bab ii tinjauan pustaka a. hama plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/bab ii.pdf ·...

45
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostella Hama dalam arti luas adalah semua jenis gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman yang mana aktivitas hidupnya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu tanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006: 1) 1. Konsep Munculnya Hama Konsep munculnya hama dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi perubahan ekosistem menjadi tidak seimbang lagi, misalnya terjadi penurunan bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi hama meningkat drastis dan menimbulkan kerusakan. Ekosistem pertanian akibat pembukaan lahan baru biasanya akan membuat

Upload: dinhxuyen

Post on 28-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HAMA Plutella xylostella

Hama dalam arti luas adalah semua jenis gangguan baik pada manusia,

ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan

dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak

tanaman yang mana aktivitas hidupnya dapat menimbulkan kerugian secara

ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu tanaman sebelum menimbulkan

kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama.

Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor

dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis

besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska,

tungau, tikus, burung atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan

tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama

(Dadang, 2006: 1)

1. Konsep Munculnya Hama

Konsep munculnya hama dapat digolongkan menjadi tiga kelompok

yaitu:

a. Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi perubahan

ekosistem menjadi tidak seimbang lagi, misalnya terjadi

penurunan bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi

hama meningkat drastis dan menimbulkan kerusakan. Ekosistem

pertanian akibat pembukaan lahan baru biasanya akan membuat

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

10

kondisi tidak stabil. Kemudian, penanaman secara monokultur

akan berpotensi terjadinya dominasi suatu organisme pada

ekosistem tersebut. Penanaman monokultur akan menyediakan

sumber makanan yang sangat melimpah untuk satu organisme

sehingga populasi organisme tersebutakan berkembang dengan

cepat sementara faktor pembatas seperti musuh alami mungkin

kurang.

b. Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami

dari dua arah yaitu tanaman tersebut memang tidak membawa

hama namun perkembangan tanaman tersebut dapat merubah

status tanaman tersebut menjadi gulma dan keberadaanya sangat

membahayakan tanaman budidaya.

c. Selain itu perubahan persepsi manusia juga dapat menentukan

status hama, salah satunya di ukur dari ambang ekonomi. Hewan

dapat berubah statusnya menjadi hama jika populasinya sudah

melebihi atau di atas ambang ekonomi. Dengan semakin

meningkatnya pemahaman konsumen terhadap kualitas produk

maka pihak produsen akan berusaha memenuhi keinginan

konsumen tersebut. Dengan demikian keberadaan hama di

lapangan lebih diperhatikan dalam arti tindakan pengendalian

lebih digiatkan agar produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan

konsumen (Dadang, 2006: 2)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

11

Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) adalah salah satu hama

utama pada tanaman. Larva merusak tanaman dengan cara menggigit,

mengunyah kemudian memakan permukaan bawah daun. Bagian daun akan

berwarna putih transparan, pada kerusakan berat hanya tertinggal tulang

daun. (Siahaya dan Rumthe, 2014:112)

2. Klasifikasi Hama Plutella xylostella

Klasifikasi ulat kubis (Plutella xylostella ) menurut Kalshoven (1981)

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Plutellidae

Genus : Plutella

Spesies : Plutella xylostella

Plutella xylostella adalah serangga kosmopolitan pada daerah

tropis dan daerah subtropis. Di Indonesia saat ini penyebaranya bukan

hanya di daerah pegunungan tetapi saat ini sudah menyebar sampai di

dataran rendah. P. xylostella memiliki kisaran inang yang luas. Banyak

jenis kubis, sawi dan beberapa tanaman silangan lainnya, termasuk

Raphanaus sativius (lobak). Ulat kubis banyak memakan daun muda

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

12

dibanding daun tua. Jenis kerusakan oleh ulat ini sangat khas: daun

menampilkan jendela putih tidak teratur (Kalshoven, 1981).

3. Biologi hama Plutella xylostella

Ulat Plutella xylostella disebut juga hama bodas, hama krancang

atau hama wayang. Tanaman inangnya antara lain kubis, lobak, sawi

dan tanaman lain yang termasuk dalam keluarga Cruciferae., ulat 12

hari, pupa 6-7 hari dan kupu-kupu 20 hari. (Rukmana, Rahmad, 1997:

76)

Gambar 1. Siklus hidup Plutella xylostella

Foto: Tonny K. Moekasan

a. Telur

Bentuk telur bulat panjang dengan lebar kurang lebih

0,26mm dan panjang 0,49mm. Di daerah panas sampai ketinggian

250 meter dari permukaan air laut stadium telur hanya dua hari. Di

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

13

dataran tinggi berketinggian 1.100m – 1.200m dari permukaan air

laut umurnya lebih panjang, yaitu stadium telur 3-4 hari.

Umumnya telur diletakan pada permukaan bawah daun.

Untuk oviposisi Plutella xylostella peran faktor fisik tumbuhan

sangat besar. Permukaan daun yang berlekuk-lekuk lebih disukai

sebagai tempat oviposisi. Permukaan bawah daun lebih dipilih

untuk oviposisi dibandingkan dengan permukaan atas karena

lekuk-lekuk lebih memudahkan imago untuk meletakkan telurnya.

(Rukmana, 1997; Mulyaningsih, 2010: 85).

b. Larva

Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan

yang lebih tua warnanya lebih hijau dengan kepala pucat serta

terdapat bintik-bintik cokelat. Panjang ulat 5mm-10mm. Larva

mempunyai lima pasang proleg, sepasang proleg menonjol keluar

dari ujung posterior membentuk huruf V yang jelas (CABI.2015)

Gambar 2. Larva Plutella xylostella

Foto: Dokumentasi pribadi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

14

Larva berbentuk silindris, berwarna hijau muda, relatif tidak

berbulu dan mempunyai lima pasang proleg. Larva Plutella

xylostella terdiri atas empat instar. Larva lincah dan jika tersentuh

akan menjatuhkan diri serta menggantungkan diri pada benang

halus. Larva jantan dapat dibedakan dari larva betina karena

memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning. Pada

ketinggian 1100-2000 mdpl stadium larva lebih panjang yaitu 12

hari dan dibawah ketinggian 250 mdpl lebih pendek yaitu 9 hari

(Rukmana, 1997; Mulyaningsih, 2010: 96). Rata-rata lamanya

stadium larva instar ke satu adalah 3,7 hari, larva instar ke dua

adalah 2,1 hari, larva instar ke 3 adalah 2,7 hari dan larva instar ke

empat adalah 3,7 hari (Sastrosiswodjo, et. al.2005:8).

c. Pupa

Setelah cukup umur, ulat mulai membentuk kepompong dari

bahan seperti benang sutera abu-abu putih dibalik permukaan daun

untuk menghindari panasnya sinar matahari. Pembentukan

kepompong mulai dari dasarnya, sisinya kemudian tutupnya.

