bab ii tinjauan pustaka a. 1. a.repository.ump.ac.id/7792/3/bab ii_puji rahayu_pgsd'18.pdfhuruf...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Membaca a. Pengertian Keterampilan Membaca Keterampilan membaca merupakan satu dari empat keterampilan yaitu menulis, menyimak, dan berbicara yang harus dikuasai oleh siswa. Menurut Sundari & Damayanti (2017: 984) keterampilan membaca permulaan adalah keterampilan membaca secara mekanik dan teknis yang bertujuan untuk membelajarakan siswa mengenai cara mengubah tulisan kata dan kalimat menjadi bunyi-bunyi bahasa. Keterampilan membaca permulaan merupakan keterampilan membaca yang ditekankan pada membaca kata dan kalimat. Aspek-aspek dalam membaca permulaan, seperti ketepatan lafal, ketepatan intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan membaca utuh. Sejalan dengan pengertian keterampilan membaca permulaan di atas Tarigan (2008: 11) juga menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi. Tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami 8 Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Keterampilan Membaca

a. Pengertian Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca merupakan satu dari empat keterampilan

yaitu menulis, menyimak, dan berbicara yang harus dikuasai oleh siswa.

Menurut Sundari & Damayanti (2017: 984) keterampilan membaca

permulaan adalah keterampilan membaca secara mekanik dan teknis

yang bertujuan untuk membelajarakan siswa mengenai cara mengubah

tulisan kata dan kalimat menjadi bunyi-bunyi bahasa. Keterampilan

membaca permulaan merupakan keterampilan membaca yang

ditekankan pada membaca kata dan kalimat. Aspek-aspek dalam

membaca permulaan, seperti ketepatan lafal, ketepatan intonasi,

kelancaran, kejelasan suara, dan membaca utuh.

Sejalan dengan pengertian keterampilan membaca permulaan di

atas Tarigan (2008: 11) juga menyatakan bahwa keterampilan membaca

merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang

disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu

lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam

hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi. Tidak mungkin belajar

membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami

8

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

9

bahasa. Unsur-unsur itu dapat merupakan kelompok bunyi kompleks

yang dapat disebut sebagai kata, frase, atau kalimat.

Dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

membaca adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan sebuah

tulisan baik kata atau kalimat menjadi bunyi bahasa. Keterampilan

membaca merupakan kemampuan bagi seseorang agar dapat membaca

sebuah bacaan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek

membaca.

b. Penilaian Keterampilan Membaca

Kegiatan membaca hendaknya dapat berjalan dengan baik dan

berkelanjutan. Kegiatan membaca dapat dikatakan baik dan berhasil

apabila memenuhi kriteria penilaian keterampilan membaca. Penilaian

keterampilan membaca merupakan salah satu aspek keterampilan

berbahasa yang memiliki penilaian sendiri. Agar dapat memiliki

keterampilan membaca yang baik, maka seseorang hendaknya

menguasai beberapa criteria penilaian keterampilan membaca. Adapun

kriteria penilaian keterampilan membaca menurut Nurgiyantoro (2013:

391) yaitu, pemahaman detail isi teks, kelancaran pengungkapan,

ketepatan diksi, ketepatan struktus kalimat, dan kebermaknaan

penuturan.

Penilaian keterampilan membaca dalam penelitian ini, peneliti

memodifikasi aspek penilaian yang disebutkan oleh Nurgiyantoro (2013:

391) menjadi tiga aspek yaitu pemahaman, kelancaran, dan

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

10

ketepatan. Dimana pemahaman menjelaskan tentang pemahaman siswa

tentang bentuk-bentuk aksara Jawa, ketepatan menjelaskan tentang

ketepatan membaca huruf aksara Jawa, dan kelancaran menjelaskan

tentang kelancaran dalan pengucapan bahasa.

c. Membaca

1) Pengertian Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan.

Menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,

yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata/bahasa tulis, sedangkan menurut Tampubolon (1987: 5)

membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan

merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.

Dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang-

lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau

huruf-huruf.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu proses dari empat keterampilan berbahasa

yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi

yang berasal dari tulisan. Seorang pembaca diharapkan dapat

memperoleh pengetahuan yang ada di dalam sebuah bacaan dengan

membaca.

