bab ii tinjauan pustaka 2.1. pengertian karetrepository.sari-mutiara.ac.id/67/2/chapter ii.pdf ·...

20
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Karet Karet merupakan politerpena yang sistesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpiroposfor. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4 polisoprema. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet. Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20 meter dengan tinggi batang 2,5-3 meter dimana terdapat pembulu latek (Haryanto, 2012). 2.1.1 Pengertian Limbah Cair Limbah cair merupakan buangan yang timbul karena kehidupan manusia, selain air hujan sebagai salah satu komponen limbah cair yang timbul secara alamiah dari aktivitas alam. Limbah cair timbul sebagai akibat dari bahaya adanya kehidupan manusia sebagai makhluk hidup maupun makhluk sosial. Kedudukan manusia sebagai makhluk yang dominan dalam menentukan kejadiannya perubahan diberbagai aspek kehidupan dan lingkungan yang dituntut untuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnya (Soeparman, 2001). Limbah industri (Industrial Waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air harus dibuang (Soeparman, 2001). UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Karet

    Karet merupakan politerpena yang sistesis secara alami melalui polimerisasi

    enzimatik isopentilpiroposfor. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4

    polisoprema. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet.

    Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur

    30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat

    mencapai 15-20 meter dengan tinggi batang 2,5-3 meter dimana terdapat pembulu

    latek (Haryanto, 2012).

    2.1.1 Pengertian Limbah Cair

    Limbah cair merupakan buangan yang timbul karena kehidupan manusia,

    selain air hujan sebagai salah satu komponen limbah cair yang timbul secara alamiah

    dari aktivitas alam. Limbah cair timbul sebagai akibat dari bahaya adanya kehidupan

    manusia sebagai makhluk hidup maupun makhluk sosial. Kedudukan manusia

    sebagai makhluk yang dominan dalam menentukan kejadiannya perubahan

    diberbagai aspek kehidupan dan lingkungan yang dituntut untuk memenuhi berbagai

    kebutuhan lainnya (Soeparman, 2001).

    Limbah industri (Industrial Waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari

    pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu

    limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di

    dalam proses pengolahannya, air harus dibuang (Soeparman, 2001).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 6

    Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari

    buangan industri yang berada dalam batas wikayah kota praja biasanya membuang

    limbah cairnya ke sistem saluran limbah cair kota setelah melakukan pengolahan

    pendahuluan (Soeparman, 2001).

    2.2 Sumber Air Limbah

    Data mengenai sumber ai limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan

    jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan, industri, dan aliran

    air tanah yang ada di sekitarnya (Sugiharto, 1987).

    a. Air limbah rumah tangga (Domestic Sewage) yang berasal dari perumahan

    dan daerah perdagangan dan sumber lainnya berasal dari daerah perkantoran

    atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.

    b. Air limbah industri (Indutrial Wastes) yang berasal dari industri industri yang

    sangat bergantung dari jenisnya. Misalnya industri baja, cat, dan lainnya.

    c. Air limbah rembesan dan tambahan yaitu apabila turun hujan di suatu daerah,

    maka air yang turun secara cepat akan mengalir masuk kedalam saluran air.

    2.3. Karakteristik Air Limbah

    Ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah seperti berikut ini

    (Budiman, 2005)

    2.3.1. Karakteristik Fisik

    Air limbah terdiri dari 99,99% air, sedangkan kandungan bahan padatnya

    mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 7

    bervariasi antara 100-500 mg/l. Apabila volume suspensi padatkurang dari 100 mg/l,

    air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.

    2.3.2. Karakteristik Kimia

    Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal dari

    air bersih dan zat organik dari limbah itu sendiri.

    2.3.3. Karakteristik Bakteriologis

    Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk golongan

    E.coli.

