bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang anak 1 ...repository.ump.ac.id/7501/3/dico bab...

48
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak 1. Pengertian Anak Secara umum apa yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin atau persetubuhan (sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan. Kemudian didalam hukum adat sebagaimana yang dinyatakan oleh Soerojo Wignjodipoero yang dikutip oleh Tholib (2010), menyatakan bahwa: kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga anak itu dipandang pula sebagai wadah di mana semua harapan orang tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan, pula dipandang sebagai pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah. Berikut ini merupakan pengertian anak menurut beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain: a. Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umum 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

Upload: tranthu

Post on 28-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Anak

1. Pengertian Anak

Secara umum apa yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau

generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin atau persetubuhan

(sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan.

Kemudian didalam hukum adat sebagaimana yang dinyatakan oleh

Soerojo Wignjodipoero yang dikutip oleh Tholib (2010), menyatakan

bahwa:

”kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga

anak itu dipandang pula sebagai wadah di mana semua harapan

orang tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan, pula

dipandang sebagai pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu

sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah”.

Berikut ini merupakan pengertian anak menurut beberapa peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain:

a. Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah

mencapai umum 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18

(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

11

b. Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan

belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam

kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

c. Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan.

d. Convention On The Rights Of Child (1989) yang telah diratifikasi

pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990.

Anak adalah mereka yang berusia 18 tahun kebawah.

e. UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0

sampai dengan 18 tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dinyatakan

bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun (0-18 tahun).

2. Hak-hak Anak

Berikut ini merupakan hak-hak anak menurut beberapa peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain:

a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Dalam Bab II Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak, mengatur tentang hak-hak anak atas

kesejahteraan, yaitu:

1) Hak atas pelayanan.

2) Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.

3) Hak atas perlindungan lingkungan hidup.

4) Hak mendapatkan pertolongan pertama.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

12

5) Hak untuk memperoleh asuhan.

6) Hak untuk memperoleh bantuan.

7) Hak diberi pelayanan dan asuhan.

8) Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus.

9) Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.

b. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Hak anak dalam Undang-undang ini diatur dalam Bab III bagian

kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:

1) Hak atas perlindungan

2) Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan

3) taraf kehidupannya.

4) Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.

5) Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak: (a) memperoleh

perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus. (b) untuk

menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan,

(c) berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

6) Hak untuk beribadah menurut agamanya.

7) Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,

dan dibimbing.

8) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

9) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

10) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.

11) Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan

hukum.

Selain itu, secara khusus dalam Pasal 66 Undang-undang 39

Tahun 1999 tentang hak anak-anak yang dirampas kebebasannya,

yakni meliputi:

1) Hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur

hidup.

2) Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan

dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai

dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali

demi kepentingannya.

3) Hak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya

secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

13

4) Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan

Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang

yang tertutup untuk umum.

c. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Dalam Undang-undang Perlindungan Anak ini, hak-hak anak diatur

dalam Pasal 4 - Pasal 18, yang meliputi:

1) Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan.

3) Hak untuk beribadah menurut agamanya.

4) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.

5) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

6) Bagi anak yang menyandang cacat juga hak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki

keunggulan juga hak mendapatkan pendidikan khusus.

3. Kewajiban Anak

a. Pasal 19 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak. Setiap anak berhak untuk;

1) Menghormati oran tua, wali dan guru

2) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman

3) Mencintai tanah air, bangsa dan negara

4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya,dan

5) Melaksanakan etika dan akhlam yang mulia.

b. Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

“Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak

mereka yang baik”.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

14

c. Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

“Jika anak telah dewasa wajib memelihara menurut

kemampuannya orang tua dan keluarga dala garis lurus keatas

bila mereka itu memerluka bantuanya”.

d. Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

“Anak yang belum mencapai umur (delapan belas) tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah

kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicbut dari

kekuasaannya”.

e. Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

“Jika anak telah dewasa wajib memelihara menurut

kemampuannya orang tua dan keluarga dala garis lurus keatas

bila mereka itu memerluka bantuanya”.

f. Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.

“Anak yang belum mencapai umur (delapan belas) tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah

kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicbut dari

kekuasaannya”.

4. Perlindungan Anak

Salah satu instrumen yang digunakan dalam perlindungan anak

adalah hukum. Perlindungan Hukum bagi anak dapat diartikan sebagai

upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kekerasan dan hak anak

serta berbagai upaya yang berhubungan dengan kesejahteraan anak, ada

beberapa konsep dan pengertian yang telah dikemukakan menegenai

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

15

perlindungan anak. perlindungan anak menurut arief gosita merupakan

suatu usaha mengadakan kondisi dan situasi yang memungkinkan

pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara manusiawi (Gosita, 2005).

Oleh karena itu, setiap hak anak harus dijunjung tinggi demi

pencapaian tujuan yaitu lahirnya generasi muda yang sehat untuk

kelangsungan kehidupan berbangsa. Anak adalah manusia yang

merupakan pembawa hak, yaitu segala sesuatu yang mempunyai hak dan

kewajiban yang disebut subjek hukum. Pengertian anak diatur dalam

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak yang berbunyi sebagai berikut:

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Tiap-tiap peraturan perundang-undangan mengatur secara tersendiri

mengenai kriteria anak. Kriteria anak berpengaruh pada kedudukan

hukum anak sebagai subjek hukum. Dalam hukum indonesia terdapat

pluralisme mengenai batasan usia, hal ini yang menyebabkan tiap-tiap

peraturan perundang-undangan mengatur secara tersendiri mengenai

kriteria tentang anak (Prints, 2001).

Negara memiliki kewajiban untuk melindungi seluruh warga

negaranya dan sudah sewajarnya negara memberikan perhatian lebih

kepada para korban kejahatan yang mungkin mengalami penderitaan baik

secara ekonomi, fisik maupun psikis. Negara juga mempunyai tanggung

jawab untuk memrikan kesejahteraan pada masyarakatnya warga

negaranya. Dengan demikian pada saat anggota masyarakatnya

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

16

mengalami kejadian/peristiwa yang mengakibatkan kesejahteraannya

terusik dan menjadi korban kejahatan, maka sudah sewajarnya apabila

negaranya bertanggung jawab untuk memulihkan kesejahteraan warga

negaranya, mengingat mengingat negara telah gagal dalam memberikan

kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Mengabaikan perlindungan anak adalah suatu yang tidak dapat

dipeertanggung jawabkan, dan juga kurang perhatian dan tidak

diselanggarakannya perlindungan anak akan membawa akibat yang

sangat merugikan diri sendiri dikemudian hari. Salah satu contoh kurang

diperhatikannya maslah penegakan hukum pidan dimana masalah ini

berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap korban tindak pidan, dan

dalam penyelesaian perkara pidana, banyak ditemukakan korban

kejahatan kurang memperoleh hukum yang memadai, baik perlindungan

yang sifatnya immteril maupun material.

