bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan umum tentang bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 bab ii tinjauan...

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal 1 angka (2) UU Perbankan menyatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dam menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya, melainkan juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendirian dan kepemilikannya, dan target pasarnya. Jenis dan fungsi bank yang ada di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis-jenis perbankan berdasarkan UU Perbankan No.10 Tahun 1998 berbeda dengan ketentuan sebelumnya, yaitu UU No. 14 Tahun 1967. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda. Berikut ini jenis-jenis bank : 1. Bank Sentral, bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Menurut UU Pokok Perbankan nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri

Upload: others

Post on 13-Aug-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah

2.1.1 Bank

Berdasarkan Pasal 1 angka (2) UU Perbankan menyatakan bahwa “bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dam menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Jenis bank dapat

digolongkan menjadi beberapa golongan, tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan

usahanya, melainkan juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendirian dan

kepemilikannya, dan target pasarnya. Jenis dan fungsi bank yang ada di Indonesia

diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis-jenis perbankan berdasarkan UU

Perbankan No.10 Tahun 1998 berbeda dengan ketentuan sebelumnya, yaitu UU No.

14 Tahun 1967. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan

yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda.

Berikut ini jenis-jenis bank :

1. Bank Sentral, bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia

adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali

untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Menurut UU

Pokok Perbankan nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

7

atas: Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa,

Lumbung Desa, atau Bank Pegawai.

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan

lagi dengan keluarnya UU RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan menjadi Bank

Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Pembangunan dan Bank

Tabungan berubah fungsi menjadi Bank Umum, sedangkan Bank Desa, Bank

Pasar, Lumbungan desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat

(BPR).Tugas pokok Bank Sentral adalah:

i. mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai rupiah

ii. mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta

memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup

rakyat.

2. Bank Umum, pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.

9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat

umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum

sering disebut bank komersial (commercial bank).

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh

lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Dengan demikian,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

8

dewasa ini di Indonesia terdapat tiga macam bank yaitu bank Sentral, Bank

Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat.

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik

pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing. 2

1) Bank Milik Pemerintah, Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta

pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh

keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat

Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik pemerintah

daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing

provinsi. Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapa pun yang turut andil

dalam pendirian suatu bank. Kepemilikan bank dapat dilihat dari akte

pendirian dan penguasaan saham yang dimilikinya.

2) Bank milik swasta nasional, bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendiriannya menunjukkan

kepemilikan swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak

swasta. Contoh bank milik swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank

Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa

Internasional, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional Indonesia:

3) Bank milik Koperasi, kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan

hukum koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia;

2Makalah-perlindungan-nasabah.html (Online), (https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2016/09/jenis-

jenis-bank-berdasarkan-kepemilikannya-serta-contohnya.html, diakses pada tanggal 25 Juni 2018).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

9

4) Bank milik campuran, kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak

asing dan pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas

dimiliki oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain :

Sumitono Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank

Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD

Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank PDFCI.

5) Bank Milik Asing, Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di

luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya

dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan

lain-lain.

Menurut Try Rudy Sutanto, bank adalah suatu badan usaha yang bertujuan

untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau

dengan uang yang diperolehnya dari pihak lain maupun dengan jasa memperedarkan

alat-alat penukar barang berupa uang giral.3

Abdurrahman menjelaskan bahwa bank adalah suatu jenis lembaga keuangan

yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,

mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat

penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan

lain-lain.4 Dari definisi tentang bank tersebut maka dipahamibahwa bank memiliki

dana sendiri dalam pendiriannya ditambah dana dari masyarakat berupa tabungan

maupun deposito yang dikembalikannya dalam bentuk kredit. Dilihat dari fungsinya,

3 Try Rudy Santoso, 1990, Mengenai Dunia Perbankan. Andi, Yogyakarta. Hal. 56.

4 Abdurrachman, 1995, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan. Alumni, Bandung. Hal.

31.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

10

berbagai macam definisi tentang bank itu oleh Thomas Suyatno dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu:5

a. Bank dilihat sebagai penerima kredit.

Dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari

masyarakat dalam bentuk:

1. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta/diambil kembali setiap saat;

2. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang

penarikkannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang

ditentukan habis;

3. Simpanan dalam rekening koran/giro atas nama si penyimpan giro yang

penarikan hanya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro atau

perintah tertulis kepada bank. Pengertian ini mencerminkan bahwa bank

melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun uang dari

pihak ketiga.

b. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan operasi

perkreditan secara aktif. Dengan demikian maka fungsi bank terutama dilihat

sebagai pemberi kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari

deposito atau tabungan yang diterimannya atau bersumber pada penciptaan kredit

yang dilakukan oleh bank itu sendiri.

c. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal

dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan

uang bank.

5 Thomas Suyatno, 1996, Kelembagaan Perbankan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal. 201.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

11

Menurut Thomas Suyatno, tugas pokok bank adalah membantu pemerintah

dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, serta mendorong

kelancaran produksi dan pembangunan dalam memperluas kesempatan kerja, guna

meningkatkan taraf hidup rakyat.6 Jika melihat dari uraian diatas, bank sangat erat

kaitannya dengan kegiatan peredaran uang, dalam rangka melancarkan seluruh

aktivitas keuangan masyarakat. Dengan demikian, bank berfungsi sebagai:7

a. Pedagang dana, yaitu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat secara efektif dan efesien. Bank menjadi tempat untuk penitipan

dan penyimpanan uang yang dalam praktiknya sebagai tanda penitipan dan

penyimpan uang tersebut, maka kepada penitip dan penyimpan diberikan

selembar kertas tanda bukti. Sedangkan dalam fungsinya sebagai penyalur

dana, maka bank memberikan kredit atau membelikannya ke dalam bentuk

surat-surat berharga.

b. Lembaga yang melancarkan transakasi perdagangan dan pembayaran uang.

Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dan nasabah

yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi. Dalam hal ini kedua pihak

tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran, tetapi cukup

memerintahkan kepada bank untuk menyelesaikannya.

6 Ibid. Hal. 207.

7 Ibid. Hal. 208.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

12

2.1.2 Nasabah

Pengertian nasabah diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

diatur perihal nasabah yang terdiri dari dua pengertian yaitu:8

1. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank

dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan.

2. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Sementara itu dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang

Lembaga Penjamin Simpanan mengenal pengertian nasabah sebagaimana dijelaskan

dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu :9

1. Pengertian Nasabah penyimpan, yaitu nasabah yang menempatkan dananya di

bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah

yang bersangkutan.

2. Pengertian Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit

atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan

itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Menurut PBI No. 7/6/PBI/2005, pengertian nasabah adalah pihak yang

menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun

memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan (walk-in customer).

8

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, (Citra Aditya

BaktiBandung, 2003), hlm. 40 - 41. 8 Ibid.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

13

Menurut Muhammad Djumhana, Pengertian nasabah juga diatur dalam pasal 1

ayat 16 UU Perbankan menyebutkan rumusan nasabah yaitu, sebagai pihak yang

menggunakan jasa bank. Rumusan ini kemudian diperinci pada butir berikutnya,

yaitu sebagai berikut:

a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank

dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan.

b. Nasabah peminjam (debitur) Adalah nasabah yang memperoleh fasilitas

kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah

yang bersangkutan.

Berlakunya UU Perlindungan Konsumen memberikan konsekuensi logis terhadap

pelayanan jasa perbankan. Pelaku usaha jasa perbankan oleh karenanya dituntut

antara lain :10

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan jasa yang diberikan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

4. Menjamin kegiatan usaha perbankannya berdasakan ketentuan standar

perbankan yang berlaku. Tuntutan di atas merupakan hal yang wajar dalam

rangka menjalankan kehati-hatian di bidang jasa perbankan. Para pelaku

usaha perbankan memang harus mempunyai integritas moral yang tinggi.

10

Ibid, halaman 338

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

14

Demikian juga halnya dalam dunia perbankan dikenal ada tiga macam nasabah

yaitu :11

1. Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank.

2. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.

3. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UU No. 10 Tahun 1998 hubungan antara

bank dengan nasabah penyimpan dana terdapat dua hubungan, yaitu:12

1. Hubungan yang didasarkan atas kepercayaan, dan

2. Hubungan yang didasarkan perjanjian penyimpanan.

Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana maupun nasabah

debitur berdasarkan atas suatu perjanjian. Dengan demikian hubungan antara bank

dengan nasabah didasarkan pada hubungan kepercayaan dan hubungan hukum.

