bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya...

51
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Olahraga a. Hakikat Olahraga Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian masyarakat umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan mendasar dalam hidup. Olahraga menjadi kebutuhan yang sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar dalam melaksanakan aktivitas gerak sehari-hari. Olahraga itu sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak, serta bertujuan untuk mempertahankan, dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal tersebut sejalan dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 bahwa, olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, ras, dan lain sebagainya. Toho Cholik Mutohir (2005) menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata- kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu membentuk manusia seutuhnya. Pemahaman tentang hakekat olahraga sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Menurut

Upload: others

Post on 10-Sep-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Olahraga

a. Hakikat Olahraga

Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi

sebagian masyarakat umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan

mendasar dalam hidup. Olahraga menjadi kebutuhan yang sangat penting

karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar dalam melaksanakan

aktivitas gerak sehari-hari. Olahraga itu sendiri pada dasarnya merupakan

serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan

meningkatkan kemampuan gerak, serta bertujuan untuk

mempertahankan, dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal

tersebut sejalan dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem

Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 bahwa, “olahraga adalah

segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta

mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”.

Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun,

kapanpun, dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis

kelamin, suku, ras, dan lain sebagainya. Toho Cholik Mutohir (2005)

menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah sebagai refleksi kehidupan

masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta

nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat

mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-

kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari

prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan

alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia

unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

membentuk manusia seutuhnya.

Pemahaman tentang hakekat olahraga sangat dipengaruhi oleh

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Menurut

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

9

Ratal Wirjasantosa (1984: 21) menjelaskan bahwa, “olahraga berarti

memperkembangkan, memasak, mematangkan, menyiapkan manusia

sedemikian rupa, sehingga dapat melaksanakan gerakan-gerakan dengan

efektif dan efisien. Pada hakekatnya juga olahraga memiliki keterbatasan.

Keterbatasan dalam olahraga diantaranya, adanya aturan-aturan yang

harus dipatuhi, baik dalam olahraga yang bersifat bermain (play), games,

maupun sport. Peraturan olahraga yang bersifat play (bermain) ialah

aturan-aturan yang tidak terlalu ketat, karena play merupakan aktivitas

olahraga sukarela dan dilakukan secara bebas. Untuk olahraga yang

bersifat games ialah aturan-aturan dalam olahraga yang hampir ketat

peraturannya, karena aturan dibuat oleh pemain yang akan melakukan

permainan untuk ditaati bersama. Sedangkan peraturan olahraga yang

bersifat sport ialah aturan-aturan yang dibuat dengan sangat kompleks,

dibuat secara formal dan terorganisir untuk ditaati setiap pemain sebelum

dan saat permainan berlangsung.

Perkataan olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang

berhubungan dengan peristiwa mengolah yaitu mengolah raga atau

mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Giriwijoyo (2005:30)

mengatakan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur

dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan

kemampuan fungsionalnya. Selanjutnya Supandi (1990) yang dikutip

oleh Kusmaedi (2002:1) menyatakan bahwa kata olahraga berasal dari:

(1) Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

(2) Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan

yang teriri dari kegiatan menembak dan berburu.

(3) Desporter, membuang lelah

(4) Sports, pemuasan atau hobi

(5) Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti

berenang, main bola, agar tumbuh menjadi sehat.

Sedangkan pengertian menurut International Council of Sport

and education yang dikutip oleh Lutan (1992: 17) bahwa, “Olahraga

adalah kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi

perjuangan dengan diri sendiri atau perjuangan dengan orang lain serta

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

10

konfrontasi dengan unsur alam”. Selanjutnya Engkos Kosasih (1993: 4)

menyatakan bahwa “Olahraga adalah kegiatan untuk

memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badannya cukup

kuat dan tenaganya cukup terlatih, menjadi tangkas untuk melakukan

perjuangan hidupnya”.

Dari berbagai penjelasan dapat disimpulkan bahwa olahraga

adalah kegiatan- kegiatan yang bersifat fisik mengandung unsur-unsur

permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang lain

atau konfrontasi dengan unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan

masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesenangan.

b. Ruang Lingkup Olahraga

Mengacu pada Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional

Nomor 3 tahun 2005 Bab II pasal 4 menetapakan bahwa keolahragaan

nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebugaran,

prestasi, kualaitas manusia, menanmkan nilai moral dan akhlak mulia,

sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan

bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat,

martabat, dan kehormatan bangsa. Selanjutnya pada Bab VI pasal 17

menetapkan ruang lingkup olahraga itu sendiri mencakup tiga pilar,

yaitu: olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi.

Ketiga pilar olahraga tersebut dilaksanakan melalui pembinaan dan

pengembangan olahraga secara terencana, sistematik, berjenjang, dan

berkelanjutan, yang dimulai dari pembudayaan dengan pengenalan gerak

pada usia dini, pemassalan dengan menjadikan olahraga sebagai gaya

hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan pemberdayaan sentra-

sentra olahraga, serta peningkatan prestasi dengan pembinnaan olahraga

unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak

pencapaian prestasi. Adapun ruang lingkup dari ketiga pilar olahraga

dapat dijabarkan sebagi berikut:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

11

1) Olahraga Pendidikan

Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang

dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan

berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan kepribadian,

keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga

pendidikan sebagai bagian dari proses pendidikan secara umum

yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan baik satuan pendidikan

formal maupun non formal, biasanya dilakukan oleh satuan

pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, guru pendidikan

jasmani dengan dibantu oleh tenaga olahraga membimbing

terselenggaranya kegiatan keolahragaan.

Di sekolah atau satuan pendidikan penjasorkes berperan penting,

hal ini berkaitan dengan dua hal yakni sisi pendidikan jasmani yang

bersifat edukatif dan dari sisi olahraga yang mengarah kepada

aspek prestasi. Kedua hal ini merupakan hal yang terkandung

dalam penjasorkes, karena disitulah ditempa pribadi peserta didik

agar memiliki jasmani dan rohani yang sehat, bugar, segar, dan

sekaligus memungkinkan untuk meraih prestasi, tentu saja

termasuk prestasi dibidang olahraga. Disamping itu, masih ada

dimensi terpendam pendidikan jasmani yang bisa mengembangkan

dan membentuk kemampuan serta kepribadian setiap individu

misalnya sikap semangat, pantang menyerah, emosi, kejiwaan,

tanggung jawab, toleransi, dan sebagainya.

Penjasorkes merupakan pilar dalam membangun tingkat kebugaran,

karena dimensi gerak sebagai aktivitas utamanya memiliki

implikasi nyata bagi penumbuhan kesehatan baik itu individu,

kelompok, maupun masyarakat luas. Dengan demikian penjasorkes

dapat menjadi salah satu alat untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang sehat dan bugar baik

dari aspek jasmani maupun rohani. Di sisi lain, penjasorkes pada

satuan pendidikan menjadi penting terutama jika dikaitkan dengan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

12

proses pembibitan dan pembinaan dalam rangka peningkatan

prestasi olahraga. Melalui satuan pendidikan ini, jenjang-jenjang

pembibitan dan pembinaan prestasi olahraga akan terukur secara

sistematis dan terfokus. Hal ini penting diperhatikan karena dari

proses yang panjang ini dapat melahirkan juara sejati dari cabang

olahraga yang menjadi fokus perhatiannya. Jika pembibitan dan

pembinaan dilakukan sejak usia dini, yakni sejak usia sekolah dasar

secara konsisten, terencana, dan berkelanjutan, bukan hal yang

tidak mungkin dapat lahir atlet-atlet terbaik dari setiap cabang

olahraga yang ada dalam kurikulum pendidikan jasmani.

Menurut Standar Isi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

untuk tingkat SMA-MA disebutkan bahwasannya ruang lingkup

mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

meliputi aspek-aspek sebagi berikut:

a). Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional,

permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-

lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,

sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan,

bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas lainnya.

b). Aktivitas pembinaan meliputi: mekanika sikap tubuh,

komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta

aktivitas lainnya.

c). Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana,

ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam

lantai, serta aktivitas lainnya.

d). Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ,

senam aerobic, serta aktivitas lainnya.

e). Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan di air,

keterampilan bergerak di air, dan renang, serta aktivitas

lainnya.

f). Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata,

pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki

gunung.

g). Kesehatan, meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan

perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang

sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat yang sehat,

mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu istirahat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

13

yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.

Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara

implisit masuk ke dalam semua aspek. (Permendiknas No 22.

2006: 649).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap Pendidikan

Jasmani dan Olahraga penting karena dapat mendukung bagi

pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dibidang

kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan, dalam hal ini penjasorkes

dapat menjadi instrumen yang efektif bagi peningkatan secara tidak

langsung kesehatan dan kemiskinan. Misalnya, olahraga dapat

berpengaruh terhadap meningkatnya kebugaran masyarakat. Di

Indonesia lebih dikenal dengan nama Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes). Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan di dalamnya terkandung 3 komponen isi

yang seharusnya ada, yaitu: Pendidikan Jasmani, Pendidikan

Olahraga, dan Pendidikan Kesehatan.

a) Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran

yang terdapat dalam program pendidikan umum. Pendidkan

jasmani merupakan suatu proses pendidikan seorang individu

maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara

sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam

rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan

keterampilan jasmani, perumbuhan, kecerdasan dan

pembentukan watak. Dengan demikian dapat dikatakan di

sini bahwa pendidikan jasmani di sekolah bukan semata-mata

ditekankan pada pencapaian kesegaran fisik, pembinaan

keterampilan, namun juga menanamkan pentingnya hidup

sehat dan pembentukan watak manusia sejak masih kanak-

kanak.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

14

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang

melibatkan aktivitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan

pendidikan. Menurut Lutan (1998: 113) menyatakan bahwa “

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas

jasmani, permainan dan/atau cabang olahraga yang terpilih

dengan maksud untuk mencapai tujuan pendididkan”. Tujuan

yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup aspek

fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral. Berkenaan

dengan aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani adalah

untuk memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak

dengan aktivitas fisik, sesuai dengan tingkat perkembangan

dan pertumbuhannya.

Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani bukan hanya

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa,

tetapi memlalui aktivitas jasmani dikembangkan pola potensi

lainnya, seperti kognitif, afektif dam psikomotor anak.

Pendidikan jasmani berperan penting terhadap pencapaian

tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Melalui

pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang

perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang

perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang

serta keterampilan gerak siswa. Pendidikan jasmani lebih

menekankan proses pemebelajarannya pada penguasaan

gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap

kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya melalui teori

gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru

lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan

untuk memungkinkan anak belajar secara efektif.

Tidak dipungkiri bahwa dalam menjalankan proses

pendidikan jasmani di sekolah, guru mengalami banyak

kendala misalnya keterbatasan sarana dan prasarana olahraga.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

15

Dengan kondisi tersebut, guru penjasorkes dituntut untuk

lebih kreatif dan inovatif. Model-model pembelajaran pun

banyak dibuat untuk menanggulangi keterbatasan tersebut.

Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada

joyfull learning atau belajar yang menyenangkan. Desain atau

rancangan pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi

konsepnya menjadi konsep PAIKEM yaitu Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

(Kristiyanto, 2012: 15-16).

b) Pendidikan Olahraga

Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil

pengembangan dari Penjasorkes diamana memiliki tujuan

yang lebig spesifik yaitu mengarah pada prestasi olahraga

peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Siedentop

yang dikutip Sugiyanto dalam Lauh (2013: 30) yang

berpendapat bahwa,” model pendidikan olahraga dinilai

memiliki tujuan yang lebih ambisius dibanding dengan

program olahraga di dalam pendidikan jasmani. Pendidikan

olahraga berusaha mendidik murid untuk menjadi

olahragawan yang kompeten, cerdas dan antusias.

Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga yang kompeten

berarti memiliki keterampilan yang memadai untuk

berpartisispasi dalam pertandingan, memahami dan dapat

melakasanakan strategi sesuai dengan kompleksitas

permainan dan sebagi pemain yang berpengetahuan.

Olahragawan yang cerdas berarti mudah untuk memahami

peraturan, tatacara dan tradisi dalam olahraga serta dapat

membedakan anatara praktek olahraga yang baik dan yang

buruk, baik pada anak-anak maupun olahragawan

profesional. Olahragawan yang antusias berarti berpartisipasi

dan berperilaku dalam cara memelihara, melindungi dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

16

mempertinggi budaya olahraga. Sebagai anggota kelompok

olahraga turut mengembangkan olahraga pada tingkat lokal,

nasional dan internasional.

Jika mengevaluasi dan menganalisisis dalam berbagai

kejuaraan dunia menunjukan bahwa hanya atlet tertentu

cocok untuk olahraga tertentu dan harus juga memiliki

karakteristik psikologi dan mental yang diperlukan. Selain itu

juga memiliki kondisi fisik yang prima, memiliki kecerdasan

yang tinggi, memiliki teknik maupun taktik yang tinggi, serta

mempunyai pengalaman dalam berbagai tingkatan kompetisi.

Prestasi ini hanya didapat apabila pada masa kanak-kanak

mempunyai pengalaman gerak yang lengkap.

pembinaan olahraga dilakukan secara sistematis, tekun dan

berkelanjutan pada pelajar SD, SMP dan SMA diharapakan

member pengalam gerak yang kompleks untuk bekal

kehidupan kedepan nantinya dan dapat menghasilkan prestasi

yang tinggi. Dengan dimulainya pembinaan olahraga pada

usia muda, akan terwujud dalam proses awal dari pembinaan

olahraga sendiri yang dimulai dari pembinaan pelajar. Usia

anak SMP merupakan masa anak besar dan menginjak pada

masa adolosence dan merupakan masa yang ideal untuk

menanamkan kegemaran berolahraga pada cabang-cabang

olahraga tertentu, karena pada masa ini anak-anak masih

mepunyai waktu dan kesempatan yang cukup panjang,

sehingga dapat meraih prestasi yang setinggi-tingginya.

Dalam penerapan olahraga pendidikan seorang guru

Penjasorkes harus memperhatikan porsi latihan yang akan

diberikan kepada peserta didik. Pada usia anak-anak, aktivitas

fisik atau porsi latihan fisiknya harus benar-benar

diperhatikan dengan baik karena jika porsi yang diberikan

berlebihan hal ini dapat menganggu pertumbuhan dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

17

perkembangan anak itu sendiri. Program latihan atau

pembelajaran aktivitas fisik yang diberikan harus disesuaikan

dengan usia dan kemampuan masing-masing anak.

Rekomendasi yang diberikan oleh Federasi Sports Medicine

Australia dalam Giriwijoyo dan Sidik (2012: 76) untuk

olahraga (lari) aerobik bagi anak-anak sebagai berikut:

Tabel 2.1. Rekomendasi Aktivitas Fisik Aerobik (lari)

Usia di Bawah Jarak Lari Tidak Boleh Lebih Dari

12 tahun

15 tahun

15-16 tahun

16-18 tahun

18 tahun

5 km

10 km

20 km

30 km

Marathon

Sumber : Federasi Sports Medicine Australia dalam Giriwijoyo dan

Sidik (2012: 76)

c) Pendidikan Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas

kehidupan dimana kesehatan harus selalu dijaga dan

ditingkatkan. Cara termurah untk menjaga kesehatan adalah

dengan berolahraga dan menjaga pola hidup sehat. Menurut

Lutan dkk (1992: 50-51) bahwa upaya pembinaan kesehatan

pada dasarnya hanya terdiri atas dua bidang garapan yaitu:

(1) pembinaan kesehatan pada faktor manusia dan (2)

pembinaan kesehatan pada faktor lingkungan.

Slogan yang berbunyi “kesehatan merupakan harta yang

paling berharga” adalah benar adanya. Banyak orang yang

tidak perduli akan kesehatan bahkan tidak mementingkan

kesehatan untuk dirinya sendiri. Ketidaktahuan akan cara

yang benar untuk menjaga kesehatan menjadi salah satu

faktor penyebabnya. Kehidupan sekolah yang terlalu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

18

membebankan kepada tugas-tugas berkombinasi pula dengan

kehidupan di rumah yang tidak menekankan pentingnya

hidup sehat akan berdampak buruk pada kesehatan itu

sendiri. Kemajuan teknologi yang semakin tidak terkendali

akan memberikan efek yang buruk jika tidak diimbangi

dengan kemawasan diri akan pentingnya hidup sehat

sehingga anak-anak akan terfokus pada kemajuan teknologi

dan tidak menyediakan waktu luang untuk berolahraga. Hal

ini dapat menyebabkan kebugaran tubuh anak-anak sekarang

akan cenderung semakin rendah.

Seiring semakin rendahnya kesegaran jasmani, kian

meningkat kemalasan seseorang dalam melakukan gerak

tubuh, lambat laun hal ini dapat menimbulkan gejala penyakit

yang diakibatkan oleh kekurangan gerak (hipokinetik) seperti

kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri

pinggang bagian bawah. Selain itu penyakit jantung yang

biasanya menyerang manusia pada saat dewasa bisa saja

beralih menyerang pada masa kanak-kanak. Sejalan dengan

itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang tidak sehatpun

semakin memperburuk masalah kesehatan anak-anak.

Dengan pola gizi yang tidak seimbang, mereka menhadapkan

diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenerative

(menurunnya fungsi organ) yang semakin besar. Sangat

penting untuk menjaga kesehatan baik jasmani maupun

rohani oleh karena itu pendidikan kesehatan menjadi krusial

khsusunya untuk pelajar di sekolah. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Giriwijoyo dan Sidik (2012: 28) bahwa

“ olahraga kesehatan meningkatkan derajat sehat

dinamis (sehat dalam gerak), pasti juga sehat statis (

sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya, gemar

berolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan

nikmat. Malas berolahraga : mengundang penyakit.

Tidak berolahraga : menelantarkan diri”.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

19

Sugiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa, “pendidikan

kesehatan pada dasarnya merupakan kajian yang bersifat

multi disiplin”. Isinya diambil dari banyak bidang ilmu lain

kedokteran, kesehatan masyarakat, kejasmanian, psikologi,

biologi dan sosiologi. Lingkup kajiannya pun luas yang

mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian,

pencegahan cedera, pertolongan pertama pada kecelakaan,

pencegahan penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang,

hakekat perilaku dan kebiasaan hidup sehat dan pemeliharaan

kesehatan. Aspek layanan yang termasuk di dalamnya

meliputi penanganan kehidupan sekolah yang sehat melalui

pembelajaran pendidikan kesehatan dan diaplikasikan dalam

bentuk organisasi UKS dan PMR.

2) Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan

mengembangkan olahragawan secara khusus, terprogram,

berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi yang dilakukan

selanjutnya para olahragawan yang memiliki potensi untuk dapat

ditingkatakan prestasinya akan dimasukan kedalam asrama maupun

tempat pelatihan khusus agar dapat dibina lebih lanjut guna

mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dan dengan didukung

bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang lebih

modern. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan adalah peningkatan kualitas maupun kuantitas

pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah

dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk

peningkatan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi

kegiatan keolahragaan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

20

Kristiyanto (2012: 12) yang menyatakan bahwa, “Dalam lingkup

olahraga prestasi, tujuannya adalah untuk menciptakan prestasi

yang setinggi-tingginya. Artinya bahwa berbagai pihak seharusnya

berupaya untuk mensinergikan hal-hal dominan yang berpengaruh

terhadap peningkatan prestasi di bidang olahraga.

Sudut pandang teknologi berkaitan dengan penerapan prinsip-

prinsip teknik, termasuk mekanika gerak yang terbungkus dalam

kajian ilmu biomekanika olahraga, dalam bentuk efisiensi gerak,

momentum, akselerasi, dan sebagainya. Teknologi juga berarti

pemutakhiran peralatan-peralatan olahraga yang sesuai dengan

kaidah mekanika gerak tubuh manusia agar menimbulkan

keamanan pada gerakan yang dilakukan oleh seorang olahragawan.

Telaahan penting yang diperlukan dalam peningkatan prestasi

olahraga juga berkaitan dengan kajian ilmu sosiologis. Kajian ilmu

sosiologis perlu dilakukan dalam upaya membantu

mensosialisasikan olahraga kepada berbagai tingkatan usia dan

golongan. Teori struktural fungsionalisme, konflik dan kritik perlu

dimanfaatkan untuk memantapkan posisi olahraga di dalam

masyarakat sehingga masyarakat dapat mengakses dengan mudah

segala kebutuhan untuk berolahraga. Gerakan sosialisasi olahraga

ini perlu dilakukan agar masyarakat dapat memahami makna dan

tujuan berolahraga yang sebenarnya.

Teori-teori psikologi juga perlu dilakukan dalam peningkatan

prestasi olahraga nasional terutama mendorong atau memicu

motivasi berprestasi dalam bidang olahraga. Selain itu,

pembelajaran kepribadian atlet juga perlu dilakukan untuk

memahami para atlet, sehingga pada saat yang sama atlet dapat

dikokohkan kepribadiannya melalui kekuatan fisik, emosionl, dan

intelektual secara utuh. Pedagogi dapat diperbantukan dalam

peningkatan prestasi olahraga melalui kaidah-kaidah didaktik dan

metodik yang akurat pada pembinaan olahraga usia dini dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

21

olahraga di sekolah secra proporsional, selain itu juga perlu

penerapannya dalam olahraga masyarakat. Karena itu, perlu

diproporsikan secara tepat kedudukannya aktivitas jasmani dan

olahraga yang ada di sekolah dan di masyarakat.

Olahraga merupakan salah satu cara untuk mencapai kejayaan dan

kebanggaan suatu bangsa. Kejayaan olahraga nasional pernah

ditorehkan Indonesia pada perhelatan Asian Games IV tahun 1962

di Jakarta dengan menduduki peringkat kedua setelah Jepang.

