bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian...

18
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari kendaraan yang berjalan dan kendaraan yang berhenti, dapat diketahui bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus menerus. Pada suatu saat kendaraan tersebut akan berhenti untuk sementara atau cukup lama yang disebut itu adalah parkir, tempat parkir ini harus ada pada saat akhir atau tujuan perjalanan yang dicapai. (Munawar; 2004) Menurut PP No. 43 tahun 1993 parkir didefinisikan sebagai kendaran yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu atau tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan atau menurunkan orang dan atau barang. Sedangkan definisi lain tentang parkir adalah keadaan dimana suatu kendaraan berhenti untuk sementara (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama. Sehingga tempat parkir ini harus ada pada saat akhir atau tujuan perjalanan sudah dicapai. (PPRI-No. 43, pasal 47-50: Tahun 1993) Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa yang disebut parkir. Banyak permasalahan lalu lintas ditimbulkan karena perparkiran. Jika dimanfaatkan dengan baik dengan kebijakan- kebijakan tertentu yang direncanakan secara matang, maka perparkiran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengelola lalu lintas. Undang-undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 pasal 43, tentang fasilitas parkir menyebutkan: a. Penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan. b. Penyelenggaraan fasilitas parkir luar ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa: usaha khusus perparkiran; atau

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Parkir

Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari kendaraan yang berjalan dan

kendaraan yang berhenti, dapat diketahui bahwa kendaraan tidak mungkin

bergerak terus menerus. Pada suatu saat kendaraan tersebut akan berhenti

untuk sementara atau cukup lama yang disebut itu adalah parkir, tempat parkir

ini harus ada pada saat akhir atau tujuan perjalanan yang dicapai. (Munawar;

2004)

Menurut PP No. 43 tahun 1993 parkir didefinisikan sebagai kendaran yang

berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu atau

tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan atau menurunkan

orang dan atau barang. Sedangkan definisi lain tentang parkir adalah keadaan

dimana suatu kendaraan berhenti untuk sementara (menurunkan muatan) atau

berhenti cukup lama. Sehingga tempat parkir ini harus ada pada saat akhir atau

tujuan perjalanan sudah dicapai. (PPRI-No. 43, pasal 47-50: Tahun 1993)

Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya

kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama

atau biasa yang disebut parkir. Banyak permasalahan lalu lintas ditimbulkan

karena perparkiran. Jika dimanfaatkan dengan baik dengan kebijakan-

kebijakan tertentu yang direncanakan secara matang, maka perparkiran dapat

digunakan sebagai salah satu alat untuk mengelola lalu lintas.

Undang-undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 pasal 43, tentang

fasilitas parkir menyebutkan:

a. Penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan

di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan.

b. Penyelenggaraan fasilitas parkir luar ruang milik jalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan warga

negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:

usaha khusus perparkiran; atau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

6

penunjang usaha pokok

c. Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat

diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa,

atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau

marka jalan.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengguna jasa fasilitas parkir,

perizinan, persyaratan, dan tata cara penyelenggaraan fasilitas dan

parkir untuk umum diatur dengan peraturan pemerintah.

Undang-undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 pasal 44,

menyebutkan penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum

dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan:

rencana umum tata ruang;

analisis dampak lalu lintas; dan

kemudahan bagi Pengguna Jasa.

(UU Republik Indonesia No.22, pasal 43-44: Tahun 2009)

2.2 Permasalahan Parkir

Aktivitas suatu pusat kegiatan akan menimbulkan aktivitas parkir

kendaraan. Bangkitan ini akan menimbulkan masalah diantaranya yaitu tidak

tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan parkir

secara otomatis memanfaatkan badan jalan untuk parkir, serta bangkitan tidak

tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia, sehingga

meluap ke badan jalan dan mengakibatkan gangguan kelancaran lalu lintas.

Permasalahan parkir tersebut terjadi hampir disemua ruas jalan, lebih-lebih

daerah pertokoan dan perkantoran serta sekolah, yang mempunyai bangkitan

parkir di badan jalan cukup besar. Permasalahan parkir di kawasan pasar

belum memadai untuk penyediaan dan pengaturan parkir sehingga pada jam

puncak pagi hari umumnya menimbulkan masalah terhadap kelancaran arus

lalu lintas. (Munawar; 2004)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

7

2.3 Larangan Parkir Kendaraan Roda Empat pada Badan Jalan

a. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan

kaki atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.

