bab ii tinjauan pustaka a. perilaku kontrol 1....

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kontrol 1. Pengertian Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003:114). 2. Unsur-Unsur Perilaku Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari individu terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya agar bisa beradaptasi dan tetap survive yang mendasari timbulnya perilaku adalah dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan merupakan usia jadi perilaku muncul karena adanya dorongan untuk survive. Ada tiga unsur utama dalam perilaku yaitu : a. Adanya afektif (perasaan atau penilaian pada berbagai hal) b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang suatu obyek) c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu obyek).

Upload: lexuyen

Post on 17-Dec-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Kontrol

1. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar) sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan (Notoatmodjo, 2003:114).

2. Unsur-Unsur Perilaku

Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari

individu terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya agar bisa

beradaptasi dan tetap survive yang mendasari timbulnya perilaku adalah

dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan merupakan

usia jadi perilaku muncul karena adanya dorongan untuk survive. Ada tiga

unsur utama dalam perilaku yaitu :

a. Adanya afektif (perasaan atau penilaian pada berbagai hal)

b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang suatu

obyek)

c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu obyek).

Perilaku memiliki hubungan yang cukup besar dalam menentukan

tingkat pemanfaatan sarana kesehatan. Teori Adopsi perilaku dari Rogers

mengemukakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang akan melewati

5 tahapan yaitu awarenes (kesadaran), interest (perhatian atau ketertarikan

dengan ide baru), evalution (perilaku terhadap ide), trial (usaha untuk

mencoba) dan terakhir adoption (bila menerima ide baru) (Notoatmodjo,

2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Keteraturan kontrol pada penderita hipertensi adalah bagian dari

perilaku kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut Lawrence

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) ada 3 faktor yang berhubungan

dengan perilaku kesehatan, yaitu :

a. Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah perilaku yang berasal dari pengalaman

sendiri atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003 : 167).

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengetahuan penderita hipertensi tentang komplikasi hipertensi.

Pengetahuan yang dimiliki oleh penderita hipertensi sangat

ditentukan oleh pendidikan yang dimiliki. Karena dengan

pendidikan yang baik, maka penderita hipertensi dapat menerima

segala informasi dari luar terutama tentang pentingnya keteraturan

perilaku kontrol. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior). Pengetahuan dalam domain kognitif yaitu :

a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima, oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya, termasuk aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian itu berdasarkan suati kriteriayang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,

2003:123) .

2) Pendidikan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari

atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,

bagaimana menghindari atau mencegah hal – hal yang merugikan

kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya

mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2003:10).

2) Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Sikap menggambarkan perilaku suka atau tidak suka

seseorang terhadap obyek. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang

lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga

pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam individu

(Azwar, 2009).

Sikap merupakan penilaian (bisa berupa pendapat)

seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini masalah

kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap

terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh karena itu

indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan

kesehatan (Notoatmodjo, 2003:129) seperti :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap

gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara

penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara

pemeliharaan dan cara- cara (berperilaku) hidup sehat. Seperti

pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga,

relaksasi atau istirahat cukup dan sebagainya.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang tehadap lingkungan

dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau

penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan

sebagainya.

3) Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek

atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo,

2003:167).

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

1) Tingkat Ekonomi

Keluarga yang sosial ekonominya rendah akan mendapat

kesulitan untuk membantu seseorang mencapai kesehatan yang

optimal (Supartini,2004). Sebaliknya dengan ekonomi keluarga

yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat (Notoatmodjo,

2003:22).

2) Fasilitas Kesehatan

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan

dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana

kesehatan. Upaya penyelengaraan pelayanan kesehatan pada

umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu; sarana pemeliharaan

kesehatan primer (primary care) merupakan sarana yang paling

dekat dengan masyarakat. Misalnya Puskesmas, poliklinik, dokter

praktek swasta dan sebagainya; sarana pemeliharaan kesehatan

tingkat dua (secondary care) merupakan sarana pelayanan

kesehatan yang menangani kasus yang tidak atau belum ditangani

oleh sarana kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum

ada; sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary care)

merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus

yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan kesehatan primer dan

pelayanan kesehatan sekunder. Misalnya Rumah sakit propinsi,

rumah sakit tipe B dan tipe A (Notoatmodjo, 2003:5).

c. Faktor-Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

1) Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan

Sikap petugas kesehatan adalah suatu tindakan yang

diberikan oleh petugas kesehatan. Sedangkan perilaku petugas

kesehatan adalah respon yang diberikan petugas kesehatan

terhadap klien (penderita hipertensi) (Notoatmodjo, 2003:14).

