bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/47111/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Showwam Azmi (2008), penelitian dengan judul Analisis Faktor-
Faktor yang mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah
pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2005-2008, hasil penelitian
menunjukkan kumpulan faktor internal dan eksternal yang dipilih yaitu
FDR, NPF, CAR, inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi terbukti
berpengaruh simultan atau bersama-sama secara signifikan terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah bank umum syariah. Untuk uji
parsial hanya CAR, inflasi dan suku bunga yang mampu berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah bank umum
syariah.14
Relevansi pertama antara penelitian yang dilakukan Showwam Azmi
(2008) dengan penelitian ini yaitu terdapat kesamaan variabel terikat dan
objek penelitiannya dalam penelitian ini periode 2014-2017. Sedangkan
Showwam Azmi (2008) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2005-2008 dan variabel bebas yang
diambil berbeda yakni faktor internal dan eksternal (FDR, NPF, CAR,
inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi).
14Showwam Azmi, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2005-2008, skripsi (Universitas Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008), diakses pada 13-02-2018
12
Rizki Aulia, dkk (2013), jurnal yang berjudul Pengaruh Bagi Hasil,
Bunga, Ukuran Bank dan Jumlah Cabang terhadap Simpanan Mudharabah,
hasil dari penelitian tingkat bagi hasil, suku bunga, ukuran bank syariah
dan jumlah kantor cabang berpengaruh secara simultan terhadap simpanan
mudharabah di bank umum syariah. Secara parsial tingkat bagi hasil yang
berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah di bank umum
syariah. Hal ini dapat diartikan apabila tingkat bagi hasil meningkat maka
jumlah simpanan mudharabah juga meningkat.15
Relevansi kedua penelitian ini dengan Rizki Aulia dkk (2013) terdapat
kesamaan variabel terikat dengan judul Pengaruh Bagi Hasil, Bunga,
Ukuran Bank dan Jumlah Cabang terhadap Simpanan Mudharabah.
Sedangkan penelitian ini variabel bebas berbeda dengan judul Pengaruh
FDR, BOPO dan CAR terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah.
Jamilah (2016), jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia, hasil penelitian variabel DPK dan CAR berpengaruh positif
terhadap pembiayaan mudharabah bank umum syariah Indonesia.
Sedangkan variabel ROA, biaya operasional (BOPO) berpengaruh negatif
terhadap mudharabah bank umum syariah Indonesia.16
15
Rizki Aulia, dkk, Pengaruh Bagi Hasil, Bunga, Ukuran Bank dan Jumlah Cabang terhadap
Simpanan Mudharabah, Accounting Analysis Journal 2 (4), (Universitas Negeri Semarang, 2013)
di akses 13-02-2018 16
Jamilah, Faktor-Faktor yang memepengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol.5 No.4, (sekolah tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia (STIESIA) surabaya, 2016), di akses pada 06-12-2017
13
Relevansi ketiga penelitian ini dengan Jamilah (2016) yang berjudul
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank
Umum Syariah di Indonesia dengan variabel DPK, CAR, ROA dan biaya
operasional (BOPO) terdapat kesamaan variabel bebas yaitu CAR dan
BOPO. Sedangkan penelitian ini berjudul Pengaruh Financing to Deposit
Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah Indonesia periode 2014-2017.
