bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan penelitian...
TRANSCRIPT
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas
pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum
efektif, karena masih banyak unsur-unsur sistem pengendalian intern yang
belum terpenuhi. Penyebab kurang efektifnya sistem pengendalian intern
tersebut antara lain, adanya penempatan kasir yang masih berada satu ruangan
dengan karyawan lainnya sehingga kurang efisien, tidak adanya asuransi
mengenai kas yang berada di tangan maupun di kasir, tidak dilakukannya
rekonsiliasi bank oleh pihak pemeriksaan intern, stempel cek dipegang oleh
pembuat cek, serta kurangnya perputaran jabatan yang kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya penyelewengan.
Sumurung, et. al (2015) menyimpulkan dalam analisis pengendalian
penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Manado media grafika bahwa
pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas pada PT Manado Media Grafika
telah dilakukan sesuai prosedur, sehingga kinerja manajerial dapat terlaksana
dengan mudah. Pimpinan perusahaan sebaiknya tetap melaksanakan
pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas, dan menjaga hubungan
yang baik dalam pelaksanaan operasional perusahaan.
Dilarasika, Eldia (2015) menjelaskan, bahwa sistem pengendalian intern
atas penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Harapan Abadi Surabaya secara
keseluruhan sudah baik, dengan adanya otorisasi Direktur setiap melakukan
-
8
transaksi pengeluaran kas. Dokumen yang digunakan dalam penerimaan kas
berupa permintaan pembayaran dan slip setoran, sedangkan dalam pengeluaran
kas berupa payment application form dan bukti kas keluar. Namun masih
terdapat beberapa kelemahan pada proses penerimaan kas, yaitu adanya bagian
akuntansi yang merangkap menjadi kasir, serta jarang dilakukannya
pencocokan antara uang kas dengan catatan akuntansi.
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat perbedaan terhadap obyek
yang diteliti, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pengendalian internal penerimaan dan pengeluaran kas yang ada di perusahaan
dengan didasarkan pada unsur-unsur pengendalian internal. Beberapa
penelitian terdahulu tersebut merupakan penelitian sejenis dengan penelitian
yang akan diteliti saat ini. Dengan adanya penelitian-penelitian terdahulu
diharapkan dapat membantu peneliti sebagai bahan referensi serta dijadikan
bahan literatur pada penelitian ini.
B. Tinjauan Pustaka
1. Sistem dan Prosedur
a. Pengertian Sistem
Menurut James A Hall (2001:5) sistem merupakan sekelompok dari
dua atau lebih komponen-komponen atau subsistem yang saling
berhubungan untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut Romney dan
Steinbart (2014:3) sistem merupakan serangakaian dua komponen atau
lebih yang saling terkait dan saling berhubungan agar dapat mencapai
tujuan. Menurut Mulyadi (2016:4) sistem merupakan suatu jaringan yang
-
9
terdiri dari beberapa prosedur yang dirancang sesuai pola terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu
jaringan yang saling berhubungan dan memiliki fungsi utama yaitu
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
b. Pengertian Prosedur
Mulyadi (2016:4), prosedur merupakan serangkaian kegiatan
klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau
lebih, guna menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri
dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan
yang terdiri dari menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode,
memilih, memindah, dan membandingkan, guna mencatat informasi.
2. Kas
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2009:2) kas terdiri
atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Secara
langsung atau tidak langsung hampir semua transaksi berhubungan langsung
dengan kas. Oleh karena itu perusahaan harus merancang dan menggunakan
pengendalian internal untuk mengamankan kas agar terhindar dari
penyalahgunaan kas
-
10
3. Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas
a. Sistem Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2016:379) penerimaan kas pada perusahaan
berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai
dan penjualan kredit.
1) Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai
Perusahaan melakukan penjualan tunai dengan cara mewajibkan
pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dulu sebelum
perusahaan penjual menyerahkan barang kepada pembeli. Setelah
perusahaan menerima pembayaran dari pembeli, barang kemudian
diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian
dicatat oleh perusahaan.
