bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian proyek · dalam hal ini perlu tidaknya menggunakan site pile...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proyek
Kegiatan pembangunan atau kegiatan proyek merupakan kegiatan yang
bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan tebatas dengan alokasi sumber
daya tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau deliverable
dengan kriteria mutu yang telah ditentukan. Lingkup tugas kegiatan proyek tersebut
dapt berupa pembangunan pabrik, pembuatan produk yang baru atau pelaksanaan
penelitian dan pembangunan (Soeharto, 1997).
Dari pengertian diatas maka ciri pokok dari kegiatan proyek adalah sebagai
berikut:
a. Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk
akhir atau hasil kerja akhir.
b. Dalam proses mewujudkan lingkup itu maka ditentukan jumlah biaya,
jadwal serta kriteria mutu.
c. Bersifat sementara dalam artian, umurnya dibatasi oleh selesai tugas,
dalam hal ini titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
d. Tidak rutin tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang waktu (selama proyek berlangsung).
Menurut Gray et al. dalam Mahendra (2011) sumber-sumber yang
digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek konstuksi dapat berupa modal, lahan,
bahan-bahan mentah setengah jadi maupun bahan mentah ataupun dapat berupa
waktu dan tenaga kerja. Sumber-sumber tersebut baik sebagian atau seluruhnya
dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan atau
digunakan sebagai modal dari masa sekarang untuk mendapatkan benefit atau
keuntungan yang lebih besar dari modal yang telah di keluarkan dimasa lalu.
Keuntungan tersebut dapat berupa bentuk tingkat konsumsi yang lebih besar,
bertambahnya kesempatan bekerja, perbaikan dibidang pendidikan ataupun
kesehatan dan perbaikan system atau strukur. Suatu proyek dapat dinyatakan selesai
atau berakhir apabila sudah pasti atau diduga tidak menghasilkan keuntungan.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka diperlu parameter dalam
suatu pelaksanaan proyek. Parameter tersebut meliputi biaya, mutu dan waktu.
Ketiga parameter ini disebut tiga kendala (Triple constraint). Adapun tiga kendala
tersebut antara lain:
2.1.1 Biaya (Cost)
Biaya (Cost) merupakan semua pengorbanan yang diperlukan dalam
rangka mencapai suatu tujuan yang dikur dengan nilai uang. Adapun klasifikasi dari
biaya (cost) antara lain: biaya berdasarkan kolompok penggunaannya, biaya
berdasarkan produknya dan biaya berdasarkan volume produknya.
A. Biaya berdasarkan produknya
Pedoman dasar dari pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja yang
berpengaruh secara langsung. Sebagai contoh nyata bila suatu kegiatan membesar
maka pengeluaran kegiatan tersebut akan membesar pula, namun hubungannya
tidak linier tergantung kebijakan pembiayaan (cash atau credit). Biaya proyek
konstruksi (dengan modal tetap) dapat dibagi dua, yaitu:
1) Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung atau direct cost merupakan biaya yang langsung
berhubungan dengan konstruksi (Giatman, 2006). Biaya langsung didapat dengan
mengalihkan volume/kwitansi suatu pos pekerjaan dengan harga satuan (unit cost)
pekerjaan tersebut. Harga suatu pekerjaan tersebut dapat berupa pekerjaan yang
dihitung menurut satuan pekerjaan. Harga satuaan pekerjaan tersebut dapat berupa
harga bahan, upah tenaga kerja dan biaya peralatan. Volume atau kwitansi
pekerjaan dihitung menurut satuan dari harga satuan. Dari kedua hal tersebut harus
cocok. Volume tidak lain dapat dihitung dengan cara panjang x lebar x tinggi, maka
untuk menghitung volume tersebut dapat mengukur secara langsung pada gambar
perncanaannya.
Adapun hal-hal yang dapat memengaruhi dan perlu diperhatikan pada saat
perhitungan biaya langsung adalah sebagai berikut:
a) Material
Yang memengaruhi biaya langsung dari item material antara lain:
- Bahan sisa/yang terbuang (waste).
- Harga material yang tebaik dan sesuai dengan perencanaan
diawal.
b) Upah Tenaga Kerja
- Untuk pembayaran tenaga kerja dapat dibedakan menjadi upah
harian, upah per item pekerjaan atupun upah borongan total
(borongan dol).
- Perlu diperhatikan kemapuan yang dimiliki tenaga kerja agar
setiap item pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
tenaga kerja tersebut.
- Perlu diperhitungkan akomodasi tenaga kerja agar anggaran
untuk tenaga kerja tidak meningkat mengingat jika
mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah maka perlu biaya
yang cukup besar unuk mendatangkan tenaga kerja tersebut.
c) Peralatan
- Untuk peralatan yang disewa perlu diperhitungkan biaya
keluar masuk peralatan tersebut, ongkos operator peralatan
tersebut, bahan baku dan biaya reparasi kecil.
