bab ii tinjauan pustaka a. perilaku kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/indri mulyani bab ii.pdf ·...

16
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasan 1. Definisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, disamping itu perilaku juga diartikan sebagai respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2007). Bloom (dalam Notoatmodjo, 2007), perilaku manusia dibagi menjadi 3 domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik atau tindakan. Kemarahan adalah suatu emosi yang terentang mulai iritabilitas sampai agresivitas yang dialami oleh semua orang, biasanya kemarahan adalah reaksi terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan mengancam (Stuart, 2006). Menurut Videbeck (2008) kemarahan adalah emosi yang normal pada manusia yakni respons emosional yang kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu provokasi baik nyata ataupun yang dipersepsikan individu. Sedangkan Townsend (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku kekerasan atau amuk adalah perasaan marah atau jengkel yang kuat disertai dengan hilangnya control diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Upload: trinhnhu

Post on 05-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Kekerasan

1. Definisi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan, disamping itu perilaku juga diartikan sebagai

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)

(Notoatmodjo, 2007). Bloom (dalam Notoatmodjo, 2007), perilaku

manusia dibagi menjadi 3 domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik

atau tindakan.

Kemarahan adalah suatu emosi yang terentang mulai iritabilitas

sampai agresivitas yang dialami oleh semua orang, biasanya kemarahan

adalah reaksi terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan

mengancam (Stuart, 2006). Menurut Videbeck (2008) kemarahan adalah

emosi yang normal pada manusia yakni respons emosional yang kuat dan

tidak menyenangkan terhadap suatu provokasi baik nyata ataupun yang

dipersepsikan individu. Sedangkan Townsend (1998) Perilaku kekerasan

adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku kekerasan atau amuk adalah

perasaan marah atau jengkel yang kuat disertai dengan hilangnya control

diri atau kendali diri.

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

10

Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien melalui observasi atau

wawancara tentang perilaku kekerasan menurut Keliat (2009) adalah

sebagai berikut: muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan

rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara

kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau

fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang atau

benda, tidak memiliki kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku

kekerasan. Akibat dari perilaku kekerasan yaitu orang dengan perilaku

kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain

dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang

kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan

lingkungan.

Erick dan Sally (2009) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku

kekerasan menjadi tiga yaitu bentuk Emosional verbal, meliputi sikap

membenci baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun tidak, seperti

marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mencaci maki,

menertawakan, dan menuduh secara jahat. Bentuk fisik bersifat sosial,

meliputi perbuatan berkelahi dalam rangka mempertahankan diri atau

mempertahankan objek cinta, membalas dendam terhadap penghinaan,

dan membalas orang yang melakukan penyerangan. Bentuk fisik bersifat

anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan menyerang, melukai,

berkelahi tanpa alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

11

pengrusakan yang berlabihan, menentang petugas medis, dan perilaku

kekerasan secara seksual.

2. Rentang perilaku kekerasan

Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang

adaptif sampai maladaptif. Rentang respon marah menurut Stuart (2006),

dimana amuk (perilaku kekerasan) dan agresif berada pada rentang

maladaptif, seperti pada gambar berikut:

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan (Sumber : Stuart, 2006)

Keterangan:

a. Asertif, merupakan ungkapan rasa tidak setuju atau kemarahan yang

dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain sehingga

akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Asertif

merupakan bentuk perilaku untuk menyampaikan perasaan diri

dengan kepastian dan memperhatikan komunikasi yang menunjukkan

respek pada orang lain (Stuart & Laraia, 2005).

b. Frustasi, adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan

yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan.

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

12

c. Pasif, merupakan kelanjutan dari frustasi, dalam keadaan ini individu

tidak menemukan alternatif lain penyelesaian masalah, sehingga

terlihat pasif dan tidak mampu mengungkapkan perasaannya.

d. Agresif, adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan

dorongan untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku

yang tampak berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar.

e. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan

yang kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat

merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Tingkat perilaku kekerasan

Tingkat perilaku kekerasan menurut Jeffrey dkk (2006):

a. Ringan, merupakan perilaku kekerasan yang diperlihatkan pasien

dengan gangguan jiwa hanya sebatas intimidasi terhadap orang-orang

disekitarnya. Pasien belum melakukan kekerasan verbal tetapi sudah

menunjukkan kekerasan emosional. Bentuknya merupakan emosional

verbal seperti mata melotot, melihat dengan tajam atau mengepalkan

tangan.

b. Menengah (sedang), merupakan perilaku kekerasan yang sudah

dilakukan pasien tatapi tidak mengakibatkan cedera yang berarti.

Pasien dengan gangguan jiwa sudah menyerang dengan intensitas

yang rendah, misalnya memukul tapi dengan jenis pukulan yang tidak

terlalu keras.

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

13

c. Berat, merupakan perilaku kekerasan yang benar-benar dilakukan

pasien dengan gangguan jiwa dalam intensitas yang berat. Biasanya

akan mengakibatkan cedera serius pada orang yang diserang.