    2.4. Dampak Buruk Air Limbah

    Air limbah yang mengandung bahan pencemar dialirkan ke lingkungan

    (seperti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan terjadinya pencmaran

    pada badan air tersebut. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat

    menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa dampak

    buruk tersebut adalah sebagai berikut (Arif, 2015):

    a. Gangguan Kesehatan

    Air limbah dapat mengandung bibit panyakit yang dapat menimbulkan

    penyakit bawaan air (waterborne diseases). Ai limbah yang tidan dikelolah

    dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk,

    lalat, kecoa, dan lain-lain). Vektor penyakit tersebut dapat membawa

    mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filaria,

    penyakit cacik, dan tifoid. Efel limbah berbahaya terhadap kesehatan manusia

    adalah karena sifat toksik bahan yang dikandung dalam limbah teersebut.

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 8

    b. Penurunan Kualitas Lingkungan

    Air limbah yang langsung dibuang ke air permukaan (misalnya sungai dan

    danau) tanpa melakukan pengolahan dapat mengakibatkan pencemaran air

    permukaan. Bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang

    langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang

    terlarut (dissolved oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan

    menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan

    terganggu, sehingga akan mengurangi perkembangannya sebagai akibat

    matinya bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya

    terjadi pada air limbah juga terhambat.

    c. Gangguan Terhadap Keindahan

    Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak menggangu kesehatan

    dan ekosistem, tetapi menggangu keindahan. Air limbah dapat juga

    mengandung bahan-bahan yang jika terurai mengahsilkan gas-gas yang

    berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat

    menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut. Dengan semakin

    banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan

    tersebut akan semakin tercemar yang ditandai dengan bau yang menyengat

    serta dapat mengurangi estetika lingkungan.

    d. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

    Adakalanya air limbah mengandung zat yang dapat dikonversi oleh bakteri

    anaerobik manjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapar mempercepat

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 9

    proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air

    limbah) dan buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut,

    maka biaya pemeliharaan akan semakin besar juga, yang akan menimbulkan

    kerugian material.

    2.5. Baku Mutu Air Limbah Pabrik Karet

    Untuk menghindari terjadinya pencemaran air di lingkungan maka ditetapkan

    baku mutu air limbah. Baku mutu air limbah adlah batas kadar yang diperbolehkan bagi

    zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran kedalam air pada

    sumber air, sehingga tidak megakibatkan dilampauinya baku mutu air. Bagi kegiatan

    pabrik karet baku mutu air limbah berdasarkan MenLH/No.5/2014 yaitu:

    Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah Pabrik Karet

    Parameter

    Lateks Pekat Karet bentuk kering

    Kadar

    paling

    tinggi

    (mg/l)

    Beban

    pencemaran

    paling

    tinggi (kg/l)

    Kadar

    paling

    tinggi

    (mg/l)

    Beban

    pencemaran

    paling tinggi

    (kg/l)

    BOD5 100 4 60 2,4

    COD 250 10 200 8

    TSS 100 4 100 4

    Amonia Total 15 0,6 5 0,2

    Nitrogen Total 25 1,0 10 0,4

    PH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0

    Debit limbah paling tinggi 40 m3

    per ton produk karet 40 m3

    per ton produk karet

    Peraturan.MenLH/No.5/2014.

    Penanganan limbah cair pabrik pengolahan karet alam di Indonesia umumnya

    menggunakan kolam anaerobik dan fakultatif yang belum memadai untuk

    menurunkan tingkat pencemaran limbah, karena hanya menurunkan kandungan

    karbon saja sedangkan senyawa nitrogen dan fosfor masih relatif tinggi. Selain itu,

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 10

    limbah cair pabrik karet di Indonesia pada umumnya belum menggunakan proses

    deamonifikasi untuk menghilangkan nitrogen amonia, sehingga kandungan amonium

    limbah yang telah diolah masih relatif tinggi. Kandungan senyawa fosfor dalam

    bentuk ortofosfat dapat meningkatkan karena pada proses anaerobik secara biologis

    menyebabkan terjadi proses pelepasan ortofosfat ke dalam cairan oleh

    mikroorganisme. Senyawa nitrogen nitrat dan otrofosfat pada pada limbah cair

    menimbulkan dampak berupa pengkayaan badan air (eutrofikasi) yang ditandai

    dengan pertumbuhan ganggang secara pesat, rendahnya oksigen terlarut pada sistem

    perairan tersebut, selain itu nitrat dapat menyebabkan gangguan pada balita (Blue

    babbies), sedangkan nitrogen dalam bentuk amonia bersifat racun terhadap mamalia

    dengan konsentrasi 0,2 mg/l dan juga berbahaya terhadap berbagai jenisn organisme

    akuatik (Soeparman, 2001).