Biaya langsung dapat dihitung pada awal perencanaan suatu proyek
konstruksi dimana biaya tak langsung ini tidak akan berubah pada saat
pelaksanaannya.
2) Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung atau indirect cost merupakan biaya yang tidak secara
langsung berhubungan dengan konstruksi namun biaya tak tangsung ini harus
diperhitungkan dan tidak dapat lepas dari proyek tersebut (Giatman, 2006). Adapun
biaya tak langsung tersebut adalah:
a) Biaya Overhead
Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis biaya,
yaitu:
Overhead Proyek (di lapangan)
- Biaya personil lapangan
- Fasilitas sementara di lapangan, seperti: gudang, kantor,
penerangan, pagar, alat komunikasi, transportasi dan
sebagainya.
- Bank penjamin asuransi, bunga bank, ijin pembangunan, pajak
dan sebagainya.
- Rapat-rapat lapangan (site meeting).
- Dan lain-lain.
Overhead Kantor
Overhead kantor merupakan biaya untuk menjalankan suatu usaha.
Termasuk didalamnya adalah biaya sewa kantor, fasilitas, gaji
pegawai kantor, ijin-ijin usaha dan sebagainya yang bersifat dengan
birokrasi.
b) Biaya Tak Terduga (Contigencies)
Biaya tak terduga (contingencies) adalah salah satu dari biaya tak
langsung, biaya tak terduga adalah biaya untuk mengatasi semua
kegiatan yang terjadi tidak sesuai dengan rencana awal (Giatman,
2006). Contohnya kejadian bencana alam yang memengaruhi
kegiatan pemabangunan seperti longsong, banjir dan lain-lain.
Dalam suatu perencanaan biasanya biaya tak terduga ini sebesar
0.5% sampai 5% dari rencana anggaran biaya pembangunan suatu
proyek. Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah:
Kesalahan
- Kealphaan suplier dalam mendatangkan material di beberapa
pos pekerjaan.
- Gambar perencanaan yang kurang lengkap dan kurang jelas.
Ketidakpastian yang subjektif (Subjective Unvertainties)
- Ketidakpastian yang subyektif dapat terjadi karena
interprestasi subyektif terhadap bestek, misalnya tercantum
dalam RKS: “Bahan dengan merk ex H atau lainnya yang
disetujui direksi”. Dalam hal ini dapat diartikan boleh
menggunakan merk lain yang kualitasnya sama dan harganya
lebih murah, tetapi belum tentu dapat disetujui oleh konsultan
pengawas
- Ketidakpastian yang subyektif lainnya antara lain adalah
fluktuatif harga material dan upah buruh yang tidak
diperkirakan sebelumnya.
Ketidakpastian yang objektif (chance variation)
Ketidakpastian yang objektif merupakan ketidakpastian mengenai
suatu pekerjaan yang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan,
dimana ketidakpastian tersebut ditentukan oleh obyek diluar
kemampuan sumber daya manusia, misalnya: perlu tidaknya
dipasang site pile untuk pembuatan pondasi suatu bangunan dimana
dalam hal ini perlu tidaknya menggunakan site pile di tentukan oleh
keadaan lapangan. Sumber daya manusia hanya dapat
merencanakan berdasarkan keadaan lapangan.
Variasi Efisiensi (chance Variation)
Variasi efesiensi atau chance variation adalah variasi efesiensi dari
sember daya yang ada baik itu sumber daya manusia maupun
sumber daya alam, seperti efesiensi tenaga kerja, peralatan ataupun
bahan. Dimana efesiensi ini diharapkan tidak mengurangi kualitas
maupun kuantitas suatu bangunan.
B. Biaya Berdasarkan Kelompok Sifat Penggunaannya
Biaya berdasarkan kelompok penggunaannya dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang ditanamkan dalam rangka
mempersiapkan kebutuhan usaha agar siap digunakan dan siap beroperasi dengan
baik dan sesuai rencana. Biaya investasi ini biasanya dikeluarkan pada awal-awal
kegiatan usaha dengan jumlah yang relatif besar dan berdampak jangka panjang
dan bekesinambungan.
2) Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dengan tujuan
menjalankan suatu aktivitas usaha yang telah ditentukan dan memiliki suatu tujuan
utama. Dimana biaya operasional ini biasanya dikeluarkan secara rutin ataupun
berkala dalam jumlah yang relative sama ataupun sesuai dengan jadwal kegiatan
yang telah direncanakan.
