bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian pelelangan bab 2.pdf · melalui audit, review, evaluasi,...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelelangan Dalam suatu proyek konstruksi setelah tahap perencanaan diselesaikan oleh Konsultan perencana maka akan dilanjutkan dengan tahap pengadaan pelaksanaan konstruksi. Proses ini disebut dengan procurement. Salah satu cara untuk mencari penyedia jasa adalah dengan melakukan suatu proses pelelangan atau tender. Dimana tender atau pelelangan tersebut merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas, sehingga terpilih penyedia terbaik dan memiliki kompetensi dibidangnya. 2.2 Berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Dengan berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 menggantikan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan barang/jasa maka banyak dari Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 yang telah disempurnakan dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tidak dipakai acuan lagi. Penyempurnaan Peraturan mengenai Pengadaan Barang/Jasa ini dilakukan karena suatu proses Pengadaan Barang/Jasa yang efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa yang berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Dengan demikian perlu dibuat suatu pengaturan yang jelas mengenai tata cara pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengaturan yang efektif bagi para pihak yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintahan. Adapun Jenis Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini adalah sebagai berikut :

Upload: dangmien

Post on 13-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelelangan

Dalam suatu proyek konstruksi setelah tahap perencanaan diselesaikan oleh

Konsultan perencana maka akan dilanjutkan dengan tahap pengadaan pelaksanaan

konstruksi. Proses ini disebut dengan procurement. Salah satu cara untuk mencari

penyedia jasa adalah dengan melakukan suatu proses pelelangan atau tender.

Dimana tender atau pelelangan tersebut merupakan serangkaian kegiatan untuk

menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat

diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan

metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak

yang terkait secara taat azas, sehingga terpilih penyedia terbaik dan memiliki

kompetensi dibidangnya.

2.2 Berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012

Dengan berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 menggantikan

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun

2003 tentang pengadaan barang/jasa maka banyak dari Peraturan Presiden No. 54

Tahun 2010 yang telah disempurnakan dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun

2003 tidak dipakai acuan lagi. Penyempurnaan Peraturan mengenai Pengadaan

Barang/Jasa ini dilakukan karena suatu proses Pengadaan Barang/Jasa yang

efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa

yang berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik.

Dengan demikian perlu dibuat suatu pengaturan yang jelas mengenai tata cara

pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan

tata kelola yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengaturan yang efektif bagi

para pihak yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan

Pemerintahan.

Adapun Jenis Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini adalah

sebagai berikut :

6

1. Pengadaan Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak

berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan,

dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang

2. Jasa Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya

3. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan

keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya

olah pikir (brainware).

4. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang

mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang

telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau

segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi,

pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.

Dalam penyelesaian penelitian ini Pengadaan Barang/Jasa hanya dibatasi

pada pekerjaan Jasa Konstruksi saja.

2.2.1 Prinsip-Prinsip Dalam Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa

adalah Kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh

Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Institusi lainnya

yang prosesnya dimulai dari perencanaan umum Pengadaan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh Barang/Jasa. Dimana dalam

penerapannya proses pengadaan Barang/Jasa tersebut menerapkan prinsip-prinsip

sebagai berikut :

1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahkan dengan

menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya dan dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang

telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

sesuai sasaran yang ditetapkan

7

3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi

penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui

persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan

memenuhi kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas

serta transparan.

4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan

barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara

evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa yang

berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya.

5. Adil/tidak deskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi

semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi

keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara atau alasan apapun.

6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik keuangan maupun

manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum, pemerintah dan

pelayanan masyarakat sesuai prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku

dalam pengadaan barang/jasa.

2.2.2 Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Untuk jenis pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi dapat dilakukan

dengan metode sebagai berikut :

1. Pelelangan

a. Pelelangan umum, adalah suatu metode pemilihan Penyedia

Barang/Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk semua pekerjaan yang dapat

diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.

Pengumumannya secara luas melalui website LPSE, sehingga semua

penyedia Barang/Jasa yang berminat dan memenuhi syarat dapat

mengikutinya.

b. Pelelangan Terbatas adalah suatu metode pemilihan Penyedia

Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu

melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks,

dengan cara mengumumkan dipengumuman resmi dengan

mencantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia yang diyakini

8

mampu, dan guna memberikan kesempatan kepada penyedia

barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

c. Pemilihan Langsung adalah suatu metode pemilihan Penyedia

Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi

Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan tidak bersifat kompleks.

Pemilihan dilakukan dengan menggunakan SPSE (Sistem Pelelangan

Secara Elektronik).

2. Penunjukan Langsung adalah suatu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa

untuk penanganan keadaan darurat dengan cara menunjuk langsung1 (satu)

Penyedia Barang/Jasa.

3. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada

Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan

Langsung, dengan nilai HPS (Harga Perkiraan sendiri) paling tinggi Rp.