Menurut James Hall (2001:198), sistem penerimaan kas
meliputi:
a) Cek dan informasi pendukung lainnya (nomor rekening pelanggan,
nama pelanggan, nilai cek, dan lainnya) tersedia ketika adanya
penerimaan bukti pembayaran pada ruang penerimaan dokumen.
Cek tersebut dikirim ke bagian kasir pada departemen penerimaan
kas, dan bukti pembayaran dikirim ke departemen piutang.
b) Cek yang diterima oleh kasir dicatat pada jurnal penerimaan kas
dan langsung disetorkan ke bank.
-
11
c) Bukti pembayaran yang diterima oleh departemen piutang
digunakan sebagai pengurang saldo rekening pelanggan sesuai nilai
pembayaran.
d) Departemen penerimaan kas dan departemen piutang mengirimkan
ringkasan informasi tersebut ke departemen buku besar umum,
untuk dilakukan pencocokan serta untuk memperbarui rekening
kontrol piutang dan rekening kas.
2) Sistem penerimaan kas dari penjualan kredit
Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah
dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk
jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada
pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit tersebut ditangani
oleh perusahaan melalui sistem penjualan kredit (Mulyadi, 2016:160).
Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan
kredit yang pertama kali kepada seorang pembeli selalu didahului oleh
analisis terhahadap kelayakan pemberian kredit kepada pembeli
tersebut (Mulyadi, 2016:167).
b. Sistem Pengeluaran Kas
Menurut Mulyadi (2016:425) perusahaan melakukan transaksi
pengeluaran kas dengan menggunakan cek. Pengeluaran kas yang
jumlahnya relatif kecil tidak dapat dilakukan menggunakan cek,
sehingga dilakukan melalui penyelengaraan dana kas kecil dengan
-
12
salah satu di antara dua sistem, yaitu fluctuating- fund-balance system
dan imprest system.
Dalam fluctuating- fund-balance system penyelenggara dana kas
kecil dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pencatatan pada pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan
mendebit akun dana kas kecil.
2. Pencatatan pada pengeluaran dana kas kecil dilakukan dengan
mengkredit akun Dana Kas Kecil, sehingga setiap saat saldo akun
dapat berfluktuasi.
3. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sesuai jumlah
keperluan, dan dicatat dengan mendebit akun Dana Kas Kecil
sehingga saldo akun dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Dalam imprest system penyelenggara dana kas kecil dilakukan
dengan sebagai berikut:
1. Pembentukan dana kas kecil dilakukan menggunakan cek dan
dicatat dengan mendebit akun dana kas kecil.
2. Pengeluaran dana kas kecil tidak dicatat dalam jurnal.
3. Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan cek dan dicatat
dengan mendebit akun beban dan mengkredit akun kas.
4. Sistem Pengendalian Internal (SPI)
a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
-
13
Bodnar dan William (2006:129) menyatakan bahwa sistem
pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan personel lain dalam perusahaan, yang dirancang
guna meyakinkan dan member jaminan yang masuk akal terkait dengan
tercapainya tujuan berikut: (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2)
efektifitas dan efisiensi operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan yang
ada.
Menurut Mulyadi (2016:129) sistem pengendalian internal meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang digabungkan untuk
melindungi aset organisasi, memeriksa ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2007:229) pengendalian
internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan
untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal,
mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong
kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian intern secara keseluruhan merupakan suatu alat
yang dipakai untuk memudahkan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Mulyadi (2016:129) tujuan sistem pengendalian internal antara
lain:
1. Melindungi aset organisasi,
-
14
2. Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi,
3. Mendorong efisiensi usaha,
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:226) tujuan pengendalian
internal antara lain:
1. Melindungi aset, mendeteksi perolehan, penggunaan, dan penempatan
yang tidak sesuai atau tidak sah.