Pengertian perlindungan anak berdasarkan pasal 1 ayat 2 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak menyatakan

bahwa:

“Perlindungan Anak Adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi”.

Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ini

dibentuk mempunyai tujuan, yakni untuk menjamin terpenuhinya

kebutuhan anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

17

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas,

berakhalak mulia, dan sejahtera. Seseorang manusia mempunyai hak

asasi manusia yang telah diundangkan oleh Negara kepada warga

negaranya, berarti seseorang manusia mempunyai hak asasi sedari sejak

diahirkan, begitupun dengan anak, anak mempunyai hak yang sedikit

berbeda dengan orang yang sudah dewasa menurut undang-undang yang

berlaku di Indonesia ini.

Setiap anak selama dalam pengasuahan orang tuanya yang

bertanggung jawab atas pengasuhan, layak mendapatkan perlindungan

dan perlakuan yang salah menurut peraturan yang berlaku di Indonesia

saat ini. Masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan salah

satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak, oleh sebab itu

masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tetapi perlu

pendekatan yang lebih luas, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.

Negara Indonesia ini terdapat kenyataannya yang dapat kita lihat

bahwa kondisi anak di Indonesia masih memprihatinkan dan menjadi

korban dari berbagai bentuk tindakan kejahatan. Tindak kejahatannya

seperti penelantaran anak yang dapat dikatakan sebagai tidak manusiawi

terhadap anak. Pemajuan dan perlindungan yang berpihak pada anak dan

memegang tegak prinsip non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi

anak serta partisipasi anak dalam setiap hal yang menyangkut dirinya

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

18

merupakan prasyarat yang mutlak dalam upaya perlindungan anak yang

efektif.

Pada prinsipnya perlindungan anak berdasarkan Undang-Undang

No. 35 Tahun 2014 yang dilakukan berdasarkan Pancasila dan UUD

tahun 1945. Prinsip perlindungan tersebut diatur berdasarkan kepentigan

terbaik bagi anak (The best interest of the Child), dimana prinsip ini

mengatur bahwa dalam semua tindakan yang nenyangkut anak dilakukan

oleh pemerintah, masyarakat, badan legislative dan yudikatif, maka

kepentingan anak harus menjadi pertimbangan yang utama.

Realitas keadaan dan nasib mereka belum seperti ungkapan yang

kerap kali memposisiskan anak bernilai penting, penerus, masa depan

bangsa dan sejumlah simbolik lainnya. Pada tataran hukum, kebutuhan

yang diberikan kepada anak belum sepenuhnya bisa ditegakkan.

Pemenuhan kebutuhan anak sebagaimana dimaksud dalam dokumen

hukum mengenai perlindungan anak masih belum cukup bisa

menyingkirkan keadaan yang buruk bagi anak.

Anak sebenarnya merupakan harta yang tak ternilai harganya baik

dilihat dari perspektif sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, maupun

perspektif keberlanjutan sebuah generasi keluarga, suku dan bangsa.

Dilihat dari sosial sebagai kehormaatan harkat martabat keluarga

tergantunga pada sikap dan prilaku anak untuk berprestasi, dan budaya

anak merupakan harta dan kekayaan yang harus dijagadan sekaligus

merupakan lambang kesuburan sebuah keluarga, dari politik anak

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

19

merupakan penerus suku, bangsa, dan ekonomi dilihat dari segi hukum,

anak mempunyai posisi dan kedudukan strategis di depan hukum, tidak

saja sebagai penerus dan ahli waris keluarga tetapi sebagai bagian dari

subyek hukum dengan segala pemenuhan kebutuhan uuntuk anak yan

mendapat jaminan hukum (Krisnawati, 2005).

Anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap

ransangan-ransangan yang berasal dari lingkungannya. Anak juga

tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecendrungan

untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh

keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan,

anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya

dari aturan-aturan bersifat memaksa (Soemitro, 2000).

Anak didalam masa pertumbuhan secara fisikmdan mental

membutuhkan perawatan, perlindungan, khusus serta perlindungan

hukum sebelum maupun sesudah lahir. Disamping itu, juga patut diakui

bahwa keluarga merupakan lingkungan alami bagi pertumbuhan dan

kesejahteraan anak. Untuk perkembaangan kepribadiannya maka

membutuhkan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang.

B. Tinjauan Perlindungan Hukumn

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan

perlindungan hukum adalah perbuatan untuk menjaga dan melindungi

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

20

subyek hukum, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Kemendikbud, 2009).

Menurut Mertokusumo (2005) perlindungan hukum adalah suatu hal

atau perbuatan untuk melindungi subyek hokum berdasarkan pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku disertai dengan sanksi-

sanksi bila ada yang melakukan wanprestasi.

Dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang No. 31

Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menyebutkan:

“Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian

bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban

yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang ini”.

Dalam hal ini undang-undang tersebut menyatakan bahwa suatu

perlindungan telah diberikan kepada setiap orang, baik orang dewasa

maupun anak-anak yang menjadi saksi dan/atau korban dalam suatu

tindak pidana.

Upaya perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia telah

memiliki suatu aturan hukum yang nantinya digunakan sebagai pedoman

dalam meningkatkan kesejahteraan anak dan memperkecil kemungkinan

anak menjadi korban tindak pidana, hal ini dikarenakan Negara Indonesia

adalah negara yang berdasarkan atas hukum sehingga segala sesuatu

yang dilakukan dan dijalankan di Negara ini haruslah didasarkan pada

hukum.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

21

2. Perlindungan Hukum terhadap Anak

Dalam kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap anak di

Indonesia, telah ditegaskan dalam Pasal 34 Undang-undang Dasar 1945

bahwa:

“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Menindaklanjuti hal tersebut maka pemerintah telah membuat

berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat mengenai

hak-hak anak.

Soetodjo (2010) mengklasifikasikan hak-hak anak sebagai berikut:

a. Bidang hukum, melalui Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang

Peradilan Anak.

b. Bidang kesehatan melalui Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang

Pokok-pokok Kesehatan, diatur dalam Pasal 1, Pasal 3 ayat (1), dan

Pasal 9 ayat (2).

c. Bidang pendidikan

1) Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1).

2) Undang-undang No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar

Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, diatur dalam Pasal 19

dan Pasal 17.

d. Bidang ketenagakerjaan, melalui Ordonansi tanggal 17 Desember

1925 tentang Peraturan Pembatasan Kerja Anak dan Kerja Malam

bagi Wanita jo Ordonansi tanggal 27 Februari 1926 stbl. No. 87

Tahun 1926 ditetapkan tanggal 1 Mei 1976 tentang Peraturan

Mengenai Keselamatan Kerja Anak-anak dan Orang-orang muda di

atas Kapal jo Undang-undang No. 1 Undang-undang Keselamatan

Kerja stbl. 1947 No. 208 jo Undang-undang No. 1 Tahun 1951 yang

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

22

memberlakukan Undang-undang Kerja No. 12 Tahun 1948 di

Republik Indonesia.

e. Bidang kesejahteraan sosial, melalui Undang-undang No. 4 Tahun

1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Dalam perkembangannya perlindungan terhadap anak di bidang

hukum juga ditur dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak. Perlindungan hukum terhadap anak di

Indonesia, telah diatur dalam berbagai peraturan perUndang-undangan,

namun secara khusus diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak. Menurut pasal 1 nomor 2, Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak disebutkan

bahwa: Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, meliputi:

a. Perlindungan di bidang agama

1) Perlindungan untuk beribadah menurut agamanya.