    Kondisi sungai yang tercemari oleh limbah karet pada parameter BOD pada

    tingkat tercemar sedang, sedangkan pada parameter lain (suhu, pH, Kecerahan, DO,

    COD) mendekati nilai ideal untuk kegiatan perikanan, maka perlu adanya perhatian

    dari pemerintah Kabupaten dan Instansi terkait untuk melakukan kajian khusus yaitu

    pengelolaan termasuk didalamnya perbaikan lingkungan perairan, baik yang belum

    tercemar maupun yang sudah tercemar sehingga fungsi dan peruntukannya dapat

    terus terjaga. Namun pada umumnya tanah sekitar aliran yang dialiri limbah cair karet

    bersifat gembur, dan disana terdapat banyak sekali cacing yang dapat menyuburkan

    tanah (Soeparman, 2001).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 11

    Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk

    menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah

    (waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi untuk meminimalkan atau

    mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk. Istilah-

    istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada

    sumber (Source Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering

    disertakan dengan istilah Produksi Bersih (Cleaner Production) Cleaner Production

    berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan

    salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan

    mulai dari awal (Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste

    reduction) dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang (recycle).

    Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving) yang luar biasa

    karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi

    sumber pendapatan (revenue generator) (Soeparman, 2001).

    2.6. Kualitas Limbah

    Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah

    kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah

    terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil

    konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya

    pencemaran lingkungan (Sugiharto, 2015)

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 12

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

    a. Volume limbah

    b. Kandungan bahan pencemar

    c. Frekuensi pembuangan limbah

    2.7. Pengolahan Limbah Cair

    Tujuan utama pengolah air limbah ialah untuk mengurangi kandunganbahan

    pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikriba

    patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang

    terdapat di alam (Riskim, 2005)

    Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan

    bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan

    bantuan kolam stabilitasi yang digunakan untuk mengolah air limbah secara alamiah.

    Kolam stabilitasi sangat direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah

    tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif

    murah tetapi membutuhkan area yang luas dan retention time yang cukup lama (

    biasanya 20-50 hari). Kolam stabilitasi yang umum digunakan adalah kolam

    anaerobik (anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi

    (aerobic/maturation popnd). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah

    air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam

    maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam

    air limbah (Riskim, 2005).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 13

    Proses pengurangan kandungan zat pencemar ini dapat dilakukan melalui

    tahapan penguraian:

    1. Proses Alamiah

    Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang mengandung

    pencemar, alam sendiri memiliki kemampuan untuk memulihkan kondisinya

    sendiri atau disebut “self purifiction”. Alam memiliki kandungan zat yang

    mampu mendegradasi pencemar dari dalam air limbah menjadi bahan yang lebih

    aman dan mampu diterima alam itu sendiri, di antaranya mikroorganisme. Waktu

    yang diperlukan sangat tergantung dari tingkat pencemarannya yang otomatis

    berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk (Fitri, 2004).

    2. Sistem pengolahan air limbah

    Jika kapasitas alam sudah tidak sebanding dengan beban pencemar, maka langkah

    yang harus ditempuh adalah dengan cara pengolah air limbah tersebut dengan

    rangkaian proses dan operasi yang mampu menurunkan dan mendegradasi

    kandungan pencemar sehingga air limbah tersebut aman jika di buang ke

    lingkungan. Air limbah yang berasal dari aktivitas domestik, kandungan zat

    organik merupakan zat yang paling dominan terkandung di dalamnnya,

    pengolahan yang dapat dilakukan dapat berupa teknologi yang sederhana dan

    murah seperti cubluk kembar sampai pada pengolahan air limbah komunal

    menggunaka teknologi pengolahan yang mutahir (Fitri, 2004).

    Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada

    Instalasi Pengolahan Air Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant/ WWTP). Di

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 14

    dalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokan sebagai pengolahan pertama

    (Primary treatment), pengolahan kedua (Secondary treatment), dan pengolahan

    lanjutan (Tertiary treatment). (Sugiharto, 2015).

    a. Primary Treatment

    Pengolahan pertama (primary treatment) bertujuan untuk memisahkan padat

    dari air secara fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan air limbah

    melalui saringan (filter) dan/atau bak sedimentasi (sedimentation tank).

    b. Secondary Treatment

    Pengolahan kedua (secondary treatment) yang bertujuan untuk

    mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta untuk menstabilisasi zat

    organik dalam air limbah.

    c. Tertiary Treatment

    Pengolaha ketiga (Tertiary treatment) yang merupakan kelanjutan dari

    pengolahan kedua. Penagolaha ini untuk menghilangkan nutrisi atau unsur hara

    khususnya nitrat dan posfat. Pada tahapan ini dapat dilakukan pemunahan

    mikroorganisme patogen dengan penambahan Chlor pada air lmbah.

    2.8. Tahapan Proses Pengolahan Limbah Pabrik Karet

    2.8.1. Proses Deaminisasi

    Pengolahan air limbah pabrik latek pekat dilengkapi dengan peralatan

    Deamonisasi. Air limbah berasal dari serum, dialirkan ke bak Skim. Pengolhan air

    limbah pabrik RSS dan Crumb Rubber air limbahnya langsung dialirkan ke kolam

    Rubber Trap untuk proses pemisahan karet (PTPN III).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 15

    2.8.2. Proses Penggumpalan

    Air limbah di bak Skim digumpalkan dengan asam sulfat/ Asam Asetat

    Bekas dosis 5-9 kg/ton. Air limbah yang telah menggumpal (4-5 hari) diangkat dari

    bak dan dipotong-potong untuk proses Blok Skim Rubber, sisa cairan dialirkan ke

    bak untuk mengendapkan sisa skim dan cairannya dialirkan ke kolam rubber Trap

    (PTPN III).

    2.8.3. Proses Pemisahan Karet

    Limbah cair dikolam Rubber Trap dipisahkan dengan partikel karet.

    Pengutipan karet dapat dilaksanakan dengan mengambil karet dipermukaan kolam

    atau menumbuhkan flogulan asam semut sehingga terbentuk koagulan. Koagulan

    tersebut selanjutnya dikutip (PTPN III).

    2.8.4. Proses Anaerobik

    Limbah cair kolam Rubber Trap mengalir ke kolam Anaerobik. Didalam

    kolam Anaerobik bakteri Anaerobik yang aktif akan membentuk asam organik dan

    gas CO2 selanjutnya bakteri Metagonik akam merubah asam organik menjadi gas

    CH4 dan CO2. Kolam Anaerobik dikatakan beroperasi dengan baik jika setiap saat

    nilai parameter pH > 6, Alkalinitas ≤ 200 mg/l (PTPN III).

    2.8.5. Proses Fakultatif

    Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses pe-non aktipan bakteri

    Anaerobik, aktivitas ini dapat diketehui dengan indikasi pada permukaan kolam tidak

    dijumpai Skim dan cairan tampak kehijau-hijauan (PTPN III).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 16

    2.8.6. Proses Aerobik

    Pada kolam Aerobik terjadi proses Aerobik. Pada kolam ini tumbuh ganggang

    dan mikroba Heterotrop membentuk Flog. Hal ini merupakan proses penyediaan

    oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba pada kolam dengan metode secara alamiah

    atau dengan menggunakan Aerator (PTPN III)

    2.8.7. Masa Tinggal (HRT)

    Dari seluruh ringkasan proses tersebut diatas, masa tinggal limbah selama

    proses berlangsung mulai kolam Anaerobik sampai air limbah dibuang ke kolam

    penerima/ lingkungan membutuhkan masa tinggal/ waktu selama lebih kurang 34 hari

    (PTPN III).

