bab ii tinjauan pustaka a. diabetes melitusrepository.ump.ac.id/680/3/ana nur arifah bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian diabetes melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2010)
diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin maupun gangguan kerja insulin yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf maupun pembuluh darah.
Penyakit gula atau secara medis disebut dengan diabetes
melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan
berlangsung sepanjang hidup penderitanya. Penyakit ini
ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) yang
melebihi nilai normal yaitu gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan
kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang
mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan disebabkan
oleh kurangnya sekresi insulin dari sel beta pankreas atau
penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Diagnosis
diabetes melitus umumnya akan disimpulkan apabila ada
keluhan khas diabetes melitus yang berupa poliuria, polidipsia,
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya (Stanley & Beare, 2005).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diabetes
melitus merupakan penyakit yang diakibatkan karena kelainan
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau
meningkatnya glukosa dalam darah ( ≥200 mg/dl) yang terjadi
karena menurunnya kerja insulin. Diabetes melitus biasanya
ditandai dengan adanya poliuria, polidipsia dan polifagia.
2. Klasifikasi dan Diagnosis Diabetes Melitus
Diabetes melitus ini dapat dilihat dari tanda dan gejala
berikut (1) keluhan umum pasien diabetes melitus seperti
poliuria, polidipsia, polifagia pada diabetes melitus umumnya
tidak ada; (2) gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati
perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim; (3) Osmotik diuresis akibat glukosuria
tertunda yang disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur maupun
inkontinensia urin (Perkeni, 2011).
Diabetes yang muncul pada anak muda disebut diabetes
tipe I, sedangkan yang muncul pada orang dewasa adalah
diabetes tipe II.
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
DMT2 atau biasa disebut Non Insulin Dependent Diabetes
melitus (NIDDM). NIDDM menurut WHO (2005) cenderung
bersifat familiar dan prevalensi yang cukup tinggi (mencapai
35% dari semua orang dewasa) tercatat pada masyarakat yang
telah merubah gaya hidupnya, dari tradisional menjadi modern.
Berbeda dengan diabetes tipe I, pada diabetes tipe I muncul
akibat pankreas yang memproduksi sel beta mengalami
kerusakan total dan sama sekali tidak mampu menghasilkan
insulin. Sedangkan pada diabetes tipe II pankreas bekerja
dengan baik, kondisi insulin cukup tetapi reseptor insulin yang
kurang baik.
NIDDM atau diabetes melitus tipe II ini disebabkan dan
dipercepat oleh gaya hidup yang meliputi konsumsi gula dan
lemak yang berlebihan serta proses penuaan yang
menyebabkan turunnya massa otot. Hal ini membuat sel-sel
kesulitan menerima insulin atau biasa dikenal resistensi insulin
(Waspadji, 2007).
Berdasarkan deskripsi diatas, maka pengertian NIDDM
adalah kondisi medis yang ditandai dengan gangguan fungsi
insulin yang disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
oleh jaringan perifer dan sebagai penghambat produksi glukosa
oleh hati (Perkeni, 2007).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ini sering muncul dan berlangsung tanpa
timbulnya gejala klinis yang mencurigakan. Diabetes tipe I
yang dimulai pada usia muda memberikan tanda-tanda yang
sangat jelas seperti tubuhnya yang kurus, hambatan
pertumbuhan, retardasi mental, dan sebagainya (Agoes., dkk,
2010). Pada umumnya terdapat lima gejala awal yaitu
a. peningkatan frekuensi berkemih;
b. rasa haus;
c. bertambahnya nafsu makan;
d. infeksi atau luka yang sukar sembuh;
e. lesu.
Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemia
akibat insensitifitas sel terhadap insulin. Akan tetapi, insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas sehingga diabetes
melitus tipe II dianggap sebagai Non Insulin Dependen
Diabetes Melitus (Corwin , 2009).
Pengidap diabetes terutama tipe II, berisiko tinggi
mengalami penyakit kardiovaskular, serebrovaskular dan
penyakit vaskular perifer yang dapat berlanjut menjadi infrak
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
miokard, stroke, gagal ginjal dan amputasi ekstremitas (Sari,
2012).
