bab ii tinjauan pustaka 2.1. pengertian ketimpangan distribusi...

14
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya per bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standard kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan dapat diperoleh seseorang dari mata pencaharian utama dengan atau tanpa mata pencaharian lain. Dengan demikian seseorang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan suatu konsep mengenai penyebaran pendapatan di antara setiap orang atau rumah tangga dalam masyarakat. Konsep pengukuran distribusi pendapatan dapat ditunjukkan oleh dua konsep pokok, yaitu konsep ketimpangan absolut dan konsep ketimpangan relatif. Ketimpangan absolut merupakan konsep pengukuran ketimpangan yang menggunakan parameter dengan suatu nilai mutlak. Ketimpangan relatif merupakan konsep pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan yang membandingkan besarnya pendapatan yang diterima oleh seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total pendapatan yang diterima oleh masyarakat secara keseluruhan (Ahluwalia dalam Sukirno,2006). Distribusi pendapatan merupakan salah satu indikator pemerataan. Pemerataan akan terwujud jika proporsi pendapatan yang dikuasai oleh sekelompok masyarakat tertentu sama besarnya dengan proporsi kelompok Universitas Sumatera Utara

Upload: vuongnguyet

Post on 19-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang

dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya per

bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standard

kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan

dapat diperoleh seseorang dari mata pencaharian utama dengan atau tanpa mata

pencaharian lain. Dengan demikian seseorang diharapkan mampu meningkatkan

kesejahteraan keluarganya.

Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan suatu konsep mengenai

penyebaran pendapatan di antara setiap orang atau rumah tangga dalam

masyarakat. Konsep pengukuran distribusi pendapatan dapat ditunjukkan oleh dua

konsep pokok, yaitu konsep ketimpangan absolut dan konsep ketimpangan relatif.

Ketimpangan absolut merupakan konsep pengukuran ketimpangan yang

menggunakan parameter dengan suatu nilai mutlak. Ketimpangan relatif

merupakan konsep pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan yang

membandingkan besarnya pendapatan yang diterima oleh seseorang atau

sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total pendapatan yang diterima

oleh masyarakat secara keseluruhan (Ahluwalia dalam Sukirno,2006).

Distribusi pendapatan merupakan salah satu indikator pemerataan.

Pemerataan akan terwujud jika proporsi pendapatan yang dikuasai oleh

sekelompok masyarakat tertentu sama besarnya dengan proporsi kelompok

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

7

tersebut. Alat yang lazim digunakan adalah Gini Ratio dan cara perhitungan yang

digunakan oleh Bank Dunia (Hasrimi, 2010).

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu

dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Ada dua

kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Kemiskinan absolut adalah kondisi di mana tingkat pendapatan seorang tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan,

kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan

berdasarkan proporsi distribusi pendapatan daerah (Sukino, 2013).

Distribusi pendapatan nasional adalah mencerminkan merata atau

timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan

penduduknya (Dumairy, 2004).

Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu

distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima

masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor

faktor produksi (Todaro, 2006).

Dari dua definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi

pendapatan mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu

daerah atau negara baik yang diterima masing-masing orang ataupun dari

kepemilikan faktor-faktor produksi dikalangan penduduknya. Ketimpangan

pendapatan lebih besar terjadi di negara-negara yang baru memulai

pembagunannya, sedangkan bagi negara maju atau lebih tinggi tingkat

pendapatannya cenderung lebih merata atau tingkat ketimpangannya rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

8

Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris dalam Arsyad (2010) ada

8 hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan

di negara sedang berkembang :

1). Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan

perkapita.

2). Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara

proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.

3). Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.

4). Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (Capital

Insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar

dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga

pengangguran bertambah.

5). Rendahnya mobilitas sosial.

6). Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan

harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan

kapitalis.

7) Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang

dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat

ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang

ekspor negara sedang berkembang.

8). Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah

tangga, dan lain-lain.

