bab ii tinjauan pustaka 2.1 persepsi 2.1.1 pengertian
TRANSCRIPT
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Menurut Atkinson persepsi merupakan suatu proses mengorganisasikan dan
mengartikan pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan.
Menurut Milton (1981:22) bahwa persepsi merupakan suatu proses pemilihan,
pengorganisasian dan penafsiran terhadap stimulus yang timbul dari lingkungan.
Menurut Clifford T. Morgan (1981:299) persepsi adalah proses dimana kita
membedakan antara stimulus satu dengan stimulus lain dan kemudian menafsirkan
stimulus tersebut.
Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa
persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil
pengorganisasian obyek distalitu sendiri, medium dan rangsang proksimal.
Suprihanto dkk (2003:33) mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu
bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam
kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda.
Indrawijaya (2000:47) menyatakan bahwa persepsi merupakan dimana
manusia dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada suatu
rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui mendengar, melihat, merasa,
meraba, dan mencium, yang dapat terjadi terpisah-pisah atau serentak.
repository.unisba.ac.id
17
Menurut Davis and Newstrrom (1985:563) persepsi adalah pandangan
individu terhadap dunia lingkungan.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Ketika mengamati suatu objek, kadang-kadang suatu objek yang sama
dipersepsi berlainan oleh dua orang atau lebih. Charles R Milton (1981:22)
menjelaskan lebih rinci mengenai faktor -faktor yang berpengaruh terhadap persepsi
orang :
a. The person perceived (orang yang diamati) Setiap individu berusaha membuat
penilaian terhadap tingkah laku orang yang diamati, dengan memberikan
perhatian (attention) pada orang tersebut seringkali individu tidak menyadari
faktor yang mempengaruhi penilaiannya ini. Status dan kedudukan dengan
orang yang diamati secara sadar atau tidak seringkali mempengaruhi
perilakunya dalam berhubungan dengan orang lain.
b. The situation (situasi) Aspek – aspek dari situasi seperti pekerjaan dan atribut
– atribut lain yang melekat pada diri seseorang yang melakukan persepsi, akan
mempengaruhi pengamatannya terhadap objek, situasi atau manusia lainnya.
Oleh karena itu, masing – masing individu mempunyai persepsi yang berbeda
dalam mengamati lingkungannya.
c. Perceiver (pengamat) Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi individu dari si
pengamat. Salah satu aspek internal yang mempengaruhi persepsi seseorang
adalah faktor kebutuhan. Seseorang cenderung mengarahkan perhatiannya pada
hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.
repository.unisba.ac.id
18
d. Self perception (persepsi diri) Untuk memahami perilaku orang lain, seseorang
harus mengerti bagaimana ia mengamati dirinya sendiri atau bagaimana konsep
dirinya. Konsep diri dinyatakan sebagai gambaran mental mengenai apa
pendapat kita tentang diri kita sendiri. Konsep diri tentu saja unik, tetapi juga
bersifat menetap dalam diri individu, sehingga individu cenderung mempunyai
gaya hidup tersediri yang khas. Bereaksi, berpikir dan bertindak dengan cara
tertentu yang membedakannya dengan orang lain.
e. Self perception and perceiving other (persepsi diri dan pengamatan terhadap
orang lain) Dengan mengenal dan memahami diri sendiri memudahkan kita
untuk memahami orang lain dengan tepat dan lebih sedikit membuat kesalahan
menilai orang lain. Bila seseorang mau menerima dirinya sendiri, maka ia
cenderung dapat melihat aspek – aspek positif dari orang lain yang berarah akan
memperluas pandangannya dalam melihat dan menilai orang lain.
f. Personal characteristic (karakter pribadi) Karakter pribadi seseorang akan
mempengaruhi karakter yang dilihat pada orang lain. Kata – kata yang
digunakan dalam melukiskan orang lain, cenderung digunakan pula dalam
menggambarkan diri sendiri.
