bab ii tinjauan pustaka a. air susu ibu (asi) 1. pengertianrepository.poltekkes-tjk.ac.id/468/4/bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna dan
diserap karena mengandung enzim pencernaan, dapat mencegah terjadinya
penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal penyakit (misalnya,
immunogblobulin), praktis dan mudah memberikannya, serta mudah dan bersih
(Yuniarti, 2010:8).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam
organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini
berdasarkan stadium laktasi yaitu kolostrum, ASI masa transisi, dan ASI mature
(Kristiyanasari, 2011: 9).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diri ibu (Soetjiningsih, 2012:20).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologsosial maupun spriktual. ASI mengandung nutrisi,
hormon,unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi (Indriyani,
2016: 116).
10
2. Fisiologis laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai
kemampuan yang lebh besar dibanding yang lain. Pada masa hamil payudara,
terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar
payudara proliferasi sel-sel doktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air
susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta
yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu,
perubhan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada
payudara. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting
keluar cairan disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena
pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hopofise.
Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebih
sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggo, pengeluaran air susu juga dihambat
oleh hormon estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron
menurun dengan lepasnya plasenta (Marmi, 2015: 20).
Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatkan kadar
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang bersinambungan
disebabkan oleh proses menyusui. Pelepasan ASI dibawah kendali neuroendokrin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (ketika bayi menghisap) akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepotel. Proses ini
disebut refleks let down atau pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi ibu. Namun, pelepasa ASI dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu,
misalnya ketika ia merasa sakit, lelah, malu merasa tidak pasti, atau merasakan
nyeri.
11
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus
ke sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hopofisis
posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus
(sel mioepitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus.
Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus
laktiferus menuju ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pad saat bayi
menghisap, ASI di dalam sinus tetekan keluar, kemulut bayi. Pada saat bayi
menghisap puting, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan
ASI dari sinus dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya let down dapat
dipicu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar
bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.
Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan,
bayi mungkin menghisap terus-menerus. Akan tetapi bayi hanya memperoleh
sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasan
gagal terjadi berulang kali payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu
pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi, dan laktasi akan berhenti
(Bahiyatun: 8-9).
3. Refleks dalam Mekanisme Isapan Bayi
Menurut Astutik (2014: 31-33) bayi yang sehat mempunyai tiga refleks
intrinstik yang dibutuhkan agar menyusu dengan baik dan ASI bisa terhisap
dengan maksimal. Refleks tersebut adalah sebagai berikut:
a. Refleks menangkap (Rooting Refleks)
Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan
menoleh kearah sentuhan. Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah
12
sekeliling mulut merupakan suatu rangsangan yang bisa menimbulkan refleks
untuk mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepada bayi berputar menuju puting
susu yang menempel tadi diikuti membuka mulut. Kemudian puting susu ditarik
masuk kedalam mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b. Refleks menghisap (sucking refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah akan ditarik
lebih jauh menekan kalang payudara di langit. Dengan tekanan bibir dan gerakan
rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit ke puting susu. Selanjutnya
bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang
mengakibatkan air susu keluar dari puting.
c. Refleks menelan (swalowing refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya. Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air
susu akan ditambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk
kelambung.
4. ASI menurut stadium Laktasi
Menurut Marmi (2015; 32-330, ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu pertama kali keluar. Kolotrum ini di sekresi
oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.
Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan bewarna
kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
13
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu,
kolostrum adalah immunoglobulin (1g G, 1g A, dan 1g M) yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan
parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi
volume kolostrum yang ada dalam payudara mendeteksi kapasitas lambung bayi
yang berusia 1-2 hari. Volume antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang
tidak dipakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
b. ASI Transisi atau Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu volume air
susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisina. Kadar
immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI matur
ASI matur adalah disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur
tampak bewarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal
bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut
foremik. Foremik lebih encer. Foremik mempunyai kandungan rendah lemak dan
tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
14
Selanjutnya air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan
lemak dan nutrisi. Hinmilk akan membuat bayi lebih cepat kenyang. Dengan
demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremik dan hindmilk.
5. Komposisi Gizi dalam ASI
Asi mengandung makronutrein dan mikronuterein. Komponen yang
termasuk makronutrein adalah karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan
mikronutrein mencakup vitamin dan mineral dan hampir 90% tersusun dari air.
Selain itu volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu tergantung
dari kebutuhan bayi. Contohnya, pada 1-5 hari pertama melahirkan, tubuh
menghasilkan kolostrum yang sangat kaya protein (Astutik, dkk, 2015:154).