2) perlindungan anak dalam memeluk agamanya dijamin oleh

negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan

lembaga sosial. Perlindungan anak dalam memeluk agamanya

meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran

agama bagi anak.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

23

b. Perlindungan di bidang kesehatan

1) Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan

upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak.

2) Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan

anak jika tidak mampu melaksanakan tanggung jawab, maka

pemerintah wajib memenuhinya.

3) Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib

mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang

mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan

kecacatan.

4) Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi

anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.

5) Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi

anak dari perbuatan:

a) pengambilan organ tubuh anak dan/atau jaringan tubuh anak

tanpa memperhatikan kesehatan anak;

b) jual beli organ dan/atau jaringan tubuh anak; dan

c) penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek

penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan

kepentingan yang terbaik bagi anak.

c. Perlindungan di bidang pendidikan

1) Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal

9 (sembilan) tahun untuk semua anak.

2) Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan

kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh

pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

3) Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan

aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.

4) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya

pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus

bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak

yang bertempat tinggal di daerah terpencil.

5) Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari

tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah

atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau

lembaga pendidikan lainnya.

d. Perlindungan di bidang sosial

1) Pemerintah wajib menyelenggarakan pemeliharaan dan

perawatan anak terlantar dalam hal penyelenggaraan

pemeliharaan dan perawatan pengawasannya dilakukan oleh

Menteri Sosial.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

24

2) Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan

perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak

dapat:

a) berpartisipasi;

b) bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati

nurani dan agamanya;

c) bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan

tahapan usia dan perkembangan anak;

d) bebas berserikat dan berkumpul;

e) bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan

berkarya seni budaya; dan

f) memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat

kesehatan dan keselamatan.

3) Anak terlantar karena suatu sebab orang tuanya melalaikan

kewajibannya, maka lembaga, keluarga, atau pejabat yang

berwenang dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk

menetapkan anak sebagai anak terlantar.

4) Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud sekaligus

menetapkan tempat penampungan, pemeliharaan, dan perawatan

anak.

e. Perlindungan Khusus

1) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi pengungsi

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum humaniter.

2) Perlindungan khusus bagi anak korban kerusuhan, korban

bencana, dan anak dalam situasi konflik bersenjata, meliputi:

a) pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu: pangan, sandang,

pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi,

jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan

b) pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang

cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.

3) Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum,

anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak

pidana, meliputi:

a) perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan

martabat dan hak-hak anak;

b) penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;

c) penyediaan sarana dan prasarana khusus;

d) penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang

terbaik bagi anak;

e) pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap

perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum;

f) pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan

dengan orang tua atau keluarga; dan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

25

g) perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media

massa dan untuk menghindari labelisasi.

4) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak

pidana meliputi:

a) upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar

lembaga;

b) upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui

media massa dan untuk menghindari labelisasi;

c) pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi

ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan

d) pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi

mengenai perkembangan perkara.

5) Perlindungan khusus bagi anak dari kelompok minoritas dan

terisolasi dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana

untuk dapat menikmati budayanya sendiri, mengakui dan

melaksanakan ajaran agamanya sendiri, dan menggunakan

bahasanya sendiri.

6) Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara

ekonomi dan/atau seksual, meliputi:

a) penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan

anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;

b) pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan

c) pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat

pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat

dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara

ekonomi dan/atau seksual.

7) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya (napza), dan terlibat dalam produksi dan distribusinya,

dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan,

dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.

8) Perlindungan khusus bagi anak korban penculikan, penjualan,

dan perdagangan anak dilakukan melalui upaya pengawasan,

perlindungan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh

pemerintah dan masyarakat.

9) Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan meliputi

kekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui upaya:

penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perUndang-

undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan; dan

pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi.

10) Perlindungan khusus bagi anak yang menyandang cacat

dilakukan melalui upaya:

a) perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat

dan hak anak;

b) pemenuhan kebutuhan-kebutuhan khusus; dan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

26

c) memperoleh perlakuan yang sama dengan anak lainnya

untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan

pengembangan individu.

11) Perlindungan khusus bagi anak korban perlakuan salah dan

penelantaran dilakukan melalui pengawasan, pencegahan,

perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.

C. Tinjauan Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana dikenal dengan istilah strafbaar feit dan dalam kepustakaan

tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan

pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang

mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau

tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung

suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum sebagai istilah yang dibentuk

dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum

pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari

peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana,

sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan

ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang

dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat (Kartonegoro, 2008).

Poernomo (2000), pengertian strafbaar feit dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaar feit”

adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena

kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

27

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan

umum;

b. Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian “strafbaar

feit” adalah suatu kejadiaan (feit) yang oleh peraturan perundang-

undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

Tindak pidana menurut Moeljatno (2008) yaitu:

“perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana

disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barangsiapa melanggar larangan tersebut.

Menurut E.Utrecht (2003) pengertian tindak pidana dengan istilah

peristiwa pidana yang sering juga disebut delik, karena peristiwa itu

suatu perbuatan (handelen atau doen positif) atau suatu melalaikan

(natalen-negatif), maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena

perbuatan atau melalaikan itu).

Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum

pidana, tindak pidana adalah pengertian yuridis, lain halnya dengan

istilah perbuatan atau kejahatan yang diartikan secara yuridis atau secara

kriminologis. Tindak pidana secara umum dapat diartikan sebagai

perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun secara

materiil (Nawawi, 2003).

2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana maka harus

memenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur tindak pidana yang diberikan

beberapa tokoh memiliki perbedaan, tetapi secara prinsip intinya sama.

Adapun unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan menjadi 2 (dua) segi

yaitu:

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

28

a. Unsur Subyektif

Yaitu hal-hal yang melekat pada diri si pelaku atau berhubungan

dengan si pelaku, yang terpenting adalah yang bersangkutan dengan

batinnya. Unsur subyektif tindak pidana meliputi:

1) Kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa);

2) Niat atau maksud dengan segala bentuknya;

3) Ada atau tidaknya perencanaan;

b. Unsur Obyektif

Merupakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan lahiriah

yaitu dalam keadaan mana tindak pidana itu dilakukan dan berada

diluar batin si pelaku.

1) Memenuhi rumusan undang-undang

2) Sifat melawan hukum;

3) Kualitas si pelaku;

4) Kausalitas, yaitu yang berhubungan antara penyebab tindakan

dengan akibatnya.