Kepompong masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan

pernafasan. Pembuatan kepompong ini diselesaikan dalam waktu

24 jam. Setelah selesai, ulat berubah menjadi pupa. Kulit ulat

biasanya diletakkan di dalam kepompong namun kadang juga di

luar kepompong (Pracaya, 2007: 114)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

15

Gambar 3. Pupa Plutella xylostella

Sumber: Dokumentasi pribadi

Pupa mulanya berwarna hijau, selanjutnya berwarna kuning

pucat, dengan warna kecoklatan pada bagian punggungnya.

Panjang pupa 5-6 mm dengan diameter 1,2-1,5 mm. pupa tertutup

oleh kokon, dengan masa pupa 3-6 hari (Sudarmo.1994)

d. Ngengat

Gambar 4. Ngengat Plutella xylostella

Sumber:

http://entnemdept.ufl.edu/creatures/veg/leaf/diamondback_moth03.jpg

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

16

Warna sayap ngengat abu-abu kecoklatan. Warna sayap

betina agak pucat. Pada saat istirahat kedua sayapnya menutupi

tubuh dan seakan akan ada gambar seperti jajaran genjang yang

berwarna putih seperti berlian, oleh karena itu, ngengat ini disebut

dengan ngengat punggung berlian (Pracaya, 2007: 113). Ngengat

betina mampu bertelur sebanyak 180-320 butir telur dan diletakan

pada bagian bawah daun tanaman. Ngengat menghisap madu

keluarga Cruciferae. Musuh alami yang dapat menghambat

perkembangan ulat ini antara lain burung gereja, prenjak dan

capung. (Rukmana, Rahmad, 1997: 76-77)

4. Aktifitas Makan Hama Plutella xylostella

Serangga akan menghadapi dua ha1 untuk memulai aktivitas

makannya yaitu yang pertama adanya rangsangan-rangsangan untuk

inisiasi aktivitas makan (feeding stimulant) dalam tanaman yang

memberikan masukan isyarat untuk pengenalan jenis makanan dan

menjaga aktivitas makan, dan yang kedua adalah pendeteksian

kehadiran senyawa-senyawa asing (foreign compound) yang dapat

bersifat sebagai penghambat makan sehingga dapat memperpendek

aktivitas makan atau bahkan menghentikan aktivitas makan sama

sekali (Dadang dan Kanju, 2000: 30). Hama ini aktif makan pada

malam hari (nocturnal).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

17

5. Kerusakan yang diakibatkan hama

Ulat Plutella xlostella dapat menyerang tanaman mulai dari

proses pembibitan sampai dengan saat panen. Hingga saat ini

pengendalian hama Plutella xylostella di Indonesia masih ditujukan

pada pengendalian secara kimia saja (Sembel, 2010: 214). Serangan

hama ini sangat cepat sehingga dalam waktu beberapa hari saja

tanaman yang diserang sudah menjadi rusak (Surachman dan Widada,

2007: 55-56)

Gambar 5. Kerusakan Akibat Serangan Hama Plutella xylostella

Sumber: Dokumentasi pribadi

Ulat bersembunyi di bagian bawah daun sambil makan. Biasanya

yang dimakan ulat hanya daging daun. Kulit ari pada bagian permukaan

daun sebelah atas tidak dimakan sehingga disebut juga hama putih

(hama bodas). Jika kulit ari yang diserang menjadi kering, daunnya akan

sobek dan kelihatan berlubang-lubang. Apabila serangan menghebat,

yang tertinggal hanyalah tulang daun sehingga bentuk daun seperti

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

18

wayang kulit. Oleh karena itu ada yang menyebut hama ini sebagai hama

wayang (Pracaya, 2007: 112)

B. TANAMAN SAWI (Brassica juncea (L.))

Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukan pembudidayaan

berbagai jenis tanaan sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari

luar negeri. Hal tersebut menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek

klimatologis sangat potensial dalam usaha bisnis sayuran. Diantara

bermacam-macam jenis sayuran yang dibudidayakan di Indonesia adalah

sawi yang memiliki nilai komersial dan prospek yang baik. Selain ditinjau

dari aspek klimatologis, aspek teknis, dan aspek ekonomi, aspek sosial juga

sangat mendukung, sehingga sawi memiliki kelayakan untuk diusahakan di

Indonesia (Haryanto, 2003).

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik

segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang

kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi

biasanya mengacu pada sawi hijau (disebut juga sawi bakso, caisim, atau

caisim). Selain itu, terdapat pula sawi putih (disebut juga petsai) yang biasa

dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang

disebut sebagai sawi hijau adalah sawi sayur (untuk membedakannya

dengan caisim) (Haryanto, 2003). Pengembangan budidaya sawi

mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan

petani, gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

19

agribisnis, peningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor dan

memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan pengembangan budidaya sawi

antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah

tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut. Di samping

itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan keuntungan

yang memadai (Arinong dkk., 2008: 76).

Tabel 1. Produktivitas tanaman sawi DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta

Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Luas panen Ha 613 635 604 525 518 588

Produksi Ton 6756 7157 6603 6447 5605 64524

Produktivitas Ton/Ha 11,020 11,270 10,932 12,280 10,821 109,73

Sumber: http://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/hasilKom.asp

Tabel 1 di atas merupakan data produktivitas tanaman sawi DIY dari

tahun 2010 hingga 2015. Produktivitas tanaman sawi tertinggi adalah pada

tahun 2013 dengan produktivitas sebanyak 12.280 ton/Ha dan produktivitas

terendah pada tahun 2011 yaitu sebanyak 10,270 ton/Ha.

