bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan penelitian …eprints.umm.ac.id/42039/3/bab ii.pdfmetode...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan oleh Imam
Mukhlis tahun 2010 dengan judul “Kausalitas Antara Nilai Tukar Rupiah
atau Dolar Amerika Serikat dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Variabel
penelitian yang digunakan adalah Nilai Tukar Rupiah atau Dolar Amerika
Serikat dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat analisis
Granger Causality Test. Dari Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya
hubungan kausal antara Nilai Tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat
dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1975 sampai dengan
tahun 2004 bersifat Undirectional Causality dari LPDB (Produk Domestik
Bruto) ke LKURS (Nilai Tukar Rupiah). Selanjutnya perbedaan peneliti
terdahulu dengan peneliti adalah kalau peneliti terdahulu menggunakan data
tahun 1975-2004, sedangkan peneliti fokus meneliti data tahun 2004-2016
kemudian peneliti juga fokus pada tinjauan perspektif Islam. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menempatkan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dolar Amerika Serikat dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sebagai
variabel Independen dan Dependen.
Peneliti kedua dilakukan oleh Yeniwati tahun 2009 dengan judul
“Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika”. Variabel
penelitian yang digunakan adalah Kurs dan Inflasi dan Tingkat Suku Bunga.
10
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan alat analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel moneter Inflasi dan suku bunga mempengaruhi
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hubungan antara inflasi dengan
nilai tukar adalah negative. Selanjutnya perbedaan peneliti terdahulu dengan
peneliti adalah kalau peneliti terdahulu menggunakan variabel Inflasi,
sedangkan peneliti tidak menggunakan variabel Inflasi. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menempatkan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dolar Amerika sebagai variabel Independen.
Peneliti ketiga dilakukan oleh Oktaria, dkk tahun 2013 dengan judul
“Analisis Kausalitas Antara Capital Inflow Dan Nilai Tukar Di Indonesia”.
Variabel penelitian yang digunakan adalah Capital Inflow dan Nilai Tukar.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan alat analisis Granger Causality Test, and Vector Error
Correction Model (VECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan satu arah antara capital inflow dan nilai tukar, yang artinya
ketika Rupiah berfluktuasi akan mempengaruhi perkembangan capital inflow.
Selanjutnya perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti adalah kalau peneliti
terdahulu menggunakan variabel Capital Inflow, sedangkan peneliti tidak
menggunakan variabel Capital Inflow. Persamaan pada penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan alat analis Granger Causality Test.
Penelitian keempat dilakukan oleh Agung Praditya tahun 2012 dengan
judul “Analisis Pengaruh Capital Inflow Terhadap Nilai Tukar Rupiah”.
Variabel penelitian yang digunakan adalah Capital Inflow, Nilai Tukar,
11
Inflasi, Suku Bunga, Trade Openness, dan GDP. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan alat analisis
Vector Error Correction Model (VECM). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Capital Inflow pada jangka pendek tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, sedangkan pada jangka
panjang Capital Inflow mempunyai 33 pengaruh positif terhadap nilai tukar
rill yang signifikan secara statistik. Selanjutnya perbedaan peneliti terdahulu
dengan peneliti adalah kalau peneliti terdahulu menggunakan variabel Capital
Inflow, Inflasi, Suku Bunga, Trade Openness, dan GDP, sedangkan peneliti
tidak menggunakan variabel Capital Inflow, Inflasi, Suku Bunga, Trade
Openness, dan GDP. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang Nilai Tukar Rupiah.