Peningkatam kadar gula darah menimbulkan berbagai
resiko. Pasien diabetes berisiko 29 kali lebih tinggi mengalami
kebutaan, berisiko 17 kali lebih besar mengalami gagal ginjal,
5 kali untuk amputasi kaki, dan 5 kali untuk penyakit jantung.
Terdapat tiga cara untuk mencapai kadar gula darah yang
normal diantaranya perubahan pola diet termasuk kontrol berat
badan, olahraga dan obat-obatan (Sari, 2012).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolik defisiensi (Price & Wilson, 2005) yaitu
sebagai berikut
a. kadar glukosa puasa tidak normal;
b. hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan
menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran
urine/ poliuria dan timbul rasa haus/ polidipsia;
c. rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan
kurang;
d. mudah lelah dan mengantuk;
e. gejala lain yang dikeluhkan seperti kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi dan peruritas vulva.
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
5. Prinsip Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus menurut Huda,
Amin & Hardhi Kusuma (2013) yaitu sebagai berikut
a. Pertahankan berat badan yang ideal.
b. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula
dan karbohidrat
c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu
makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi
(ketidakstabilan) kadar gula dalam darah.
d. Ajarkan mencegah infeksi dengan cara menjaga kebersihan
kaki dan hindari perlukaan.
e. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung
serat (sayuran dan sereal).
f. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan banyak
mengandung kolesterol LDL (daging merah, produk susu,
kuning telur, mentega).
g. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi
garam.
6. Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus
Menurut Johnson (2005) penderita diabetes hanya
memerlukan modifikasi dari makanan bergizi yang normal.
Rencana diet setiap orang sedikit berbeda, karena harus
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
disesuaikan dengan kebutuhan energi seeseorang yang diukur
dengan kalori.
a. Makanlah lebih sedikit kalori
Cara yang paling logis untuk menurunkan berat badan yaitu
mengurangi makan. Untuk setiap 3500 kalori kurang dari
yang seseorang makan, ia akan kehilangan berta satu pon.
Ini berarti bahwa jika seseorang mengurangi 500 kalori
setiap hari, ia akan mampu menurunkan berta badannya satu
pon satu pekan atau lebih kurang 2 kg dalam sebulan.
Tampaknya seperti kemajuan yang sangat lambat, tetapi
sebenarnya cara tersebutlah yang paling aman untuk
mnrurunkan ideal berat badan.
b. Jangan makan diantara makanan yang ditetapkan
Pada penderita diabetes biasanya harus menghindari
makanan kecil. Hal ini dikarenakan penderita diabetes tidak
boleh kelebihan berat badan, makanan kecil ini akan
menambah kalori tambahan yang sebenarnya tidak
diperlukan. Penderita diabetes tetap pada tiga kali makan
sehari tanpa sesuatu diantaranya.
c. Hindari makan berlebihan
Tetapkanlah bersama dokter atau ahli gizi untuk berapa
banyak makanan dan kalori yang harus dibutuhkan setiap
hari. Memakan terlalu banyak makanan yang salah akan
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
menjadi kelebihan berat badan. Bahakan makanan yang
benar haruslah dimakan dalam jumlah sedang.
d. Kurangi jumlah lemak
Pada penderita diabetes, terlalu banyak lemak beredar
dalam peredaran darah akan mengganggu kerja pankreas.
Cara untuk mengurangi jumlah lemak yaitu makan-
makanan yang lebih alami, lebih rendah lemak dan lebih
tinggi serat.
e. Hati-hati dengan lemak tersembunyi
Hindari semua makanan yang digoreng dan makanan junk
food (makanan rongsokan), french fries (kentang goreng)
dan fast food. Semua makanan tersebut memang lezat tetapi
makanan itu dapat mendatangkan kesulitan dalam bentuk
diabetes dan penyakit jantung maupun stroke.
f. Hindarkanlah lemak jenuh
Lemak jenuh adalah semua lemak yang berasal dari hewan
yang mengental dalam suhu ruangan. Sebagian dari lemak
jenuh yang bersumber dari hewan adalah mentega, lemak
babi dan lemak sapi. Telur dan daging juga mengandung
banyak lemak jenuh.
Lemak tak jenuh termasuk minyak jagung, minyak wijen,
minyak zaitun, minyak kedelai dan minyak kacang tanah.