Namun beberapa tahun belakangan ini kejayaan olahraga di

Indonesia mulai mengalami kemunduran prestasi. Bahkan ditingkat

regional Asia Tenggara prestasi olahraga Indonesia mengalami

kemunduran dari tahun-ketahun.

Untuk mendapatkan atlet olahraga yang berprestasi, disamping

proses latihan yang terprogram dan terencana dengan menerapkan

prinsip-prinsip latihan, juga harus memperhatikan asupan gizi para

atlet, selain itu harus pula di barengi dengan pengadaan kompetisi-

kompetisi secara rutin agar atlet dapat menerapkan teknik dan

taktik yang diperoleh selama pelatihan di arena sesungguhnya dan

itu dapat mengasah mental para atlet itu sendiri dalam menghadapi

kompetisi yang sesungguhnya. Semakin banyak jam terbang atlet

dalam suatu kompetisi maka akan semakin berpengalaman pula

atlet itu dalam megnhadapi situasi yang berubah-ubah dalam

pertandingan. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk

mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan

berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai yang prestasi

yang tinggi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan. Keterbatasan dari pemerintah menuntut cabang-

cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan

pemerintah, perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan

swasta. Para pemerhati olahraga di Indonesia perlu menyatukan

suara guna membangun kejayaan olahraga. Salah satunya dengan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

22

menetapkan sebuah badan yang benar-benar independen dan hanya

berfokus pada pembangunan olahraga di Indonesia serta bebas dari

segala kepentingan politik di dalamnya.

Pembinaan olahraga prestasi berbentuk segitiga atau sering disebut

pola piramida adan berporos pada proses pembinaan yang

berkelanjutan. Dikatakan berkelanjutan karena pola itu harus

didasari cara pandang yang utuh dalam memaknai program

pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan

prestasinya. Program tersebut memandang arti penting pemassalan

dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program

pendidikan jasmani yang baik, diperkuat dengan program

pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga sekolah,

dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural dan

idealnya tergodok dalam program kompetisi intersklastik, serta

dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training

camp bagi para bibit atlet yang terbukti berbakat.

Pola ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang ditempuh dalam

pembinaan olahraga di Indonesia pada umumnya, misalnya

program PPLP dan Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting

dari program penjas dan program olahraga rekreasi, tetapi langsung

diorientasikan kepada puncak tertinggi model piramid. Secara

tradisional, program pengajaran pendidikan jasmani digambarkan

sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang

sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat

program olahraga rekreasi, atau lazim pula disebut program klub

olahraga, sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga

prestasi.

Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional

memerlukan waktu dan penataan sistem secara terpadu. Pemerintah

dalam hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak

dapat bekerja sendiri tanpa sinergi dalam kelembagaan lain yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

23

terkait dengan pembinaan sistem keolahragaan secara nasional.

Penataan olahraga prestasi harus dimulai dari pemassalan olahraga

dimasyarakat yang diharapkan memunculkan bibit-bibit atlet

berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia

sekolah. Pembinaan olahraga prestasi harus berjangka waktu

kehidupan atlet, dimulai pada saat merekrut seorang anak untuk

dikembangkan menjadi seorang atlet. Dalam merekrut calon atlet,

postur dan struktur tubuhnya harus dilihat apakah tubuh (termasuk

kemampuan jantung dan paru-paru) calon atlet itu bisa dibentuk

dengan latihan-latihan untuk menjadi kuat, cepat dan punya

endurance atau daya tahan.

Intelegensi juga harus diteliti pada saat merekrut calon atlet yang

masih anak-anak. Apakah anak itu cukup cerdas dalam menghadapi

situasi yang berubah-ubah dan dalam tempo waktu yang singkat

serta dalam kondisi tertekan pada saat pertandingan. Selain itu,

apakah aspek psikologinya tangguh untuk mendukungnya

mempunyai mental juara sejati, bukan mental pecundang yang

sombong dan hanya berorientasi pada materi belaka. Setelah semua

aspek itu terpenuhi, pembinaan dilakukan menggunakan teknologi

olahraga untuk pembentukan fisik, psikologi dan rohani. Harus ada

keseimbangan juga antara latihan yang keras dan istirahat. Oleh

karena itu penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang

sehingga hasil yang dicapai merupakan produk yang sangat

optimal.

Untuk dapat menggerakan pembinaan olahraga harus

diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat

mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas-luasnya kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara

aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan

olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga seperti ini hanya

dapat terselenggara apabila ada suatu sistem pengelolaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

24

keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan

berkesinambungan dalam semangat kebersamaan dari seluruh

lapisan masyarakat. Pembinaan atlet usia pelajar sering kali tidak

terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga

prioritas. Hal ini bisa dilihat dari berbagai cabang olahraga yang

merupakan andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara

berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program

pembibitan atlet usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi

prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu melakukan kerja sama

antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan Komite Olahraga

Nasional Indonesia Pusat serta induk organisasi cabang olahraga

untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi

prioritas utama baik didaerah, nasional maupun internasional.

3) Olahraga Rekreasi

Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat

dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang

sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk

kesehatan, kebugaran dan kegembiraan. Pada pasal 19 Bab VI UU

Nomor 3 Tahun 2005 dinyatakan bahwa “olahraga rekreasi

bertujuan untuk memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani dan

kegembiraan, membangun hubungan sosial dan atau melestarikan

dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional”.

Selanjutnya dinyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat

berkewajiban menggali, mengembangkan dan memajukan olahraga

rekreasi.

Kristiyanto (2012: 6) berpendapat bahwa “ olahraga rekreasi terkait

erat dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari

pekerjaan rutin. Waktu luang merupakan waktu yang ridak

diwajibkan dan terbebas dari berbagai keperluan psikis dan sosial

yang telah menjadi komitmennya”. Kegiatan yang umum dilakukan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

25

untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi

dan kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan.

Kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan

oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan

mengadakan perjalanan ke suatu tempat dan sebagainya. Secara

psikologi banyak orang yang di lapangan merasa jenuh dengan

adanya beberapa kesibukan dari masalah, sehingga mereka

membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan nyaman,

bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan

pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk

hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa

pernyataan di atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu

kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu

atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan, kepuasan,

penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan

baik fisik maupun mental.

Beragam jenis olahraga rekreasi yang merupakan kekayaan asli

dan jati diri bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan

diperkenalkan kepada generasi muda penerus, serta

didokumentasikan dengan serius dan cermat, sehingga aset budaya

dan jati diri bangsa Indonesia tidak hilang atau diakui oleh bangsa

lain. Disamping itu, gerakan sport for all, yang menjadikan

olahraga sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan

kualitas sumber daya manusia, pendidikan, kesehatan dan

kebugaran masayarakat serta aspek lain yang dibutuhkan oleh

pembentukan karakter dan jati diri suatu bangsa, menjadikannya

sebagai kekuatan yang ampuh dalam upaya memepersatukan

bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sejalan dengan semboyan sport for all di dunia internasional telah

semakin maju dan berkembang menjadi suatu gerakan global, yang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

26

dampaknya secara langsung maupun tidak langsung telah

mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia, dan ini

terbukti dengan semakin subur dan meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam berbagai kegiatan olahraga, baik itu yang berasal

dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Atas dasar

pemikiran bahwa potensi, manfaat dan kekayaan dari olahraga

rekreasi dan gerakan sport for all, tidak hanya dari aspek olahraga ,

kesehatan dan budaya, akan tetapi juga dari aspek terkait yang lain

dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka pembinaan olahraga

rekreasi dan gerakan sport for all di Indonesia, harus ditangani

dengan serius baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah, maupun oleh organisasi olahraga dan masyarakat sendiri,

melalui penetapan visi “ Indonesia Bugar 2020”

Guna mendukung upaya dan semangat kebangkitan bangsa

Indonesia yang dimulai sejak peringatan 100 tahun Kebangkitan

nasional tahun 2008, maka Kebangkitan Olahraga Nasional melalui

upaya pemberdayaan dan pengembangan olahraga rekreasi dan

gerakan sport for all di Indonesia, menjadi salah satu pemecahan

masalah dan cara tepat untuk mendorong percepatan Kebangkitan

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sehat, bugar, produktif,

kuat, mandiri, demokratis, berjati diri dan berdaya saing tinggi

dalam menghadapi era globalisasi.

Atas dasar pemikiran tersebut visi “ Indonesia Bugar 2020” harus

dijabarkan melalui penyelenggaraan even berskala nasional yaitu

Kongres Nasional Pembinaan Olahraga Rekreasi dan sport for all

di Indonesia dan sekaligus didukung oleh seluruh jajaran dan

jejaring Olahraga Rekreasi di Indonesia yang terhimpun dalam

Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), yang

akan mengidentifikasi dan menginventarisasi segenap potensi yang

terkait, serta menentukan peran, arah dan sasaran pembinaan

olahraga rekreasi dan sport for all di Indonesia.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

27

2. Kebijakan Pemerintah

a. Pengertian Kebijakan

Setiap struktur atau tata kelola suatu negara, provinsi, kota,

ataupun kabupaten tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang

dapat memicu sebuah permasalahan, mulai dari permasalah yang

sederhana hingga sampai permasalahan yang rumit. Dibutuhkan suatu

keputusan yang tepat dan bijaksana dalam memecahkan, serta mengatasi

setiap permasalahan yang timbul. Dalam memecahkan suatu masalah,

dibutuhkan suatu identifikasi yang beragam dan dianalisis secara

mendalam sesuai dengan hakekat dari masalah yang dihadapi tersebut,

baik dalam bentuk masalah yang sederhana, maupun masalah yang

dianggap rumit.

Gambaran tentang masalah yang timbul, seringkali dipicu

karena timbulnya kebijakan-kebijakan yang dinilai pro dan kontra oleh

berbagai pihak. Kebijakan seharusnya adalah suatu langkah dalam

memutuskan serta mengatasi masalah-masalah yang timbul. Kecermatan

dalam menganalisa suatu masalah merupakan salah satu langkah yang

tepat untuk merumuskan kebijakan yang tidak menuai pro dan kontra, hal

tersebut seperti yang diungkapkan Lasswell dalam Kartodihardjo (2009)

bahwa, kebijakan merupakan ilmu yang berorientasi kepada masalah

kontekstual, multi disiplin, dan bersifat normatif, serta dirancang untuk

menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan, yang muncul

ketika warga negara dan penentu kebijakan menyesuaikan keputusannya

dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk

melayani tujuan-tujuan demokrasi.

Menurut William Dunn (2000) menjelaskan bahwa, istilah

kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy

memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena

pemerintah yang mempunyai wewenang dan kekuasaan untuk

mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani kepentingan

umum. Kebijakan seringkali tidak efektif akibat tidak cermat dalam

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

28

merumuskan suatu masalah. Dengan kata lain, kebijakan sebagi obat

seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat diaknosa masalah

atau penyakit keliru.