Menurut Walgito (2002:70-71) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi antara lain :
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam
repository.unisba.ac.id
19
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu
juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian
yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang diajukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Persepsi sekalipun yang stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak
sama,kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya
kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama. Keadaan
tersebut memberikan sedikit gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual
sehingga dapat menimbulkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persepsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, meliputi :
Menurut Robbins (2001:89) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi antara lain :
a. Pelaku persepsi
Bila seseorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan
apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
dari pelaaku persepsi individu itu.
repository.unisba.ac.id
20
b. Objek atau target
Karakteristik-karakteristik dari objek atau target yang akan diamati dapat
mempengaruhi apa yang akan dipersepsikan oleh individu tersebut.
c. Kontek situasi itu dilakukan.
Penting bagi seorang individu melihat konteks objek aatau peristiwa, karena
unsur-unsur lingkungan disekitarnya sangat mempengaruhi persepsi individu
tersebut.
Pendapat lain Menurut Irwanto (1988:76) berpendapat mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi anatara lain :
a. Perhatian yang selektif
Setiap individu akan menerima banyak rangsang dari lingkungannya. Namun
demikian, ia harus memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu
saja agar objek-objek atau gejala-gejala lain tidak tampil.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Setiap individu mempunyai nilai dan kebutuhan yang tidak sama.
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsi dunianya.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
pandangan seseorang yang timbul dari setiap individu yang menimbulkan sikap
repository.unisba.ac.id
21
perilaku manusia yang mana merupakan suatu unsur dalam penyesuaian perilaku
manusia itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, Objek yang
dipersepsi, Objek atau target, Perhatian, Kontek situasi itu dilakukan, Ciri-ciri
rangsang, Pengalaman terdahulu, dan Nilai-nilai kebutuhan individu.
2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi
Walgito (2002:71) menjelaskan proses terjadinya persepsi sebagai berikut :
a. Proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses stimulus mengenai alat indera.
b. Proses fisiologis, stimulus yang diterima oleh alat inderaditeruskan oleh syaraf
sensoris ke otak.
c. Proses psikologis, terjadi di otak atau pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasa.
Menurut Indrawijaya (2000:48-51), proses terjadi persepsi melalui tahap-
tahap:
a. Proses masukan (input proces)
Proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan
baik oleh faktor luar maupun didalam manusia itu sendiri.
b. Selektifitas
Manusia memperoleh berbagai rangsangan dari lingkungannya, baik yang
bersifat terbatas atau sempit maupun yang bersifat luas lagi. Kemampuan manusia
terbatas sehingga cenderung memberi perhatian pada rangsangan tertentu saja yang
mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya
repository.unisba.ac.id
22
c. Proses penutupan (closure)
Proses penutupan merupakan proses untuk melengkapi atau menutupi jurang
informasi yang ada. Kecenderungan seseorang merasa sudah mengetahui keseluruhan,
merupakan suatu hal yang penting dalam proses perseptual, karena hal tersebut dapat
dipergunakan untuk memperkirakan hasil akhir proses persepsual.
2.2. Pembinaan
Pembinaan adalah salah satu strategi pengembangan SDM. Menurut Jons
(1928) dalam Sarwono (1993), strategi pengembangan SDM antara lain :
1. Melalui pelatihan
2. Pendidikan
3. Pembinaan
4. Rekrutment
2.2.1 Pengertian Pembinaan
Menurut kamus pusat bahasa Depdiknas ( 2002; 152) kata pembinaan
mempunyai tiga makna, yaitu :
1. Proses, cara, perbutan untuk mengupayakan sesuatu menjadi lebih maju/baik.
2. Pembaruan, penyempurnaan.
3. Usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Menurut Thoha (1987; 7) pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau
penyataan yang lebih baik.
Menurut Mangunharjana (2001; 1 dan 14) pembinaan adalah sebagai proses
belajar dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu
repository.unisba.ac.id
23
orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan serta
kecakapan baru, guna mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani agar lebih
efektif. Karena itu fungsi pokok dari pembinaan menyangkut tiga hal : 1. Penyampaian
informasi dan pengetahuan, 2. Perubahan dan pengembangan sikap, 3 latihan dan
pengembangan kecakapan serta keterampilan.
Secara konseptual pembinaan adalah terdiri dari empat unsur pengertian :
1. Pembinaan adalah suatu upaya atau usaha melalui tindakan, proses atau pernyataan
dari suatu tujuan.