    2.9. Parameter Air Limbah Untuk Pabrik Karet

    Parameter limbah adalah komponen yang terdapat dalam air limbah dan

    digunakan sebagai indikator. Ada beberapa parameter yang penting dalam parameter

    air limbah karet yaitu:

    2.9.1. Amonia Total (NH3-N)

    Amonia merupakan senyawa yang menjadi NH4+ pada pH rendah. Pada air

    buangan kandungan amoniak kira-kira 30 mg/l. Selama proses penguraian

    mikroorganisme baik secara alamiah didalam air limbah industri zat organik tersebut

    melepaskan nitrogen amoniak NH3 (Alaerts,1986) .

    2.9.2. BOD (Biological Oxygen Demand)

    BOD adalah banyak oksigen yang diperlukan dalam air secara biologis

    sampai menjadi senyawa yang stabil. Dalam air limbah, bahan pencemar organik

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 17

    diuraikan secara alamiah oleh bakteri yang ada. Bakteri dibagi menjadi beberapa

    golongan yaitu aerob, anaerob dan fakultatif. Bila oksigen cukup banyak bakteri

    aerob akan melakukan oksidasi dan membentuk senyawa nitrogen dan selanjutnya

    menjadi nitrit. Kalau kehabisan oksigen selama proses ini maka terjadi bila sebgian

    besar zat organik tersebut telah dioksidasi menjadi nitrit kembali. Bila persediaan

    oksigen tidak cukup, zat akan diuraikan oleh bakteri anaerob menjadi amoniak . BOD

    merupakan petunjuk penting untuk mengetahui zat organik di delam air limbah.

    Makin banyak kandungan zat organik makin tinggi BOD.

    2.9.3. COD (Chemical Oxygen Demand)

    Penetapan COD gunanya untuk mengukur oksigen setara dengan bahan

    organik dalam sampel air mudah dioksidasi oleh senyawa oksidator kuat. Dengan

    demikian dapat dikatakan bahwa COD adalah banyaknya oksidator kuat yang

    diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air.

    2.9.4. pH (Derajat Keasaman)

    Batasan yang diperbolehkan 6,0-9,0. Jika pH air limbah lebih besar dari 9,0

    akan bersifat basa dan kalau kurang dari 6,0 akan bersifat asam. pH yang

    menunjukkan konsentrasi H+ ini merupakan parameter penting dalam menetapkan

    kualitas air buangan maupun air alami. pH yang kurang besar dari 9,0 atau kecil dari

    6,0 dapat menyebabkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu

    kesehatan. Kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 6-9(MenLH.No.5/2014).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 18

    2.9.5. TSS (Total Suspended Solid)

    Total suspended solid adalah jumlah berat dalam mg per liter kering lumpur

    yang ada dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran yang

    berukuran 0,45 mikron.

    2.10. Proses Produksi Pabrik Karet

    Karet ini diperoleh dalam bentuk lembaran tipis yang sudah kering. Karet ini

    merupakan hasil proses mekanik melalui pembelahan, pencincangan, pencucian,

    pembersihan, penggilingan dan pembentukan lembaran dan berakhir dengan

    penyerapan. Lembaran (sheet), krep (crepe), karet remah (crumb rubber) termasuk

    dalam golongan karet dalam bentuk kering. Tergantung pada keadaan bahan bakunya,

    karet dalam golongan ini dapat dibedakan antara yang bermutu lebih tinggi, yaitu

    yang diperoleh dari pemrosesan lateks kebun, dan yang bermutu lebih rendah, atau

    diproduksi dari bahan karet lain, seperti lembaran tidak diasap, dan lain-lain (Fitri,

    2004).

    Untuk jelasnya proses produksi pembuatan karet kering adalah sebagai

    barikut:

    a. Bahan baku

    Bahan baku berupa slab/lump atau bongkahan ditumpuk diareal penerimaan.

    Pada umumnya suklus tumpukan bahan baku ini dipelihara untuk kebutuhan ±

    1 bulan. Warna bahan baku adalah kombinasi serpihan putih, coklat dan kotor.

