bab ii tinjauan pustaka a. gangguan jiwa 1. definisi ...repository.ump.ac.id/1316/3/nubhan masrury...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Definisi Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik, seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (PPDGJ III, dalam
Komarudin, 2009). Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami
oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkah laku
mereka diluar kepercayaan budaya dan kepribadian mereka, dan
menimbulkan efek yang negatif bagi kehidupan mereka atau kehidupan
keluarga mereka. Dapat kita pahami bahwa gejala-gejala gangguan jiwa
ialah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik, dan
sosial budaya. Gejala-gejala inilah sebenarnya yang menandakan
dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran,
perasaan, dan perilaku (Maramis, 2005).
Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer
dan Goldstein (dalam Suliswati, 2005) adalah sebagai berikut:
1. Hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang (tension) di
dalam diri.
2. Merasa tidak puas (dalam artian negatif) terhadap perilaku diri
sendiri.
10
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
3. Perhatian yang berlebihan terhadap problem yang dihadapinya.
4. Ketidakmampuan untuk berfungsi secara efektif di dalam
menghadapi problem.
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Faktor penyebab gangguan jiwa menurut Videbeck (2008)
diantaranya sebagai berikut:
a. Faktor individual
1. Struktur biologis
Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa
penelitian yang dilakukan oleh para psikiater mengenai
neurotransmitter, anatomi dan faktor genetik juga ada
hubungannya dengan terjadinya gangguan jiwa.
2. Ansietas dan ketakutan
Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan
yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu
merasa terancam, ketakutan hingga terkadang mempersiapkan
dirinya terancam.
b. Faktor psikologik
Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan
mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan
bagaimana setiap orang mampu berkomunikasi secara efektif.
c. Faktor budaya dan sosial
Perbedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin mempengaruhi
terhadap mulannya gangguan jiwa. Status ekonomi juga
berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
d. Faktor presipitasi
Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu mempersiapkan
dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping.
3. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Keadaan mental seseorang yang menderita gangguan jiwa, menurut
Sundari (2005) dapat mengalami sebagai berikut:
a. Delusi atau waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk
akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu
tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan
misalnya penderita mendengar suara-suara atau atau bisikan-bisikan
di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.
c. Kekacauan alam pikiran yaitu yang dapat dilihat dari isi
pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat
diikuti jalan pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan.
e. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif,
tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak
ingin apa-apa, malas dan selalu terlihat sedih.
4. Macam-macam Gangguan Jiwa
Macam-macam gangguan jiwa menurut Maramis (2005) adalah
sebagai berikut:
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku aneh. Penyakit ini sering diartikan oleh masyarakat adalah
penyakit yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol dan digambarkan
sebagai individu yang mengalami masalah emosional dan
memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah.
b. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
c. Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang
pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu
untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan baik.
d. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepbribadian didiagnosis saat sifat kepribadian individu
menjadi kaku dan maladaptive dan secara signifikan mengganggu
cara individu melakukan fungsi dalam masyarakat atau
menyebabkan distres emosional individu.
e. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psiko atau nonpsikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak atau yang terutama di luar otak.
f. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi
badaniah. Pada gangguan psikosomatik sering terjadi perkembangan
neurotic yang memperlihatkan gangguan fungsi alat-alat tubuh.
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
rendahnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat.
Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran
dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal
dari anak atau mungkin dari lingkungannya, karena lingkungan itu
dapat dirubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat
dipengaruhi atau dicegah.
Jadi jelas bahwa terdapat berbagai macam atau jenis gangguan
jiwa. Demikian pula dengan faktor-faktor penyebabnya, sehingga dapat
dikatakan bahwa gangguan jiwa merupakan sesuatu yang bersifak
kompleks.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
B. Caregiver
1. Definisi Caregiver
Penderita gangguan jiwa memerlukan bantuan orang lain untuk
perawatan dirinya dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Orang
yang memberikan perawatan tersebut dinamakan caregiver dan
caregiver merupakan istilah yang biasa digunakan dalam bidang
perawatan dan pelayanan.
Oyebade (2003) mendefinisikan caregiver sebagai seseorang
yang memberikan perawatan untuk orang lain. Perawatan tersebut
diberikan pada orang lain yang membutuhkan pertolongan bahkan
dapat dikatakan orang tersebut bergantung pada caregiver-nya.
Menurut Sukmarini (2009), caregiver adalah seseorang yang
memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan
dan memerlukan bantuan karena penyakit dan keterbatasannya.
2. Jenis Caregiver
Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver
formal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota
keluarga, teman, atau tetangga) yang memberkan perawatan tanpa
dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun
terpisah dengan orang yang dirawat. Sedangkan caregiver formal
adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan baik di
bayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).
3. Fungsi Caregiver
Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makanan, membawa
pasien ke dokter, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang,
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
dan perhatian, caregiver juga membantu pasien dalam mengambil
keputusan. Pada stadium akhir penyakitnya caregiver inilah yang
membuat keputusan untuk pasiennya. Keluarga caregiver merupakan
penasihat yang sangat penting yang diperlukan oleh pasien (Tantono,
Siregar, Hazza, 2006).