Perubahan kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung bertahap
selama 14 hari pertama kehidupan bayi. Keadaan tersebut bervariasi karena
berkaitan dengan berbagai faktor, pengaktifan jaringan glandula mammae,
keefektifan bayi belajar menghisap. Bahkan ASI yang telah matur juga memiliki
variasi komposisi dan nilai kalori dari air susu begantung pada masing-masing
individu. Dalam pemberiam ASI tidak dibatasi jumlah takaran (Nurjanah, dkk
2013:21).
Kandungan utama ASI adalah air, sedangkan susu formula konsistensinya
lebih kental. Kandungan lain juga sangat penting pada ASI adalah sebagai berikut:
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang menjadi penyusun utama ASI adalah laktosa dan
berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada
susu sapi atau susu formula. Namun demikian pula angka kejadian diare yang
15
disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang
ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan
laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar
kabohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat
terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah
melewati masa ini maka kadar lkarbohidrat ASI relatif stabil (Astuti, dkk. 2015:
156)
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari
Protein whey yang lebih mudah diserap oleh bayi, sedangkan susu sapi lebih
banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi
yang mengandung protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak
terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial
menyebabkan alergi.
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam
amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah
asam amino taurin. Asam amino ini hanya ditemukan daam jumlah sedikit di
dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak
karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak
yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur,
karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.
16
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding
dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping
itu kualitas nukeotida ASI juga lebih baik dibanding ssusu sapi. Nekleotida ini
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,
merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan daya tahan tubuh (Astutik, dkk, 2015: 156)
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mengandung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan
antara profil lemak yang ditemukan dala ASI dan susu sapi atau susu formula.
Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi
banyak ditemukan dalam ASI. Disamping dan retina mata. Susu sapi tidak
mengandung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terdapat semua susu
formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber
DHA dan ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentu tidak sebaik yang
terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit
dibanding ASI matang, tetapi mempunyai presentasi asam lemak rantai panjang
yang tinggi.
Asi mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang
dibandingkan susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh.
Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama
tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (Astuti, dkk, 2015: 157).
17
d. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi
yang diperlukan untuk mempertahankan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi
terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar
karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih
tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula (Astuti,dkk, 2015: 157).
e. Vitamin
Vitamin yang akan ada dalam ASI jenisnya beragam, tetapi terdapat dalam
jumlah yang relatif sedikit. Vitamin K yang berfugsi sebagai faktor pembekuan
jumlah sekitar serempat jika dibandingkan dengan kadar dalam susu formula.
Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya perbedarahan maka perlu diberikan
vitamin K pada bayi baru lahir dalam bentuk suntikan. Demikian pula dengan
vitamin D yang berasal dari cahaya matahari, ini yang menjadi alasan penting
bayi berjemur di pagi hari.
Vitamin lainnya juga yang terdapat didalam ASI adalah vitamin A dan
vitamin E, vitamin A yang terdapat dalam ASI jumlahnya cukup tinggi. ASI juga
memproduksi beta-koreten sebagai bahan baku pembentukan vitamin A. Selain
untuk kesehatan mata juga vitamin A penting untuk memacu pembelahan sel,
kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Karena fungsinya dalam ketahanan dinding sel
darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan
darah (anmenia hemolitik).
Selain yang disebutkan sebelumnya, ada juga larut air yang terkandung
dalam ASI, diantaranya adalah vitamin B1,B2,B6,B9 (asam folat), dan vitamin C.
18
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam ASI. Makanan yang
dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin dalam ASI (Astuti,dkk, 2015:
157-158).
f. Mineral
Tinggi dan rendahnya mineral dalam ASI tidak dipengaruhi oleh status
gizi ataupun oleh makanan yang dikonsumsi ibu, mineral yang terkandung
didalam ASI adalah kalsium, fosfor, magnesium, vitamin D, dan lemak.
Komposisi fostor, magnesium, vitamin D ini mengakibatkan kalsium dalam ASI
bisa diserap dnegan baik oleh bayi.
Kandungan zat besi baik didalam ASI maupun susu formula keduanya
rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang
lebihh kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibandingkan dengan bayi
yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari
ASI lebih mudah diserap yaitu sebanyak 20-25% dibandingkan susu formula
hanya 4-7%.