Penelitian kelima dilakukan oleh Dimas Ariyoudo, dkk tahun 2016
dengan judul “Analisis Hubungan Kausalitas Antara Kurs Dolar Amerika
Serikat Dan Indeks LQ45 Serta Pengaruh Inflasi Dan BI Rate Terhadap
Kurs Dolar Amerika Serikat Periode 2006-2016”. Variabel penelitian yang
digunakan adalah Indeks LQ45, Kurs Dolar Amerika Serikat, Inflasi, BI Rate.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan alat analisis VAR Estimates, Granger Causality Test, and
Analisis of Impluse Response Function and Variance Decomposition. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kausal searah dari indeks
LQ45 menjadi nilai tukar, nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap
Indeks LQ45, inflasi memiliki dampak signifikan dan negatif terhadap indeks
LQ45, inflasi berpengaruh signifikan. Selanjutnya perbedaan peneliti
12
terdahulu dengan peneliti adalah kalau peneliti terdahulu menggunakan
variabel Indeks LQ45, Inflasi, BI Rate, sedangkan peneliti tidak
menggunakan variabel Indeks LQ45, Inflasi, BI Rate. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama menempatkan Kurs Dolar Amerika Serikat
sebagai variabel Independen.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti Judul Variabel Alat Analisis
Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
1. Imam Mukhlis (2010)
Kausalitas Antara Nilai Tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nilai Tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Granger Causality Test
Temuan yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan kausal antara nilai tukar mata uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 1975-2004 bersifat Undirectional Causality dari LPDB ke LKURS.
Penelitian saya menggunakan data tahun 2004-2016 dan memakai tinjauan perspektif Islam.
Terdapat persamaan variabel dan menggunakan alat analisis yang sama.
2. Yeniwati
Analisis perubahan
Kurs, Inflasi dan
Regresi berganda
Variabel moneter
Penelitian saya
Variabel sama-
13
(2009) kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat
tingkat suku bunga
inflasi dan suku bunga mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Hubungan antara inflasi dengan nilai tukar adalah negatif
menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia dan tinjauan perspektif Islam, alat analisis menggunakan Granger Causality Test
sama menggunakan Kurs (nilai tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat)
3. Oktarina, dkk (2013)
Analisis Kausalitas antara Capital Inflow dan nilai tukar di Indonesia
Capital Inflow dan nilai tukar
Granger Causality Test, and Vector Error Correction Model (VECM)
Terdapat hubungan satu arah antara capital inflow dan nilai tukar, yang artinya ketika Rupiah berfluktuasi akan mempengaruhi perkembangan capital inflow
Penelitian saya menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia dan tinjauan perspektif Islam
Variabel sama-sama menggunakan nilai tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat dan menggunakan alat analisis Granger Causality Test
4. Agung Praditya (2012)
Analisis Pengaruh Capital Inflow Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Capital Inflow dan Nilai Tukar Rupiah
Vertor Error Correction Model (VECM)
Capital Inflow pada jangka pendek tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
Penelitian saya menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia dan tinjauan
Variabel sama-sama menggunakan nilai tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat
14
terhadap nilai tukar Rupiah. Sedangkan pada jangka panjang Capital Inflow mempunyai 33 pengaruh positif terhadap nilai tukar yang signifikan secara statistik
perspektif Islam, alat analisis menggunakan Granger Causality Test
5. Dimas Ariyoudo, dkk (2016)
Analisis hubungan kausalitas antara kurs Dolar AmerikaSerikat dan Indeks LQ45 serta BI Rate periode 2006-2016
Indeks LQ45, Kurs Dolar Amerika Serikat, Inflasi, Bi Rate
VAR Estimates, Granger Causality Test, and Analysis Of Impulse Response Function and Varian Decomposition
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kausal searah dari Indeks LQ45 menjadi nilai tukar, nilai tukar tidak berpengarus signifikan terhadap Indeks LQ45
Penelitian saya menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia dan tinjauan perspektif Islam
Variabel sama-sama menggunakan nilai tukar Rupiah dan Dolar Amerika Serikat dan menggunakan alat analisis Granger Causality Test
15
B. Landasan Teori
1. Nilai Tukar
1.1. Pengertian Nilai Tukar/Kurs (Exchange Rate)
Menurut Krugman dan Obstfeld nilai tukar merupakan harga suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya9. Kemudian dalam bukunya
menurut Lindert dan Kindlberger nilai tukar adalah suatu jenis harga
atau nilai uang suatu negara yang diukur oleh uang negara-negara
lain10. Sedangkan menurut Ekananda nilai tukar merupakan
perbandingan relatif harga suatu mata uang terhadap mata uang asing
lainnya11. Pengertian nilai tukar dan kurs menurut Salvatore yakni
harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Namun demikian
Salvatore memberikan makna istilah yang berbeda antara kurs dan
nilai tukar, sebagai contoh, jika semula nilai US $1 = Rp1.000
kemudian menjadi US $1 = Rp2.000, maka kurs rupiah naik karena
angkanya semakin besar namun nilai tukarnya turun, sebaliknya kurs
dolar turun, namun nilai tukarnya naik atau menjadi lebih kuat12.
Nilai tukar juga dapat mencerminkan kinerja perekonomian suatu
negara. Merosotnya nilai tukar merefleksikan menurunnya permintaan
masyarakat akan mata uang tersebut disebabkan oleh menurunnya
kinerja perekonomian nasional atau disebabkan oleh meningkatnya
kinerja perekonomian negara mata uang devisa dollar. Sebaliknya
9Paul R Krugman & Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan (Buku
Kedua. Jakarta: Rajawali Press, 1992), hal. 40. 10 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Erlangga,1988), hal. 336. 11 Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hal. 152. 12 Dominick Salvatore, Ekonomi Internasional (Edisi Kelima. Jilid Kedua. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1997), hal. 9.
16
semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti
menggambarkan kinerja perekonomian nasional yang semakin
menunjukkan perbaikan13.
1.2. Sistem Nilai Tukar
Secara umum sistem nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua
macam, yakni sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan sistem
nilai tukar mengambang (flexible exchange rate)14. Namun demikian
menurut Mahyus Ekananda sistem nilai tukar terdapat 4 macam,
antara lain:
1.2.1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)
Sistem nilai tukar tetap adalah nilai tukar mata uang yang
dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi pada
rentang yang sempit. Dalam sistem ini, pemerintah atau bank
sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif
dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta
asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah
ditentukan15.
1.2.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang (flexible exchange rate)
Dalam sistem ini, nilai tukar suatu mata uang diambangkan
terhadap mata uang asing. Dengan demikian, perubahan nilai
tukar ditentukan oleh mekanisme pasar, tanpa harus
melibatkan campur tangan otoritas moneter. Nilai tukar
13 Heru Nugroho, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Indeks LQ45: Studi kasus pada BEI periode 2002-2007 (Thesis Program Studi Magister Manajemen. Semarang. Universitas Diponegoro, 2008).
14 Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hal. 314. 15 Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hal. 315.
17
ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari
pemerintah16.
1.2.3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (manage
floating exchange rate)
Sistem mengambang terkendali adalah sistem nilai tukar
yang berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas.
Fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari
dan tidak memiliki batasan-batasan resmi, namun pemerintah
sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindari
fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Sistem ini dapat
dinyatakan sebagai penggabungan antara sistem nilai kurs
tetap dan sistem kurs mengambang17.
1.2.4. Sistem Nilai Tukar Terikat (pegged exchange rate)
Sistem ini merupakan sistem di mana mata uang lokal
diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah
jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti
fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut18.
1.3. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Nilai Tukar
Menurut Lindert & Kindleberger beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan-perubahan nilai tukar pada suatu negara
antara lain:19
16 Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hal. 316. 17 Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hal. 317. 18 Mahyus Ekananda, Ekonomi Internasional (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), hal. 318. 19 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1988), hal. 361-366.
18
1.3.1. Permintaan dan Penawaran Terhadap Mata Uang Terkait
Mata uang pada saat ini telah dianggap layaknya sebagai
komoditi yang dapat diperjual belikan. Sehingga pengaruh dari
hukum permintaan dan penawaran pada komoditi juga berlaku
pada mata uang. Apalagi jika sistem kurs yang dianut
merupakan sistem mengambang bebas (floating system),
hukum permintaan dan penawaran akan menjadi faktor yang
memiliki persentase terbesar20.
1.3.2. Jumlah Uang Beredar
Pengurangan atau penambahan uang yang beredar di
masyarakat akan mempengaruhi nilai mata uang suatu negara,
setiap pengurangan yang dilakukan otoritas moneter dalam
suatu negara, maka mata uang negara tersebut akan menjadi
langka dan karenanya nilai mata uang tersebut lebih bernilai.
Begitupun sebaliknya jika jumlah uang yang beredar
ditambah21.
1.3.3. Pendapatan Riil atau Nyata
Penalaran yang sama dapat digambarkan untuk mengetahui
dampak pengaruh pendapatan riil terhadap nilai tukar,
misalnya pendapatan riil pada suatu negara bertambah
diakibatkan cadangan minyak baru yang ditemukan. Tambahan
penjualan minyak tersebut akan mengakibatkan permintaan
20 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1988), hal. 362. 21 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1988), hal. 361.
19
baru terhadap mata uang poundsterling untuk membeli minyak
tersebut22.
1.3.4. Tingkat Suku Bunga
Jika suatu suku bunga di dalam negeri meningkat sebesar
satu persen sedangkan suku bunga di luar negeri tetap konstan
maka para investor akan mendapat tambahan alasan untuk
membeli dolar di pasar tunai23.
1.3.5. Ekspektasi dan Harapan Nilai Tukar
Faktor moral yang satu ini bersifat sangat sensitif dan tidak
terduga, isu dan wacana buruk akan menghasilkan sentimen
negatif terhadap pergerakan nilai tukar. Karena pada dasarnya
setiap permintaan pada mata uang suatu negara memiliki
hubungan dengan harapan dan ekspektasi investor pada nilai
tukar.24
1.3.6. Neraca Perdagangan
Nilai tukar amat bereaksi cepat terhadap faktor neraca
perdagangan, yakni surplus atau defisit netto suatu negara dari
ekspor terhadap impor. Sebagai contoh, defisit neraca
pembayaran yang terjadi secara implisit menggambarkan
kinerja yang kurang baik pada perekonomian negara tersebut25.
22 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988), hal. 363.
23 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988), hal. 364.
24 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988), hal. 365.
25 Peter H Lindert & Charles P Kindleberger, Ekonomi Internasional (Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988), hal. 366.
20
1.3.7. Tingkat Inflasi
Tingkat perubahan harga barang dan jasa dalam negeri
yang relatif terhadap harga barang dan jasa di negara lain yang
mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang negara lain.
Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi permintaan
barang dan jasa pada negara tersebut, yang kemudian akan
berimplikasi kepada permintaan mata uang negara tersebut26.
1.4. Kebijakan Nilai Tukar Uang
Nilai tukar mata uang asing dapat digunakan untuk membeli aset
finansial seperti obligasi, saham, options, treasury bills, warrants,
futures. Apabila warga negara Indonesia pergi ke negara lain,
kemungkinan warga negara tersebut ingin membeli mata uang negara
yang dikunjunginya dengan mata uang Rupiah dengan nilai tukar
mata uang yang sudah berlaku. Maka setiap mata uang Dollar
Singapura (SGD) 1 berharga mata uang Rupiah (IDR) 5.000 maka
sebaliknya dapat juga diekspresikan yaitu setiap mata uang Rupiah
(IDR) 50 berharga mata uang Dollar Singapura (SGD) 1 sen. Semakin
tinggi harga mata uang pada Dollar Singapura (SGD), maka semakin
rendah harga mata uang Rupiah di negara tersebut27.
Pada penulisan ini, supaya memberikan kemudahan, akan
diasumsikan bahwa terdapat dua negara yang melakukan transaksi
perdagangan internasional, yaitu negara dalam negeri dan negara lain.
Dalam suatu negara, Bank Sentral adalah satu-satunya institusi resmi
26 ibid. 27 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 160.
21
yang dapat mengubah penawaran mata uang dari negara tersebut.
Bank Sentral dalam melakukan transaksi menjual dan membeli mata
uang asing. Setiap Bank Sentral mempunyai dua rezim kebijakan nilai
tukar yang berbeda yaitu:28
1) Rezim Nilai Tukar Dipagu: yaitu bila otoritas keuangan suatu
negara menetapkan suatu nilai tukar uang tertentu untuk mata
uangnya;
2) Rezim Nilai Tukar Fleksibel: yaitu bila nilai tukar mata uang
suatu negara adalah ditentukan oleh keseimbangan yang terjadi
di pasar pertukaran uangnya.
3. Nilai Tukar Islam
Seperti juga dalam bagian tulisan sebelumnya yang membahas tentang
inflasi, penyebab dari apresiasi atau depresiasi (fluktuasi) nilai tukar
dalam Islam dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Natural;
2) Human Error.
Dalam nilai tukar menurut Islam akan dipakai dua skenario yaitu:29
1) Skenario pertama: terjadi perubahan harga di dalam negeri yang
mempengaruhi nilai tukar uang (faktor luar negeri dianggap tidak
berubah atau berpengaruh);
2) Skenario kedua: terjadi perubahan harga di luar negeri (faktor di
dalam negeri di anggap tidak berubah atau berpengaruh).
28 Ibid. 29 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 168.
22
Oleh sebab itu, perlu untuk diingat bahwa kebijakan nilai tukar
mata uang dalam Islam dapat dikatakan menganut sistem ‘Managed
Floating’, dimana nilai tukar tersebut hasil dari kebijakan pemerintah
(bukan merupakan cara atau kebijakan itu sendiri) karena pemerintah tidak
ikut campur yang terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang
mengganggu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa dikatakan bahwa suatu
nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari kebijakan pemerintah
yang tepat.30
2.1. Perubahan Harga Terjadi di Dalam Negeri
Sebab terjadinya fluktuasi sebuah mata uang dapat dikelompokkan
sebagi berikut:
a. Natural Exchange Rate Fluctuation:
1) Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi
pada permintaan Agregatif (AD): Sama seperti pembahasan pada
bagian inflasi, ekspansi AD naik (AD) akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga secara keseluruhan (P). Seperti kita ketahui bahwa P = e
P’, jika tingkat harga dalam negeri naik (PIDR) sedangkan tingkat harga
di luar negeri (PSGD) tetap maka nilai tukar mata uang akan mengalami
depresiasi naik (e). Sebaliknya, jika AD mengalami kontraksi turun
(AD) maka tingkat harga akan mengalami penurunan (P), yang akan
mengakibatkan nilai tukar mengalami apresiasi menurun (e);
2) Fluktuasi nilai tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi
pada Penawaran Agregatif (AS): Jika Amerika Serikat mengalami
30 Ibid.
23
kontraksi menurun (AS), maka akan berakibat pada naiknya tingkat
harga secara keseluruhan (P), yang kemudian akan mengakibatkan
melemahnya (depresiasi) nilai tukar naik (e). Sebaliknya, jika Amerika
Serikat mengalami ekspansi naik (AS) maka akan berakibat pada
turunnya tingkat harga secara keseluruhan (P) yang akan
mengakibatkan menguatnya (apresiasi) nilai tukar menurun (e);
b. Human Error Exchange Rate Fluctuation:31
1) Corruption dan Bad Administration: korupsi dan administrasi yang
buruk mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang disebabkan oleh
terjadinya misallocation of resources serta mark-up yang tinggi yang
harus dilakukan oleh produsen untuk menutupi ‘biaya-biaya yang tidak
nampak’ dalam proses produksinya. Akibat dari adanya hal tersebut,
tingkat harga secara keseluruhan akan mengalami kenaikan (P). Jika
merujuk pada persamaan P = e P’, maka naiknya tingkat harga akan
mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai tukar uang naik (e);32
2) Excessive Tax: Pajak penjualan yang sangat tinggi yang dibebankan
pada barang dan jasa akan mengakibatkan naiknya harga jual dari
barang dan jasa tersebut. Secara agregatif, tingkat harga-harga akan
mengalami kenaikan (P). Jika kita merunjuk kembali pada persamaan P
= e P’, kesimpulannya adalah bahwa tingkat pajak yang sangat tinggi
akan mengakibatkan pada melemahnya (depresiasi) nilai tukar uang
naik (e);33
31 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 169. 32 Ibid. 33 Ibid.
24
3) Excessive Seignorage: yang berarti pencetak full-bodied money atau
100% reserve money, jika uang yang dicetak selain dari kedua jenis itu
maka akan menyebabkan kenaikan tingkat harga secara umum. dampak
yang ditimbulkan oleh pencetakan uang yang berlebihan (melebihi
kebutuhan sektor rill) adalah kenaikan tingkat harga secara keseluruhan
(P) atau inflasi. Merunjuk kembali pada persamaan paritas daya beli
yaitu P = e P’, jika tingkat harga dalam negeri mengalami kenaikan (P)
sementara tingkat harga luar negeri tetap maka nilai tukar uang akan
mengalami depresiasi naik (e).34
2.2. Perubahan Harga Terjadi di Luar Negeri
Bahwa di dalam negeri tidak terjadi perubahan harga yang
menyebabkan nilai tukar uang. Perubahan harga yang terjadi di luar negeri
bisa di golongkan karena dua sebab yaitu:35
1) Non-Engineered/Non-Manipulated Changes:
Disebut sebagai Non-Engineered/Non-Manipulated Changes
adalah karena perubahan yang terjadi buka disebabkan oleh manipulasi
(yang dimaksudkan untuk merugikan) yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu. Misalkan, jika Bank Sentral Singapura (BSS) mengurangi
jumlah uang SGD yang beredar, hal tersebut akan mengakibatkan IDR
terdepresiasi tenpa diduga (direncanakan oleh Bank Indonesia). Oleh
karena itu, BI biasanya akan menghilangkan efek ini dengan menjual
34 Ibid. 35 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 170.
25
SGD yang dimilikinya (cadangan devisa), baik dengan cara sterilized
intervention maupun dengan cara unsterilized intervention. 36
2) Engineered/Manipulated Changes:
Dinamakan sebagai Engineered/Manipulated Changes adalah
karena perubahan yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang dimaksudkan untuk
merugikan pihak lain. seperti, para fund manager di Singapura melepas
Rupiah yang dimilikinya sehingga terjadi ‘banjir Rupiah’ yang
mengakibatkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi secara tiba-tiba
atau drastis dimana hal ini terjadi di luar perkiraan Bank Indonesia.37
Tindakan para fund manager di negara Singapura yang menyimpan
mata uang Rupiah (IDR) untuk dilepaskan saat tertentu dalam
mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar Rupiah (IDR) hal ini
adalah tindakan yang tidak diperbolehkan Islam yaitu:38
Pertama, tindakan para fund manager di negara Singapura tersebut
termasuk dalam kategori Ikhtikar yaitu rekayasa penawaran untuk
mengambil keuntungan di atas keuntungan normal tanpa adanya
rekayasa.39
Kedua, ketika para fund manager di negara Singapura melakukan
manipulasi terhadap permintaan mata uang Rupiah (IDR), misalnya
melalui mekanisme forward transaction yang dikombinasikan dengan
margin tranding, sehingga seakan-akan permintaan mata uang Rupiah
36 Ibid. 37 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 173. 38 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 173. 39 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 174.
26
(IDR) menurun drastis dimana selanjutnya para fund manager itu
kemudian mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar mata uang
Rupiah (IDR) tersebut. Hal ini pun dilarang dalam Islam yaitu termasuk
dalam kategori Ba’i Najasy (rekayasa permintaan untuk mengambil
keuntungan di atas keuntungan normal tanpa adanya rekayasa).40
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang. Dimana dalam hal ini menekankan pada tiga aspek,
yaitu: proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
adalah suatu “proses”, bukan merupakan suatu gambaran ekonomi pada
suatu saat. Disini bisa dilihat dari segi aspek dinamis dari suatu
perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang
atau berubah dari waktu ke waktu41.
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang dibahas dalam buku ini secara
konvensional menurut para ahli, diantaranya yaitu:
3.1. Adam Smith
Menurut Adam Smith (1723 – 1790), “nabi” dari ilmu ekonomi
modern, sebenarnya lebih terkenal dengan teori nilainya (yaitu teori
yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga
suatu barang). Tetapi didalam bukunya An Inqutry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations (1776) yang sangat terkenal itu
(secara singkat sering disebut sebagai Wealth of Nations), bisa dilihat
40 Ibid. 41 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 1.
27
bahwa tema pokonya adalah mengenai bagaimana perekonomian
(kapitalis) tumbuh.42
3.2. Ricardo
Menurut David Ricardo (1772 – 1823) teori pertumbuhan Klasik
mengalami pengembangan lebih lanjut. Pengembangan ini berupa
penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih
tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal
mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekankan
disini bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-
kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu berbeda
dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi
masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju
pertumbuhan output. Kesimpulanya secara umum bahwa dalam
perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam
jangka panjang perekonomian akan mecapai posisi stationer43
3.3. Arthur Lewis (Teori Pertumbuhan Dua Sektor)
Salah satu perumusan yang terkenal dari teori Klasik dalam
konteks permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara
berkembang diungkapkan oleh ekonom zaman modern Arthur Lewis.
Model Lewis terkenal dengan nama “model pertumbuhan yang dikaji
oleh Lewis adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam
perekonomian dengan dua sektor:44
42 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 7. 43 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 17. 44 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 35.
28
a) Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber
tenaga kerja yang melimpah.
b) Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber
akumulasi kapital.
Proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa
dipertemukan dengan kapital. Disini Lewis memberikan teori
mengenai proses pertemuan kedua faktor produksi ini dan proses
pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan.45
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi46. Seperti yang tercantum pada (QS. Al-Quraisy (106):1-4):
يالفقريش ١إل
تاء والصيف إ ٢ يالفهم رحلة الش
ذا البـيت فـ ٣ ليـعبدوا رب ه
الذي أطعمهم من جوع وآمنـهم من خوف ٤
45 Ibid. 46 Achmad Fauzie, Pertumbuhan Ekonomi Menurut Al-Qur’an, Surat Al-Quraisy, diakses
tanggal 7 Februari 2018 dari https://www.academia.edu/10194609/PERTUMBUHAN_EKONOMI.
29
Artinya :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan musim
panas.
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini
(Ka’bah).
4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.
Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa surat Al-Quraisy
menjelaskan tentang sisi pertumbuhan ekonomi yang di bangun
melalui salah satu bidang ekonomi yaitu perdagangan. Karena itu,
penulis mencoba memahami isi dan makna kandungan Al-Qur’an
surat Al-Quraisy secara tekstual maupun kontekstual:47
Pertama, secara Tekstual surat Al-Quraisy ini menjelaskan
tentang kebiasaan kaum quraisy yang selalu berpergian pada musim
dingin dan musim panas untuk berdagang. Dengan berdagang, kaum
quraisy terkenal sebagai salah satu kabilah yang mulia dan kaya.
karena itu, Allah SWT memperingatkan kaum quraisy untuk
senantiasa menyembah kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesejahteraan ekonomi dan keamanan sosial.
47 Achmad Fauzie, Pertumbuhan Ekonomi Menurut Al-Qur’an, Surat Al-Quraisy, diakses
tanggal 7 Februari 2018 dari https://www.academia.edu/10194609/PERTUMBUHAN_EKONOMI.
30
Kedua, secara Kontekstual ayat ini menjelaskan tentang
pertumbuhan ekonomi masyarakat yang bisa dilakukan melalui
budaya entrepreneur yang dilandasi atas dasar keimanan kepada Allah
SWT sebagai manifestasi dari ikrar manusia yang senantiasa
diucapkan pada setiap kali melakukan ibadah sholat yaitu; “Inna
Sholati wa Nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil ‘Aalamiin”.
4. Peranan Uang Dalam Pertumbuhan
Model-model pertumbuhan yang kita bahas sampai tahap ini tidak
memberikan peranan yang jelas kepada “uang” dalam proses
pertumbuhan. Semuanya memandang proses pertumbuhan ekonomi
sebagai proses yang bersifat “rill”, artinya tidak menyangkut adanya atau
peranan dari uang didalam kehidupan ekonomi48.
Menurut James Tobin, sebagaimana yang dikutip oleh Boediono
(1988)49, ekonomi mulai mengkaji secara mendalam peranan “uang”
dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam kerangka umum
Neo-Klasik. Pusat perhatian mereka ditunjukkan pada dua fungsi pokok
dari uang, yaitu sebagai alat tukar dan sebagai alat penyimpan
kekayaan50.
B. Kerangka Proses Berfikir
Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia
sejak dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi
yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang
48 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 141. 49 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1988), hal. 141. 50 Ibid.
31
sistem ekonomi dunia turun drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi
kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ekonomi
Indonesia adalah bagian dari ekonomi global, sudah tentu akan memberikan
pengaruh langsung maupun tidak langsung. Dampak krisis ekonomi global,
mengancam pembangunan di Indonesia. Krisis akan mengakibatkan
guncangan struktural, dan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi
efek tersebut akan mempengaruhi nilai tukar Rupiah51.
Pergerakan nilai tukar mata uang merupakan konsekuensi dari adanya
interaksi yang terjadi diantara pelaku ekonomi di berbagai negara dalam
melakukan transaksi kegiatan ekonominya. Interkasi ini akan semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di berbagai
negara. Peningkatan arus barang, jasa dan modal antar negara pada akhirnya
dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang antar negara.
Ketidakstabilan dalam pergerakan nilai tukar mata uang dapat berakibat pada
ketidakstabilan makroekonomi suatu negara52.
Merunjuk pada penelitian Imam Mukhlis (2010), pertumbuhan ekonomi
relatif memberikan dampak terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang di
berbagai negara. Kasus di Indonesia memberikan gambaran bahwa ada
variabel antara (Channel variable) antara pertumbuhan ekonomi dengan nilai
tukar Rupiah/Dolar Amerika. Berdasarkan mekanisme dalam transmisi
kebijakan moneter Indonesia dijelaskan bahwa kebijakan moneter merupakan
salah satu pilihan kebijakan yang dapat di ambil oleh pemerintah guna
51 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/533/jbptunikompp-gdl-gitapurnam-26617-6-babii.pdf. 52 Imam Mukhlis, Kausalitas Antara Nilai Tukar Rp/US$ dengan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, diakses pada tanggal 05 Februari 2018 dari http://drmuklis.blogspot.co.id/2010/03/kausalitas-antara-nilai-tukar-rpus.html?m=1.
32
menjaga stabilitas makroekonomi suatu negara53. Meninjau pada pemaparan
kerangka pemikiran dan pembahasan di atas, penelitian ini ingin
membuktikan secara empiris kausalitas antara nilai tukar Rupiah terhadap
Dolar Amerika Serikat dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tabel 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber : Data diolah
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Diduga terdapat kausalitas antara nilai tukar Rupiah dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
53 Ibid.
Variabel Y (Dependen):
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berdasarkan laporan
tahunan
Variabel X (Independen):
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
Serikat
1. Mekanisme Pasar 2. Penetapan
Pemerintah