3) Biaya perawatan (Maintenance Cost)
Biaya perawatan ini diperuntukan dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka menjaga/menjamin performa kerja fasilitas ataupun perlatan agar selalu
prima dan siap untuk dioperasikan.
C. Biaya Berdasarkan Volume Produk
Biaya berdasarkan volume produk ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap atau fixed cost ini dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama
dalam setiap pengeluarannya walaupun dalam produksi volumenya berubah-ubah,
misalnya: biaya pembayaran listrik untuk produksi, penerangan, operasi peralatan
ataupun untuk biaya pembayaran tenaga kerja.
2) Biaya Variable (Variable cost)
Biaya variable ini bersifat tidak konstan atau berubah ubah setiap
waktunya, namun besar perubahan ini balance antara jumlah produksi dengan biaya
yang dikeluarkan.
2.1.2 Mutu
Mutu suatu produk atau hasil dari suatu proses pembangunan harus sesuai
dengan spesifikasi awal yang telah direncankan dan sesuai dengan kriteria yang
telah disepakati antara pelaksana dengan owner. Memenuhi persyaratan mutu
berarti mampu memenuhi dan menjalankan semua tugas atau yang sering disebut
fit and the intended use.
2.1.3 Waktu (Time)
Kegiatan pembangunan proyek harus sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan dan telah ditentukan diawal, hal ini bertujuan agar biaya tidak
membengkak.
2.2 Produktivitas
2.2.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas secara umum dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil
nyata maupun fisik dengan masukan sebenarnya. Contohnya saja, produktivitas
adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara input dengan output,
masukan sering dibatasi dengan masuknya kelompok tenaga kerja atau personal
tenaga kerja, sedangkan untuk keluar diukur dalam satuan fisik bentuk mental.
Produktivitas dapat diartikan pula sebagai suatu tingkatan efesiensi dalam
menghasilkan atau memproduksi suatu barang ataupun jasa. Produktivitas diartikan
sebagai perbandingan antara totalitas output pada waktu tertentu dibagi totalitas
input selama waktu tertentu.
Dalam bekerja produktif harus memerlukan keterampilan kerja yang sesuai
dengan isi kerja sehingga bias menimbulkan penemuan-penemuan baru untuk
menghasilkan atau memperbaiki cara kerja atau mempertahakan yang sudah baik.
Adapun kerja produktif sangat memerlukan syarat-syarat pendukung sebagai
berikut:
- Kemauan kerja yang tinggi.
- Lingkungan pekerjaan yang nyaman dan kondusif.
- Penghasilan yang dapat memenuhi kehidupan minimum.
- Jaminan sosial tenaga kerja terjamin.
2.2.2 Produktivitas dan Efektivitas
Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil
nyata berupa fisik (barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya. Misalnya
produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai suatu
perbandingan antara hasil output dengan input. Masukan pada umumnya sering
dibatasi dengan masukan tenaga kerja, adapun keluaran diukur dalam kesatuan
berupa fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas dapat pula diartikan sebagai
peningkatan efisiensi dalam menghasilkan atau memproduksi barang-barang atau
jasa. Ukuran produktivitas yang paling terkenal yang berkaitan secara langsung
dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah
yang digunakan atau jam-jam kerja tenaga kerja (Muchdarsyah, 2003).
Produktivitas tenaga kerja konstruksi dapat dinyatakan dalam berbagai
bentuk, contohnya jumlah unit yang diselesaikan oleh tenaga kerja dibagi dengan
sumber daya dalam hal ini waktu pekerjaan yang digunakan (Soeharto, 1997).
Produktivitas dapat diartikan sebagai suatu pendekatan interdisipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif dan efesien, pembuatan rencana kerja, aplikasi
penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara
efesien dan tetap menjaga kualitas dan kuantitas mutu konstruksi yang sesuai
dengan rencana diawal. Produktivitas adalah interaksi terpadu antara tiga faktor
yang bersifat mendasar, yaitu investasi, manajemen, dan tenaga kerja
(Muchdarsyah, 2003).
1) Investasi
Bagian utama dari investasi adalah modal, dimana modal merukana
landasan gerak suatu usaha, namun modal berupa materi saja tidak cukup, untuk itu
harus dimasukan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa yang
maju dalam berbagai bidang kita harus dapat menguasai berbagai teknologi modern
untuk memberikan dukungan kepada kemajun pembangunan nasional, ditingkat
mikro tentunya teknologi yang mampu mendukung kemajuan industri usaha di
barbagai bidang.
2) Manajemen
Kelompok manajemen dalam suatu organisasi mempunyai tugas pokok
untuk menggerakan orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan
tercapai dengan baik. Hal-hal yang kita hadapi dalam manajemen, terutama dalam
organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung
dari kemanjuan teknologi modern yang mempunyai pengaruh kepada seluruh aspek
organisai seperti proses produksi, distribusi hasil produksi dan pemasaran.