Pada dasarnya unsur tindak pidana tidak terlepas dari dua faktor

yaitu faktor yang ada dalam diri si pelaku itu sendiri dan faktor yang

timbul dari luar diri si pelaku atau faktor lingkungan.

3. Jenis Tindak Pidana

Menurut sistem KUHP, dibedakan antara Kejahatan terdapat dalam

Buku II dan Pelanggaran dimuat dalam Buku III. Kejahatan adalah

perbuatan yang bertentangan dengan keadilan meskipun peraturan

perundang-undangan tidak mengancamnya dengan pidana. Sedangkan

Pelanggaran atau tindak pidana undang-undang adalah perbuatan yang

oleh masyarakat baru dirasa sebagai tindak pidana karena ada peraturan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

29

perundang-undangan yang mengaturnya. Menurut M.v.T (Memorie van

Toelichting) yang dikutib oleh Moeljatno, bahwa kejahatan adalah

“rechtsdelicten” yaitu perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak

ditentukan dalam undang-undang, sebagai perbuatan pidana, telah

dirasakan sebagi perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.

Sedangkan pelanggaran adalah “wetsdelicten” yaitu perbuatan-perbuatan

yang sifatnya melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada

ketentuan yang menentukan demikian (Moeljanto, 2003).

a. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pembagian atas kejahatan dan

pelanggaran didasarkan pada berat ringannya pidana. Kejahatan

terdapat dalam Buku II, dan Pelanggaran diatur dalam Buku III.

Ancaman pidana dalam kejahatan relatif lebih berat daripada

pelanggaran. Beberapa perbedaan tersebut dapat dilihat dari:

1) Dalam hal percobaan, hanya kejahatan yang dapat dipidana,

sedangkan percobaan dalam pelanggaran tidak dipidana.

2) Hal pembantuan, pembantuan dalam hal melakukan tindak

pidana kejahatan dapat dipidana, dalam hal pembantuan

melakukan tindak pidana pelanggaran tidak dipidana.

3) Dalam hal penyertaan yang dilakukan terhadap tindak pidana

menggunakan alat percetakan hanya berlaku bagi kejahatan,

sedangkan dalam pelanggaran tidak berlaku.

4) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia hanya

diberlakukan bagi setiap pegawai negeri yang di luar wilayah

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

30

hukum Indonesia melakukan kejahatan jabatan, dan bukan

pelanggaran jabatan.

5) Tenggang daluwarsa, baik untuk hak menentukan maupun hak

penjalanan pidana bagi pelanggaran adalah lebih pendek dari

pada kejahatan.

6) Dalam hal perbarengan perbuatan (concursus), system

penjatuhan pidana dalam concursus kejahatan menggunakan

sistem absorbsi yang diperberat, sedangkan dalam concursus

pelanggaran menggunakan sistem kumulasi murni.

b. Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan dengan

menitik beratkan pada perbuatan yang dilarang. Jika seseorang telah

berbuat sesuai dengan rumusan delik maka orang itu telah

melakukan tindak pidana (delik), tidak dipermasalahkan bagaimana

akibat dari perbuatan itu.

c. Sedangkan tindak pidana materiil adalah tindak pidana yang

dirumuskan dengan menitik beratkan pada akibat yang dilarang atau

tidak dikehendaki. Tindak pidana ini baru selesai jika akibatnya

sudah terjadi sedangkan cara melakukan perbuatan itu tidak

dipermasalahkan.

d. Tindak pidana dolus adalah tindak pidana yang memuat unsur

kesengajaan dalam rumusannya.

e. Tindak pidana Comissionis yaitu tindak pidana yang berupa

perbuatan aktif. Perbuatan aktif adalah perbuatan yang untuk

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

31

mewujudkannya diisyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh

orang yang berbuat. Terdapat delicta commisionis perommisionem

commissa yaitu delik-delik yang umumnya terdiri dari berbuat

sesuatu, tetapi dapat pula dilakukan dengan tidak berbuat

(Moeljanto, 2003)

f. Tindak pidana aduan merupakan tindak pidana yang timbul karena

adanya pengaduan dari korban atau keluarga korban yang dirugikan.

Contoh: Pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama baik.

g. Tindak pidana biasa merupakan tindak pidana yang sebagian besar

telah tercantum dalam KUHP dimana dalam tindak pidana biasa

tersebut tanpa ada aduan dari siapapun, pelaku dari tindak pidana

tersebut dapat dituntut secara hukum.

h. Tindak pidana communia adalah tindak pidana yang dapat dilakukan

oleh semua orang pada umumnya, tindak pidana memang

diberlakukan pada semua orang. Tindak Pidana Propia adalah tindak

pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas

tertentu (Moeljanto, 2003). Contoh: Pasal 346 KUHP tentang

seorang wanita yang menggugurkan kandungannya sendiri.

i. Tindak pidana dalam bentuk pokok dirumuskan secara lengkap,

artinya semua unsur yang tercantum dalam rumusan pasalnya telah

ditulis secara lengkap dengan kata lain terkandung pengertian

yurudis dari tindak pidana tersebut, contoh: Pasal 362 tentang

pencurian. Sedangkan dalam bentuk yang diperberat maupun yang

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

32

diperingan menyebutkan kualifikasi pasal dalam bentuk pokoknya,

yang kemudian ditambahkan unsur yang bersifat memberatkan atau

meringankan secara tegas dalam rumusan.

D. Tinjauan Tindak Pidana Anak

1. Pengertian Tindak Pidana Anak

Tindak pidana anak adalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak-

anak. Tindak pidana anak dapat dihubungkan dengan istilah Juvenile

Deliquency, yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan beragam

istilah, yaitu kenakalan anak, kenakalan remaja, kenakalan pemuda,

taruna tersesat, ataupun jalin quersi anak. Secara etimologis dapat

dijabarkan bahwa “Juvenile” berarti “anak” sedangkan “Deliquency”

berarti “kejahatan”. Dengan demikian “Juvenile Deliquency” adalah

“Kejahatan Anak”, sedangkan apabila menyangkut subjek atau

pelakunya, maka Juvenile Deliquency berarti penjahat anak atau anak

jahat.

Soetodjo (2010) menyebutkan bahwa yang dimaksud juvenile

delinquency adalah:

Setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang anak di bawah umur 18

tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap

norma-norma yang berlaku serta dapat membahayakan

perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan.

Rusli Muhammad (2007) merumuskan bahwa yang dikatakan

sebagai juvenile delinquency adalah:

Perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda,

merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

33

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial

sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah

laku yang menyimpang.

Tingkah laku orang dewasa adalah tingkah laku yang sempurna,

sedangkan perangai anak si anak apabila diselidiki adalah merupakan

suatu kritik nilai saja, karena dalam proses pertumbuhan ke masa remaja,

sedang dalam proses mencari identitas diri. Dalam proses pencarian jati

diri tersebut terkadang anak-anak tidak dapat mengendalikan diri

sehingga mudah melakukan kenakalan yang menjurus pada tindak

kejahatan.

