bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan pustaka 1. konsep
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh umumnya dilakukan
dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani tampak,
dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka (Sjamsuhidayat, et al., 2010). Pembedahan merupakan
pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh dan terdiri dari tiga fase:
Praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (Kozier, 2010).
a. Praoperasi
Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan
dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Aktivitas
keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji klien,
mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau aktual,
merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu dan
memberikan penyuluhan praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien
(Kozier, 2010).
b. Pengkajian psikososial praoperasi
Ansietas pasien pre operasi kemungkinan merupakan suatu respon
antisipasi terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan
kehidupan itu sendiri. Pasien pra operatif dapat mengalami berbagai
ketakutan. Takut terhadap anestesi, nyeri atau kematian, takut tentang
ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lai terhadap
citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer
& Bare, 2001).
9
c. Persiapan fisik praoperasi
1) Nutrisi dan Cairan
Hidrat dan nutrisi adekuat meningkatkan proses penyembuhan.
Perawat perlu mencatat tanda-tanda malnutrisi atau
ketidakseimbangan cairan. American Society of Anasthesiology (ASA)
merevisi praktik puasa bagi klien yang sehat yang menjalani prosedur
elektif.
a) Konsumsi cairan bening sampai 2 jam sebelum pembedahan elektif
yang memerlukan anestesi umum, regional dan analgesia- sedasi.
b) Sarapan ringan (misalnya teh dan roti) diperbolehkan 6 jam
sebelum prosedur.
c) Makan malam yang lebih berat 8 jam sebelum pembedahan.
2) Eliminasi
Enema sebelum pembedahan tidak lagi menjadi prosedur rutin, tetapi
mungkin diprogramkan apabila pembedahan usus direncanakan.
Enema membantu mencegah konstipasi pasca operasi dan kontaminasi
area pembedahan oleh feses. Setelah pembedahan yang melibatkan
usus, peristaltik sering belum kembali selama 24/48 jam. Sebelum
pembedahan, pemasangan kateter retensi mungkin diprogramkan
untuk memastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Hal ini
membantu mencegah cedera yang tidak perlu pada kandung kemih.
Jika klien tidak terpasang kateter, kandung kemih harus dalam
keadaan kosong selama pembedahan.
3) Higiene
Di beberapa tatanan, klien diminta untuk mandi sore hari atau dipagi
hari pembedahan (atau keduanya). Tujuan dari tindakan higiene ini
adalah menurunkan resiko infeksi luka. Mandi meliputi keramas
apabila memungkinkan.
10
4) Istirahat dan Tidur
Perawat harus melakukan apapun yang membantu klien untuk tidur di
malam hari sebelum pembedahan. Seringkali membantu klien
mengatsi stres pembedahan dan membantu penyembuhan.
d. Jenis-jenis pembedahan
Menurut Kozier (2010) prosedur pembedahan secara umum
dikelompokkan berdasarkan tujuan, tingkat keterdesakan dan derajat
resiko.
1) Berdasarkan tujuan
a) Diagnostik
Menginformasi atau menegakkan diagnosis, cotohnya: biopsi
massa di payudara.
b) Paliatif
Menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala penyakit,
contohnya: reseksi akar saraf.
c) Ablatif
Mengangkat bagian tubuh yang berpenyakit, contohnya:
mengangkat kandung empedu (kolesisstektomi).
d) Konstruktif
Memperbaiki fungsi atau penampilan yang telah hialng atau
menurun, Contoh: implantasi payudara.
e) Transplantasi
Mengganti struktur yang tidak berfungsi. Contoh transplantasi
ginjal.
2) Berdasarkan tingkat keterdesakan
a) Bedah darurat
Dilakukan segera untuk menyelamatkan fungi atau hidup klien.
Pembedahan untuk mengendalikan perdarahan internal atau
memperbaiki fraktur adalah contoh bedah darurat.
b) Dilakukan jika intervensi bedah merupakan terapi pilihan untuk
kondisi yang tidak secara langsung membahayakan keselamatan
11
klien. Contohnya kolesistektomi untuk penyakit kandung empedu
kronis, pembedahan penggantian panggul dan prosedur bedah
plastic seperti bedah reduksi payudara.
3) Berdasarkan derajat resiko
a) Bedah Mayor
Merupakan pembedahan dengan derajat resiko tinggi, dilakukan
untuk berbagai alasan. Pembedahan mungkin memiliki komplikasi
atau lama, kehilangan darah dalam jumlah besar mungkin dapat
terjadi. Contohnya transplantasi organ, bedah jantung terbuka dan
pengangkatan ginjal.
b) Bedah Minor
Biasanya memiliki resiko kecil, menghasilkan sedikit komplikasi,
dan sering dilakukan pada bedah rawat jalan. Contohnya biopsi
payudara, pengangkatan tonsil dan pembedahan lutut.
e. Jenis-jenis Anestesi
Menurut Hidayat (2012) anestesi dapat dibagi menjadi anestesi umum,
anestesi regional, anestesi lokal, hipoanestesi dan akupuntur.