2. Mengelola catatan secara detail agar laporan yang dihasilkan bersifat
akurat dan wajar.
3. Memberikan informasi secara akurat dan reliabel.
4. Menyiapkan laporan keuangan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
5. Meningkatkan dan memperbaiki efisiensi operasional.
6. Meningkatkan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang dietentukan.
7. Mematuhi hukum dan peraturan berlaku.
c. Fungsi Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2007:229) mengatakan bahwa fungsi
sistem pengendalian intern adalah :
1. Pengendalian Untuk Pencegahan (Preventive Control)
Fungsi ini mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul.
Memperkerjakan personel akuntansi yang berkualitas tinggi, pemisahan
tugas yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas
asset, fasilitas dan informasi, merupakan pencegahan yang efektif.
2. Pengendalian Untuk Pemeriksaan (Detective Control)
-
15
Fungsi ini dibutuhkan untuk mengungkapkan masalah setelah masalah
tersebut muncul.
3. Pengendalian Korektif (Corrective Control)
Fungsi ini memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian
untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang
dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki
kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan dan mengubah sistem agar
masalah di masa mendatang dapat dihilangkan.
d. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016:130) unsur-unsur sistem pengendalian
internal yaitu:
1) Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab Secara
Tegas.
Struktur organisasi diperlukan sebagai kerangka pembagian
tanggung jawab fungsional atas unit-unit organisasi dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, guna menghindari terjadinya
penyimpangan.
2) Pembagian Tanggung Jawab Fungsional dalam Suatu Organisasi
Didasarkan pada Prinsip - Prinsip berikut, yaitu:
Adanya pemisahan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi. Fungsi operasi memiliki wewenang untuk melakukan
kegiatan. Dalam setiap kegiatan perusahaan memerlukan adanya
otorisasi dari manager fungsi, sedangkan fungsi penyimpanan memiliki
-
16
wewenang dalam menyimpan atau melindungi aset perusahaan. Selain
itu, fungsi akuntansi juga memiliki wewenang dalam pencatatan segala
peristiwa keuangan yang ada di perusahaan.
Menurut Bodnar dan William (2006:13), baik pada perusahaan besar
maupun perusahaan kecil, fungsi akuntansi harus dilakukan pemisahan
dengan fungsi akuntansi, serta tidak boleh terdapat tanggung jawab dan
wewenang terhadap aktivitas operasi perusahaan.
Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab secara penuh dalam
melakukan semua tahap suatu transaksi.
3) Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan Guna Melindungi Aset,
Utang, Pendapatan, dan Beban.
Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan harus terjadi atas
dasar otorisasi dari pejabat atau pihak yang berwenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus
dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang pada setiap transaksi,
karena setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi yang dilakukan
oleh pejabat atau pihak yang berwenang. Dengan adanya sistem otorisasi
dan prosedur pencatatan yang baik, data yang terdapat pada formulir
akan lebih terjamin tingkat ketelitian dan keandalannya mengenai aset,
pendapatan, dan beban suatu organisasi.
4) Analisis Praktek yang Sehat Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi
Setiap Unit.
-
17
Pembagian sistem wewenang dan tanggung jawab fungsional, serta
prosedur pencatatan yang ditetapkan, tidak akan terlaksana dengan baik
tanpa adanya cara-cara yang menjamin praktik sehat dalam
pelaksanannya.
Dalam menciptakan praktik yang sehat, adapun cara-cara yang
umumnya ditempuh oleh perusahaan, antara lain:
a. Penggunaan formulir dengan bernomor urut tercetak yang
penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak yang
berwenang, karena formulir sebagai alat untuk memberikan otorisasi
terlaksananya transaksi.
b. Dilaksanakan pemeriksaan mendadak tanpa adanya pemberitahuan
terdahulu kepada pihak yang akan diperiksa terhadap kegiatan-kegiatan
pokoknya, dengan jadwal yang tidak terencana. Hal ini akan mendorong
karyawan agar dalam melaksanakan tugasnya sesuai aturan yang telah
ditetapkan.
c. Setiap transaksi tidak boleh dikerjakan sendiri oleh satu orang atau satu
unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi
lain. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tugas tiap unit organisasi terkait
terjadi internal check, sehingga tercipta praktik yang sehat.
d. Dilaksanakan perputaran jabatan secara rutin yang dapat menjaga
independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
kecurangan dapat terhindarkan.