200.000.000,00

2.3 Pengertian E-Procurement

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan

Barang/Jasa E-procurement (pengadaan secara elektronik) adalah suatu

pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi

informasi dan transaksi elektronik sesuai ketentuan perundang-undangan. Tujuan

dari proses pengadaan barang/jasa secara Elektronik (E-procurement) ini adalah

untuk:

1. Memperbaiki transparansi dan akuntabilitas

2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat

3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan

4. Mendukung proses monitoring dan audit

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang realtime

2.3.1 Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa

Secara Elektronik (E-Procurement)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa dalam proses pengadaan barang/jasa secara elektronik atau E-

9

procurement terdapat banyak pihak yang terlibat didalamnya dari proses

penyusunan dan penetapan rencana penganggaran, persiapan hingga pelaksanaan

pengadaan barang/jasa, antara lain :

1. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang

selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan

Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I.

3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya

disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan

dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

5. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang

kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja

Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna

APBN/APBD

6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat

yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh

Kepala Daerah untuk menggunakan APBD

7. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

8. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit

organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang

berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen,

dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada

9. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan

Pengadaan Langsung

10

10. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan

11. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain

yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan

melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain

terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

12. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang

menyediakan Barang/PekerjaanKonstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya

2.3.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah

satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah

satu perwujudannya adalah dengan pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa

pemerintah secara elektronik (electronic government procurement atau PPE),

yaitu dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Proses

pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ini akan lebih meningkatkan

dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas

dalam pembelanjaan uang negara.

Selain itu, proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ini

juga dapat lebih menjamin tersedianya informasi, kesempatan usaha, serta

mendorong terjadinya persaingan yang sehat dan terwujudnya keadilan

(nondiscriminative) bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang pengadaan

barang/jasa pemerintah. Untuk membantu proses pengadaan barang/jasa secara

elektronik (E-procurement) pemerintah dibantu oleh suatu unit yang

dikembangkan oleh LKPP sebagai unit pelaksanaan yang memfasilitasi

Panitia/Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada proses pengadaan barang/jasa secara

elektronik. Unit tersebut adalah LPSE atau Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

LPSE merupakan sistem E-procurement yang mengoperasikan sistem

bernama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikembangkan dengan

basis free license untuk diterapkan diseluruh instansi pemerintah di Indonesia.

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibuat untuk mewujudkan harapan

11

pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik. Layanan yang

tersedia dalam SPSE adalah e-Lelang Umum (e-Regular Tendering) yaitu

pelelangan umum dalam rangka mendapatkan penyedia barang/jasa, dengan

penawaran harganya dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah

ditentukan dalam dokumen pengadaan dan jadwal online pada SPSE, untuk

mencari harga terendah tanpa mengabaikan kualitas dan sasaran yang telah

ditetapkan, dengan mempergunakan media elektronik yang berbasis pada

web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasidan informasi.

Dalam pengembangan SPSE, LKPP melibatkan instansi-instansi terkait

yaitu Lembaga Sandi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(BPKP). Lembaga Sandi Negara mengembangkan suatu Aplikasi Pengaman

Dokumen (APENDO) dimana dokumen penawaran dari peserta lelang di enkripsi

menggunakan Aplikasi APENDO.

Pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa

yang telah mendaftar pada SPSE dan kemudian menyampaikan penawaran

sampai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem

katalog elektronik.

Selain itu di dalam SPSE juga telah disiapkan fasilitas untuk proses audit

secara online (e-Audit). Sementara itu sub sistem e-audit dikembangkan bekerja

sama dengan Badan Keuangan dan Pembangunan yang memungkinkan bagi

SPSE untuk mengeluarkan informasi detail tentang proses lelang untuk keperluan

audit. Implementasi E-procurement di lingkungan instansi pemerintah

memberikan tantangan bagi dunia auditing, dimana dalam proses E-procurement

bisa dikatakan penggunaan kertas telah dikurangi. LKPP sebagai pengembang

SPSE mulai tahun 2009 bekerja sama dengan BPKP untuk mengembangkan E-

Audit yang merupakan suatu alat bantu auditor yang digunakan untuk melakukan

audit terhadap paket pengadaan yang dilelangkan melalui LPSE. Di Dalam E-

Audit terdapat beberapa fasilitas yang tersedia, antara lain :

12

1. Memungkinkan auditor untuk melakukan lazimnya fungsi-fungsi audit,

seperti, tidak terbatas, membandingkan antara data/informasi tertentu

dengandata/informasi lainnya.

2. Memungkinkan auditor mengambil data dari database LPSE, kemudian

menyimpannya ke dalam database tertentu untuk kepentingan audit,

memasukkan data dari lapangan ke data base, dan melakukan fungsi-fungsi

sebagaimana lazimnya suatu kegiatan audit.

3. Memungkinkan adanya kolaborasi antara auditor dengan audit dalam proses

audit sehingga beberapa hal yang tidak jelas dapat dikomunikasikan dan

didokumentasikan.