1) Anestesi Umum
Anestesi umum adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok pusat
kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran dan menimbulkan
relaksasi serta hilangnya sensasi rasa. Pada umumnya, metode
pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
2) Anestesi Regional
Anestesi Regional adalah anestesi yang dilakukan untuk meniadakan
proses kejutan pada ujung atau serabut saraf serta hilangnya rasa pada
daerah tubuh tertentu dan pasien masih berada dalam keadaan sadar.
Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, blok
regional intravena dengan torniquet,blok daerah spinal dan melalui
epidural.
12
3) Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok
transmisi impuls saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesi dan
pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi
atau topikal.
4) Hipoanestesi
Hipoanestesi adalah anestesi yang dilakukan untuk membuat status
kesadaran pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan
pada saran atau perintah serta mengurangi kesadaran sehingga
perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnosis.
5) Akupuntur
Akupuntur adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok rasa nyeri
dengan merangsang keluarnya hormon endorfin tanpa menghilangkan
kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau
elektrode pada permukaan.
f. Gangguan pemenuhan istirahat tidur pasien preoperasi
Menurut Potter (2009) pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien bedah dalam periode preoperasi bertujuan sebagai persiapan aspek
fisik dan mental atau psikologis pasien yang akan menjalani operasi, hal
tersebut karena kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi tingkat
resiko intra operasi, mempercepat pemulihan serta menurunkan
komplikasi pasca operasi. Dampak dari kualitas tidur pasien yang buruk
antara lain: peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, gangguan
penyembuhan luka, peningkatan kadar glukosa darah,dan konsumsi
makanan, gangguan fungsi imunologi, perubahan fungsi kognitif dan
emosi serta prediktor mortalitas. Bila pasien yang akan menjalani operasi
denyut jantung dan tekanan darahnya meningkat abis, kemungkinan
besar operasi akan ditunda. Sebagian besar komponen tidur ( Kualitas
tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur dan disfungsi
tidur siang) yang baik saat dikaji pada periode pre-admission,
dipengaruhi secara negatif saat hospitlisasi. Hal tersebut menunjukan
13
bahwa dirumah sakit, pasien membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
dapat tertidur nyenyak sehingga durasi tidur menjadi berkurang.
Faktor internal seperti nyeri, delirium, depresi, kecemasan, setress,
ketdakmampuan untuk berbaring dengan nyaman memiliki pengaruh
terhadap kualitas tidur seseorang. Penelitian tentang perbedaan kualitas
tidur pada pasien periode praoperasi dan pascaoperasi yang pernah
dilakukan sebelumnya melaporkan kualitas tidur dalam periode
preoperasi sangat dipengaruhi oleh rasa takut dan kecemasan akan
terjadinya disabilitas. Sedangkan pada pasien pasca operasi, laporan
ganggua tidur disebabkan karna tidak mampu mengambil posisi yang
nyaman ditempat tidur akibat luka operasi, nyeri dan obat yang memiliki
efek negatif pada kualitas tidur (Robby, dkk 2015).
B. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang (Asmadi, 2009:134) atau
juga dapat dikatakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi semua
orang (Mubarak& Chayatin, 2007:255).
Menurut Potter dan Perry (2005), mendefenisikan tidur merupakan suatu
status istirahat yang terjadi selama periode tertentu yang ditandai dengan
penurunan kesadaran dan penyediakan waktu untuk perbaikan dan
kesembuhan sistem tubuh dengan mengurangi interaksi dengan lingkungan
dan akan mengakibatkan segarnya seseorang dan merasakan kesejahteraan.
2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua
Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak
diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan
dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori
raba serta emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan
14
katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin
dari BSR (Tarwoto&Wartonah, 2011).
Fisiologi tidur merupakan siklus alami tidur yang diperkirakan
dikendalikan oleh pusat yang terletak dibagian bawah otak. Pusat ini secara
aktif menghambat keadaan terjaga, sehingga akan menyebabkan tidur
(Kozier, 2010:661).
3. Jenis-jenis Tidur
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu
tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement-REM), dan
tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non Rapid Eye Movement-NREM).
Tidur REM yaitu tidur dengan kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal
tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali. Namun fisiknya yaitu
kedua gerakan bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai
dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata
cepat, sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot
tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernapasan tidak teratur sering lebih
cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat (Asmadi, 2009).