Todaro (2006), menyatakan bahwa semakin tidak merata pola distribusi

pendapatan, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonomi karena orang-orang

kaya memiliki rasio tabungan yang lebih tinggi dari pada orang orang miskin

sehingga akan meningkatkan aggregate saving rate yang diikuti oleh peningkatan

investasi dan pertumbuhan ekonomi. Jika laju pertumbuhan PDRB merupakan

satu-satunya tujuan masyarakat, maka strategi terbaik adalah membuat pola

distribusi pendapatan setimpang mungkin. Dengan demikian, model Kuznets dan

Kaldor menunjukkan adanya trade off atau pilihan antara pertumbuhan PDRB

yang lambat tatapi dengan distribusi pendapatan yang lebih merata.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

9

Dua model ketimpangan yaitu teori Harrod-Domar dan Neo-Klasik

memberikan perhatian khusus pada peranan kapital yang dapat direpresentasikan

dengan kegiatan investasi yang ditanamkan pada suatu daerah untuk menarik

kapital kedalam daerahnya, hal ini jelas akan berpengaruh pada kemampuan

daerah untuk tumbuh sekaligus menciptakan perbedaan dalam kemampuan

menghasilkan pendapatan. Investasi akan lebih menguntungkan bila dialokasikan

pada daerah-daerah yang dinilai mampu menghasilkan pengembalian (return)

yang besar dalam jangka waktu yang relatif cepat. Mekanisme pasar justru akan

menyebabkan ketidakmerataan, dimana daerah-daerah yang relatif maju akan

bertumbuh semakin cepat sementara daerah yang kurang maju tingkat

pertumbuhannya justru relatif lambat. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya

ketimpangan pendapatan antar daerah, sehingga diperlukan suatu perencanaan dan

kebijakan dalam mengarahkan alokasi investasi menuju suatu kemajuan ekonomi

yang lebih berimbang diseluruh wilayah dalam negara.

Terjadinya ketimpangan antar daerah juga diterangkan oleh Mydral (1957)

membangun teori keterbalakangan dan pembangunan ekonominya disekitar ide

ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional. Untuk menjelaskan

hal tersebut, beliau memakai ide “spread effect” dan “backwash effect” sebagai

bentuk pengaruh penjalaran dari pusat pertumbuhan ke daerah sekitar. Spread

effect (dampak sebar) didefinisikan sebagai suatu pengaruh yang menguntungkan

(favorable effect), yang mencakup aliran kegiatan-kegiatan investasi di pusat

pertumbuhan kedaerah sekitar. Backwash effect (dampak balik) didefinisikan

sebagai pengaruh yang merugikan (infavorable effect) yang mencakup aliran

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

10

manusia dari wilayah sekitar atau pinggiran termasuk aliran modal ke wilayah

inti, sehingga mengakibatkan berkurangnya modal pembangunan bagi wilayah

pinggiran yang sebenarnya diperlukan untuk dapat mengimbangi perkembangan

wilayah inti.

Terjadinya ketimpangan regional menurut Mydral (1997) disebabkan oleh

besarnya pengaruh dari backwash effect dibandingkan dengan spread effect

dinegara-negara terbelakang. Perpindahan modal cenderung meningkatkan

ketimpangan regional, permintaan yang meningkat ke wilayah maju akan

merangsang investasi yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan yang

menyebabkan putaran kedua investasi dan seterusnya, lingkup investasi yang

lebih baik pada sentra-sentra pengembangan dapat menciptakan kelangkaan

modal di wilayah terbelakang.

2.2. Pengukuran Ketimpangan Pendapatan

Untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui

apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak, digunakan kategorisasi kurva

Lorenz,menggunakan koefisien Gini, dan kriteria Bank Dunia.

1. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di

kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur

sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan

nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk.

Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

11

Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi

pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin

jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang

semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata.

(Lincolin Arsyad,1997).

Gambar 2.1.

Kurva Lorenz

2. Indeks Gini atau Rasio Gini

Gini Ratio digunakan untuk melihat adanya hubungan antara jumlah

pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total

pendapatan. Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

mempunyai selang nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol

menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati

satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi (Todaro,2006).

Rumus yang dipakai untuk menghitung nilai Gini Ratio adalah :

G = 1 -

k

i

QiQiPi

1 10000

)1(

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

12

Keterangan :

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i

Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas-i Qi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i

k = Banyaknya kelas pendapatan

Nilai Gini antara 0 dan 1, dimana nilai 0 menunjukkan tingkat pemerataan

sempurna, dan semakin besar nilai Gini maka semakin tidak sempurna tingkat

pemerataan pendapatan.