4. Memungkinkan auditor menyampaikan ringkasan dan informasi-inforrnasi

hasil audit yang penting ditindak lanjuti oleh audit. Beberapa ringkasan

dimaksud sebagai berikut:

a. Temuan Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Nomor,

Kode Temuan, Nama Temuan, Uraian Temuan, Nilai Temuan,

Kriteria, Penyebab, Akibat);

b. Rekomendasi (Nomor, Kode, Rekomendasi, Nama Rekomendasi,

Uraian Rekomendasi);

c. Tanggapan Objek;

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan lainnya (Nomor, Uraian).

5. Memungkinkan audit menyampaikan tindak lanjut hasil audit sehingga

auditor dapat memonitor tindak lanjut temuan audit.

6. Memungkinkan disajikannya ringkasan hal-hal yang terkait dengan audit

untuk kepentingan penyusunan kebijakan pengadaan selanjutnya dan untuk

kepentingan peningkatan kapasitas auditor.

7. E-Audit dapat menyimpan data auditor yang menggunakan LPSE untuk

kepentingan pelacakan dan peningkatan kapasitas auditor. Beberapa data

tersebuta dalah:

a. Kode/nama lembaga audit;

b. Kode/nama lembaga/satuan Kerja yang diaudit;

c. Nama paket yang diaudit;

d. Identitas surat tugas (nomor, tanggal);

13

e. Tim audit (NIP, nama, peran);

f. Tanggal audit(tanggal mulai,tanggal selesai);

g. Lingkup audit.

2.4 Menetapkan Metode Penilaian Kualifikasi

Menetapkan metode dalam penilaian kualifikasi merupakan suatu proses

penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu

lainnya dari penyedia barang/jasa. Adapun cara penilaian kompetensi,

kemampuan usaha dan pemenuhan persyaratan dari calon penyedia dapat

dilakukan dengan cara :

1. Prakualifikasi, merupakan suatu proses penilaian kualifikasi yang dilakukan

sebelum pemasukan dokumen penawaran

2. Pascakualifikasi, merupakan suatu proses penilaian kualifikasi yang

dilakukan setelah pemasukan dokumen penawaran.

Proses penilaian kualifikasi ini harus dilakukan secara adil, transparan,

sehingga mendorong terjadinya persaingan yang sehat. Agar proses penilaian

kualifikasi menjadi efisien maka data yang diperlukan dalam penilaian cukup

mengirim data kualifikasi melalui SPSE sesuai jadwal yang ditentukan. Jika

terdapat peserta pengadaan barang/jasa yang memalsukan datanya maka pihak

panitia pengadaan barang/jasa akan mengenakan sanksi kepada peserta pengadaan

barang/jasa tersebut berupa pemasukan peserta pengadaan barang/jasa yang ke

dalam “daftar hitam” selama 2 tahun, dimana peserta pengadaan barang/jasa yang

dimasukan ke dalam “daftar hitam” tidak boleh mengikuti pengadaan barang/jasa

pemerintah di seluruh Indonesia selama 2 tahun. Setelah dilakukan penilaian

kemampuan peserta pengadaan barang/jasa maka pihak panitia pengadaan

barang/jasa akan mengumumkan hasilnya melalui SPSE. Peserta pengadaan

barang/jasa yang dinyatakan sebagai calon pemenang harus dapat menunjukan

dokumen asli yang telah diupload sebelumnya untuk diperiksa oleh panitia

pengadaan barang/jasa, apabila ada pihak penyedia yang keberatan terhadap hasil

pelelangan dapat melakukan sanggahan malalui SPSE sesuai jadwal yang telah

ditentukan dan dapat melakukan sanggahan banding sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

14

Dalam proses pengadaan barang/jasa penggunaan metode prakualifikasi dan

pascakualifikasi diatur seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penggunaan Metode Prakualifikasi dan Pascakualifikasi Dalam

Proses Pengadaan Barang/Jasa METODE PRAKUALIFIKASI METODE PASCAKUALIFIKASI

Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi Pemilihan Langsung

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya yang Bersifat

Kompleks Melalui Pelelangan Umum

Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi

Perorangan

Pengadaan Barang/Jasa langsung

kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa

melalui Pelelangan, dengan nilai HPS

paling tinggi Rp. 200.000.000,00

Pelelangan Umum Kecuali Pelelangan

Umum Yang Bersifat Kompleks

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya yang Melalui

Penunjukan Langsung, Kecuali Untuk

Penanganan Darurat

Sumber : Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 (2012)

Dalam penyelesaian proposal tugas akhir ini proyek-proyek yang ditinjau

menggunakan metode pengadaaan e-lelang pemilihan langsung, satu file, dengan

metode evaluasi sistem gugur dan dengan metode pascakualifikasi.

2.5 Keanggotaan Peserta Pelelangan Dalam LPSE

Untuk dapat mengikuti proses pengadaan barang/jasa secara elektronik,

penyedia barang/jasa harus mendaftar secara online pada website LPSE kemudian

mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan.