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

11

2) Tujuan membaca

Membeca bukan kegiatan yang tidak memiliki tujuan, tetapi

membaca memiliki tujuan yang bermanfaan untuk kehidupan

seseorang. Tujuan utama membaca menurut Tarigan (2008: 9) adalah

untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami

makna bacaan, sedangkanmenurut Prasetyono (2008: 60) tujuan

membaca dijabarkan sebagai berikut:

1. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses

pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk

mengisi waktu senggang.

2. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti

membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.

3. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi.

Misalnya membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau

buku pengetahuan umum (ilmiah populer).

Jadi dari beberapa pendapat tentang tujuan membaca di atas

dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memahami

bacaan yang dibaca. Diharapkan dengan membaca siswa dapat

meningkatkan keterampilan membaca, sehingga siswa juga akan

memperoleh pengetahuan yang lebih luas serta memahami isi dari

sebuah bacaan.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Hamdaniو(138و:2011)وmenyatakanو“Prestasiوdiوbidangوpendidikanو

adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor

kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

12

intrumen relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari

penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf

maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anakوpadaوperiodeوtertentu”.وMenurutوRatnawatiوdalamوBasriو(153و:2015)و

prestasi belajar diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang

siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor

sekolah.

Pendapat lain datang dari Arifin (2013: 12) yang mengemukakan

bahwa prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek

pengetahuan. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan

kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan,

khususnya pembelajaran. Merupakan suatu masalah yang bersifat

perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang

kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

prestasi belajar adalah sesuatu yang telah dicapai oleh seseorang setelah

mengalami proses belajar yang di dalamnya telah terjadi perubahan

tingkah laku dan keterampilan. Selain itu prestasi belajar merupakan

hasil usaha belajar yang dicapai siswa dalam bidang akademis dalam

jangka waktu tertentu dan dicatat pada setiap akhir semester di dalam

buku rapor yang dapat dinyatakan dalan bentuk simbol, angka, huruf,

atau kalimat.

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

13

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat

perubahan-perubahan tingkah laku, sedangkan prestasi belajar

merupakan sebuah hasil dari belajar itu sendiri. Prestasi belajar

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan. Menurut Basri

(2015: 155-156) faktor yang memengaruhi prestasi belajar terdiri atas

dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

siswa yang dapat memengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu:

a) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berkaitan dengan kesehatan dan

pancaindra.

b) Faktor psikologis, faktor psikologis yang memengaruhi prestasi

belajar siswa, antara lain sebagai berikut:

(1) Intelegensi, yaitu kemampuan menetapkan dan

mempertahankan tujuan, untuk mengadakan penyesuaian,

untuk mencapai tujuan dengan cara menilai keadaan diri

secara kritis dan objektif.

(2) Sikap, yaitu kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap hal-

hal tertentu.

(3) Motivasi, yaitu penggerak perilaku atau pendorong seseorang

untuk belajar. Selain itu, juga merupakan keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

siswa, faktor eksternal terdiri atas hal-hal berikut:

a) Faktor lingkungan keluarga, yaitu sosial ekonimi keluarga,

pendidikan orang tua, serta perhatian orang tua dan suasana

hubungan antar anggota keluarga.

b) Faktor lingkungan sekolah, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi

guru dan siswa, serta kurikulum dan metode mengajar.

c) Faktor lingkungan masyarakat, yaitu sosial budaya, partisipasi

terhadap pendidikan.

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

14

Dalam penelitian ini dibatasi pada penelitian yang membahas

tentang keterampilan membaca dan prestasi belajar siswa. Dimana upaya

meningkatkan prestasi belajar tersebut berhubungan dengan faktor

internal dan faktor eksternal. Pada fakto internal yaitu motivasi, artinya

dengan adanya penelitian ini diharapkan motivasi belajar siswa menjadi

lebih besar karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran

serta media pembelajaran yang pada pembelajaran sebelumnya belum

pernah digunakan, sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan lebih

maksimal. Selain itu pada faktor eksternal yaitu faktor lingkungan

sekolah, artinya lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor dalam

peningkatan prestasi belajar. Karena seperti yang kita tahu, apabila

sekolah mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif hal tersebut

akan membuat prestasi belajar menjadi lebih maksimal juga.