Kemajaun teknologi yang berjalan cepat harus diimbangi dengan proses yang terus-
menerus melalui pengembangan sumber daya manusia yakni pendidikan dan
pengembangan. Dari pendidikan, latian dan pengembangan tersebut maka antara
lain akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan cekatan serta menguasai
aspek-aspek teknis dan aspek-aspek manajerial.
3) Tenaga kerja
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan faktor-faktor tenaga
kerja adalah:
a. Disiplin, motivasi pengabdian, etos kerja produktivitas dan masa
depan pekerja.
b. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana
keterbukaan. (Muchdarsyah, 2003)
2.2.3 Peningkatan Produktivitas
Salah satu cara yang paling berpotensi untuk meningkatkan produktivitas
adalah dengan mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Kesempatan utama dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja terletak pada kemampuan individu tenaga
kerja tersebut, sikap individu tenaga kerja dalam bekerja serta manajemen maupun
organisasi kerja. Setiap tindakan perencanan peningkatan produktivitas individual
paling sedikt mencakup tiga tahapan, yaitu:
- Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
- Mengukur pentingnya system faktor dan menentukan hal-hal yang
bersifat utama.
- Merencanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan
pekerja dan memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama
produktivitasnya (Muchdarsyah, 2003)
Pada umumnya suatu proyek pekerjaan konstruksi berlangsung dalam
kondisi yang berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya
dilengkapi dan disertai dengan analisis produktivitas dan indikasi variabel yang
memengaruhi (Soeharto, 1997). Kebijakan kesempatan kerja efektif merupakan
salah satu inikasi atau faktor penting bagi peningkatan produktivitas nasional pada
umumnya atau produktivitas suatu kelompok tenaga kerja khususnya karena
produktivitas ekonomi nasional semata-mata harus dipandang dari sudut
pemberdayaan semua tenaga kerja yang memiliki kemampuan (Muchdarsyah,
2003).
Ketika seorang tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja teroganisir
melakukan suatu pekerjaan yang identik dan berulang-ulaang, makan dapat
diharapkan akan menjadi suatu pengurangan jam tenaga kerja atau biaya untuk
menyelesaikan pekerjaan berikutnya, dibanding dengan yang terdahulu bagi setiap
unitnya, dengan kata lain produktivitas naik (Soeharto, 1997).
2.2.4 Produktivitas Tenaga Kerja
Keterkaitan hubungan ini dikenal dengan pola umum yang
menggambarkan profil kecenderungan naik turunnya produktivitas tenaga kerja
(direct labor) selama tahap pembangunan konstruksi. Apabila keadaan fisik di
lapangan dan jadwal pembangunan konstruksi telah diketahui, maka profil tersebut
seharusnya segera direncanakan dan selanjutnya diadakan penyesuaian (up-dating)
berdasarkan masukan-masukan hasil implementasi sesungguhnya (Soeharto, 1997).
1) Mobilisasi
Pada tahap awal pembangunan yang berlangsung sekitas 10-15% dari masa
konstruksi, produktivitas akan berkurang (± 10 %). Hal ini dikarenakan tenaga kerja
memerlukan masa pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Pada masa menanjak
atau yang sering disebut build up sering kali sulit mengikuti secara tepat kenaikan
jumlah pekerjaan dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga
menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
2) Periode Puncak
Pada periode puncak ini akan dicapai produktivitas optimal, jumlah pekerja
tidak bertambah dan telah tebiasa dengan pekerjaan maupun kondisi di lapangan
yang dihadapi.
3) Periode Menurun
Keadaan dimana proyek pekerjaan konstruksi akan berakhir, produktivitas
akan cenderung menurun. Hal ini dapat disebebkan oleh:
a. Sikap mental atau semngat tenaga kerja yang mengendur, karena
melihat pekerjaan yang akan mulai berkurang dan belum tentu
tersedia lapangan kerja yang berikutnya.
b. Kurang tepatnya perencanaan. Contohnya masa kontrak kerja belum
berakhir sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi
kelebihan tenaga kerja maka sebagian tenaga kerja akan
menganggur atau tidak produktif lagi.
c. Terlambatnnya mobilisasi. Banyak dijumpai penyedia atau suplyer
ingin menahan pekerjaan yang berlebihan dengan menunggu sampai
hasil kerjanya menyakinkan.
Apabila faktor-faktor diatas diperhitungkan sebelumnya, maka dapat
direncanakan pendekatan pengelolaan yang sebaik mungkin. Produktivitas tenaga
kerja sangat berpengaruh terhadap biaya dan waktu pekerjaan proyek (Soeharto,
1997)
2.2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas.