Gambar 2.1 Larangan Parkir pada Daerah Penyeberangan

b. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius

kurang dari 500 m.

Gambar 2.2 Larangan Parkir pada Tikungan Tajam Radius >500m

c. Sepanjang 50 m sebelum dan sesudah jembatan.

Gambar 2.3 Larangan Parkir pada Daerah Sekitar Jembatan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

8

d. 1. Sepanjang 100m sebelum dan sesudah perlintasan sebidang diagonal.

Gambar 2.4 Larangan Parkir pada Perlintasan Sebidang Diagonal

e. 2. Sepanjang 100m sebelum dan sesudah perlintasan tegak lurus.

Gambar 2.5 Larangan Parkir pada Perlintasan Sebidang Tegak

Lurus

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

9

f. Sepanjang 25m sebelum dan sesudah persimpangan.

Gambar 2.6 Larangan Parkir pada Persimpangan

g. Sepanjang 6m sebelum dan sesudah akses bangunan gedung.

Gambar 2.7 Larangan Parkir pada Akses Bangunan Gedung

h. Sepanjang 6m sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau

sumber air sejenis.

Gambar 2.8 Larangan Parkir pada Daerah Sekitar Keran Kebakaran

Atau Sumber Air Sejenis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

10

2.4 Satuan Ruang Parkir (SRP)

a. Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan

kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

untuk mengukur kapasitas ruang parkir. Dalam kaitannya dengan keamanan

kendaraan terhadap benturan atau goresan kendaraan lain atau bagian

bangunan (pilar, dinding, atau kolom) maka diperlukan ruang bebas arah

samping dan arah memanjang. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan,

satuan ruang parkir digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir.

Tetapi untuk menentukan satuan ruang parkir tidak terlepas dari

pertimbangan-pertimbangan seperti halnya satuan-satuan lain. Pada ruang

parkir dikendalikan, ruang parkir harus diberi ruang marka pada permukaan

jalan. Ruang parkir dibagi dalam dua bentuk: (Munawar; 2004)

Tabel 2.1 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m2)

1. a. Mobil penumpang untuk golongan I 2,30 x 5,00

b. Mobil penumpang untuk golongan II 2,50 x 5,00

c. Mobil penumpang untuk golongan III 3,00 x 5,00

2. Bus/truk 3,40 x 12,50

3. Sepeda motor 0,70 x 2,00

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

11

b. Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang atau Pengantar dapat dilihat

pada gambar dibawah ini

Gambar 2.9 SRP untuk Mobil Penumpang atau Pengantar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

12

c. Satuan Ruang Parkir untuk Motor dapat dilihat pada gambar di bawah ini,

Gambar 2.10 SRP untuk Sepeda Motor

1. Ruang parkir sejajar, lebih diinginkan jika kendaraan-kendaraan

berjalan melampaui ruang parkir tersebut dan kemudian masuk

mundur. Ukuran standar untuk bentuk ini adalah 6,1 x 2,3 atau 2,4

meter.

2. Ruang parkir bersudut, makin besar sudut masuknya, maka makin

kecil luas daerah masing-masing ruang parkirnya, akan tetapi makin

besar juga lebar jalan yang diperlukan untuk membuat lingkaran

membelok bagi kendaraan yang memasuki ruang parkir.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

13

2.5 Pola Parkir Mobil

1. Pola Parkir Paralel

a. Daerah Datar

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.11 Pola Parkir Pada Daerah Datar

b. Daerah Tanjakan

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.12 Pola Parkir Pada Daerah Tanjakan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

14

c. Daerah Temurunan

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.13 Pola Parkir Pada Daerah Temurunan