3. Pembelajaran Bahasa Jawa

a. Pengertian Bahasa Jawa

Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

masyarakat Jawauntuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Marsono (2016: 12) bahasa Jawa sebagai bahasa

daerah/Nusantara merupakan bahasa pertama sebagai alat komunikasi

penduduk Jawa yang tinggal di Propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Lampung, sekitar Medan, daerah-

daerah transmigrasi di Indonesia, diantaranya: sebagian Provinsi Riau,

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

15

Jambi, Kalimantan Tengah; dan beberapa tempat di luar negeri, yaitu:

Suriname, Belanda, New Caledonia, dan Pantai Barat Johor.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Anwar (2013: 36) yang

berpendapat bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki

jumlah penutur paling banyak di Indonesia. Jumlah penutur bahasa Jawa

relatif dominan di Pulau Jawa. Bahasa Jawa juga digunakan hingga

Suriname, Malaysia, Singapura, dan lain-lain, seiring dengan

menyebarnya orang-orang Jawa.

b. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

Mata pelajaran muatan lokal mata pelajaran Bahasa Jawa

merupakan muatan lokal wajib untuk provinsi Jawa Tengah, yang

dimulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Hal ini sesuai dengan Surat

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tanggal 27

Januari 2010 tentang Kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa tahun 2004.

Dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aksara atau huruf Jawa

dapat dikategorikan 2 macam. Pertama, keterampilan membaca Aksara

Jawa yang di dalamnya diajarkan cara membaca serta memahami kata

maupun kalimat sederhana berhuruf Jawa. Kedua, adalah keterampilan

menulis Aksara Jawa.

Standar Kompetensi (SK) membaca dalam pembelajaran bahasa

Jawa kelas IV Sekolah Dasar semester dua difokuskan untuk mengetahui

kemampuan siswa membaca dan memahami teks sastra, dan membaca

kalimat sederhana berhuruf Jawa. Kompetensi membaca

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

16

huruf Jawa dalam SK tersebut dijabarkan lebih rinci dalam KD yang

pertama yaitu 7.1 membaca teks sastra (misal percakapan, sandiwara dan

sebagainya) dan 7.2 membaca kata berhuruf Jawa yang menggunakan

sandhangan panyigeg wanda (layar, cecak, wignyan). Namun pada

penelitian ini mengambil materi dari KD kedua yaitu membaca kata

berhuruf Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeg wanda (layar,

cecak, wignyan). Peneliti mengambil SK dan KD tersebut berdasarkan

hasil kondisi awal pada siswa yang dianggap kurang dalam membaca

aksara Jawa menggunakan sandhangan, karena siswa masih sering

tertukar-tukar antara aksara satu dengan yang lain, dan sandhangan satu

dengan yang lain.

c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

Bahasa Jawa sangat penting untuk dipelajari di Sekolah Dasar.

Menurut Kurniati (2015: 107) mata pelajaran bahasa Jawa SD meliputi

pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa. Tujuan pembelajaran

bahasa Jawa adalah agar siswa dapat berkomunikasi dengan bahasa Jawa

yang santun dan berbudi pekerti luhur sesuai budaya Jawa. Di samping itu,

pembelajaran bahasa Jawa sebagai wujud konservasi budaya. Namun,

kenyataannya siswa SD kurang dilatih berbahasa Jawa di sekolah karena

guru merasa kesulitan membelajarkan bahasa Jawa.

Sejalan dengan pendapat di atas, pelaksanaan pembelajaran bahasa

Jawa di SD ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang

kurikulum mata pelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) untuk

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

17

jenjang pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs Negeri dan

Swasta Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan keputusan tersebut,

pembelajaran bahasa Jawa memiliki tujuan yaitu menanamkan nilai-nilai

budi pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi siswa.

4. Aksara Jawa

Aksara Jawa merupakan salah satu dari sekian warisan budaya leluhur

bangsa Indonesia. Aksara Jawa memiliki masing-masing makna pada tiap

barisnya, yaitu berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk

Tuhan dan manusia didalam kehidupan sosial. Menurut Budhi & Adipranata

(2015: 195)banyak orang di pulau Jawa menggunakan bahasa Jawa di dalam

percakapannya. Bahasa Jawa memiliki bentuk huruf tersendiri yang berbeda

dari aksara Romawi. Pengenalan aksara Jawa memiliki kesulitan tersendiri

karena bentuk karakter dasarnya, vokal, karakternya yang komplementer,

dan sebagainya. Karena karakternya sulit dikenali, tidak banyak orang bisa

membaca atau menulis naskah bahasa Jawa lagi. Untuk banyak orang,

aksara Jawa pada akhirnya akan dianggap sebagai hiasan saja dan tidak

berarti. Hal ini secara bertahap akan mengikis keberadaan aksara Jawa dan

pada akhirnya juga akan mempengaruhi budaya Jawa pada umumnya.