Banyak faktor yang memengaruhi produktivitas dimana hal ini dipandang
sebagai sub sistem untuk menunjukkan dimana potenssi produktivitas dan
cadangannya disimpan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
Adapun menurut Ervianto (2005) yaitu:
Faktor yang memengaruhi produktivitas dalam sebuah proyek dapat di
klasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
a. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan
penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan,
manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga
kerja
b. Metode dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa, metode
konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja
c. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, pembagian
keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja
d. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja, lingkungan
fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja,
partisipasi
Selain itu menurut Soeharto (1997) yaitu:
Adapun variabel-variabel yang menjadi pengaruh dalam produktivitas
tenaga kerja di lapangan dapat di kelompokkan menjadi:
a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu
Dimana yang dimaksut kondisi fisik ini adalah iklim, musim atau
keadaan cuaca pada saat proyek pembangunan berlangsung. Kondisi
fisik di lapangan sangat berpengaruh besar terhadap produktivitas
tenaga kerja, dimana hal ini memengaruhi pergerakan setiap
individu tenaga kerja maupun peralatan yang akan digunakan.
b. Supervisi, perencanaan dan koordinassi
yang dimaksud dengan penyelia atau supervise adalah segala
sesuatu yang berkaitan secara langsung dengan tugas mengelola
tenaga kerja, memimpin tenaga kerja dalam menjalankan tugasnya
masing masing, termasuk didalamnya menjelaskan secara detail
tentang perencanaan pengendalian menjadi langkah-langkah jangka
pendek, serta berkoordinasi dengan rekan atau penyelia lain yang
memiliki keterkaitan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Keharusan memiliki kecakapan memimpin anak buah bagi penyelia,
bukanlah sesuatu hal yang perlu dipersoalkan lagi. Melihat lingkup
tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan
penggunaan tenaga kerja, maka kualitas penyelia besar pengaruhnya
terhadap produktivitas secara menyeluruh.
c. Komposisi kelompak kerja
Pada suatu kegiatan proyek pembangunan konstruksi seorang
penyelia lapangan memimpin satu kelompok kerja dimana
didalamnya terdiri dari bermacam-macam pekerjaan lapangan atau
yang sering disebut labor craft, seperti tukang kayu, tukang batu,
tukang instalasi dan lain-lain. Komposisi kelompok pekerja sangat
berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja secara
keseluruhan. Dimana yang dimaksud dengan komposisi kelompok
kerja adalah:
- Perbandingan jam-orang untuk disiplin kerja
- Perbandingan jam-orang penyelia dan pekerja yang
dipimpinnya
- Perbandingan jam-orang penyelia terhadap semua jam-
orang kelompok kerja yang dipimpinnya, mennunjukkan
indikasi besarnya rentang kendali yang dimiliki. Dalam suatu
proyek pembangunan industri yang tidak terlalu besar
kompleks dan berukuran sedang ke atas, perbandingan yang
menghasilkan efisiensi kerja optimal dalam praktek berkisar
antara 1:10 jam-orang yang berlebihan akan menaikkan biaya,
sedangkan bila kurang akan menurunkan produtivitas.
d. Kerja lembur atau tambahan jam kerja
Kerja lembur sering kali terlampau panjang, penambahan jam kerja
ini perminggunya dapat mencapai 40 jam. Hal ini tidak dapat
dihindari mengingat penambahan jam kerja ini guna mencapai target
pembangunan yang telah di tentukan di awal, namun hal ini
berdampak pada berkurangnya produktivitas tenaga kerja pada
akhirnya.
e. Ukuran besar proyek
Penelitian menujukan bahwa besar proyek (dinyatakan dalam jam-
orang) juga memengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan,
dalam arti semakin besar ukuran proyek produktivitas menurun. Hal
ini dipengaruhi oleh kemampuan seorang individu tenaga kerja yang
berkurang karena terlapau panjang jam kerjanya.
f. Kurva pengalaman
Kurva pengalaman atau yang sering disebut learning curve
didasarkan atas suatu asumsi bahwa seseorang atau kelompok orang
yang sering mengerjakan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang
maka hal ini dapat menambah keahlian seorang tenaga kerja.
g. Pekerjaan langusung versus kontraktor
Ada dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan
di lapangan yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan
memberikan direct hire (kepenyelian) atau menyerahkan paket kerja
tertentu kepada subkontraktor. Dari segi produktivitas umumnya
subkontraktor lebih tinggi 5-10% dibanding pekerja langsung. Hal
ini disebabkan tenaga kerja subkontraktor telah terbiasa dalam
pekerjaan yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi
prosedur kerjasama telah dikuasai dan terjalin lama antara
pekerja maupun dengan penyelia. Meskipun produktivitas lebih
tinggi dan jadwal penyelesaian pekerjaan potensial dapat lebih
singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu lebih rendah dibanding
memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead (lebih)
dari perusahaan subkontraktor.
h. Kepadatan tenaga kerja.