1. Jenis-jenis Sawi (Brassica juncea (L.))

Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga macam jenis

sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan

sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal sawi caisim alias sawi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

20

bakso. Selain jenis-jenis sawi tersebut dikenal pula jenis sawi keriting

dan sawi monumen (Haryanto dkk, 2003: 9).

a. Sawi putih atau sawi jabung

Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang

paling enak di antara sawi jenis lainnya. Tanaman ini dapat

dibudidayakan di tempat yang kering. Bila sudah dewasa jenis

sawi ini memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau tua.

Tangkainya panjang, tetapi lemas dan halus. Batangnya pendek,

tetapi tegap dan bersayap (Haryanto dkk, 2003: 10).

b. Sawi hijau atau sawi asin

Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi

sebagai bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Rasa pahit

pada daun sawi hijau dapat dihilangkan dengan cara pengasinan

(Haryanto dkk, 2003: 10).

Sawi hijau berukuran lebih kecil dibandingkan sawi jabung

atau sawi putih. Daun sawi jenis ini lebar seperti daun sawi

putih, tetapi warnanya lebih hijau tua. Batangnya sangat pendek,

tetapi tegap. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku, tetapi

kuat. Varietas sawi hijau banyak dibudidayakan di lahan yang

kering , tetapi cukup pengairannya (Haryanto dkk, 2003: 10).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

21

c. Sawi huma

Jenis sawi ini baik jika ditanam di tempat-tempat yang

kering, seperti tegalan dan huma. Tanaman ini biasanya ditanam

setelah usai musim penghujan karena sifatnya yang tidak tahan

terhadap genangan air (Haryanto dkk, 2003: 10).

Sawi huma daunnya sempit, panjang, dan berwarna

hijaukeputih-putihan. Tidak seperti sawi putih dan sawi hijau,

sawi huma berbatang kecil, tetapi panjang. Tangkainya

berukuran sedang seperti bersayap (Haryanto dkk, 2003: 11).

d. Caisim alias sawi bakso

Caisim alias sawi bakso (ada juga yang menamakannya

sawi cina) merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan

di kalangan konsumen (Haryanto dkk, 2003: 11). Tangkai

daunnya panjang, langsing, dan berwarna putih kehijauan.

Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Rasanya

yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit, membuat

sawi ini banyak diminati. Selain enak ditumis atau dioseng,

caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang mi bakso, mi ayam,

atau restoran masakan cina. Tak mengherankan jika

permintaannya setiap hari amat tinggi (Haryanto dkk, 2003: 11-

12).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

22

e. Sawi keriting

Ciri khas sawi ini adalah daunnya yang keriting. Bagian

daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun.

Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang keriting,

jenis sawi ini amat mirip dengan sawi hijau biasa (Haryanto dkk,

2003: 12).

f. Sawi monumen

Sawi monumen tumbuhnya amat tegak dan berdaun

kompak. Penampilan sawi ini sekilas mirip dengan petsai.

Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan

tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya berwarna hijau

segar. Jenis sawi ini tergolong terbesar dan terberat diantara jenis

sawi lainnya (Haryanto dkk, 2003: 12).

2. Klasifikasi Tanaman Sawi (Brassica juncea (L.))

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi

jabur, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. juncea L. Var. Rugosa

Roxb. Prain) memiliki batang yang pendek, tegap dan daun lebar

berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung

kebawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna

hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma

memiliki ciri-ciri batang kecil panjang dan langsing, daun panjang

sempit berwarna hijau keputih-putihan serta tangkai daun panjang dan

bersayap (Rukmana, 1994: 18)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

23

Sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop,

kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili Cruciferae

(Brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir

sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah

maupun bijinya.

Klasifikasi sawi dalam (Rukmana, 2002: 4) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Phylum : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Papavorales

Suku : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea (L.)

3. Morfologi Tanaman Sawi (Brassica juncea (L.))

Gambar 6. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

24

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik di

dataran rendah maupun dataran tinggi. Sistem perakaran sawi memiliki

akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang

bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan

kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain

mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan

berdirinya batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003). Batang sawi

pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang

ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana,

2002: 4). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak

berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset)

hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam

sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah

penyiraman secara teratur, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir

musim penghujan (Margiyanto, 2007). Tanah yang cocok untuk

ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata

aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH)

tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6

sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2003: 25). Biasanya tanaman ini

dibudidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 mdpl. Sebagian

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

25

besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut

(Haryanto,dkk, 2003: 24)

Tanaman ini dapat melakukan fotosintesis dengan energi yang

cukup, cahaya matahari merupakan sumber yang diperlukan tanaman

untuk proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal

diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara

350-400 cal/cm2 setiap hari, sawi hijau memerlukan cahaya matahari

tinggi. Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman

sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6oC dan

siang 21,1oC serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari.

Meskipun demikian, beberapa varietas sawi tahan terhadap suhu panas,

dapat tumbuh dan produksi dengan baik di daerah dengan suhu antara

27o-32

oC (Rukmana, 2004: 34)

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat

gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik

untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Kandungan gizi setiap 100 g

bahan yang dapat dimakan pada sawi hijau adalah :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

26

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100gr sawi

No Komposisi Jumlah

1 Kalori 22,00 k

2 Protein 2,30 g

3 Lemak 0,30 g

4 Karbohidrat 4,00 g

5 Serat 1,20 g

6 Kalsium 220,50 mg

7 Fosfor 38,40 mg

8 Besi 2,90 mg

9 Vitamin A 969,00 SI

10 Vitamin B1 0,09 mg

11 Vitamin B2 0,10 mg

12 Vitamin B3 0,70 mg

13 Vitamin C 102,00 mg

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI 1979

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di

tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan

pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal serta memperbaiki dan

memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada

sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, Vitamin

B dan Vitamin C (sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI,

1981)

4. Hama penyerang tanaman sawi (Brassica juncea (L.))

Beberapa hama penyerang tanaman Curcurifeae (kubis, sawi,

petsai) antara lain ulat Agrotis, ulat Crocidolomia, ulat Plutella, ulat

Spodoptera dan kutu daun Aphis.penyakit yang ditimbulkan antara lain

busuk lunak, busuk hitam, akar ganda dan bercak daun. Masing-msing

hama juga menyerang tanaman pada umur yang berbeda, ulat Agrotis

menyerang tanaman yang sedang disemai hingga beberapa minggu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

27

setelah tanaman di lapang. Pembasmiannya menggunakan pestisida

berbentuk granula (Tjahjadi, 1989: 106).