Mineral lainnya yang juga mengandung di dalama ASI zinc yang berguna
untuk pembantu proses metaboisme, dan selenium yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan (Astuti, dkk, 2015: 158).
g. Air
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan
zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara
metabolik adalah aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan mmeredakan
rangsangan haus dari bayi (Nurjanah, dkk, 2013: 23)
19
h. Kalori
Kalori dari ASI relatif hanya 77 kalori/100ml ASI. 90% berasal dari
karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein (Nurjanah, dkk,
2013:23)
i. Unsur-unsur lain dalam ASI
Latokrom, kreatin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat. Substansi
tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI, misalnya
minyak volatil dari makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan tetentu
seperti sulfonmil, morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misalnya
As, Bi, I, Hg, dan Pb (Soetjiningsih, 1997 dikutip Nurjanah, dkk, 2013: 23).
j. Zat protektif
Menurut Yanti (2014: 21-22) dengan adanya zat protektif yang terdapat
pada ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara
lain:
1) Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat,
yang membantu memberikan keasaman pada penvernaan sehingga
menghambat perumbuhan mikroorganisme).
2) Laktoferin, mengikat enzim zat besi sehingga membantu menghambat
pertumbuhan kuman
3) Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti
inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang
Ecoli dan Salmonela.
4) Komplemen C3 dan C4.
5) Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus
20
6) Antibodi
7) Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi membunuh dan
memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan
laktoferinn.
8) Tidak menimbulkan alergi.
Tabel 1
Komposisi ASI
Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7.0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immuniglobulin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber : Walyani, dkk. (2015: 21)
Tabel 2
Perbedaan Komposisi ASI dan Susu Sapi
Komposisi ASI matur Susu Sapi
Protein (g%) 1,2 3,3
Lemak (g) 3,7 4,3
Laktosa (g%) 7,0 1,8
Kalori (Kal/100 ml) 65,0 65,0
Natrium (mMol) 15,0 58,0
Kalium (mMol) 57,0 145,0
Kalsium (mMol) 35,0 130,0
Fosfor 15,0 120,0
Sumber : Widyasih, H (2009) dikutip Nurjanah, dkk (2013: 21)
21
6. Volume ASI
Seorang bayi memerlukan sebanyak 600ml susu perhari. Dalam keadaan
produksi ASI telah normal, volumme susu yang terbanyak dapat diperoleh adalah
lima menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung
sampai 15-25 menit. Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana mengenai
beberapa jmlah air susu ibu yang dipperlukan adalah bayi noral memerlukan 160-
165ml/kg BB/hari ASI. Dengan demikian, bayi dengan berat 4kg memerlukan
600ml ASI perhari dan 825 ml perhari untuk bayi dengan berat 5kg. (Proverawati,
2010: 11).
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap
waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml dengan rata-rata
anatara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang
mempunyai status gizi buruk dapat menurunkan sampai jumlah hanya 100-200 ml
per hari (Astuti, dkk. 2015: 155)
7. Manfaat pemberian ASI
Bayi dengan ASI banyak memperoleh manfaat bagi tubuhnya. Selain bayi,
ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga dan negara. Berikut manfaat
pemberian ASI (Walyani, dkk, 2015: 15-20) antara lain:
a. Bagi bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik
setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi
kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi,
umumnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-
22
ibu yang tidak diberikan penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu
tersebut segera mmenghentikkan ASI nya setelah melahirkan. Frekuensi
menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume
ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya
sedikit.
2) Mengandung antibodi
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah apabila ibu mendapat
infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan
bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut mammae associated
immunicompetent lymphoid tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran
pernafasan yang ditransfer disebut bronchus associated immuocompetent
lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran penernaan ditransfer melalui
gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT). Dalam tinja bayi yang
mendapat ASI terhadap antibodi terhadap bakteri E, coli dalam konsentrasi yang
tinggal sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah.
Didalam ASI kecuali antibodi terhadap enteritoksin E.coli juga pernah dibuktikan
adanya antibodi terhadap salmonella typhi, shigela dan antibodi terhadap virus
seperti roto virus, polio dan campak.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari
proporsi yang seimbang dan cukup kualitas semua zat gizi diperlukan utuk
kehidupan 6 bulan pertama.
23
4) Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena biasanya menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu
formula dan menyebabkan asam yang membentuk akan merusak gigi.
5) Memberi rasa nyaan dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan
bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit
ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial
yang lebih baik.
6) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem lgE belum sempurna. Pemberian susu formula
akan merangsang aktivasi sistem hal dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6
bulan akan mengurango kemungkinan alergi.
7) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel sehingga jaringan otak bayi yang mmendapat ASI
ekslusif akan tumbuh optimal dan terbatas dari rangsangan kejang sehingga
menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.
8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. Telah dibuktikan
bahwa salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
24
b. Bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik
sehingga post anterior hopofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke
indung telur, menekkan produksi estrogen akibat nya tidak ada ovulasi,
menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi
yang efesien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI
saja (ekslusif) dan belum terjadi mentruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnta perdarahan pasca
persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karna sinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
Menvegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang memberi ASI secara eksklusif
memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil
dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali
ke berat badan semula sehingga seperti sebelum hamil. Pada saat hamil. Badan
bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena timbunan lemak pada tubuh.
Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam
proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih
banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga
25
akan terpakai. Logikanya, jika tumbuhan lemak menyusut, berat badan ibu akan
cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
4) Aspek psokologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.
c. Bagi keluarga
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu forula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu,
penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit
sehingga mengurangi biaya berobat.
2) Aspek psikologi
Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga
suasana kejiwaan ibu lebih baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat pratis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus
dibersihkan srta minta pertolongan orang lain.
d. Bagi negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrisi yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi yang baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa
26
penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi, misalnya diare, titis media, dan infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah. Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak di bwah 2 tahun
dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI memounyai volume
tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh
dibanding anak yang tidak mendapat ASI.
2) Menghemat devisa Negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya
dipakai untuk membeli susu formula.
3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan
infeksi nosokomial serta serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan
anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat dirumah sakit
dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.
4) Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kebang secara optimal sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
8. Kelancaran ASI
Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produuksi ASI berlebih yang
ditandai dengan ASI akan menetes dan memancar deras saat diisap bayi
(Purwanti, 2004: 63). Ada dua cara mengukur produksi ASI yaitu penimbangan
berat badan sebelum dan setelah menyusui dan pengosongan payudara. Kurva
27
berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya
produksi ASI (Packard, 1982 dikutip Nurjanah, 2013: 28. Kelancaran ASI dapat
diukur dilihat melalui indikator ibu dan bayi (Budiati, 2009: 72).
Petunjuk yang digunakan untuk mengetahui banyaknya produksi ASI
dengan beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan jumlah ASI lancar atau
tidak menurut Soetijiningsih (2012: 20) adalah sebagai berikut :
a. ASI yang banyak dapat merembas ke luar melalui puting
b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
c. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai umur.
Tabel 3
Kenaikan Berat Badan BerdasarkanUsia
Usia bayi Kenaikan Berat Badan Rata-Rata
1-3 bulan 700 g/bulan
5 bulan Dua kali berat badan waktu lahir
4-6 bulan 600 g/bulan
7-9 bulan 400 g/bulan
10-12 bulan 300 g/bulan
1 tahun Tiga kali berat badan waktu lahir
Sumber : Astutik (2014: 67)
d. Jika cukup ASI, setelah menyusu bayi akan tertidur/ tenang selama 3-4 jam .
e. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari,
Produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya jika bayi cukup ASI. Tanda
bahwa bayi mendapatkan ASI yang cukup menurut Walyadni, dkk (2015: 23-24)
dan Soetjiningsih (2012 : 111) adalah sebagai berikut :
1) Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB bayi
sebelum mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang
sama dengan selisih berat penimbangan dapat diketahui sebanyaknya ASI
28
yang masuk dengan selisih berat penimbangan dapat diketahui banykanya ASI
yang masuk dengan konvera kasar 1 gr BB= 1 ml ASI.
2) Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu bayi
merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasa ada perubahan
tegangan pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu merasa ASI mengalir
deras.
3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang (disentuh
pipnya, bayi tidak mencari arah sentuhan.)
4) Bayi tumbuh dengan baik
Pada bayi minggu 1 karena ASI mengandung air, maka salah satu tanda
adalah bayi tidak dehidrasi antara lain:
a) Kulit lembab kenyal
b) Turgor kulit negatif
c) Jumlah urin sesuai jumlah ASI/PASI yang diberikan/24 jam (kebutuhan
ASI bayi mulai 60 ml/kg BB/Hari) dan BAK 6-8 kali sehari.
d) Bayi menyusu sering tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari.
e) Penurunan BB selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10% BB
waktu lahir dan sesudah 2 minggu BB waktu lahir tercapai lagi
f) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2 kali BB waktu lahir 1 tahun 3x waktu lahir
dan waktu 4 tahun lahirnya. Naik 2 kg/tahun atau sesuai dengan kurve
KMS.
g) BB usia 3 bulan + 20% BB lahir= 1 tahun + 50% BB lahir.
29
9. Alasan Ibu Tidak Memberikan ASI
Berikut alasan yang menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI
eksklusif menurut Astutik (2014: 87-93) :
a. Pekerjaan
Di sebagian negara berkembang, rata-rata wanita bekerja 12-18 jam
perhari. Wanita masih pula dibebani dengan berbagai peran dalam keluarga.