Dalam batas pagar lokasi yang nantinya akan dibangun instalasi
proyek, yang sering disebut juga dengan battery limit, ada korelasi
antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja, dan
produktivitas. Korelasi ini dinyatakan sebagai kepadatan tenaga
kerja, yaitu jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja. Jika
kepadatan ini melewati tinngkat jenuh, maka produktivitas tenaga
kerja menunjukkan tanda-tanda menurun. Hal ini disebabkan karena
dalam lokasi proyek tempat buruh bekerja, selalu ada kesibukan
manusia, gerakan peralatan serta kebisingan yang menyertai.
Semakin tinggi jumlah pekerja per-area atau semakin turun luas
area per-pekerja, maka semakin sibuk kegiatan per-area, akhirnya
akan mencapai titik Diana kelancaran pekerjaan terganggu dan
mengakibatkan penurunan produktivitas (Soeharto, 1997)
2.2.6 Peningkatan Produktivitas
Dalam berlangsungnya suatu pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang telah
dicapai untuk dibandingkan dengan rencana awal. Obyek pengawasan ditujukan
pada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan
agar proses kontruksi secara teknis dapat berlangsung baik. Dalam mengevaluasi
hasil pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadap estimasi
semula. Pemantauan atau monitoring berarti melakukan observasi dan pengujuian
pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan
yang tidak diharapkan (Dipohusodo, 1996).
Karena dalam rangka memenangkan tender, produktivitas tenaga kerja
akan besar pengaruhnya terhadap total biaya proyek, minimal pada aspek jumlah
tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.
Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah
dengan memakai parameter indeks produktivitas (Soeharto, 1997).
Pendekatan untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja adalah
dengan menggunakaan metode yang mengklasifikasikan aktifitas pekerja. Dimana
metode tersebut yaitu produtivity rating, dimana aktivitas pekerja diklasifikasikan
dalam 3 hal yaitu Not Useful (pekerjaan tidak efektif), Effective work (pekerjaan
efektif), dan Essential contributory work.
1) Not Useful (pekerjaan tidak efektif)
Pekerjaan tidak efektif yaitu kegiatan selain diatas yang tidak menunjang
penyelesaian pekerjaan. Seperti meninggalkan zona pengerjaan, berjalan di zona
pengerjaan dengan tangan kosong dan mengobrol sesama pekerja sehingga tidak
maksimalnya bekerja.
Sehingga faktor utilitas pekerjaan (LUR) dapat dihitung:
Faktor utilitas pekerja
=waktu kerja efektif +
14 kerja konstribusi
pengamatan total x 100% (2.1)
Pengamatan total = Waktu efektif+Waktu Konstribusi+Waktu tidak efektif
Untuk sebuah tim kerja dikatakan mencapai waktu efektif atau
memuaskan bila faktor utilitas pekerjanya lebih dari 50% (Oglesby, 1989 dalam
Aprilian, 2008). Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut system
pemasukan fisik perorangan/per-orang atau per jam kerja orang diterima secara
luas, namun dari sudut pandang pengawasan harian, pemngukuran-
pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya
variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk
yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja
(jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah kedalam unit-unit pekerjaan yang
biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam
oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Karena
hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga
kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana:
Pengukuran waktu tenaga kerja
=hasil dalam jam − jam standar
masukan dalam jam − jam standar (2.2)
(Muchdarsyah, 2003)
Waktu efektif adalah waktu dimana pekerja melakukan aktivitas yang
dapat dikualifikasikan sebagai bekerja (working). Waktu tidak efektif adalah
waktu dimana pekerja melakaukan aktivitas yang adapt dikualifikasikan sebagai
tidak bekerja (not working). Kualifikasi aktivitas pekerja dalam metode ini
tidaklah absolute, artinya dapat menyesuaikan dengan kondisi di lapangan untuk
mendapatkan data yang diperlukan (Oglesby, 1989 dalam Aprilian, 2008).
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan menggunakan
rumusan menurut Yana (2006) produktivitas adalah kemampuan tenaga kerja
dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam
satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan
jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus dibayarkan. Kebutuhan tenaga kerja
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
𝑃roduktivitas =Volume
durasi normal (2.3)
Dimana volume merupakan volume satuan item pekerjaan dibagi waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan.
