bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan pustaka 2.1.1 investasi · 2019-08-01 · disebut saham....
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Investasi
Menurut Sukirno (2000: 366) investasi adalah pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan
tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di
masa mendatang. Menurut Hartono (2008: 5) investasi secara luas dapat
didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam
produksi yang efisien selama periode waktu yang lama.Investasi dapat diartikan
sebagai penanaman uang pada suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memproleh keuntungan. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa depan Tandelilin (2010: 2). Sunariyah (2010: 4) Investasi
adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan.
Hartono (2008: 7) mengklasifikasikan aktivitas investasi ke dalam aktiva
keuangan menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut.
a. Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang
dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market), atau pasar turunan (derivative market). Aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar uang hanya aktiva yang mempunyai tingkat risiko kecil,
jatuh tempo yang pendek dengan tingkat likuiditas yang tinggi. Aktiva keuangan
yang diperjual-belikan di pasar modal memiliki sifat investasi jangka panjang
berupa saham-saham (equity securities) dan surat-surat berharga pendapatan tetap
(fixed income securities). Opsi dan future contract merupakan surat-surat berharga
yang diperdagangkan di pasar turunan (derivative market). Investasi langsung
tidak hanya dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-
belikan, namun juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak
dapat diperjual-belikan seperti: tabungan, giro, dan sertifikat deposito.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga di
perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan
jasa-jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik. Investasi melalui
perusahaan investasi menawarkan keuntungan tersendiri bagi investor. Hanya
dengan modal yang relatif kecil, investor dapat mengambil keuntungan karena
pembentukan portofolio investasinya. Selain itu, dengan membeli saham
perusahaan investasi, investor tidak membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang tinggi. Dengan pembelian tersebut investor dapat membentuk portofolio
yang optimal.
2.1.2 Pasar Modal Indonesia
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
saham, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian,
pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya (Bursa Efek Indonesia, 2015). Menurut undang-undang
Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Menurut Sunariyah (2010: 4) pasar modal adalah suatu
sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan
surat-surat berharga yang beredar, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan
dana, pasar modal dapat menjadi alternatif.
Pasar Modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar
modal ini adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan perusahaan. Nilai
nominal investasi bisa sama dengan pada pasar modal uang atau dapat lebih
rendah atau lebih tinggi, yang membedakan bukanlah nilai nominal investasi
tetapi jangka waktu penanaman investasi. Misalnya, jangka waktu pemegang
saham tidak terbatas, tetapi deposito biasanya mempunyai waktu kurang dari satu
tahun. Di pasar modal, penawaran dan permintaan sangat bervariasi dibandingkan
dengan pasar pasar uang. Dari segi lain penawaran pada saat ini bisa menjadi
permintaan besok. Tetapi, pemain yang memegang peranan penting adalah
perusahaan-perusahaan dengan berbagai ukuran yang menggunakan dana jangka
panjang. Perusahaan–perusahaan tersebut termasuk perusahaan tambang,
industtri, manufaktur, perbankan, asuransi dan lain-lain.
2.1.3 Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian dari perusahaan (Hartono
2008: 25). Menurut Sunariyah (2010: 8) penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan
tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut. Badan
usaha yang membutuhkan dana tersebut menerbitkan surat berharga dan dijual
kepada pemodal, yang berakibat para pemodal dapat memiliki sebgaian
perusahaan sebesar jumlah surat berharga yang dikuasai. Surat berharga tersebut
disebut saham. Samsul (2006: 45) saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan
di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau
stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai
pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham
dalam buku yang disebut daftar pemegang saham (DPS).
Dari pengertian-pengertian di atas saham dapat didefinisikan sebagai salah
satu instrumen keuangan berupa surat atau lembar berharga yang diterbitkan
perusahaan sebagai tanda bukti penyertaan modal di perusahaan tersebut.
