bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/60079/3/bab ii.pdf · 3. pasar...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berisi berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti lain, baik dalam bentuk jurnal maupun skripsi. Penelitian yang ada telah
mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi.
Penelitian sebelumnya oleh Chintya & Darsana (2013) dengan judul
“Analisis Pendapatan Pedagang di Pasar Jimbaran Kelurahan Jimbaran”. Latar
belakang penelitian mengenai pendapatan pedagang ditujukan karena adanya
ketimpangan tingkat pendapatan antara para pedagang yang diduga terpengaruh
oleh Jam Kerja, Modal Kerja, Lokasi serta Jenis Produk. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh jam kerja, modal kerja, lokasi serta jenis produk secara
simultan dan secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Jimbaran
Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Sampel ditentukan dengan memakai
metode Slovin (e = 5%) yang menghasilkan sampel sebanyak 106 orang.
Hasil analisis menunjukan variabel jam kerja, modal kerja, lokasi dan jenis
produk mempengaruhi pendapatan secara signifikan dengan besarnya Fhitung yaitu
83,433 dengan signifikansinya yaitu 0,000. Besar koefisien determinasi (R2)
adalah 0,768, yang berarti 76,8%. Sebesar 23,2% sisanya dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Hasil analisis Jam kerja dari uji parsial menghasilkan
thitung sebesar 8,221 dan ttabel dengan tingkat keyakinan 5% sebesar 1,671, ini
menunjukkan jam kerja mempengaruhi pendapatan para pedagang. Modal Kerja
6
secara parsial mempengauhi pendapatan pedagang di pasar Jimbaran, analisis uji
parsial menghasilkan nilai thitung sebesar 4,553 dan ttabel dengan tingkat keyakinan
5% sebesar 1,671. Nilai ini menunjukkan thitung > ttabel dengan demikian dapat
disimpulan H0 ditolak dan H1 diterima. Sementara jenis produk secara parsial
mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Jimbaran, hal ini ditunjukan oleh
nilai t hitung berdasarkan uji t adalah sebesar 2,367 dan ttabel dengan tingkat
keyakinan 5% sebesar 1,697, artinya nilai thitung > nilai ttabel sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Suprapti (2018) dengan judul
“Pengaruh Modal, Umur, Jam Kerja Dan Pendidikan Terhadap Pendapatan
Pedagang Perempuan Pasar Barongan Bantul”. Penelitian ini dilatar belakangi
karena pembangunan ekonomi yang terjadi selama ini partisipasi perempuan
masih rendah. Kesetaraan gender muncul karena sebagian masyarakat
berpendapat bahwa perempuan selalu diposisikan sebagai kelas dua. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, umur, jam kerja dan pendidikan
terhadap pendapatan pedagang perempuan di Pasar Barongan Bantul.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk menguji hipotesis
pengaruh modal, umur, jam kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan pedagang
perempuan Pasar Barongan Bantul. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 73
pedagang perempuan Pasar Barongan Bantul. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner terbuka dan tertutup. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis regresi model persamaan
pendapatan Mincer.
7
Hasil analisis nilai koefisien regresi variabel modal sebesar 0,263 atau
bermakna positif apabila modal bertambah maka akan meningkatkan pendapatan.
Variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang
perempuan Pasar Barongan Bantul yang ditunjukkan dengan taraf signifikasi
0,003. Sementara hasil analisis nilai koefisien regresi variabel umur sebesar 0,004
atau bermakna positif apabila umur bertambah maka akan meningkatkan
pendapatan. Variabel umur berpengaruh terhadap pendapatan pedagang
perempuan di Pasar Barongan tetapi tidak signifikan yang ditunjukan dari nilai
signifikansi sebesar 0,181. Sedangkan hasil nilai koefisien regresi variabel jam
kerja sebesar 0,089 atau bermakna positif apabila jam kerja bertambah maka akan
meningkatkan pendapatan. Hasil nilai koefisien regresi variabel pendidikan SD
sebesar 0,657 dengan taraf signifikasi 0,000, SMP sebesar 0,896 dengan taraf
signifikasi 0,000, SMA sebesar 1,171 dengan taraf signifikasi 0,000 atau
bermakna positif apabila jenjang pendidikan bertambah maka akan meningkatkan
pendapatan.