4. Etiologi Perilaku kekerasan

Etiologi kemarahan, ada dua yaitu teori neurobiologi dan teori

psikososial (Videbeck, 2008), yaitu:

a. Teori neurobiologi

Peran neurotransmiter dalam studi tentang kemarahan telah dipelajari

pada hewan dan manusia, tetapi tidak ada satu pun penyebab yang

ditemukan. Hasil temuan menyatakan bahwa serotonin berperan

sebagai inhibitor utama perilaku agresi (Videbeck, 2008).

b. Teori psikososial

Bayi dan toddler mengekspresikan diri dengan suara keras dan intens.

Hal normal pada tahap pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Tempertantrum merupakan respons yang biasa terjadi pada toddler

yang keinginannya tidak terpenuhi (Videbeck, 2008).

B. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Stres, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang

harus dihadapi oleh setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan

yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan

dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan

melalui 3 cara, yaitu: mengungkapkan secara verbal, menekan dan

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

14

menantang. Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari

internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit, hormonal, dendam,

kesal sedangkan stressor ekternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,

hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya, hal

tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu

(disruption and loss). Videbeck (2008) mengatakan pemaknaan dari individu

pada setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan menjadi hal

terpenting.

C. Pengkajian Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan

Pada dasarnya pengkajian pada klien dengan perilaku kemarahan

ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual (Stuart,

2006).

1. Aspek Biologi

Respon fisiologis timbul kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap

sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhikardia, wajah

merah, pupil melebar, dan frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada

gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatkan kewaspadaan,

ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan

refleks cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah

bertambah.

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

15

2. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,

frustasi, dendam, ingin berkelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati,

menyalahgunakan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan

timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri,

bolos dari sekolah, mecuri, menimbulkan kebakaran, dan penyimpangan

seksual.

3. Aspek intelektual

Pengalaman kehidupan individu sebagain besar didapatkan melalui proses

intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk beradaptasi pada

lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu

pengalaman.

4. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan

ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang

lain. Menimbulkan penolakan dari orang lain, sebagain klien menyalurkan

kemarahn dengan nilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga

orang lain merasa sakit hati. Proses tersebut dapat mengasingkan individu

sendiri menjauhkan dari orang lain.

5. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu.

Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal

ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

16

kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Individu yang percaya kepada Tuhan, selalu meminta kebutuhan dan

bimbingan kepada-Nya.

D. Tindakan Keperawatan Terhadap Perilaku Kekerasan

Stuart (2006), menyatakan bahwa perawat dapat mengimplementasi-

kan berbagai intervensi untuk mencegah dan manajemen perilaku kemarahan.

Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan, seperti pada gambar

berikut:

Adaptif Maladaptif

• Strategi preventif • Strategi antisipatif • Strategi pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Managemen krisis

Pendidikan klien Perubahan lingkungan Seclusion

Latihan asertif Tindakan perilaku Restrain

Psikofarmakologi

Gambar 2.2 Rentang Tindakan Keperawatan Terhadap Perilaku Kekerasan (Sumber : Stuart, 2006)

a. Kesadaran diri

Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat

mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat merasa letih,

cemas, marah, atau apatis makan akan sulit baginya untuk membuat klien

tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah,

maka energi yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk

mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

17

kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara

masalah pribadi dan masalah klien.

b. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan

cara mengekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami

kesulitasn mengekspresikan perasaanya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan

kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan

berkomunikasi diharapakan agar klien mau mengekspresikan perasaannya,

lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan klien adaptif atau

maladaptif, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan terapi

menggambar, sehingga klien dapat mengekpresikan perasaannya melalui

gambar.

c. Latihan asertif

Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat, meliputi:

Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang, mengatakan “tidak”

untuk sesuatu yang tidak beralasan, Sanggup melakukan komplain,

mengekspresikan penghargaan dengan tepat.

d. Komunikasi

Strategi komunikasi dengan klien perilaku kemarahan, yaitu: Bersikap

tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara menghakimi, bicara netral

dan dengan cara yang konkrit, tunjukkan respek pada klien, hindari

intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi

tanpa kesan berlebihan, fasilitasi pembicaraan klien, dengarkan klien,

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

18

jangan buru-buru menginterprestasikan, jangan buat janji yang tidak dapat

ditepati.

e. Perubahan lingkungan

Unit perawatan sebaiknya penyediakan berbagai aktivitas seperti:

membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak

sesuai dan meningkatkan adaptasi sosial.

f. Tindakan perilaku

Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang

dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat

bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.

g. Psikofarmakologi

Pengobatan yang diberikan meliputi obat-obatan golongan anti ansietas

dan hipnotik sedatif, antidepresi, stabilasi mood, antipsikotik dan obat-

obatan golongan lainnya.

h. Managemen krisis

Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi

yang lebih aktif dengan penanganan kedaruratan psikiatri dengan pimpinan

tim krisis yang bertanggung jawab selama 24 jam.

i. Seclusion

Pengekangan fisik merupakan tindakan yang terakhir, dimana

pengekangan ada dua macam pengekangan fisik secara mekanik atau

dengan isolasi klien.