2. Menunjukan kegiatan berupa penyampaian informasi dan pengetahuan, pengarahan
dan bimbingan, latihan dan pengembangan kecakapan, keterampilan dan
pengembangan sikap, sehingga menghasilkan perubahan dari individu maupun
kolektif.
3. Menunjukan kearah kemajuan berupa pertumbuhan, perbaikan, peningkatan,
pembaruan, pengembangan dan penyempurnaan atas sesuatu.
4. Ada prosedur dan proses evaluasi yang dilakukan terhadap upaya pembinaan.
2.2.3 Pembinaan Kuliah Karyawan
Pembinaan kuliah karyawan adalah suatu program yang dibentuk oleh RSAI
untuk membangun aqidah, perilaku yang baik dan benar meliputi Kognitif, Afektif dan
Psikomotor. Program kegiatan Pembinaan Kuliah Karyawan yang terdiri dari
Mentoring Diniah Karyawan (MDK), Pengajian Senin-Kamis, Mabit, Monday
Morning Meeting (3M), dan Klasikal Mentoring. Mentoring Diniah Karyawan (MDK)
bersifat wajib yang dilakukan sebulan 2 kali.
repository.unisba.ac.id
24
2.2.4 Materi Pembinaan Kuliah Karyawan
Materi yang diberikan adalah turunan dari Core Beliefes RSAI yaitu Iman,
Islam, Ihsan.
1. Iman
Materi yang diturunkan dari 6 asas rukun iman yang terdiri dari iman kepada
Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rosul, Hari kiamat, Qada dan Qadar.
2. Islam
Materi yang diturunkan dari 5 asas rukun islam yang terdiri dari mengucapkan
dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji.
3. Ihsan
Materi yang diberikan adalah untuk menjadi pribadi yang dapat menjalankan
iman dan islam dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi-materi yang diberikan adalah :
a. Memahami asma Allah
b. Memahami sifat Allah
c. Keutamaan menyempurnakan ibadah
d. Perbaikan diri
e. Kekuatan untuk istiqomah
f. Pentingnya lingkungan yang baik
g. Pentingnya memelihara iman dan amal shaleh
h. Itttiba’ terhadap Rosul
i. Terbiasa untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran
repository.unisba.ac.id
25
2.3 Beban Kerja
2.3.1 Pengertian Beban Kerja
Islilah beban kerja sering ditafsirkan sebagai suatu hal yang memberatkan atau
yang menekan bagi kehidupan seseorang. Pengertian beban kerja menurut Kamus besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang yang berat yang dibawa (dipikul atau
dijunjung dan sebagainya); sesuatu yang berat (sukar) dilakukan, penekanan,
tanggungan atau kewajiban yang harus dilakukan.
Pekerjaan (job) memiliki pengertian sekumpulan kedudukan yang memiliki
persamaan kewajiban atau tugas pokok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kata kerja diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan berkaitan
dengan pekerjaan. Selanjutnya dalam Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) diterangkan
bahwa pekerjaan terdiri atas unsur-unsur (elemen kerja). Unsur-unsur (elemen kerja)
merupakan komponen terkecil dari pekerjaan. Unsur pekerjaan dalam kumpulan yang
lebih besar disebut dengan tugas (task). Tugas merupakan kegiatan fisik atau mental
yang membentuk langkah-langkah logis yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan. Kumpulan dari tugas-tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang diebankan
kepada seseorang disebut kedudukan (position). Dengan demikian beban kerja menurut
uraian diatas merupakan tekanan dari pekerjaan beserta aspek-aspek
yangmenyertainyayang dirasakan oleh seseorangdalam melakukan pekerjaannya.
Beban kerja tidak lepas dari persoalan beban kerja mental (mental workload) dan beban
fisik (physical workload).
Beberapa pengertian ada dari beberapa ahli yang mengemukakan pengertian
beban kerja.
repository.unisba.ac.id
26
Keith Davis (1985) mengemukakan bahwa beban sebagai suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang.