Perusahaan yang menerbitkan saham disebut perusahaan go public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Menurut Hartono (2008) saham itu sendiri dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu common stock (saham biasa), preferred stock (saham preferen)
dan saham treasuri. Berikut ini akan dibahas mengenai saham biasa terlebih
dahulu diikuti oleh saham preferen dan saham treasuri.
a. Saham Biasa
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) (IDX, 2015). Harton (2008) jika perusahaan hanya
mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham
biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang
mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan.
Sunariyah (2010: 124) bahwa saham adalah bukti penyertaan modal yang
dimasukkan oleh subjek hukum ke dalam suatu Perseroan Terbatas pada saat
pendirian Perseroan Terbatas tersebut.
Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik
sebagian dari perusahaan tersebut. Dengan demikian apabila seorang investor
membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik dan disebut pemegang saham
perusahaan. Ada dua jenis saham biasa yaitu saham atas nama dan saham atas
unjuk. Saham atas nama yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas
saham tersebut. Sedangkan saham atas unjuk yaitu nama pemilik yaitu nama
pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham adalah yang
memegang saham tersebut. Jadi, pemilik saham adalah yang menyimpan saham
tersebut dan mendapatkan seluruh hak-hak pemegang saham. Pada saat ini saham-
saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama. Untuk itu,
pembelian saham harus segera mendaftarkan dan mengadministrasikan saham.
b. Saham Preferen
Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga
mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen
(preferred stock). Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat
gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Saham preferen
mempunyai hak – hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak – hak prioritas dari
saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika
terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak
veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa (Hartono, 2009). Sunariyah (2010:
130) saham preferen adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa.
Disebut juga preferensi karena pemegang saham preferensi mempunyai hak
istimewa karena pemegang saham peferensi mempunyai hak keistimewaan di atas
pemegang saham biasa, untuk hal hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi
saham.
c. Saham Treasuri
Saham treasuri menurut Hartono (2008) adalah saham milik perusahaan
yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh
perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri yang
nantinya dapat dijual kembali. Perusahaan emiten membeli kembali saham
beredar sebagai saham treasuri dengan alasan – alasan sebagai berikut.
1) Akan digunakan dan diberikan kepada manajer – manajer atau karyawan –
karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk
saham.
2) Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasarnya.
3) Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan
menguasai perusahaan lain.
4) Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per
lembarnya.
5) Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar
sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai
jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak
bersahabat (hostile takeover).
2.1.4 Return Saham
Return saham menurut Tandelilin (2010: 102) menyatakan bahwa: “return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi
yang dilakukannya”. Hartono (2008: 195) Return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Return ini dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau
return ekspetasi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
(realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
mengunakan data historis. Return realiasasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspetasi serta risiko di masa mendatang. Beberapa pengukuran Return
realisasi yang banyak digunakan seperti :Return total (total return), relatif return
(return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan
(adjusted return).
Hartono (2008: 196) menjelaskan bahwa terdapat dua unsur pokok return
total saham, yaitu capital gain (loss) dan yield. capital gain (loss) merupakan
hasil yang diperoleh dari selisih untung rugi dari harga investasi sekarang relatif
dengan harga periode yang lalu. Maksudnya, jika harga investasi sekarang lebih
tinggi dari harga investasi yang lalu ini berarti terjadi keuntungan modal atau
capital gain, sebaliknya kerugian modal disebut capital loss. Sedangkan yield
merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode
tertentu dari suatu investasi. Untuk saham yield adalah persentase deviden
terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah
persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode
sebelumnya. Dengan demikian return total dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 =𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑃𝑡−1+ 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
Dalam penelitian ini, Return saham yang dimaksud adalah capital gain
atau capital loss yang didefinisikan sebagi selisih dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode yang lalu. Dari definisi tersebut return saham dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut.