    Bahan baku ini mengeluarkan bau khas karet. Dalam slap/lump ini adakalanya

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 19

    melekat daun-daunan, pasir dan tanah dan secara umum mengurangi karet

    yang diproduksi (Fitri, 2004).

    b. Breaker

    Pada bagian ini slab/lump dibelah dengan pisau pembelah secara manual,

    dimana potongan-potongan slab/lump masih kasar. Tujuannya adalah untuk

    memudahkan proses berikutnya serta membuang kotoran-kotoran yang ada

    didalam slab/lump tersbut. Slab/lump yang dipotong membutuhkan air

    pencucian mengandung lumpur, pasir dan tanah. Diperhitunkan rata-rata

    penggunaan air setiap bongkahan 5-10 liter (Fitri, 2004)

    c. Bak Pengaduk (Conveyer)

    Slub/lumb yang dipotong-potong tadi jatuh ke bak penampung (conveyer).

    Didalam conveyer ini potong-potongan slub/lumb diaduk. Tujuan pengadukan

    adalah membersihkan kotoran-kotoran yang ada pada slub/lumb. Air cucian ini

    dialirkan menuju penyaringan pertama, agar pasir dan tanah dapat dikeluarkan

    untuk dibuang (Fitri, 2004)

    d. Hammer Mill

    Slub/lumb yang terpotong-potong tadi kemudian dicincang lebih halus. Tujuan

    pencincangan adalah untuk membuang kotoran-kotoran yang masih ada

    didalam potongan-potongan slub/lumb dan untuk memudahkan proses

    penggilingan. Air pencucian untuk pencincangan ini cukup banyak digunakan

    dan dialirkan menuju potongan-potongan karet ada yang ikut hanyut bersama

    air buangan (Fitri, 2004).

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 20

    e. Penggilingan

    Lembaran-lembaran digilingan menjadi lembaran tipis berbentuk tikar dan

    bolong-bolong. Proses penggilingan ini umumnya dilakukan 9 kali, agar karet

    menjadi lebih tipis dan semakin bersih. Tujuan dari penggilingan

    menggunakansistem roll putar dimana lembaran karet tadi dimasukkan untuk

    digiling. Mesin roll giling ini disusun secara seri (sebanyak 9 buah) untuk

    melayani hasil kerja Hammer Mill. Sewaktu keluar dari penggilingan warna

    putih dan kelihatan bersih. Pencucian terus dilakukan sewaktu proses

    penggilingan sedang berlangsung. Disini terdapat butiran-butiran karet yang

    terikut bersama air (Fitri, 2004)

    f. Penjemuran

    Lembaran-lembaran yang berwarna putih dan masih mengandung air dibawa

    kebagian ruangan penjemuran dengan alat-alat gantungan karet. Penjemuran

    dilakukan dalam gudang terbuka dengan bantuan udara secara alami. Karet ini

    dijemur minimum 15 hari dengan penyusunan secara bertingkat. Setelah 15

    hari lembaran-lembaran karet tadi sudah hampir bebas dari air dan warnanya

    berubah coklat. Kemudian diturunkan dan dilanjutkan dengan proses

    berikutnya pada cutter mill (Fitri, 2004).

    g. Cutter Mill

    Proses ini adalah mencincang karet menjadi ukiran. Sambil dicincang dicuci

    dengan air untuk menghilangakan kotoran debu sewaktu prosesn pengeringan.

    Penggunaan air pada cutter mill tidak sebanyak proses sebelumnya. Produk

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 21

    dari cutter mill adalah butiran-butiran ini ditampung dalam penampung

    (trolley), untuk dibawa kedalam proses pengeringan (Fitri, 2004).

    h. Dryer

    Pengeringan berjalan secara kontinue melalui setiap periode dengan waktu

    tertentu. Sumber panas adalah brander yang ditempatkan kedalam ruangan

    pengering dengan temperatur pengeringan antara 120 - 140 setiap 15

    menit sekali troley dikeluarkan dari dryer. Produk akhir yang dihasilkan adalah

    karet kering. Air dan flu gas hasil pembakaran dibuang melalui cerobong

    dengan bantuan blower (Fitri, 2004).