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur
NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar
atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun,
metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat (Asmadi, 2009).
Tahapan tidur NREM:
a. Tahap 1
Merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi
tidur. Pada tahap 1 ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan
rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua
bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan
pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan
15
voltasi gelombang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap 1 ini
dapat dibangunkan dengan mudah.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II
ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh
menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung
dan peernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta
yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang-gelombang ini disebut
dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung 10-15 menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap
secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta
menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit
dibangunkan.
d. Tahap IV
Merupakan tahap tidur dmana seseorang berada dalam keadaan rileks,
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit
dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang
lambat dengan frekuensi 1-2siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan
menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu,
tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh (Asmadi, 2009).
Tidur REM biasanya kembali terjadi sekitar setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5-30 menit. tidur REM tidak setenang tidur NREM
dan mimpi paling sering terjadi selama tidur REM. Lebih jauh mimpi ini
biasanya diingat yaitu, mimpi tersebut dimasukkan kedalam memori.
Selam tidur REM, otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat
meningkat sebesar 20%. Tipe tidur ini juga disebut tipe tidur paradoksial
karena tamp aknya bertentangan (paradoks) bahwa tidur dapat terjadi
secara simultan dengan tipe aktivitas otak ini. Pada fase ini, individu
16
yang sedang tidur dapat sulit dibangunkan atau dapat bangun secara
spontan, tonus otot ditekan, sekresi lambung meningkat, dan denyut
jantung serta frekuensi pernapasan sering kali tidak teratur (Kozier,
2010:662).
4. Siklus Tidur
Selama siklus tidur, individu melalui tidur NREM dan REM, siklus
komplet biasanya berlangsung sekitar 1,5 jam pada orang dewasa. Dalam
siklus tidur pertama, orang yang tidur melalui tiga tahap pertama tidur
NREM dalam total waktu 20-30 menit. Kemudian tahap IV dapat
berlangsung sekiar 30 menit. Setelah tahap IV NREM, tidur kembali ke
tahap III dan II sekitar 20 menit. Setelah itu, terjadi tahap REM pertama,
yang berlangsung sekitar 10 menit, melengkapi siklus tidur pertama. Orang
tidur biasanya mengalami empat sampai enam siklus tidur selama 7-8 jam.
Orang tidur yang dibangunkan ditahap manapun harus memulai tahap I
tidur NREM yang baru dan berlanjut keseluruh tahap tidur REM.
Durasi tahap tidur NREM dan REM bervariasi selama periode tidur.
Seiring dengan berlalunya malam, orang tidur menjadi tidak terlalu lebih
dan meluangkan lebih sedikit waktu di Tahap III dan IV tidur NREM. Tidur
REM meningkat dan mimpi cenderung memanjang, apabila orang tidur
sangat lelah, siklus REM sering kali terjadi singkat misalnya 5 menit
sebagai pengganti 20 menit selama bagian awal tidur. Sebelum tidur
berakhir, terjadi periode hampir terbangun, dan didominasi oleh Tahap I dan
Tahap II tidur NREM dan tidur REM (Kozier, 2010:662).
17
Bangun NREM I REM NREM II NREM II NREM II NREM III NREM III NREM IV
Gambar 1. Siklus tidur
Sumber (Hidayat, 2006)
5. Fungsi dan Tujuan Tidur
Efek tidur pada tubuh tidak dipahami secara penuh. Tidur memberi
pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain. Tidur
sedemikian rupa memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan
normal di antara bagian sistem saraf. Tidur juga penting untuk sintesi
protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan.
Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan
memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah
tidur yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah secara emosional,
memiliki konsentrasi yang buruk, dan mengalami kesulitan dalam
memnbuat keputusan (Kozier, 2010).
6. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan
seseorang. Semakin tua usia, maka makin sedikit pula lama tidur yang
dibutuhkan (Asmadi, 2009).
18
Tabel 1. Kebutuhan tidur manusia
No Tingkat Perkembangan Pola Tidur Normal
1 Bayi dengan berat badan lahir rendah
Biasanya tidur 14-18 jam/hari, pernapasan teratur, mudah berespons terhadap stimulus. Minggu pertama kelahiran 50% dari siklus tidur adalah tidur REM, siklus tidur berlangsung selama 45-60 menit.
2 Bayi Biasanya tidur 12-14 jam/hari. Pada usia 1 bulan-1 tahun, 20-30% dari siklus tidur adalah tidur REM bayi mungkin akan tidur sepanjang malam.
3 Usia 1-3 tahun Biasanya tidur 10-12 jam/hari. Sekitar 25% dari siklus tidur atau tidur REM anak tidur pada siang dan sepanjang malam.