Adapun aturan mengenai keanggotaan pengguna LPSE adalah sebagai berikut :

1. Registrasi Pengguna

a. PPK/Panitia/Pokja ULP mengajukan permintaan untuk mendapatkan

kode akses (user id dan password) kepada pengelola LPSE bagi

PPK/Panitia/Pokja ULP suatu paket pekerjaan tertentu dengan

menunjukan surat Keputusan penunjukan sebagai panitia pengadaan

15

dari Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

b. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran secara online pada

website LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi dokumen

pendukung yang dipersyaratkan oleh LPSE;

c. Dengan membuat dan/atau mendaftar sebagai peserta lelang pada paket

pekerjaan dalam SPSE, maka PPK/Panitia/Pokja ULP dan Penyedia

barang/jasa telah memberikan persetujuannya pada Pakta Integritas.

Dimana Pakta integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk

mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam

pengadaan barang/jasa.

2. Persyaratan Registrasi Pengguna

a. PPK/Panitia/Pokja ULP:

1. Surat Keputusan penunjukan sebagai PPK/Panitia/Pokja ULP oleh

Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

b. Penyedia barang/jasa:

1. KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di

perusahaan dan yang ditunjukan sebagai admin;

2. Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) Perusahaan;

3. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin Usaha Jasa

Konstruksi (SIUJK)/Sertifikat Badan Usaha (SBU);

4. TDP (Tanda daftar perusahaan);

5. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya (jika ada

perubahan).

c. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir

keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website

LPSE;

d. Penyedia barang/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna

SPSE atau paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum batas akhir

pendaftaran suatu paket pekerjaan yang ingin diikuti.

3. Kewajiban Pengguna

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan

yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

16

b. Masing-masing Penyedia barang/jasa hanya diperkenankan memiliki

(satu) UserID dan Password yang dapat digunakan disemua LPSE di

Indonesia dengan melakukan Agresi Inaproc pada website LPSE,

apabila LPSE tertentu belum melakukakan Agresi Inaproc, maka

penyedia harus melakukan pendaftaran dan verifikasi data lagi di

website LPSE tersebut, seperti proses awal registrasi.

c. Setiap Pengguna bertanggungjawab melindungi kerahasiaan hak akses,

dan aktivitas lainnya pada SPSE;

d. Setiap penyalahgunaan hak akses oleh pihak lain menjadi

tanggungjawab pemilik UserID dan Password;

e. Penyedia barang/jasa wajib memutakhirkan data kualifikasi (jika terjadi

perubahan seperti alamat, status kepemilikan, kondisi keuangan, kontak

person, klasifikasi bidang usaha, jenis barang/jasa yang disediakan, dan

data atau informasi lain yang dianggap perlu dalam SPSE);

f. Menjaga kerahasiaan dan mencegah penyalahgunaan data dan informasi

yang tidak diperuntukkan bagi khalayak umum;

g. Penyedia barang/jasa bertanggung jawab terhadap setiap kekeliruan

dan/atau kelalaian atas penggunaan data kualifikasi yang tidak mutakhir

(update) yang tidak menjadi tanggung jawab LPSE maupun

Panitia/Pokja ULPpengadaan.

4. Ketentuan Pengguna

a. Pengguna setuju bahwa transaksi yang dilakukan melalui SPSE tidak

boleh melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

b. Pengguna wajib tunduk dan taat pada semua peraturan yang berlaku di

Indonesia yang berhubungan dengan penggunaan jaringan dan

komunikasi data baik di wilayah Indonesia maupun dari dan keluar

wilayah Indonesia melalui website LPSE.

c. Pengguna bertanggungjawab penuh atas isi transaksi (contentsofdata)

yang dilakukan dengan menggunakan SPSE.

d. Pengguna dilarang saling mengganggu proses transaksi dan/atau

layanan lain yang dilakukan dalam SPSE.

17

e. Pengguna setuju bahwa usaha untuk memanipulasi data, mengacaukan

sistem elektronik dan jaringannya adalah tindakan melanggar hukum.

5. Pembatalan Keanggotaan Pengguna

a. Pengelola LPSE berhak membatalkan/menunda/menghalangi sementara

hak akses dalam proses pengadaan barang/jasa dari Pengguna apabila

ditemukan adanya suatu informasi/transaksi/aktivitas lain yang tidak

dapat dibenarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Pengguna mengundurkan diri dengan cara mengirimkan surat

permohonan dan disampaikan kepada pengelola LPSE (tempat

Pengguna terdaftar) yang dapat dikirimkan melalui sarana elektronik

(email).