4. Beban pada Caregiver
Beban keluarga merupakan suatu tolok ukur utama dalam
menilai dampak terhadap anggota keluarga lain dari perawatan
penderita gangguan jwa. Beban caregiver (caregiver burden)
didefinisikan sebagai tekanan mental atau beban yang muncul pada
orang yang merawat lansia, penyakit kronis, anggota keluarga atau
orang lain yang cacat (Djatmiko, 2004).
Ada 3 faktor beban caregiver, yaitu faktor dalam kehidupan
pribadi dan sosial caregiver, beban psikologis dan perasaan bersalah.
Caregiver arus memberikan sejumlah waktu, energi, dan uang. Tugas
ini seringkali dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan stress
psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang
dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan,
lelah dan tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan
bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih banyak, dan tidak
dapat merawat dengan baik. (Anneke dan Endarwati, 2009).
Keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita
skizofrenia akan mendapatkan konsekuensi berupa munculnya
berbagai masalah yang berdampak pada kehidupan keluarga.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
Caregiver utama umumnya adalah keluarga. Sebagai caregiver
keluarga kadang memiliki beban yang dirasakan berbeda-beda oleh
setiap keluarga yang memiliki dan merawat anggota keluarganya yang
menderita gangguan jiwa.
C. Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial terkecil yang
terbuka yang terdiri atas suatu rangkain bagian yang sangat saling
bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun
lingkungan eksternalnya (Friedman, 2010).
Keluarga terdiri atas sekelompok orang yang mempunyai ikatan
perkawinan, keturunan atau hubungan sedarah atau hasil adopsi,
anggota lain tinggal dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/
kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan
sendiri. (Bergess, 1962, dalam Mubarak, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah sebuah sistem sosial terkecil yang terdiri dari individu-
individu yang terikat dalam suatu ikatan perkawinan, hubungan darah,
adopsi yang hidup bersama, yang saling berinteraksi satu sama lain
sesuai dengan peranannya dan menciptakan serta mempetahankan suatu
kebudayaan.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
2. Bentuk-bentuk Keluarga
Bentuk-bentuk keluarga menurut Friedman (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti merupakan keluarga yang salah satu orang tua
bekerja, bekerja tinggal dalam satu rumah.
a. Keluarga pada pernikahan pertama
b. Keluarga orang tua tiri
c. Keluarga adopsi
2) Keluarga inti duel earner
Keluarga inti duel earner adalah keluarga yang kedua
pasangannya berpenghasilan, yaitu:
a. Keluarga pada pernikahan pertama
b. Keluarga campuran atau dengan orang tua tiri
c. Keluarga adopsi
3) Keluarga inti
Merupakan keluarga yang hanya terdiri dari pasangan suami
isteri saja tanpa adanya anak yang tinggal di rumah, yaitu:
a. Salah satu pasangan bekerja (single career)
b. Pasangan sama-sama bekerja (dual career)
4) Keluarga orang tua tunggal
Merupakan keluarga yang dikepalai oleh satu orang (pria
atau wanita) sebagai akibat perceraian.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
a. Bekerja
b. Pengangguran
5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri.
6) Extended family adalah keluarga dengan pasangan yang
berbagai pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan
dengan orang tua, kakak/adik,dan keluarga dekat lainnya.
7) Keluarga dengan pasangan usia pertengahan atau lansia
adalah keluarga yang terdiri dari suami sebagai pencari
nafkah, istri di rumah, sedangkan anak-anak telah kuliah,
bekerja, atau menikah.
8) Jaringan kekerabatan yang luas. Dua rumah tangga inti atau
lebih dari kerabat dekat atau anggota keluarga yang belum
menikah tinggal berdekatan dan bekerjasama dalam sistem
pertukaran timbal balik barang dan jasa.
b. Bentuk Keluarga Non Tradisional
1. Unmarried Parent and child
Yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (biasanya ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah atau perkawinan yang
tidak dikehendaki.
2. Commune Family
Yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
3. The non-marital heterosexual cohibitang family
Yaitu keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
4. Gay and Lesbian Family
Yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partness).
5. Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
3. Fungsi keluarga
Keluarga mempunyai bermacam-macam fungsi. Menurut
Friedman (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif (fungsi mempertahankan kepribadian)
Fungsi afektif merupakan dasar utama untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang sangat penting.Fungsi
ini memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis kebutuhan untuk memahami, kasih saying
dan kebahagiaan bagi penderita gangguan jiwa.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Fungsi sosial tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak,
meneruskan nilai budaya serta menciptakan status pada anggota
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
keluarga. Pada fungsi ini keluarga mampu mengajarkan dalam
bersosialisasi dengan masyarakat terhadap anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti, makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan
terhadap budaya. Fungsi perawatan bertugas membantu keluarga
dalam pemulihan fisik maupun psikis penderita gangguan jiwa.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembagkan emampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan dan atau Pemelihara Kesehatan
Fungsi untuk mepertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
4. Tugas – tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga ada lima, yaitu
sebagai berikut (Friedman, 2010):
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya. Pada keluarga yang salah-satu anggota keluarganya
terkena gangguan jiwa, harus mengetahui setiap perkembangan
anggota keluarganya. Agar dapat mengetahui tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Dalam pengambilan keputusan peran keluarga sangat penting,
untuk memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk
pengobatan anggotanya yang terkena gangguan jiwa.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
tidak sakit. Dalam hal ini keluarga membantu perawatan dan
pemulihan anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa,
sehingga penderita merasa diperhatikan oleh keluarga.