Harnold D. Lasswell dan Abraham Kaplan dalam Islamy (2002:

17) memberikan arti kebijakan sebagai “a projected program of goals,

value and practice” yang artinya “suatu program yang terarah, nilai-nilai

dan praktek-praktek yang terarah”. Sedangkan pendapat lain menurut

Carl Friedrich dalam Abdul Wahab (2012: 3) menyatakan bahwa,

“kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada suatu tujuan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan

tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya

mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan.

Kajian ilmu kebijakan sangatlah penting untuk dipahami oleh

berbagai pihak maupun masyarakat, karena kajian ilmu kebijakan salah

satunya diimplementasikan untuk kepentingan publik. James E.

Anderson dalam Bambang S (1994: 23) menjelaskan bahwa, “public

policies are those policies developed by governmental bodies officials”

yang artinya “kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang

dikembangkan oleh badan dan pejabat-pejabat pemerintahan”. Lebih

lanjut Anderson menjelaskan implikasi pengertian kebijakan publik

sebagai berikut:

1) Bahwa kebijakan publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau

merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2) Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola

tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

3) Kebijakan itu adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud

akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu.

4) Kebijakan publik itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan

beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah

tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan

pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

29

5) Kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau

selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undang yang bersifat

memaksa (otoritif).

b. Bentuk-Bentuk Kebijakan

Pemerintah ialah perwujudan rakyat yang mempunyai tugas

lebih dalam pemerintahan atas dasar kehendak dan kebutuhan rakyat

dalam sebuah negara. Oleh karena itu, setiap tindakan maupun keputusan

harus dilator belakangi dan dilandasi oleh kepentingan rakyat itu sendiri.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti kebijakan adalah “kepandaian

dan kemahiran”. Kebijakan sebagai rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak (pemerintah/organisasi), pernyataan

cita-cita, tujuan, prinsip, atau sebagai garis pedoman dalam manajemen

untuk usaha mencapai sasaran atau garis haluan. Hogwood dan Gunn

dalam Abdul Wahab (2012) mengelompokkan kebijakan kedalam

sepuluh macam kebijakan, sebagai berikut:

1) Kebijakan sebagai sebuah label atau merk bagi suatu bidang

kegiatan pemerintah (policy as a label for a feld of activity).

2) Kebijakan sebagai suatu pernyataan mengenai tujuan umum atau

keadaan tertentu yang dikehendaki (policy as an expression of

general purpose or derired state of affairs).

3) Kebijakan sebagai usulan-usulan khusus (policy os specific

proposals).

4) Kebijakan sebagai keputusan-keputusan pemerintah (policy as

decision of government).

5) Kebijakan sebagai bentuk otorisasi atau pengesahan formal (policy

as formal authorization)

6) Kebijakan sebagai program (policy as programme)

7) Kebijakan sebagai keluaran (policy as output)

8) Kebijakan sebagai hasil akhir (policy as outcome)

9) Kebijakan sebagai teori atau model (policy as a theory or model)

10) Kebijakan sebagai proses (policy as process)

Sutton (1999) menjelaskan bahwa, dengan kajian kebijakan

akan dihasilkan pengetahuan mengenai baik, buruknya kinerja kebijakan

yang dihasilkan saat ini melalui identifikasi arena kebijakan dengan

menggunakan metoda yang valid. Selanjutya Wemer dan Vining dalam

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

30

Kartodiharjo (2009) menjelaskan mengenai lingkup kebijakan yang

terdiri dari: riset kebijakan, dan analisis kebijakan. Riset kebijakan

merupakan prediksi dampak perubahan beberapa variabel, akibat

perubahan kebijakan untuk aktor dalam arena kebijakan yang relevan

melalui metodologi yang formal. Sedangkan analisis kebijakan

merupakan perbandingan dan evaluasi dari solusi yang tersedia untuk

memecahkan masalah, untuk orang atau lembaga tertentu melalui

sintesis, riset-riset, dan teori.

Dalam suatu pemerintahan, kebijakan yang telah disahkan tidak

akan bermanfaat apabila tidak diimplementasikan. Hal sebut disebabkan

karena implementasi kebijakan pemerintah berusaha mewujudkan

kebijakan yang masih bersifat abstrak kedalam realita. Sedangkan suatu

kebijakan pemerintah akan berhasil apabila dilaksanakan dan

menghasilkan dampak positif dari masyarakat banyak. Kebijakan secara

umum dapa dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1) Kebijakan Umum

Kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik

yang bersifat positif, maupun yang bersifat negatif yang meliputi

keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan. Sehingga hal

tersebut dapat dikatakan bahwa kebijakan umum adalah kebijakan

yang bersifat relatif. Dalam suatu wilayah negara, kebijakan umum

diambil dalam bentuk peraturan perundang-undang atau keputusan

presiden. Sedangkan untuk suatu provinsi, kota, ataupun

kabupaten, selain dari peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan

dari tingkat pusat, juga ada keputusan gubernur atau peraturan

daerah yang telah disepakati oleh DPRD. Artinya, agar suatu

kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi tingkatan kebijakan

yang berada dibawahnya.

2) Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat

pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

31

undang, atau keputusan menteri yang menjabarkan pelaksanaan

keputusan presiden adalah contoh dari suatu kebijakan

pelaksanaan. Sedangkan untuk tingkat provinsi, kota, maupun

kabupaten, keputusan bupati atau kepala dinas yang menjabarkan

keputusan gubernur, bisa menjadi suatu keputusan kebijakan

pelaksanaan.

3) Kebijakan Teknis

Kebijakan oprasional yang berada dibawah kebijakan pelaksanaan.

Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan umum adalah

kebijakan tingkat pertama, kedua yaitu kebijakan pelaksanaan, dan

ketiga atau yang terbawah adalah kebijakan teknis.

c. Kebijakan Pemerintah Bidang Keolahragaan

Kebijakan bidang keolahragaan merupakan upaya-upaya

pemerintah memotivasi dan menfasilitasi masyarakat dari berbagai

kalangan dan lapisan usia gemar dalam kegiatan berolahraga, serta

mampu menjadikan olahraga sebagai gaya hidup sehat, yang bertujuan

meningkatkan budaya berolahraga sebagai bagian dari proses dan

pencapaian tujuan pembangunan nasional. Dalam pembangunan dan

pengembangan keolahragaan, hasil utama yang harus dicapai ialah

terumuskannya kebijakan yang mendukung penuh pembangunan dan

perkembangan olahraga nasional, yang berpedoman melalui mekanisme

pembinaan olehraga, dan kesegaran jasmani, serta tersusunnya rancangan

undang-undang untuk mendukung pembangunan dan perkembangan

keolahragaan nasional baik melaui sektor ekonomi keolahragaan, industri

keolahragaan, ketenaga ahlian keolahragaan, manajemen keolahragaan,

hingga proses pembinaan berbasis aktif berolahraga (sport active) ditiap-

tiap cabang olahraga baik dari segi pendidikan maupun prestasi.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, hal tersebut

merupakan dasar bagi setiap pemerintah baik pusat maupun daerah untuk

selalu menaati, dan melaksanakan isinya, sehingga apa yang dicita-

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

32

citakan oleh bangsa Indonesia, khususnya dibidang keolahragaan dapat

tercapai secara maksimal. Selain Undang-undang Republik Indonesia

nomor 3 tahun 2005 sebagai payung hukum yang kuat dalam

keolahragaan nasional, pemerintah juga memiliki beberapa kebijakan

yang tertuang dalam undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan

presiden, peraturan daerah, maupun ADART KONI. Penjabaran

bebarapa dasar hokum yang menjadi landasan bagi pemerintah maupun

pelaku olahraga untuk pembinaan olahraga menurut KONI (2014: 19),

sebagai berikut:

1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

2) Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah.

3) Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Keolahragaan.

4) Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga.

5) Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2007 tentang Pendanaan

Keolahragaan.

6) Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 22 tahun 2010

tentang Program Indonesia Emas.

7) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KONI tahun 2013.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa,

pembangunan dan perkembangan olahraga merupakan suatu pencapaian

yang berdampak positif, serta mampu bersinergi dengan pembangunan

lainnya. Pembangunan dan perkembangan olahraga dapat dilakukan

melalui berbagai sektor mulai dari sektor sumber daya manusia,

pendidikan, rekreasi, prestasi, industri, ekonomi, manajemen yang

berbasis pada prinsip dasar perkembangan olahraga.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

33

3. Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat di

dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan

organisasi tersebut (Hasibuan, 2000: 3). Selanjutnya Nawawi (2003: 37)

menjelaskan bahwa, pengertian sumber daya manusia terbagi menjadi

dua pengertian, yaitu makro dan mikro.

Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai

penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah

tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah

maupun yang belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Sedangkan

pengertian SDM secara mikro adalah manusia atau orang yang bekerja

atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, karyawan,

pekerja, pegawai, tenaga kerja, dan lainnya.

Berdasarkan uraian pengertian sumber daya manusia di atas,

dapat disimpulkan bahwa, sumber daya manusia adalah semua orang

yang terlibat dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu di suatu

organisasi.

Sumber daya manusia sangatlah vital dalam segala aspek bidang

keorganisasian, maupun suatu perusahaan. Pencapaian hasil yang

didapatkan merupakan kinerja yang berasal dari ketersediaan SDM suatu

organisasi atau kelembagaan. Oleh karna itu, selain memahami

pengertian SDM baik secara makro maupun mikro, memperdalam aspek-

aspek komponen yang terdapat dalam SDM juga sangat bermanfaat,

seperti yang diungkapkan Hasibuan (2000: 12) tentang pembagian

komponen SDM, yang meliputi:

1) Pengusaha, ialah setiap orang yang menginvestasikan modal untuk

memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak

bergantung pada laba yang dicapai perusahaan tersebut.

2) Karyawan, ialah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) untuk

mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh

kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu (sesuai

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

34

perjanjian). Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan

menjadi: Karyawan oprasional, dan karyawan manajerial.

a) Karyawan operasional, ialah setiap orang yang secara langsung

harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah

atasan.

b) Karyawan manajerial, ialah setiap orang yang berhak

memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian

pekerjaannya dan dikerjakan sesuai perintah.

3) Pimpinan, ialah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain, serta bertanggung

jawab atau pekerjaan orang tertentu dalam mencapai suatu tujuan.

b. Pembinaan SDM Bidang Keolahragaan

Pembinaan sumber daya manusia adalah upaya

berkesinambungan meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam arti

yang seluas-luasnya, melalui pendidikan, latihan dan pembinaan

(Silalahi, 2000:249)

Pembinaan merupakan suatu cara efektif untuk menghadapi

beberapa tantangan yang dihadapi oleh banyak organisasi besar.

Pembinaan adalah penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab

yang berbeda atau yang lebih tinggi di dalam organisasi (Simamora,

2006:273). Pembinaan biasanya berhubungan dengan peningkatan

kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk menuaikan

pekerjaan yang lebih baik.

Didalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun

2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, pelaku olahraga merupakan

sumber daya manusia bidang keolahragaan. Pelaku olahraga adalah

setiap orang dan/kelompok yang terlibat secara langsung dalam kegiatan

olahraga yang meliputi pengolahraga, pembina olahraga dan tenaga

keolahragaan. Bab I pasal 1 menjelaskan beberapa hal mengenai sumber

daya manusia bidang olahraga yaitu :

…………

6) Pengolahraga adalah orang yang berolahraga dalam usaha

mengembangkan jasmani, rohani dan social.

7) Olahragawan adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara

teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai

prestasi.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

35

8) Pembina olahraga adalah orang yang memiliki minat dan

pengetahuan kepemimpinan, kemampuan manajerial, dan/atau

pendanaan yang didedikasikan untuk kepentingan pembinaan dan

pengembangan olahraga.

9) Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki kualifikasi

dan sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga.

Setiap organisasi apapun bentuknya sanantiasa akan berupaya

dapat tercapainya tujuan organisasi yang bersangkutan dengan efektif

dan efisien. Efisiensi maupun efektivitas organisasi sangat tergantung

pada baik buruknya pembinaan sumber daya manusia atau anggota

organisasi itu sendiri, ini berarti bahwa sumber daya manusia yang ada

dalam organisasi tersebut secara proporsional harus diberikan latihan dan

pendidikan yang sebaik-baiknya, bahkan harus sesempurna mungkin.

Daro uraian diatas jelas, bahwa tujuan organisasi akan dapat

tercapai dengan baik apabila anggota dapat menjalankan tugasnya

dengan efektif dan efisien. Sehingga untuk itu usaha pembinaan sumber

daya manusia dalam organisasi yang bersangkutan sangatlah diperlukan.

Dinamika kegiatan keolahragaan akan sangat ditentukan oleh

SDM (Sumber Daya Manusia) yang menggerakkan roda kegiatan.

Pembinaan SDM ini sudah mengalami perubahan yang sangat berarti

seiring dengan anggapan dasar yang berbeda. Dahulu SDM dianggap

sebagai tenaga kerja yang diseting untuk efisiensi produksi, sehingga

fungsinya sebagai instrumen. Sedangkan saat ini SDM ditempatkan

sebagai modal kerja sehingga kemampuan, pengetahuan dan

keterlibatannya dalam setiap pengambilan kebijakan lebih mendapat

penekanan. Dengan demikian SDM dalam olahraga yang dimaksudkan

mengacu pada ketersediaan pelatih olahraga dan instruktur olahraga

tertentu.

Strategi pembinaan sumber daya manusia perlu dilakukan di era

globalisasi seperti sekarang ini. Pembinaan sumber daya manusia bidang

keolahragaan merupakan usaha yag dilakukan untuk membentuk pelaku

olahraga yang berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

36

dan loyalitas kepada suatu organisasi. Era globalisasi seakan memberikan

arus teknologi dan informasi serta mobilitas sumber daya manusia dari

satu tempat ke tempat lain, salah satu pembinaan sumber daya manusia

yang harus dilakukan adalah melalui pendidikan.

Pendidikan sangat penting dalam mengembangkan sumber daya

manusia karena pengetahuan akan diperoleh salah satunya dengan

pendidikan. Strategi pembinaan sumber daya manusia pada dasarnya

tidak hanya melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan, namun

ada banyak cara untuk mengembangkannya. Strategi pembinaan sumber

daya manusia menurut Jons, 1928 dalam Sarwono, 1993, antara lain :

1) Melalui Pelatihan.

Pelatihan bertujuan untuk mengembangkan individu dalam

peningkatan keterampilan, pengetahuan dan sikap.

2) Pendidikan

Pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan kerja, dalam arti pembinaan

bersifat formal dan berkaitan dengan karir.

3) Pembinaan

Pembinaan bertujuan untuk mengatur dan membina manusia sebagai

sub sitem organisasi melalui program-program perencana dan

penilaian, seperti man power planning, performance apparaisal, job

analytic, job classification dan lain-lain.

4) Recruitment

Recruitment ini bertujuan untuk memperoleh sumber daya manusia

sesuai klasifikasi kebutuhan organisasi dan sebagai salah satu alat

organisasi dalam pembaharuan dan pengembangan.

5) Melalui perubahan sistem

Perubahan system memiliki tujuan untuk menyesuaikan system dan

prosedur organisasi sebagai jawaban untuk mengantisipasi ancaman

dan peluang faktor eksternal.

Berdasarkan uraian pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pembinaan sumber daya manusia dibidang keolahragaan adalah suatu

proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi,

agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi

tujuan pencapaian organisasi dibidang keolahragaan (lembaga).

Hubungan kerja yang paling insentif dilingkungan kerja adalah

kesinergian antara pimpinan suatu lembaga organisasi dengan para

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

37

pekerja (karyawan) yang ada dibawahnya. Hubungan kerja yang semakin

baik dalam usaha organisasi (lembaga) dapat mewujudkan eksistensi

lingkungan tugas yang lebih luas dan kompetitif pada masa yang akan

datang. Oleh karena itu, pendayagunaan dan pembinaan sumber daya

manusia harus diberlakukan secara menyeluruh, karena sumber daya

manusia merupakan ujung tombak pelayanan yang sangat diandalkan

dalam memenuhi kebutuhan standar mutu yang diinginkan didalam suatu

kelembagaan. Dalam pembinaan sumber daya manusia tidak boleh

dilakukan secara sembarangan karena hal ini menyangkut kualitas

sumber daya manusia untuk sebuah organisasi. Sumber daya manusia

yang berkualitas akan membantu organisasi untuk dapat lebih

berkembang dan mencapai tujuan organisasi.

4. Pembinaan Atlet

Model pembinaan berbentuk piramid atau segitiga berporos,

seringkali digunakan dalam proses pembinaan atlet yang berkesinambungan.

Dikatakan berkesinambungan, karena pola pembinaan pada poros pyramid

tersebut didasari oleh cara pandang yang utuh dalam memaknai program

pemasalan dan pembibitan dengan program pembinaan prestasi. Artinya,

program tersebut memandang arti penting proses pemasalan dan pembibitan

yang berlangsung dalam pembinaan prestasi olahraga. Sebagai contoh, pada

sekolah-sekolah yang menganut sistem keolahragaan biasanya memiliki

program ekstra-kurikuler olahraga yang dikelola, dikembangkan, dan

bekerjasama dengan klub-klub olahraga. Dengan demikian sekolah tersebut

memiliki beragam aktivitas ekstra-kurikuler yang dapat menfasilitasi siswa-

siswi dalam kegiatan olahraga, baik dalam bentuk olahraga individu, beregu,

hingga pembinaan olahraga prestasi yang berkelanjutan, dan tak jarang hasil

yang diperoleh berdampak positif dengan memunculkan bibit-bibit atlet

berprestasi yang mampu mengharumkan nama sekolah hingga nama bangsa

dan negara.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

38

Klub-klub yang berorientasi pada proses pembinaan olahraga

prestasi selain mengembangkan pembinaan secara tersendiri, biasanya

menjadikan lahan pendidikan dalam sekolah dengan tujuan menjaring, dan

mencari bibit-bibit atlet yang berpotensi untuk berprestasi dimasa yang

selanjutnya. Hal tersebut juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang

terdapat dalam satuan pendidikan, sehingga tidak merusak sistem proses

pendidikan yang terdapat di dalam pembelajaran sekolah. Jika proses

pembinaan olahraga mengikuti alur yang sesuai dan bersinergi saling

mendukung antar satu kepentingan dan kepentingan lainnya, bukanlah suatu

hal yang mustahil prestasi olahraga di Indonesia mampu bangkit dan

berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam Undang-undang

Sistem Keolahragaan Nasional Republik Indonesia.

Karakteristik utama pembinaan olahraga khususnya pada pembinaan

atlet olahraga prestasi selalu berorientasi jauh kedepan untuk mencapai

prestasi setinggi-tingginya, hingga menuju taraf Internasional. Perencanaan

tersebut dapat dikembangkan dengan baik, apabila ditunjang dan ditumbuh

kembangkan kedalam suatu sistem pembinaan yang mantap, terstruktur, dan

sistematis. Sehingga mampu diorganisasikan untuk pembinaan olahraga

secara terpadu dan berkesinambungan. Selanjutnya Soeharsono yang dikutip

dalam Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 88) menjelaskan, aspek-aspek yang

terkait dalam pembinaan olahraga meliputi:

1) Aspek Olahraga

Menyangkut permasalahan: pembinaan fisik, pembinaan teknik,

pembinaan taktik, kematangan bertanding, pelatih, program latihan, dan

evaluasi.

2) Aspek Medis

Menyangkut permasalahan: Fungsi organ tubuh yang meliputi: (jantung,

syaraf, paru-paru, otot, indera, dan lainnya), Gizi, Cedera, dan

Pemeriksaan Medis.

3) Aspek Psikologis

Menyangkut permasalahan: Ketahanan mental, Kepercayaan diri,

Penguasaan diri, Disiplin dan semangat juang, Ketenangan, Ketekunan,

Kecermatan, dan Motivasi.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

39

Berdasarkan aspek-aspek pembinaan olahraga di atas, dapat

disimpulkan bahwa untuk penanganan dalam pembinaan olahraga diperlukan

pakar-pakar yang berkompeten pada bidang keolahragaan. Pembinaan atlet

merupakan upaya untuk memunculkan individu-individu bibit atlet yang

berpotensi sehingga mampu mencapai prestasi maksimal dikemudian hari.

Pembinaan yang dilakukan secara sistematik, tekun, dan berkelanjutan,

diharapkan dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal. Hal tersebut seperti

yang diungkapkan Harre yang dikutip dalam Adisasmita dan Syarifuddin

(1996: 70) bahwa, “pembinaan dimulai dari program latihan umum mengenai

latihan dasar menorah pada pengembangan efisiensi olahraga secara

komperhensif dan kemudian berlatih yang dispesialisasikan pada cabang

olahraga yang ditekuninya”. Tanpa adanya yang terstruktur dan berkelanjutan

dengan baik, dan dilakukan sepanjang waktu, maka hasil akan menunjukan

pada sesuatu hal yang mustahil seorang atlet dapat meraih puncak prestasi.

Hal serupa juga dijelaskan Husdarta (2014: 75) bahwa, atlet-atlet yang

mampu menghasilkan prestasi yang insentif hanyalah atlet yang:

1) Memiliki fisik prima

2) Menguasai teknik yang sempurna

3) Memiliki karakteristik psikologi dan moral yang diperlukan oleh cabang

olahraga yang ditekuninya.

4) Cocok untuk cabang olahraga yang dilakukan.

5) Sudah berpengalaman berlatih dan bertanding selama bertahun-tahun.