2.6 Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-Procurement)

Dalam proses pengadaan barang/jasa secara elektronik diperlukan

suatu perencanaan yang matang agar tercipta proses pelaksanaan pengadaan

barang/jasa yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun proses pengadaan

barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 adalah

sebagai berikut :

1. Persiapan Pengadaan

a. PA/KPA menyusun dokumen rencana pengadaan barang/jasa dan

akan menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kegiatan

penyusunan rencana pengadaan meliputi :

1. Identifikasi dan analisis kebutuhan

2. Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran

3. Penetapan kebijakan umum

4. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

b. Hasil RKA akan dibahas dan ditetapkan di DPR/DPRD

c. PPK mengundang ULP untuk mengkaji ulang RUP yang telah

diajukan PA dan disahkan oleh DPR/DPRD guna menetapkan rencana

pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi : pemaketan

pekerjaan, metode pemilihan penyedia, spesifikasi teknis, HPS (Harga

Perkiraan Sendiri), dan rancangan kontrak

18

d. Panitia/Pokja ULP Pengadaan memasukkan kedalam SPSE:

1. Kategori paket pekerjaan;

2. Metode pemilihan penyedia barang/jasa dan penyampaian

dokumen penawaran yangmeliputi:

a. e-lelang Umum PraKualifikasi dua file

b. e-lelang Umum PascaKualifikasi satu file

c. e-lelang Umum PascaKualifikasi dua file

3. Metode Penilaian Kualifikasi dan evaluasi;

4. Persyaratan kualifikasi

5. Jenis kontrak;

6. Jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa; dan

7. Dokumen Pengadaan.

2. Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa

a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang

bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan Panitia/Pokja

ULP mengumumkan paket pengadaan barang/jasa sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan diwebsite

LPSE yang bersangkutan.

3. Pendaftaran Peserta Pengadaan Barang/Jasa

a. Penyedia barang/jasa yang sudah mendapat hak akses dapat memilih

dan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket-

paket pekerjaan yang diminati;

b. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket

pekerjaan yang diminati maka Penyedia barang/jasa dianggap telah

menyetujui Pakta Integritas;

c. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket

pekerjaan yang diminati Penyedia barang/jasa dapat mengunduh

(download) dokumen pengadaan/lelang, RAB dan Gambar paket

pekerjaan tersebut.

4. Penjelasan Pengadaan Barang/Jasa

a. Proses penjelasan pengadaan barang/jasa dilakukan secara online

19

tanpa tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan.

b. Dalam hal waktu penjelasan pengadaan barang/jasa telah berakhir,

Panitia/Pokja ULP masih mempunyai waktu untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang mungkin belum terjawab.

c. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan informasi

lapangan kedalam dokumen Pengadaan, Panitia/Pokja ULP dapat

melaksanakan proses penjelasan dilapangan/lokasi pekerjaan.

5. Penyampaian Penawaran

a. Pada tahap penyampaian penawaran, Penyedia barang/jasa yang sudah

menjadi peserta pengadaan barang/jasa dapat mengirimkan

dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu melakukan

enkripsi/penyandian terhadap file penawaran yang dimasukan kedalam

satu folder dengan menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen

(APENDO) yang tersedia dalam website LPSE.

b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan

penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada saat

mengoperasikan APENDO.

6. Proses Evaluasi

a. Pada tahap pembukaan file penawaran, Panitia/Pokja ULP dapat

mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file penawaran

tersebut dengan menggunakan APENDO.

b. Terhadap file penawaran yang tidak dapat dibuka, Panitia/Pokja ULP

wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat

dibuka (dekripsi) kepada LPSE untuk dilakukan analisa dan bila

dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file penawaran tersebut

kepada Direktorat e-Procurement LKPP.

c. Terhadap penyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat

dibuka (dekripsi), LKPP melakukan analisa terhadap file penawaran

tersebut dan dapat merekomendasikan langkah-langkah yang perlu

diambil oleh Panitia/Pokja ULP.

d. Dengan adanya proses penyampaian informasi sebagaimana huruf b

diatas Panitia/Pokja ULP dimungkinkan melakukan pemunduran

20

jadwal pada paket pekerjaan tersebut.

e. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi) terhadap

file penawaran dilakukan secara manual (off line)di luar SPSE, dan

selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan kedalam SPSE.

f. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan

memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang

pengadaan barang/jasa.

7. Proses Pengadaan Barang/Jasa Gagal dan Diulang

a. Dalam hal Panitia/Pokja ULP memutuskan untuk melakukan proses

pengadaan barang/jasa ulang, maka terlebih dahulu Panitia/Pokja ULP

harus membatalkan proses pengadaan barang/jasa paket pekerjaan

yang sedang berjalan (pada tahap apapun) pada SPSE dan

memasukkan alasan penyebab proses pengadaan barang/jasa harus

diulang.

b. Informasi tentang proses pengadaan barang/jasa ulang ini secara

otomatis akan terkirim melalui email kepada semua peserta lelang

paket pekerjaan tersebut.

c. Termasuk dalam hal SPSE gagal karena teknis operasional LPSE.

8. Pengumuman Calon Pemenang Pengadaan Barang/Jasa

Pada tahap pengumuman pemenang dan PPK telah menetapkan pemenang

pengadaan barang/jasa suatu paket pekerjaan, SPSE secara otomatis akan

menampilkan informasi pengumuman pemenang paket pekerjaan dimaksud,

dan juga mengirim informasi ini melalui email kepada seluruh peserta

pengadaan barang/jasa paket pekerjaan tersebut.