4 Pra-sekolah (3-6 tahun) Tidur sekitar 11Jam/hari 20% dari siklus tidur adalah tidur REM.
5 Usia Sekolah Tidur sekitar 10 jam/hari pada malam hari 18,5% dari siklus tidur adalah tidur REM.
6 Akil balik Tidur sekitar 7-8,5 jam/hari 20% dari siklus tidur adalah tidur REM.
7 Dewasa Muda Tidur sekitar 7-8 jam/hari 20-25% dari siklus tidur adalah tidur REM.
8 Dewasa Menengah Tidur sekitar 7-8 jam/hari 20% dari siklus tidur adalah tidur REM. Individu mungkin mengalami insomnia
9 Dewasa Tua Tidur sekitar 6 jam/hari 20-25% dari siklus tidur adalah tidur REM. Individu sering mengalami insomnia dan sering terjaga dalam waktu tidur. Tahap IV NREM menurun
Sumber Mubarak dan Chayatin (2005).
19
7. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kualitas
tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur, serta
aspek subjektif seperti tidur dalam dan istirahat (Khasanah & Hidayati,
2012).
Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.
Tanda-tanda gangguan tidur pada pasien antara lain gelisah, kehitaman
disekitar mata, mata bengkak, konjungtiva merah, dan sering menguap dan
mengantuk (Hidayat, 2012).
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,
diantaranya :
a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu
tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Di samping itu,siklus bangun-
tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
b. Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya situmulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yng tidak nyaman
atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan
tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh
dengan kondisi tersebut.
20
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur sesorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
e. Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulasi
sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan, mengkonsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menggangu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di
malam hari.
h. Merokok
Nikotin memiliki efek stimulan pada tubuh, dan perokok sering kali lebih
sulit tertidur dibandingkan bukan perokok. Perokok biasanya mudah
terbangun dan sering kali menggambarkan diri mereka sebagai orang
yang tidur diwaktu fajar. Dengan tidak merokok setelah makan malam,
seseorang biasanya dapat tidur dengan lebih baik. Terlebih lagi, banyak
21
orang yang dahulunya perokok melaporkan bahwa pola tidur mereka
membaik setelah mereka berhenti merokok (Kozier, 2010:667).
i. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi rasa letih
seseorang. Misalnya, seseorang yang sudah lelah mungkin dapat tetap
terjaga saat menghadiri konser yang menarik. Sebaliknya, ketika
seseorang mengalami rasa bosan dan tidak termotivasi untuk tetap
terjaga, tidur sering kali terjadi dengan cepat.
j. Obat-obatan
Beberapa obat mempengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat
mempengaruhi tahap III dan IV tidur NREM. penyekat beta diketahui
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Narkotik, seperti meperidin
hidroklorida (Demerol) dan morfin, diketahui menekan tidur REM dan
menyebabkan sering terbangun dan rasa ngantuk. Obat penenang
mempengaruhi tidur REM Amfetamin dan antidepresan menurunkan
tidur REM secara tidak normal. Seorang klien yang putus obat dari setiap
obat-obatan ini mendapatkan lebih banyak tidur REM dibandingkan
biasanya dan akibatnya dapat mengalami mimpi buruk yang menggangu
(Kozier, 2010).
9. Macam-macam gangguan tidur
a. Insomia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui
pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat menggangu tidur atau muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia anatara lain sering terjaga (misalnya, tidur
berjalan, night terror), gangguan transisi bangun tidur (misalnya,
22
mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya, mimpi
buruk), dan lainnya.
c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi
medis tertentu, seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau
ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya, hipertiroidisme).
Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme
koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack . Penyebab pastinya belum diketahui.
Diduga karena kerusakan genestik sistem saraf pusat yang menyebabkan
tidak terkendalinya periode tidur REM. Alternatif pencegahan nya adalah
dengan obat-obatan atau metilpenidase hidroklorida, atau dengan
antidepresan eperti imipramin hidroklorida.
e. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas
secara periodik pda saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang
mengorok dengan keras, sering terjaga dimalam hari, insomnia,
mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala dipagi hari,
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung (Mubarak dan Chayatin, 2005).
f. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada
anak-anak dan remaja,pling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab
secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan bladder, setres, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
enuresis antara lain: hindari setres, hindari minum yang banyak sebelum
23
tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur
(Asmadi, 2009).
g. Somnambulisme
Somnabulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi,
berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam
beberapa menit dan kembali tidur (Japardi 2002). Somnambulisme ini
lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa
(Asmadi, 2009).