3. Kriteria Bank Dunia

Menurut Bank Dunia, ketimpangan distribusi pendapatan diukur dengan

menghitung persentase jumlah pendapatan masyarakat dari kelompok yang

berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan penduduk.

Tabel 2.1

Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia (World Bank)

Klasifikasi Ketimpangan Ketimpangan distribusi pendapatan

Ketimpangan tinggi 40% penduduk berpendapatan rendah

menerima <12% dari total pendapatan

Ketimpangan sedang 40% penduduk berpendapatan rendah

menerima 12% -17% dari total

pendapatan

Ketimpangan rendah 40% penduduk berpendapatan rendah

menerima >17% dari total pendapatan

2.3. Konsep Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu-individu.

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

13

fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini

menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan

dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.

Akibatnya, masih ada warga negara mengalami hambatan pelaksanaan fungsi

sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1996) dapat dirumuskan sebagai

padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat

indikator yaitu : (1) rasa aman (security), (2) Kesejahteraan (welfare), (3)

Kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (Identity).

Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari

sisi fisik, seperti Indeks pembangunan Manusia (Human Development Index),

Indeks Mutu Hidup (Physical Quality Life Index), Kebutuhan Dasar (Basic

Needs), dan Pendapatan Perkapita (GNP/Kapita). Ukuran kesejahteraan ekonomi

inipun dapat dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha). Dari

sisi konsumsi, kesejahteraan bisa diukur dengan menghitung seberapa besar

pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk memenuhi

kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam periode

tertentu.

2.4. Indikator Kesejahteraan

Badan Pusat Statistik Indonesia (2005) menerangkan bahwa guna melihat

tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang

dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah :

1. Tingkat pendapatan keluarga

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

14

2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan

pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan

3. Tingkat pendidikan keluarga

4. Tingkat kesehatan keluarga

5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur

dari beberapa aspek kehidupan:

1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah,

bahan pangan dan sebagainya

2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,

lingkungan alam, dan sebagainya

3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas

pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya

4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,

keserasian penyesuaian, dan sebagainya

Menurut Drewnoski (1974) dalam Bintarto (1989), konsep kesejahteraan

dapat dikaji dari 3 aspek yakni (1) Tingkat perkembangan fisik (somatic status),

seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagainya; (2) Tingkat mentalnya,

(mental/educational status) seperti pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya; (3)

Integrasi dan kedudukan sosial (social status).

2.5. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangan distribusi

pendapatan terhadap kemiskinan atau kesejahteraan dipengaruhi oleh adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

15

peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak

negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin.

Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak

sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin

memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau

kesejahteraan Salah satu penyebab dari kemiskinan adalah adanya ketidaksamaan

pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi

pendapatan yang timpang.

Menurut Boediono (1992) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

output per kapita dalam jangka panjang, sehingga persentase pertambahan output

tersebut harus lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada

kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan perkapita daerah (PDRB per kapita) juga

harus dilibatkan berbagai faktor produksi (sumber-sumber ekonomi) dalam setiap

kegiatan produksi. Pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi faktor produksi

tenaga kerja, kapital, sumberdaya alam, teknologi dan faktor sosial (seperti adat

istiadat, keagamaan, sistem pemerintahan).

Menurut Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan

seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu

diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga

menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah

tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

16

menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain

ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta diwilayah tersebut juga oleh

seberapa besar terjadi transfer-payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke

luar wilayah atau mendapat aliran dana di luar wilayah.

Menurut Kuznets (1996), pada tahap – tahap awal pertumbuhan ekonomi

pendistribusian pendapatan cenderung memburuk namun pada tahap – tahap

berikutnya akan membaik. Hipotesis ini lebih dikenal sebagai hipotesis

“Uterbalik” Kuznets, sesuai dengan bentuk rangkaian perubahan kecenderungan

distribusi pendapatan dengan ukuran koefisien Gini dan pertumbuhan GNP per

kapita yang akan terlihat seperti kurva yang berbentuk U-terbalik. Menurut

Kuznets, distribusi pendapatan akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi (Todaro, 2000).

Menurut Todaro (2003), pemerataan yang lebih adil di negara berkembang

merupakan suatu kondisi atau syarat yang menunjang pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian, semakin tinggi ketimpangan distribusi pendapatan di suatu

negara atau daerah, akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan.