Berdasarkan beberapa toeri diatas adapun faktor-faktor yang berpengaruh
pada produktivitas tenaga kerja dalam penelitian ini adalah:
a. Keahlian atau kemapuan individu tenaga kerja
b. Pengalaman tenaga kerja
c. Kondisi lapangan dan sarana penunjang
d. Keseuaian upah
e. Jaminan kesehatan untuk pekerja
f. Koordinasi dan perencanaan
g. Manajerial
2.3 Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya atau yang sering disebut RAB merupakan rencana
suatu perkiraan atau perhitungan (anggaran) besarnya pengeluaran (biaya) dari
setiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan persyaratanya baik itu
spesifikasinya maupun sistem administrasinya unutk suatu bangunan yang akan
dilaksanakan pembangunannya.
Tujuan dari menghitung atau mebuat RAB guna sebagai estimasi rincian
biaya yang dapat diajukan suatu perusahaan dalam penawaran pada suatu
pelaksanaan pelelangan dalam hal ini pelelangan pekerjaan konstruksi
(Rahenyantono,1994).
Rencana anggaran biaya ini merupakan kegiatan estimasi untuk
menghitung seberapa besar biaya untuk suatu bangunan atau suatu pekerjaan
konstruksi. Dalam membuat sistem pembiayaan kagiatan mengitung estimasi biaya
ini dapat digunakan juag untuk merencanakan jadwal pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan estimasi pada umumnya dilakukan dengan terlebih dahulu atau
dilakuan diawal guna mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Dalam
melakukan kegiatan estimasi, seorang estimator harus memahami proses konstruksi
secara menyeluruh, termasuk jenis, kebutuhan alat dan lain lain karena faktor
tersebut dapat memengaruhi biaya konstruksi (Ervianto, 2005).
Contoh RAB dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2. 1 Rencana Anggaran Biaya Bangunan Rumah Tinggal
No Uraian Pekerjaan Volume Harga/m2 Total Harga
(Rp) (Rp)
1 Bangunan Pokok 80 200,000.00 16,000,000.00
2 Bangunan Samping 32 150,000.00 4,800,000.00
3 Bangunan Untuk Gang 16 100,000.00 1,600,000.00
4 Serambi 10 80,000.00 800,000.00
Sumber: Rahenyantono (1994)
2.4 Analisi Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan berupa bahan
bangunan, upah tenaga kerja dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standar
pembayaran atau pengupahan pekerjaa dan harga sewa atau beli peralatan untuk
menyelesaikan persatuan pekerjaan konstruksi suatu bangunan (Ibrahim, 1993).
Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang menunjukkan nilai satuan bahan atau material,
nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang
dapat dipergunakan sebagai panduan atau acuan untuk merencanakan atau
mengendalikan biaya suatu proyek konstruksi atau suatu pekerjaan. Unutk harga
bahan material di dapat dari harga pasaran terutama harga yang terdapat didaerah
proyek konstruksi tersebut di kerjakan, yang kemudian dikumpulkan dan dibuat
suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan untuk harga
upah tenaga kerja didapat dari dinas pekerjaan umum tempat proyek konstruksi
tersebut dilaksanakan ataupun dapat diperoleh dari harga pasaran upah tenaga kerja
yang terdapat didaerah tersebut lalu harga tersebut dikumpulkan dan diolah menjadi
daftar harga saatuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang digunakan haruslah
sesuai dengan kondisi real atau nyata di lapangan baik itu kondisi material,
peralatan ataupun metode pelaksanaannya.
Skema harga satuan perkerjaan yang dipengaruhi oleh faktor
bahan/materian, peralatan dan tenaga kerja dapat dirangkum sebagai berikut ini:
Gambar 2.1 Skema Harga Satuan Pekerjaan
Dalam skema diatas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga satuan
pekerjan maka harga material/bahan, harga satuan tenaga kerja serta harga satuan
alal harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien
yang telah ditentukan oleh pemerintah sehingga akan di dapat perumusan sebagai
berikut:
Bahan : Harga satuan x koefisien (analisa upah)
Alat : Harga satuan x koefisien (analisa bahan)
Upah : Harga satuan x koefisien (analisa upah)
Maka akan didapat:
Harga satuan pekrjaan = Upah + Bahan + Peralatan (2.4)
Besarnya nilai harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga
satauan baik itu harga satuan bahan, alat maupun tenaga kerja. Penentuan harga
satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam
menyelesaikan suatu item pekerjaan. Harga satuan alat baik itu sewa ataupun
investasi tergantung kondisi lapangan dimana proyek tersebut dilaksanakan,
kondisi alat/efesiensi, metode pelaksanaannya, jarak angkut dan pemeliharaan jenis
peralatan itu sendiri.