Dalam pembasmian ulat Plutella xylostella dengan obat-obatan

yang mengandung zat phospor, gejala-gejala kekebalan tampak jelas,

bilamana petani mempergunakan sejenis obat terus menerus. Untuk

menghindari timbulnya kekebalan terhadap sesuatu insektisida maka

perlu diadakan pergantian obat selama masa pengobatan

(Rismunandar, 1986: 90)

C. TEMBAKAU (Nicotiana tabacum)

Tembakau adalah bahan baku dari pembuatan rokok yang sangat

digemari orang Indonesia. Tembakau Indonesia di ekspor ke berbagai

Negara di dunia, karena tembakau Indonesia merupakan tembakau dengan

kualitas terbaik. Distribusi geografis tanaman tembakau di Indonesia adalah

di daerah Deli (Sumatera Utara), Temanggung (Jawa Tengah), Madura,

Boyolali, Klaten, Jember dan Lombok Timur.

1. Klasifikasi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)

Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam

tanaman perkebunan. Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai

berikut :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

28

Gambar 7. Tanaman Tembakau

Sumber:https://litbangjember.files.wordpress.com/2012/10/varietas-h-

382.jpg. Diakses pada 17 Januari 2017

Klasifikasi Tanaman Tembakau

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Personatae

Famili : Solanaceae

Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabaccum. L. (Matnawi, 1997)

2. Morfologi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)

Tanaman tembakau mempunyai bagian–bagian sebagai berikut:

a. Akar Tanaman tembakau berakar tunggang menembus ke dalam

tanah sampai kedalaman 50–75 cm, sedangkan akar kecilnya

menyebar ke samping. Tanaman tembakau juga memiliki bulu

akar. Perakaran tanaman tembakau dapat tumbuh dan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

29

berkembang baik dalam tanah yang gembur, mudah menyerap

air dan subur.

b. Batang tanaman tembakau agak bulat, lunak tetapi kuat, makin

ke ujung makin kecil. Ruas batang mengalami penebalan yang

ditumbuhi daun, dan batang tanaman tidak bercabang atau

sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun

juga tumbuh tunas ketiak daun, dengan diameter batang 5 cm.

Fungsi dari batang adalah tempat tumbuh daun dan organ

lainnya, tempat jalan pengangkutan zat hara dari akar ke daun,

dan sebagai jalan menyalurkan zat hasil asimilasi ke seluruh

bagian tanaman.

c. Bentuk daun tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya

meruncing, tulang daun yang menyirip, bagian tepi daun agak

bergelombang dan licin. Daun bertangkai melekat pada batang,

kedudukan daun mendatar atau tegak. Ukuran dan ketebalan

daun tergantung varietasnya dan lingkungan tumbuhnya. Daun

tembakau tersusun atas lapisan palisade parenchyma pada bagian

atasnya dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah

daun dalam satu tanaman berkisar 28–32 helai, tumbuh

berselang–seling mengelilingi batang tanaman. Daun tembakau

cerutu diklasifikasikan menurut letaknya pada batang, yang

dimulai dari bawah ke atas dibagi menjadi 4 klas yakni : daun

pasir (zand blad), kaki (voet blad), tengah, (midden blad), atas

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

30

(top blad). Sedangkan daun tembakau Virginia pada dasarnya

dibagi menjadi 4 kelas, yakni: daun pasir (lugs), bawah dan

tengah (cutters), atas (leaf), dan pucuk (tips). Bagian dari daun

tembakau Virginia yang mempunyai nilai tertinggi adalah daun

bawah dan tengah menyusul daun atas, sedang daun pasir dan

pucuk hampir tidak bernilai kecuali untuk tembakau rajangan

(Abdullah, 1982)

d. Bunga majemuk yang terdiri dalam beberapa tandan yang

masing-masing berisi sekitar 15 bunga. Bentuknya seperti

terompet dan panjang. Bunga pada tanaman tembakau dibedakan

menjadi beberapa bagian yaitu kelopak bunga, mahkota bunga,

bakal buah dan kepala putik. Mahkota bunga berbentuk

terompet, warna merah jambu dan merah muda, terdapat lima

benang sari satu lebih pendek dari yang lain. Kepala putik

terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang sari.

Bakal buah di atas dasar bunga terdiri dari dua ruang yang dapat

membesar. Terdapat banyak bakal biji pada ruang-ruang

tersebut. Penyerbukan pada bakal buah akan membentuk buah.

Buah tembakau nantinya akan masak dalam waktu tiga minggu.

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil

serta terdapat biji di dalamnya (Hanum, 2008; Denda Astra,

2016: 8)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

31

3. Kandungan Zat Kimia Tembakau

Tembakau memiliki kandungan zat-zat seperti gula, fenol, nitrat

dan nikotin denga rincian presentase di bawah ini:

Tabel 3. Susunan senyawa kimia dari daun tembakau

Uraian Jumlah %

Gula 0,4-2,5

Fenol 0,0-0,5

Nitrat 1,0-2,0

Nikotin:

1. Pada daun bawah

2. Pada daun tengah

3. Pada daun atas

0,16-2,89

0,3-3,75

0,5-4,0

Kandungan N total 2,18-3,58

Sumber: (Cahyono, 1998; Denda Astra, 2016: 9)

Berikut ini merupakan senyawa kimia pada tembakau yang larut

dalam air (polar):

Tabel 4. Senyawa kimia batang tembakau dalam ekstrak air

No Senyawa Akuades

1. Saponin +

2. Tanin -

3. Flavonoid +

4. Terpeniod +

5. Napthoquinone -

6. Alkaloid +

7. Inulin +

8. Karbohidrat -

9. Fenol -

Sumber: (sharma et al.2016; Denda Astra, 2016: 10)

Keterangan: (+) ada, (-) tidak ada

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

32

Pada tanaman tembakau beberapa macam alkaloid yang dapat

dimanfaatkan sebagai insektisida diantaranya adalah nikotin. Senyawa

kimia pada tanaman tembakau yang dapat di ekstraksi menggunakan

air yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid.