Ghoper & Dunchin (1986) menjelaskanbahwa kapasitas seseorangyang
dibutuhkan untuk mcngerjakan tugas sesuai dengan harapan (perforriance harapan)
berbeda dengan kapasitas yang tersedia pada saat itu (performance aktual) yang disebut
dengan beban kerja. Perbedaan diantara keduanya menunjukkan taraf kesukaran tugas
yang mencerminkan beban kcrja. Dengan kata lain, adanya tuntutan yang lebih tinggi
untuk mengerjakan tugas tidak sebanding dengan kapasitas yang dimiliki.
Menurut Gibson dan Ivancevich (1993:163) beban kerja adalah sebagai
berikut: “Tekanan sebagai tanggapan tidak dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi
oleh perbedaan individual dan proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari setiap
tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa atau fisik) yang terlalu banyak
mengadakan tuntutan psikologis dan fisik terhadap seseorang”. Dengan kata lain beban
kerja timbul karena adanya tekanan yang berasal dari tuntutan lingkungan dan
tanggapan setiap individu dalam menanggapinya dapat berbeda.
Menurut Cohen (1980) beban kerja merupakan kondisi pekerjaan yang
dirasakan oleh pekerja yang berkaitan dengan faktor situasional yang terdiri dari faktor
lingkungan fisik dan psikis.
Cohen, (1980), melakukan penelitian terhadap sejumlah orang yang
dihadapkan pada kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan di dalam pekerjaannya.
Kondisi-kondisi itu berupa suara bising, kejutan listrik, hambatan-hambatan dalam
pekerjaan, birokrasi dan tugas-tugas yang diberikan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa orang-orang dalam penelitian tersebut menjadi kurang efektif
repository.unisba.ac.id
27
dalam menjalan tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian konsentrasi, toleransi
terhadap frustasi rendah dan mengalami gangguan terhadap kemampuan persepsi,
mereka menujukkan penurunan kepekaan terhadap orang lain dan bertambahnya
perilaku agresi.
Berdasarkan pengertian beban kerja diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
beban kerja adalah merupakan sesuatu yang dirasakan dan tanggapan terhadap faktor
situasional berupa lingkungan fisik maupun psikis oleh seseorang (pekerja). Jika
seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan tersebut maka hal ini tidak
menjadi suatu beban kerja, akan tetapi apabila usaha untuk menyesuaikan dirinya tidak
berhasil maka halini akan menjadi suatu beban kerja. Beban kerja adalah sesuatu
yangdirasakan beradadiluar kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaannya.
Selain itu beban kerja merupakan kondisi pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja
berkaitan dengan faktor fisik dan psikis.
2.3.2 Proses terjadinya beban kerja
Beban kerja timbul karena adanya keterbatasan dalam kemampuan manusia
meproses informasi yang diterima. Dalam psikologi hal ini dikenal dengan fenomena
“bottleneck theory” atau kemandengan dalam kemampuan memproses informasi.
Wickens dan Hollands (2000) mengungkapkan tiga garis besar permasalahan
yang berkaitan dengan keterbatasan atensi manusia ini, yaitu :
1. Atensi Selektif (Selevtive Attention) . Terkadang manusia cenderung memilih hal-
hal yang kurang penting dari lingkungan untuk diproses. Akibatnya, stimuli yang
penting justru terabaikan. Jebakan kognisi ini sering disebut dengan kanal kognisi
(cognitive tunneling).
repository.unisba.ac.id
28
2. Atensi Terfokus (focused Attention). Pada waktu-waktu tertentu kita terkadang gagal
dalam berkonsentrasi pada suatu sumber informasi dilingkungan, terkecuali kita
memang sangat terdorong untuk melakukannya.
3. Atensi yang terbagi (Divided Atenstion). Ketika masalah terjadi pada atensi yang
terfokus tadi, sebagian dari atensi kita secara tidak sengaja terarah pada stimuli yang
tidak kita harapkan untuk diproses, sedangkan bila masalah itu terjadi pada atensi yang
terbagi, kita tidak mampu membagi atensi kita diantara berbagai stimuli itu karena kita
ingin mengerjakan semuanya.
2.3.3 Beban Kerja Sebagai Faktor Situasional
Beban kerja yang dirasakan oleh seseorang pekerja dapat menjadi faktor
penekan yang menghasilkan kondisi-kondisi tertentu, sehingga menuntut manusia
memberikan energi atau perhatian yang lebih. Faktor penekan ini adalah beban yang
ditimbulkan dari pekerjaannya yang dirasakan pekerja. Faktor yang menjadi penekan
tersebut berasal dari luar diri yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkuan psikis.