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

19

j. Restrain

Merupakan terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual

untuk membatasi mobilitas fisik klien.

E. Faktor-faktor penyebab perilaku kekerasan

a. Faktor Predisposisi

Beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan

menurut (Keliat, 2002; Stuart, 2006; dan Yosep 2009) :

1) Faktor Biologis.

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif

mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan

bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus

(yang berada di tengah system limbik) binatang ternyata menimbulkan

perilaku agresif. Perangsangan yang diberikan terutama pada nukleus

perifornik hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing

mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya

berdiri, menggeram, matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan

hendak menerkan tikus atau objek yang ada di sekitarnya (Stuart,

2006).

Faktor-faktor yang mendukung, menurut Yosep (2009) :

1) Masa kanak - kanak yang tidak menyenangkan

2) Sering mengalami kegagalan

3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

20

4) Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat).

5) Kecacatan fisik

6) Tumor otak

7) Trauma otak

8) Penyakit menahun

2) Faktor Psikologis

Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa

perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud (1998)

berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting.

Kesatu insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas; dan

kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas (Yosep,

2009).

Frustation-agression theory; Teori yang dikembangkan oleh

pengikut Freud (1998) ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha

seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka

akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi

perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang

menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang melakukan tindakan

agresif mempunyai riwayat perilaku agresif. Pandangan psikologi

lainnya mengenai perilaku agresif, mendukung pentingnya peran dari

perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan

pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang

sifatnya tidak merusak, misal ketidak percayaan, tidak terpenuhinya

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

21

kepuasan, ketidakberdayaan (Yosep, 2009).

Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan

frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak –

kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,

dianiaya atau sanksi penganiayaan (Keliat, 2002)

3) Faktor Sosial Budaya

Social Learning Theory, teori yang dikembangkan oleh

Bandura (1977) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan

respon-respon yang lain. Agresif dapat dipelajari melalui observasi

atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan, maka

semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan

berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai

dengan respon yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau

eksternal. Contoh internal: orang yang mengalami keterbangkitan

seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif

dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut, seorang anak

yang marah karena tidak boleh beli es kemudian ibunya memberinya

es agar si anak berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa bila

ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh

eksternal: seorang anak menunjukkan perilaku agresif setelah melihat

seorang dewasa mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif

terhadap sebuah boneka, seorang anak yang sering melihat kedua

orang tuanya bertengkar sehingga anak tersebut bisa meniru (Stuart,

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

22

2006). Budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif agresif) dan

kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan

menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (Keliat, 2002).

4) Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,

sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua

aspek ini mestimulasi individu mengadopsi perilaku kerasan (Keliat,

2002)

5) Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan sistim limbik, lobus

frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut

berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Keliat, 2002).

b. Faktor Presipitasi

Stuart (2006) mengatakan secara umum, seseorang akan berespon

dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat

berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman

terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam,

mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber

kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus

bersama-sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal

ataupun eksternal. Contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,

kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

23

orang lain. Sedangkan contoh dari stresor internal : merasa gagal dalam

bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap

penyakit yang diderita.

Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang

mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan, menurut Stuart 2006; dan

Keliat 2002 terbagi dua, yakni :

a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang

percaya diri.

b. Lingkungan: ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik

interaksi sosial.

F. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.3 Kerangka teori modifikasi Keliat (2002); Stuart (2006) & Yosep (2009)

Faktor Predisposisi:

1. Faktor Biologis (Stuart, 2006; Yosep 2009)

2. Faktor Psikologis (Keliat, 2002; Yosep 2009)

3. Faktor Sosial budaya (Keliat, 2002; Stuart 2006)

4. Perilaku (Keliat, 2002)

5. Bioneurologis (Keliat, 2002) Resiko perilaku

kekerasan

Faktor Presipitasi:

1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri (Keliat, 2002; Stuart, 2006)

2. Lingkungan: ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial (Keliat, 2002; Stuart, 2006)

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasanrepository.ump.ac.id/514/3/INDRI MULYANI BAB II.pdf · diri atau kendali diri. Analisis Faktor yang ... Gambar 2. 1. Rentang Respon Kemarahan

24

G. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.4 Kerangka konsep penelitian.

H. Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya

masih perlu diteliti lebih lanjut (Arikunto, 2002). Hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang

Bima dan Sadewa RSUD Banyumas.

Ho : Tidak ada hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan

di ruang Bima dan Sadewa RSUD Banyumas.

1. Faktor Biologis

2. Faktor Psikologis

3. Faktor Sosial budaya

Resiko perilaku kekerasan

Analisis Faktor yang..., Indri Mulyani, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2013