Hubungan atas dasar kepercayaan maksudnya nasabah menyimpan uangnya pada

bank didasarkan atas kepercayaan bahwa bank mampu mengelola sejumlah uang

yang disimpan tersebut. Sedangkan hubungan hukum, yaitu hubungan yang

menimbulkan akibat hukum yang mengikat antara pihak bank dengan pihak nasabah

pengguna jasa bank yang bersangkutan.

11

Ibid 12

Makalah-perlindungan-nasabah.html (Online), (http://indahaquilla.blogspot.co.id/2015/03, diakses

pada tanggal 25 Juli 2017).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

15

Kewajiban bank terhadap nasabah di antaranya sebagai berikut:13

1) Kewajiban bank untuk tetap menjaga rahasia keuangan nasabah, yaitu “segala

sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan

dan simpanannya (Pasal 1 angka 28 UU No. 10 Tahun 1998);

2) Kewajiban bank untuk mengamankan dana nasabah, yang dalam kaitannya

dengan tanggung jawab mengamankan uang nasabah perlu mengadakan suatu

jaminan simpanan uang pada bank.

3) Kewajiban untuk menerima sejumlah uang dari nasabah, dengan mengingat

fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana masyarakat, maka bank

berkewajiban untuk menerima sejumlah uang dari nasabah atas produk

perbankan yang dipilih, seperti tabungan dan deposito.

4) Kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada

masyarakat. Adapun kewajiban yang dimaksud adalah bank wajib melaporkan

kegiatan banknya kepada masyarakat secara transparan, artinya selama kurun

waktu tertentu.

5) Kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam tentang nasabah-nya.

Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib meminta

keterangan bukti diri dari nasabah, dengan maksud mencegah hak-hal yang

tidak diinginkan di kemudian hari apabila seseorang akan mengambil atau

menarik uangnya dari bank yang bersangkutan.

Sedangkan yang berkaitan dengan hak-hak nasabah di antaranya:14

1. Nasabah berhak untuk mengetahui secara terinci tentang produk-produk

perbankan yang ditawarkan. Hak ini merupakan hak utama nasabah,

karena tanpa penjelasan secara terinci dari bank melalui customer

servicenya, maka sangat sulit nasabah untuk memilih produk perbankan

yang sesuai dengan kehendak nasabah, hak-hak yang akan diterima oleh

nasabah apabila nasabah akan menyerahkan dananya kepada bank untuk

dikelola;

2. Nasabah berhak untuk mendapatkan bunga atas produk tabungan dan

deposito yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.

13

Ibid 14

Ibid

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

16

2.2 Tinjauan Umum tentang Kartu Kredit

2.2.1 Pengertian Kartu Kredit

Kartu kredit merupakan alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang

dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu

kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan atau untuk melakukan penarikan

tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh

acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan

kewajiban pembayaran pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun

secara angsuran. Hal ini biasanya dituangkan dalam bentuk perjanjian antara nasabah

dan pihak bank.15

Menurut Fuady dalam bukunya berjudul Hukum tentang Pembiayaan dalam

Teori dan Praktik, mengatakan bahwa kartu kredit adalah sebuah kartu yang pada

dasarnya sengaja dibuat dari plastic dengan sebelumnya diberikan identitas dari

pemegang dan penerbit, dan dapat memberikan hak kepada siapa kartu tersebut

diberikan oleh perusahaan. Dan kemudian menandatangi pelunasan pembayaran nilai

sebuah barang ataupun jasa yang dibeli di tempat-tempat, toko, restorant, hotel,

penjual tiket, dan lain-lain.16

Kartu kredit merupakan suatu kartu yang umumnya terbuat dari bahan plastik

yang terdapat identitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak

15

Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,ed.2,cet.2,(Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2005), hlm 130. 16

Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Citra Aditya

Bakti, 2002 ) hlm 89.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

17

terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan

pembayaran harga dari jasa atau barang yang dibeli di tempat-tempat tertentu seperti

toko, hotel, restoran, penjualan tingket pengangkutan dan lain-lain. Kemudian, pihak

penerbit kartu kredit dibebani kewajiban untuk melunasi harga barang atau jasa

tersebut ketika ditagih oleh pihak penjual barang atau jasa. Selanjutnya pihak penerbit

kartu kredit diberikan hak untuk menagih kembali pelunasan hak tersebut kepada

pihak pemegang kartu kredit ditambah dengan biaya-biaya lainnya seperti bunga,

biaya tahunan, uang pangkal, denda dan sebagainya.17

Menurut Emmy P. Simanjuntak kartu kredit adalah merupakan suatu kartu

yang memberikan hak kepada penggunanya atau pemiliknya dengan menunjukan

kartu tersebut. Dimana dengan menandatangi beberapa persyaratan dalam formulir

yang telah diterbitkan oleh perusahaan perbankan terentu guna mendapatkan barang

atau jasa. Sehingga pemilik kartu tidak perlu membayar secara langsung atau tunai.18

Penerbitan kartu kredit merupakan satu pemberian fasilitas kredit oleh suatu

bank penerbit kepada pemegang kartu yang tidak berdasarkan akte-akte otentik

melainkan hanya dengan akte-akte di bawah tangan dan tidak mutlak harus ada

jaminan kredit, namun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang sangat selektif

yang ditentukan oleh penerbit.19

17

Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Citra Aditya

Bakti, 2002 ) hlm 174. 18

Pengertian Kartu Kredit, (Online), (http://plapon.com/pengertian-kartu-kredit), diakses 08 Juli 2018. 19

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2007)

halaman 126.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

18

Berdasarkan sistem pembayarannya, kartu kredit dibagi menjadi dua yaitu

kartu kredit (dalam arti sempit) dan kartu pembayaran lunas. Kartu kredit dalam arti

sempit disebut dengan credit card. Pembayaran credit card dapat dilakukan secara

bertahap atau cicilan maupun secara lunas. Sedangkan kartu pembayaran lunas

disebut dengan charge card. Persamaan credit card dengan charge card adalah

pemegang kartu kredit akan melakukan pembayaran seluruh transaksi yang dibuatnya

pada saat ditagih oleh penerbit kartu kredit.20

2.2.2 Kartu Kredit sebagai alat pembayaran

Pembayaran dalam suatu transaksi jual beli barang dan/atau jasa dapat

menggunakan beberapa metode pembayaran yang sudah dikenal dan dilakukan oleh

masyarakat. Metode pembayaran tersebut yaitu :21

1. Metode Pembayaran Tunai Seketika metode pembayaran ini berupa

penyerahan harga barang seluruhnya sekaligus pada saat diserahkannya

barang objek jual beli kepada pembeli.

2. Metode Pembayaran dengan Cicilan/Kredit metode pembayaran dengan

cicilan berarti pembayaran dilakukan dalam beberapa termin, sementara

penyerahan barang kepada pembeli dilakukan sekaligus di muka

meskipun pada saat itu pembayaran belum dilunasi.

3. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Kredit, dalam hal ini,

ketika barang diterima oleh pihak pembeli, pembeli cukup

menandatangani suatu resi dan menunjuk kartu kredit kepada penjual.

4. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Debit dengan memakai

kartu debit, pihak penjual menyediakan alat untuk menekan atau

memasukkan kode rahasia katu debit oleh pembeli.

5. Metode Pembayaran dengan Memakai Cek, pihak pembayar cukup

memberikan sepucuk cek kepada pembeli, cek dikeluarkan oleh bank

yang terdapat rekening dari pihak pembayar. Kemudian cek tersebut

diserahkan kepada penerimanya yang dapat menguangkan cek tersebut

ke bank.

20

Munir Fuady II, op. cit., halaman 177-178. 21

Munir Fuady I, op. cit., halaman 26.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

19

6. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu dengan metode ini, pihak penjual

baru mengirim barangnya jika dia telah menerima seluruh pembayaran

terhadap harga barang tersebut.

7. Metode Pembayaran Secara open account, dengan metode ini, pihak

pembeli baru membayar atau mengirim pembayaran uang harga

pembelian setelah dia menerima barangnya secara utuh.