Kaum ibu yang terpaksa bekerja untuk mencari nafkah dituntut untuk mampu
membagi waktu antara bekerja dan waktu keluarga.
b. Budaya sekitar
Ibu biasanya meniru teman, tetangga, atau orang tekemuka yang
memberikan susu botol dan merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
c. Produksi ASI tidak mencukupi
Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI
eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang , hanya 2-5%
yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu
dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2000 dikutip Astutik
2014: 89)
d. Pengetahuan
Ibu sering kurang mengetahui dan memahami tata laksana laktasi yang
benar (Dagun, 2002 dikutip Astutik, 2014 : 91). Misalnya petingnya memberikan
ASI, bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi dan perlengkataan yang baik
sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan
optimal.
30
e. Takut ditinggal suami
Ini semua karena mitos yang salah yaitu menyusui akan mengubah bentuk
payudara menjadi jelek. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah
kehamilan bukan menyusui.
f. Takut badan tetap gemuk
Pendapat bahwa ibu menyusui sukar menurunkan berat badan adalah tidak
benar. Timbulnya lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk
proses menyusui, walaupun wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk
menghilangkan timbunan lemak (Roeli, 2000 dikutip Astutik 2014: 92).
g. Gencarnya promosi susu formula
Walaupun sekaranf promosi susu formula sudah dilarang pada
kenyataannya di fasilitas kesehatan justru masih ada yang memberikan susu
formula kepada ibu postpartum dengan alasan kolostrum belum keluar.
10. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI menurut Bianzucco
(2003) dikutip dalam Mardiyaningsih (2010) terdiri dari langsung dan tidak
langsung, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor langsung
1) Perilaku menyusui
a) Waktu inisiasi
Inisiasi menyusui dini atau pemulaan menyusu dini adalah bayi yang
mulai menyusu sendiri segera setalah lahir. Hal ini merupakan peristiwa penting,
dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung denga ibunya dengan tujuan
31
dapat memberikan kehangatan. Pemberian ASI sedini mungkin lebih baik untuk
mempertahankan produksi ASI (Nanny, 2011: 15).
b) Teknik menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah dengan cara mmberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan sehingga proses menyusui optimal karena posisi bayi
ketika menyusui dapat memberikan rangsangan pengeluaran ASI dan bayi dapat
menghisap puting dengan benar (Indriyani, 2016: 82).
2) Faktor psikologi ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu
yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi Asi umumnta memang
produksi ASI-nya berkurang (Astutik, 2014:90). Untuk memproduksi ASI yang
baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu
yang tertekan, sedih dan tenang akan menurunkan volume ASI (Yanti: Sundawati,
2014: 25).
3) Faktor psikologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan
hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pegadaan dan mempertahankan
sekresi air susu (Kristiyanasaro, 2011: 13). Refleks oksitosin yang ditimbulkan
dari proses menyusui akan membantu produksi Asi (Nanny, 2011 ; 16).
4) Faktor fisik ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah ibu yang menggunakan pil
kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang menggunakan hormon, ibu menyusui
yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis
payudara dapat mengurangi Produksi ASI (Astutik, 2014: 90).
32
5) Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, secara
apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan
akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat
bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk
produksi yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,
dan vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu, ibu dianjurkan minum lebih
banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari (Kristiyanasari, 2011: 11-12).
b. Faktor tidak langsung
1) Pembatasan waktu ibu
a) Jadwal waktu menyusui
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi
disusui sesuai dengan keinginannya. Menyusui yang dijadwalkan akan
berakibatkan kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi berikutnya (Nanny, 2011: 16). Makin jarang bayi disusui maka biasanya
produksi ASI akan berkurang (Astutik, 2014: 90).
b) Usia dan paritas
Umur dan paritas tidak behubungan dengan produksi ASI. Pada ibu
menyusui yang berusia remaja dengan gizi baik, intake ASI mecukupi. Sementara
itu, pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari eempat
post partum jauh lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang baru melahirkan
pertama kali (Proverawati, 2010: 7).
33
c) Umur kehamilan saat melahirkan
umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu menghisap
secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi cukup bulan
(Nurjanah, dkk, 2013: 27). Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur
ini dapat disebabkan oleh karena berat badan nya yang rendah dan belum
sempuurnanya fungsi organ tubuh bayi tersebut (Proverawati, 2010: 7).
d) Faktor kenyamanan
Faktor ketidak nyamanan yang ibu rasakan sering menyebabkan ibu
berhenti untuk menyusui kecemasan dan kelelahan ibu akan memproduksi refleks
let down dan menurunkan produksi ASI (Soetjiningsih, 2012: 113).