Sikap dan perilaku yang baik dari petugas kesehatan akan

mempengaruhi klien (penderita hipertensi) dalam mengikuti

anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam pemberian

pelayanan kesehatan.

2) Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah dukungan

yang diperoleh dari para tokoh masyarakat baik formal (guru,

lurah, camat, dan petugas kesehatan), maupun informal (tokoh

agama, dan keluarga) yang berpengaruh dalam masyarakat

(Notoatmodjo, 2003:23).

Dukungan dari keluarga akan memainkan suatu peran

penting dalam kepatuhan. Walaupun demikian, perbedaan dalam

bagaimana keluarga menunjukkan dukungannya memainkan suatu

peran dalam menentukan apakah hal tersebut dapat menjadi

kontributor terhadap kepatuhan kontrol pada penderita hipertensi

(Stanley, 2006).

4. Perilaku Kontrol Hipertensi

a. Pengertian

Perilaku kontrol hipertensi merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas penderita hipertensi untuk melakukan perawatan, kontrol dan

pengobatan, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat

diamati oleh pihak luar. Perilaku kontrol kesehatan menurut

Notoatmodjo (2003), terdiri dari persepsi (perception), respon

terpimpin (guided respons), mekanisme (mekanisme) dan adaptasi

(adaptation)

b. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kontrol Hipertensi

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lewin

perilaku ketaatan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu:

1) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi

terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan pasien tentang

perawatan pada penderita hipertensi yang rendah yang dapat

menimbulkan kesadaran yang rendah pula yang berdampak dan

berpengaruh pada penderita hipertensi dalam mengontrol tekanan

darah, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi

komplikasi berlanjut.

2) Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

obyek.

3) Ciri-ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan status sosial ekonomi.

4) Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga didalam

membantu pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan pasien

B. Pendidikan

1. Pengertian

Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha untuk

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasbullah, 2005).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang makin mudah yang dimiliki sebaliknya

pendidikan yang menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai baru diperkenalkan (Nursalam, 2001).

Sementara itu Malayu (2002), menyatakan bahwa pendidikan

merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang

untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan latar belakang

pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu

jabatan tertentu.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap

menuju perilaku kesehatan sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan

memudahkan seseorang atau masyarakat memperoleh dan mencerna

informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan

dan menerapkan hidup sehat. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat

pendidikan mempengaruhi derajat kesehatan (Depkes RI, 1999).

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang.

Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik

dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan.

Semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin baik pengetahuan

tentang kesehatan (Hastono, 1997)

2. Pendidikan Formal

Menurut Soedomo Hadi (2008) jenjang pendidikan formal terdiri

atas :

a. Pendidikan Dasar, terdiri dari Sekolah Dasar dan SMP/MTs.

b. Pendidikan Menengah terdiri dari SMA/MA dan SMK/MAK

c. Pendidikan Tinggi terdiri dari Akademi, Institut, Sekolah Tinggi dan

Universitas.

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah perilaku yang berasal dari pengalaman sendiri

atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003 : 167). Pengetahuan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan penderita hipertensi

tentang komplikasi hipertensi. Pengetahuan yang dimiliki oleh penderita

hipertensi sangat ditentukan oleh pendidikan yang dimiliki. Karena dengan

pendidikan yang baik, maka penderita hipertensi dapat menerima segala

informasi dari luar terutama tentang pentingnya keteraturan perilaku

kontrol. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan

dalam domain kognitif yaitu :

a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab

itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya, termasuk aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu

berdasarkan suati kriteriayang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003:123).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Soekamto (2002) ada bebebapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, yaitu :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan agar terjadi

perubahan perilaku positif yang meningkat. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, maka akan mengakibatkan kesadaran dasar akan

pentingnya ilmu pengetahuan. Hal ini dapat memacu seseorang untuk

bersifat aktif dalam mengingkatkan pengetahuan.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas, melalui media elektronika

maupun media massa.

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

tentang sesuatu yang bersifat informal.

e. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang yang memenuhi kebutuhan hidup

semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan mendapat tingkat

pengetahuan dengan semakin luasnya cara mendapat informasi.

3. Sumber-Sumber Pengetahuan

Menurut Nursalam (2001) sumber pengetahuan manusia

dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

a. Tradisi

Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak

dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah.

b. Autoritas

Ketergantungan terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindarkan

karena kita tidak dapat secara otomatis menjadi seorang ahli dalam

mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi.

c. Pengalaman seseorang

Setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat

kesimpulan yang valid tentang situasi dan pengalaman seseorang

diwarnai dengan penilaian yang bersifat subjektif.

d. Trial dan Error

Dalam menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam

menggunakan alternatif pemecahan melalui “ coba dan salah”.

e. Alasan yang logis

Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan

ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas

alasan deduktif tergantung dari informasi di mana seseorang melalui.

f. Metode ilmiah

Pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran karena

didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis.

g. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas

(Notoatmodjo, 2003).

D. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan suatu yang komplek, dapat didefinisikan sebagai

pernyataan–pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang

tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai objek, manusia atau

peristiwa-peristiwa.

Allport (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan sikap sebagai

semacam kesiapan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan

cara-cara tertentu. Sikap juga suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

mendukung atau tidak mendukung.

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2003). Ada 3 (tiga)

komponen pokok dalam sikap :

a. Kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kencenderungan untuk bertindak

2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

adalah :

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, maka harus melalui

kesan yang kuat. Apa yang dialami akan membentuk dan

mempengaruhi salah satu dasar pembentukan sikap.

b. Kebudayaan

Kebudayaan mempengaruhi sikap dan memberi corak pengalaman

individu yang menjadi kelompok usahanya. Hanya kepribadian invidu

yang kuat dapat memudahkan dominasi kebudayaan dalam

pembentukan sikap individual.

c. Orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap

penting akan diharapkan persetujuan bagi setiap tindakan dan pendapat

kita.

d. Media massa

Media massa menyampaikan informasi yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini yang kuat dalam menilai suatu hal sehingga

terbukalah arahan sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu.

f. Emosional

Emosi dapat mendasari bentuk sikap karena dapat berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

4. Pengukuran Sikap

Menurut Riduwan (2004), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan

menggunakan skala sikap. Skala sikap dibagi menjadi 5 macam, yaitu :

a. Skala Likert dengan menggunakan beberapa pernyataan yang

menggambarkan pandangan yang ekstrim pada masalahnya.

Responden diminta untuk menunjukkan dimana mereka setuju atau

tidak setuju pada setiap pernyataan dengan empat atau lima pilihan.

b. Skala Guttman/Borgardus, suatu skala sikap yang disebut sebagai

skala jarak sosial yang secara kuantitatif mengukur tingkatan jarak

seseorang yang diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan

kelompok-kelompok lain.

c. Skala Simantict deferinsial, meminta responden untuk menentukan

sikapnya terhadap obyek sikap, pada ukuran yang berbeda dengan

suatu ukuran skala yang terdahulu. Responden diminta untuk

menentukan suatu ukuran skala yang bersifat berlawanan yaitu positif-

negatif, baik-buruk, aktif-pasif dan sebagainya.

d. Rating Scale

e. Skala Thurstone, terdiri dari sejumlah daftar pernyataan yang diduga

berhubungan dengan sikap. Metode ini terdiri dari atas kumpulan

pendapat yang memiliki rentang dari sangat positif ke arah sangat

negatif terhadap obyek sikap. Dalam penelitian ini, peneliti dalam

mengukur sikap menggunakan skala Likert.

E. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkann. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap

(silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai gajala-gajala

lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbanya (Sustrani 2004 : 12).

Menurut Basha (2004 : 1) hipertensi adalah suatu keadaan di mana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas).

Pada populasi manula, hipertensi di definisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi

merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.

(Smeltzer & Bare,2001:896). Hipertensi merupakan keadaan dimana

tekanan darah menjadi naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun

sudah relaks (Soeharto,2002:50).

Dari definisi-definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik

karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya.

2. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) tidak memberikan tanda-tanda

(simtom) pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit

kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar dan berdengung di

telinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tetapi tanda-tanda tersebut

sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali

tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara

yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi

adalah dengan mengukur tekanannya.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) jarang menimbulkan gejala dan

cara satu-satunya untuk mengetahui seseorang mengalami hipertensi

dengan mengukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah sebaiknya

dilakukan sekali dalam lima tahun, bahkan lebih sering bilang

memungkinkan. Bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat

tinggi, dapat mengakibatkan hipertensi berat atau hipertensi maligna.

Gejala-gejala hipertensi adalah :

a. Pusing

b. Pandangan kabur

c. Sakit kepala

d. Kebingungan

e. Mengantuk

f. Sulit bernapas

3. Cara Perawatan Hipertensi

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang

berkaitan. Tujuan perawatan hipertensi melalui terapi adalah mencapai dan

mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan

diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat

dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat

antihipertensi. (Mansjoer, Arif, dkk. 2001)

Tujuan utama pengobatan penderita dengan hipertensi ialah

tercapainya penurunan maksimum risiko total mordibitas dan mortalitas

kardiovaskuler. Hal ini memerlukan pengobatan semua faktor risiko

reversible yang ditemukan seperti merokok, peningkatan cholesterol,

diabetes mellitus dan pengobatan yang memadai kondisi klinik yang

berhubungan selain pengobatan tekanan darah tingginya sendiri.

Perawatan hipertensi di luar pengobatan adalah dengan :

a. Berhenti merokok

Merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk pencegahan

penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada penderita

hipertensi. Untuk penderita yang sulit untuk menghentikan merokok

dapat dibantu dengan pengobatan penggantian nikotin.

b. Penurunan berat badan

Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadinya hipertensi.

Penurunan berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan

obesitas (kelebihan berat badan > 10 %) dapat menurunkan tekanan

darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki

faktor risiko yang lain (resistensi insulin, diabetes mellitus,

hiperlipidemia dan LVH).

c. Konsumsi alkohol sedang

Terdapat hubungan linier antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan

darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurunkan

efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2

minggu dengan mengurangi konsumsi alcohol dibatasi 20-30 g etanol

per hari untuk pria dan 10-20 g etanol per hari pada wanita.

d. Penurunan diet garam

Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan

prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah.

Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 g) per hari menjadi 80-

100 mmol (4,7-5,8 g) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 4-6

mmHg.

e. Perubahan diet yang komplek

Vegetarian mempunyai tekannan darah lebih rendah dibandingkan

pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat

menurunkan tekanan darah. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran

menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg sedangkan

mengurangi diet lemak menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg. Pada

penderita tekanan darah tinggi, kombinasi keduanya dapat menurunkan

tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet tinggi kalsium, magnesium

dan kalium mungkin berperanan terhadap efek tersebut. Makan ikan

secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan

penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki

profil lemak.

f. Peningkatan aktifitas fisik

Latihan fisik aerobic sedang secara teratur (jalan atau renang selama

30-45 menit 3-4 × seminggu) mungkin lebih efektif menurunkan

tekanan darah dibandingkan olah-raga berat seperti lari, jogging.

Tekanan darah sistolik turun 4-8 mmHg. Latihan fisik isometric seperti

angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari

pada penderita hipertensi (WHO-ISH 1999). (Joewono, Boedi

Soesetyo. 2003).

4. Diet Hipertensi

Diet hipertensi salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa

efek serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh penderita dan keluarga dalam menyiapkan

makanan bagi penderita hipertensi. Diet hipertensi ini dapat membantu

menurunkan tekanan darah sehingga komplikasi hipertensi dapat dihindari.

(Akhmad, 2010)

Prinsip diet bagi hipertensi

a. Makanan yang beraneka ragam dan gizi yang seimbang

b. Jenis makanan disesuaikan

c. Jumlah garam dibatasi (tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh perhari) .

d. Konsumsi sayuran dan buah-buahan segar

Beberapa makanan yang sebaiknya dihindari adalah: (Akhmad, 2010)

a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru-paru,

minyak kelapa, gajih)

b. Makanan yang diolah menggunakan garam natrium (biskuit, craker,

keripik dan makanan kering yang asin)

c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran

dan buah-buahan dalam kaleng, soft drink)

d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan

asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)

e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonaise, daging merah

(sapi / kambing), kulit ayam.

f. Bumbu-bumbu masak yang banyak mengandung garam natrim dan

MSG.

g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan

tape.

Makanan yang diperbolehkan (Akhmad, 2010)

Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, seperti;

a. Beras, kentang, ubi, mie, maizena, terigu, gula pasir.

b. Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang hijau, kacang merah,

kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.

c. Minyak goreng, margarine tanpa garam

d. Sayuran dan buah-buahan

e. Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri,

kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sere.

Bahan Makanan yang dibatasi (Akhmad, 2010)

a. Untuk diet rendah garam ini, penggunaan daging / daging ayam/ikan

dibatasi paling banyak 100 gram per hari. Telur Ayam/telur bebek,

paling banyak 1 butir sehari

b. Susu paling banyak 200 cc sehari

c. Minuman dan sari buah dalam kemasan

5. Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor usia

Kemungkinan seseorang menderita hipetensi semakin besar jika

tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, Pada

umumnya penderita hipertensi adalah orang – orang yang berusi 40

tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang

berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan

dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan

bahwa 1,8% - 28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah

penderira hipertensi.

b. Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70% - 80% diturunkan dari orang

tuanya, apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orangtua maka

dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua

orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot

(sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut

kemungkinan besar menderita hipertensi.

Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan

secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan

adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah

dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.

Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan

darah di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor

genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan

sejak masa awal kanak-kanak. (Beevers, 2002 : 32)

c. Faktor jenis kelamin

Wanita penderita hipertensi lebih banyak daripada laki-laki,

tetapi wanita lebih tahan daripada laki-laki tanpa kerusakan jantung

dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan

menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih

banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman

pada pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria berisiko lebih tinggi

terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich

seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar satu diantara

5 untuk mengidap hipertensi (Sustrani,2004:25).

d. Faktor berat badan (obesitas atau kegemukan)

Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita

hipertensi dengan berat badan normal (Basha, 2004:1). Pada orang

yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh

organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi

yang lebih besar, jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya

timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi,

sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Suparto, 2000:322).

Cara mudah untuk mengetahui obesitas atau tidak yaitu dengan

mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT). Rumus untuk IMT adalah berat

badan (kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (m²). Kategori

ambang batas IMT untuk Indonesia menurut Depkes RI dalam

Supariasa (2003 : 63) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1.Kategori Ambang Batas IMT

Kategori IMTKurus Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan< 17,017,0 – 18,5

Normal 18,5-25,0Gemuk(obesitas)

Kelebihan berat badan tingkat ringanKelebihan berat badan tingkat berat

< 25,0 – 27,0< 27

Sumber : Depkes RI (dalam Supariasa, 2006:63)

e. Stres Pekerjaan

Stres diduga melalui aktivitas syaraf simpatis (syaraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas syaraf

simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan drah secara intermitten

(tidak menentu). Gangguan kepribadian yang bersifat sementara dapat

terjadi pada orang yang menghadapi keadaan uang menimbulkan stres

berat, gangguan tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara

bertahap (Basha, 2004 : 39).

Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang

pendek tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan

darah dalam waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres

muncul akibat dari mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu

lingkungan yang bising, atau ketika sedang menyortir benda

berdasarkan perbedaan ukuran, menyebabkan lonjakan peningkatan

tekanan darah secara tiba-tiba (Beevers,2002:39).

f. Aktivitas Fisik (Olah raga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik

selama 30-45 menit/hari )dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas (Arjatmo T & Hendra

U, 2001:459). Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika

sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih

sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang

tidak melakukan olahraga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang

lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali (Beevers, 2002 :

41).

g. Faktor Asupan Garam

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur

dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun

natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi),

sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus

bekerjalebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi

naik (Sustrani, 2004 : 29)

WHO pada tahun 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi

garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium)

(Atmatsier,2004:64). Konsumi garam memiliki efek langung terhadap

tekanan darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan tekana darah

ketika semakin tua, yang terjadi pada semua masyarakat kota,

merupakan akibat dari banyaknya garam yang dikonsumsi.

Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola

makannya adalah masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat

seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi

garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan

darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia. Terdapat bukti

bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita hipertensi

secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk

mengeluarkan garam dalam tubuhnya. Namun mereka mengkonsumsi

garam tidak lebih banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka

cenderung menimbun apa yang mereka makan (Beevers, 2002 : 35).

h. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang

olahraga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Merokok

dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan

lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman Soeharto (2001: 55),

keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat

bekerja secara efisien.

F. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori

sebagai berikut :

Sumber : Soekidjo Notoatmodjo (2003)

Gambar 2.1.Kerangka Teori

Perilaku Kontrol

penderita hipertensi

Faktor Predisposisi :o Pengetahuano Pendidikano Sikapo Kepercayaan

o Tingkat Ekonomio Fasilitas kesehatan

o Sikap dan perilaku kontrolpenderita hipertensi

o Petugas kesehatano Tokoh masyarakato Keluarga

G. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independen) Variabel terikat (dependen)

Gambar 2.2.

Kerangka Konsep

H. Varibel Penelitian

1. Variabel independen (bebas)

Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan

stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien untuk

mempengaruhi tingkah laku pasien (Nursalam 2003 : 102).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik penderita

hipertensi, yang meliputi tingkat pengetahuan penderita hipertensi,

pendidikan dan sikap penderita hipertensi.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam 2003

: 102). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kontrol pada

penderita hipertensi

o Pendidikano Pengetahuano Sikap

Perilaku Kontrolpenderita hipertensi

I. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis mayor

Ada hubungan pendidikan, pengetahuan dan sikap terhadap hipertensi

dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas

Genuk Semarang.

2. Hipotesis minor

Hipotesis yang dapat muncul dalam penelitian ini adalah :

a. Ada hubungan pendidikan terhadap hipertensi dengan perilaku kontrol

pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang

b. Ada hubungan pengetahuan terhadap hipertensi dengan perilaku

kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk

Semarang

c. Ada hubungan sikap pasien terhadap hipertensi dengan perilaku

kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk

Semarang