernabagian atas (SCBA).
5. Golongan prokinetikObat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan
mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance), (Mansjoer et al,
2007).6. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka
(obatanti- depresi dan cemas) pada Mahasiswa dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi
(Sawaludin,2005) .
Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara
lain :
1. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial
mencetuskan serangan dispepsia
2. Modifikasi pola hidup Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus.
Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan rendah lemak.
3. Obat-obatan Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan
prokinetik dapat digunakan untuk mengurangi keluhan
2.3. Mahasiswa2.3.1. Pengertian Mahasiswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hapsari, 2009), mahasiswa adalah responden yang
belajar di perguruan tinggi. Menurut Kartono (2012 ), usia mahasiswa pada umumnya berkisar
anatara 18-25 tahun. Sewaktu menjadi dewasa responden-responden muda mengalami
perubahan tanggung jawab dari responden pelajar yang sepenuhnya tergantung pada responden
tua menjadi responden dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul
tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup,
tanggung jawab dan komitmen - komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola - pola ini
menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen - komitmen
di kemudian hari (Hurlock, 1980 dalam Kartono, 2012 ).
Menurut Papalia (2009), banyak mahasiswa yang mulai berkuliah memiliki ide - ide yang
kaku tentang kebenaran, mahasiswa tidak bisa melahirkan jawaban kecuali jawaban yang
“benar”. Sejalan dengan mahasiswa yang mulai berhadapan dengan ruang gagasan dan
pandangan yang luas, mereka berlayar di lautan ketidak pastian. Namun mereka menganggap
tahap ini bersifat sementara dan berharap akan mempelajari “jawaban yang benar” pada
akhirnya. Kemudian, mereka menyadari semua pengetahuan dan nilai bersifat relatif. Meskipun
telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini memberikan kebebasan
untuk mandiri, banyak responden muda yang agak masih tergantung atau bahkan sangat
tergantung pada responden – responden lain selama jangka waktu yang berbeda - beda.
Ketergantungan ini mungkin pada responden tua, lembaga pendidikan yang memberikan
beasiswa sebagian atau penuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka (Hurlock, 1980 dalam Hapsari, 2009 ).
Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa memiliki banyak
problematika yang dikarenakan status barunya sebagai mahasiswa. Dukungan lingkungan dan
keluarga yang baik akan menjadikan mahasiswa lebih baik dalam menyesuaikan diri dan dapat
mengurangi stres dialaminya.