2) Faktor bayi
Seseorang ibu mempunyai bayi kembar, baik kembar dua maupun tiga
sekalipun dapat menyusui kedua bahkan ketiga bayinya. Namun, ada beberapa
faktpr kendala yang bersumber pada bayi sehingga ibu tidak menyusukan
bayinya, misalnya bayi sakit dan bayi sering menangis, binggung putong, bayi
dengan kondisi tertetentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi
sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan
perawatan (Yanti: sundawati,2014: 36)
c. Faktor lain diantaranya
1) Perawatan payudara
Perawatan payudara adalah perawatan setelah ibu melahirkan dan
menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara
agar air susu keluar dengan lancar (Walyani dan endang, 2015: 27). Perawatan
34
payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hopofise untuk
mengeluarkan hormon pralaktin dan oksitosin (Marni, 2015: 36).
2) Teknik marmet
Teknik marmet adalah dengan cara memerah ASI secara manual dan
mengutamakan let down refleks (LDR). Teknik ini merupakan kombinasi antara
cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga refleks keluarnya ASI dapat
optimal (Mardiyaningsih, 2010: 23).
11. Kontraindikasi menyusui
Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenan menurut
Proverawati (2010: 46-47), Meadow, et all. (2005: 82), dan Sinchair (2010: 423)
adalah sebagai berikut:
a. Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah
berlebihan.
b. Bayi dengan galaktosemia
c. Ibu dengan penyakit HIV/AIDS
d. Ibu dengan penyakit Tuberkolosis (TBC) yang tidak diobati
e. Herpes yang aktif pada payudara
f. Menyusui dikontraindikasikan pada penggunaan steroid dosis tinggi, obat-
obatan sitotoksid, dan agen imunosupresif.
g. Ibu yang didiagnosa penyakit Lyme, yaitu suatu infeksi yang ditularkan
melalui kutu dan telah diindentifikasi dalam ASI.
35
12. Berikut adalah cara memperbanyak ASI menurut Walyani (2010)
a. Makan-makanan yang bergizi
b. Minum susu madu
c. Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari
d. Sayur hijau dapat membantu menghasilkan ASI (misalnya sayur daun
katuk dan bayam, sayur jantung pisang dan pepaya)
e. Kacang-kacangan juga bagus untuk produksi ASI (misalnya kacang
Hijau atau kacanf rebus/goreng)
f. Banyak makan buah-buaha yang mengandung air
g. Jangan stres, sedih, marah, atau perasaan negatif lainnya
h. Tambahan vitamin, bila diperlukan
B. Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Terhadap Kelancaran Produksi
ASI Pada Ibu Menyusui
1. Pengertian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kiky Widyastuti,Triloka
Wulandari dan Siti Roudhotul Jannah dimulai dengan Pemilihan kacang hijau
(Phaseolus Radiatus) sebagai galactogogue. Didasarkan pada kandungan
nutrisinya; karbohidrat yang merupakan komponen terbesar dari kacang hijau
yaitu sebesar 62-63% . Kandungan lemak pada kacang hijau adalah 0,7-1 gr/kg
kacang hijau segar yang terdiri atas 73% lemak tak jenuh dan 27% lemak jenuh,
sehingga dapat memperlancar ASI pada ibu menyusui, karna kandungan pada
kacang hijau adalah kandungan yang sama yang terdapat pada ASI sehingga aman
36
dikonsumsi, dan membuat ASI menjadi lebih banyak keluar bila mengonsumsi
kacang hijau.
Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah
karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein. Protein pada kacang
hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu
tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin
(polifenol) pada kacang hijau. Pemenuhan nutrisi yang adekuat selama proses
laktasi dapat mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin setelah makan.
Kacang hijau di india dikenal sebagai choroko (dalam bahasa Swahili),
kacang mango, moong. Moog (penuh) atau Moog dal (split) (dalam bahasa
bengali, Marathi). Di indonesia sebaran daerah produksi kacang hijau adalah
Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur, pulau Jawa merupakan penghasilan utama
kacang hijau di indonesia, potensi lahan kering daerah tersebut yang sesuai
ditanami kacang hijau sangat luas.
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal
luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan
(fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah
kedelai dan kacang tanah.
Tanaman kacang hijau berbatang tegaj dengan ketinggian sangat bervariasi
antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian
utama berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau
37
dan ada yang ungu. Dalam dunia tumbuhan tanaman ini di klasifikasikan sebagai
berikut :
Tabel 4
Klasifikasi Kacang Hijau
Divisi Spermatophta
Sub Divisi angiospermae
Kelas Dicotyledone
Ordo Rosales
Family Leguminosae (fabaceae)
Genus Vigna
Spesies vigna radiate atau Phaseolus radiates
Sumber : (Purwono, 2012)
Daunnya irifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling.
Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya
hijau muda sampai hijau tua. Bunga kacang hijau bewarna kuning, tersusun dalam
tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri.