2. Bentuk Tindak Pidana Anak

Menurut Sudarsono (2004) norma-norma hukum yang sering

dilanggar oleh anak-anak remaja pada umumnya adalah pasal-pasal

tentang:

a. Kejahatan-kejahatan kekerasan

1) Pembunuhan

2) Penganiayaan

b. Pencurian

1) Pencurian biasa

2) Pencurian dengan pemberatan

c. Penggelapan

d. Penipuan

e. Pemerasan

f. Gelandangan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

34

g. Anak sipil

h. Remaja dan narkotika

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dinyatakan bahwa

tindak pidana anak merupakan salah satu dari pelanggaran terhadap pasal

489, 490, 492, 497, 503, 505, 514, 517, 518, 519, 526, 531, 532, 536, dan

540, yaitu:

a. Pelanggaran keamanan umum, seperti:

1) Mabuk di muka umum dan merintangi lalu lintas, menganggu

ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain.

2) Menyebabkan kebakaran di muka umum.

b. Melakukan pelanggaran terhadap ketertiban, meliputi:

1) Membuat kegaduhan, keramaian sehingga mengaganggu

masyarakat.

2) Menggelandang.

3) Penadah.

4) Pemalsuan.

5) Perusakan informasi di muka umum.

c. Melakukan pelanggaran kesusilaan, meliputi:

1) Menyanyikan lagu, berpidato, dan menyebarkan tulisan yang

melangggar kesusilaan di muka umum.

2) Mabuk di muka umum.

E. Tinjauan Sanksi Pidana

1. Pengertian Sanksi Pidana

Sanksi pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah

kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan

memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain

dari pihak berwajib. Sanksi pidana merupakan suatu jenis sanksi yang

bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan

atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

35

atau membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya

merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku

kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan

sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.

Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja dibebankan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-

syarat tertentu. Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu

nestapa yang dengan sengaja dilimpahkan Negara kepada pembuat delik

(Chazawi, 2002).

2. Jenis-jenis Pidana

Jenis-jenis pidana sebagaimana telah diatur dalam Pasal 10 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdiri atas:

a. Pidana Pokok

1) Pidana mati;

2) Pidana penjara;

3) Pidana kurungan;

4) Pidana denda;

5) Pidana tutupan

b. Pidana Tambahan

1) Pencabutan hak-hak tertentu;

2) Perampasan barang-barang tertentu;

3) Pengumuman putusan hakim.

Tujuan pemidanaan adalah mencegah dilakukannya kejahatan pada

masa yang akan datang, tujuan diadakannya pemidanaan diperlukan

untuk mengetahui sifat dasar hukum dari pidana. Muladi (2000)

mengistilahkan teori tujuan sebagai teleological theories dan teori

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

36

gabungan disebut sebagai pandangan integratif di dalam tujuan

pemidanaan yang beranggapan bahwa pemidanaan mempunyai tujuan

yang plural, yang merupakan gabungan dari pandangan utilitarian yang

menyatakan bahwa tujuan pemidanaan harus menimbulkan konsekuensi

bermanfaat yang dapat dibuktikan, keadilan tidak boleh melalui

pembebanan penderitaan yang patut diterima untuk tujuan penderitaan itu

sendiri, misalnya bahwa penderitaan pidana tersebut tidak boleh melebihi

ganjaran yang selayaknya diberikan pelaku tindak pidana.

3. Jenis Pidana bagi Anak

Berdasarkan ketentuan Pasal 69 Undang-undang No. 11 tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dinyatakan bahwa seorang anak

dapat dijatuhi pidana setelah berumur 14 tahun, sedangkan anak yang

belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenai tindakan. Selanjutnya jenis

pidana dan tindakan yang dapat dijatuhkan bagi anak nakal. Selanjutnya

dalam Pasal 71 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, anak dapat dijatuhi pidana sebagai berikut:

a. Pidana pokok

1) Pidana peringatan

2) Pidana dengan syarat:

a) pembinaan di luar lembaga

b) pelayanan masyarakat, atau

c) pengawasan

3) Pelatihan kerja

4) Pembinaan dalam lembaga, dan

5) Penjara

b. Pidana tambahan terdiri atas:

1) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, atau

2) Pemenuhan kewajiban adat

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

37

Selanjutnya apabila dalam hukum materiil diancam pidana kumulatif

berupa penjara dan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja.

Pelaksanaan pidana yang dijatuhkan kepada Anak dilarang melanggar

harkat dan martabat anak.

Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak menurut Pasal 82 ayat

(1) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak, meliputi:

a. Pengembalian kepada orang tua/Wali

b. Penyerahan kepada seseorang

c. Perawatan di rumah sakit jiwa

d. Perawatan di LPKS

e. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang

diadakan oleh pemerintah atau badan swasta

f. Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau

g. Perbaikan akibat tindak pidana

F. Tinjauan tentang Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Segi yuridis, menurut Undang-undang Narkotika Nomor 35 tahun

2009, arti narkotika dapat dilihat dalam Bab I Pasal 1 ayat (1)

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan-golongan

sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini.”

Memberikan suatu pengertian atau definisi tentang narkotika dewasa

ini tidaklah menimbulkan kesulitan, oleh karena narkotika bukan lagi

merupakan sesuatu hal yang baru di Negara ini, terutama dikalangan

ilmuwan dan prakrisi dari beberapa disiplin ilmu.Dimana narkotika

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

38

dalam perkembangan di era globalisasi saat ini sudah dibahas dalam

berbagai media baik itu media cetak ataupun media elektronik.Narkotika

dalam perkembangan saat ini sudah merupakan masalah yang global

yang dihadapi oleh hampir seluruh Negara di Dunia.

Narkotika berasal dari bahasa Yunani “narke” yang berarti terbius,

sehingga tidak merasakan apa-apa.Jadi narkotika merupakan suatu

bahan-bahan yang menumpulkan rasa, menghilangkan rasa nyeri dan

sebagainya (Soedarto, 2001).

Narkotika atau sering disebut sebagai drug adalah sejenis zat.Zat

narkotika ini merupakan zat yang memiliki ciri-ciri tertentu.Narkotika

adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi

mereka yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh.

Pengaruh tersebut berupa pembiusan , hilangnya rasa sakit, rangsangan

semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan

(Dirdjosisworo, 2003).

Narkotika atau zat yang menyebabkan ketidaksadaran atau

pembiusan, karena zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf

sentral atau saraf pusat dengan cara menghisap atau menyuntikan zat

tersebut secara terus menerus kedalam badan (Wresniwiro, 1999).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik yang sintetis maupun semi sintetisnya yang dapat

menyebabkan penurunan atau penambahan kesadaran, hilangnya rasa,

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

39

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Menurut istilah kedokteran, narkotika adalah obat yang dapat

menghilangkan trauma rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah

viresal atau alat-alat rongga dada dan rongga perut, juga dapat

menimbulkan efek stupor atau bengong yang lama dalam keadaan masih

sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Mardani, 2007).