9. Masa Sanggah

a. Peserta pengadaan barang/jasa hanya dapat mengirimkan 1(satu) kali

sanggahan kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara

online melalui SPSE.

b. SPSE memungkinkan PPK untuk melakukan jawaban terhadap

sanggahan Peserta pengadaan barang/jasa yang dikirimkan setelah

batas akhir waktu sanggah.

c. Dalam hal terdapat sanggah banding, proses tersebut dilakukan diluar

21

SPSE dan Peserta pengadaan barang/jasa mengirimkan kepada pejabat

terkait.

d. Proses sanggah banding menghentikan tahapan pengadaan barang/jasa

selanjutkanya pada SPSE.

10. Pasca Proses Pengadaan

a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila Panitia/ULP telah

menetapkan pemenang dan PPK melakukan penunjukan penyedia

barang/jasa dan Panitia/Pokja ULP mengirimkan pengumuman

pemenang pengadaan barang/jasa kepada Peserta pengadaan

barang/jasa melalui SPSE serta masa sanggah telah dilalui.

b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada

pemenang pengadaan barang/jasa dan meminta untuk menyelesaikan

proses selanjutnya yang pelaksanaannya diluar SPSE.

c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib

membuat dan menyampaikan Surat Penetapan Pemenang kepada

pemenang pengadaan barang/jasa secara tertulis.

d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan tertentu,

pemenang pengadaan barang/jasa melakukan penandatanganan

kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan diluar SPSE.

e. Proses pengadaan belum resmi/sah menjadi transaksi pengadaan

apabila masing-masing pihak belum melakukan kewajiban dan

haknya sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku/ditetapkan oleh

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah terkait.

f. Pemenang proses pengadaan barang/jasa wajib untuk menyelesaikan

proses pengadaan barang/jasa di luar SPSE dengan pejabat

Kementerian/Lembaga/Pemerintah daerah terkait.

g. Setelah pemenang ditetapkan melalui website LPSE, pejabat

Kementerian/Lembaga/Pemerintah daerah terkait dapat menghubungi

pemenang untuk menyelesaikan transaksi pengadaannya segera setelah

berakhirnya proses pengadaan.

22

h. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat

mengetahui pemenang pengadaan barang/jasa paket pekerjaan tertentu

melalui website LPSE terkait.

11. Pembatalan/Pemutusan

Panitia/PokjaULP berhak/dapat membatalkan/memutuskan proses

pengadaan apabila memenuhi Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012

mengenai pelelangan Gagal dan dalam hal sedang berlangsungnya proses

pengadaan barang/jasa, karena suatu dan lain hal yang mengakibatkan proses

pengadaan barang/jasa tidak dapat melaksanakan dengan sempurna (terjadi

gangguan teknis dan/atau nonteknis, keadaan kahar)

12. Penilaian

Apabila penyedia barang/jasa memiliki catatan kinerja (trackrecord) yang

buruk, maka Panitia/Pokja ULP berhak/dapat menggugurkan penawaran

penyedia dan/atau memasukkan dalam daftar hitam (blacklist) dalam kurun

waktu selama 2 (dua) tahun. Untuk keperluan ini Panitia/Pokja ULP

memberitahukan secara tertulis kepada LPSE agar diumumkan dalam website

LPSE.

2.7 Alur Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-

Procurement)

Alur proses Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibagi menjadi 3

bagian yaitu:

a. Pendaftaran penyedia barang/jasa

b. Persiapan Pengadaan

c. Pelaksanaan Pengadaan, pada pelaksanaan pengadaan dengan sistem

(E-Procurement), dibagi menjadi 3 cara, yaitu :

1. E-lelang umum Pasca kualifikasi dengan 1 (satu) file

2. E-lelang umum Pasca kualifikasi dengan 2 (dua) file

3. E-lelang umum Pra kualifikasi dengan 2 (dua) file

23

2.7.1 Pendaftaran Penyedia Barang/Jasa

Untuk dapat mengikuti proses pengadaan barang/jasa secara elektronik,

penyedia barang/jasa mendaftar secara online pada website LPSE dan

mendownload formulir pendaftaran dan keikutsertaan kemudian mengikuti proses

verifikasi dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan oleh LPSE. Alur

proses pendaftaran penyedia barang/jasa digambarkan sebagai berikut :

PENYEDIA LPSE (VERIFIKATOR

Gambar 2.1 Alur proses pendaftaran penyedia barang/jasa

Sumber :Petunjuk pengoperasian aplikasi layanan pengadaan secara elektronik (2010)

