bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori agency theoryeprints.umm.ac.id/38410/3/bab ii.pdf · adalah...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Agency Theory
Penelitian ini menggunakan teori dasar yaitu teori keagenan atau agency
theory. Agency theory adalah teori yang muncul karena adanya konflik
kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen & Meckling, 1976 dalam
Chasbiandani & Martani, 2012). Agency theory menjelaskan hubungan antara
prinsipal yaitu pemegang saham dan agen yaitu manajemen perusahaan.
Pemegang saham tidak terlibat langsung dalam aktivitas operasional perusahaan,
dengan kata lain prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi
perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dijalankan oleh pihak
manajemen.Pihak manajemen berkewajiban mengelola sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan tugas yang
dibebankan kepadanya.Pemegang saham tentunya berharap manajemen dapat
mengambil kebijakan dan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham,
namun pada kenyataannya manajemen selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
manajemen karena manajemen pasti memiliki kepentingan pribadi (Shapiro, 2005
dalam Brian & Martani, 2014).
Dalam teori keagenan, perencanaan pajak dapat memfasilitasi managerialrent
extractionyaitu pembenaran atas perilaku oportunistik manajer untuk melakukan
manipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesuai karena aktivitas
perencanaan pajak (tax avoidance) memunculkan kesempatan bagi manajemen
dalam melakukan aktivitas yang didesain untuk menutupi berita buruk yang
menyesatkan investor atau manajer kurang transparan dalam menjalankan
operasional perusahaan (Desai & Dharmapala, 2006). Aktivitas perencanaan dapat
dilakukan melalui tax avoidance yaitu dengan melakukan pengurangan pajak
secara eksplisit (Hanlon, 2010).
7
Tax Avoidance
Tax Avoidance merupakan tindakan penghematan pajak yang masih dalam
koridor perundang – undangan (lawful fashion). Dalam teori tradisional tax
avoidance dianggap sebagai aktivitas untuk mentransfer kesejahteraan dari negara
kepada pemegang saham (Kim et. al.; 2011 dalam Chasbiandani & Martani,
2012). Oleh karena itu pemisahan atas kepemilikan dan control menjadi hal yang
penting. Pemilik saham yang risk – neutral akan menerima manajer bertindak atas
nama mereka untuk mencapai profit maksimal, termasuk mengurangi kewajiban
pajak selama keuntungan yang diharapkan masih berada di atas biaya yang
diperkirakan.
Pemisahan kepemilikan dan manajemen mengarahkan keputusan pajak
perusahaan mencerminkan kepentingan pribadi manajer. Pemisahan kepemilakan
dan pengawasan ini menunjukkan bahwa tax avoidance merupakan aktivitas yang
penting, sehingga pemilik perlu merancang insentif dan pengawasan yang tepat
bagi manajemen agar manajer mengambil keputusan pajak yang efektif dan
efisien, yaitu ketika biaya yang harus dikeluarkan masih lebih kecil daripada
benefit yang akan diterima. Dalam literatur keagenan, tax avoidance dapat
memfasilitasi kesempatan manajerial untuk melakukan manipulasi laba atau
penempatan sumber daya yang tidak sesuai.
Hanlon (2010) mendefinisikan Tax avoidance sebagai pengurangan pajak
secara eksplisit. Tax avoidance menggambarkan sebuah kelanjutan dari strategi
perencanaan perpajakan perusahaan. Aktivitas tax avoidance memunculkan
kesempatan bagi menejemen dalam melakukan aktivitas yang didesain untuk
menutupi berita buruk atau menyesatkan investor (Desai dan Dharmapala, 2006
dalam Astuti dan Aryani, 2016). Manajer dapat membenarkan transaksi atas tax
avoidance dengan mengklaim bahwa kompeksitas dan ketidaktauan menjadi hal
yang penting dalam meminimalkan terdeteksinya aktivitas tax avoidance
pemeriksa pajak.Terdapat tiga karkteristik tax avoidance menurut Komite Urusan
Fiskal dari OECD, yaitu:
a. Adanya unsure artificial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di
dalamnya padahal tidak, dan dilakukan karena ketiadaan factor pajak.
8
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau
menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan.
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para
konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan tax avoidance dengan
syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin.
Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan
modal sendiri. Investor jangka panjang sangat berkepentingan terhadap analisis
profitabilitas untuk mengevaluasi kinerja suatu perusahaan (Dodo, 2012 dalam
Dianawati dan Fuadati, 2016). Sedangkan menurut Wahidahwati (2009:89 dalam
Dianawati dan Fuadati, 2016) profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai
macam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva,
dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.
Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan ukuran ROE.
Menurut Hanafi dan Halim (2008:115) dikutip dari penelitian Susilowati (2011)
menyatakan bahwa ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Profitabilitas
adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen
untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program
tanggung jawab sosial secara lebih luas (Devina et al., 2010:56 dalam Susilowati
2011).
Ada dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi
suatu pusat laba, sama halnya seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara
keseluruhan. Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki
fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk
perencanaan (planning), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (controlling)
kegiatan sehari-hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi
9
yang tepat bagi para manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang
memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.
Tedapat beberapa rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau
kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis
akuntansi keuangan antara lain :
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Marjin Laba Kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase
laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Diguakan untuk
mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin
besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan
yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales)
yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang
baik dalam melakukan kegiatan operasional.
Gros Profit Margin =Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Penjualan
b. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net Profit Margin atau Marjin Laba Bersih merupakan rasio profitabilitas
untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak
terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Marjin Laba Bersih ini
disebut juga Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Rasio ini mengukur laba
bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net Profit Margin =Laba bersih setelah pajak
Penjualan
c. Return on Assets (ROA)
Tingkat Pengembalian Aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau
total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa
terlihat dari persentase rasio ini.
10
ROA =Laba bersih setelah pajak
Total Aset
d. Return on Equity (ROE)
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Return on
equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net
worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan.
ROE =Laba bersih
Modal
e. Return on Sales (ROS)
Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat
keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti
upah pekerja, bahan baku dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio
ini menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan
yang juga disebut Marjin Operasional (Operating Margin) atau Marjin Pendapatan
Operasional (Operating Income Marjin).
ROS =Laba Sebelum Pajak dan Bunga
Penjualan
f. Return on Capital Employed (ROCE)
Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang
mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk
persentase (%). Modal yang dimaksud adalah Ekuitas suatu perusahaan ditambah
kewajiban tidak lancar atau total asset dikurangi kewajiban lancar.
ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan.
Laba sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu
11
Earning Before Interest and Tax. Terdapat 2 rumus Roce yang sering digunakan,
yaitu :
ROCE =Laba Sebelum Pajak dan Bunga
Modal kerja
atau
ROCE =Laba Sebelum Pajak dan Bunga
Total Aset − Kewajiban
g. Return on Investment (ROI)
Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba
bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on investment berguna
untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan
keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang tersedia pad
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu
perusahaan.
ROI =Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
h. Earning Per Share (EPS).
Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat
kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan.
Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan
perusahaan. Rumus earning per share sebagai berikut.
EPS =Laba Bersih Setelah Pajak − Deviden Saham Preferen
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).Harga
saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang
12
tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini
namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Menurut Dianawati & fuadati dalam penelitian tentang pengaruh CSR dan
GCG terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel Intervening
(2016), nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Indikator dari nilai perusahaan
adalah harga saham, dan kalau harga saham meningkat maka dapat dikatakan
bahwa keputusan-keputusan manajemen perusahaan itu benar, karena rahasia
manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
merupakan refleksi dari nilai pasar, karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan
meningkat.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham
menggunakan rasio yang disebut rasio penilaian. Rasio penilaian memberikan
informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga
masyarakat tertarik untuk membeli saham dengan harga yang lebih tinggi
dibanding nilai bukunya. Berikut ini beberapa metode yang digunakan untuk
mengukur nilai perusahaan :
a. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur perubahan kemampuan
laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang
diperoleh oleh para pemegang saham.Kegunaan price earning ratio adalah untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh
earning per share nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar
saham biasa dengan earning per share.
b. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku yang disingkat
dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering digunakan oleh investor
13
untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio
PBV ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih
perusahaan. Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti
pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukkan seberapa
jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan
dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa
nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV
semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan
dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
c. Tobin’s Q
Tobin’s Q atau yang dikenal juga sebagai Q ratio digunakan untuk mengukur
kesempatan berkembang suatu perusahaan dengan membandingkan market value
dari aset perusahaan dengan replacement value dari aset perusahaan. Pada
dasarnya Tobin’s Q adalah market value dari saham yang beredar dan hutang
perusahaan terhadap replacement cost aset perusahaan.
d. Market to Book Value (MBV)
MBV merupakan perbandingan atau rasio antara nilai pasar dengan nilai
buku. Nilai pasar berarti nilai yang tertera di pasar, sedangkan nilai buku
merupakan perbandingan antara nilai ekuitas dengan jumlah saham
beredar. Dengan rasio ini dapat disimpulkan semakin tinggi MBV atau PBV
berarti semakin mahal nilai saham tersebut. Namun, mahal atau murah juga
bersifat relatif. Karena perlu ada suatu acuan khusus untuk menilai bahwa satu
jenis saham mahal atau murah. Ukuran yang dinilai representatif adalah dengan
menggunakan perbandingan ukuran perusahaan di industri yang sama.
B. Review Penelitian Terdahulu
Dianawati dan Fuadati (2016), meneliti tentang pengaruh csr dan gcg terhadap
nilai perusahaan: profitabilitas sebagai variabel intervening. Peneliti
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan, khususnya manajemen
14
perusahaan, pemegang saham, investor, kreditor, pemasok, konsumen, regulator
(BEI) dan masyarakat mengenai relevansi dari corporate social responsibility
(CSR) dan good corporate governance (GCG) dalam laporan tahunan perusahaan
terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel intervening
dengan menggunakan data tahun 2010-2014.
Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk
mengidentifikasi variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dan
path analysis untuk mendeteksi pengaruh tidak langsung melalui profitabilitas
(ROE).Hasil tes uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap nilai perusahaan melalui
profitabilitas (ROE) sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian.Sedangkan,
hasil uji secara langsung maupun tidak langsung menunjukkan variabel corporate
social responsibility (CSR), good corporate governance (GCG) dan profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kawatu (2009), meneliti mekanisme corporate governance terhadap nilai
perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel intervening. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah mekanisme corporate governance, yang
terdiri kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh
terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan, apakah kualitas laba berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, dan ingin menguji apakah kualitas laba berperan
sebagai variabel pemediasi pada hubungan antara corporate governance dan nilai
perusahaan. Kualitas laba dihitung dengan menggunakan model Jones yang
dimodifi kasi, yaitu Discretionary accruals (DACC) sebagai proksi kualitas laba.
Nilai perusahaan, diproksikan dengan nilai Tobin’s Q yang diberi simbol Q
dihitung dengan menggunakan rasio Tobin’s Q.
Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa: pertama, mekanisme
corporate governance mempengaruhi kualitas laba. Mekanisme corporate
governance tersebut terdiri dari: (1) kepemilikan manajerial secara positif
berpengaruh terhadap kualitas laba, (2) dewan komisaris secara negatif
berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil ini tidak sesuai dengan harapan yang
15
menyatakan bahwa discretionary accrual memiliki hubungan yang negatif dengan
dewan komisaris, (3) Komite audit secara positif berpengaruh terhadap kualitas
laba.Kedua, kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.Ketiga, mekanisme corporate governance secara statistik berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Mekanisme corporate governance yang terdiri dari: (1)
kepemilikan manajerial secara negatif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2)
dewan komisaris secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan (3)
komite audit secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keempat,
kualitas laba bukan merupakan variabel pemediasi (intervening variable) pada
hubungan antara mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
Jonathan & Tandean (2016), meneliti tentang pengaruh tax avoidance
terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
pemoderasi.Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder
dengan observasi dengan mengakses www.idx.co.id dan finance.yahoo.com dan
diolah dengan SPSS 20.0.Pengukuran pada penelitian ini menggunakan current
ETR dan Tobins Q dengan teknik analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan
uji model.Hasil penelitian adalah tax avoidance yang tinggi menunjukkan nilai
perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan
nilai perusahaan semakin meningkat. Semakin rendah effective tax rate (ETR)
sebuah perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaanya.
Ilmiani & Sutrisno (2014), meneliti tentang pengaruh tax avoidance terhadap
nilai perusahan dengan transparansi perusahaan sebagai variabel
moderating.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis efek
penghindaran pajak perusahaan nilai dengan transparansi perusahaansebagai
variabel moderat. Populasi studi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI.Untuk mengukur variabel, penelitian tersebut menggunakan
Tobins Q, Cash ETR dan indeks pengungkapan sukarela. Berdasarkan hasil tes
yang diperoleh informasi bahwa variabel pajak penghindaran adalah efek negatif
yang signifikan pada nilai perusahaan, yang berarti bahwalebih tinggi
penghindaran pajak, semakin rendah nilai perusahaan.Variabel transparansi
16
mampu moderat hubungan antara penghindaran pajak pada nilai perusahaan.
Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat transparansi dalam
penghindaran pajak perusahaan, nilai perusahaan akan meningkat.
Karimah & Taufiq (2016), penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh
penghindaran pajak jangka pendek, penghindaran pajak jangka panjang dan nilai
perusahaan pada perusahaan go public industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia selama periode 1998 - 2013.Untuk mengukur variabel, penelitian
tersebut menggunakan Tobins Q, Cash ETR. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini untuk melakukan pengujian hipotesis adalah analisis jalur
(path).Berdasarkan analisis penelitian tersebut hasilnya yaitu tax avoidance
jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance jangka panjang dan
tax avoidance jangka pajang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Chasbiandani &Martani (2012) meneliti tentang pengaruh tax avoidance
jangka panjang terhadap nilai perusahaan pada seluruh perusahaan yang terdaftar
dalam bursa efek Indonesia kecuali untuk sektor perbankan dan keuangan.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Tobins Q dan cash ETR.
Berdasarkan analisis penelitian tersebut hasilnya yaitu short run tax avoidance
berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance.Long run tax avoidance
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan short run tax avoidance
tidak secara signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal tersebut
mengindikasikan semakin rendah ETR jangka panjang yang dibayarkan oleh
perusahaan, nilai perusahaan akan semakin tinggi.
C. Pengembangan Hipotesis
Pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan
Dalam teori keagenan, perencanaan pajak dapat memfasilitasi managerial rent
extraction yaitu pembenaran atas perilaku oportunistik manajer untuk melakukan
manipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesuai (Desai &
Dharmapala, 2006). Aktivitas perencanaan dapat dilakukan dengan melalui tax
avoidance yaitu dengan melakukan pengurangan pajak secara eksplisit (Hanlon,
17
2010). Dalam perspektif ekonomi dampak penghindaran pajak menimbulkan
biaya bagi manajemen, pemegang saham dan masyarakat luas (Lanis dan
Richardson, 2012 dalam Suprapti, 2017). Bagi pengambil kebijakan informasi
penghindaran pajak yang terefleksi dari besarnya beban pajak yang dilaporkan
dalam laporan keuangan memberikan gambaran kualitas pelaporan pajak
perusahaan (Suprapti,2017). Perilaku penghindaran pajak, secara umum
didefinisikan sebagai strategi manajer untuk mengurangi beban pajak
perusahaannya. Menurut Pohan, (2013) dalam Anggoro dan Septiani ( 2015),
penghindaran pajak adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal
dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan
kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terhutang.
Dari penelitian Ilmiani & Sutrisno (2014) menunjukkan bahwa tax avoidance
berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan yang didukung oleh
penelitian Tarihoran (2016) yang menyatakan bahwa pengindaran pajak tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, menurut penelitian
Tandean & Jonathan (2015) tax avoidance yang tinggi menunjukkan nilai
perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan
nilai perusahaan semakin meningkat.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1:tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Pengaruh ROE dalam memediasi tax avoidance terhadap nilai perusahaan
Profitabilitas atau laba secara teoritis mempengaruhi hubungan antara tax
avoidance dengan nilai perusahaan. Laba merupakan komponen laporan keuangan
yang disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai
kinerja manajemen, mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam
jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit.
18
Dengan menggunakan rasio yang digunakan sebagai proxy dari profitabilitas
perusahaan adalah return on equity (ROE), karena menurut Susilowati (2011),
return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga ROE sering disebut
dengan rentabilitas modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan membagi laba
setelah pajak dengan modal sendiri. ROE dapat menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik dan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan.
Karena dengan adanya laba tersebut sebagai variabel intervening maka secara
tidak langsung tax avoidance dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
H2: ROE berpengaruh tidak langsung secara signifikan dalam memediasi tax
avoidance terhadap nilai perusahaan
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti
mengindikasikan bahwa pajak bagi perusahaan merupakan beban yang akan
mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu menginginkan pembayaran
pajak seminimal mungkin dan karena adanya beban pajak yang memberatkan
perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk penghindaran pajak. Dengan
memperhitungkan nilai perusahaan juga, beban pajak menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi besarnya laba bersih yang diterima oleh perusahaan. Oleh
sebab itu, manajemen perusahaan melakukan aktivitas penghindaran pajak (tax
avoidance) untuk meminimalkan besaran beban pajak yang harus dibayar
perusahaan agar laba setelah pajak menjadi lebih tinggi.
H1
H2
Tax Avoidance Nilai
Perusahaan
Profitabilitas