𝑅𝑡 =𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑃𝑡−1
Dimana:
𝑅𝑡 = Return Saham pada periode ke t
𝑃𝑡 = Harga Penutupan Saham pada periode ke t
𝑃𝑡−1 = Harga Penutupan Saham pada periode ke t-1
t = Periode bulan sekarang
t-1 = Periode bulan kemarin
2.1.5 Makro Ekonomi
Ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi secara
luas, termasuk di dalamnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
(Mankiw, 2002). Menurut Sunariyah (2010: 22) perubahan atau perkembangan
yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan
pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi jelek maka akan
berdampak buruk pada perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator
ekonomi baik maka akan memberikan pengaruh baik pula.
Menurut Samsul (2006: 200) faktor makro merupakan faktor yang berada
di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan
kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi makro
perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan dan kinerja saham yang ada di
negara tersebut. Faktor makro-ekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan sebagai berikut: tingkat
bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus
pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valuta asing, tingkat
bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi,
faham ekonomi, peredaran uang.
Perubahan faktor makro-ekonomi di atas tidak akan dengan seketika
mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang.
Sebaliknya harga saham akan terpengaruh dengan seketika oleh perubahan faktor
makroekonomi itu karena para investor lebih cepat bereaksi. Ketika perubahan
faktor makro-ekonomi itu terjadi, investor akan mengkalkulasi dampaknya baik
yang positif maupun negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun ke
depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham yang
bersangkutan.
Reaksi berlebihan tampak pada perubahan harga saham yang tajam, yaitu
naik atau turun secara tajam, kemudian terkoreksi oleh pasar sehingga tercapai
harga yang normal. Investor yang dapat mengestimasi perubahan faktor makro
akan mampu bertindak terlebih dahulu dalam membuat keputusan jual beli, dan
akan memperoleh keuntungan yang besar daripada investor yang terlambat dalam
mengambil keputusan jual beli saham.
2.1.6 Harga minyak dunia
Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi utama yang
sangat dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi
untuk melakukan kegiatan produksi. Jenis minyak mentah yang di perdagangkan
di dunia seperti, West Texas Intermediate (WTI), Brent Bland, OPEC Basket
price, Russian Export Blend dan Dubai Fateh. Harga minyak mentah dunia diukur
dengan harga spot pasar minyak dunia, umumnya harga minyak yang digunakan
menjadi harga standar dunia adalah West Texas Intermediate (WTI).
West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang memiliki
kualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis light-sweet dan memiliki kadar
belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar
energi, karena tingginya kualitas minyak mentah West Texas Intermediate
dijadikan harga standar minyak dunia. Harga minyak West Texas Intermediate
pada umumnya lebih tinggi sembilan dollar per barrel dibandingkan dengan harga
minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar per barel dibanding harga
minyak Brent Bland (http://www.useconomy.about.com). Hal inilah yang menjadi
alasan harga minyak WTI menjadi ukuran standar bagi perdagangan minyak di
Amerika.
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain
(useconomy.about.com).
1) penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh OPEC,
2) cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang-kilang
minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam Cadangan minyak
strategis,
3) permintaan minyak dunia, ketika musim panas, permintaan minyak
diperkirakan dari perkiraan jumlah permintaan oleh maskapai penerbangan
untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan ketika musim dingin, diramalkan dari
ramalan cuaca yang digunakan untuk memperkirakan permintaan potensial
minyak untuk penghangat ruangan.
Dalam penelitian ini satuan ukuran minyak mentah yang digunakan adalah
barel. Sedangkan mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah dolar
Amerika Serikat. Salah satu alasan pemilihan dolar AS sebagai alat tukar minyak
adalah karena mata uang dolar AS dikenal hampir diseluruh dunia. Jenis minyak
mentah yang dipakai adalah West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak
mentah yang memiliki kualitas tinggi dan umumnya digunakan menjadi harga
standar minyak mentah dunia.
2.1.7 Inflasi
Inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu
wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa
secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (www.bps.go.id).