2.7.2 Persiapan Pelelangan

Untuk membuat paket pekerjaan pada SPSE, PPK/Panitia/Pokja ULP

terlebih dahulu meminta pengelola LPSE (Admin Agency) untuk membentuk

kepanitiaan paket pekerjaan pada SPSE dan User ID dan Password bagi

Mulai

Mendaftar secara online

(mengisi data dan idenditas

perusahaan

Download, isi dan cetak

formulir pendaftaran dan

keikutsertaan

Menyerahkan formulir pendaftaran

dan menunjukan dokumen asli untuk

diverifikasi dan divalidasi oleh LPSE

(dokumen asli sesuai data yang diisi

pada pendaftaran online)

Verifikasi formulir pendaftaran

dengan berkas pendukung

(dokumen asli sesuai data yang

diisi pada pendaftaran online)

User ID dan password

penyedia diaktifkan

Selesai

Lakukan Agresi Inaproc untuk

menggunakan User ID dan password

di LPSE seluruh Indonesia

Data sesuai? Tidak

Ya

24

PPK/Panitia/Pokja ULP paket pekerjaan tersebut. Alur proses persiapan

pengadaan digambarkan dalam gambar 2.2 :

LPSE (AGENCY) PPK PANITIA/ULP

Gambar 2.2 Alur Proses Persiapan Pengadaan Barang/Jasa

Sumber :Petunjuk Pengoperasian Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (2010)

2.7.3 E-Lelang Umum Pasca kualifikasi

Pada proses pelelangan ini melibatkan penyedia barang/jasa, Panitia/Pokja

ULP Pengadaan, dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Alur proses

pelelangan digambarkan pada gambar 2.3.

Ya

Tidak

Pengumuman

Lelang

Selesai

Persetujuan PPK

Mendaftarkan

PPK dan Panitia

ULP

Membuat User ID

dan Password

PPK, Panitia ULP

Login

Login

Menentukan

metode

pengadaan,

dokumen lelang,

HPS

Minta

Persetujuan PPK

Login

Mulai

Surat

Penunjukan

25

Proses Pengadaan Pasca Kualifikasi

PPK Panitia Penyedia Barang/Jasa Ket.

- Peninja

uan

lokasi

apabila

diperlu

kan

- Pemas

ukan

penawa

ran

yang

kurang

dari 3

(tiga)

peserta

, akan

dinyata

n gagal

dan

kembal

i ke

proses

awal

tidak

Ya

Login

Pendaftaran

Mengikuti Lelang dan

download dokumen

pengadaan

Ada

Pertanyaan

Perlu

Peninjauan

Upload Dokumen

Kualifikasi dan

Penawaran

Download

addendum/risalah

dokumen Pengadaan

Ya

Deskripsi Dokumen

Kualifikasi dan

Dokumen Penawaran

Berita Acara

Pembukaan Dokumen

Kualifikasi dan

Dokumen Penawaran

Pemasukan Dokumen

Kualifikasi dan

Dokumen Penawaran

Penutupan Pemasukan

Dokumen Kualifikasi dan

Dokumen Penawaran

Pembukaan Dokumen

Kualifikasi dan

Dokumen Penawaran

ada 3 Penyedia

tidak

Ya

Login

Pengumunaan dan

Upload Dokumen

Pengadaan

Pemberian

penjelasan Pekerjaan

Peninjauan Lokasi

Pekerjaan

Addendum/Risalah

Dokumen Pengadaan

dan Berita acara Hasil

Penjelasan Pekerjaan

tidak

26

Proses Pengadaan Pasca Kualifikasi

PPK Panitia Penyedia Barang/Jasa Ket.

- Sang

gah

dilak

ukan

secar

a

onlin

e

- Sang

gahan

bandi

ng

dilak

ukan

diluar

aplik

asi

SPSE

Koreksi Aritmatik

Lelang Gagal

tidak Semua dibawah

HPS

Evaluasi

Kewajaran Harga

tidak Memenuhi syarat

harga

Gugur

Lulus

Daftar Penawaran

Peserta Lelang

3 Penawaran

terendah yang lulus

Evaluasi Administrasi

3 penawar terendah

Gugur

Memenuhi syarat

administrasi?

tidak

Lulus

Evaluasi Teknis

Gugur

tidak Memenuhi syarat?

Lulus

27

Proses Pengadaan Pasca Kualifikasi

PPK Panitia Penyedia Barang/Jasa Ket.

Gambar 2.3 Alur proses pengadaan barang/jasa dengan metode pascakualifikasi

Sumber : LPSE Kabupaten Gianyar, 2014

ditolak

diterima tidak

ya

Evaluasi dokumen

Kualifikasi

Lulus

Berita Acara Hasil

Pelelangan (1 Calon

pemenang & 2

pemenang cadangan)

Pembuktian

Kualifikasi

Pengumuman dan

Penetapan Pemenang

Pelelangan

Masa Sanggah

selama 3 Hari

Ada Sanggahan

Mengajukan

Sanggahan

Mengajukan

Sanggahan

Banding

Menjawab

Sanggahan

Surat Penunjukan

Penyedia

Barang/Jasa (SPPBJ)

Sanggahan

diterima

Memerintahkan

Pelelangan Ulang

28

2.8 Jenis Kontrak Yang Digunakan

Dalam proses pengadaan barang/jasa yang berlangsung di Kabupaten

Gianyar jenis kontrak yang digunakan untuk proyek pelelangan pekerjaan

konstruksi yang akan berlangsung adalah kontrak Unit Price (harga satuan) dan

atau LumpSump. Dimana penjelasan mengenai kedua jenis kontrak itua dalah

(Ervianto,2002) :

2.8.1 Kontrak Unit Price (harga satuan)

Hal terpenting dalam kontrak harga satuan (unit price contract) adalah

penilaian harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum pekerjaan

konstruksi dimulai. Pemilik telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam

setiap elemen pekerjaan.

