bab ii tinjauan pustaka 2.1 manajemen proyek 2.pdf · rekayasa nilai (value engineering...

16
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengelola dan mengorganisasi beragam sumber daya selama masa proyek, yang tujuan akhirnya adalah terwujudnya sasaran proyek yang meliputi kualitas, waktu dan biaya yang telah ditentukan (Kodoatie,2005). Banyak metode yang dilakukan oleh para praktisi dibidang konstruksi untuk membuat rencana biaya, jadwal, dan mutu serta pelaksanaan proyek konstruksi seefisien dan seekonomis mungkin untuk membantu memudahkan pekerjaan mereka. Akan tetapi dari banyak metode yang digunakan tidak bisa dipastikan ketika diterapkan di lapangan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, namun ada salah satu yang memiliki potensi keberhasilan cukup besar dalam penghematan biaya, yaitu rekayasa nilai ( Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh mungkin, namun tetap memelihara kualitas yang diinginkan (Soeharto,1997). Dalam melakukan VE terdapat beberapa hal yang dijadikan sebagai acuan, diantaranya adalah :

Upload: lamdat

Post on 26-Jun-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Proyek

Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengelola

dan mengorganisasi beragam sumber daya selama masa proyek, yang tujuan

akhirnya adalah terwujudnya sasaran proyek yang meliputi kualitas, waktu dan

biaya yang telah ditentukan (Kodoatie,2005).

Banyak metode yang dilakukan oleh para praktisi dibidang konstruksi

untuk membuat rencana biaya, jadwal, dan mutu serta pelaksanaan proyek

konstruksi seefisien dan seekonomis mungkin untuk membantu memudahkan

pekerjaan mereka. Akan tetapi dari banyak metode yang digunakan tidak bisa

dipastikan ketika diterapkan di lapangan dapat memberikan hasil yang optimal

bagi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, namun ada salah satu

yang memiliki potensi keberhasilan cukup besar dalam penghematan biaya, yaitu

rekayasa nilai ( Value Engineering )(Berawi,2014).

2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering )

Teknik ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap

fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh

mungkin, namun tetap memelihara kualitas yang diinginkan (Soeharto,1997).

Dalam melakukan VE terdapat beberapa hal yang dijadikan sebagai

acuan, diantaranya adalah :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

2

1. Metode Kerja pelaksanaan

Pembandingan antara suatu metode kerja yang satu dengan metode kerja yang

lain tentu akan memberikan sebuah gambaran tentang metode kerja yang lebih

murah, cepat, dan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik, meskipun

demikian dalam memilih metode kerja pelaksanaan yang akan dipakai juga perlu

melihat ketersediaan bahan, kondisi lokasi pekerjaan serta sumberdaya manusia

yang ada.

2. Perbandingan bahan

Perbandingan biaya, kualitas dan masa ketahanan sebuah material

bangunan merupakan sebuah hal penting dalam melakukan VE, baik dari segi

ketersediaan, kemudahan dalam pengadaan dan transportasi bahan menuju lokasi

pembangunan serta kualitas bahan.

3. Pengurangan penggunaan material yang tidak perlu

Perubahan design bangunan dari rencana awal sebagai akibat dari

berbagai macam hal, misalnya kondisi lokasi pekerjaan yang tidak

memungkinkan diterapkanya sebuah design awal, sehingga dilakukan

perhitungan ulang dengan tujuan mendapatkan biaya pekerjaan yang lebih murah,

seperti penggunaan material dalam pelaksanaan, ataupun perubahan metode

pelaksanaan dan lainnya.

Pada pekerjaan arsitektur kegiatan analisis VE dapat dilakukan pada berbagai

macam item pekerjaan seperti pasangan dinding, pasangan lantai, pekerjaan

plafond, dan pekerjaan lainya.