Bosu (2002) memberikan pengertian bahwa narkotika adalah:

“sejenis zat yang apabila dipergunakan atau dimasukkan kedalam

tubuh sipemakai akan menimbulkan pengaruh-pengaruh seperti

berupa menenangkan, merangsang dan menimbulkan khayalan atau

halusinasi”.

Supramono (2009) menyatakan bahwa pengertian narkotika adalah:

“suatu obat yang merusak pikiran menghilangkan rasa sakit,

menolong untuk dapat tidur dan dapat menimbulkan kecanduan

dalam berbagai tingkat”

2. Jenis-jenis Narkotika

Setiap jenis obat dapat membahayakan tubuh bila digunakan

berlebihan dan tidak sesuai dengan aturan.Akibat atau efek yang

ditimbulkan terhadap tubuh manusia tergantung pada jenis narkotika

yang dipakai oleh sipemakai. Oleh karena bahaya narkotika tersebut

seperti pendapat para sarjana dan perundang- undangan, maka

Pemerintah Indonesia membagi penggolongan jenis-jenis narkotika

sebagaimana diatur dalam Bab III Pasal 6 ayat (1) Undang-undang No.35

Tahun 2009 Tentang Narkotika, terdiri atas 3 (tiga) golongan:

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

40

a. Narkotika Golongan I

Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis Narkotika

Golongan I yaitu:

1) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya

termasuk buah dan jeraminya, kejuali bijinya.

2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh

dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya

mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan

pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.

3) Opium masak terdiri dari:

a) Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui

suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan,

pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan

bahan-bahan lain dengan maksud mengubahnya menjadi

suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

b) Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa

memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun

atau bahan lain.

c) Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing

d) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon

dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya

e) Daun koka yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam

bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari

keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara

langsung atau melalui perubahan kimia.

f) Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun

koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan

kokaina.

g) Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan

semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami,

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

41

hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja

termasuk dammar ganja dan hasis.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis Narkotika

Golongan II misalnya, alfasetilmetadol, alfameprodina, alfametadol,

alfaprodina, alfentanil, alilprodina, anileridina, asetilmetadol,

benzetidin, benzilmorfina, betameprodina, betasetilmetadol,

bezitramida, dll.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis Narkotika

Golongan III misalnya, kodeina, nikodikodina, nikokodina,

norkadeina, dll.

Dari jenis-jenis narkotika diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis

narkotika sangat berpeluang besar menimbulkan ketergantungan dan

kecanduan bagi para pemakainya.Semua narkotika tersebut merupakan

obat-obat keras yang berbahaya, itu dikarenakan daya kerja obat ini

sangat keras dan dapat memberi efek ketagihan, merusak fisik dan psikis

manusia jika disalahgunakan dan dipakai berlebihan.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

42

3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika

Terdapat 3 (tiga) faktor yang dapat dikatakan sebagai “pemicu”

seseorang dalam penyalahgunaan narkotika menurut Badan Narkotika

Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Tahun 2004 yaitu sebagai

berikut:

a. Faktor diri :

1) Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau

berfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari.

2) Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran.

3) Keinginan untuk bersenang-senang.

4) Keinginan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok

(komunitas) atau lingkungan tertentu.

5) Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan

stimulant (perangsang).

6) Lari dari masalah, kebosanan.

7) Mengalami kelelahan dan menurunnya semangat belajar.

8) Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini

merupakan gerbang ke arah penyalahgunaan narkotika.

9) Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-

puasnya.

10) Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan

menggunakan obat penghilang rasa lapar yang berlebihan.

11) Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima, atau tidak

disayangi, dalam lingkungan keluarga atau lingkungan

pergaulan.

12) Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

13) Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan

narkotika.

14) Pengertian yang salah bahwa mencoba narkotika sekali-kali

tidak akan menimbulkan masalah.

15) Tidak mampu atau tidak berani mengahadapi tekanan dari

lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan

narkotika.

16) Tidak dapat atau tidak mampu berkata tidak pada narkotika.

b. Faktor lingkungan:

1) Keluarga bermasalah (broken home).

2) Ayah, ibu, atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau

penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkotika.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

43

3) Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau

beberapa atau bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna

atau pengedar gelap narkotika.

4) Sering berkunjung ke tempat hiburan (cafe, diskotik, karaoke,

dll).

5) Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau

menganggur.

6) Lingkungan keluarga yang kurang atau tidak harmonis.

7) Lingkungan keluarga dimana tidak ada kasih sayang,

komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di

antara anggotanya.

8) Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh,

kurang/tanpa pengawasan.

9) Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar

rumah.

10) Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.\

11) Kehidupan perkotaan yang hirup piruk, orang tidak dikenal

secara pribadi, tidak ada hubungan primer, ketidakacuhan,

hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat.

12) Pengangguran, putus sekolah dan keterlantaran.

c. Faktor ketersediaan narkotika:

1) Narkotika semakin mudah didapat dan dibeli.

2) Harga narkotika semakin murah dan dijangkau oleh daya beli

masyarakat.

3) Narkotika semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan

bentuk kemasan.

4) Modus operandi tindak pidana narkotika makin sulit diungkap

aparat hokum

5) Masih banyak laboratorium gelap narkotika yang belum

terungkap.

6) Sulit terungkapnya kejahatan komputer dan pencucian uang

yang bisa membantu bisnis perdagangan gelap narkotika.

7) Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi

pembuatan narkotika.

8) Bisnis narkotika yang menjanjikan keuntungan besar.

9) Perdagangan narkotika dikendalikan oleh sindikan yan kuat dan

profesional. Bahan dasar narkotika (prekursor) beredar bebas di

masyarakat. 10) 11

Faktor terjadinya penyalahgunaan narkotika secara garis besar

dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu (Mardani, 2008):

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

44

1) Kemudahan didapatinya obat secara sah atau tidak, status hukumnya

yang masih lemah dan obatnya mudah menimbulkan

ketergantungan;

2) Kepribadian meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil,

kegagalan cita-cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain-lain, menutup

diri dengan lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang

penyalahgunaan obat keras, bertualang dengan sensari yang penuh

resiko dalam mencari identitas kepribadian, kurangnya rasa disiplin,

kepercayaan agamanya minim;

3) Lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau,

masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang tua dan

petunjuk serta pengarahan yang mulia, pengangguran, orang tuanya

juga kecanduan narkotika, penindakan hukum yang masih lemah,

dan kesulitan zaman.

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat

seseorang kelak menjadi penyalahgunaan obat terlarang.Akan tetapi

makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar kemungkinan

seseorang menjadi penyalahgunaan narkotika. Faktor individu, faktor

lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar

perannya dalam menyebabkan seseorang12menyalahgunakan narkotika.

Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari

keluarga yang harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahgunaan

narkotika (Mardani, 2008).

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

45

4. Dampak Penyalahgunaan Narkotika

Kondisi persoalan narkoba sangat rumit dan hampir tidak bisa

terdeteksi, karena terbentuknya jaringan antara produsen, pengedar, dan

pengguna merupakan jaringan yang bersifat underground terlebih lagi

keluarga juga sering cenderung menyembunyikan anggota keluarganya

yang menjadi korban narkotika karena berbagai alasan.

Tindak kekerasan atau kriminalitas sangat besar kemungkinan

muncul pada pecandu yang mulai kehabisan uang maupun barang untuk

dijual. Mereka sangat nekad dan tidak peduli, sehingga melakukan

kekerasan fisik, seperti pencurian, perampokkan serta berbagai tindakan

kriminal lainnya untuk mendapatkan apa yang diinginkan demi mendapat

pasokan narkotika (Suyono, 1999).

Berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh narkotika itu sendiri dapat

dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Memberikan efek depresan, yaitu menekan sistem syaraf pusat dan

mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa

tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri.13

b. Bila dosis yang diberikan berlebihan dapat mengakibatkan kematian.

Jenis narkotika depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya

seperti morphin danheroin. Contohnya putaw.

c. Memberi efek stimulan, yaitu merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan antara lain

kafein, kokain, amphetamin. Contohnya shabu-shabu dan ekstasi.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

46

d. Memberi efek halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya

persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan

berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin

dari jamur-jamuran.

Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang

paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja (Abdalla, 2008).

Dampak penyalahgunaan narkotika seseorang sangat tergantung pada

jenis narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau

kondisi pemakai. Secara umum, dampak negatif penyalahgunaan

narkotika dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.

a. Dampak fisik:

1) Gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti: kejang-

kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

seperti: infeksi akut otot jantung, gannguan peredaran darah.

3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses),

alergi, eksim.

4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi

pernafasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

5) Sering sakit kepala, mual-mual, muntah, suhu tubuh meningkat,

pengecilan hati dan sulit tidur. Dampak terhadap kesehatan

reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti : penurunan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

47

fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron),

serta gangguan fungsi seksual.

6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan

antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan

menstruasi.

7) Bagi pengguna narkotika melalui jarum suntik, khususnya

pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah

tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga

saat ini belum ada obatnya.

8) Penyalahgunaan narkotika bisa berakibat fatal ketika terjadi over

dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh

untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

b. Dampak psikis:

1) Lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah.

2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.

3) Menjadi ganas dan tingkah laku brutal.

4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh

diri.

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan

fisik akan mengakibat rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus

obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis

berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

48

psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk

membohongi orang tua, mencuri, pemarah dan manipulatif (Alkhaisar,

2013).

Menurut Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana (2008), akibat

dari penyalahgunaan narkotika dapat dibagi menjadi empat yaitu: 2215

a. Bagi diri sendiri, dampak pemakaian narkotika adalah sangat buruk

seperti:

1) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal yaitu daya

ingat sehingga mudah lupa, sulit berkonsentrasi, perasaan yang

tidak rasional, turunnya motivasi dalam bidang kehidupan.

2) Intoksikasi (keracunan), gejala yang timbul akibat pemakaian

narkotika yang tidak sesuai dengan dosis atau takaran yang

dianjurkan cukup berpengaruh terhadap tubuh dan perilaku,

gejala yang ditimbulkan tergantung dari jenis, jumlah, dan cara

penggunaan seperti fly, mabuk, teler, dan koma.

3) Overdosis dapat menyebabkan kematian karena terhentinya

pernafasan atau pendarahan otak, dimana overdosis terjadi

karena pemakaian narkotika yang melebihi batas toleransi tubuh

atau karena pemakaian yang lama tanpa henti.

4) Gejala putus zat adalah gejala dimana apabila dosis yang dipakai

berkurang atau dihentikan pemakaiannya dimana berat atau

ringannya gejala tergantung pada jenis, dosis, serta lama

pemakaian.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

49

5) Berulang kali kambuh, ketergantungan akibat pemakian

narkotika menyebabkan crawling (rasa rindu) walaupun telah

berhenti memakai, baik itu terhadap narkotika atau

perangkatnya, kawan-kawan, suasana, serta tempat-tempat

pengguna terdahulu yang mendorong pengguna untuk memakai

narkotika kembali.

6) Gangguan mental/sosial dan perilaku adalah dimana

menimbulkan sikap acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri,

menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga

yang terganggu. Terjadinya perubahan mentel dalam pemusatan

perhatian, belajar/bekerja yang lemah ide yang paranoid dan

lain-lain.

7) Masalah keuangan dan hukum, akibat keperluannya untuk

memenuhi kebutuhan akan narkotika maka si pemakai akan

berusaha untuk menipu, mencuri, menjual segala barang-barang

milik diri sendiri atau orang lain, akibat lain adalah ditangkap

polisi, ditahan, dan dihukum penjara, atau dihakimi masyarakat.

b. Bagi keluarga, dimana dampak yang ditimbulkan adalah suasana

nyaman dan tentram yang terganggu, orang tua yang menjadi malu

karena anggota keluarganya menjadi pengguna narkotika dan

kehidupan ekonomi keluarga yang merosot akibat penggunaan

narkotika oleh anggota keluarga tersebut.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

50

c. Bagi sekolah, narkotika dapat merusak disiplin dan motivasi yang

penting dalam proses belajar serta prestasi yang merosot dan

menciptakan iklim acuh tak acuh baik antara sesama murid maupun

guru serta pihak lainnya.

d. Bagi masyarakat, Bangsa dan Negara, narkotika dapat mengganggu

kesinambungan pembangunan, negara menderita kerugian karena

masyarakat yang tidak produktif serta tingkat kejahatan yang

meningkat.

5. Tindak Pidana Narkotika

UU. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika tidak memberikan definisi

secara khusus mengenai apa yang dimaksud dengan tindak pidana

narkotika itu sendiri, namun hanya merumuskan perbuatan-perbuatan

yang dianggap sebagai tindak pidana narkotika. Maka secara singkat

dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana narkotika

adalah suatu perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum

narkotika, dalam hal ini adalah UU No. 35/2009 Tentang Narkotika dan

ketentuan-ketentuan lain yang termasuk dalam ketentuan Undang-undang

tersebut.

Melihat tata hukum secara skematis, maka dapat dibedakan adanya

tiga sistem penegakan hukum, ialah sistem sistem penegakan hukum

perdata, sistem penegakan hukum pidana dan sistem penegakan hukum

administrasi. Berturut-turut sistem sanksi hukum perdata, sistem sanksi

hukum pidana dan sistemsanksi hukum administrasi (tata usaha negara).

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

51

Ketiga sistem penegakan hukum tersebut masing-masing didukung dan

dilaksanakan oleh alat perlengkapan negara atau biasa disebut aparatur

(alat) penegak hukum, yang mempunyai aturannya sendiri-sendiri pula.