1. Alkaloid

Nikotin merupakan kelompok alkaloid yang diekstraksi

dari tanaman tembakau. Nikotin tidak berwarna, tetapi jika

dibiarkan dan mengalami kontak langsung dengan udara nikotin

akan berwarna coklat. Nikotin merupakan kelompok alkaloid

toksik yang bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Karena nikotin

mempunyai racun yang tinggi maka dapat digunakan sebagai

bioinsektisida.

2. Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan glikosida

triterpenoid ataupun glikosida steroida yang bersifat seperti

sabun. Saponin ini di deteksi berdasarkan kemampuannya

membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Saponin

merupakan senyawa yang memiliki rasa pahit dan bersifat racun

(Harborne, 1987; Denda Astra, 2016: 12)

3. Flavonoid

Flavonoid adalah salah satu senyawa fenolik yang terdapat

pada jaringan tumbuhan dan berperan sebagai antioksidan.

Senyawa ini berperan sebagai antioksidan dengan cara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

33

mendonasikan atom hidrogennya (Abdi, 2010; Denda Astra,

2016: 12). Menurut Harborne (1987) senyawa isoflavon

merupakan salah satu kelompok dari flavonoid yang

dimanfaatkan sebagai Bioinsektisida.

4. Terpenoid

Terpenoid merupakan komponen tumbuhan yang diisolasi

dari bahan nabati yang disebut minyak astiri. Senyawa ini

terdapat dalam lapisan daun dan dalam buah, berfungsi sebagai

pelindung dan menolak serangga dan mikroba (Harborne, 1987;

Denda Astra, 2016: 13)

Kemampuan tembakau dalam membunuh hama disebabkan

karena kandungan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yaitu

nikotin (Afifah, fika, 2015: 28).

Daya kerja fisiologi:

1. Beracun untuk semua bentuk kehidupan hewan, jika zat racun

tersebut terdapat pada tempat alat indera (lewat mulut atau

kulit).

2. Beberapa serangga atau hewan tidak peka terhadap nikotin,

mungkin karena perbedaan sifat permeabilitas membran pada

masing-masing jenis hewan atau serangga.

3. Menyebabkan kejang dan hewan akan mati tetanus.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

34

Dikarenakan daya kerja di atas maka pada hewan atau serangga

dapat terjadi beberapa hal seperti dibawah:

1. Terjadi aktivitas mendadak pada pusat syaraf.

2. Kerja nikotin berlawanan (antagonis) dengan antropin.

3. Kombinasi nikotin dengan reseptor tak reversibel

Insektisida merupakan racun bagi serangga, dapat memasuki

tubuh serangga melalui berbagai bagian tubuh:

1. Dinding Tubuh

Dinding tubuh merupakan bagian tubuh serangga yang

dapat menyerap insektisida dalam jumlah yang besar. Bagian ini

tersusun atas Epikutikula yang terdiri dari lipoprotein

terkonjugasi atau terdiri dari protein dan lemak yang terpisah.

Dapat pula berisi amina. Paraffin, asam lemak, alkohol,

aldehida, keton dan ester hampir selalu ada. Didalam

eksokutikula dan endokutikula terdapat protein-bersamak

disamping kitin. Kitin merupakan bagian terbesar dari

eksokutikula

2. Jalan Pernafasan

Berbeda dengan hewan menyusui atau burung, reptil dan

ampibi, serangga tidak bernafas dengan paru-paru, tetapi dengan

sistem tabung yang disebut dengan trakhea. Trakhea ini

memiliki muara pada dinding tubuh dan disebut stigma atau

spirakel.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

35

Trakhea selalu terbuka dan di dalamnya terdapat cincin

spirakel yang terbuat dari kitin. Trakhea bercabang kecil-kecil,

disebut trakheola dan dapat mencapai jaringan tubuh serangga.

Udara dan oksigen memasuki trakhea secara difusi dibantu

dengan gerakan abdomen. Oksigen akan langsung berhubungan

dengan jaringan. Insektisida dapat masuk kedalam sistem

pernafasan dalam bentuk gas ataupun butir-butir halus yang

dibawa ke jaringan-jaringan hidup.

3. Alat Pencernaan Makanan

Alat pencernaan serangga terdiri dari tiga bagian, yaitu

bagian depan, tengah dan belakang. Bagian depan dan belakang

memiliki susunan yang mirip dinding tubuh. Dengan demikian

penyerapan pada bagian depan dan belakang sama seperti

bagian dinding tubuh. Dalam hal ini bagian tengah alat

pencernaan makanan tidak memiliki peran khusus.

(Sastrodihardjo, 1979: 57-58).

D. PESTISIDA SINTETIK

Pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide: membunuh)

dan secara umum pengertian pestisida ini sangatlah luas yang mencakup

produk-produk yang digunakan dibidang pengelolaan tanaman (pertanian,

perkebunan, kehutanan), peternakan, kesehatan hewan, perikanan,

penyimpanan hasil pertanian, pengawetan hasil hutan, kesehatan masyarakat

(termaksud, pengendalian vektor penyakit manusia), bangunan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

36

(pengendalian rayap), pestisida rumah tangga, fumigasi serta pestisida

industri (Nikada, 2012).

Proses penyebaran pestisida ke lingkungan (udara dan air) yaitu

melalui penyemprotan pestisida yang terbawa angin (driff). Sebab utama

terjadinya pencemaran lingkungan oleh pestisida adalah pengendapan

(deposit) dan residu pestisida. Deposit ialah bahan kimia pestisida yang

terdapat pada suatu permukaan pada saat segera setelah penyemprotan atau

aplikasi pestisida, sedangkan residu ialah bahan kimia pestisida yang

terdapat di atas atau di dalam suatu benda dengan implikasi penuaan

(aging), perubahan(alteration) atau kedua-duanya. Residu permukaan atau

residu efektif adalah banyaknya materi yang tertinggal, misalnya pada

tanaman setelah aplikasi (Pohan, 2004).