Ketimpangan pendapatan antar daerah, tergantung dari besarnya jumlah

pendapatan yang diterima oleh setiap penerima pendapatan dalam daerah tersebut,

baik itu golongan masyarakat maupun wilayah tertentu dalam daerah tersebut.

Perbedaan jumlah pendapatan yang diterima itu menimbulkan suatu distribusi

pendapatan yang berbeda, sedangkan besar kecilnya perbadaan tersebut akan

menentukan tingkat pemerataan pendapatan (ketimpangan pendapatan) daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

17

tersebut. Oleh karena itu, ketimpangan pendapatan ini akan tergantung dari besar

kecilnya perbedaan jumlah pendapatan yang diterima oleh penerima pendapatan.

Sehingga timpang atau tidaknya pendapatan daerah dapat diukur melalui distribusi

penerimaan pendapatan antar golongan masyarakat ataupun antar wilayah

tertentu, dimana pendapatan yang diterima wilayah tersebut terlihat pada nilai

PDRB-nya, sedangkan untuk golongan masyarakat tentunya adalah jumlah yang

diterimanya pula.

2.6. Penelitian Terdahulu

T. Makmur, dkk (2011) melakukan penelitian yang berjudul Ketimpangan

Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa di Kecamatan Peukan

Bada Kabupaten Aceh Besar. Dari hasil analisis menggunakan koefisien gini (gini

ratio) dapat disimpulkan bahwa ketimpangan yang terjadi di Kecamatan Peukan

Bada adalah ketimpangan sedang untuk pekerjaan penduduk sebagai petani dan

buruh dan ketimpangan rendah untuk pekerjaan penduduk sebagai pedagang dan

pns. apabila dilihat secara keseluruhan sampel diperoleh indeks gini sebesar

0,386, ini artinya pada kabupaten Peukan Bada mempunyai nilai ketimpangan

distribusi pendapatannya sedang.

Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Linggar Dewangga Putra,

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang 2011 dengan judul Analisis

Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin

Di Provinsi Jawa Tengah Periode 2000 – 2007 dan dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda membuktikan bahwa “ketimpangan dalam pendistribusian

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

18

pendapatan yang diukur dari Indeks Gini dan Indeks Williamson berpengaruh

positif pada jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah”.

Halim, dkk (2010) juga melakukan penelitian dengan judul Distribusi

Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan Petani Kopi Arabika di Desa Tanjung

Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sumber pendapatan petani kopi arabika cukup beragam dimana pendapatan

dari usaha tani kopi arabika memberikan kontribusi sebesar 65,68% terhadap total

pendapatan petani. Tingkat ketimpangan pendapatan petani kopi arabika

berdasarkan nilai gini ratio sebesar 0,36 berada dalam kategori menengah,

sedangkan menurut kriteria World Bank berada dalam kategori rendah. Selain itu,

jumlah petani kopi arabika miskin menurut Sajogyo (1988) sebanyak 21,43%,

sedangkan menurut BPS (2010) sebanyak 16,67%.

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan suatu konsep mengenai

penyebaran pendapatan di antara setiap orang atau rumah tangga dalam

masyarakat. Konsep pengukuran distribusi pendapatan dalam penelitian ini

adalah ketimpangan relatif yang merupakan konsep pengukuran ketimpangan

distribusi pendapatan yang membandingkan besarnya pendapatan yang diterima

oleh seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total

pendapatan yang diterima oleh masyarakat secara keseluruhan (Ahluwalia dalam

Sukirno,2006).

Ketimpangan pendistribusian pendapatan yang dihitung menggunakan

Indeks Gini dan Kriteria Bank Dunia berpengaruh pada tingkat kesejahteraan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52356/4/Chapter II.pdf · Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia

19

Pendapatan

Tinggi,sedang dan rendah

Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

Sedang

Kesejahteraan

Tinggi, sedang dan rendah

kemiskinan. Semakin kecil (mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik

atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar (semakin

mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau senjang.

Kemiskinan menurut BPS dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi

untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi

pengeluaran).

Berdasarkan dasar pemikiran tersebut di atas, kerangka konsep penelitian

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep tersebut di atas menggambarkan bahwa tidak meratanya

distribusi pendapatan menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan yang

merupakan titik awal dari munculnya masalah perbedaan tingkat kesejahteraan.

Universitas Sumatera Utara