Penelitian sebelumnya oleh (Fatmawati, 2014) dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Pasar
Raya Padang”. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor
modal, jam kerja dan pengalaman terhadap pendapatan pedagang kaki lima di
Pasar Raya Padang. Teknik Analisis menggunakan uji regresi linear berganda, uji
koefesien determinasi, uji t statistik, dan uji F statistik.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa: (1). variabel modal
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima yang ditunjukkan oleh nilai
8
koefesien sebesar 0,433. Nilai koefesien ini signifikan karena nilai (7,028) lebih
besar dari (1,290).(2). variabel jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang kaki lima yang ditunjukkan oleh nilai koefesien sebesar 0,477. Nilai
koefesien ini signifikan karena nilai (2,657) lebih besar dari (1,290).(3). variabel
pengalaman usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima yang
ditunjukkan oleh nilai koefesien sebesar 0,282. Nilai koefesien ini signifikan
karena nilai (4,584) lebih besar dari (1,290), 4).variabel modal, jam kerja,
pengalaman usaha secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang
kaki lima yang ditunjukkan oleh nilai koefesien sebesar 1,583. Nilai koefesien ini
signifikan karena nilai (74,857) lebih besar dari (2,14).
Penelitian sebelumnya oleh (Dewi, Setiawina, & Indrajaya, 2012) dengan
judul “Analisis Pendapatan Pedagang Canang di Kabupaten Badung”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh curahan jam kerja, jumlah pekerja,
modal usaha, dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang canang secara
serempak dan parsial di Kabupaten Badung. Populasi adalah seluruh pedagang
canang yang pengelolaannya diawasi oleh Perusahaan Daerah Pasar yaitu
sebanyak 105 pedagang canang. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda.
Hasil pengujian menunjukkan variabel Curahan jam kerja, Jumlah tenaga
kerja, Modal usaha dan Lokasi usaha secara serempak berpengaruh terhadap
pendapatan Pedagang canang di Kabupaten Badung. Dari keempat variabel yang
digunakan Curahan jam kerja, Jumlah tenaga kerja, Modal usaha dan Lokasi
9
usaha secara parsial menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan Pedagang canang di Kabupaten Badung.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melalui interaksi
mereka yang aktual atau potensial, menetapkan harga suatu produk atau
sekumpulan produk. Pengertian lain pasar merupakan tempat penjual dan pembeli
bertemu untuk membeli atau menjual sumberdaya, barang, dan jasa. Sedangkan
menurut Sulistyo & Cahyono (2010) bahwa pasar adalah salah satu fasilitas kota
yang berupa wadah untuk menampung orang (penjual, pembeli dan pengelola)
dimana barang dagangannya sebagian besar merupakan kebutuhan sehari-hari.
Pasar dalam masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan, mempunyai
peranan yang penting sebagai tempat mencari kebutuhan sehari-hari yang tidak
dihasilkan sendiri. Penjual mempunyai kebebasan untuk memutuskan barang atau
jasa apa yang seharusnya untuk diperdagangkan dalam pasar, sedangkan bagi
pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan untuk membeli dan memilih
barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya beli dan kebutuhannya.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Pasar
Bentuk-bentuk pasar sebagai berikut: 1) Pasar Persaingan Sempurna; 2)
Pasar Monopoli; 3) Pasar Oligopoli; dan Pasar Persaingan Monopolistik (Zaini,
2014).
10
1. Pasar Persaingan Sempurna adalah Suatu kondisi pasar dimana terdapat
banyak penjual dan pembeli. Cirinya yaitu terdapat banyak penjual dan
pembeli, barang yang dihasilkan bersifat homogen, adanya kebebasan
keluar masuk industri, dan informasi mengenai pasar mudah didapat.
2. Pasar Monopoli yaitu situasi pasar dimana hanya ada satu penjual produk,
dan produk tersebut tidak ada penggantinya. Beberapa ciri yang dimiliki
oleh pasar monopoli yaitu di dalam pasar hanya terdapat satu penjual, jenis
barang yang diproduksi tidak ada penggantinya yang mirip, ada hambatan
atau rintangan bagi perusahaan baru yang akan masuk dalam pasar
monopoli, dan penjual tunggal ini tidak dipengaruhi dan tidak
mempengaruhi harga serta output dari produk-produk lain yang dijual
dalam perekonomian.