Sejalan dengan pendapat di atas, pendapat lain datang dari Puspitasari

(2016: 1.754) yang menyatakan bahwa pada era sekarang ini, banyak

masyarakat Jawa yang sudah melupakan aksara Jawa sebagai bagian dari

kebudayaan Jawa. Hal ini terlihat dari sudah tidak

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

18

dipergunakannya lagi aksara Jawa sebagai media baca tulis sehari-hari.

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencoba

melestarikan kebudayaan Jawa tersebut dengan memasukkan materi aksara

Jawa dalam mata pelajaran bahasa Jawa pada setiap jenjang pendidikan

formal baik itu SD, SMP, dan SMA. Melalui jalur pendidikan tersebut,

dirasa cukup efektif untuk melestarikan aksara Jawa, sebab generasi penerus

bangsa mulai dikenalkan kembali dengan aksara Jawa pada saat berada di

sekolah.

Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

aksara Jawa merupakan salah satu peninggalah budaya yang tidak ternilai

harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatnya pun menjadi peninggalan

yang patut untuk dilestarikan salah satunya yaitu dengan diadakannya

pembelajaran tentang aksara Jawa di sekolah. Penelitian ini akan belajar

tentang keterampilan membaca kata berhuruf Jawa yang menggunakan

sandhangan panyigeg wanda (layar, cecek, wignyan).

a. Aksara Carakan

Aksara carakan merupakan huruf Jawa yang digunakan dalam

ejaan bahasa Jawa yang terdiri atas dua puluh aksara pokok. Berikut

adalah contoh aksara carakan :

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

19

b. Sandhangan

Sandhangan merupakan vokal sebagai pengubah bunyi di dalam

tulisan Jawa. Aksara yang tidak menggunakan sandhangan diucap

dengan vokal a. Sandhangan dibagi menjadi dua yaitu:

1) Sandhangan swara

Sandhangan swara yaitu sandhangan bunyi vokal yang terdiri

dari 5 macam yaitu sebagai berikut:

a) Wulu (……).

Wulu dipakai untuk melambangkan vokal i dalam suatu kata.

Contoh:

- Siji :

b) Pepet ( ...)

Pepet dipakai untuk melambangkan vokal e/وƏ/.

Contoh:

- Sega :

c) Suku (.... )

Suku digunakan untuk melambangkan bunyi vokal u.

Contoh:

- Tuku buku :

d) Taling ( …)

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

20

Taling dipakai untuk melambangkan bunyi vokal é.

Contoh:

- Sate :

e) Taling tarung ( … )

Taling tarung dipakaiوuntukوmelambangkanوbunyiوvokalو“o”

Contoh:

Loro :

2) Sandhangan panyigeg wanda (layar, cecek, wignyan)

Sandhangan panyigeg wanda (layar, cecek, wignyan)

merupakan konsonan penutup kata yang terdiri dari 4 macam yaitu:

a) Wignyan (… )

Wignyan yaitu sandhangan yang dipakai untuk

melambangkan konsonan h penutup suku kata.

Contoh:

- Gabah :

b) Layar ( ....)

Layar yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan

konsonan r penutup suku kata.

Contoh:

- Pasar :

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

21

c) Cecak ( ....)

Cecak yaitu sandhangan yang dipakai untuk melambangkan

konsonan ng penutup suku kata.

Contoh:

- Bawang :

d) Pangkon (… )

Pangkon merupakan aksara mati atau aksara konsonan

penutup suku kata.