2. Pola Parkir Menyudut

1. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku

untuk jalan kolektor dan lokal

2. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbeda

berdasarkan besar sudut berikut ini:

a. Sudut 30°

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.14 Pola Parkir Sudut 30°

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

15

Tabel 2.2 Penentuan Pola Parkir Sudut 30°

A B C D E

Golongan I 2,3 3,6 2,75 3,6 6,8

Golongan II 2,5 4,2 3,5 3,85 7,15

Golongan III 3,0 5,0 4,65 4,2 7,7

b. Sudut 45°

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.15 Pola Parkir Sudut 45°

Tabel 2.3 Penentuan Pola Parkir Sudut 45°

A B C D E

Golongan I 2,3 3,0 2,3 3,7 7,25

Golongan II 2,5 3,5 2,7 4,0 7,95

Golongan III 3,0 4,0 3,0 4,45 8,1

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

16

c. Sudut 60°

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.16 Pola Parkir Sudut 60°

Tabel 2.4 Penentuan Pola Parkir Sudut 60°

A B C D E

Golongan I 2,3 2,6 1,25 4,55 7,9

Golongan II 2,5 2,85 1,5 4,7 8,1

Golongan III 3,0 3,7 1,75 4,95 8,85

Ketiga pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika

dibandingkan dengan pola parkir paralel, dan kemudahan dan kenyamanan

pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih

besar jika dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90°.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

17

d. Sudut 90°

Sumber Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009

Gambar 2.17 Pola Parkir Sudut 90°

Tabel 2.4 Penentuan Pola Parkir Sudut 90°

A B C D E

Golongan I 2,3 2,3 - 5,0 9,2

Golongan II 2,5 2,5 - 5,0 9,2

Golongan III 3,0 3,0 - 5,0 9,2

Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan

dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi

melakukan manuver ke ruangan parkir lebih sedikit dibandingkan dengan

pola parkir sudut yang lebih kecil dari 90º. Adapun keterangan dari

penjelasan pola parkir kendaraan roda empat atau mobil yaitu sebagai

berikut: (Direktur Jendral Perhubungan Darat ; 2009)

Keterangan: A = lebar ruang parkir (m)

B = lebar kaki ruang parkir (m)

C = selisih panjang ruang parkir (m)

D = ruang parkir efektif (m)

E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver kendaraan

(m)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

18

2.6 Pola Parkir Sepeda Motor

Sepeda motor mudah parkir dan mudah juga untuk mengambil ruang yang

kecil serta berdiri sendiri secara mudah untuk dipindahkan (didorong) oleh

pengendaranya. Daerah parkir sepeda motor harus diatur secara berbaris

menurut panjang dari sepeda motor tersebut, dengan gang yang membujur

diantara gang masuk dan jalan keluar. Pada umumnya posisi parkir sepeda

motor adalah 90º dari segi efektifitas ruang. Berikut beberapa posisi parkir

sepeda motor; (Munawar; 2004)

a. Pola Parkir Satu Sisi

Sumber Munawar, 2004.

Gambar 2.18 Pola Parkir Satu Sisi

b. Pola Parkir Dua Sisi

Sumber Munawar, 2004.

Gambar 2.19 Pola Parkir Dua Sisi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

19

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang parkir yang cukup

memadai (lebar ruas > 5,5m). Lebar ruang parkir sepeda motor itu sendiri

kurang lebih 0,70 m dengan panjang 2 m.

c. Pola Parkir Pulau

Sumber Munawar, 2004.

Gambar 2.20 Pola Parkir Pulau

2.7 Tata Cara Parkir

Dalam melaksanakan parkir, baik pengemudi maupun juru parkir harus

memperhatikan hal-hal berikut: (Dirjen Perhubungan Darat; 2009)

1. Batas parkir yang dinyatakan dengan marka jalan pembatas.

2. Keamanan kendaraan, dengan mengunci pintu kendaraan dan memasang

rem parkir.

Sesuai dengan jenis fasilitasnya, tata cara parkir adalah sebagai berikut.

1. Fasilitas parkir tanpa pengendalian parkir :

a. Dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi

kendaraan;

b. Juru parkir memberi karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan

meninggalkan ruang parkir;

c. Juru parkir harus menggenakan seragam dan identitas.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

20

2. Fasilitas parkir dengan pengendalian parkir (menggunakan pintu masuk/

keluar):

a. Pada pintu masuk, baik dengan petugas maupun dengan pintu otomatis ,

pengemudi harus mendapatkan karcis tanda parkir, yang mencantumkan

jam masuk (bila diperlukan, petugas mencatat nomor kendaraan).

b. Dengan dan tanpa juru parkir, pengemudi memarkirkan kendaraan

sesuai dengan tata cara parkir.