10. Meningkatkan kualitas tidur
Menurut Potter & Perry (2006) tindakan yang dapat memperbaiki
kualitas tidur antara lain:
a. Kontrol Lingkungan
Klien memerlukan lingkungan tidur dengan temperatur ruangan yang
nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat
tidur yang nyaman dan pencahayaan yang tepat
b. Meningkatkan rutinitas menjelang tidur
Rutinitas menjelang tidur merilekskan klien dalam persiapan untuk tidur.
Contohnya dengan membaca buku, menonton tv, atau mendengarkan
musik
c. Meningkatkan kenyamanan
Tempat tidur harus bersih dan kering, kebersihan diri harus dijaga agar
klien nyaman, anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tidur yang
longgar, anjurkan klien berkemih sebelum tidur, berikan selimut agara
klien tidak kedinginan, mengatur posisi senyaman mungkin untuk tidur
d. Menetapkan periode istirahat & tidur
Meningkatkan aktifitas disiang hari dapat menguramgi masalah tidur,
karena mereka cenderung tidur di malam hari. Kegiatan isirahat dan tidur
24
harus dilakukan pada waktu yang sama untuk mempertahankan jadwal
yang konsisten.
e. Pengendalian gangguan fisiologis
Untuk klien dengan penyakit fisik, perawat dapat membantu
mengendalikan gejala-gejala yang mengganggu tidur. Misalnya klien
dengan abnormalitas pernapasan harus tidur dengan dua bantal atau
dengan posisi semi fowler. Dan dapat berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian bronkodilator agar saat tidur tidak terjadi obstruksi jalan nafas
f. Pengurangan stres
Anjurkan klien utnutk melakukan kegiatan yang membuat rileks
contohnya membaca buku, menonton tv, atau mendengarkan musik
santai agar sejenak tidak memikirkan tentang masalah yang dihadapi
g. Kudapan menjelang tidur
Konsumsi makanan atau minuman yang mengandung L-Triptofan seperti
keju dan susu yang dapat menginduksi tidur. Klien tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi kafein sebelum tidur karena menyebabkan seseorag
terjaga bahkan terbangun sepanjang malam. Alkohol dapat mengganggu
siklus tidur dan mengurangi jumlah tidur dalam. Kopi, teh, kola, dan
alkhol bekerja sebagai diuretik dan dapat menyebabkan seseorang
terbangun dimalam hari untuk berkemih
h. Penatalaksanaan farmakologis
Obat tidur dapat membantu klien jika digunakan dengan benar. Tetapi
penggunaan agnes antiansietas, sedatif atau hipnotik jangka panjang
dapat mengganggu tidur dan menyebabkan masalah yang lebih serius.
Contohnya obat Diazepam, Alparazolam, Flurazepam, temazepam, dan
lain-lain.
i. Promosi kesehatan melalui penyuluhan kepada klien
Memberikan penjelasan kepada klien tentang keadaan yang dialaminya
agar klien dapat lebih tenang dan dapat mengatur pola tidurnya.
25
11. Penanganan masalah tidur
Berbagai macam cara dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan tidur
pada seseorang, baik dengan terapi farmakologi maupun terapi non
farmakologi. Terapi farmakologi misalnya dengan bantuan obat tidur atau
obat penenang lainnya (Harmanto& Subroto, dalam Diva,dkk 2007 ). Terapi
non farmakologis dapat dilakukan dengan cara non farmakologis (Djohan,
2006). Satu terapi non-farmakologi yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur adalah terapi musik instrumental kitaro koi.
Menurut jurnal (Astriawan, 2016) mendengarkan musik selama 1,5 jam
sama efeknya dengan memperoleh suntikan 10 ml gram valium (sejenis obat
tidur) (Djohan 2009). Peran musik dalam terapi musik tentunya bukan
seperti obat yang dapat dengan segera menghilangkan rasa sakit atau dengan
segera mengatasi sumber penyakit. Namun , dengan terapi musik dapat
membantu memberi pengaruh positif dan mengatasi stres, mencegah
penyakit,dan meringankan rasa sakit (Djohan, 2006).
Terapi musik menyembuhkan secara fisik dan psikis manusia. Para
peneliti dari The Neuro, melalui MRI scan membuktikan bahwa otak
melepas zat dopamin (hormon yang terkait dengan sistem otak, memberikan
perasaan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara proaktif
melakukan kegiatan tertentu) saat melakukan terapi musik dalam kapasitas
yang tidak berlebihan. Tubuh manusia akan memberi respon jika ada
getaran atau frekuensi yang masuk. Setiap sel yang terdapat dalam tubuh
adalah merupakan resonator bunyi. Sel-sel baru terbentuk pada setiap organ
tubuh yang menyebabkan sistem organ tubuh memiliki frekuensi masing-
masing pada saat kita sakit maka gelombang bunyi akan memberi harmoni
pada area yang terinfeksi sehingga frekuensi setiap sel bisa diperbaharui
(Natalina, 2013).