8. Metode Pembayaran atas Dasar Konsinyasi, dalam metode pembayaran

atas konsinyasi, harga baru dibayar setelah pihak pembeli menjual lagi

barang tersebut kepada pihak ketiga dan setelah pembayaran oleh pihak

ketiga tersebut dilakukan.

9. Metode Pembayaran secara Documentary Collection.

Metode pembayaran secara documentary collection merupakan cara

pembayaran dengan menggunakan bills of exchange.

10. Metode Pembayaran secara Documentary Credit.

2.2.3 Keuntungan Pengguna Kartu Kredit

Menurut Dahlan Siamat, keuntungan dari penggunaan kartu kredit bagi

pemegang kartu yaitu:22

a. Lebih aman dan praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam

jumlah besar;

b. Leluasa, karena kartu kredit telah diterima sebagai alat pembayaran hampir di

seluruh kota di seluruh dunia (contohnya visa dan master card);

c. Sistem pembayaran yang fleksibel. Pembayaran atas tagihan dapat diangsur

(credit card) atau beberapa waktu (charge card)

d. Program merchandising, yaitu kesempatan membeli barang-barang dengan

mengangsur tanpa bunga;

e. Bantuan-bantuan perjalanan, terutama ke luar negeri, misalnya referensi,

dokter, rumah sakit dan bantuan hukum;

f. Purchase protection plan, yaitu asuransi perlindungan pembelian barang yang

diberikan secara otomatis.

Selain itu secara umum dengan adanya kartu kredit memberikan

keuntungan, Adapun keuntungan yang diperolehnya antara lain sebagai

berikut:23

22

Ibid, halaman 122-123 23

Makalah-tentang-kartu-kredit-kartu.(http://martamall.blogspot.co.id/2014/04), diakses pada tanggal

25 Juli 2017).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

20

1. Keuntungan bagi bank atau lembaga pembiayaan

a. Iuran tahunan yang dikenakan kepada setiap pemegang

kartu

b. Bunga yang dikenakan pada saat berbelanja.

c. Biaya administrasi yaitu biaya yang dibebankan kepada

setiap pemegang kartu yang akan menarik uang tunai di

ATM.

d. Biaya denda terhadap keterlambatan pembayaran di

samping bunga.

2. Keuntungan bagi pemegang kartu

a. Kemudahan berbelanja dengan cara kredit, jadi nasabah

tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan

transaksi.

b. Kemudahan memperoleh uang tunai selama 24 jam dan 7

hari dalam seminggu di berbagai tempat-tempat strategis

sehingga memudahkan untuk memenuhi keperluan uang

tunai yang mendadak.

c. Bagi sebagian kalangan memegang kartu kredit

memberikan kesan bonafiditas sehingga memberikan

kebanggaan tersendiri.

Disamping keuntungan, bank card juga mengandung beberapa kerugian

jika tidak dilakukan secara hati-hati. Kerugian yang dimaksud antara lain:

a. Kerugian bagi bank dan lembaga pembiayaan

Jika terjadi kemacetan pembayaran oleh nasabah yang berbelanja atau

mengambil uang tunai sulit untuk ditagih mengingat persetujuan

penerbitan kartu kredit biasanya tanpa jaminan benda-benda berharga

sebagaimana layaknya kredit.

b. Kerugian bagi nasabah pemegang kartu

Biasanya nasabah agak boros dalam berbelanja, hal ini karena nasabah

tidak merasa tidak mengeleluarkan uang tunai untuk berbelanja sehingga

kadang-kadang ada hal-hal yang sebetulnya tidak perlu, dibelikan juga.

Kemudian kerugian nasabah disebabkan karena sebagian merchant

membebankan biaya tambahan untuk setiap kali melakukan transaksi.