Contoh:

- Wedus :

5. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan keseluruhan dari proses

pembelajaran. Seperti yang dijelaskan Suprijono (2013: 46) model

pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan

teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat

operasional di kelas yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,

mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas. Model

pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

22

Sejalan dengan pendapat di atas, Komalasari (2011: 57) model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai

dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka

konseptual untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para guru dalam merancang perencanaan pembelajaran

dan melaksanakan pembelajaran. Selain itu model pembelajaran juga

merupakan pendekatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat tujuan-

tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas, sehingga dalam prosesnya siswa akan lebih mudah

menerima apa yang disampaikan oleh guru.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model dimana siswa

belajar secara berkelompok. Menurut Isjoni (2009: 6) secara sederhana

“cooperative”وberartiوmengajarkanوsesuatuوsecaraوbersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Jadi cooperative

learning dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara

satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang

dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan

sebelumnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa cooperative

learning menyangkut teknik pengelompokan yang di

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

23

dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam

kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6 orang.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Majid (2013: 174)

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learrning) merupakan model

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolabiratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai

6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative

learning atau pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan

anggota kelompok kecil yang umumnya berjumlah 4-6 orang siswa

dengan tingkat kemampuan yang berbeda, yang dalam setiap anggotanya

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara

maksimal.

Terdapat langkah-langkah utama atau tahapan di dalam

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif menurut

Suprijono (2013: 65) yaitu:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran

dan mempersiapkan peserta didik

siap belajar

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

24

Fase 2

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi

kepada peserta didik secara verbal

Fase 3

Mengorganisir peserta didik ke

dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada

peserta didik tentang cara

pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien

Fase 4

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama

peserta didik mengerjakan

tugasnya

Fase 5

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta

didik mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mempersiapkan cara untuk

mengakui usaha dan prestasi

individu maupun kelompok

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Trianto (2013: 82) mengatakan“Numbered Head Together (NHT)

atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan

sebagaiو alternatifو terhadapو strukturو kelasو tradisional”.و Sejalanو denganو

pendapat Trianto, menurut Maman & Rajab (2016: 175) NHT dapat

diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk melibatkan

siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar dengan

penerapan metode NHT memengaruhi hasil belajar siswa dalam proses

belajar mengajar. Partisipasi tersebut diwujudkan dalam tiga tahap

kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program, program

implementasi, dan program evaluasi. Tujuan lain Pembelajaran

kooperatif adalah menciptakan situasi bagi individu demi kesuksesan

yang dipicu oleh fungsi dan Peran kelompok mereka untuk mencapai

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

25

tiga tujuan pembelajaran, kemampuan akademik, penerimaan perbedaan

individu, dan pengembangan keterampilan sosial.

Trianto (2013: 82-83) berpendapat bahwa dalam mengajukan

pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase

sebagai sintaks NHT:

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

c. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Selain itu menurut Suprijono (2013: 111) terdapat langkah-langkah

model pembelajaran NHT yaitu:

1) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil

2) Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok

3) Tiap-tiapو kelompokو menyatukanو kepalanyaو “Heads Together”و

berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru

4) Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari

tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas

pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus

hingga semua peserta didik dengan nomer yang sama dari

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

26

masing-masing kelompok mendapat gilliran memaparkan jawaban

atas pertanyaan guru.

5) Berdasarkan jawaban itu guru mengembangkan lebih dalam, sehingga

peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai

pengetahuan yang utuh.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki banyak

keuntungan. Sanjaya dalam Nismarni (2017: 34) berpendapat bahwa

keuntungan dari pembelajaran kooperatif NHT adalah: (a) siswa tidak

terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri; (b) dapat mengembangkan

kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan; (c) dapat membantu anak

untuk merespon orang lain; (d) dapat memberdayakan siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar; (e) dapat meningkatkan prestasi

akademik sekaligus kemampuan sosial; (f) dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,

menerima umpan balik; (g) dapat meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata;

dan (h) dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk

berpikir.

Selain memiliki kelebihan seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya

dalam Nismarni, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) juga memiliki kekurangan menurut Haniyah, dkk (2014:

4), yaitu kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

27

diulang oleh guru, artinya guru dapat memanggil nomor yang sama,

selain itu tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

6. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sarana yang penting dalam proses

pembelajaran. Sadiman, dkk (2008: 7) berpendapat bahwa media adalah

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,

didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di

antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi

Sejalan dengan pendapat di atas, Heinich, dan kawan-kawan dalam

Arsyad (2007: 4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang

mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film,

foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan

cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau

mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media

pembelajaran. Menurut Trianto (2007: 75) media pembelajaran adalah

sebagai penyampai pesan (the carries of

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

28

massages) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver

of the massages).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

oleh guru sebagai penyampai materi kepada siswa. Merupakan perantara

sebagai alat peraga yang diguanakan oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran untuk menyampaikan informasi kepada siswa, sehingga

siswa dapat lebih mudah menerima materi yang disampaikan.