Hasil dari Value engineering proyek berkaitan dengan :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

3

Biaya pekerjaan

Waktu pelaksanaan

Kualitas hasil pekerjaan

Kekuatan struktur bangunan dan keindahan arsitektur bangunan

2.2 Konsep VE (Value Engineering)

2.2.1 Penjelasan Umum

VE dikembangkan pada awal Perang Dunia II oleh Lawrence D. Miles,

dari perusahaan General Electric-USA sewaktu melayani keperluan peralatan

perang dalam jumlah yang besar, dan ditujukan pertama-tama untuk mencari

biaya yang ekonomis bagi suatu produk. Karena proyek adalah bagian dari siklus

produk, maka pengertian dan kegunaan VE berlaku pula bagi pengelolaan

proyek, terutama proyek – proyek Engineering Manufacture-Konstruksi (E-MK)

yang melakukan pembelian bermacam – macam produk hasil manufacture.

Demikian pula pada tahap VE, lingkupnya memiliki syarat dengan pemilihan

berbagai alternatif yang berkaitan dengan fungsi dan biaya. Konsep VE

merupakan suatu konsep yang terintegrasi dengan biaya, waktu, dan kinerja

proyek dengan menentukan nilai dan fungsi untuk setiap bagiannya.

Menurut Zimmerman dan Hart dalam Donomartono (1999) VE adalah “a

value study on a project or product that is being developed. It analisys the cost of

the project as it is being designed”, Jadi VE adalah suatu metode evaluasi yang

menganalisa teknik dan nilai dari suatu proyek, atau produk yang melibatkan

pemilik, perencanaan dan para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing –

masing dengan pendekatan sistematis dan kreatif, yang bertujuan untuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

4

menghasilkan mutu yang tetap dengan biaya yang serendah – rendahnya, yaitu

dengan batasan fungsional serta tahapan rencana tugas yang dapat

mengidentifikasi, dan menghilangkan biaya serta usaha yang tidak

diperlukan/tidak mendukung.

Menurut Zimerman dan Hart (1982) dalam Ayu (2004) , VE bukanlah :

1. A Design Review, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh

perencana, atau melakukan penghitungan ulang yang sudah dibuat oleh

perencana.

2. A Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi

biaya satuan serta mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari hasil

produk yang dihasilkan.

3. A Requirement Done All Design, yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap

desain, akan tetapi lebih berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan

analisis fungsi.

4. Quality Control, yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari

sekedar meninjau ulang status keandalan sebuah desain.

Definisi lain dari VE adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan

terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisienkan biaya yang

tidak perlu. VE digunakan untuk mencari alternatif atau ide yang bertujuan untuk

menghasilkan biaya yang lebih rendah dari harga yang telah direncanakan

sebelumnya, dengan batasan fungsional tanpa mengurangi mutu pekerjaan

(Hidayat dan Ardianto, 2011).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

5

2.2.2 Waktu Mengaplikasikan VE (Value Engineering)

Metode VE dapat diaplikasikan pada setiap saat sepanjang waktu

berlangsungnya proyek itu, dari awal hingga selesainya pelaksanaan

pembangunan proyek tersebut. Waktu sangatlah penting, secara umum metode

VE harus dimulai sejak dini pada tahap konsep perenanaan, dan secara kontinyu

pada interval waktu sampai selesainya perencanaan dan pelaksanaan.

1. Tahap Perencanaan.

Metode VE harus diusahakan pada tahap konsep perencanaan, karena

pada saat perencanaan kita mempunyai flexibilitas yang maksimal untuk

melakukan perubahan-perubahan tanpa menimbulkan biaya untuk redesain.

Dengan berkembangnya proses perencanaan, biaya untuk mengadakan perubahan

perubahan akan bertambah, sampai akhirnya mencapai suatu titik dimana tidak

ada penghematan yang dapat dicapai.