2.5 Metode SNI (Standar Nasional Indonesia)
SNI atau yang sering disebut Standar Nasional Indonesia ini merupakan
pembaharuan dari analisa Burgeslijke Openbare Werken (BOW) 1921, dengan kata
lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbahurui. Analisa
Standar Nasional Indonesia ini dikeluarkan oleh pusat penelitian dan
pengembangan pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan sistem
analisa SNI ini hamper sama sistem perhitugannya dengan analisa BOW. Prinsip
dasar pada metode Standar Nasional Indonesia adalah upah, bahan dan alat sudah
ditetapkan oleh pemerintah untuk menganalisa biaya dan harga yang diperlukan
dalam membuat harga satu satuan pekerjaan konstruksi. Dari ketiga koefisien
tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah
yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang akan dibutuhkan. Komposisi
perbandingan dan susunan material, peralatan dan upah tenaga kerja pada satu
pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material,
peralatan dan upah yang berlaku dipasaran. Dari data kegiatan tersebut diatas,
menghasilkan produk sebuah analisa yang dikukuhkan sebagai SNI pada tahun
1991-19922, dan pada tahun 2001 hingga sekarang, SNI ini disempurnakan dan
diperluas sesuai dengan sasaran analisa biayanya.
Contoh analisa SNI dapat dilihat pada table 2.2 dan 2.3
Tabel 2. 2 Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Kode analisa : RSNI T-12-2008 (6.4)
Jenis pekerjaan : 1 m Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Satuan pembayaran : m
Contoh 2.3 Pekerjaan Galian Tanah
Tabel 2. 3 Pekerjaan Galian Tanah
Kode analisa : RSNI T-12-2008 (6.4)
Jenis Pekerjaan : Galian 1 m3 tanah biasa sedalam 1.00 m
Satuan pembayaran : m
Untuk perhitungan jumlah harga dengan SNI rumus yang digunakan:
Biaya = Volume x Koefisien/Indeks x Harga Satuan (2.5)
2.6 SNI Sebagai Alat Pembanding dengan Analisa Lainnya
Analisa Standar Nasional Indonesia merupakan analisa yang sering dipakai
baik instansi pemerintah atau swasta, karena analisa ini dikembangkan melalui
pendekatan penelitian yang dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data-
data sekunder yang berupa analisa biaya yang digunakan oleh beberapa kontraktor
dalam menghitung harga satuan pekerjaan dan data-data primer dengan melakukan
penelitian di lapangan pada kegiatan proyek konstruksi. Data primer yang diperoleh
dipakai sebagai pembanding terhadap kesimpulan data sekunder yang didapat
(BSN, 2008). Acuan atau standar normatif yang diberlakukan dalam tata cara
perhitugan pada analisa SNI ini merujuk pada hasil penelitian atau pengkajian dari
beberapa analisa pekerjaan yang telah dikerjakan oleh beberapa kontraktor dengan
pembanding yang ada. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisa SNI
ini adalah (BSN, 2008) antara lain:
1) Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20
%, dimana didalamnya termasuk angka susut yang besarnya tergantung
dari jenis bahan dan komposisi adukan, termasuk biaya langsung dan tak
langsung.
2) Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan
standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
3) Untuk perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk wilayah seluruh
Indonesia, berdasarkan harga bahan, upah tenaga dan peralatan disesuaikan
dengan kondisi setempat.
4) Jam kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan selama 5 jam per-hari.
2.7 Metode Pengamatan Langsung
Metode pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan data secara
langsung yang dilakukan di lapangan atau pada objek yang diteliti. Metode ini
digunakan untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi di lapangan. Melalui
observasi atau pengamatan langsung penganalisis dapat memperoleh pandangan-
pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan di lapangan, melihat
langsung berapa banyak kebutuhan tenaga kerja sesungguhnya dan bagaimana
produktivitas tenaga kerja sesungguhnya di lapangan. Dalam menganalisa
menggunakan metode pengamatan langsung terdapat kelebihan dan kelemahan
pada metode tersebut.
Kelebihan metode pengamatan langsung (observasi):
1. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan.
2. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, karena
ada pekerjaan-pekerjaan yang sulit dijelaskan dalam bentuk kata-
kata.
Kelemahan metode pengamatan langsung (observasi):
1. Biasanya orang yang diamati merasa terganggu sehingga akan
melakukan pekerjannya dengan tidak semestinya.
2. Dapat mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan.
Dalam penelitian ini yang diamati secara langsung adalah produktivitas
tenaga kerja untuk mengerjakan satu item pekerjaan berdasarkan durasi atau waktu
yang dibutuhkan untuk mengerjakan satu item pekerjaan tersebut. Sehingga dari
pengamatan yang dilakukan kita dapat mengetahui tenaga kerja yang digunakan
untuk mengerjakan satu item pekerjaan dan mengetahui biaya upah realisasi untuk
penyelesaian satu item pekerjaan.
23