Minyak-minyak inilah merupakan lemak yang dianjurkan
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
untuk dipakai karena tidak mempunyai efek memproduksi
kolesterol.
g. Makan lebih banyak makanan yang alami
Penderita diabetes harus lebih banyak memakan lebih
banyak serat alami seperti sayur-sayuran dan buah-buhan
karena dapat menurunkan jumlah lemak dan gula yang
beredar didalam peredaran darah. Jangan kupas apel dan
buah-buahan lain yang kulitnya dapat dimakan karena serat
dan vitamin yang berharga ada dibawah kulit buah tersebut.
Jenis kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik dan
jenis kacang-kacangan tersebut juga mengandung lemak
yang rendah.
h. Hindari minuman beralkohol
Alkohol mengandung kalori yang sangat tinggi. Ada banyak
pilihan minuman yang bercitarasa dan dapat dianggap
sebagai makanan bebas bagi penderita diabetes termasuk
teh cina yang tidak bergula, sari jeruk atau limau yang tidak
dimaniskan serta air mineral.
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian percaya diri.
Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
berbuat atau melakukan suatu tindakan (Thantaway, 2005
dalam wikipedia.com).
2. Klasifikasi percaya diri
Menurut Niven (2002), percaya diri ada empat macam, yaitu
a. Self concept yaitu bagaimana seseorang menyimpulkan
dirinya secara keseluruhan mulai dari gambaran diri sampai
konsep dirinya.
b. Self esteem yaitu sejauhmana seseorang mempunyai
perasaan positif terhadap diri sendiri seperti harga diri.
c. Self efficacy yaitu sejauhmana seseorang mempunyai
keyakinan atas kemampuan yang dimiliki untuk
menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil
yang bagus (to succeed).
d. Self confidence yaitu sejauhmana seseorang mempunyai
keyakinan terhadap penilaian dirinya atas kemampuannya
dan sejauh mana seseorang tersebut bisa merasakan adanya
“kepantasan” untuk berhasil. Self confidence adalah
kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.
3. Ciri-ciri kurangnya rasa percaya diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kurang akan
terlihat dari ciri-ciri berikut (Niven, 2002) antara lain:
a. Kurang bisa bersosialisasi
b. Mempunyai masalah dalam kebiasaan makan
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
c. Tampak murung dan depresi
d. Selalu mempunyai perasaan pesimis
e. Tidak mau mengambil tanggung jawab
f. Takut untuk mengeluarkan pendapatnya.
C. Mekanisme Koping
1. Pengertian
Menurut Smith (1994), setiap individu tidak pernah lepas
dari masalah dan sering kali masalah-masalah tersebut
menyebabkan individu menjadi stres. Seseorang akan memberi
reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap
permasalahannya. Cara atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang untuk menghindari atau mengalihkan perasaan hati
yang menekan atau stres disebut dengan koping.
Menurut Rasmun (2004), koping adalah proses yang dilalui
oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping
tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang
mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.
Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah
lingkunagn atau situasi untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi
yang menetap merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari
situasi yang lama, sedangkan koping yaitu yang tidak efektif
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
berakhir dengan maladaptif perilaku yang menyimpang dari
keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun
orang lain dan lingkungan (Susilawati, 2005).
Mekanisme koping adalah berbagai berbagai usaha yang
dilakukan individu untuk menanggulangi stres yang
dihadapinya (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Hidayat
(2008) menjelaskan bahwa individu dapat mengatasi stres
dengan menggerakan sumber koping dilingkungan. Ada lima
sumber koping yaitu aset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan
sosial dan dorongan motivasi.
2. Penggolongan mekanisme koping
Mekanisme koping dibagi menjadi dua macam (Stuart &
Sundeen, 1998), yaitu
a. Mekanisme koping adaptif
Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme koping maladaptif
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
dan cenderung menguasai lingkunngan. Kategorinya
adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
3. Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
a. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan
kedua bentuk koping yaitu problem focus coping dan
emotion focus coping. Menurut Pramadi (2003), wanita
lebih cenderung berorientasi pada emosi sedangkan pria
lebih berorientasi pada masalah.