Pestisida sintetik Dursban adalah salah satu pestisida yang spesifik

untuk memberantas hama pada tanaman sawi. Kandungan dalam pestisida

sistetik ini adalah klorpirifos, merupakan zat kimia yang mempunyai

dampak sebagai racun kontak, racun lambung dan racun pernafasan.

E. PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Pada umumnya budidaya tanaman sayuran masih banyak kendala

yang dihadapi. Salah satu diantaranya adalah serangan hama yang dapat

menurunkan hasil panen. Ratarata serangan oleh hama penusuk pengisap

dapat menurunkan hasil panen sebanyak 40%-80%, serangan oleh lalat buah

dapat menimbulkan kerugian 12%-27%. Menurut Kardinan (1997),

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

37

kehilangan hasil panen keseluruhan yang yang diakibatkan oleh organisme

pengganggu tanaman dapat mencapai 40%- 55%. (Pasetriyani,2010: 34)

PHT adalah cara pendekatan dalam pengendalian hama yang

didasarkan pada pertimbangan ekologi. Selain pertimbangan ekologi juga

termaktub efisiensi ekonomi dalam kerangka pengelolaan agro ekosistem

secara menyeluruh. PHT merupakan instrumen penting bagi mendorong

peningkatan produktivitas hasil pertanian dan sekaligus berperan dalam

pelestarian lingkungan. Karena konsep PHT teruji dalam sikap dan

perbuatan yang ramah lingkungan. PHT berawal dari kesadaran manusia

terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat baik bagi

lingkungan hidup maupun kesehatan masyarakat. PHT mengendalikan hama

secara alami. Pengendalian hama secara alami adalah pengendalian hama

yang terjadi di alam tanpa campur tangan manusia. Kita tahu, alam terdiri

atas faktor fisik atau non hayati dan hayati . Faktor tersebut dapat menjadi

pembatas atau penyekat perkembangbiakan hama.

Penggunaan teknik pengendalian hama dalam konsep PHT adalah

sebagai berikut:

a. Secara kultur teknis menggunakan varietas resisten, mengatur pola

bertanam.

b. Secara biologis menggunakan musuh-musuh alami.

c. Secara mekanis atau fisis misalnya ditangkap, penggunaan umpan

beracun dan penggunaan perangkap.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

38

d. Secara kimia menggunakan pestisida selektif, seminimal mungkin atau

menggunakan pestisida biorasional, dan pestisida botani. Jadi dalam

pengendalian hama terpadu perlu dikembangkan upaya pengendalian

hama tanaman sayuran yang kompatibel sehingga dapat mengurangi

penggunaan pestisida kimia (Pasetriyani, 2010: 35)

Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) berkembang dan

diterapkan sampai saat ini oleh karena dilandasi oleh beberapa prinsip dasar

sebagai berikut:

a. Pemahaman Sifat Dinamika Ekosistem Pertanian

Usaha pengendalian hama, adalah salah satu cara dari proses

produksi pertanian guna memperoleh hasil semaksimal mungkin dari

lahan pertanian bagi kepentingan petani dan masyarakat luas.

Sedangkan proses produksi pertanian meliputi berbagai kegiatan

pengelolaan lingkungan pertanian atau agro-ekosistem yang ditujuan

untuk pencapaian sasaran produktivitas tertentu. Jadi PHT merupakan

bagian integral dari pengelolaan agro-ekosistem. Oleh karena itu agar

diperoleh hasil pengendalian hama yang baik diperlukan pemahaman

tentang sifat agro-ekosistem yang sedang dikelola.

Sama dengan sifat dari ekosistem-ekosistem lain di biosfer agro-

ekosistem dikuasai oleh kaidah-kaidah ekologi yang berlaku secara

umum, namun karena terdapat beberapa ciri khas maka dalam

penampakannya agro-ekosistem berbeda dengan ekosistem lainnya

terutama ekosistem alami.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

39

b. Analisis Biaya-Manfaat Pengendalian Hama

Biaya yang dikeluarkan dalam pengendalian hama merupakan

total uang yang dikeluarkan untuk membeli pestisida, varietas tahan

hama, untuk menyewa alat pengendalian dan membayar tenaga

pengendali hama. Manfaat yang diperoleh dari usaha pengendalian

hama berupa nilai rupiah dari hasil yang diperoleh. Selisih antara nilai

manfaat dan biaya pengendalian hama secara kasar dan dianggap

sebagai keuntungan dari usaha pengendalian hama.

c. Toleransi Tanaman Terhadap Kerusakan

Perlu kita mengerti bahwa semua tanaman tentu memiliki tingkat

toleransi terhadap adanya kerusakan yang dikarenakan serangga atau

oleh penyebab lainnya. Hal itu berarti bahwa adanya tingkat kerusakan

tidak mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu adanya

populasi hama tertentu pada tanaman yang kita usahakan mungkin

tidak akan mengakibatkan kerugian apapun pada kita.

d. Budidaya Tanaman yang Sehat

Tanaman yang sehat tentunya akan lebih bertahan terhadap

serangan hama bila dibandingkan dengan tanaman yang lemah. Juga

tanaman yang sehat akan lebih cepat mengatasi kerusakan yang terjadi

akibat serangan hama dengan mempercepat pembentukan anakan atau

proses penyembuhan fisiologis lainnya.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

40

e. Pemantauan Lahan

Sangat sulit atau bahkan tidak bisa bagi kita untuk meramalkan

kapan terjadinya letusan hama. Sifat dinamika populasi hama sangat

khas pada setiap lahan untuk waktu tertentu. Untuk dapat mengikuti

perkembangan hama dan musuh alami di lahan serta menentukan

tindakan pengendalian yang perlu dilaksanakan, tidak ada jalan lain

selain petani harus mengadakan pemantauan lahannya secara rutin

(Untung, K, 1996: 17-22).

Untuk menunjang konsep PHT tersebut dalam rangka pengurangan

penggunaan bahan insektisida perlu dicari alternatif pengendalian yang

bersifat ramah lingkungan antaralain penggunaan bahan bioaktif (insektisida

nabati, attraktan, repelen), musuh alami (parasitoid dan predator serta

patogen), serta penggunaan perangkap berperekat.