2.3.2.1 Beban kerja lingkungan fisik
Kondisi-kondisi lingkungan fisik lingkungan kerja banyak berhubungan
dengan psikologi kerekayasaan, dimana kondisi fisik dapat membuat pekerjaan
menjadi lebih manusiawi. Kondisi fisik hampir sepenuhnya dapat diatur atau dirubah
dan dibuat sedemikian rupa sehingga kondisi fisik di lingkungan kerja dapat
meningkatkan produktivitas kerja manusia. Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan
pekerjaan itu sendiri, kondisi-kondisi fisik di lingkungan kerja dapat mempengaruhi
kepuasan kerja dan kenyamanan kerja, yang meliputi (Cohen, 1980):
repository.unisba.ac.id
29
a. Rancangan Ruang Kerja
Rancangan ruang kerja meliputi kesesuaian pengaturan susunan kursi, meja dan
fasilitas kantor lainnya. Hal ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
kenyamanan dan tampilan kerja karyawan. Jika kenyamanan kerja tidak terpenuhi
atau tidak sesuai dengan harapan karyawan akibatnya akan menimbulkan stress.
b. Rancangan Pekerjaan (Work Space Design)
Rancangan pekerjaan meliputi peralatan kerja dan prosedur atau metode kerja.
Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pekerjaannya akan mempengaruhi
kesehatan dan hasil kerja. Masalah-masalah juga akan muncul apabila prosedur
kerja tidak dirancang dengan baik. Prosedur dan metode kerja sering telah
ditentukan oleh pihak perusahaan, sehingga karyawan mau tidak mau harus
menjalankan dan mengikuti prosedur yang telah ada. Birokrasi yang panjang dan
berbelit-belit dalam pengurusan surat-surat izin atau dinas merupakan salah satu
penyebab stres kerja.
c. Kondisi Lingkungan Kerja
Masalah penerangan dan kebisingan merupakan faktor penekan utama diantara
aspek-aspek fisik di lingkungan kerja. Penerangan dan kebisingan sangat
berhubungan dengan kenyamanan dalam bekerja. Pekerjaan-pekerjaan tertentu
yang menuntut kemampuan konsentrasi hingga seperti tugas seorang mekanik,
sangat diperlukan kondisi lingkungan yang tenang dan nyaman. Sirkulasi udara dan
suhu ruangan juga sangat berpengaruh terhadap kondisi seseorang dalam
menjalankan tugasnya. Polusi udara yang masuk ke dalam ruang kerja dapat
repository.unisba.ac.id
30
mengakibatkan aktivitas kerja menurun, kemampuan ingatan jangka pendek juga
menurun (mudah lupa), dan gangguan kesehatan lainnya.
d. Tingkat privasi
Pekerjaan-pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat
memberikan privasi bagi karyawannya. Konsep mengenai privasi dapat diartikan
sebagai “keleluasaan pribadi” ̧ dimana seseorang memiliki keleluasaan pribadi
terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dari kelompoknya. Keleluasaan pribadi
seorang karyawan produksi pada suatu perusahaan akan memiliki arti yang berbeda
dengan keleluasaan pribadi staf personalia. Pada kenyataannya tempat kerja yang
memberikan keleluasaan pribadi. Keleluasaan pribadi merupakan faktor penting
bagi kenyamanan kerja. Tidak adanya keleluasaan pribadi dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan ketidakpuasan pekerja.
2.3.2.2 Beban kerja lingkungan psikis
Lingkungan psikis di tempat kerja dapat berdampak positif atau pun negatif,hal
ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapinya. Faktor lingkungan psikis
merupakan hal-hal yang menyangkut hubungan sosial dan keorganisasian. Cohen
(1980), beban kerja lingkungan psikis diantaranya meliputi:
1. Pekerjaan yang berlebihan (Work overload)
Pekerjaan berlebihan adalah pekerjaan yang berlebihan yang memerlukan
kemampuan maksimal dari seseorang. Pada umumnya pekerjaan yang berlebihan
merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan (tension).