Menurut jurnal Geraldina (2017) (World federation of Music Therapy
menjelaskan terapi musik sebagai penggunaan profesional dari musik dan
elemenya sebagai salah satu intervensi dalam bidang kesehatan, pendidikan,
dan lingkungan sehari-hari dengan individu, kelompok, keluarga, atau
26
komunitas yang mencoba untuk melakukan optimalisasi kualitas hidupnya
dan meningkatkan kesehatan fisik, sosial, komunikatof, emosional,
intelektual, spritualnya serat kondisi well-being dirinya (Edwards, 2017).
C. Terapi Musik
1. Pengertian Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari dua kata,yaitu “terapi” dan “musik” kata “terapi
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah
fisik atau mental. Dalam kehidupan sehari-hari, terapi terjadi dalam
berbagai bentuk. Misalnya, para psikolog akan mendengar dan berbicara
dengan klien melalui tahapan konseling yang kadang-kadang perlu disertai
terapi, ahli nutrisi akan mengajarkan tentang asupan nutrisi yang tepat, ahli
fisioterapi akan memberikan berbagai latihan fisik untuk mengembalikan
fungsi otot tertentu. Seorang terapis musik akan menggunakan musik dan
aktivitas untuk memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya.
Kata “musik” dalam terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media
yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi, Berbeda dengan
berbagai terapi dalam lingkungan psikolog yang justru mendorong klien
untuk bercerita tentang permasalahan-permasalahannya, terapi musik adalah
terapi yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik, pikiran klien
dibiarkan untuk mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang
membahagiakan, membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan,
mengangankan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung
mencoba menguraikan permasalahan yang ia hadapi (Djohan, 2006).
Terapi Musik adalah suatu proses yang menggabungkan antara aspek
penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi suatu fisik/tubuh, emosi,
mental, spritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang. Terapi musik
merupakan pengobatan secara holistik yang langsung menuju pada simptom
penyakit (Natalina, 2013). Terapi musik merupakan terapi yang dilakukan
menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi kekurangan
27
dalam aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial pada anak-anak (Djohan,
2006). Terapi musik adalah suatu profesi dibidang kesehatan yang
menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah
fisik, psikologis, kognitif, dan kebutuhan sosial individu yang mengalami
cacat fisik (AMTA, 1997). Terapi musik adalah penggunaan musik dalam
lingkup klinis, pendidikan, dan sosisal bagi klien atau pasien yang
membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan
psikologis (Djohan, 2006).
Terapi musik bisa membantu pasien kanker agar bisa tidur lebih nyenyak
karena biasanya pasien kanker memiliki gangguan sulit tidur. Terapi musik
juga dapat meningkatkan kekebalan pada anak-anak penderita kanker (Dofi,
2010). Mendengarkan musik secara rutin membuat suasana batin dan hati
akan menjadi lebih tenang. Musik bisa membantu pasien lebih santai/relax
dan mudah tidur. Penggunaan terapi musik bisa diterapkan kepada setiap
orang dalam berbagai kondisi. Terapi musik bisa dilakukan untuk
mengurangi rasa khawatir pasien yang menjalani berbagai operasi atau
serangkaian proses perawatan penyakit berat di rumah sakit. Musik akan
membantu mengurangi timbulnya rasa sakit dan memperbaiki mood pasien
(Yudfi, 2010).
2. Jenis Terapi Musik
Menurut Natalina (2013) terapi musik terdiri dari dua jenis:
a. Aktif-Kreatif
Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung untuk
ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara:
1) Menciptakan lagu (Composing) klien diajak untuk menciptakan lagu
sederhana ataupun membuat lirik
2) Improvisasi, klien membuat musik secara spontan dengan menyanyi
ataupun bermain musik pada saat itu juga atau membuat improvisasi
dari musik yang diberikan oleh terapis.
28
3) Re- creating klien menyanyi ataupun bermain instrumen musik dari
lagu-lagu yang sudah dikenal.
b. Pasif-reseptif
Dalam seni reseptif, klien akan mendapat terapi dengan mendengarkan
musik. Terapi ini menekankan pada physical, emotional intellectual,
aesthetic or spritual dari musik itu sendiri sehingga klien akan
merasakan ketenangan/relaksasi. Musik yang digunakan dapat bermacam
jenis tergantung dengan kondisi yang dihadapi klien.