-
18
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan kunci perusahaan atau yang
berhak. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan akan
digantikan sementara oleh pejabat lain, sehingga jika terjadi kecurangan
dalam departemen yang bersangkutan, maka diharapkan dapat diungkap
oleh pejabat atau pihak yang berwenang terkait masalah tersebut.
5) Adanya Mutu Karyawan yang Disesuaikan Dengan Tanggung-
Jawabnya.
Karyawan yang diperlukan perusahaan merupakan karyawan yang
kompeten, jujur, dan ahli dalam bidang sesuai tanggungjawabnya,
sehingga dapat melaksnakan pekerjaannya secara efisien dan efektif.
a. Seleksi calon karyawan sesuai dengan bidangnya. Untuk memperoleh
karyawan yang mempunyai kecakapan sesuai dengan tuntutan
tanggungjawab yang akan diterima, manajemen harus mengadakan
analisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan menentukan syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh calon karyawan yang akan
menduduki jabatan tersebut.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
e. Sistem Pengendalian Internal Terhadap Penerimaan Kas
Pengendalian intern atas penerimaan kas dalam perusahaan harus
mengendalikan kas mulai saat kas diterima sampai kas tersebut disetorkan
-
19
ke bank, guna melindungi kas dari pencurian dan menjamin bahwa semua
penerimaan kas yang telah disetorkan ke bank dan catatan akuntansi
perusahaan diselenggarakan dengan benar.
Menurut Mulyadi (2016:393) terdapat beberapa unsur pokok
pengendalian internal atas penerimaan kas dari penjualan tunai, antara lain:
a) Organisasi
Adanya pemisahan antara fungsi penjualan dengan fungsi kas.
Adanya pemisahan antara fungsi kas dengan fungsi akuntansi.
Transaksi penjualan tunai harus dilakukan oleh fungsi penjualan,
fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.
b) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
Fungsi penjualan melakukan otorisasi atas penerimaan order dari
pembeli menggunakan formulir faktur penjualan tunai.
Fungsi kas melakukan otorisasi atas penerimaan kas dengan cara
membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan
penempelan pita register kas pada faktur tersebut.
Penjualan yang menggunakan kartu kredit bank didahului dengan
permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
Fungsi pengiriman melakukan otorisasi atas penyerahan barang
dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai.
Fungsi akuntansi melakukan otorisasi atas pencatatan ke dalam buku
jurnal barang dengan memberi tanda pada faktur penjualan tunai.
c) Praktik yang sehat
-
20
Fungsi penjualan bertanggung jawab atas penggunaan faktur
penjualan tunai benomor urut cetak.
Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari yang sama atau pada hari kerja berikutnya.
Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas dilakukan
secara periodik dan mendadak.
f. Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pengeluaran Kas
Pengendalian internal atas pengeluaran kas sangat diperlukan
perusahaan guna memberi keyakinan yang memadai bahwa setiap
pembayaran yang dilakukan hanya untuk transaksi-transaksi yang telah
diotorisasi, dan menjamin bahwa kas yang digunakan telah efisien.
Menurut Mulyadi (2016:433) terdapat beberapa unsur pengendalian
internal dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan menggunakan cek
antara lain:
a) Organisasi
Adanya pemisahan antara fungsi penyimpanan kas dengan fungsi
akuntansi.
Bagian kasir tidak boleh melakukan transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas secara pribadi, harus ada campur tangan dari fungsi
yang lain.
b) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
Adanya otorisasi dari pejabat yang berwenang atas pengeluaran kas.