Polong hijau berbetuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan
biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong bewarna hijau dan setelah tua
bewarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji.
Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Biji
kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%)
dan lembaga (2%). Pada bagian kulit biji kacang hijau mengandung mineral
antara lain fosfor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Kotiledon banyak mengandung
pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Dalam
perdagangan di indonesia hanya dikenal dua macam mutu, yaitu kacang hijau biji
besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan tepung,
sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan taoge. Warna bijinya
kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang bewarna kuning,
38
cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang
pada permukaan. (Sumber: Pornomo 2012).
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sebesar 22%
dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor.
Sedangkan kandungan lemak nya merupakan asam lemak yang tak jenus.
Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat
tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi
mereka yang ingin mengindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah
dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari
kacang hijau tidak mudah bebau. Lemak kacang hijau tersusun atas 72% asam
lemak tak jenus dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan
memang mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenus tinggi
penting untuk menjaga kesehatan jantung. Dan bagi ibu menyusui sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi kacang hijau untuk kelancaran ASI. Kacang hijau
mengandung vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan.
39
2. Kandungan Gizi Kacang Hijau
Nilai kandungan gizi kacang hijau per 100 g kacang hijau, biji matang,
mentah dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 5
Kandungan Gizi Kacang Hijau dan Gandum per 100 gr bahan.
Kandungan Gizi Kacang Hijau Gandum
Kalori (kal) 323 327
Protein (g) 22 12,61
Lemak (g) 1,5 1,54
Karbohidrat (g) 56,8 71,18
Kalsium (mg) 223 29
Zat Besi (mg) 7,5 3,19
Fosfor (mg) 319 228
Vitamin A (SI) 157 0
Vitamin B1 (mg) 0,46 0,38
Vitamin C (mg) 10 0
Air (g) 15,5 13,1
Sumber :Retnaningsih, et al (2008)
3. Cara Pengolahan Sari Kacang Hijau
a. Bahan
1) 100 gr kacang hijau
2) 100 gelas air bersih
3) Gula aren/gula merah sesuai selera
b. Cara membuat sari kacang hijau :
1) Cuci bersih kacang hijau, pastikan bahwa kotoran yang menempel
telah hilang seluruhnya
2) Siapkan panci, masukkan air bersih dan tunggu sampai air
mendidih.
3) Masukkan gula merah agar menambah rasa
4) Masukkan kacang ijo ke dalamnya, rebus dengan air sedang
40
5) Sesekali air rebusan kacang hijau diaduk perlahan-lahan, lalu
tunggu hingga air rebusan berubah warna menjadi coklat
kemerahan
6) Kemudian angkat panci lalu saring.
4. Kandungan yang terdapat dalam Kacang Hijau
Kacang hijau memiliki kandungan nutrisi yang luar biasa. Bahkan dikenal
sebagai makanan para tentara agar kebutuhan nutrisnya terpenuhi, fisiknya kuat
dan otaknya cerdas. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai kandungan
nutrisi dan manfaat kacang hijau untuk kesehatan. Sebgai salah satu sumber
makanan yang baik untuk kesehatan. Sebagai salah satu sumber makanan yang
baik untuk kesehatan kacang hijau mengandung berbagai nutrisi penting yang
dibutuhkan tubuh.
a. Kaya Vitamin
Kacang hijau mengandung asam folat sebesar 159 ug/100 gr dan vitamin
B1 sebesar 0,2 mg/100 gr. Tidak hanya itu, kacang hijau juga dilengkapi dengan
riboflavin, B6, asam pantothenat, serta niasin yang berguna membantu fungsi
metabolisme dan organ tubuh.
b. Sumber Mineral
Kacang hijau kaya akan mineral. Dalam 100 gram kacang hijau terdapat
potassium (266 mg) fosfor (99 mg) mangan (48 mg), kalsium (27 mg),
magnesium (0,3 mg) zat besi (1,4 mg), zinc (0,8), selenium (2,5 ug).
41
c. Kaya Protein
Kacang hijau bisa menjadi sumber protein alternatif bagi para vegetarian.
Kandungan protein dalam setiap 100 gr kacang hijau sebesar 7 gr protein.
d. Protein
Kacang hijau memiliki proKfainldu angsana Nmutri sai dman iMnanofa
alt eKancagngk haijapu dan dapat diserap tubuh lebih cepat. Protein berguna
dalam membantu pembentukan sel-sel otot, mempercepat pemulihan,
meningkatkan daya taha tubuh dan membantu anda kenyang lebih lama.
e. Kaya Serat
Kandungan serat dalam 100 gr kacang hijau sebesar 7,6 gr serat. Jumlah
ini dapat memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 persen. Serat bermanfaat
dalam menjaga fungsi saluran cerna, mencegah sembelit dan membantu
menurunkan kolestrol.
f. Kaya Omega-3
Kacang hijau juga diperkaya dengan omega-3 sebesar 0,9 mg/100 gr dan
omega-6 sebesar 119 mg/100 gr. Seperti kita ketahui bahwa asam lemak esensial
ini berguna untuk menurunkan kolestrol dan menjaga kesehatan jantung.