Jenis-jenis Tindak Pidana Narkotika yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Supramono, 2009):

1) Pasal 111

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman.

2) Pasal 112

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan

Narkotika Golongan I bukan tanaman.

3) Pasal 113

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I.

4) Pasal 114

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam

jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I.

5) Pasal 115

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

mengirim, mengakut, atau mentransito Narkotika Golongan I.

6) Pasal 116

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan

Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain.

7) Pasal 117

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II

8) Pasal 118

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

52

9) Pasal 119

Setiap orang yang tanpa hak atau melawah hukum menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam

jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II.

10) Pasal 120

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II.

11) Pasal 121

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan

Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain.

12) Pasal 122

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan

Narkotika Golongan III.

13) Pasal 123

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III.

14) Pasal 124

Setiap orang yang tanpa hak atau melawah hukum menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam

jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III.

15) Pasal 125

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III.

16) Pasal 126

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan III terhadap orang lain atau memberikan

Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain.

17) Pasal 127

Setiap Penyalah Guna Narkotika Golongan I, II, dan III bagi diri

sendiri.

18) Pasal 128

Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak

melapo.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

53

19) Pasal 129

Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor

Narkotika untuk perbuatan Narkotika; Memproduksi, menimpor,

mengekspor, atau menyalurkan Prekursor Narkotika untuk

pembuatan Narkotika; Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau

menyerahkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;

Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor

Narkotika untuk pembuatan Narkotika.

20) Pasal 130

Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak

pidana Narkotika.

21) Pasal 131

Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika.

22) Pasal 133

Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu,

memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan,

memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan

tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk

melakukan tindak pidana Narkotika; Untuk menggunakan Narkotika.

23) Pasal 134

Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja

tidak melaporkan diri; Keluarga dari Pecandu Narkotika yang

dengan sengaja tidak melaporkan Pecandu Narkotika tersebut.

Undang-undang Narkotika mengatur sanksi pidana maupun tindakan

seperti rehabilitasi tetapi jika melihat sebenarnya Undang-undang

Narkotika mempunyai perbedaan dengan KUHP, berikut adalah

perbedaan Undang-undang Narkotika dibandingkan dengan KUHP

(Supramono, 2011):

a. Dalam undang-undang narkotika terdapat hukuman mati, hukum

penjara, hukuman denda. Selain itu terdapat sanksi adminisratif

seperti teguran, peringatan, denda adminisratif, penghentian

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

54

sementara kegiatan dan pecambutan izin serta hukuman tambahan

yang diatur dalam pasal 130 ayat (2) UU Narkotika, berupa:

1) Pencabutan izin usaha; dan/atau

2) Pencabutan status badan hukum.

Sedangkan dalam KUHP hukumannya berupa:

1) Hukuman Pokok

a) Hukuman mati

b) Hukuman penjara

c) Hukuman kurungan

d) Hukuman denda.

e) Hukuman Pidana Tutupan

2) Hukuman Tambahan

a) Pencabutan beberapa hak yang tertentu.

b) Perampasan barang yang tertentu.

c) Pengumuman keputusan hakim.

b. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam

Undang-undang narkotika tersebut dengan pidana penjara yang sama

dengan orang melakukan kejahatan atau pelanggaran terhadap

ketentuan dalam Undang-undang narkotika ini, misalnya percobaan

untuk menyediakan narkotika golongan 1, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua

belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00

(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00

(delapan miliar rupiah). Sedangkan dalam KUHP, hukuman terhadap

orang yang melakukan percobaan adalah maksimum hukuman utama

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

55

yang diadakan bagi kejahatan dikurangkan dengan sepertiganya,

dalam hal percobaan.

c. Undang-Undang Narkotika bersifat elastis, seperti perubahan dari

Undang-Undang Narkotika Tahun 1997 berubah menjadi Undang-

Undang No.35 Tahun 2009, sedangkan KUHP tidak bersifat elastis

karena didalamnya mengatur banyak hal.

d. Perluasan Berlakunya Asas Teritorial, dalam hal ini Undang-Undang

Narkotika beserta pemerintah mengupayakan hubungan kerjasama

secara bilateral ataupun multilateral guna untuk pembinaan dan

pengawasan Narkotika, sedangkan KUHP hanya berlaku di

Indonesia.

e. Penggunaan pidana minimal dalam undang-undang narkotika

memberikan asumsi bahwa undang-undang tersebut diberlakukan

untuk menjerat pihak-pihak yang melakukan kejahatan dan

pelanggaran terhadap narkotika. Misalnya pidana minimal yang

terdapat dalam pasal 113 ayat (1) UU No.35 tahun 2009, sedangkan

dalam KUHP tidak mengenal pidana minimal, yang ada hanya

pidana maksimal, seperti dalam pasal 362 KUHP tentang pencurian.

Sanksi merupakan aktualisasi dari norma hukum yang mempunyai

karakteristik sebagai ancamaan atau sebagai sebuah harapan. Sanksi akan

dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan

sosialnya, di samping itu, sanksi ialah merupakan penilaian pribadi

seseorang yang ada kaitannya dengan sikap perilaku serta hati nurani

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

56

yang tidak mendapatkan pengakuan atau dinilai tidak bermanfaat bila

ditaati. Pengaruh hukum dan konsep tujuan dapat dikatakann bahwa

konsep pengaruh berarti sikap tindak atau perilaku yang dikaitkan dengan

suatu kaidah hukum dalam kenyataan, perpengaruh positif atau

efektivitasnya yang tergantung pada tujuan atau maksud suatu kaidah

hukum. Suatu tujuan hukum tidak selalu identik dinyatakan dalam suatu

aturan dan belum tentu menjadi alasan yang sesungguhnya dari pembuat

aturan tersebut (Nawawi, 2004).

G. Putusan Nomor 18/pid.sud-anak/2017/pn.bks

Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak dapat diselesaikan

melalui proses diversi pada tahap penyidikan. Pada praktik hukum

dilapangan, tidak semua perkara narkotika yang dilakukan oleh anak bisa

diterapkan upaya diversi pada tahap penyidikan, untuk pasal penyalahgunaan

narkotika yang bisa diupayakan diversi. Masih terdapat kasus anak pelaku

penyalahgunaan narkotika yang diselesaikan melalui peradilan biasa seperti

ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak. Seperti proses hukum yang dialami anak di yang bernama

Muhammad Ricky Adriano warga Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi

Jawa Barat dengan bomor putusan 18/Pid.Sud-Anak/2017/PN.Bks, dengan

alasan bersalah menggunakan narkotika golongan I jenis sabu. Anak pelaku

penyalahgunaan narkotika ini, diancam pidana kurungan 1 (satu) tahun dan 4

(empat) bulan, dan pelatihan kerja selama 6 (enam) bulan dengan melanggar

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018

57

Pasal alternatif yakni Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika.

Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018