Menurut Sunariyah (2006: 20) inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang
dan jasa secara terus-menerus. Menurut Tandelilin (2010: 342) inflasi merupakan
kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan.
Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Menurut Adtmaja (1999) Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang
akan dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai.
1. menurut derajatnya,
- inflasi ringan di bawah 10% (single digit),
- inflasi sedang 10% - 30%,
- inflasi tinggi 30% - 100%,
- hyperinflasion di atas 100%.
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat
mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu
wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan
golongan masyarakat manakah yang terkena imbas ( yang menderita ) dari inflasi
yang sedang terjadi.
2. Menurut Penyebabnya
Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya
peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil
produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan
agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan
inflationary gap. Dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang
biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi
bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian
kenaikkan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli
ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami
kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat
Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat
disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government
expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang
beredar.
Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate
supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply
curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik
yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi,
sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus
cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.
3. Menurut Asalnya
Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan
pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam
negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. Imported inflation, yaitu inflasi
yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di
negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang
bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem
perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat „menular‟
baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.
Pada penelitian ini mengunakan data inflasi dari Bank Indonesia. Menurut
Bank Indoneisa Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
diindonesia adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke
waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan
harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Pengelompokan Inflasi Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia
dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification
of individual consumption by purpose (COICOP)) yaitu: kelompok bahan
makanan, kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau, kelompok
perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan dan
olah raga, kelompok transportasi dan komunikasi.
2.1.8 Kurs (nilai tukar)
Kurs atau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai
mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang
asing (Sukirno, 2002: 87). Kurs valuta asing dapat didefinisikan juga sebagai nilai
seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam
negeri (Sukirno, 2000: 197).
Menurut Sukirno (2000: 197) penentuan kurs dapat dibedakan menjadi
dua sistem yaitu : kurs tetap dan kurs fleksibel.
1. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas
moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam
negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat
aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya
penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran
maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya
dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa negara
untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kurs
tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan
nilai tukar.
2. Kurs Fleksibel
Dalam sistem kurs valuta asing yang fleksibel. Harga valuta asing
ditetapkan oleh permintaan dan penawaran dipasaran. Dari sehari ke sehari
permintaan dan penawaran valuta akan selalu mengalami perubahan, maka kurs
akan mengalami dampak yang sama. Dalam sistem ini, bank sentral tidak perlu
secara aktif menyertai jual beli valuta asing di pasaran. Fleksibilitas harga valuta
asing akan menjamin tercapainya keadaan di mana permintaan valuta asing sama
dengan penawaran valuta asing. Dengan demikian bank sentral tidak perlu
menyimpan cadangan valuta asing yang berlebih-lebihan untuk digunakan dalam
intervensi pasaran apabila ketidak sinambungan diantara permintaan dan
penawaran valuta asing masih berlaku.Ini merupakan kebaikan utama dari kurs
fleksibel.
Menurut Mankiw (2006) kurs dibedakan menjadi dua: kurs nominal dan
kurs riil, kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata
uang dan negara. Kurs Rill (real exchange rate) adalah harga relative dari barang-
barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari
negara lain. Kurs riil sering disebut term of trade.
Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi
ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan
Fischer, 1992) dalam Fuadi (2009).
a. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Sentral
pada suatu
c. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
d. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan
promosi dan biaya-biaya lainya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu N
o
Nama
(Tahun) Dependen Independen Data Periode Hasil
1
Fauzan
Yasmian
di (2011)
Return
Saham
Inflasi, Nilai
Tukar, Suku
Bunga, Harga
Minyak dan
Harga Emas
Perusahaan
Manufaktur
di Bursa
Efek
Indonesia
2007-
2010.