Devki Prasasti (2014), penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing, Spread Bagi
Hasil dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada
Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2008-2013), hasil penelitian
membuktikan bahwa NPF dan FDR mempunyai pengaruh negatif terhadap
pembiayaan bagi hasil, sedangkan Spread dan Tingkat Bagi Hasil
berpengaruh positif terhadap pembiayaan Bagi Hasil.17
Aida Sania Asri (2016), jurnal yang berjudul Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan
Syariah di Indonensia periode 2010-2014, hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terdapat variabel Tingkat Bagi
Hasil, FDR CAR, NPF, dan SWBI secara simultan terhadap pembiayaan
pada perbankan syariah, sedangkan secara parsial variabel CAR dan SWBI
17
Devki Prasasti, Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing,
Spread Bagi Hasil dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2008-2013), (Universitas Diponegoro Semarang, 2014) di
akses 20-01-2018
14
memiliki pengaruh yang signifikan dan Tingkat Bagi Hasil, FDR serta
NPF tidak berpengaruh secara signifikan.18
Novia Nurbiaty (2017), jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank
Syariah Mandiri Indonesia, hasil dari penelitian variabel NPF ini tidak
signifikan dan berpengaruh negatif terhadap penyaluran pembiayaan
berbasis bagi hasil pada BSM Indonesia. Sedangkan variabel Tingkat Bagi
Hagil dan DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan untuk Tingkat
Bagi Hasil, namun berpengaruh signifikan untuk DPK.19
Relevansi keempat, kelima dan keenam penelitian ini dengan Devki
Prasasti (2014), Aida Sania Asri (2016) dan Novia Nurbiaty (2017),
terdapat perbedaan variabel dan judul. Aida Sania Asri (2016) judul
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil pada Perbankan Syariah di Indonensia periode 2010-2014 dengan
variabel Tingkat Bagi Hasil, FDR CAR, NPF, dan SWBI. Devki Prasasti
(2014) yaitu Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Non
Performing Financing, Spread Bagi Hasil dan Tingkat Bagi Hasil terhadap
Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2008-2013). Novia Nurbiaty (2017), jurnal yang berjudul Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
18
Aida Sania Asri, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada Perbankan Syariah di Indonensia periode 2010-2014, jurnal volume 5 No. 3, (Universitas
Diponegoro, 2016), di akses pada 17-11-2017 19
Novia Nurbiaty, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil pada Bank Syariah Mandiri Indonesia, jurnal JOM Fekon Vol. 4 No.1, (Universitas Riau,
Pekanbaru , 2017) di akses pada 12-02-2018
15
pada Bank Syariah Mandiri Indonesia dengan variabel NPF. Sedangkan
penelitian ini meneliti Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah pada Bank
Umum Syariah Indonesia periode 2014-2017.
B. Tinjauan Teori
1. Bank Syariah
Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang
perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.20
Bank bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dan meningkatkan pemerataan pembanggunan dan menggerakkan
pertumbuhan ekonomi dan mendorong stabilitas nasional dengan
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di Indonesia menurut
jenisnya terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.21
Perkembangan dan pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia
diawali dengan berdirinya tiga Bank Pengkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) di Bandung tahun 1991. Kemudian diprakarsai oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) melalui lokakarya : Bunga Bank dan
20
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).
Hlm 25 21
Muhammad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2013). Hlm 5-6
16
Perbankan” di Cisarua, Bogor, 18-20 Agustus 1990. Kemudian di
bentuk tim kerja dan mendirikan PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
tahun 1991 dan beroperasi tahun 1992. Regulasi Bank Syariah,
diantaranya:
a) Undang-Undang No. 72 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah
menetapkan bahwa perbankan syariah di Indonensia menganut
dual banking system.
b) Teknis operasional produk dan transaksi syariah yang digunakan
pada bank syariah diatur oleh Fatwa DSN MUI.22
Bank syariah atau bank islam, Interest Free Banking atau
bank bagi hasil merujuk pada suatu objek yang sama. Pemberian
istilah ini merujuk pada asal-usul dan sifat bank syariah itu
sendiri. Bank syariah merupakan bank yang di bangun dengan
semangat dan tujuan menyelamatkan pelaku-pelaku ekonomi atau
manusia. Tetapi bukan berarti membiarkan bank syariah
bangkrut karena terlau condong pada nilai-nilai religi.