2. Waktu yang terdesak atau terbatas (Time urgency)
repository.unisba.ac.id
31
Waktu yang terbatas atau mendesakdalam menyelesaikan suatu pekerjaan,
merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan (tension).
Seseorang karyawan rata-rata menggunakan waktu kerjanya dalam seminggu
mencapai 40 jam, tetapi waktu yang dimililkinya kadang-kadang tidak cukup unruk
melakukan tugas-tugasnya. Apabila pekerjaan yang dikerjakan terburu-buru maka
kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dan dapat merugikan.
3. Sistem pengawasan yang tidak effisien (Poor quality of supervisor)
Sistem pengawasan yang tidak efisien atauburuk dapat menimbulkan
ketidaktenangan bagi karyawan dalam bekerja karena salah satuharapan karyawan
dalam memenuhi kebutuhan kerjanya adalah adanya bimbingan dan pengawasan
yang baik dan objektif dari atasannya.
4. Kurang tepatnya pemberian kewenangan sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan (Inadequate authority to match responsibilities).
Akibat dari Sistem pengawasan yang buruk akan menimbulkan efek pada
pemberian wewenang yang tidak sesuai dengan tanggung jawab yang dituntut
pekerja. Pekerja yang tanggung jawabnya lebih besar dari wewenang yang
diberikan akan mudah mengalami perasaan tidak sesuai yang akhirnya berpengaruh
pada kinerjanya.
5. Kurang umpan balik prestasi kerja (Insufficeient performance feedback)
Kurangnya umpan balik prestasi kerja dapat mcnimbulkan ketidakpuasan
kerja. Misalnya mendapatkan pujian atau kenaikan gaji ketika bekerja dengan baik.
6. Ketidakjelasan peran (Role ambiguity)
repository.unisba.ac.id
32
Agar menghasilkan performa yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan
dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta tanggungjawab dari
pekerjaan mereka. Ketidakjelasan peran dapat dikarenakan informasi yang tidak
lengkap dan ketidaksesuaian status kerja.
7. Perubahan-perubahan dalam pekerjaan (Change of any type)
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pekerjaan akan mempengaruhi
cara orang-orang dalam bekerja. Hal ini berarti terjadinya ketidakstabilan pada
situasi kerja. Perubahan menuntut penyesuaian agar terjadi ketasbilan. Perubahan
di lingkungan kerja dapat berupa perubahan jenis pekerjaan, perubahan organisasi,
pergantian pemimpin maupun perubahan kebijakan pemilik perusahaan.
8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok dan seterusnya (Interpersonal and
intergroup conflict)
Perselisihan juga dapat terjadi akibat perbedaan tujuan dan nilai-nilai yang
dianut dua pihak. Dampak negatif perselisihan adalah terjadinva gangguan dalam
komunikasi, kekompakkan dan kerjasama. Situasi yang sering menimbulkan
perselisihan di tempat kerja.
9. Suasana politik yang tidak aman (Insecure political climate)
Ketidakstabilan suasana politik dapat terjadi di lingkungan kerja maupun di
lingkungan lebih luas lagi. Misalnya situasi politik yang tidak menentu, yang
mengganggu kestabilan perubahan-perubahan dan ekonomi.
10. Frustrasi (Frustration)
Frustasi sebagai kelanjutan dari konflik yang berdarnpak pada
terhambatnya usaha mencapai tujuan. Missalnya harapan perusahaan yang tidak
repository.unisba.ac.id
33
sesuai dengan harapan pekerja. Hal ini akan menimbulkan stres apabila
berlangsung terus-menerus.
11. Perbedaan nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai yang dimiliki pekerja
(Differences between company's and employee's values).
Kebijakan perusahaan kadang-kadang sering bertolak belakang dengan diri
pekerja. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena pada dasamya perusahaan
lebih berorientasi pada keuntungan (provit). Sedangkan pekerja menuntut upah
yang tinggi, kesejahteraan serta adanya jaminan kerja yang memuaskan. Pada
umumunya pekerjaan yang berlebihan itu sebagai hal yang menjadi sumber
penekan yang dapat menimbulkan ketegangan, hal ini sering menjadi beban bagi
sebagian orang, tetapi bisa juga bukan merupakan sebagai tekanan bagi sebagian
orang lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan, proses psikologis dan
penghayatan individu tentang beban kerja yang dihadapinya berbeda-beda.