Menurut Chandra (1988), telah membuktikan bahwa perencana

mempunyai pengaruh yang terbesar pada biaya dari suatu proyek. Pemilik proyek

mempunyai wewenang dalam menetapkan keperluan-keperluan dan kriteria,

sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap biaya proyek. Oleh

karena itu metode VE yang dilaksanakan pada tahap konsep perencanaan

mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan kwalitas dan menurunkan

biaya

2. Tahap Pelaksanaan

VE dapat diaplikasikan pada tahap pelaksanaan. Hal ini dapat terjadi dan

dimungkinkan dalam situasi :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

6

Apabila suatu item pekerjaan yang telah diteliti pada tahapan perencanaan VE

sebelumnya, memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum diputuskan. Misalnya

suatu item pekerjaan telah diteliti oleh tim studi VE pada tahap pengembangan

perencanaan, yang mana memerlukan research atau bentuk nyata sebelum

diputuskan walaupun nantinya akan terjadi kelambatan dengan proses

pelaksanaannya, hal itu dianggap wajar asalkan menguntungkan untuk diteruskan

dengan memberikan potensi penghematan biaya dan peningkatan kwalitas yang

sangat besar.

2.3 Metode Penerapan VE (Value Engineering)

Metode penerapan adalah suatu proses sistematik yang mengikuti rencana

kerja (job plan). Analisis data dengan metode VE terdiri dari enam tahap yaitu

tahap informasi, tahap analisi fungsi, tahap kreativitas, tahap evaluasi, tahap

pengembangan dan tahap penyajian/presentasi.

2.3.1 Tahap Informasi (Information Phase)

Berdasarkan rencana kerja (job plan) dalam VE, tahap pertama yang

harus dilalui adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai

desain perencanaan proyek mulai data umum hingga batasan desain yang

diinginkan dalam proyek tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi item pekerjaan dengan biaya tinggi. Data proyek diperlukan

untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu proyek. Data proyek berisi

informasi umum proyek, fungsi gedung proyek, dan batasan desain proyek.

Informasi mengenai proyek diperoleh dengan meminta secara langsung pada

konsultan atau pelaksanan yang menangani proyek atau owner proyek tersebut.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

7

2.3.2 Tahap Analisis Fungsi (Function Analisis)

Setelah mengumpulkan informasi kemudian dilakukan analisis fungsi.

Tahap analisis fungsi merupakan tahap paling penting dalam VE karena analisis

fungsi ini membedakan VE dengan teknik penghematan biaya lainnya. Pada

tahap ini akan dilakukan analisis fungsi sehingga diperoleh biaya terendah untuk

melaksanakan fungsi utama, fungsi pendukung dan mengidentifikasi biaya-biaya

yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi mutu produk

(Lestari, 2011).

Dalam ASTM E-1699 (2010) aktivitas penting yang perlu dilakukan pada

fase analisis fungsi adalah :

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi bangunan gedung dan

subsistemnya.

2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi dari masing-masing

elemen bangunan gedung.

3. Mengklasifikasikan fungsi-fungsi bangunan gedung.

4. Mengembangkan model fungsi bangunan gedung.

2.3.3 Tahap Kreatif (Creative Phase)

Dalam VE, berfikir kreatif adalah hal yang sangat penting untuk

mengembangkan ide, yaitu dengan memunculkan alternatif-alternatif dari elemen

yang masih memenuhi fungsi yang sama, kemudian disusun secara sistematis.

Menurut Hidayat dan Ardianto (2011) alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau

dari berbagai aspek, antara lain :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

8

1. Bahan atau material

Pemunculan alternatif bahan dilakukan karena semakin banyaknya jenis

bahan bangunan yang diproduksi, yang mempunyai fungsi yang sama. Seiring

dengan berkembangnya kemajuan teknologi jenis bahan yang mempunyai fungsi

yang sama dapat dibuat atau dicetak dengan mutu dan kualitas yang hampir sama

juga. Hanya karena memiliki merk atau lisensi yang berbeda, maka harga bahan

tersebut menjadi berbeda, dengan demikian maka pemilihan alternatif bahan

dapat dilakukan dalam analisis VE, salah satunya dengan mencari bahan dengan

mutu, kualitas dan fungsi yang sama dengan rencana awal, tapi dengan harga

lebih rendah.