suku bunga, harga
minyak dan harga
emas berpengaruh,
inflasi dan nilai
tukar tidak
berpengaruh
2
Murti
Lestari
(2005)
Return
Saham
kurs,inflasi
dan tingkat
suku bunga
jangka pendek
di Bursa
Efek Jakarta
(BEJ)
1998 -
2003
variabel makro
berpengaruh cukup
signifikan terhadap
fluktuasi harga
saham
3
Bayu
Seto
Sambodo
(2014)
Harga
Saham
Inflasi, BI
Rate, Nilai
Tukar Rupiah,
dan Harga
Emas Dunia
Indeks
Harga
Saham
Pertambanga
n di BEI
2008 –
2012
BI Rate dan Nilai
Tukar Rupiah
signifikan dan laju
inflasi dan harga
emas dunia tidak
memiliki pengaruh
signifikan
4
Livia
Halim
(2013)
Return
Saham
inflasi, BI rate,
jumlah uang
beredar dan
nilai tukar
perusahaan
dengan
kapitalisasi
besar BEI
2009 –
2012.
jumlah uang
beredar dan nilai
tukar berpengaruh
signifikan
sedangkan inflasi
dan BI rate tidak
berpengaruh
signifikan
5
Suramay
a Suci
Kewal
(2012)
IHSG
tingkat inflasi,
kurs, suku
bunga SBI dan
pertumbuhan
PDB
Indeks
Harga
Saham
Gabungan,
2000 –
2009.
tingkat inflasi, suku
bunga SBI dan
pertumbuhan PDB
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
IHSG, sedangkan
kurs rupiah
berpengaruh negatif
Dilanjutkan
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Nama
(Tahun) Dependen Independen Data Periode Hasil
6
Steven
Sugiarto
Lawrence
(2013)
IHSG
Minyak,
Inflasi,
Jumlah
Uang
Beredar,
Suku Bunga
SBI, Emas
ANTAM,
Indeks
Harga
Saham
Gabungan,
2009 –
2012
harga minyak dan
jumlah uang
beredar
berpengaruh
signifikan, inflasi,
suku bunga SBI,
dan harga emas
ANTAM tidak
berpengaruh
signifikan
7
Akbar
Faoriko
(2013)
Return
Saham
Inflasi ,
Suku bunga
dan Nilai
Tukar
Rupiah
Perusahaan
Manufaktu
r di BEI
2008 –
2010
Inflasi dan suku
bunga berpengaruh
signifikan,
sedangkan nilai
tukar tidak
berpengaruh
signifikan
8
Agus
Arman
(2008)
return
saham
surprise
jumlah uang
beredar,
surprise
inflasi,
surprise
suku bunga,
surprise nilai
tukar rupiah
terhadap US
dollar,
surprise
pertumbuhan
investasi
asing, dan
surprise
pertumbuhan
ekonomi
BEI 2002-
2007
Surprise makro-
ekonomi
berpengaruh ke
return saham
Dilanjutkan
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Nama
(Tahun) Dependen Independen Data Periode Hasil
9
Agustina
dan Fitry
Sumartio
(2014)
Harga
Saham
net profit
margin, dividen
per share,
tingkat suku
bunga Sertifikat
Bank Indonesia,
inflasi, kurs
Pertamban
gan BEI
2007 –
2011
NPM, Tingkat Suku
Bunga SBI dan Kurs
Valuta Asing
berpengaruh negatif
terhadap pergerakan
harga saham.
Sedangkan DPS dan
Tingkat Inflasi
berpengaruh positif
terhadap pergerakan
harga saham
10
Sadiye
Çiftçi
(2014)
Stock
Return
crude oil,
interest rate,
exchange rate
and gold
ten U.S.
industries
January
1997 to
Septemb
er 2014
Hasil keseluruhan
menunjukkan
pengaruh negatif
minyak mentah pada
return saham untuk
beberapa industri,
tingkat suku bunga
tidak berpengaruh
pada kinerja saham
untuk semua industri.