d. Memodifikasi suasana rumah yang mendukung kesehatan keluarga
serta perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga
dan lembaga-lembaga kesehatan. Dengan adanya hubungan timbal
balik pada keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan maka akan
mempermudah proses pengobatan penderta gangguan jiwa.
5. Bentuk dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2010). Anggota
keluarga adalah orang yang mendukung dan selalu siap memberikan
pertolongan serta bantuan jika diperlukan.
Terdapat 4 jenis bentuk dukungan keluarga menurut Friedman
(2010), yaitu sebagai berikut:
a. Informasi
Keluarga sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Dalam hal ini keluarga
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dukungan
ini adalah dapat menekan munculnya stressor karena informasi yang
didapat dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi untuk penderita gangguan
jiwa dalam keluarga.
b. Penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber
dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan, perhatian.
c. Instrumental
Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan kongkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-
aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
6. Karakteristik Keluarga Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan, Status Sosial Ekonomi.
1. Usia
Manusia tumbuh dan berkembang dalam hidupnya melalui
beberapa fase, dan disetiap fase tersebut manusia memiliki stressor
sendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan usia yang
dialaminya (Ericson, 1994).
Umur atau usia seseorang, mulai dari bayi hingga tua, terbagi
menjadi beberapa kategori. Kategori umur menurut Depkes RI
(2009) adalah sebagai berikut:
Masa balita = 0 – 5 tahun,
Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun.
Masa remaja Awal = 12 – 1 6 tahun.
Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun.
Masa dewasa Awal = 26 – 35 tahun.
Masa dewasa Akhir = 36 – 45 tahun.
Masa Lansia Awal = 46 – 55 tahun
Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun.
Masa Manula = 65 – ke atas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90
tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
2. Jenis Kelamin
Secara biologis sudah jelas bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki banyak perbedaan. Baik dari organ tubuh maupun
seksualnya. Secara psikologis laki-laki dalam mengatasi masalah
juga berbeda dengan perempuan. Laki-laki umumnya cenderung
lebih rasional, simpel dan lebih banyak bertindak, sedangan
perempuan cenderung lebih banyak berfikir sehingga mudah
mengalami stress.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang yang
diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat
kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran
(Ihsan, 2000). Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan
lebih mudah mengenal masalah dan mencari solusinya, sedangkan
orang yang memiliki pendidikan rendah memiliki pengetahuan
yang cenderung lebih rendah, dan kurang memiliki akses dalam
mengatasi masalah. Jadi yang dimaksud dalam hal ini adalah
pendidikan formal atau akademis. Tingkat atau jenjang pendidikan
di Indonesia meliputi:
a. Pendidikan dasar
b. Pendidikan menengah
c. Pendidikan tinggi
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
4. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi menurut Rossides (1986) dalam
Yulisanti (2000), adalah kedudukan seseorang dalam rangkaian
strata yang tersusun secara hirarkis yang merupakan kesatuan
dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam masyarakat yang biasanya
dikenal sebagai previlese berupa kekayaan, prestige berupa status,
gaya hidup dan kekuasaan.
Ukuran untuk menilai status sosial ekonomi dalam penelitian
ini menggunakan tingkat pendapatan karena mempunyai ukuran
yang jelas. Tingkat pendapatan tersebut secara khusus dilihat dari
Upah Minimum Regional (UMR) dan tingkat pendapatan
masyarakat serta ukuran pendapatan menurut Zarit Burden
Interview. Berikut adalah data UMR dan tingkat pendapatan
masyarakat di Kabupaten Banyumas:
Rendah : Rp 795.000-Rp 1.295.000
Sedang : Rp 1.296.000-Rp 1.795.000
Cukup : Rp 1.796.000-Rp 2.295.000
Tinggi : > Rp 2.295.000
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sintesa dari: Videbeck, (2008), Maramis (2005), Nadya (2009), Zarit SH, (1980)
E. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Gangguan jiwa Caregiver
Beban Caregiver
Keluarga
Beban caregiver
1. Beban subjektif : cemas, sedih, frustasi,
kekhawatiran akan masa depan
penderita, ketidakberdayaan, perasaan
kehilangan, perasaan bersalah.
2. Beban objektif : biaya finansial,
hambatan aktivitas, isolasi sosial,
pengucilan atau diskriminasi.
Skizofrenia
Depresi
Kecemasan
Gangguan
kepribadian
Gangguan
metal organik
Gangguan
psikosomatis
Retardasi
mental
Gangguan
perilaku masa
anak dan
remaja
1. Tidak ada beban
2. Beban ringan
3. Beban sedang
4. Beban berat
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016