b. Media Kartu Aksara

Media pembelajaran kartu terdiri atas berbagai jenis, yaitu kartu

aksara, kartu gambar, kartu kata, atau kartu gambar dengan kombinasi

kata-kata. Terdapat beberapa sebutan untuk media kartu dalam

pembelajaran Bahasa Jawa, salah satunya yaitu media Karwa, atau media

kartu aksara Jawa. sejalan dengan pengertian di atas, menurut Fravika

dan Subrata (2017: 1664) media karwa atau disebut kartu aksara Jawa

termasuk ke dalam media pembelajaran visual grafis kartu, karena media

karwa (kartu aksara jawa) terdiri atas aksara-aksara Jawa. Penggunaan

media karwa ini bertujuan untuk melatih keterampilan membaca kalimat

sederhana atau biasa disebut ukara lamba dalam bahasa Jawa

menggunakan aksara Jawa. Media karwa dalam pembelajaran dapat

memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bentuk aksara-aksara

Jawa beserta cara penggunaan sandhangan dan

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

29

pasangan yang benar dan lebih menarik dengan warna yang berbeda pada

setiap kartunya.

Selain itu menurut Sundari & Damayanti (2017: 982-983) terdapat

media kartu suka baca yang memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

1) mudah dibawa (praktis), 2) mudah disajikan, 3) mudah dibuat, 4)

penyimpanannya mudah, karena tidak memerlukan tempat yang besar, 5)

sesuai jika digunakan untuk kelompok kecil maupun besar, dan 6) dapat

melibatkan semua siswa dalam penyajiannya, 7) dapat dijadikan sebagai

permainan yang menyenangkan, 8) meningkatkan interaksi antar siswa

sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, 9)

merangsang kemampuan berpikir siswa, dan 10) meningkatkan motivasi

belajar siswa.Di samping sejumlah kelebihan yang dimiliki, media kartu

juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain: 1) mudah rusak, 2)

bentuknya relatif tidak menarik, 3) hanya berbentuk visual saja, tidak ada

audionya, dan 4) cepat membosankan jika metode pengajaran kurang

menarik, 5) proses belajar mengajar membutuhkan waktu yang lama,

terutama dalam evaluasi membaca, 6) kondisi kelas kurang kondusif

(suasana kelas ramai).

Terdapat langkah-langkah penggunaan media kartu aksara dengan

menggunakan model pembelajaran NHT antara lain yaitu:

1) Guru menunjukkan semua kartu aksara yang sudah ditata setinggi

dada.

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

30

2) Guru mengambil satu persatu dari kartu aksara tersebut, kemudian

menunjukkannya kepada siswa.

3) Guru menempelkan kartu aksara yang telah ditunjukkan kepada siswa

di papan.

4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan membagikan

nomor kepada setiap anggota pada masing-masing kelompok.

5) Guru membagikan soal kepada tiap-tiap kelompok untuk dikerjakan.

6) Guru memanggil salah satu anak dari tiap-tiap kelompok yang

memiliki nomor yang sama untuk menjawab pertanyaan dari guru

7) Guru bersama siswa yang lain mengoreksi jawaban siswa yang

ditunjuk.

Gambar 2.1 Media kartu aksara

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan berikut ini dikemukakan

beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian

yang dilakukan:

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riskana Deby Fravikadan Heru

Subrata yangو berjudulو “Efektivitas Penggunaan Media Kartu Aksara

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

31

Jawa (Karwa) dalam Keterampilan Menulis Aksara Jawa Ukara Lambapada

Siswa Kelas IV SDN Kebraon I/436 Surabaya”,menunjukkan bahwa

penggunaan media karwa dalam keterampilan menulis aksara Jawa dapat

membuat rata-rata hasil belajar menjadi lebih tinggi. Penggunaan media

karwa efektif digunakan dalam keterampilan menulis aksara Jawa ukara

lamba pada siswa kelas IV SDN Kebraon I/436 Surabaya. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan 4 hal yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan nilai

reliabel 0,809 dengan pencapaian pelaksanaan pembelajaran yaitu 100%.