    i. Press

    Butiran dalam kotak penampung atau trolley dibawa kebagian tes yang

    seksam. Ukuran berat yang distandarisasi pabrik ialah sebesar 35 kg

    selanjutnya dilakukan press selama 4 detik dan kemudian diperoleh produk

    akhir berbentuk empat persegi panjang yang disebut bal dengan sifat padat

    kenyal (Fitri, 2004).

    j. Packing

    Selesai di press dilakukan pembungkusan dengan plastik tipis. Kemudian di

    cap dengan spesifikasi produk. Lalu dimasukkan dalam packing kayu atau

    plastik yang tebal yang lebih besar. Setiap kemasan berisi 36 buah bal karet

    dan rat-rata berat kotor setiap kemasan 1.29 ton. Packing ini dibuat dengan

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 22

    ukuran (56x43x43) inci. Kemudian disimpan dalam gudang dan siap untuk

    dieksport (Fitri, 2004)

    k. Bagan Alir

    Dari bagian alir proses terlihat ada dampak yaitu pembuangan air pada bagian-

    bagian proses tertentu. Pada bagian breaker ada bau yang dikeluarkan bahan

    baku dan alir buangan, begitu pula pada Hammer mill dan pada proses

    penjemuran. Dari seluruh proses produksi dampak yang ditimbulkan ada

    dampak yang dilah pembuangan air dan bau. Garis besar dampak yang

    ditimbulkan dapat diuraikan sevagai berikut:

    a. Air buangan dari breaker

    b. Air buangan dari pengadukan

    c. Air buangan dari hammer mull

    d. Air buangan dari proses penggilingan

    e. Air buangan dari slub cutter terakhir

    f. Limbah padat dari bak penampungan limbah cair I dan II

    Alur Pengolahan Air Limbah Karet

    Bahan Baku Bak Pengaduk

    Penjemuran Pencincangan

    Gilingan Breaker Hammer Mill

    Dryer Press Packing

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 23

    2.11. Pengendalian Air Limbah Didalam Pabrik

    Cara mengurangi limbah dipabrik karet mencakup pengurangan pemborosan

    dan cocoran, dan suatu sistem pemisahan secara fisik untuk memperoleh karet

    kembali. Konsumsi air harus dijaga serendah mungkin, untuk pengolahan secara

    biologi selanjutnya amonia dalam lateks skim perlu dikurangi, dan ini dapat

    dilaksanakan dengan menggunakan kolom unggun desorbsi yang bekerja dengan arah

    berlawanan (Fitri, 2004)

    2.12. Pengambilan Sampel

    Tujuan pengambilan sampel air ialah untuk mengambil sebagaian air, sedikit

    mungkin, tetapi dapat mewakili kualitas yang diteliti. Untuk pengambilan sampel ini

    tersedia cara baku, baik untuk pemeriksaan fisik-kimiawi maupun mikrobiologi.

    Sampel yang diambil inipun diperlukan secara khusus agar kualitas air yang diambil

    tidak berubah selama dalam perjalanan ke laboratorium (Alert, 1986).

    Pengambilan sampel sebagai berikut

    1. Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilakukan dengan frekuensi

    yang cukup sehingga ada prubahan kualitas air sewaktu-waktu dapat

    diketahui.

    2. Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim dalam botol yang steril dan

    sempurna.

    3. Jumlah air yang diambil harus cukup banyak guna analisa air yang tepat

    4. Sampel harus diambil dari titik yang dapat mewakili semuanya

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

  • 24

    5. Waktu pengambilan harus hati-hati, untuk mencegah adanya perubahan

    komposisi sampel yang bermakna yang mempengaruhi hasil analisa

    6. Botol sampel harus diberikan untuk mencegah kesalahan

    2.13. Kerangka Konsep

    Proses

    Pengolahan

    Air Limbah

    Kualitas Air

    Limbah (Inlet)

    BOD COD NH3-N TSS pH

    Kualitas Air

    Limbah (Outlet)

    BOD COD NH3_N TSS pH

    Memenuhi

    Syarat

    Tidak

    Memenuhi

    Syarat

    Baku Mutu Air Limbah

    Untuk Pabrik Karet

    (MenLH.No.5/2014)

    UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA