bab ii tinjauan pustaka a. konsep keluarga 1. definisi ...repository.ump.ac.id/5784/3/niken syukur...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Baylon dan
Maglaya di kutip oleh Murwani Arita, 2007).
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 disebutkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari suami, istri dan
anak atau ayah, ibu, anak.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah:
a. Terdiri dari atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan memperthankan budaya, dan.
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
(Friedman,1998 )
6
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2. Fungsi Keluarga
Friedman, (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga,
sebagai berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu afektif adalah
1) Saling mengasuh
cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari
anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat
dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan
modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluaraga/masyarakat.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2) Saling menghargai
Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi
ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang
positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari
kedua orang tuanya.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di sekitarnya. Kemudian
beranjak balita dia belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar displin, belajar norma-norma,
budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memnuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan
penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan
permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: Friedman,(1998)
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan pelayanan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.
3. Tipe Keluarga
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga:
a. Tipe Keluarga Tradisisonal
1) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan,
paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) “Commune family”, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
2) Orang tua (suami-istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup dalam satu rumah tangga.
3) “Homoseksual”, yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup satu
rumah tangga
4. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu
tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama
berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers Friedman,(1998)
dikutip oleh Murwani Arita ( 2007). meskipun setiap keluarga melalui
tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga
mengikuti pola yang sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan
diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller
Friedman, (1998)
Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui
keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud dengan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
meninggalkan keluarga di sini bukanlah secara fisik. Namun secara
psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki pasangan baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan
yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama-sama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan, tidur,
bangun pagi. Dan sebagainya. Adapun tugas tahap perkembangan keluarga
pasangan baru yaitu :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana anak
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu
keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina
hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-
masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu
yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.
Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Tahap perkembangan Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak
Pertama) :
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua, bagaimana
orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon.
Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tahap perkembangan keluarga dengan anak prasekolah, yaitu
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal ,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak).
Kehidupan keluarga pada tahap ini sibuk dan anak sangat tergantung
pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa
sehingga kebutuhan anak, suami, istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh
waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang
dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap
utuh dan langgeng denga cara menguatkan hubungan kerja sama antar suami
istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan
individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak
pada fase ini tercapai.
Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
jumlah naggota keluarga maksimal, sehinga keluarga sangat sibuk. Selain
aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri.
Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan
anak. Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan (lihat tabel 4).
Tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah, yaitu
a. Membantu soisalisasi anak, tetangga, sekolah, dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun
luar sekolah.
Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak
remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-tahap
sebelumnya, pada tahap ini keluarga memilki tugas perkembangan yang dapat
dilihat pada (tabel 5).
Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja, yaitu
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasadan meningkatkan
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai
otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya).
Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak
menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua
mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua
perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan
permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.
Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terkhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat terkhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersam orang tua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas
anak untuk hidup sendiri.
Tahap perkembangan. Keluarga dengan Anak Dewasa, yaitu
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandrir di masyarakat
e. Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Keluarga mempersipkan anaknya yang tertua untuk membentuk
keluarga sendiri dan tetap membantu anak terkahir untuk lebih mandiri. Pada
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan
membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ‘kosong’ karena anak-anak
sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orang tua
perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan
tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan
dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal
tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan.
Tahap perkembangan keluarga usia pertengahan, yaitu
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus
untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas, pola hidup yang
sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan, dan
sebagainya. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman sebaya
dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar
generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagian
sebagai kakek-nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing
pasangan.
Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terkhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak
dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami
keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan
berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya
produktivitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas
perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi
menghadapi stressor tersebut.
Tahap perkembangan keluarga usia lanjut, yaitu
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan ‘live review’.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya, lebih dapat
beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.
Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal
dengan sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan ‘life review’ dengan
mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini berguna
agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.
5. Struktur Keluarga
Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan Proses Komunikasi
1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi
(a) bersifat terbuka dan jujur
(b) selalu menyelesaikan konflik keluarga
(c) berpikiran positif, dan
(d) tidak mengulang –ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk
2) Karakteristik Pengirim:
(a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
(b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
(c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.
3) Karakteristik Penerima
(a) Siap mendengarkan.
(b) Memberikan umpan balik.
(c) Melakukan validasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosisal yang diberikan.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar ada tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatau pedoaman bagi perkembangan
norma dan peraturan.
6. Struktur Peran Keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan
sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-
masing dengan baik. Ada beberapa anak yang mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga yanng lain sedangkan orang tua
mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.
7. Stressor dan Koping Keluarga
a. Stressor-stressor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan
ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga bisa memastikan lamanya dan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
kekuatan dari stressor-stressor yang dialami oleh keluarga, apakah
keluarga dapat mengatasi stressor dan ketegangan sehari-hari.
b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang objektif
dan realistis terhadap situasi yang mengandung stress.
c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stress,
strategi koping yang bagaimana diambil oleh keluarga, apakah anggota
keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda, koping internal dan
eksternal yang diajarkan apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara
koping, strategi koping internal keluarga; kelompok kepercayaan keluarga,
penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan
keluarga terhadap masalah, pemecahan masalah secara bersama,
fleksibilitas peran, normalisasi. Strategi koping eksternal, mencari
informasi, memelihara hubungan dengan komunitas, mencari dukungan
sosial.
8. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan unit dari satu komunitas,sasaran utama dari
keperawatan keluarga yaitu untuk mencari derajat kesehatan yang seoptimal
mungkin, maksud dari keluarga sebagai klein adalah dalam mencapai suatu
pelaksanaan asuhan keperawatan tidak hanya tertuju pada individu tetapi
dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
B. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Rheumatoid Artritis
1. Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkain yang diberikan melalui
praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
Bylon dan Maglaya, 1978 dikutip oleh Murwani Arita, (2007).
2. Pengertian Rheumatoid Artritis
Rheumatoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik progresif
Lebih banyak terjadi pada wanita ( 3 : 1) dengan kasus pada pria pada usia 25
sampe 35 tahun.( Long, B.C, 1996)
Rheumatoid artritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis
dan deformitas.( Doengoes, Marlyn.,E, 2000)
Rheumatoid atritis adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pasien biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun
episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi. (Price, S, A &
Wilson, L.M, 2005)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Anatomi Fisiologi Gambar II.I Anatomi Tulang
Sumber: Syaifudin, (2006)
Menurut Long,B.C ( 1996 ), diantara karakteristik yang membedakan manusia
dengan makhluk lain ialah kemampuan mempertahankan postur tubuhnya
bisa tegak dan bergerak yang di atur oleh sistem muskuloskeletal sistem
muskuloskele
tal terdiri dari tulang, otot, tulang rawan, ligamen, tendon, fascia dan
persendian. Tulang terdiri dari materi intra sel, baik berupa sel yang hidup
ataupun sel yang tidak hidup bahan – bahan tersebut berasal dari embrio
hialin. Tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi tulang. Kualitas
kerasnya tulang merupakan hasil deposit kalsium.
Fungsi tulang ada empat yaitu:
a. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
b. Melindungi organ- organ tubuh ( contoh tengkorak melindungi otak )
c. Untuk pergerakan (otot melekat pada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
d. Merupakan gudang untuk menyimpan mineral ( kalsium)
4. Etiologi
Menurut Long, B.C (1996)
a. Mekanisme Imun
b. Gangguan Metabolisme
c. Jenis Kelamin
d. Genetik
e.Umur / Usia
5. Patofisiologi
Inflamasi mula- mula mengenai sendi – sendi sinovial disertai edema ,
kongesti vaskuler, eksudfebrin dan inflamasi seluler. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal , terutama sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup
yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub- chondria. Jaringan
granulasi mengganggu karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekroti tingkat erosi dari kartilago
persendian menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi di antara permukaan sendi karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu ( ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang Subchondrial
bisa menyebabkan osteoporosis ( peningkatan keropos tulang). Lamanya
rhematoid artritis berbeda pada setiap orang. ditandai dengan masa adanya
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara orang yang sembuh dari
serangan pertama di selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain, terutama
yang mempunyai faktor rhematoid (seroposi gangguan rheumatoid ).
Gangguan akan menjalar kronis progresif. Pada sebagian kecil individu
terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus, serangan dapat timbul karena status
dan mental. Long, B.C (1996: 310)
6. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala rheumatoid artritis menurut Long, B.C ( 1996: 311)
Adalah:
a. Secara umum sakit persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b. Lambat dan membengkak, panas merah, lemah.
c. Perubahan bentuk tangan.
1) Jari tangan bengkak seperti alat pemukul gendang.
2) Deformitas bentuk leher angsa dari jari.
3) Ulna defisi jari tangan.
d. Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, Siku,
bahu, rahang. Gejala sistemik yaitu Capai, lelah, demam, lesu, berat
badan menurun, anemi,bilateral sistem dari persendian kecil dan besar
pada sendi-sendi ekstermitas.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
7. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer Arief, ( 2000 : 538) pengobatan pada pasien
rheumatoid artritis adalah secara:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pasien dengan
serangan akut artrits, yang pertama bahwa pengobatan serangan akut dengan
atau tanpa hiperurisemia tidak berbeda. Juga diperhatikan agar penurunan
kadar asam urat serum tidak tergesa – gesa karena penurunan secara
mendadak sering kali mencetuskan serangan lain atau mempersulit
penyembuhan. Obat – obatan yang di gunakan pada penyakit rhematoid
artritis
a. Obat anti inflamasi nonsteroid diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri
sendi akibat Inflamasi yang sering di jumpai, yang dapat di berikan
1) Aspirin, pasien dibawah 65 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/
hari, kemudian dinaikan 0,3 – 0,6 g per minggu Sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksis.
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak.
b. Obat klorokuin digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat artritis rhematoid. Mula khasiatnya baru terlihat
setelah 3 - 12 bulan kemudian, setelah 2-5 tahun,maka efektivitasnya
dalam menekan proses rhematoid akan berkurang. Keputusan
penggunaannya bergantung pada pertimbangan resiko manfaat oleh
dokter.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
8. Pathways
Memodifikasi lingkungan 1. Penerangan
baik 2. Alasi dengan
bantal bagian yang nyeri
3. Gunakan waktu luang untuk istirahat
Manfaatkan fasilitas kesehatan
Gangguan pola tidur
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi keluarga
Tidak dilakukan
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Nyeri Krois
Kerusakan kartilago meluas
Tendon dan ligamen melemah
Rentang gerak berkurang
Resiko keterbatasan
gangguan mobilitas fisik
Faktor genetik
Mekanisme imun dan jenis
kelamin
Inflamasi membran sinovial
Faktor metabolit
Sinovial menebal pada sendi artikular
kartilago
Granulasi membentuk
pannus menutupi kartilago
Pannus masuk ke tulang subchonadria
Granulasi menguat
Kartilago artikular terganggu
Ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga
menderita rheumatoid artitis
Tidak tahu
Rhematik artitis (nyeri, pegal,
kaku)
Upaya perawatan 1. istirahat cukup 2. hindari kerja berat 3. biasakan berjemur di
bawah matahari
Tidak dilakukan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga menderita rheumatoid artitis
Ditangani dilakukan upaya pencegahan dan tahu akibat dari rheumatoid artitis
Tidak tahu
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
Tidak dilakukan
Sumber : Carpenito (2000), Long (1996), Nanda (2002) dan Fredman (1998)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
9. Fokus Intervensi
Menurut Carpenito (2007).
a. Nyeri berhubungan kelemahan otot
Tujuan dan Kriteria hasil :
1) Sampaikan bahwa orang lain menvalidasi adanya nyeri
2) Menyebutkan faktor- faktor yang meningkatkan nyeri
3) Menyebutkan intervensi yang efektif
4) Menyatakan bahwa orang lain memastikan bahwa nyeri memang ada
Intervensi:
1) Kaji terhadap faktor yang menurunkan toleransi nyeri
2) Kurangi atau turunkan faktor – faktor yang dapat meningkatkan nyeri
3) Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi nyeri
4) Kolaborasi dengan individu untik memulai tindakan mengurai nyeri
5) Bantu keluarga dan individu untuk mengurangi efek depresi
b. Hambatan mobilitas fisik Menurut Cerpenito, (2007)
Tujuan dan Kreteria hasil :
1) Kaji tirah baring atau imobilisasi
2) Kaji kelemahan secara menyeluruh
3) Kaji ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
Intervensi :
1) Bantu individu untuk posisi duduk dengan perlahan
2) Jelaskan bahwa berpindah yang aman adalah gerakan lengkap
3) Kaji terhadap faktor – faktor penyebab
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
4) Kurangi atau hilangkan faktor- faktor penunjang
5) Pantau respon tindividu terhadap aktivitas
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri Menurut
Carpenito,(1999)
Tujuan dan kriteria hasil
1) Menjelaskan faktor – faktor penghambat atau pencegah tidur
2) Mengidentifikasi teknik – teknik untuk mempermudah tidur
3) Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat
Intervensi :
1) Identifikasi faktor – faktor penyebab dan penunjang
2) Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan penghentian tidur
3) Tingkatkan aktivitas sehari – hari
4) Tingkatkan tidur dengan menggunakan bantuan
5) Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan bila diindikasikan
d. Keletihan yang berhubungan dengan efek proses inflamasi kronis Menurut
Carpenito, (2007)
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Mendiskusikan penyebab keletian
2) Mengungkapkan perasaan mengenai efek keletihan
3) Menetapkan prioritas untuk aktifitas sehari – hari
Intervensi:
1) Beri ksempatan mengekspresikan perasaan mengenai efek proses
inflamasi
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2) Bantu individu mengidentifikasi kekuatan, kemampuan.
3) Ajari individu tentang teknik penghematan energi.
e. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan stres eksaserbasi
yang tidak dapat diperkirakan Menurut, Carpenito, (2007)
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Individu membuat keputusan dan menunjukan tindakan yang tepat
2) Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan
Emosional
3) Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekoensi prilaku
Yang diakibatkanya.
Intervensi :
1) Kaji status koping individu
2) Bantu individu untuk memecahkaan masalah
3) Dorong untuk melakukan evaluasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., NIKEN SYUKUR NIKMAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010