Implementasi ekonomi kelembagaan syariah harus
mempertahankan aturan main yang berkaitan dengan kondisi yang
harus dilakukan dan kondisi yang harus ditinggalkan dalam sistem
perekonomian yang islami, untuk mencapai kebaikan yang bernuansa
jasmani dan rohani atau kebaikan untuk di dunia dan di akhirat.23
22
Amiir Mahmud, Bank Syariah (Teori, Kebijakan, dan studi Empiris di Indonesia), (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2010), Hlm 21 23
Ibid. Hlm 21
17
Hal tersebut mendasarkan dengan firman Allah SWT yang
artinya: “Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-
banyaknya supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah [62]:10)
24
Uraian tersebut implementasi ekonomi kelembagaan syariah
selalu menciptakan keseimbangan sistem ekonomi yang
mengedepankan masalah jasmani dan rohani atau kondisi matrial dan
spiritual. Dengan demikian terdapat fungsi dan peran Bank Syariah: 25
a) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah
b) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya
c) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapaat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya
d) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada
entesitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban
untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan dan mendistribusikan) zakat serta dana-
dana lainnya
Ciri khas ekonomi Islam adalah anti riba. Konsep ini
menghapuskan semua jenis riba dalam setiap transaksi, baik di sektor
riil terlebih di sektor keuangan. Riba adalah az-ziyadah yang artinya
24
Muhammad Yunus, Tafsir Quran Karim Al-Jumu’ah [62]:10, (Singapore : Tawakal Trading,
1973), hlm 830 25
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah : Dalam Pusaran Perekonomian Global
Sebuah Tuntuta dan Realitas, (Surabaya : Putra Media Nusantara, 2009), hlm 44-45
18
tambahan atau kelebihan. Pengertian tambahan dalam konteks riba
yaitu tambahan uang atas pinjaman, baik tambahan itu berjumlah
sedikit apalagi berjumlah banyak. Para ulama fiqh yang juga
mendiskusikan riba sebagai kelebihan harta dalam suatu muamalah
degan tidak ada imbalan atau gantinya. Maksudnya adalah tambahan
terhadap modal uang yang timbul akibat transaksi utang piutang yang
harus diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utangnya
jatuh tempo.26
Perhitungan atas riba mengandung tiga unsur, pertama,
tambahan atas uang pokok, kedua, tarif tambahan yang sesuai dengan
waktu, ketiga, pembayaran sejumlah tambahan yangmenjadi syarat
dalam tawar menawar. Pengertian riba dalam bahasa yaitu tambahan
dengan maksud setiap penambahan yang diambil tanoa adanya satu
transaksi pengganti atau penyeimbang yag dibenarkan syariah,
sedangkan secara istilah riba adalah penambahan pada harta dalam
akad tukar-menukar tanpa adanya imbalan atau pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
Transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis
komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil.
Anti riba merupakan konsep yang diturunkan dari Al-Qur’an dan
Hadits Rasulullah SAW.27
Seperti Firman Allah SWT:
26
Rachmat Syafi’i, Fiqih Mu’amalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm 259 27
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Cetakan I, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010).Hlm 35-37
19
لل ا د ن ع و رب ي ل ف س نا ل ا ل وا م أ ف و رب ي ل ربا ن م م ت ي ت آ ا ومون ف ع ض م ل ا م ه ك ئ ول أ ف لل ا ه وج ون د ري ت ة ا زك ن م م ت ي ت آ ا وم
Artinya: “dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada
sisi Allah, dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
(QS. Ar-Rum: 39)28
2. Laporan Keuangan Syariah
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan pasal 34, setiap bank diwajibkan menyampaikan laporan
keuangan berupa neraca dan perhitungan laba atau rugi berdasarkan
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Laporan
keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank
yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
Laporan in juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama
satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak
manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta
mempertahankan kekuatan yang dimiliknya.29
Untuk mengetahui
kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat laporan keuangan
28
Muhammad Yunus, Tafsir Quran Karim Ar-Rum [30]:39, (Singapore : Tawakal Trading, 1973),
hlm 599 29
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah, (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2005). Hlm 253
20
yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga
sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut.30
Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen,
pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah bank, guna mengetahui
kondisi bank tersebut. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Laporan keuangan
syariah sebagian besar tidak berbeda dengan laporan keuangan yang
berlaku umum di Indonesia, baik dari segi bentuk maupun unsurnya.31
3. Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan merupakan suatu ukuran keberhasilan
kegiatan finansial yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
satu tahun. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran
kinerja keuangan adalah informasi keuangan, selain digunakan pihak
intern juga digunakan oleh pihak luar perusahaan. Informasi keuangan
yang ditunjukkan ke pihak luar perusahaan umumnya disajikan dalam
bentuk laporan keuangan.32
Bank umum atau yang lebih dikenal dengan nama bank komersil
merupakan bank yang paling banyak beredar di Indonesia. Bank
umum juga memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan
BPR, baik dalam bidang ragam pelayanan, produk-produk maupun
30
Ibid. Hlm 281 31
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyah Modern, (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2011). Hlm 77 32
Parju, Manajemen Keuangan, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, hlm 6
21
jangkauan wilayah operasinya. Artinya bank umum memiliki kegiatan
pemberian jasa yang paling lengkap dan dapat beroperasi diseluruh
wilayah Indonesia. Bank umum juga melaksanakan kegiatan usaha
konvensional dan atau prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tugas utamanya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya.33
Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa bank adalah lembaga
perantara antara unit surplus dana dengan unit minus dana, melalui
produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga atau bank yang
bersangkutan. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi
keuangan perusahaan pada suatau periode tertentu, baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja
keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian
kinerja.34
33
Abdul Malik, dkk, Sistem dan Manajemen Bank Umum, (Malang : Universitas Merdeka Malang,
2004), hlm 2 34
Ibid. Hlm 3-4
22
Pengukuran kinerja merupakan kualifikasi dan efisiensi serta
efektivitas perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode
akuntansi. Pengukuran kinerja digunakan perusahan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses
pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu.35
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek. Digunakan untuk menggambarkan seberapa
likuidnya suatu perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendek dengan menggunakan
aktiva lancar. Kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang segera
jatuh tempo.