3. Pasar Oligopoli adalah pasar yang dimana hanya terdapat beberapa
produsen atau penjual dengan banyak pembeli dipasar atau bentuk
menengah dari pasar persaingan sempurna dan monopoli. Pasar oligopoli
memiliki beberapa ciri yaitu, terdapat sedikit penjual yang menjual produk
subsitusi, terdapat rintangan untuk memasuki industri karena perusahaan
yang ada dalam pasar hanya sedikit, dan keputusan harga yang diambil
oleh satu perusahaan harus dipertimbangkan oleh perusahaan lain dalam
industri.
4. Pasar Persaingan Monopolistik merupakan bentuk pasar menengah lainnya
selain oligopoli. Pasar persaingan monopolistik ini merupakan gabungan
antara bentuk pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli. Ciri-
11
cirinya yaitu, perusahaan bebas masuk dan keluar dari pasar, barang yang
dihasilkan mempunyai corak yang berbeda, dan barang yang dihasilkan
tidak homogen.
2.2.3 Pasar Tradisional
Menurut kelas pelayanannya, pasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun
oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan
menengah atau koperasi dengan usaha skala kecil dan modal kecil dan dengan
proses jual beli melalui tawar menawar. Pasar tradisional sebagai pusat kegiatan
komersil mempunyai peranan yang sangat vital terhadap perkembangan sebuah
kota. Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata
dalam kegiatan perekonomian masyarakat di suatu wilayah. Taraf kehidupan
ekonomi masyarakat dan kemajuan suatu wilayah dapat dilihat secara langsung
dari kegiatan ekonomi pada pasar daerahnya (Nida, 2014). Pasar ini umumnya
tumbuh secara spontan berdasarkan kebutuhan dari masyarakat dan menggunakan
lokasi yang tidak semestinya diperuntukkan sebagai pasar (Gufron, 2014).
2.2.4 Sayur
Sayuran merupakan bahan pangan yang sangat bergizi bagi tubuh manusia.
Sayuran berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral, sehingga kekurangan
konsumsinya berpengaruh negatif terhadap kondisi gizi. Sayuran juga kaya akan
serat, antioksidan, serta rendah kalori (Aswatini, Noveria, & Fitranita, 2008).
Sayuran umumnya tinggi akan zat besi, kalsium, vitamin C dan provitamin A.
12
Semakin tua warna hijau pada sayuran semakin banyak pula kandungan
karotennya. Sayuran merupakan kelompok komoditas pangan yang umumnya
sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik sebagai sayuran mentah ataupun
dengan cara dimasak terlebih dahulu, dengan banyaknya konsumsi sayuran oleh
masyarakat tentu akan menambah pula peluang bagi para pedagang dalam
meningkatkan pendapatannya.
2.2.5 Pedagang
Pedagang merupakan orang-orang yang melakukan kegiatan produksi dalam
lingkungan informal yang berusaha dibidang produksi atau penjualan barang
untuk memberikan kebutuhan para konsumen atau masyarakat. Pedagang secara
etimologi adalah orang yang berdagang atau bisa juga di sebut saudagar, jadi
pedagang adalah orang-orang yang melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan
sehari-hari sebagai mata pencaharian mereka (Purnama & Kara, n.d.). Menurut
Gede et al. (2016) pedagang merupakan orang-orang yang menekuni pekerjaan
dengan melakukan segala kegiatan penjualan. Terdapat dua jenis pedagang yaitu
pedagang grosiran dan pedagang eceran, pedagang grosiran yaitu pedagang yang
bekerja dalam rantai distribusi antara produsen. Sementara pedagang eceran
merupakan pedagang yang langsung menjual barang dagangannya kepada
konsumen.
1. Pedagang Grosiran
Pedagang Grosir adalah pedagang yang menjual barang dagangannya
dalam jumlah yang banyak. Pedagang ini pada umumnya dikenal sebagai
pengepul yang menjual barang dagangannya kepada para pengecer.