Selanjutnya Ambarukmi (2007: 5) menjelaskan bahwa, “pembinaan

atlet menuju puncak prestasi dilakukan berdasarkan piramida prestasi

olahraga yang terdiri atas tiga tahapan: a. Pemassalan, b. pembibitan, c.

prestasi”. Lebih lanjut pendapat tersebut diperkuat dengan gambaran piramida

pembinaan olahraga yang digambarkan oleh Hidayatullah (2002: 5) dibawah

ini:

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

40

Gambar 2.1 Piramida Pembinaan Olahraga

Sumber: Hidayatullah (2002: 5)

a. Pemassalan Olahraga

Pemassalan merupakan mempolakan keterampilan dan

kesegaran jasmani secara multilateral dan landasan spesialisasi.

Pemassalan olahraga berujuan untuk mendorong dan menggerakan

masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan

manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya jenis olahraga

yang bersifat: mudah, murah, menarik, bermanfaat, dan massal.

Berkaitan dengan pemassalan olahraga prestasi, tujuan pemassalan

adalah melibatkan atlet sebanyak-banyaknya sebagai bagian dari upaya

peningkatan prestasi olahraga. Pemassalan merupakan dasar dari teori

piramida dan sekaligus merupakan landasan dalam proses pembibitan

dan pemanduan bakat atlet.

Pemassalan olahraga juga dapat diartikan sebagai upaya untuk

memperkenalkan suatu cabang olahraga kepada masyarakat umum mulai

dari anak-anak, usia dewasa, hingga orang tua, sehingga mampu

mendorong terciptanya suatu ajang kompetisi maupun kejuaraan di

dalam masyarakat dan dapat memunculkan potensi bakat-bakat yang

kemudian dapat diarahkan untuk pembinaan ketaraf yang lebih spesifik

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

41

pada suatu cabang olahraga. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan Ambarukmi (2007: 6) bahwa, “pemassalan adalah

menggerakkan anak-anak usia diri untuk berolahraga secara menyeluruh

agar diperoleh bibit-bibit olahragawan unggulan”. Pendapat serupa juga

dikemukakan Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 36) bahwa,

“pemassalan olahraga adalah suatu proses dalam mengikutsertakan

peserta sebanyak mungkin supaya mau terlibat dalam kegiatan olahraga

dalam rangka pencarian bibit-bibit atlet yang berbakat yang dapat

dilakukan dengan cara teratur dan terus menerus”.

Selanjutnya Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 39)

menjelaskan, dalam pemassalan olahraga diperlukan cara strategi

pemassalan yang meliputi:

1) Menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang memadai sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pemassalan olahraga ini

akan diterapkan di sekolah-sekolah, maka di sekolah-sekolah itu

perlu disediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan

kemampuan untuk masing-masing tingkatnya.

2) Menyiapkan pengadaan tenaga pengajar atau pelatih olahraga yang

benar-benar memiliki kemampuan untuk menggerakkan olahraga

pada anak-anak usia muda di sekolah-sekolah.

3) Mengadakan berbagai bentuk pertandingan olahraga bagi anak-anak

sekolah, baik dalam pertandingan antar kelas, sekolah, maupun antar

perkumpulan.

4) Mengadakan demonstrasi pertandingan antar atlet-atlet yang

berprestasi.

5) Mengadakan kerjasama antara sekolah dengan pihak orang tua.

6) Memberikan motivasi kepada para siswa untuk mau berolahraga.

7) Merangsang minat para siswa dengan melalui media masa, video,

televisi, radio, dan lainnya.

Dengan strategi pemassalan olahraga yang benar dan tepat, maka

hasil dari pemassalan tersebut akan menuai manfaat yang berguna, serta

mampu memunculkan bibit-bibit atlet yang berpotensi, berkualitas untuk

dapat dilanjutkan ketahap pembinaan selanjutnya sesuai cabang

olahraganya.

b. Pembibitan Atlet

Pembibitan atlet adalah upaya mencari dan menemukan

individu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

42

olahraga dikemudian hari, sebagai langkah atau tahapan lanjutan dari

pemassalan olahraga. Pembibitan yang dimaksud adalah penyemaian

bibit, bukan mencari bibit. Diibaratkan seorang petani yang akan

menanam padi, ia tidak membawa cangkul mencari bibit kehutan, tetapi

melakukan penyemaian bibit atau membuat bibit dengan cara tertentu,

misalnya seorang petani membuat sebidang tanah sebagai tempat

pembuatan bibit yang akan ditanam.

Pembibitan atlet dapat dilakukan dengan melaksanakan

identifikasi bakat (talent identification), kemudian dilanjutkan dengan

tahap pengembangan bakat (talent development). Dengan cara demikian,

maka proses pembibitan diharapkan akan lebih baik. Ditinjau dari sudut

pertumbuhan dan perkembangan gerak anak, kelanjutan akhir dari masa

kanak-kanak, yaitu masa adolesensi. Dalam pembibitan atlet, seorang

pelatih harus dapat dengan jeli melihat kemampuan tiap-tiap bakal calon

atlet yang berpotensi untuk dapat lebih dikembangkan kemampuannya,

sehingga nantinya diharapkan mampu menghasilkan prestasi tinggi

dimasa selanjutnya. Sebagaimana yang dijabarkan Adisasmita dan

Syarifuddin (1996: 60) tentang, karakteristik bibit atlet unggulan,

diantaranya:

1) Tingkat atau derajat atau mutu (kualitas) bawaan sejak lahir.

2) Bentuk tubuh (postur tubuh) yang baik, sesuai dengan cabang

olahraga yang diminatinya.

3) Fisik dan mental yang sehat.

4) Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti, syaraf, jantung, paru,

otot, dan lainnya.

5) Kemampuan gerak dasar yang baik seperti, kekuatan, kecepatan,

kelincahan, daya tahan, koordinasi, power, dan sebagainya.

6) Penyesuaian dengan cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental

terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan dapat membuat

pengalaman, dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk siap

untuk dipergunakan apabila dihadapkan dengan fakta-fakta atau

kondisi-kondisi yang baru atau dengan istilah lain “intelegensi diri”.

7) Sifat-sifat kejiwaan (karakter) bawaan sejak lahir yang dapat

mendukung terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain

watak berkompetitif tinggi, kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji,

pemberani, dan semangat juang tinggi.

8) Kegemaran untuk berolahraga.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

43

Berdasarkan karakteristik di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa, untuk memperoleh atlet yang berpotensi dan berprestasi tinggi,

pembibitan atlet harus dimulai sejak memasuki usia dini, dan pembibitan

tersebut harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta karakteristik dari cabang olahraganya. Seperti

pada tabel berikut tantang usia permulaan berolahraga, spesialisasi, dan

prestasi puncak menurut berbagai jenis cabang olahraga.

Tabel 2.2 Usia Permulaan Berolahraga, Spesialisasi, dan Prestasi Puncak

Menurut Berbagai Jenis Cabang Olahraga

Jenis Olahraga Mulai Latihan

(Dalam Tahun)

Mulai Spesialisasi

(Dalam Tahun)

Puncak Prestasi

(Dalam Tahun)

Atletik

Senam (Wanita)

Senam (Laki-laki)

Renang

Bola Basket

Bola Voli

Sepak Bola

Tenis

Tinju

Anggar

10-12

6-7

6-7

3-7

7-8

11-12

10-12

6-8

13-14

7-8

13-14

10-11

12-14

10-12

10-12

14-15

11-13

12-14

15-16

10-12

18-23

14-18

18-24

16-18

20-25

20-25

18-24

22-25

20-25

20-25

Sumber: Bompa dalam Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 64)

c. Pembinaan Prestasi

Prestasi olahraga merupakan puncak penampilan atlet yang

dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui

berbagai macam penerapan pola program latihan yang dilakukan. Dari

hasil pembinaan prestasi yang baik, maka akan bermunculan dan akan

terpilih atlet yang berkualitas dengan indikasi-indikasi pencapaian hasil

prestasi yang semakin meningkat. Untuk menjamin indikasi pencapaian

hasil prestasi yang meningkat tentu bukan sesuatu hal yang mudah,

karena selain dari proses pembinaan yang sistematis, berjenjang, dan

berkelanjutan, masih ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya hasil prestasi yang diraih oeh seorang atlet. Seperti yang

diungkapkan Bompa dalam Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 25)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

44

tentang, faktor-faktor yang menunjang peningkatan prestasi atlet yang

tergambarkan dalam skema gambar berikut ini:

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Menunjang Peningkatan Prestasi Atlet

Sumber: Bompa dalam Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 25)

5. Pembinaan Pelatih Olahraga

a. Hakikat Pelatihan Olahraga

Olahraga merupakan penampakan aktivitas fisik (jasmani) yang

melibatkan proses internal diri sebagai individu manusia. Dimaksudkan

dengan internal diri disini adalah keterlibatan rohani sebagai suatu

kesatuan dari manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani.jadi, pada

dasarnya aktifitas olahraga adalah aktivitas jasmani dan rohani. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa olahraga merupakan aktivitas dalam

upaya membentuk dan mengembangkan raga (jasmani-rohani) menuju

optimalisasi potensi diri. Pelatihan (training) menurut Harre (1982)

adalah keseluruhan proses sistematis dari persiapan atltit untuk mencapai

tingkatan yang lebih tinggi dalam kinerja olahraga. Pate (1984)

mendefinisikan pelatihan sebagai suatau keikutsertaan secara sistematis

dalam kegiatan pelatihan dengan tujuan untuk menigkatkan kapasitas

fungsional fisik dan toleransinya terhadap pelatihan. Sedang menurut

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

45

Bompa (1994) pelatihan adalah aktivitas olahraga yang dilakukan secara

sistematis dalam jangka waktu yang lama dan bebannya ditingkatkan

secara prograsif sesuai masing-masing individu dengan tujuan untuk

membentuk dan mengembangkan fungis fisiologis dalam menghadapi

tuntutan tugasnya sebagai seorang atlet.

Mencermati berbagai definisi pelatihan, maka pada dasarnya

pelatihan merupakan proses persiapan atlit untuk mencapai kinerja

olahraga yang lebih tinggi (juara). Proses ini memerlukan waktu

sehingga dalam program pelatihan dapat dibagi atas program jangka

panjang, menengah, dan pendek. Berdasarkan pengamatan terhadap para

juara dapat disimpulkan bahwa pelatihan untuk dapat menghasilkan juara

memerlukan waktu sampai 10 tahun dan rerata usia juara sekarang relativ

bertambah muda. Ini menunjukan bahwa pelatihan harus dimulai sejak

usia dini. Jika pada sat juara seseorang berusia 20 tahun, maka

diperkirakan mulai berlatihnya sekitar usia 8-10 tahun. Usia permulaan

berlatih ini bisa saja berbeda karena tergantung dari cabang olahraganya,

misal cabang olahraga yang memerlukan kerumitan gerak seperti senam

atau loncat indah diperlukan usia yang lebih muda lagi sementara cabang

olahrga yang dominat kekuatanatau power justru jangan terlalu muda

karena dikhawatirkan kalau salah proses pelatinhannya akan

menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Proses pelatihan sampai lahirnya sang juara selain memerlukan

waktu yang lama maka ynag paling penting adalah kemampuan pelatih

untuk mengoptimalkan potensi atlit baik jasmani maupun rohani. Selama

proses ini perlu diperhatikan keseimbangan antara pelatihan dengan

pertumbuhan dan perkembangan antara pelatihan dengan pertumbuhan

dan perkembangan jasmani-rohani atlit. Jadi, pelatihan pada dasarnya

adalah upaya mengembangkan potensi atlit baik jasmani maupun rohani

berdasarkan hakikat kemanusiaan.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

46

b. Prinsip-Prinsip Pelatihan Olahraga

Teori dan metodologi pelatihan sebagai suatu unit tertentu dari

pendidikan jasmani dan olehrga mempunyai prinsip-prinsip khusus yang

didasarkan pada bologi, psikologi dan pedagogi. Pelaksanaan secara tepat

prinsip-prinsip ini akan membuat pelatihan menjadi efektif dan efesien

dalam upaya pencapaian sasaran pelatihan.