Hasil rata-rata nilai pretest siswa kelas IV SDN Kebraon I/436 Surabaya

adalah 63,67 dengan rata-rata waktu siswa dapat menyelesaikan soal sekitar

33 menit, sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 82,10 dengan waktu 24

menit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut

membuktikan bahwa terdapat perubahan nilai siswa sebelum diberi

perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa media kartu aksara

jawa (karwa).

2. Berdasararkan penelitian yang dilakukan oleh Hendri Marhadi yang

berjudulو “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vd

SDNو184وPekanbaru”,وmenunjukkanو bahwaو hasil belajar siswa kelas Vd

SDN 184 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT mengalami peningkatan dari sebelum tindakan. Hasil belajar sebelum

tindakan dengan nilai rata-rata 68,63. Proses pembelajaran yang dilakukan

adalah dengan pembelajaran berpusat pada guru, siswa dalam

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

32

memahami materi masih agak mengalami kesulitan yang berdampak

terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Setelah dilakukan tindakan dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head

Together (NHT) pada data UH I dan UH II hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Pembelajaran dengan model kooperatif learning tipe NHT

siswa belajar lebih aktif, saling berbagi satu sama lain, dengan guru sebagai

fasilitator, mediator dan sebagainya sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi pelajaran karena mengalami sendiri pembelajaran yang

berlangsung. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan kesesudah tindakan yakni

dari skor dasar dengan rata-rata 68,63 meningkat pada UH I sebesar 5,63%

dengan rata-rata 72,50 dan meningkat lagi pada UH II dari skor dasar

sebesar 25,54% dengan rata-rata 86,16.

C. Kerangka Pikir

Kondisi awal keterampilan membaca dan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi aksara Jawa hanya beberapa

siswa yang sudah lancar dan paham bentuk bentuk aksara Jawa dan dapat

membaca lancar, tepat dan jelas. Keterampilan membaca siswa yang rendah

dibuktikan dengan tidak lancarnya siswa dalam membaca aksara Jawa karena

siswa kesulitan dalam menghafal aksara Jawa, dimana hal tersebut akan

berpengaruh juga pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut terjadi dikarenakan

selama proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan

juga belum menggunakan media yang menarik perhatian siswa,

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

33

sehingga siswa mudah bosan dan akhirnya menjadi malas mengikuti proses

pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi membaca aksara Jawa,

dimana siswa malas menghafal banyaknya bentuk-bentuk aksara Jawa.

Artinya perlu adanya tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan membaca serta prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi membaca aksara Jawa.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan media kartu aksara

menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Model

pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk menelaah materi dalam

pembelajaran Bahasa Jawa, selain itu melatih belajar bekerjasama. Setiap

kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa, membuat siswa lebih mandiri dan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.Selain model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) penggunaan media kartu aksara dapat berpengaruh

dalam meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa.

Penggunaan media kartu aksara ini diharapkan siswa dapat aktif dan

berpartisipasi dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, karena

media yang menarik dapat menumbuhan motivasi siswa dalam membaca

aksara Jawa. Maka dengan menggunakan media kartu aksara tersebut

diharapkan siswa menjadi lebih trampil dan lebih meningkatkan keinginan

siswa untuk memahami serta menghafal bentuk-bentuk aksara Jawa beserta

sandhangan. Untuk itu penulis berharap dengan menggunakan model

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

34

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan media

kartu aksara dapat meningkatkan keterampilan membaca dan prestasi belajar

pada siswa kelas IV SDN 04 Tritih Wetan.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

1) Keterampilan membaca siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas IV

SDN 04 Tritih Wetan dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan media kartu aksara.

Dengan model

pembelajaran

kooperatif tipe

NHT dengan

media kartu

aksara

dapatmeningkatk

anketerampilana

n membaca

dan prestasi

belajar siswa

meningkat

Siklus I

Pembelajaran

menggunakan

model

pembelajaran

NHT dan media

kartu aksara

- Guru

menggunakan

metode ceramah,

sehingga

menyababkan

keterampilan

membaca dan

prestasi belajar

siswa rendah

- Belum adanya

penggunaan

media dalam

pembelajaran

aksara Jawa yang

dapat membantu

mempermudah

penyerapan

materi

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Siklus I

Pembelajaran

menggunakan

model

pembelajaran

NHT dan media

kartu aksara

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018

35

2) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas IV SDN 04

Tritih Wetan dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan media kartu aksara.

Upaya Meningkatkan Keterampilan..., Puji Rahayu, FKIP UMP, 2018