2. Metode pelaksanaan

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, setiap pekerjaan mempunyai cara

atau metode tersendiri. Pada zaman dahulu cara menyelesaikan suatu pekerjaan

hanya mengandalkan tenaga manusia dengan alat-alat sederhana, sehingga waktu

penyelesaian pekerjaan dapat membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring

dengan kemajuan teknologi, kini muncul alat-alat bantu yang lebih canggih

dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh, adanya alat-alat berat seperti

dozer, excavator, crane dan lain-lain yang dapat membantu dalam menyelesaikan

pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga pekerjaan dapat cepat selesai.

Dengan demikian dapat dilihat, bahwa suatu pekerjaan konsrtuksi bangunan yang

dikerjakan dengan tenaga manusia dan alat-alat sederhana akan membutuhkan

waktu yang lama dibandingkan dengan dikerjakan menggunakan alat-alat yang

lebih modern. Maka dalam analisis VE dapat berpedoman pada metode

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

9

pelaksanaan, karena semakin pendek waktu yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan pekerjaan dan dengan peralatan yang optimal, maka semakin kecil

pula biaya yang dikeluarkan.

3. Waktu pelaksanaan

Setiap pekerjaan dalam suatu proyek pastinya sudah mempunyai jadwal

pelaksanaan dalam perencanaan time schedule. Untuk beberapa item pekerjaan

yang memiliki bobot pekerjaan yang tetap, waktu pelaksanaan pekerjaan dapat

dikurangi. Banyak cara yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut,

diantaranya dengan mengganti metode pelaksanaan, menambah jumlah tenaga

kerja dan lain-lain. Dengan demikian, alternatif pengurangan waktu pelaksanaan

dapat dijadikan pedoman karena akan berpengaruh pada perhitungan anggaran

biaya.

2.3.4 Tahap Evaluasi (Evaluation phase)

Tahap evaluasi bertujuan untuk mengurangi jumlah ide yang dihasilkan

selama tahap kreativitas menjadi satu ide yang paling berpotensi untuk

meningkatkan nilai proyek. Pada tahap ini akan dilakukan analisa perhitungan

dari alternatif yang diajukan, sehingga didapatkan hasil dari segi biaya dan waktu

untuk dapat memberikan acuan dalam menentukan rekomendasi pada tahapan

berikutnya. Tahap ini menjawab pertanyaan tentang ide kreatif apa yang bisa

dikembangkan untuk meningkatkan nilai proyek dan berapa biayanya (Berawi,

2013).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

10

1. Rencana Anggaran Biaya

Menurut ilmu sipil (2015) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah

perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan, dan spesifikasi

pekerjaan konstruksi yang akan dibangun. Dalam sebuah tahap perencanaan,

penentuan RAB sangatlah penting sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek. Data

yang diperlukan untuk menghitung RAB adalah :

1. Gambar rencana bangunan

2. RKS (Rencana Kerja dan Syarat - syarat)

3. Volume masing-masing pekerjaan

4. Daftar harga bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan dilaksanankan

5. Harga satuan pekerjaan dan Metode pelaksanaan kerja

2. Harga satuan pekerjaan

Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja

berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat dari harga pasaran,

dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan,

sedangkan upah tenaga kerja didapat di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam

satu daftar yang bernama daftar harga satuan upah (Faizsecret, 2011).

Menurut Ibrahim ( 2015 ), analisa harga satuan suatu pekerjaan adalah

menghitung banyaknya tenaga kerja dan bahan yang diperlukan serta biaya yang

dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Koefisien yang diperhitungkan terhadap

tiap jenis – jenis kebutuhan tersebut diperoleh dari hasil empiris berdasarkan data

yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan. Berdasarkan hasil empiris

tersebut, ditetapkan koefisien pengali untuk kebutuhan segala jenis pekerjaan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

11

2.3.5 Tahap Pengembangan (Development Phase)

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan rekomendasi yang

telah dilengkapi informasi dan perhitungannya secara tertulis dari alternatif yang

dipilih, dengan mempertimbangkan pelaksanaan secara teknis dan ekonomis.

Pada tahap ini ide-ide yang dipilih akan dikembangkan menjadi berbagai

alternatif perubahan sesuai fase pengembangan proyek. Masing-masing alternatif

ini akan ditentukan kelayakan. Ide alternatif yang tidak layak akan dihilangkan.

Setelah memperoleh alternatif, selanjutnya dihitung biayanya dan biaya siklus

hidup ( Life cycle cost ) bagi masing – masing alternatif terbaik. Alternatif terbaik

itu perlu didukung sebanyak mungkin mengenai informasi teknis. Bentuk

dukungan informasi teknis dapat meliputi (Priyanto, 2010) :

1. Uraian tertulis tentang konsep asli dan alternatif yang diajukan.

2. Keuntungan dan kerugian alternatif desain.

3. Informasi biaya meliputi biaya awal dan biaya setelah fase analisis VE, yang

menanyakan perbedaan antara biaya rencana awal dan biaya alternatif secara

jelas.

Pada akhir fase ini akan dihasilkan berbagai alternatif yang didukung oleh

informasi teknik yang memadai. Berbagai alternatif ini akan dikomunikasikan

kepada perencana, pengguna/pemilik, atau kelompok atau individu lain yang

terlibat pada fase penyajian/persentasi.

2.3.6 Tahap Penyajian (Recommendation Phase)

Jika sebelumnya sudah ada desain awal, maka alternatif desain terpilih di

atas dibandingkan dengan desain awal tersebut. Biasanya dalam hal biaya proyek,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

12

Usulan yang dipilih dapat disampaikan secara singkat, jelas, cepat dan tanpa

memojokkan salah satu pihak. Tahap penyajian ini nantinya digunakan untuk

menyakinkan manajemen, owner, dan stakeholder lain yang berperan dalam

pengambilan keputusan.

2.4 Diagram Pareto

Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh

seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX

(Nasution, 2004). Diagram Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai

kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di

sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut membantu

menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-

sebab kejadian yang dikaji atau untuk memngetahui masalah utama proses.

Kegunaan Diagram Pareto sebagai berikut :

1. Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu

ditangani

2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani

dalam upaya perbaikan.

3. Menunjukkan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan koreksi

berdasar proritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan memuat

diagram Pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram Pareto baru,

maka tindakan korektif ada efeknya.

4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat

menjadi informasi yang signifikan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

13

Dalam melakukan job plan VE hal yang dilakukan adalah melakukan

pengelompokkan dari biaya terbesar ke biaya terkecil, diagram pareto juga dapat

digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian

proses sebelum dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.

Penyusunan diagram Pareto sangat sederhana, menurut Mitra (1993) dan

Bestfield (1998), proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah,

yaitu :

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya

berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-

karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagainya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang

terbesar hingga yang terkecil.

2.5 Diagram F.A.S.T (Functional Analysis System Technique)

FAST diagram digunakan untuk pemodelan fungsi, dan perlu dilakukan

untuk menentukan area perbaikan atau area yang akan dianalisis, peningkatan

nilai yang dapat menciptakan inovasi karena proses ini dapat membentuk ide-ide

kreatif. Cara pembentukan diagram FAST adalah dengan mengajukan pertanyaan

“HOW-WHY”.

Technical FAST diagram adalah sebuah gambar tentang semua fungsi

subsistem dari sebuah komponen yang memperlihatkan hubungan spesifik di

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

14

antara semua fungsi, dan memperlihatkan dengan jelas apa yang dilakukan oleh

subsistem tersebut. Kegunaan Technical F.A.S.T diagram yaitu :

1. Memperlihatkan masalah dengan sederhana dan mendefinisikannya.

2. Membantu proses kreativitas dan munculnya ide-ide kreatif.

2.6 Biaya Siklus Hidup atau Life Cycle Cost ( LCC )

Pada fase ini masuk dalam fase pengembangan (Development Phase)

yaitu menelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan deskripsi,

gambar-gambar dan estimasi life cycle cost terkait yang mendukung rekomendasi

yang diajukan sebagai proposal VE yang resmi.