Menurut Pyke dan Woodman (1991) ada 5 prinsip dasar dalam

pelatihan olahraga, yaitu :

1) Prinsip Beban Lebih

Sebelum terjadi peningkatan kesegaran, maka beban pelatihan

harus diberikan melebihi beban sehari-hari yang dapat diatasi.

Atltit harus diberikan rangsangan pelatihan yang dapat

menyebabkan kelelahan, tetapi tubuh masih dapat mengatasinya.

Selanjutnya, proses pelatihan elibatkan adaptasi terhadap dari

kapasitas ini diulang-ulang serta bebannya ditingkatkan secara

prograsif sehingga atlit menjadi terbiasa. Yang menjadi masalah

adalah bagaimana menentukan jumlah beban lebih yang benar

untuk diterapkan sebagai rangsangan pelatihan. Untuk itu harus

diperhatikan:

- Kelelahan yang kronik tidak akan dapat memperbaiki kinerja,

karenayan diperlukan hari pelatihan berat ynag diselingi

dengan perlatihan ringan

- Standar tingkat kebugaran yang harus dicapai

- Kapasitas kebugaran yang dikembangkan harus digunakan

dalam olahraga yang dilakukan.

Pola respon dari efek kelelahan diuraikan dalam General

Adaptation Syndrome (GAS) GAS menggambarkan keseluruhan

respon tubuh terhadap setiap tipe implikasi dari prinsip beban lebih

yang diterapkan terhadap tahanan dihubungkan dengan

pengulangan pelatihan adalah:

- Pelatihan harus dilakukan perlahan dan ditingkatkan secara

bertahap

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

47

- Stress pelatihan harus berirama, yaitu adanya eriode pelatihan

berat dan ringan

- Hindari pencapaian tingkat pelatihan yang sangat melelahkan

- Stress pelatihan (volome dan intensitas) harus dinaikan dalam

siklus mikro

- 24-48 jam untuk pulih asal harus diberikan antara pelatihan

berat

- Pelatih harus menyadari adanya efek stress emosi, keadaan

gizi, kurang tidur dan keadaan iklim bila ingin

mengmbengkan rencana pelatihan

Gambar 2.3 Tahapan GAS Sebagai Respon Tahapan Pelatihan

Gambar 2.4 Kinerja Atlet Pada 3 Bagian Beban Pelatihan

2) Prinsip Pulih Asal

Prinsip pulih asal berhubungan dengan beban lebih. Jika oulih asal

tidak cukup, maka beban pelatihan tidak akan dapat ditoleransi.

Makanan sangat penting dalam proses pulih asal. Protein penting

untuk sintesis jaringan yang berhubungan dengan

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

48

pelatihankekuatan dan program pembentukan otot. Kecepatan

sintesis glikogen otot tergantung dari tingginya tingkat karbohidrat

kompleks dalam makanan. Proses pulih asal juga meliputi

pergantian kelompok otot yang bekerja, misalnya pelatihan

releksasi, restorasi artifical melalui pijat, mandi suasana serta

penguatan prositif terhadap mental

3) Prinsip Reversibilitas (kesirnaan)

Jika seorangtidak berlatih atau jika berhenti dari program pelatihan,

maka tubuh akan kembali ketingkat awal kebugaran. Ini harus

dipahami terutama jika istirahat akibat sakit atau cedera, misalnya 3

minggu istirahat total akan menurunkan VO2 max sebesar 25%.

Oleh karena itu, selama fase transisi atlit harus tetap berlatih atau

aktif meskipin dalam bentuk olahraga lainnya.

4) Prinsip Kekhususan

Prinsip ini menyatakan bahwa keuntungan maksimum dari

rangsangan pelatihan hanya dapat dicapai bila replikasi gerakan

dari sistem energi yang terlibat sesuai dengan cabang olahraga

yang bersangkutan. Juga meliputi kekhususan kelompok otot dan

serabut-serabut.

5) Prinsip Individu

Berbagai faktor yang harus diperhatikan adalah:

- Toleransi terhadap perlatihan, respon seseorang terhadap

perlatihan berbeda dan toleransi yang baik tidak menjamin

kinerja yang lebih baik.

- Respon terhadap perlatihan, kapasitas untuk merespon

terhadap pelatihan berhubungan dengan tingkat awal kebugran

dan karakteritik fisiologis

- Pulih asal dari perlatihan dan kompetensi, ada yang lama dan

ada yang singkat

- Kebutuhan perlatihan, masing-masing tergantung dari

kekuatan dan kelembahan profil fisik atlet

- Kesenangan dalam perlatihan

- Makanan kesenangan

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

49

- Toleransi terhadap lingkungan, misalnya orang gemuk lebih

tahan terhadap dingin

- Karakteristik fisik

- Gaya hidup, misalnya pelajaran, pekerja dll

- Sosialisasi dalam kelompok

c. Karakteristik Pelatih

Tugas utama seorang pelatih adalah membantu atlet dalam

proses mencapai kinerja tertinggi (juara). Pengertian membantu disini

mulai pembibitan, pemanduan bakat dan pembinaan sampai mencapai

kinerja tertinggi (suatu proses). Mencermati tugas demikian, maka

seorang pelatih harus memahami dan menguasai ilmu kepelatihan dan

seni melatih. Karena itu, pelatih hendaknya dipandang terkala berhasil

membawa atlet menjadi juara tapi dibenci dan dicemoh manakala gagal.

1) Gaya pelatih

Ada berapa gaya kepelatihan yang sering muncul dalam proses

perlatihan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

Authuritarian coach

- Komando

- Keras, disiplin

- Sering memberi hukuman

- Sprint tim yang baik jika menang dan disensi jika kalah

- Memiliki kepribadian untuk mengatasi hambatan

Business-like coach

- Tidak beroreintasi pada atlet

- Oreintasi pada tugas

- Setiap tugasdikerjakan sungguh

Nice Guy Coach

- Atlet sering mengambil keuntungan dari sikap pelatih yang

akrab, mudah bekerja sama

- Atlet harus bisa disiplin diri sendiri

Easy going coach

- Kasual atau submisif

- Memberikan impresi tidak begitu serius

Gaya kepelatihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing. Oleh karena itu, biasanya pelatih yang baik tidak

hanya menggunakan satu gaya kepelatihan saja melainkan berbagai

gaya yang disesuaikan untuk mencapai tujuan.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

50

2) Keterampilan pelatih

Seorang pelatih harus memiliki beberapa keterampilan dasar agar

nanti bisa berfungsi secara efektif yaitu pengetahuan olahraga dan

pemahaman tentang berbagai teknik kepelatihan.

Organisasi

Ini didasarkan pada pengetahuan dan perencanaan. Pengetahuan

didasarkan pada pengalaman, penelitian, dan kursus-kursus

khusus olahraga

Observasi

Program pelatihan harus memuat banyak waktu untuk dapat

diobservasi. Ini memberikan informasi pada pelatih sebagai

dasar perubahan terhadap program dan apa yang diperlukan

masing-masing atlet. Keterampilan informasi akan dapat

diperbaiki dan dihaluskan kembali.

Analisis

Observasi dan evaluasi kinerja. Bandingkan apa yang sudah

dikerjakan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Perhatikan

setiap kinerja. Jangan bergerak hanya pada satu atau dua

observasi, tentukan penyebabnya secara hati-hati sebelum

menawarkan suatu nasihat. Seandainya nasehatnya tidak benar

atau tidak efektif, maka akan mengurangi kresibelitas sebagai

seorang pelatih. Jika terdapat lebih dari satu kesalahan akan

dapat menghasilkan perbaikan yang lebih besar dan seandainya

kesalahannya saling terkait, putuskan mana yang harus

dieliminasi lebih dahulu.

Meperbaiki kinerja

Memperbaiki, menyempurnakan dan selanjutnya meningkatkan

kinerja atlet adalah merupakan tugas utama seorang pelatih.

Oleh karena itu, seorang pelatih harus memilliki kemampuan

untuk melihat dan mepresdeksi kinerja atletnya. Kemampuan ini

harus tertuang dalam program pelatihan yang disusun secara

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

51

benar, karena setiap apa yang akan dilakukan selalu didasarkan

atas tujuan dan ini memperjelas serta merupakan pedoman bagi

seorang pelatih dalam kmenjelaskan tugasnya.

Komunikasi

Kemampuan pelatih untuk memperbaiki kinerja tergantung pada

besarnya derajat keterampilan berkomunikasi. Komunikasi ini

tidak hanya verbal tetapi juga non verbal seperti penggunaan

bahasa tubuh. Dalam komonikasi ini harus diperhatikan tentang

isi dan suasana emosinya agar apa yang ingin disampaikan bisa

diterima oleh atlet. Kesederhanaan bahasa, kejelasan konsep

yang akan disampaikan ditunjang seuasana yang menyenangkan

akan membantu kelancaran komunikasi.

6. Manajemen Pengurus Organisasi Olahraga

a. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu manus yang artinya

tangan, dan agere yang artinya melakukan. Kedua kata tersebut jika

digabungkan menjadi managere yang artinya menangani. Managere

kemudian diubah kedalam bahasa inggris menjadi to manage yang

artinya: mengelolah, menata, mengurus, mengatur, melaksanakan, dan

mengendalikan. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata

managere berubah menjadi manajemen, yang artinya pengelolaan. Untuk

mengetahui dan memahami lebih jauh tentang pengertian manajemen,

maka harus berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

manajemen. Menurut M. P. Fallet yang dikutip dalam T. Hani Handoko

(1999) menyatakan bahwa, manajemen sebagai seni dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan menurut

Kamaludin (1989: 3) mengemukakan bahwa, “manajemen merupakan

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan

untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengorganisasian

pemakaian sumber daya manusia dan material”.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

52

Berdasarkan pengertian manajemen di atas, dapat disimpulkan

bahwa, manajemen merupakan ilmu dan seni dalam mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan tertentu. Manajemen dapat dipelajari dan menjadi salah

satu cabang ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan untuk memecahkan

persoalan-persoalan dalam perusahaan maupun organisasi-organisasi

tertentu. Sedangkan dalam seni, manajemen merupakan pencapaian

tujuan yang diinginkan, dimana seorang pemimpin mamiliki kemampuan

mengelola dan mempengaruhi orang lain yang ada dibawahnya.

b. Konsep dan Fungsi Manajemen

Dalam suatu manajemen terdapat konsep-konsep yang disusun

untuk pencapaian tujuan dari organisasi maupun perusahaan. Adapun

konsep manajemen tersebut menurut pendapat Harsuki (2003: 167),

konsep-konsep manajemen meliputi:

1) Planning (Perencanaan)

Pencapaian, Objektivitas, dan Strategi

2) Organizing (Pengorganisasian)

Seleksi dan pengelompokan tindakan-tindakan tertentu untuk

mencapai strategi organisasi dan merancang suatu struktur yang

tepat dalam mencapai tujuan.