2.8 Karakteristik Parkir

Karakteristik parkir merupakan parameter yang mempengaruhi

pemanfaatan lahan parkir (Parking Utilization). Adapun pengaruh yang terjadi

dalam pemanfaatan kebutuhan ruang parkir diantaranya: (Munawar; 2004)

a. Akumulasi

Akumulasi adalah jumlah kendaraan parkir dalam periode tertentu. Satuan

akumulasi adalah kendaraan.

Akumulasi = Ei – Ex

Dengan:

Ei = Entry (kendaraan yang masuk lokasi),

Ex = Exit (kendaraan yang keluar lokasi).

Bila sebelum pengamatan sudah terdapat kendaraan yang parkir

pada suatu tempat maka banyaknya kendaraan yang telah parkir

dijumlahkan dalam harga akumulasi parkir yang telah dibuat, sehingga

persamaan diatas menjadi:

Akumulasi = Ei – Ex + X

Dengan:

X = jumlah kendaraan yang telah parkir sebelum pengamatan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

21

b. Indeks Parkir adalah ukuran untuk menyatakan penggunaan panjang jalan

dan dinyatakan dalam persentase ruang yang ditempati oleh kendaraan

parkir. Adapun syarat yang digunakan untuk menentukan IP sebagai

pedoman sebagai berikut;

Jika IP > 100%, artinya kebutuhan parkir melebihi daya tampung atau

permintaan lebih besar dari pada persediaan kapasitas ruang parkir.

Jika IP = 100%, artinya kebutuhan parkir seimbang dengan daya

tampung atau dapat dikatakan persediaan mampu mengisi permintaan

parkir untuk saat ini.

Jika IP < 100%, artinya kebutuhan parkir masih dibawah daya tampung

atau persediaan lebih besar dari pada permintaan kapasitas ruang parkir.

Dari pedoman diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut untuk

menentukan nilai indeks parkir (IP);

Indeks Parkir =

2.9 Pemeliharaan Parkir

1. Peralatan Parkir

Untuk menjamin agar pelataran tetap dalam kondisi baik, pemeliharaan

dilakukan dengan cara: (Dirjen Perhubungan Darat; 2009)

a. Sekurang-kurangnya setiap pagi hari pelataran parkir dibersihkan

agar bebas dari sampah dan air yang tergenang,

b. Pelataran parkir yang sudah berlubang-lubang atau rusak ditambah

atau diperbaiki,

c. Secara rutin pada saat tertentu, pelapisan (overlay) pada perkerasan

pelaratan parkir perlu dilakukan.

Untuk memelihara pelataran parkir itu, perlu diketahui hal-hal berikut:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkireprints.umm.ac.id/35099/3/jiptummpp-gdl-eqvalmerwa-48524-3-babii.pdf · kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan

22

a. Pada fasilitas parkir di badan jalan, penambalan atau pelapisan

(overlay) dilakukan sesuai dengan pemeliharaan badan jalan oleh

instansi pembina jalan.

b. Pada fasilitas parkir di luar badan jalan, pengelola parkir wajib

menyiapkan fasilitas/peralatan pemeliharaan perkerasan pelataran

parkir.

2. Marka dan Rambu Jalan

Karena berfungsi sebagai pemandu dan petunjuk dan penunjuk bagi

pengemudi pada saat parkir, marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap

terlihat jelas.

a. Marka Jalan

1. Secara berkala marka jalan dicat kembali agar terlihat jelas oleh

pengemudi.

2. Bersamaan dengan permbersihan peralatan parkir, bagian marka

jalan harus dibersihkan secara khusus.

b. Rambu Jalan

1. Rambu jalan harus diganti apabila sudah tidak terlihat jelas

tulisannya atau sudah rusak.

2. Secara rutin daun rambu jalan harus dibersihkan agar tidak tertutup

oleh kotoran.

3. Fasilitas Penunjang Parkir

Fasilitas penunjang parkir yang memerlukan pemeliharaan adalah:

a. Pos petugas

b. Lampu penerangan

c. Pintu masuk dan keluar

d. Alat pencatat waktu elektronis, serta

e. Pintu elektronis pada fasilitas parkir dengan pintu masuk otomatis.