13
Pedagang grosir merupakan pedagang yang berdagang secara besar-
besaran dengan modal yang lebih besar dan beroperasi dalam rantai
distribusi antara produsen dengan pedagang eceran.
2. Pengecer
Pengecer adalah peadagang yang menjual barang dagangannya yang
dipasok atau dibeli dari para pengepul, dan pedagang eceranpun
mempunyai kios atau tempat penjualan di pasar. Kios tersebut merupakan
tempat yang permanen, dalam artian bahwa kekuatan penggunaan tempat
tersebut tergantung pada persetujuan dan tata tertib pemerintah setempat.
2.2.6 Modal
Modal dagang adalah seluruh modal seorang pedagang pada saat
menyediakan barang dagangan pada saat proses penyediaan hingga pemasaran
yang dihitung dengan satuan rupiah (Sudrajat, 2014). Peran modal dalam suatu
usaha sangat penting karena sebagai alat produksi suatu barang dan jasa. Modal
ini terdiri dari dua, yaitu modal uang dan modal barang dagangan. Modal uang
ialah modal yang digunakan pedagang untuk belanja sayuran langsung kepada
petani atau biaya lainnya, sedangkan modal barang dagangan adalah modal yang
berasal dari pengusaha atau pemasok yang menitipkan barang dagangannya
dengan suatu perjanjian.
Modal adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang digunakan
sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan serta tidak hanya
terbatas pada uang atau aset keuangan. Modal kerja secara teoritis mempengaruhi
jumlah barang yang diperdagangkan sehingga akan meningkatkan pendapatan
14
terutama pendapatan bersih, berarti modal yang dimaksud adalah modal yang
digunakan pedagang dalam menyediakan barang dagangannya.
2.2.7 Lama Usaha
Lama usaha biasa disebut pengalaman berdagang, lama usaha Adalah
lamanya seorang pedagang menggeluti pekerjaannya yang diukur dalam satuan
tahun (Sudrajat, 2014). Asumsi yang muncul bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut.
Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui dengan melihat jangka waktu atau
masa kerja seseorang dalam menekuni suatu pekerjaan tertentu. Semakin lama
seseorang melakukan usaha, maka pengalamannya akan semakin bertambah. Hal
ini membuat pengusaha tidak ragu lagi dalam menentukan keputusan dan
usahanya. Semakin lama usaha yang digelutinya maka semakin banyak pula
pengalaman yang akan diperolehnya. Istilah dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan lama usaha adalah waktu yang digunakan pedagang dalam kegiatan
perdagangan dari awal berdagang hingga saat ini yang diukur dalam satuan tahun.
2.2.8 Jam Kerja
Jam kerja adalah jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas kerja. Jam
kerja sendiri adalah jerih payah dan waktu yang dikorbankan untuk mencapai
tujuan yang bersifat ekonomi (Putra & Dewi, 2018). Jam berdagang yang
dimaksud adalah lamanya pedagang sayuran berada di pasar untuk menjual
barang dagangannya per bulan atau per hari dengan satuan jam (Sudrajat, 2014).
Jam kerja juga dapat diartikan sebagai waktu yang dimanfaatkan seseorang
untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Adapun jam kerja yang dimaksud
15
dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh para pedagang pasar
dalam menjualkan barang dagangannya setiap hari. Mulai dari membuka tempat
dagangan sampai menutup tempat dagangannya.
2.2.9 Pendapatan
Pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha berupa uang
atau materi lainnya. Usaha perdagangan diadakan dengan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan dalam bentuk pendapatan, dimana pendapatan itu
sendiri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pedagangnya (Chintya
& Darsana, 2013). Menurut Sudrajat (2014), pendapatan merupakan penerimaan
kotor seorang pedagang per bulan dengan satuan rupiah yang diperoleh dari hasil
penjualan belum dikurangi biaya operasional dan tenaga kerja. Pendapatan setiap
individu diperoleh dari hasil kerjanya, sehingga tinggi rendahnya pendapatan akan
dijadikan seseorang sebagai pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan
dengan gaji yang rendah cenderung tidak maksimal dalam berproduksi.
Sedangkan masyarakat yang memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk
bekerja dan produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal (Maulidah &
Soejoto, 2017).
Sebagaimana pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendapatan
merupakan hasil yang didapatkan masyarakat dalam pekerjaan ataupun usaha
yang memberi pengaruh terhadap ekonomi dan kehidupan keluarga. Menghitung
pendapatan bersih pedagang terlebih dahulu harus diketahui tingkat pendapatan
total dan pengeluaran pada periode tertentu. Pendapatan total pedagang dianalisis
menggunakan rumus sebagai berikut:
16
π = TR – TC
Keterangan :
π = Pendapatan total
TR = Total penerimaan
TC = Total Biaya
2.3 Kerangka Pemikiran
Permasalahan umum pembangunan ekonomi adalah distribusi pendapatan
yang tidak merata. Seperti halnya kesenjangan pendapatan antara pedagang pasar
tradisional dengan pasar modern, pasar modern pada umumnya memiliki modal
besar dan manajemen dalam pengelolaannya sangat bagus tentunya selalu unggul
dalam segala hal dibandingkan pasar tradisional. Era globalisasi dan liberalisasi
seperti saat ini, tentu pasar tradisional akan semakin tergeser dengan bertambah
banyaknya pasar modern yang bermunculan, maka dengan alasan tersebut akan
dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayur di Pasar
Induk Gadang Kota Malang dengan menguji tiga variabel.
Variabel pertama adalah modal, menurut Sudrajat (2014) modal dagang
adalah seluruh modal seorang pedagang pada saat menyediakan barang dagangan
dalam periode tertentu dengan satuan rupiah. Modal ini terdiri dari dua jenis, yaitu
modal uang dan modal barang. Istilah dalam perdagangan, modal merupakan
faktor produksi yang sangat penting sebab tanpa modal yang memadai, suatu
usaha tidak dapat beroperasi. Modal usaha yang dimiliki oleh pedagang pasar
tradisional tentunya memberikan keuntungan lebih bagi para pedagang untuk
17
menentukan kuantitas dan jenis barang yang akan diperdagangkan. Modal
usahapun dapat dipergunakan untuk belanja sayuran maupun peralatan yang
diperlukan yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas perdagangan,
guna memaksimalkan pendapatan yang diperoleh para pedagang.
Faktor atau variabel selanjutnya adalah lama usaha, lamanya suatu usaha
dapat menimbulkan pengalaman berusaha, menurut Gede et al. (2016) semakin
lama pedagang menjual dagangannya dipasar maka semakin meningkat pula
pengetahuan dan keahlian pedagang mengenai perilaku konsumen dan perilaku
pasar, jika keahlian dan kemampuan pedagang semakin meningkat, maka relasi
dan banyaknya konsumen yang dapat dijaring akan bertambah, hal ini akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pendapatan yang didapat oleh pedagang.
Variabel terakhir adalah jam kerja, dimana menurut Suprapti (2018)
semakin banyak jam kerja yang digunakan pedagang dalam melakukan
perdagangan, semakin besar pula peluang memperoleh pendapatan yang akan di
dapat oleh pedagang. Semakin lama jam kerja yang digunakan seseorang
pedagang maka akan semakin banyak konsumen yang diterima oleh seseorang
pedagang tersebut dan sebaliknya jika semakin sedikit jumlah jam kerja yang
digunakan oleh pedagang maka akan semakin sedikit konsumen yang diterima
oleh pedagang tersebut.
18
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka menghasilkan paradigma
penelitian seperti berikut:
Gambar 2. Paradigma Penelitian
Pedagang
Sayur Pendapatan
(Y)
Lama Usaha
(X2)
Jam Kerja
(X3)
Modal Usaha
(X1)
Modal
Usaha Lama
Kerja
Jam
Kerja
Pedagang Grosir Pedagang Eceran
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
Pendapatan pedagang sayur harian
di Pasar Induk Gadang Kota
Malang.
karakteristik pedagang sayur
harian di Pasar Induk Gadang
Kota Malang.
Analisis Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik
Analisis Regresi Linear Berganda
19
Keterangan:
= Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual.
= Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersamaan.
2.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Modal usaha, lama usaha dan jam kerja secara parsial dan simultan
mempengaruhi pendapatan pedagang sayur harian di Pasar Induk Gadang Kota
Malang.