-
21
Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang atas pembukuan
dan penutupan rekening bank.
Adanya otorisasi atas pencatatan dan jurnal pengeluaran kas yang
didasarkan pada bukti kas keluar, serta terlampirnya dokumen
pendukung secara lengkap.
c) Praktik yang sehat
Adanya pengamanan atas saldo kas yang disimpan perusahaan guna
menghindari pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.
Bagian kasa bertanggung jawab atas dokumen dasar dan dokumen
pendukung transaksi pengeluaran kas yang harus dibubuhi cap
“lunas” setelah transaksi pengeluaran kas.
Adanya penggunaan rekening Koran.
Segala transaksi pengeluaran kas harus menggunakan cek dengan
atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan
pemindahbukuan.
Digunakan pencatatan dengan metode imprest system apabila jumlah
pengeluaran kas relatif kecil melalui dana kas kecil.
Dilakukan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di perusahaan
dengan jumlah kas yang ada di catatan akuntansi secara periodik.
Adanya asuransi dari kerugian mengenai kas yang berada di
perusahaan dengan kas yang berada di perjalanan.
Pengamanan yang memadai terhadap bagian kasir guna mencegah
terjadinya pencurian atau tindakan yang merugikan.
-
22
Bagian kasir bertanggung jawab atas semua nomor cek.
g. Fungsi yang Terkait
Menurut Mulyadi (2016:385) fungsi yang terkait dalam sistem
penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:
a) Fungsi penjualan, bertanggungjawab menerima pesanan dari pembeli,
mengisi faktur penjualan tunai untuk diserahkan ke pembeli sebagai
kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
b) Fungsi kas, bertanggungjawab atas transaksi penerimaan kas dari
pembeli.
c) Fungsi akuntansi, bertanggungjawab untuk mencatat transaksi
penjualan dan penerimaan kas, serta membuat laporan penjualan.
Menurut Mulyadi (2016:429) fungsi yang terkait dalam sistem
pengeluaran kas dengan cek adalah:
a) Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas, jika suatu fungsi
memerlukan pengeluaran kas, maka fungsi yang bersangkutan
mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi. Permintaan
tersebut harus harus mendapatkan otorisasi dari kepala fungsi yang
bersangkutan.
b) Fungsi akuntansi, dalam transaksi pengeluaran kas bertanggungjawab
atas:
Pencatatan pengeluaran kas terkait beban dan persediaan, fungsi ini
berada di bagian Kartu Persediaan dan bagian Kartu Beban.
-
23
Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran aks
atau register cek, fungsi ini berada di bagian Jurnal.
Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada
fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Fungsi akuntansi bertanggungjawab atas
verifikasi kelengkapan dokumen pendukung sebagai dasar
pembuatan bukti kas keluar.
c) Fungsi pemeriksaan intern, bertanggungjawab dalam perhitungan kas
secara periodik dan melakukan pencocokan hasil perhitungannya
dengan saldo kas menurut catatan akuntansi. Selain itu fungsi ini juga
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemeriksaan secara mendadak
atas saldo kas di tangan, serta membuat rekonsiliasi bank secara
periodik.
5. Efektivitas
Terdapat beberapa pengertian tentang efektivitas menurut para ahli. Salah
satu diantaranya adalah Mahmudi (2010:84) yang menyebutkan bahwa
efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar
kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka akan
semakin efektif organisasi, program atau kegiatan”.
Sedangkan IBK Bhayangkara (2008) berpendapat mengenai definisi dari
efektivitas ialah efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan ukuran dari
output”.
-
24
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
efektivitas merupakan suatu indkator yang dapat memberikan gambaran
mengenai sejauh mana suatu tujuan dapat dicapai secara maksimal, baik dari
segi kualitas maupun ketapatan waktu serta berorientasi pada output yang
dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.