Kerugian lainnya adalah adanya limit yang diberikan terkadang terlalu

kecil.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

21

2.3 Tinjauan Umum tentang Debt Colector

2.3.1 Pengertian Debt Colector

Agency Penagih pada umumnya dikenal dengan sebutan “Debt Collector”

yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “debt” dan “collector”. “Debt” berarti hutang

dan “collector” berarti pengumpul, sehingga Debt Collector dapat dikatakan sebagai

pengumpul hutang atau penagih hutang. Namun istilah Debt Collector dianggap

mencerminkan kriteria penagihan yang mengutamakan tindakan kekerasan dan

dianggap tidak pantas digunakan pada bank-bank besar di Indonesia. Pihak BNI

sendiri menyebutnya dengan sebutan “Agency Penagihan”. Agency Penagih adalah

pihak ketiga yang menghubungkan antara kreditur dengan debitur dalam hal

penagihan hutang kartu kredit. Penagihan tersebut hanya dilakukan apabila kualitas

tagihan kredit yang dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan,

macet, dan bermasalah.24

Prinsip kerja Agency Penagih adalah bekerja berdasarkan kuasa dari kreditur

dalam penagihan hutang. Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan bahwa: “Pemberian

kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan memberikan

kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya utnuk atas namanya

menyelenggarakan suatu urusan”. Hal tersebut mengartikan bahwa Agency Penagih

sebagai pihak ketiga bekerja atas kuasa dari bank yang bersangkutan dalam hal

penagihan hutang. Sehingga pekerjaan Agency Penagih dianggap sah selama dalam

24

Masrudi Muchtar, Debt Collector Dalam Optik Kebijakan Hukum Pidana, (Yogyakarta : Aswaja

Presindo, 2013) halaman iii.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

22

proses penagihannya dilakukan dengan tata cara yang tidak melawan hukum.Ada

beberapa tipe dan tingkatan profesi debt collector, yakni:

1. Desk Collector tugasnya adalah mengingatkan tanggal jatuh tempo dan

jumlah cicilan yang harus dibayar debitur. Mereka tidak melakukan kontak

tatap muka dan hanya menghubungi debitur melalui telepon, surat atau email.

2. Field Collector fungsi utamanya adalah menagih hutang setelah debitur

terlambat melunasi atau membayar hutangnya dan komunikasi melalui Desk

Collector bila tidak membuahkan hasil. Field Collector akan mengunjungi

debitur dan melakukan komunikasi langsung untuk mengetahui secara

langsung kondisi keuangan debitur. Tidak jarang pula, Field Collector diberi

wewenang untuk melakukan negosiasi tenggang waktu pembayaran hutang

atau menerima pembayaran ditempat.

3. Remedial Collector adalah juru sita apabila sampai tingkat yang disepakati,

pelunasan atau pembayaran hutang belum terjadi dan jenis dari pinjaman

tersebut memiliki jaminan. Namun tidak semua jenis hutang disertai dengan

jaminan. Hutang kartu kredit atau KTA bukanlah termasuk jenis hutang

dimana aset debitur dapat disita untuk melunasi hutangnya.

Debt collector setidaknya mempunyai 3 (tiga) payung hukum berdasarkan

perspektif hukum di Indonesia dalam menjalankan profesinya. Adapun uraian lebih

lanjut mengenai payung hukum tersebut adalah sebagai berikut:25

1) Kedudukan dan Pengaturan Hukum Debt collector Pasal 13 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009

25

Ibid.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

23

Berdasarkan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa dalam hubungan kerjasama

antara pihak bank dengan nasabah, debt collector bertindak sebagai pihak

ketiga. Debt collector merupakan pihak ketiga yang direkrut bank untuk

menjalankan pekerjaan penagihan kewajiban nasabah kepada bank.

Perikatan debt collector dengan bank bukan hanya berdasarkan peraturan

perjanjian dalam hukum perdata, namun juga terdapat berbagai kewajiban.

Kewajiban tersebut diantaranya, pihak ketiga harus: melaporkan rencana dan

realisasi kerjasama dengan pihak lain kepada Bank yang merekrut, yang

selanjutnya oleh pihak bank akan dilaporkan kepada pihak Bank Indonesia;

memiliki bukti mengenai keandalan dan keamanan sistem yang digunakan;

menjaga kerahasiaan data.

2) Kedudukan dan Pengaturan Hukum Debt collector Pasal 17 ayat (5) Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009

Mencermati bunyi Pasal 17 ayat (5) dapat diketahui bahwa debt

collector berfungsi sebagai pihak ketiga. Ditegaskan pula bahwa mengenai

kartu kredit, debt collector dilibatkan oleh pihak bank guna melakukan tugas

penagihan terhadap nasabah.