Berdasarkan arti kata unit price contract, dapat dipahami bahwa perikatan

terjadi terhadap harga satuan setiap jenis/item pekerjaan sehingga kontraktor

hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk setiap item dalam

kontrak. Penentuan besarnya harga satuan ini harus mengakomodasi semua biaya

yang mungkin terjadi seperti biaya overhead, keuntungan, biaya-biaya tak terduga

dan biaya untuk mengantisipasi resiko

Dalam kontrak jenis ini, pembayaran akan dilakukan kepada kontraktor

yang besarnya sesuai dengan kuantitas terpasang menurut hasil pengukuran akhir.

Oleh sebab itu, pemilik perlu meyakinkan hasil pengukuran kontraktor dengan

melakukan pengukuran sendiri.

2.8.2 Kontrak lump sump (biaya menyeluruh)

Kontrak biaya menyeluruh (lump sump contract )ini digunakan pada kondisi

kontraktor akan membangun sebuah proyek sesuai rancangan yang ditetapkan

pada suatu biaya tertentu. Jika terjadi perubahan baik desain, jenis material dan

segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan biaya, maka dapat

dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan pembayaran

yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap perubahan pekerjaan tersebut.

Semua biaya yang dikeluarkan untuk setiap pekerjaan tambah kurang harus

dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor. Persyaratan utama dalam

29

mengaplikasikan kontrak jenis ini adalah perencanaan benar-benar telah selesai

sehingga kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Jika

anggaran biaya dari pemilik terbatas maka jenis kontrak ini menjadi pilihan yang

tepat karena memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan. Pekerjaan

konstruksi yang tepat untuk kontrak jenis ini antara lain pembangunan gedung.

2.9 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan

data primer dan data sekunder. Data merupakan data yang didapat dari sumber

pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden. Sedangkan

data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak lain atau data yang

telah diolah lebih lanjut dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-

diagram.

Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara

penyebaran kuisioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara

interview/wawancara dengan responden dengan peneliti. Untuk data yang

hasilnya diperoleh melalui kuisioner, maka aspek yang penting adalah mendesain

kuisioner sebelum melakukan penelitian. Sebelum mendesain kuisioner, hal yang

perlu dilakukan adalah menentukan berapa jumlah sampel yang akan diteliti.

Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis menggunakan sampel dalam

pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003), sampel adalah sebagian anggota

dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya, dimana populasi adalah keseluruhan unit atau individu

dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Penelitian lapangan bertujuan untuk

memperoleh jawaban penegasan setuju atau tidak setuju responden terhadap

peryataan data kuisioner yang dibagikan (Proboyo, 1999).

2.10 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011). Sampel

30

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah

sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian merupakan persoalan yang

sangat penting dalam suatu penelitian. Di satu sisi jumlah yang dianggap kurang

akan menimbulkan kontroversi apakah sampel dapat mewakili, sebaliknya

jumlah sampel yang terlalu banyak akan menimbulkan masalah tingginya biaya

penelitian.

Untuk keperluan penyebaran kuisioner pada studi tugas akhir ini, teknik

pengambilan sampel menggunakan metode stratified proportionate sampling.

Pengambilan jumlah sampel dilakukan secara proporsional, dengan maksud agar

pengambilan sampel dilakukan dengan suatu penalaran yang logis yang

diharapkan dalam setiap strata akan diwakili oleh suatu sampel.

Rumus perhitungan jumlah minimum sampel yang harus diambil dalam

penelitian (Nasir, 1999) :

∑[ ]

∑[ ]

Dimana:

N = populasi total

P = probabilitas populasi yang diharapkan

B = bound oferror

2.11 Analisis Statistik

Dalam analisa statistik digunakan skala pengukuran yang merupakan

kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya

interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan

dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Salah satunya Skala Likert.

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial.

Dengan Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

31

indikator-indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrument yang dapat berupa pemyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap

item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi yang sangat

positif sampai negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain (Sugiono,2004) :

- Skor 5 : Sangat baik

- Skor 4 : Baik

- Skor 3 : Cukup

- Skor 2 : Buruk

- Skor 1 : Buruk sekali

Sedangkan untuk perhitungan skor dipakai rumus sebagai berikut :

(2.4)

Dimana :

Total Skor (A) = Total Nilai Skor (1-5)

Nilai Total (B) = Total nilai skor maksimum setiap prosedur