3) Coordinating (Pengkoordinasian)

Kejasama antara SDM (Sumber Daya Manusia) dan Departemen-

departemen untuk memastikan tiap unit fungsi secara keseluruhan

dan mempertahankan kegiatan sejalan dengan tujuan serta

objektivitas organisasi.

4) Controlling (Pengawasan)

Melakukan pengawasan terhadap kegiatan, pencapaian tujuan dan

koreksi atas kesalahan.

Dari konsep-konsep manajemen di atas tentunya dapat berbeda-

beda dalam menerapkan konsep tersebut disuatu organisasi, maupun

perusahaan, dan tergantung fungsi dari rancangan tujuan konsep

manajemen tersebut. Adapun fungsi yang dituju dari suatu manajemen

adalah sebagai berikut:

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

53

1) Planning (Perencanaan)

Koontz dan O’Donnel yang dikutip dalam Hasibuan (2000: 20)

menyatakan bahwa, “Perencanaan adalah fungsi dari manajer yang

berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-

kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari

alternative-alternatif yang ada”. Lebih lanjut Hasibuan (2000: 20)

menjelaskan bahwa, “perencanaan adalah proses penentu tujuan dan

pedoman-pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari

alternatif-alternatif yang ada”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

perencanaan adalah perancangan serangkaian tindakan yang

dirancang sesuai tujuan yang ingin dicapai, serta perencaan tersebut

didasari pada tindakan yang efektif dari altenatif-alternatif yang ada

sesuai fakta dan informasi, dan tidak berdasarkan pada tindakan

emosi semata atas keinginan pribadi.

2) Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan,

dan pengaturan macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk

mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada aktivitas ini,

menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang

secara relatif didelegasikan kepada setiap-setiap individu yang akan

melakukan aktivitas-aktivitas tersebut (Hasibuan, 2000).

Mengacu pada pendapat di atas, maka fungsi pengorganisasian dapat

dirumuskan sebagai aktivitas manajemen dalam pengelompokan

orang-orang untuk menetapkan fungsi, wewenang, serta tanggung

jawab. Sehingga berdayaguna, dan berhasilguna untuk mencapai

hasil tujuan yang telah ditentukan.

3) Leadering (kepemimpinan)

Pemimpin adalah tanggung jawab yang jatuh kepada manajer

sebagai kepala organisasi. Manajer harus memimpin secara positf

memotivasi, dan mempengaruhi yang membentuk organisasi dank

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

54

arena itu akan mempengaruhi oprasional dan melakukan program

(Bucher dan Krote yang dikutip dalam disertasi Rahmat Hermawan,

2012: 83).

4) Controling (Pengawasan)

Mengendalikan memastikan pelaksanaan yang tepat dari rencana dan

terdiri dari beberapa faktor, pekerjaan standar atau harapan harus

ditetapkan, metode dan prosedur untuk memantau dan mengukur

apakah standar tersebut memenuhi, dan harus ditetapkan.

5) Staffing (kepegawaian)

Bucher dan Krote yang dikutip dalam disertasi Rahmat Hermawan

(2012: 83) menjelaskan bahwa, “fungsi manajemen kepegawaian

mengacu pada tugas personel keseluruhan harus diseleksi,

penugasan, pelatihan, Pembinaan staf, dan menyediakan serta

memelihara kondisi kerja yang menguntungkan bagi semua anggota

organisasi.

c. Manajemen Bidang Keolahragaan

Pada dasarnya manajemen olahraga adalah perpaduan antara

ilmu manajemen dengan ilmu olahraga. Manajemen olahraga merupakan

kombinasi keterampilan yang berhubungan dengan perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, penganggaran, dan

evaluasi dalam suatu organisasi olahraga. Banyak masyarakat yang

berpendapat bahwa manajemen dan olahraga tiidak ada hubungannya.

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pendapat umum yang mengartikan

olahraga dengan “bermain” sedangkan manajemen dengan “bekerja”.

Tetapi dengan berkembangnya olahraga, maka manajemen olahraga telah

menjadi bidang ilmu tersendiri dan menjadi salah satu bidang ilmu yang

banyak digeluti oleh para pakar maupun praktisi olahraga, bahkan oleh

orang-orang yang belum menguasai ilmu olahraga (Harsuki, 2003).

Selanjutnya Harsuki (2003: 5) menjelaskan bahwa, manajemen

kelembagaan olahraga dapat dikelompokkan dalam enam bagian besar,

diantaranya:

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

55

1) Manajemen olahraga pendidikan. Misalnya, untuk pendidikan

sekolah dasar, sekolah menengah umum, dan perguruan tinggi.

2) Manajemen lembaga/institusi/organisasi olahraga dalam lingkup

gerakan olimpik (olympic movement). Misalnya, International

Olympic Committee (IOC), Olympic Council of Asia (OCA), SEA

Games Federation, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI),

Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Induk Organisasi Cabang

Olahraga dan Fungsional, dan Perkumpulan-perkumpulan Olahraga

atau Klub (Club).

3) Manajemen olahraga professional. Diantaranya: Tinju (WB, WBA,

WBC, IBF), di Indonesia bernama Komite Tinju Indonesia (KTI),

Golf, Balap Mobil, Motor, Berkuda, dan lainnya.

4) Manajemen olahraga rekreasi, atau sering disebut dengan olahraga

masyarakat. Misalnya, Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia

(FOMI), organisasi senam pernapasan seperti Persatuan Olahraga

Pernapasan Indonesia (PORPI), dan organisasi-organisasi olahraga

lainnya.

5) Manajemen olahraga pemerintah, seperti Kementerian Negara

Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Dinas Olahraga

(DISPORA) yang berada di Provinsi, Kota, Kabupaten daerah yang

ada di Indonesia.

6) Manajemen bisnis, dan industri olahraga.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa manajemen olahraga

mempunyai peran penting dalam suatu organisasi dibidang keolahragaan.

Setiap induk organisasi memiliki tingkatan manajemen, dan setiap

tingkatannya memerlukan teknik individu, SDM (Sumber Daya

Manusia), kemampuan konseptual dan kompetensi, serta karakteristik

kepengurusan tersendiri. Kualitas terpenting dalam manajemen olahraga

ialah mengetahui bagaimana cara memotivasi, melakukan koordinasi,

meningkatkan produktivitas kerja antar karyawan, dan hubungan

interpersonal, serta membuat strategi agar organisasi bisa berkembang.

Secara mendasar, manajemen olahraga dapat dibagi menjadi dua

bagian besar, yaitu manajemen olahraga pemerintah, dan manajemen

olahraga swasta (non-pemerintah). Manajemen olahraga pemerintah

adalah manajemen yang dimana struktur kepengurusannya dikelola oleh

pemerintah. Sedangkan manajemen olahraga non-pemerintah ialah

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

56

manajemen kepengurusan olahraga yang bersifat non-pemerintah, dan

dikelola berdasarkan struktur kepengurusan organisasi olahraga tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh

calon peneliti mengenai Kebijakan Pemerintah Daerah Tentang Pembinaan

Sumber Daya Manusia Keolahragaan adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Nama : Hadi Marhijanto, M.Or

Judul : Managemen Sumber Daya Manusia Keolahragaan

Berbasis Peningkatan Indeks Pembangunan Olahraga Di

Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : Tesis Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Tahun : 2015

Dalam tesis tersebut berisi pengupasan secara lengkap mengenai

managemen sumber daya manusia keolahragaan di Kabupaten Natuna, Provinsi

Kepulauan Riau. Pembangunan olahraga dalam tesis ini dikaji dari berbagai

dimensi sebagaimana terkonsep secara nyata (real), dan faktual, serta

bersinggungan dengan seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berisi tentang

arah-arah kebijakan mengenai pembangunan olahraga ditinjau dari berbagai

kategori baik dalam bentuk olahraga prestasi, pendidikan, maupun rekreasi.

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

57

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir

Kebijakan pemerintah daerah tentang olahraga prestasi diwujudkan

dalam bentuk Perundang-undangan atau Peraturan Daerah (PERDA) yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan yang mengatur mengenai

sumber daya manusia dibidang keolahragaan sebagaimana yang diamanahkan

dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005.

Proses implementasi kebijakan pemerintah dimulai dari adanya suatu

kebijakan yang telah siap dilaksanakan ataupun yang sedang berjalan. Outcomes

yang dihasilkan melalui proses implementasi terdiri atas hasil dampak kebijakan

(policy effect) dan hasil akhir kebijakan (policy impact). Hasil atau dampak yang

ditimbulkan suatu program sangat berguna untuk menilai kinerja implementasi

suatu program. Policy effect merupakan pengaruh jangka pendek yang dihasilkan

dari pelaksanaan kebijakan, sedangkan policy impact adalah sejumlah outcomes

Kebijakan Pemerintah

Daerah Tentang Olahraga

Prestasi

Pembinaan Atlet

Pembinaan

Pelatih Olahraga

Pengurus Organisasi

Olahraga

PERDA Mengenai Sumber Daya

Manusia Bidang Olahraga Prestasi

Perkembangan Sumber

Daya Manusia Bidang

Olahraga Prestasi

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. · alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

58

yang dihasilkan suatu program melalui proses jangka panjang. Dampak akhir baru

dapat diteliti dan diketahui hasilnya setelah suatu program sekian lama

dilaksanakan (Bambang S, 1994: 139).

Sebuah kebijakan pemerintah memerlukan sebuah penyusunan rencana

yang baik mengenai hal-hal yang harus dijalankan untuk mendukung

implementasi kebijakan tersebut, misalkan dalam bentuk rancangan strategis.

Rancangan strategis tersebut merupakan sebuah proyek kongkret yang akan

dilaksanakan dalam suatu jangka waktu tertentu dimana target-target harus dapat

dipenuhi sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan suatu

perencanaan yang baik diharapkan implementasi tentang pembinaan sumber daya

manusia dibidang olahraga prestasi akan terwujud dengan baik. Dengan adanya

pembinaan sumber daya manusia bidang olahraga prestasi diharapkan

memberikan dampak positif bagi Kabupaten Sukoharjo khususnya pada sektor

pembinaan atlet, pelatih, dan pengurus organisasi olahraga di Kabupaten

Sukoharjo.