Secara umum respon mekanisme koping antara pria
dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih lemah atau
lebih sering menggunakan penyaluran emosi daripada pria
(Hapsari, 2002).
b. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seesorang akan
semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian
pula sebaliknya. Oleh karena itu, seseorang yang
berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam
memecahkan masalah.
c. Perkembangan usia
Struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber
untuk melakukan koping akan berubah menurut
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam
merespons tekanan (Hapsari, 2002). Pada setiap tingkat
usia meknisme koping yang digunakan akan brebeda . Pada
usia muda akan menggunakan problem focus coping
sedangkan pada usia yang lebih tua akan menggunakan
emotion focus coping. Hal ini disebabkan pada orang yang
lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu
melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi
sehingga akan bereaksi dengan mengatur emosinya
daripada pemecahan masalah.
d. Status Sosial Ekonomi
Seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan
menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis,
dan lebih fatal atau menampilkan respon menolak,
dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya
lebih tinggi.
Menurut Tanumidjojo, dkk (2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanisme koping antara lain
perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subjek berpikir
dan memahami kondisinya, kemudian kematangan usia
yaitu bagaimana subjek mengelola emosi, pikiran, dan
perilakunya saat menghadapi masalah. Selain itu, urutan
kelahiran yaitu posisi subjek diantara saudara-saudaranya
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
yang berpengaruh terhadap karakteristik subjek dalam
menilai dirinya sendiri, serta moral yaitu bagaimana
subjek memandang aturan tentang masalah yang sedang
dihadapi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi mekanisme coping adalah jenis
kelamin, tingkat pendidikan, perkembangan usia, konteks
lingkungan dan sumber individual serta status sosial
ekonomi. Sementara faktor-faktor lain yang
mempengaruhi mekanisme koping adalah perkembangan
kognitif, kematangan usia, urutan kelahiran, moral, pola
asuh orang tua, peran orang tua, dan pemahaman subjek
tentang masalah yang dihadapi.
4. Metode koping
Menurut Rasmun (2004) mengutip dari Bell (1997) ada dua
metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi
masalah psikologis yaitu
a. Metode koping jangka panjang
Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang
efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis
untuk kurun waktu lama misalnya berbicara dengan orang
lain untuk mencari pendapat, mencari informasi lebih
banyak tentang masalah yang dihadapi, menghubungkan
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
masalah yang dihadapi dengan kekuatan supra natural,
melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/
masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk
mengurangi situasi dan mengambil pelajaran dari
peristiwa/pengalaman masa lalu.
b. Metode koping jangka pendek
Cara ini digunakan untuk mengurangi stres ketegangan
psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara tetapi
tidak efektif jika digunakan dalam jangka waktu panjang
misalnya menggunakan obat-obatan, mencoba melihat
aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan serta
beralih pada aktifitas lain untuk melupakan masalah.
Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam
menghadapi masalah/ ketegangan seperti yang
dikemukakan oleh Rasmun (2004) mengutip dari Mc.
Cubbin (1979) yaitu
- Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan pada
keluarga maupun teman
- Reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masalalu agar
lebih dapat menanganinya dan menerima, menggunakan
pengalaman masa lalu untuk mengurangi kecemasan/
ketegangan
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
- Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka
agama atau aktif pada pertemuan ibadah
- Menggerakan keluarga untuk mencari dan menerima
bantuan
- Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang alami
dengan cara menonton TV atau diam saja.
D. Motivasi diet
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia yang
menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan
yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak
menyenangkan (Wade & Travis 2008).
Sikap dan perilaku sehat individu juga dipengaruhi oleh
motivasi diri individu untuk berperilaku sehat dan menjaga
kesehatan. Tanpa motivasi, penderita diabetes melitus akan
mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan sehari-
hari. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam
melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam
pengendalian kadar gula dalam darah. Penderita diabetes
melitus harus selalu mengatur pola makannya sesuai dengan
prinsip diet diabetes melitus yang dianjurkan oleh tenaga
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
kesehatan karena dengan mengatur pola makan penderita dapat
mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol.