F. PESTISIDA NABATI

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang

sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih

menggunakan insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan

digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme

penggangu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten

terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder,

terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta

terjadinya pencemaran lingkungan, sedangkan di lain pihak tanpa

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

41

pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan

OPT (Kardinan, 2001; Rahmawati, 2012:171)

Sejarah menunjukkan bahwa pengendalian hama dengan

memanfaatkan pestisida nabati banyak dilakukan sebelum tahun 1940’an.

Era setelah itu adalah era pestisida kimiawi, yang kemudian berdampak luas

pada kehidupan organisma di muka bumi (Haryono, 2011: 2)

Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial

insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae

dan Rutaceae, namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk

ditemukannya famili tumbuhan lain. Didasari oleh banyaknya jenis

tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai insektisida maka penggalian

potensi tanaman sebagai sumber insektisida botani sebagai alternatif

pengendalian hama tanaman cukup tepat. (Rahmawati, 2012:172)

Biopestisida adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari bahan

hidup. Yang akan diuraikan di sini adalah biopestisida yang terbuat dari

tanaman sehingga disebut Pestisida Nabati. Kandungan bahan kimia dalam

tanaman tersebut menunjukkan bioaktivitas pada serangga, seperti bahan

penolak (repellent), penghambat makan (antifeedant), penghambat

perkembangan serangga (insect growth regulator), dan penghambat

peneluran (oviposition deterrent) (Alif, dkk, 2012: 68)

Sumber utama cemaran pada produk pertanian adalah bahan pestisida

sintetik. Untuk mengurangi cemaran tersebut maka salah satu alternatifnya

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

42

adalah meningkatkan penyediaan dan penggunaan pestisida yang ramah

ringkungan, baik berupa pestisida nabati maupun hayati. Indonesia memiliki

kekayaan alam yang berlimpah berupa sumber tanaman berkhasiat pestisida

nabati. (Syakir .M, 2015: 9)

Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif (single

active ingredient), tetapi beberapa jenis bahan aktif (multiple active

Ingredients). Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa pestisida nabati

cukup efektif terhadap beberapa jenis hama, baik hama lapangan, hama

gudang maupun hama rumah tangga (Kardinan.1997).

Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik,

antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum,

pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari

tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan

terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida

ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari

lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena

residu (sisa-sisa zat) mudah hilang. Indonesia ada banyak jenis tumbuhan

penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di

beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing

tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

43

Pestisida Nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang

menyengat.

2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah

disemprot.

3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.

4. Menghambat reproduksi serangga betina.

5. Racun syaraf.

6. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.

7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada

perangkap serangga.

8. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri (Syakir,2015:10-12).

Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT, selain sebagai

pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan, juga dapat berperan

dalam meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan efisiensi usaha

dan image produk perkebunan ramah lingkungan (Haryono, 2011: 2)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

44

1. Pengelompokan Pestisida Nabati

Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang

berpotensi menjadi bahan pestisida:

a. Kelompok tumbuhan insektisida nabati.

Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan

pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang, serai, sirsak, dan

srikaya diyakini bisa menanggulangi serangan serangga

b. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat.

Di dalam tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang

menyerupai sex pheromon pada serangga betina dan bertugas

menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis

Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya,

daun wangi (kemangi), dan selasih.

c. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati

Kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida

pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi jadi

dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi,

yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan

kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang

tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis

tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati

adalah gadung racun.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

45

d. Kelompok tumbuhan moluskisida

Kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida

pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan

pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba.

e. Kelompok Tanaman Fungisida Nabati.

Merupakan kelompok tumbuhan yang digunakan untuk

mengendalikan jamur patogenik antara lain cengkeh, daun sirih,

sereh, pinang, tembakau.

f. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna.

Kelebihan kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu

jenis. Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai

fungisida, bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan

yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu jambu mete,

sirih, tembakau dan mimba. (Syakir, 2015: 10-11)

Berbagai kelemahan pemanfaatan pestisida nabati, seperti bahan aktif

yang mudah terurai, sebaran tanaman seringkali spesifik lokasi, kandungan

bahan aktif tanaman sangat tergantung pada varietas dan lokasi penanaman,

pemanfaatan berupa formulasi sederhana yang mudah ditiru dan banyak

kelemahan lainnya yang juga sekaligus kelebihan pestisida nabati, maka

seharusnya kelemahan tersebut tidak dijadikan sebagai kendala dalam

pengembangannya (Haryono, 2011: 4).

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

46

Selain itu terdapat pula kendala pengembangan pestisida nabati di

Indonesia seperti:

a. Pestisida nabati tidak bereaksi cepat (knockdown) atau relatif lambat

membunuh hama, tidak seperti pestisida kimia sintetik yang relatif

cepat dan hal ini disukai petani, sehingga mereka lebih memilih

pestisida kimia sintetik dalam kegiatan pengendalian OPT

b. Membanjirnya produk pestisida ke Indonesia, salah satunya dari

China, yang harganya lebih murah serta longgarnya peraturan

pendaftaran dan perizinan pestisida di Indonesia kondisi ini membuat

jumlah pestisida yang beredar di pasaran semakin bervariasi dan

hingga saat ini tercatat sekitar 3.000 jenis pestisida yang beredar di

Indonesia. hal ini membuat para pengguna/petani mempunyai banyak

pilihan dalam penggunaan pestisida kimia sintetik karena bersifat

instan sehingga menghambat pengembangan penggunaan pestisida

nabati.

c. Bahan baku pestisida nabati relatif masih terbatas karena kurangnya

dukungan pemerintah (Political Will) dan kesadaran petani terhadap

penggunaan pestisida nabati masih rendah, sehingga enggan

menanam atau memperbanyak tanamannya.

d. Peraturan perizinan pestisida nabati yang tidak disamakan dengan

pestisida kimia sintetik membuat pestisida nabati sulit mendapatkan

izin edar dan diperjualbelikan. Akibatnya, apabila tersedia dana untuk

kegiatan yang memerlukan pestisida dalam jumlah yang banyak maka

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

47

pilihan jatuh kepada pestisida kimia sintetik karena salah satu

persyaratan dalam pembeliannya adalah sudah terdaftar dan diizinkan

penggunaannya.