2.4 Perawat
2.4.1 Pengertian Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Menurut Kusanto (2003), perawat adalah seseorang (seorang
profesional) yang mempunyai kemampuan tanggung jawab dan kewenangan
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan kepada berbagai jenjang pelayanan
keperawatan.
Dalam UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Perawat adalah mereka
yang memiliki kemampuan dan kewenangan yang melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
repository.unisba.ac.id
34
Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang
registrasi dan praktik perawat, pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi bahwa perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2.4.2 Konsep utama keperawatan
Terdapat lima dasar konsep utama keperawatan (Suwignyo 2007) :
a. Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Perawat harus menegetahui kebutuhan pasien untuk
membantu memenuhinya.
b. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien
maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
c. Reaksi segera
Meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat pelaksana rawat inap dan pasien.
Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat pelaksana rawat
inap dan persepsi individu pasien, berfikir dan merasakan.
d. Disiplin proses keperawatan
Menurut George (dalam Suwignyo, 2007) mengartikan disiplin proses
keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi
tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, reaksi
perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan,
repository.unisba.ac.id
35
mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan
tindakan yang tepat.
e. Kemajuan/peningkatan
Peningkatan berarti tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
2.4.3 Pengertian Perawat pelaksana
Perawat pelaksana pelaksana adalah perawat pelaksana rawat inap yang
berperan memberi asuhan keperawatan pada pasien secara langsung, mengikuti
timbang terima, melaksanakan tugas yang didelegasikan dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan (Suarli dan Bachtiar, 2005 ). Bentuk asuhan keperawatan
tersebut berupa antara lain :
1. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui
pelayanan keperawatan untuk meningkatkan atau memulihkan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya khususnya kebutuhan fisiologis.
2. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki
ketidakmauan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat di berikan melalui
pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemberian motivasi pada klien
yang memiliki penurunan dalam kemauan sehingga diharapkan terjadi motivasi
yang kuat untuk membangkitkan semangat hidup agar terjadi peningkatan.
3. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki
ketidaktahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia ini dapat diberikan
melalui pelayanan keperawatan yang bersifat pemberi pengetahuan, yang berupa
pendidikan kesehatan (health education) yangdapat dilakukan pada individu,
repository.unisba.ac.id
36
keluarga atau masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang rendah dalam
masalah perawat pelaksana rawat inapan kesehatan sehingga diharapkan dapat
terjadi perubahan peningkatan kebutuhan dasar. Agar mampu melaksanakan
asuhan keperawatan maka perawat pelaksana rawat inap harus memepunyai
beberapa peran.
2.4.4 Peran Perawat
Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun dari luar profesi keperawat pelaksana
rawat inapan yang bersifat konstan (Hidayat, 2006). Peran perawat menurut
konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuahan
keperawat pelaksana rawat inapan, advokat klien, pendidik, koordinator, kolaborator,
konsultan dan peneliti.
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat dasar kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
repository.unisba.ac.id
37
b. Peran sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Peran kolaborator
Peran perawat pelaksana rawat inap disini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-
laindengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusiatau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
repository.unisba.ac.id
38
f. Peran konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilaksanakan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
g. Peran pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan
2.5 Kerangka Pikir
Rumah sakit sebagai suatu badan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan
bagi masyarakat akan selalu dibutuhkan dan diharapkan untuk selalu dapat
memberikan bantuan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat.
RSAI merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta tipe B dan merupakan rumah
sakit dengan nuansa dan citra islami yang mencoba mengupayakan pelayanan
kesehatan kepada pasien sebaik-baiknya. RSAI memiliki Visi menjadi rumah sakit
yang unggul, terpercaya dan islami dan Misi melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai
islami kedalam seluruh aspek pelayanan maupun pengelolaan rumah sakit, membantu
dan mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan, melakukan kerjasama
lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, melakukan pelayanan kesejatan dengan memberi kepuasan kepada
konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkan, mengembangkan kemampuan dan
meningkatkan kesejahteraan sumber daya yang dimiliki.
repository.unisba.ac.id
39
Selain Visi dan Misi islami, di RSAI juga ditetapkan program 4SGRT yaitu
senyum, salam, sapa, sopan santun, gesit responsip dan ucapan terima kasih. Kemudian
sebagai core values-nya ditetapkan 7 nilai RSAI yaitu kasih sayang, bersih, jujur
disiplin, tanggung jawab, kerjasama, dan ridho Allah. Sementara core believes-nya
adalah ihsan, iman, dan pengamalan rukun islam.