Industri yang
berorientasi ekspor
dipengaruhi oleh
perubahan dalam
Euro tingkat / USD
dan perubahan
pengembalian emas
tidak mempengaruhi
return saham untuk
periode pra-krisis,
sementara efek
sebaliknya diamati
selama periode pra-
krisis dan seluruh
periode untuk
beberapa industri.
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Harga Minyak Dunia Terhadap Return Saham
Minyak dunia merupakan salah satu faktor makro-ekonomi yang dapat
mempengaruhi pergerakan return saham terutama pada sektor pertambangan.
Barang-barang pertambangan yang didominasi oleh jenis barang yang dapat
dijadikan sumber energi merupakan barang subsitusi dari minyak dunia tersebut.
Sehingga pergerakan harga minyak dunia juga akan diikuti oleh harga saham
sektor pertambangan. Hal ini terjadi karena investor menganggap bahwa naiknya
harga minyak mentah merupakan petanda meningkatnya permintaan, yang
mengindikasikan membaiknya kondisi ekonomi global. Meningkatnya permintaan
minyak dunia diikuti dengan naiknya permintaan komoditas hasil tambang..
Dengan begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap
membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan pertambangan juga akan meningkat
dan otomatis harga sahamnya akan ikut naik yang di ikuti kenaikan return saham
sektor pertambangan juga.
Witjaksono (2010) mengemukakan bahwa kenaikan harga minyak secara
umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini
disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan
harga barang tambang secara umum. Menurut Rusbariand, Masodah, Riskayanto
dan Septi Herawati (2012) pergerakan harga minyak mentah dunia yang
berfluktuasi merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar modal suatu
negara. Kenaikan harga minyak mentah dunia secara tidak langsung akan
berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu negara. Bagi negara pengekspor
minyak, kenaikan harga minyak mentah dunia merupakan keuntungan tersendiri
bagi perusahaan. Karena harga minyak yang sedang tinggi membuat para investor
cenderung menginvestasikan dananya ke berbagai sektor komoditi minyak dan
pertambangannya. Namun jika harga minyak sedang turun para investor
cenderung mencari keuntungan dengan cara menjual sahamnya.
Hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti mengatakan adanya
korelasi positif antara harga minyak dan return saham. Penelitian Berk dan
Aydogan (2012) yang membuktikan bahwa adanya pengaruh harga minyak
terhadap return saham di Istanbul Stock Exchange National Index (ISE-100) Turki
dan penelitian Rakasetya, Darminto dan Dzulkirom (2013) yang membuktikan
bahwa faktor makro-ekonomi harga minyak dunia signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham sektor mining and mining service, penelitian Yasmiandi
(2011) bahwa harga minyak duniamempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham, penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) juga
menunjukkan bahwa harga minyak dunia berpengaruh positif dan signifikan
terhadap IHSG, penelitian Rusbariand dkk (2012) harga minyak mentah dunia
berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap JII di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian Çiftçi (2014) hasil keseluruhan menunjukkan pengaruh
negatif minyak mentah pada return saham untuk beberapa industri. Hasil berbeda
diperoleh dari penelitian oleh Johan, Sipon dan Kamdari (2012) yang menyatakan
bahwa hanga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Bursa Malaysia
Kuala Lumpur Composite Index (KLCI).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Harga Minyak Dunia
memiliki pengaruh positif terhadap Return saham sektor pertambangansehingga
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H 1: Harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap return saham.
2.3.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya. Menurut Samsul (2006: 201) tingkat inflasi dapat berpengaruh positif
maupun negatif tergantung derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang tinggi dapat
menrugikan perekonomian secara keseluruhan yakni dapat membuat perusahaan
mengalami kebangkrutan. Dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi dapat
menjatuhkan harga saham di pasar, naiknya inflasi akan menaikkan biaya
produksi perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari
peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya
profitabilitas dan daya beli uang. Jika profitabilitas perusahaan menurun hal ini
akan mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap pendapatan deviden yang
diterima oleh investor, hal ini yang nantinya membuat investor menganggap
investasi pada pasar modal kurang menarik sehingga mereka mengalihkan
dananya dari pasar modal ke jenis investasi lain yang memberikan return yang
lebih baik, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan
ekonomi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan
lamban.
Diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2005) terdapat
pengaruh negatif dari perubahan tingkat inflasi pada return saham pada Bursa
Efek Jakarta 1998 sampai dengan 200, Faoriko (2013) inflasi berpengaruh
signifikan terhadap return saham, sedangkan Sedangkan penelitian Suyanto
(2007) membuktikan bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap Return
saham.Hasil berbeda diperoleh oleh Yasmiandi (2011) bahwa inflasi tidak
mempunyai pengeruh signifikan terhadap Return saham perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 sampai dengan tahun
2010 dan penelitian Sambodo (2014) Laju Inflasi tidak memiliki pengaruh bagi
pergerakan IHS Pertambangan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
Berdasarkan uraian dan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
inflasi adalah apabila adanya kenaikan harga – harga secara terus menerus dalam
waktu atau periode tertentu. Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya
profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian deviden
dan daya beli masyarakat juga menurun, sehingga inflasi yang tinggi mempunyai
hubungan negatif terhadap ekonomi harga saham dan akhirnya berdampak ke
terhadap return saham, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.
H 2: Inflasi berpengaruh terhadap return saham.
2.3.3 Pengaruh Kurs Terhadap Return Saham
Nilai tukar mata uang atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang
terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting
dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi
neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro-ekonomi yang lain.
Banyak perusahaan yang go publik terutama pertambangan menggunakan bahan-
bahan, teknologi dari luar dan modal asing. Hasil-hasil barang tambang pun
banyak diekspor, sehingga pertambangan melakukan aktivitas perdagangan
internasional yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pengaruh dollar pada harga dan
keuntungan pada perusahaan sangat besar, karena perubahan keuntungan
mempengaruhi ekspektasi pemodal.
Apabila kurs meningkat dan laba perusahaan menurun, maka ekspektasi
pemodal menurun dan harga dan return saham juga menurun, sementara bagi
perusahaan yang melakukan perdagangan ekspor tinggi akan memperoleh
keuntungan dari kenaikan tersebut yang berdampak pada kenaikan laba dan
return saham. Menurut Sunariyah (2010) menurunnya kurs rupiah dapat
meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun
dapat meningkatkan nilai ekspor. Menurunya kurs rupiah terhadap mata uang
asing memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal terutama
saham.
Ini didukung oleh penelitian peneilitan Lestari (2005) terdapat pengaruh
negatif dari perubahan tingkat kurs pada return saham pada Bursa Efek Jakarta,
Halim (2013) nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap return saham,
penelitian Sambodo (2014) bahwa nilai tukar atau kurs rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat mempunyai pengaruh negatif terhadap IHS Pertambangan di BEI
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Rohmanda dkk (2014)
membuktikan bahwa kurs rupiah mempunyai pengaruh negatif terhadap harga
saham seluruh sektor industri. Hasil berbeda diperoleh oleh Yasmiandi (2011)
bahwa kurs tidak mempunyai pengeruh signifikan terhadap Return saham dan
Faoriko (2013) yang menyatakan bahwa nilai tukar tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kurs memiliki pengaruh
negatif terhadap Return saham, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.
H 3; Kurs rupiah berpengaruh terhadap return saham.
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran tentang pengaruh antara variable harga minyak dunia, inflasi
dan kurs terhadap return saham pada sektor pertambangan sebagai berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut ini.
H1: Harga minyak dunia memiliki pengaruh terhadap return saham.
H2: Inflasi memiliki pengaruh terhadap return saham.
H3: Kurs memiliki pengaruh terhadap return saham.
H 1(+)
H 2(-)
H 3(-)
Return Saham
Sektor
Pertambangan
Harga Minyak
Dunia
Inflasi
Kurs