5. Manfaat Kacang Hijau Bagi Kesehatan
Kandungan nutrisi lengkap yang terkandung dalam kacang hijau,
menjadikan makanan ini sebagai sumber makanan dengan segudang manfaat
kesehatan, antara lain:
a. Membantu penyerapan Nutrisi
Penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin B1 menyebabkan
matabolisme malambat sehingga proses penyerapan nutrisi dari maknan tidak
42
berjarak maksimal. Kandungan vitamin B1 dan enzim-enzim aktif pada kacang
hijau dapat memperbaiki kondisi ini dengan meningkatkan penyerapan nutrisi dan
metabolisme tubuh.
b. Mencegah penyakit jantung
Kacang hijau mengandung serat tinggi yang berfungsi membersihkan
saluran pencernaann, meningkatkan gerak peristaltik usus sehingga mengurangi
waktu kotoran kolestrol jahat dalam tubuh, sehingga efektif untuk mencegah
penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke.
c. Mencegah anemia
Diperkaya dengan zinc dan zat besi menjadikan kacang hijau sebagai
makanan pilihan untuk mengatasi anemia, membantu keseimbangan hormon dan
sistem kelenjar, serta menjaga metabolisme tubuh.
d. Mambantu pertumbuhan
Kacang hijau mengandung protein lengkap yang membantu pertumbuhan
dan pembentukan sel-sel tubuh, yaitu sel-sel organ, otot dan otak.
43
6. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah ringkasan tinjauan pustaka yang digunakan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan
dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan
kerangka konsep penelitian (Notoadmodjo, 2006)
Sumber : Walyani, (2015), Maritalia (2010)
Gambar 1
Kerangka Teori
Faktor Farmakologi
1. Penggunaan alat Kontrasepsi
yang mengandung estrogen
2. Pengaruh Pil Laktasi
Faktor Non Farmakologis
1. Makanan berprotein tinggi
2. Sayuran hijau
3. Buah-buahan yang mengandung
air
4. Pemberian kacang-kacangan
seperti : Sari Kacang Hijau
5. Ketenangan jiwa dan fikiran
6. Perawatan payudara
7. Anatomis payudara
8. Psikologis
9. Pola istirahat
10. Frekuensi menyusu anak
11. Umur saat melahirkan
12. Konsumsi rokok dan alkohol
Kelancaran Produksi ASI
44
7. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada hakekatnya adalah suatu uraian dan
visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur atau ditilik.
(Notoadmojo, 2010).
Pretest Postest
Gambar 2
Kerangka Konsep
8. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.
(Notoadmojo, 2010)
Ha : Ada Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Dengan Kelancaran Produksi
ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Poskeskel Tejo Agung Kota
Metro
Ho : Tidak ada Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau dengan Kelancaran
Produksi ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Poskeskel Tejo Agung
Kota Metro
Pemberian Ekstraksi Sari
Kacang Hijau
Kelancaran Produksi
ASI
45
Tabel 6
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
skor
Pemberian sari
kacang hijau
selama 7 hari
Pemberian sari kacang
hijau yang kaya akan
laktogagum dipercaya
sebagai buah yang
dapat memperlancar
ASI
Lembar
observasi
Atau
ceklist
Wawancara
Dan
Observasi
langsung
Skor nilai
lebih dari 5 :
ASI lancar.
Skor nilai
kurang dari
5 ASI tidak
lancar
Rasio
Kelancaran
ASI pada ibu
menyusui 0-6
bulan
Kelancaran ASI
dengan lancar tanpa
adanya bendungan,
dengan kriteria
kelancaran ASI :
1. ASI yang banyak
dapat merembas ke
luar melalui
puting.
2. Sebelum disusukan
payudara terasa
tegang.
3. Serat badan naik
dengan
memuaskan sesuai
dengan umur.
4. Jika cukup ASI
setelah menyusu
bayi akan tertidur/
tenang selama 3-4
jam.
5. Bayi kencing lebih
sering, sekitar 8
kali sehari.
Lembar
observasi
Atau
ceklist
Wawancara
Dan
Observasi
langsung
Skor nilai
lebih dari 5 :
ASI lancar.
Skor nilai
kurang dari
5 ASI tidak
lancar
Rasio