Definisi lainnya terkait likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi seluruh liabilitas yang jatuh tempo
kurang dari satu tahun, perusahaan biasanya menggunakan asset-
asset yang likuid. Perusahaan bisa dikatakan likuid jika asset lancar
(likuid) yang dimiliki lebih besar dibandingkan liabilitasnya lancar
35
Dwi Suwiknyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2010), hlm 62
23
(berjangka pendek). Oleh karena itu, bank manapun akan memiliki
masalah likuiditas karena mayoritas assetnya merupakan asset yang
tidak likuid.36
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan
mempertimbangkan dampak dari ketidakmampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas
menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan, juga
berarti pembatasan kesempatan dan tindakan manajemen. Masalah
likuiditas yang lebih parah mencerminkan ketidakmampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar.
Masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi dan
aktiva dengan terpaksa dan bukan mengarah pada kebangkrutan,
sehingga jika suatu perusahaan gagal memenuhi kewajiban
lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan.
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam
menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-
kewajiban maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada
nasabahnya setiap saat.37
b. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Artinya, berapa besar
beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
36
Ibid, hlm 64 37
Herman Darmawi. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). Hlm 59
24
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.38
c. Rasio Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan
antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Bank
adalah bisnis yang berusaha mencari laba yang wajar dengan
memperhatikan kendala likuiditas dan keamanan operasional. Pada
saat yang sama perbankan harus memikul tanggung jawab yang
penting.
Masyarakat umum jangan sampai meragukan solvabilitas,
likuiditas, integritas sistem perbankan dan sebisa mungkin
memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Pertengahan antara kepentingan likuiditas dan rentabilitas,
merupakan dilema yang selalu dihadapi manajer bank.39
4. Simpanan Tabungan
Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008, yang dimaksud tabungan adalah simpanan berdasarkan akad
wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
38
Ibid, hlm 64-65 39
Herman Darmawi. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). Hlm 66
25
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan dengan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan alat itu.
Tabungan terdiri dari dua jenis: 1. Tabungan yang tidak
dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan
berhitungan bunga; 2. Tabungan yang dibenarkan secara syariah yaitu
tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.
Tabungan merupakan simpanan yang paling populer dikalangan
masyarakat umum. Dari sejak anak-anak sudah dianjurkan untuk
menabung.
Sesuai dengan perkembangan zaman, kegiatan menabung sudah
beralih dari rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Seperti halnya
simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syarat-syarat
tertentu bagi pemegangnya dan persyaratan masing-masing bank
berbeda-beda. Tujuan nasabah menyimpan uang di rekening tabungan
saja berbeda, demikian pula sasaran bank dalam memasarkan produk
tabungannya juga berbeda sesuai dengan sasaran yang diinginkan.40
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan
Nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan alat lainnya yang
40
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hlm 83
26
dipersamakan dengan itu. Penarikan hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk
menarik uang yang disimpan di rekening tabungan anatar satu bank
dengan bank lain yang berbeda.41
5. Tingkat Bagi Hasil
Salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal dan
seseorang adalah bagi hasil, yang dilandasi oleh rasa tolong-
menolong. Sebab ada orang yang mempunyai modal, tetapi tidak
mempunyai keahlian dalam menjalankan roda perusahaan. Dengan
demikian, apabila ada kerja sama dalam menggerakkan roda
perekonomian, maka kedua belah pihak akan mendapatkan
keuntungan modal dan skill (keterampilan) dipadukan menjadi satu.