2. Mekanisme Kerja Pestisida Nabati pada Hama Serangga (Insekta)

Penjelasan mengenai cara kerja pestisida nabati tidak selalu mudah

karena “cara kerja” pestisida nabati dapat dilihat dari beberapa sudut

yang berbeda. Namun, beberapa aspek cara kerja pestisida nabati

sangat penting untuk diketahui oleh para pengguna (petani) agar tidak

salah dalam pemilihan dan penggunaannya. Menurut “cara kerja” atau

gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, pestisida nabati yang

menyerang hama serangga secara kasar dibedakan menjadi tiga macam

sebagai berikut (Djojosumarto, 2000: 41).

a. Pestisida Nabati Sistemik

Pestisida nabati sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik

lewat akar, batang, atau daun. Selanjutnya, pestisida nabati

sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan

ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas

(akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru

tumbuh (Djojosumarto, 2000: 41).

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

48

b. Pestisida Nabati Nonsistemik

Pestisida nabati nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya

disemprotkan) pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan

tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Pestisida

nabati nonsistemik bekerja dengan cara mencegah makan

(antifeedantt, feeding deterrent), penolak (repellent) dan atau

pengganggu alami, baik yang diperoleh dari tumbuhan. Pestisida

nabati nonsistemik sering disebut pestisida nabati kontak. Namun,

istilah itu sebenarnya kurang begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat

digunakan bagi cara kerja pestisida nabati yang berhubungan

dengan cara masuknya ke dalam tubuh serangga (Djojosumarto,

2000: 42).

c. Pestisida Nabati Sistemik Lokal

Pestisida nabati sistemik lokal adalah kelompok pestisida nabati

yang dapat diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi

tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Termasuk

kategori ini adalah pestisida nabati yang berdaya kerja

translaminar atau pestisida nabati yang mempunyai daya penetrasi

ke dalam jaringan tanaman (Djojosumarto, 2000: 42).

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

49

3. Kelebihan Pestisida Nabati

Beberapa kelebihan dan kelemahan pestisida nabati (Suriana, 2012),

Kelebihan pestisida nabati yaitu :

a. Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga

memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.

b. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan

maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk

digunakan.

c. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga,

tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan

aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.

d. Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam

artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.

e. Hasil pertanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari

residu pestisida kimiawi.

4. Kelemahan Pestisida Nabati

a. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam

jangka waktu yang cepat.

b. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan

tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi

tidak berminat mendekati tanaman budidaya.

c. Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

50

d. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera

digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan

tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan

ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan

komersil.

e. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari

sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

51

G. KERANGKA BERFIKIR

Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman yang mudah

dijumpai di Indonesia. Begitu banyak manfaat dari tanaman tembakau, salah

satunya dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Kandungan zat kimia

dalam daun tembakau diharapkan dapat mengendalikan hama pada tanaman

sayuran salah satunya adalah pada tanaman sawi (Brassica juncea L.)

Tembakau sebagai bahan utama untuk membuat pestisida nabati

karena di dalam daun tembakau terdapat zat kimia yang paling dominan

yaitu nikotin, merupakan racun bagi hama ulat sawi Plutella xylostella.

Nikotin yang terkandung dalam pestisida nabati daun tembakau ini

menyebabkan gangguan pencernaan karena merupakan racun perut,

menyebabkan gangguan syaraf pada hama Plutella xylostella dan akan

mempercepat proses pembentukan pupa. Selain itu juga terdapat zat aktif

lain seperti tannin, saponin, terpenoid dan flavonoid yang dapat

mengganggu aktivias hidup hama Plutella xylostella. Oleh karena itu

aktivitas makan hama Plutella xylostella ini dapat terhambat. Dengan

demikian perasan daun tembakau (Nicotiana tabacum) berpotensi sebagai

bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama Plutella xylostella.

Parameter yang akan diamati dalam penelitian ini antara lain mortalitas

hama Plutella xylostella, pemendekan siklus hidup Plutella xylostella,

tingkat kerusakan daun sawi (Brassica juncea L.), berat basah tanaman sawi

(Brassica juncea L.) dan dosis optimal perasan tembakau untuk

pengendalian hama Plutella xylostella.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

52

Gambar 8. Kerangka Berfikir

Flavonoid:

Racun

pernafasan

Perasan daun tembakau mengandung beberapa zat kimia

Saponin: Menimbulkan

rasa pahit

pada daun

Terpenoid:

Penolak

serangga dan

mikroba,

memperpendek

siklus hidup

Alkaloid

(Nikotin):

Racun perut,

gangguan

syaraf dan

antifeedant

Daun tanaman sawi

(Brassica juncea L.)

Hama Plutella

xylostella

Perasan tembakau (Nicotiana tabacum) dapat

digunakan sebagai pestisida nabati untuk hama

Plutella xylostella pada tanaman sawi

1. Tingkat kerusakan daun

sawi (Brassica juncea L)

2. Berat basah tanaman sawi

(Brassica juncea (L.))

Tanin: mengganggu

kerja

pencernaan

3. Presentase mortalitas hama

Plutella xylostella

4. Pemendekan siklus hidup

hama Plutella xylostella

5. Dosis optimal untuk

pengendalian hama Plutella

xylostellla

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAMA Plutella xylostellaeprints.uny.ac.id/50143/3/BAB II.pdf · Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dipahami ... kehadiran senyawa-senyawa

53

HIPOTESIS

1. Pestisida nabati perasan daun tembakau (Nicotiana tabacum) berpengaruh

terhadap mortalitas hama Plutella xylostella tanaman sawi (Brassica

juncea (L.))

2. Semakin tinggi dosis pestisida nabati perasan daun tembakau (Nicotiana

tabacum), semakin memperpendek siklus hidup hama Plutella xylostella

pada fase pupa.

3. Semakin tinggi dosis pestisida nabati perasan daun tembakau (Nicotiana

tabacum) maka berat basah sawi meningkat.

4. Semakin tinggi dosis pestisida nabati perasan daun tembakau (Nicotiana

tabacum) maka tingkat kerusakan tanaman sawi (Brassica juncea (L.))

menurun.

5. Semakin tinggi dosis pestisda nabati perasan daun tembakau (Nicotiana

tabacum) maka semakin efektif untuk mengendalikan hama Plutella

xylostella pada tanaman sawi (Brassica juncea (L.))