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi diet diabetes melitus
Kendala utama pada penanganan diet diabetes melitus
adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Pelaksanaan
diet diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan
dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan
memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta
aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan
orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan
membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner &
Suddart, 2002).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan motivasi diet
diabetes melitus diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Persepsi terhadap kesembuhan
Persepsi terhadap kesembuhan ini merupakan
pandangan penderita terhadap kesembuhan pada
penyakitnya dan terhadap apa yang telah ditentukan oleh
pelayan kesehatan terutama pada masalah diet yang telah
ditentukan.
b. Kepercayaan diri sendiri terhadap diet untuk kesembuhan
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
Percaya diri merupakan kondisi mental atau
psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi
keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat
pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam
mencapai tujuan di dalam hidupnya. Seseorang yang
mempunyai kepercayaan diri baik, mereka memiliki
perasaan positif terhadap dirinya, mempunyai keyakinan
yang kuat atas dirinya dan mempunyai pengetahuan akurat
terhadap kemampuan yang dimiliki. Seperti pada penderita
diabetes melitus mereka harus percaya diri bahwa program
diit akan menurunkan kadar gula dalam darah.
c. Interaksi sosial atau dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang
bermanfaat bagi individu dan diperoleh dari orang lain yang
dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada
orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan
mencintainya (Setiadi, 2008).
E. Kepatuhan
1. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti
disiplin dan taat. Kepatuhan atau ketaatan (compliance/
adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau
oleh orang lain (Smeltzer & Bare, 2008).
Kepatuhan diet adalah penatalaksanaan gizi yang paling
penting bagi penderita diabetes supaya diet penderita
mempunyai jadwal yang teratur. Tanpa pengaturan jadwal dan
jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari,
penderita akan sulit mengontrol kadar gula darah supaya tetap
dalam batas normal. Penderita diabetes melitus sangat
dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai yang dianjurkan dan
harus menaatinya secara terus menerus baik dalam jumlah
kalori, komposisi dan waktu makan yang harus selalu diatur.
Pengaturan makanan bagi penderita diabetes melitus secara
umum bertujuan menjaga dan memelihara tingkat kesehatan
optimal sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
karena diet adalah awal untuk mengendalikan diabetes.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat
digolongkan menjadi empat bagian (Setiadi, 2008) antara lain :
a. Pemahaman tentang instruksi
Tidak ada seorang pun yang dapat mematuhi instruksi
jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan
kepadanya.
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan
pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan
derajat kepatuhan.
c. Isolasi sosial keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh
dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu
serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan
yang dapat mereka terima.
d. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan
antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan.
Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar
dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang
gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang
yang mengalami depresi, kecemasan, sangat memperhatikan
kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatiannya
pada diri sendiri.
3. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet
diabetes melitus
Menurut Syakira (2009), strategi yang dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap diet diabetes melitus yaitu :
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
a. Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan
untuk meningkatkan kepatuhan, dukungan yang diperlukan
yaitu komunikasi yang efektif dari pihak kesehatan baik
dokter maupun perawat.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksudkan yaitu dukungan
dari keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat
meyakinkan keluarga penderita untuk menunjang
peningkatan kesehatan penderita maka ketidakpatuhan
dapat dikurangi.
c. Perilaku Sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk
penderita diabetes melitus diantaranya yaitu tentang
bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih
lanjut apabila sudah menderita diabetes melitus. Modifikasi
gaya hidup terutama pola makan dan olahraga serta kontrol
kadar gula dalam darah secara teratur.
d. Pemberian Informasi
Pemberian informasi yang jelas pada penderita dan
keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara
pengobatannya.
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
F. Konsep Penelitian
Berdasarkan konsep teori diatas dapat dibuat bagan konsep
penelitian sebagai berikut :
Variabel bebas
variabel terikat
Faktor kepercayaan diri:
- Kemampuan pribadi
- Keberhasilan seseorang
- Keinginan
- Tekat yang kuat
Faktor mekanisme koping:
- Kepribadian individu
- Dukungan sosial
Bagan 2.2. kerangka konsep penelitian
Keterangan :
= variabel yang diteliti
¦¯ ¯ ¯ ¯¦ = faktor yang mempengaruhi variabel yang diteliti
Kepercayaan diri
Motivasi kepatuhan
diet diabetes melitus
Mekanisme koping
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
G. Hipotesis Penelitian
1. Ha: terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan
mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada
penderita diabetes melitus di Puskesmas I Rakit,
Banjarnegara tahun 2016.
2. Ho: tidak ada hubungan antara kepercayaan diri dan
mekanisme koping terhadap motivasi kepatuhan diet pada
penderita diabetes melitus di Puskesmas I Rakit,
Banjarnegara tahun 2016.
Hubungan Kepercayaan Diri..., Ana Nur Arifah, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016