3. Pengertian musik instrumental Kitaro Koi
Menurut (Aditia, 2012 dalam Faridah 2014) Musik Instrumental Kitaro
Koi adalah musik yang melantun tanpa vokal,dan hanya instrument atau alat
musik dan atau backing vocal saja yang melantun. Manfaat musik
instrumental adalah musik instrumental menjadikan badan,pikiran,dan
mental menjadi lebih sehat. Musik Instrumental yang bermanfaat
menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat.
(Swarihardiyanti, dkk 2014). Musik instrumental membantu penderita
imsomnia, bagi mereka musik instrumental Kitaro merupakan musik yang
memiliki sifat seperti penyembuh hal ini disebabkan karena musik ini dapat
membuat seseorang merasa dan membayangkan diri berada ditempat yang
indah, sehat serta merasa terbebas dari segala penyakit. (Drajat, dkk 2017).
Alifiyanti (2015) pasien kanker payudara yang akan menjalani pembedahan
67% dari 252 mengalami kualitas tidur buruk. Pasien yang mengalami sulit
tidur atau penderita insomnia dianjurkan untuk mendengarkan musik yang
lembut atau musik klasik selama 45 menit sebelum tidur, dengan musik ini
otak menjadi rileks sehingga dapat tidur dengan pulas. Robby (2015)
ditemukan bahwa sebagian besar komponen tidur yang terdapat pada lembar
PSQI (kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, dan
disfungsi tidur siang) dipengaruhi secara negatif saat hosipitalisasi.
29
4. Musik Klasik Mozart
Musik klasik merupakan istilah yang biasanya mengacu pada musik yang
dibuat atau berakar dari tradisi keseniat barat. Musik klasik memiliki tempo
berkisar antara 60-80 ketukan per menit selaras dengan detak jantung
manusia. Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian
banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan Wolfgang Amadeus Mozart
yang paling dianjurkan.
Beberapa penelitian ini sudah membuktikan dapat mengurangi tingkat
ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu diantaranya dilakukan oleh
Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell, mereka mengistilahkan sebagai
“efek Mozart”. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang
tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan
daerah kreatif dan motivatif di otak. Musik Mozart sangat misterius, mudah
dihayati ketika didengarkan, memberikan kesan charming, polos, penuh
humor, cerdas dan mampu mengajak menggali yang terbaik pada diri kita.
Musik klasik dapat memberikan energi terhadap otak dan membuatnya
menjadi lebih santai. Yang tidak kalah penting adalah kemurnian dan
kesederhanaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya
komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Dofi, 2010).
5. Pengaruh Musik Bagi tubuh
Semua jenis bunyi atau bila bunyi tersebut dalam suatu rangkaian teratur
yang kita kenal dengan musik, akan masuk melalui telinga, kemudian
menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan ditelinga bagian dalam
serta menggetarkan sel-sel berambut di dilam koklea untuk selanjutnya
melalui saraf koklearis menuju ke otak. Ada 3 buah jaras retikuler yang
diketahui sampai saat ini yaitu: yang pertama jaras retikuler talamus, musik
akan diterima langsung oleh talamus,yaitu suatu bagian otak yang mengatur
emosi, sensasi, perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak
yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Kedua melalui
hipotalamus mempengaruhi struktur basal “fprebrain” termasuk sistem
30
limbik dan ketiga melalui axon neuron secara difus mempersarafi
neokoerteks. Hipotalamus merupakan pusat syaraf otonom yang mengatur
fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus,
fungsi endokrin, memori dan lain-lain (Feriyadi, 2012). Musik
mempengaruhi gelombang alfa di otak sehingga mempengaruhi ketenangan,
relaksasi otot dan menekan emosi. Pengaruh terhadap relaksasi tubuh dapat
diukur dari denyut nadi, tekanan darah, kadar kortisol, dan efineprin, enzim
yang meningkat pada seseorang yang mengalami gejolak fisik maupun
mental (Widiatmoko, 2015).
Terapi musik dapat meningkatkan kadar melatonin yang mendorong
pasien untuk tidur nyenyak. Musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi
dan memori serta mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan
endorfin yang dapat mengurangi rasa nyeri sehingga dapat mengurangi
penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam
darah sehingga denyut jantung menurun.
Penelitian oleh satriadarma mengukur suhu kulit, pada saat subyek
penelitian mendengarkan musik hingar-bingar suhu kulit lebih rendah dari
suhu normal, sebaliknya ketika mendengarkan musik lembut suhunya
meninggi dari biasanya. Musik juga menyebabkan otak melepas horon
setres yaitu adrenalin yang dapat mempengaruhi bekerja pembuluh darah di
kulit untuk vasokontriksi dan vasodilatasi. Pada kondisi setres, adrenalin
banyak dikeluarkan pembuluh darah kulit menyempit, sehingga suhu kulit
menurun. Kesimpulannya jenis musik Hingar-bingar dapata membuat kita
setres, sedangkan musik lembut memilik efek menenangkan.