Kerja sama dalam bentuk ini disebut mudharabah. Ulama fiqih
mendefinisikan mudharabah atau qiradh dengan “pemilik modal
menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk
diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut
kesepakatan bersama. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian itu
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal. Hal ini hendaknya dapat
dipahami, bahwa yang rugi tidak hanya pemilik modal saja, tetapi juga
pekerja (pelaksana), yaitu rugi fikiran dan tenaga.42
Syarat-syarat
mudharabah adalah sebagai berikut:
41
Ibid 84 42
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004),
hlm 169-171
27
a. Syarat yang berkaitan dengan orang yang melakukan transaksi,
harus orang yang cakap bertindak atas nama hukum dan cakap
diangkat sebagai wakil
b. Syarat yang berkaitan dengan modal, terdapat : berbentuk uang;
jelas jumlahnya; tunai; diserahkan sepenuhnya ke pedagang itu
c. Syarat yang berkaitan dengan keuntungan, bahwa pembagian
keuntungan harus jelas presentasenya seperti 60% : 40%, 50% :
50% dan sebagainya menurut kesepakatan bersama
6. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
jumlah pembiayaan dengan jumlah dana pihak ketiga (DPK) atau
seberapa besar dana bank dilepaskan sebagai pembiayaan/kredit.
Dengan kata lain yaitu rasio yang menggambarkan tingkat
kemampuan bank syariah dalam mengembalikan dana kepada pihak
ketiga melalui keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan
mudharabah.43
Rumusnya :
Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan
FDR = x 100%
Total Dana
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh
bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman
43
Veithzal Rivai, Islamic Banking (Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi),( Jakarta : Bumi Aksara,
2010), hlm 784
28
yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu
mencakup tabungan, giro, dan deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) tersebut menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka
pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara
otomatis laba juga akan mengalami kenaikan.44
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan
dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali
semua deposannya, serta dapat memenuhi semua permintaan
pembiayaan/kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Salah
satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah dengan
menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar
dana bank diberikan sebagai pembiayaan/kredit.
Ketentuan Bank Indonesia tentang FDR yaitu perhitungan rasio
80% hingga dibawah 110%. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain
dilakukan dengan tetap menjaga likuiditannya sehinggga bank dapat
memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau
mencairkan uangnya.45
44
Veithzal Rivai. Islamic Banking (Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi). (Jakarta : Bumi Aksara,
2010). Hlm 785 45
Ibid, hlm 785
29
7. Capital Adequacy Ratio
CAR atau Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya pembiayaan yang diberikan. Besaran CAR dihitung dengan
membandingkan antara modal bank dan Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.46
Penambahan modal bank oleh para pemegang saham akan
sangat membantu untuk menciptakan pengaruh kepada keuangan yang
baik. Keadaan ini akan mampu meningkatkan laba yang dihasilkan
oleh suatu bank maka semakin besar kesempatan bank untuk
melakukan ekspansi aktivanya yang perlu didukung dengan
pembiayaan dari sisi dananya. Semakin besar rasio CAR maka
menunjukkan indikasi bank dinilai masih dalam batas aman dalam
operasinya.
Keadaan permodalan yang memadai ini akan menjaga
kepercayaan masyarakat untuk tetap menyimpan dananya di bank.
Sebalikanya, CAR yang kecil akan meningkatkan risiko kegagalan
bank tersebut.47
46
Ibid, hlm 121 47 Herman Darmawi. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). Hlm 18
30
Rumus yang dipakai dalam mengukur modal:48
Modal
CAR = x100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
8. Biaya Operasional Pendapatan Operasional
BOPO atau Biaya Operasional Pendapatan Operasional
merupakan salah satu Tingkat efisiensi kinerja operasional perbankan
juga tidak kalah penting. Dimana tingkat operasional ini sering diukur
menggunakan beban operasional terhadap pendapatan operasional
atau bisa disingkat dengan BOPO. Semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien dalam mengeluarkan biaya guna mendapatkan
pendapatan.
Bank yang tidak beroperasi dengan efisien dapat diindikasikan
dengan nilai rasio BOPO yang tinggi sehingga kemungkinan besar
bank tersebut dalam kondisi bermasalah. Modal merupakan suatu
faktor penting agar suatu perusahaan dapat beroperasi termasuk juga
bagi bank. Modal bank juga digunakan untuk menjaga kemungkinan
timbulnya risiko. Untuk menanggulangi kemungkinan risiko yang
terjadi, maka suatu bank harus menyediakan penyediaan modal
minimum.49
48
Herman Darmawi. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). Hlm 97 49 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Putra, 2005), hlm 121
31
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan biaya
operasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Biaya
operasi merupakan seluruh dana atau biaya yang dikeluarkan oleh
pihak bank terkait kegiatan-kegiatan pokok (seperti biaya tenaga
kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lain) yang dilakukan oleh
pihak bank itu sendiri.50
Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu
pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari penempatan dana dalam
bentuk pembiayaan dan pendapatan operasi lainnya. Rasio BOPO
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil BOPO
maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan.
Kegiatan operasional bank dalam menyalurkan pembiayaan
akan terhambat jika bank tersebut dalam kondisi bermasalah. Jika
bank bisa efisien dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba
yang dapat dicapai akan semakin meningkat.51
Rumus yang digunakan
dalam menentukan biaya operasional :
Biaya Operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
50
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Putra, 2005), hlm 121 51 Ibid, hlm 121
32
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan
Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah
Yaitu salah satu indikator likuiditas bank adalah loan to deposit
ratio atau dalam perbankan syariah disebut dengan financing to
deposit ratio (FDR). Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit atau pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio FDR menunjukkan kemampuan bank dalam
membayar kewajibannya yang semakin rendah atau dapat dikatakan
bahwa likuiditasnya rendah. Namun nilai FDR yang tinggi
menunjukkan kemampuan bank dalam memberikan pembiayaan
kepada nasabah yang semakin meningkat. Hubungan antara kedua
variabel ini berpengaruh. Maka, peneliti juga dikuatkan oleh beberapa
penelitian.52
Devki Prasasti (2014), yang berjudul Analisis Pengaruh Financing
to Deposit Ratio, Non Performing Financing, Spread Bagi Hasil dan
Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2008-2013), hasil penelitian
membuktikan bahwa NPF dan FDR mempunyai pengaruh negatif
52
Veithzal Rivai. Islamic Banking (Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi). (Jakarta : Bumi Aksara,
2010). Hlm 785
33
terhadap pembiayaan bagi hasil, sedangkan Spread dan Tingkat Bagi
Hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan Bagi Hasil.53
Rizki Aulia, dkk (2013), jurnal yang berjudul Pengaruh Bagi Hasil,
Bunga, Ukuran Bank dan Jumlah Cabang terhadap Simpanan
Mudharabah, hasil dari penelitian tingkat bagi hasil, suku bunga,
ukuran bank syariah dan jumlah kantor cabang berpengaruh secara
simultan terhadap simpanan mudharabah di bank umum syariah.
Secara parsial tingkat bagi hasil yang berpengaruh terhadap simpanan
mudharabah di bank umum syariah.54
Hal ini dapat diartikan apabila tingkat bagi hasil meningkat maka
jumlah simpanan mudharabah juga meningkat. Berdasarkan kajian
teori dan penelitian terdahulu maka diperoleh hipotesis sebagai
berikut: Variabel FDR berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil
simpanan mudharabah bank umum syariah
2. Hubungan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Tingkat
Bagi Hasil Simpanan Mudharabah
Yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan
rasio kecukupan modal, mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko.
53
Devki Prasasti, Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing,
Spread Bagi Hasil dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2008-2013), (Universitas Diponegoro Semarang, 2014) di
akses 20-01-2018 54
Rizki Aulia, dkk, Pengaruh Bagi Hasil, Bunga, Ukuran Bank dan Jumlah Cabang terhadap
Simpanan Mudharabah, Accounting Analysis Journal 2 (4), (Universitas Negeri Semarang, 2013)
di akses 13-02-2018
34
Rasio kecukupan modal ini merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
beresiko. Sehingga dengan meningkatnya modal sendiri maka
kesehatan bank yang terkait dengan rasio permodalan (CAR) semakin
meningkat dan dengan modal yang besar maka kesempatan untuk
memperoleh laba peru semakin besar.
Adanya modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam
menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang
menguntungkan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi
CAR, maka semakin tinggi pula ROA. Hal ini yang menunjukkan
bahwa CAR yang semakin meningkat berpengaruh pada ROA yang
semakin meningkat pula. Jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut
mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank
tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas. Maka, peneliti juga dikuatkan oleh beberapa
penelitian.55
Showwam Azmi (2008), penelitian dengan judul Analisis Faktor-
Faktor yang mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2005-
2008, hasil penelitian menunjukkan kumpulan faktor internal dan
eksternal yang dipilih yaitu FDR, NPF, CAR, inflasi, suku bunga,
55
Herman Darmawi. Manajemen Perbankan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). Hlm 97
35
pertumbuhan ekonomi terbukti berpengaruh simultan atau bersama-
sama terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah bank umum
syariah. Untuk uji parsial hanya CAR, inflasi dan suku bunga yang
mampu berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah bank umum syariah.56
Aida Sania Asri (2016), jurnal yang berjudul Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada
Perbankan Syariah di Indonensia periode 2010-2014, hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terdapat
variabel Tingkat Bagi Hasil, FDR CAR, NPF, dan SWBI secara
simultan terhadap pembiayaan pada perbankan syariah, sedangkan
secara parsial variabel CAR dan SWBI memiliki pengaruh dan
Tingkat Bagi Hasil, FDR serta NPF tidak berpengaruh.57
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu maka diperoleh
hipotesis sebagai berikut: variabel CAR berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil simpanan mudharabah bank umum syariah
3. Hubungan antara Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) dengan Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah
Merupakan guna untuk mengukur efisiensi bank, salah satu
indikator yang dipakai adalah perbandingan antara beban operasional
56
Showwam Azmi, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2005-2008, skripsi (Universitas Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008), diakses pada 13-02-2018 57
Aida Sania Asri, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada Perbankan Syariah di Indonensia periode 2010-2014, jurnal volume 5 No. 3, (Universitas
Diponegoro, 2016), di akses pada 17-11-2017
36
terhadap pendapatan operasional (BOPO). Semakin kecil rasio BOPO
berarti semakin efisien beban operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Efisiensi operasi juga berpengaruh
terhadap kinerja bank yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.
Secara teoritis, efisiensi produksi bank syariah dalam
mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan
merupakan salah satu bentuk mekanisme produksi bank agar dapat
menghasilkan pendapatan yang paling tinggi dari suatu investasi. Nilai
BOPO menurun apabila biaya operasional menurun di lain pihak
pendapatan operasional tetap, dan juga apabila biaya operasional tetap
di lain pihak pendapatan operasional meningkat. Semakin rendah
BOPO maka bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya dalam
bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat menghasilkan
pendapatan yang paling tinggi.58
Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat.
Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil
yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi tingkat
bagi hasil yang diterima oleh para nasabah. Maka, peneliti juga
dikuatkan oleh beberapa penelitian.
58
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Putra, 2005), hlm 121
37
Jamilah (2016), jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah
di Indonesia, hasil penelitian variabel DPK dan CAR berpengaruh
positif terhadap pembiayaan mudharabah bank umum syariah
Indonesia. Sedangkan variabel ROA, biaya operasional (BOPO)
berpengaruh negatif terhadap mudharabah bank umum syariah
Indonesia.59
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu maka diperoleh
hipotesis sebagai berikut: Variabel BOPO berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah bank umum syariah
D. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan
hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran apa yang dijadikan variabel
terikat dan variabel-variabel yang tidak terikat atau bebas dituangkan
dalam model penelitian sebagai berikut:
59
Jamilah, Faktor-Faktor yang memepengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol.5 No.4, (sekolah tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia (STIESIA) surabaya, 2016), di akses pada 06-12-2017
38
Tingkat Bagi Hasil
Simpanan Mudharabah
(Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sementara peneliti tentang hubungan
antar variabel-variabel serta merupakan pernyataan yang paling spesifik.60
Hipotesis yang dinyatakan peneliti yaitu: Variabel FDR, CAR dan BOPO
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudhrabah bank umum
syariah Indonesia periode 2014-2017.
60
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis
Tesis, (Jakarta : Erlangga. 2003), hlm 130
Financing to Deposit Ratio (X₁)
Capital Adequacy Ratio (X₂)
Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (X3)