Perawat pelaksana rawat inap memiliki beban kerja yang cukup berat dimana
perbandingan antara perawat pelaksana rawat inap dan pasien tidak ideal yaitu 1 : 6.
Selain perbandingan yang tidak ideal, perawat pelaksana rawat inap juga mengerjakan
pekerjaan lain diluar kompetensi mereka, seperti melakukan administrasi pasien BPJS,
melakukan Billing (merinci biaya selama pasien dirawat) ketika ada pasien pulang,
khususnya pada saat shift siang dan malam karena bagian administrasi sudah tidak ada
ditempat kerja. Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas lain seperti memisah-
misahkan alat tenun (seprai, selimut, baju pasien) yang seharusnya tugas laundry, dan
tugas membereskan obat-obatan yang harusnya tugas farmasi. Perawat pelaksana rawat
inap juga menyebutkan tentang banyaknya pasien dengan penyakit berat yang
menambah beban kerja, seperti adanya pasien observasi. Karena seharusnya pasien
observasi berada pada ruangan khusus seperti ICU, tapi karena ruangan khusus penuh
ditempatkan di ruangan biasa. Selain itu, perawat pelaksana rawat inap juga merasakan
pasien yang kurang mengerti akan kesibukan perawat pelaksana rawat inap, seperti
terus-terusan memencet bel meminta dilayani padahal ada keluarganya, sedangkan
mereka sedang melakukan tugas yang lainnya
Selain beban kerja, perawat pelaksana rawat inap juga mendapatkan program
pembinaan yaitu sebagai upaya internalisasi VISI-MISI, nilai-nilai 4SGRT, Core
repository.unisba.ac.id
40
Values 7 nilai RSAI, dan Core Beliefes Iman, Islam, Ihsan di RSAI yang terdiri dari
Mentoring Diniah Karyawan (MDK), Monday Morning Meeting (3M), Mabit, dan
Klasikal Mentoring. Mentoring Diniah Karyawan (MDK) bersifat wajib yang
dilakukan sebulan 2 kali, apabila tidak hadir akan berdampak pada pemotongan insentif
yang didapatkan karyawan. Tujuan program Pembinaan ini adalah membangun aqidah,
perilaku yang baik dan benar meliputi Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
Dalam menghadapi situasi kerja yang memiliki beban kerja yang berat, tentu
individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda. Selain beban kerja, terdapat juga
program pembinaan kuliah karyawan, yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang
berbeda oleh setiap perawat pelaksana rawat inap. Menurut Milton, Charles R
(1981;22) persepsi adalah suatu proses pemilihan, pengorganisasian, penafsiran dan
pemaknaan stimulus yang muncul dari lingkungan kerja.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan pembinaan dalam penelitian ini yaitu
penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan pengembangan sikap,
Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.
Dengan adanya persepsi terhadap program pembinaan yang diterima oleh
perawat pelaksana rawat inap pelaksana memuncul penghayatan yang berbeda
terhadap beban kerja yang mereka hadapi.
repository.unisba.ac.id
41
Skema kerangka pikir
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “semakin positif persepsi terhadap pembinaan semakin ringan beban kerja
yang hayati oleh perawat pelaksana rawat inap di RSAI Bandung”.
Perawat
pelaksana
rawat inap
Pembinaa
n
Persepsi
positif
Persepsi
negatif
Meningkatnya
pemahaman
agama
Muamalah
dalam
bekerja
menjadi
lebih baik
Beban kerja ringan
secara fisik
Pemahaman
agama tidak
meningkat
Beban kerja
berat secara fisik Muamala
h dalam
bekerja
tidak
lebih baik
Beban kerja
ringan secara
psikis
Beban kerja
berat secara
psikis
repository.unisba.ac.id