6. Manfaat Terapi Musik
Beberapa manfaat terapi musik yang dikutip dari terapimusik.com yaitu:
a. Relaksasi
Manfaat yang dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan
rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih Ifresh. Dalam kondisi
31
yang lebih rileks, seluruh sel dalam tubuh diseimbangkan dan pikiran
mengalami penyegaran.
b. Meningkatkan kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa mengembangkan intelegensi adalah
musik Mozart. Masa dalam kandungan adalah adalah waktu yang tepat
untuk mnstimulasi otak anak agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak
sedang dalam masa pertumbuhan sehingga sangat baik jika mendapat
rangsangan positif.
c. Mengurangi rasa sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi
otak, dan mengontrol perasaan serta emosi. Mendengarkan musik secara
teratur dapat mencegah rasa saskit karna tubuh menjadi rileks.
d. Mengurangi insomnia
Salah satu manfaat yang cukup besar dalam terapi musik adalah untuk
mengendalikan diri. Karena musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini
mengaktifkan sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia.
7. Tahapan Dalam Terapi Musik
Tahapan dalam melakukan terapi musik adalah:
a. Anjurkan responden untuk menentukan posisi yang nyaman.
b. Responden mendengarkan musik instrumental kitaro koi dan musik
klasik mozart dari mp3 melalui earphone.
c. Volume diatur jangan terlalu keras.
d. Ketika musik diperdengarkan, responden diminta untuk mendengarkan
dengan seksama instrumennya, seolah-olah pemainnya sedang ada
diruangan memainkan musik khusus untuk responden.
e. Musik didengarkan selama 15-30 menit. Setelah, responden
mendnegarkan musik mp3 dimatikan.
f. Responden bisa kembali istirahat.
32
D. Penelitian Terkait
Astriawan (2016) yang berjudul Pengaruh Musik Instrumental Kitaro
Terhadap Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur
Di RSUD Ungaran dengan jumlah sampel sebanyak 36 pasien. Hasil Uji
statistik menggunakan T test diperoleh nilai P value sama dengan 0,041
(0,005).
Faridah (2016) yang berjudul Terapi Musik Instrumental dan Musik Klasik
Mampu Menurunkan Intensitas Nyeri Wound Care Gangrene Di Ruang Teratai
RSUD Dr. Soegiri Lamongan dengan jumlah sampel 34 pasien. Hasil
Penelitian dengan uji wilcoxon diperoleh nilai Z = -4,667 dan p=0,000 dimana
p<0,05.
Damayanti, dkk (2013) yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Pasien yang Dirawat Diruang Baji
Kamase RSUD Labuang Baji Makasar. Dengan jumlah sample 35 orang.
Dengan hasil uji menggunakan Chi-Square adanya hubungan nyeri dengan
pemenuhan kebutuhan tidur P=0.043 (ɑ-0,05).
Rahmayati dan Handayani (2016) yang berjudul Perbedaan Pengaruh Terapi
Musik Psikoreligius dengan Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Pasien
Pre Operatif di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan jumlah
sempel 80 orang dibagi kedalam 2 kelompok. Hasil penelitian menyimpulkan
ada perbedaan pengaruh terapi psikoreligius dan terapi musik klasik terhadap
kecemasan pasien pre operatif.
33
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset
berasal atau dikaitkan.
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian
(Potter & Perry, 2006) dan (Mubarak dan Chayatin, 2005).
Faktor- faktor yang mempengaruhi tidur:
1. Penyakit fisik 2. Lingkungan 3. Kelelahan 4. Gaya hidup 5. Stress emosional 6. Stimulan & alkohol 7. Diet 8. Merokok 9. Motivasi 10. Obat-obatan
Tindakan memperbaiki kualitas tidur:
1. Kontrol lingkungan 2. Meningkatkan rutinitas menjelang
tidur 3. Meningkatkan kenyamanan 4. Meningkatkan periode istirahat &
tidur 5. Pengendalian gangguan fisiologis 6. Pengurangan stres dengan
mendengarkan musik 7. Kudapan menjelang tidur 8. Pendekatan farmakologi untuk
meningkatkan tidur 9. Promosi kesehatan melalui
penyuluhan
Kualitas tidur
34
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2018).
Berdasarkan konsep diatas, maka penulis membuat kerangk konsep sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka Konsep
Sumber (Riyanto, 2011)
Kualitas tidur
sebelum diberikan intervensi
Kualitas tidur
sesudah diberikan intervensi
Pemberian terapi
musik instrumental Kitaro Koi/ Mozart