3) Kedudukan dan Pengaturan Hukum Debt collector Pasal 1320 Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Perdata.

Hubungan kerjasama antara pihak bank dengan debt collector dilakukan

berdasarkan perjanjian tertentu dengan kesepakatan kedua belah pihak sebagaimana

diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata. Dalam Pasal

1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur mengenai syarat sahnya suatu

perjanjian. Dalam kaitan ketika kemudian bank meminta bantuan debt collector,

sepenuhnya nasabah harus mengetahui, karena pada akhirnya akan berkaitan dengan

kepentingan nasabah.

2.3.2 Tugas dan Wewenang Debt Colector

Peran debt collector dalam melakukan penagihan hutang kartu kredit memang

dianggap dapat menyelesaikan permasalahan hutang dengan cepat dan efisien. Dan

pada praktiknya, tidak sedikit bank yang menggunakan jasa ini dalam penagihan

hutangnya. Agency penagih merupakan pihak ke tiga yang diberikan kuasa oleh

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

24

sebuah bank dalam hal penagihan hutang debitur. Sehingga, wewenang dari Agency

Penagih hanyalah sebatas apa yang telah dilimpahkan dari bank seperti menagih

hutang, melacak keberadaan debitur, sampai dengan tindakan penyitaan

barang – barang debiturhal tersebut tentunya sangat membantu pihak bank dalam

melakukan penagihan kepada nasabahnya.

Sedangkan, tugas dari Agency Penagih itu sendiri adalah:26

1. Menangani penunggakan hutang kartu kredit nasabah bank yang

bersangkutan;

2. Bekerja secara efektif, cepat, tidak mengulur-ulur waktu dalam penagihan

hutang kartu kredit.

3. Menagih sesuai dengan batasan-batasan yang sudah ditetapkan.

Di dalam BAB IV angka 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/20/DPNP,

disebutkan beberapa kewajiban bank dalam menerapkan kebijakan dan prosedur

mengenai penagihan kredit:

a) Menginformasikan kepada debitur apabila penagihan atas kewajiban debitur

telah diserahkan kepada Perusahaan Penyedia Jasa (PPJ).

b) Memastikan bahwa penagihan kredit oleh Perusahaan Penyedia Jasa (PPJ)

dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.

c) Menyusun etika penagihan kredit yang harus dituangkan dalam perjanjian alih

daya.

26

Kredit-macet, (Online), (http://ahliperbankan.com/peran-debt-collector-dalam-penagihan),

diakses 21 Juli 2017 pukul 18.02 WIB.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

25

d) Memastikan bahwa tenaga penagihan telah memperoleh pelatihan yang

memadai terkait dengan tugas penagihan dan etika penagihan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

e) Menatausahakan identitas setiap tenaga penagih.

f) Memastikan bahwa dalam melakukan penagihan Perusahaan Penyedia Jasa

(PPJ) mematuhi pokok-pokok etika penagihan kredit yang dimuat dalam

perjanjian Alih Daya, antara lain:

1) Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan ancaman, kekerasan,

dan/atau tindakan yang mempermalukan debitur.

2) Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan tekanan secara fisik

maupun verbal.

3) Penagihan dilarang dilakukan pada pihak selain debitur.

4) Penagihan menggunakan sarana komunikasi dilarang dilakukan secara

terus menerus yang bersifat mengganggu.

5) Penagihan hanya dapat dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul

20.00 walayah waktu debitur.

6) Penagihan diluar waktu sebagaimana dimaksud pada angka 5) hanya

dapat dilakukan atas dasar persetujuan dan/atau perjanjian dengan

debitur.

7) Petugas penagih wajib menggunakan kartu identitas resmi yang

dikeluarkan oleh Bank, yang dilengkapi dengan foto diri yang

bersangkutan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan … · 2019. 1. 9. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Bank dan Nasabah 2.1.1 Bank Berdasarkan Pasal

26

8) Penagihan hanya dapat dilakukan ditempat alamat penagihan atau

domisili debitur.

g) Bank wajib memastikan bahwa Perusahaan Penyedia Jasa (PPJ) juga

mematuhi etika penagihan yang ditetapkan oleh asosiasi.