Life cycle cost (LCC) merupakan seluruh biaya yang signifikan yang

tercakup di dalam pemilikan dan penggunaan suatu benda, sistem atau jasa

sepanjang suatu waktu yang ditentukan. Perioda waktu yang digunakan adalah

masa guna efektif yang direncanakan untuk fasilitas yang bersangkutan. Analisis

LCC dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya paling rendah. Di

dalam VE seluruh gagasan dapat dibandingkan atas dasar LCC bila seluruh

alternatif di definisikan untuk menghasilkan fungsi dasar atau sekumpulan fungsi

yang sama. Selain fungsi yang sebanding, analisis ekonomi mensyaratkan bahwa

altenatif-alternatif dipertimbangkan atas dasar kesamaan kerangka waktu,

kuantitas, tingkat kualitas, tingkat pelayanan, kondisi ekonomi, kondisi pasar, dan

kondisi operasi.

Elemen-elemen biaya yang diperhitungkan meliputi (PBS, 1992):

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

15

a. Biaya Awal (Initial Costs):

Biaya bangunan / produk (Item Cost): merupakan biaya untuk

memproduksi atau membangun produk / bangunan yang bersangkutan.

Biaya pengembangan (Development Cost): merupakan biaya-biaya yang

terkait dengan desain, pengujian, prototype, dan model.

Biaya implementasi (Implementation Cost): merupakan biaya yang

diantisipasi ada setelah gagasan disetujui, seperti: desain ulang, inspeksi,

pengujian, administrasi kontrak, pelatihan, dan dokumentasi.

Biaya Lain-lain (Miscellaneous Cost): merupakan biaya yang tergantung

dari produk/bangunan yang bersangkutan, termasuk biaya peralatan yang

diadakan oleh pemilik, pendanaan, lisensi dan biaya jasa (fee), dan

pengeluaran sesaat lainnya.

b. Biaya Tahunan (Annual Recurring Costs):

Biaya Operasi (Operation Cost): meliputi pengeluaran tahunan yang

diperkirakan yang berhubungan dengan produk/bangunan tersebut seperti

untuk utilitas, bahan bakar, perawatan, asuransi, pajak, biaya jasa (fee)

lainnya, dan buruh.

Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost): meliputi pengeluaran tahunan

untuk perawatan dan pemeliharaan preventif terjadwal untuk suatu

produk/bangunan agar tetap berada dalam kondisi dapat dioperasikan.

Biaya-biaya Berulang Lainnya (Other Recurring Costs): meliputi biaya-

biaya untuk penggunaan tahunan peralatan yang terkait dengan suatu

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.pdf · rekayasa nilai (Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan

16

produk/bangunan dan juga biaya pendukung tahunan untuk management

overhead.

c. Biaya Tidak Berulang (Nonrecurring Cost):

Biaya Perbaikan dan Penggantian (Repair and Replacement Cost):

merupakan biaya yang diperkirakan atas dasar kerusakan dan penggantian

yang diprediksi dari komponen-komponen sistem utama, biaya-biaya

perubahan yang diprediksi untuk kategori-kategori ruang yang

berhubungan dengan frekuensi perpindahan, perbaikan modal yang

diprediksi perlu untuk pemenuhan standar sistem pada suatu waktu

tertentu. Biaya yang diperkirakan tersebut adalah untuk suatu tahun

tertentu di masa yang akan datang.

Nilai Sisa (Salvage): Nilai sisa (salvage value) sering disebut sebagai

residual value. Nilai sisa merupakan nilai pasar atau nilai guna yang

tersisa dari suatu produk/bangunan pada akhir masa layan yang dipilih

dalam LCC.