bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. pengetahuanrepository.unimus.ac.id/1373/4/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek
(Notoatmodjo, 2005). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera pengelihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek atau stimulus yang didapatkan
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Herijulianti dkk,
2001).
b. Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi
Seseorang memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap
objek tertentu. Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang
ditangkap panca indera. Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun
secara terencana, yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan tentang
kesehatan gigi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
pengetahuan serta mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi
repository.unimus.ac.id
9
melalui pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan merupakan
ranah yang kognitif yang mempunyai tingkatan (Herijulianti dkk, 2001).
c. Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan antara seseorang dengan orang lainnya terhadap obyek
mempunyai intensitas dan tingkatan yang berbeda-beda, hal ini tercakup
domain kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu
Tahu dapat diartikan, seseorang yang telah mendapatkan pengetahuan
mampu mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya. Contohnya, mengingat kembali fungsi gigi selain untuk
megunyah, gigi juga dapat berfungsi untuk berbicara dan estetika.
Contoh lain, gigi putih bersih berkat iklan pasta gigi seseorang. Akibat
iklan ini seseorang tertarik dan menjadi tahu bahwa untuk
memperoleh gigi bersih seperti yang terdapat dalam iklan diperlukan
pasta gigi tersebut (Herijulianti dkk, 2001).
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
repository.unimus.ac.id
10
menginterprestasikan materi yang didapatkan secara benar, orang
yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat
menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang
dipelajari. Contohnya, seseorang mampu menjelaskan tanda-tanda gigi
berlubang (Herijulianti dkk, 2001).
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Contohnya, mampu
menerapkan cara menyikat gigi dengan baik dan benar (Herijulianti
dkk, 2001).
4) Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur yang
masih berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Contohnya, mampu
menjabarkan struktur jaringan periodontal dengan masing-masing
fungsinya (Herijulianti dkk, 2001).
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan menjadi bagian yang baru. Atau
dapat dikatakan, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formulasi yang ada. Contohnya, individu mampu mengelompokkan
jenis-jenis diet makanan yang sehat untuk gigi, serta mengambil
repository.unimus.ac.id
11
tindakan yang tepat bila ada kelainan gigi, untuk usaha mencegah
penyakit gigi (Herijulianti dkk, 2001)
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana
penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada
kriteria yang sudah ada. Contohnya, mampu menilai kondisi kesehatan
gusi pada kondisi tertentu (Herijulianti dkk, 2001).
d. Domain Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain terpenting terbentuknya tindakan
seseorang, karena dari pengalaman dan beberapa penelitian, ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari perilaku
yang tidak disadari oleh pengetahuan (Worang et al,2014).
Secara teori domain ini terjadi secara berurutan, mulai dari
pengetahuan, pengetahuan disini dalam arti seseorang mampu
menyebutkan kembali apa yang mereka pelajari. Dari pengetahuan ini
nantinya akan berubah menjadi sikap. Sikap disini mencakup 3 hal yaitu:
menerima, menanggapi, dan menghargai apa yang mereka dapatkan,
sehingga sikap disini melibatkan pikiran, perhatian, dan gejala kejiwaan
yang lain. Dari sikap ini akan timbul menjadi tindakan. Pengetahuan
tidak hanya didapat melalui pendidikan formal, tetapi juga dapat
diperoleh melalui pendidikan yang disampaikan oleh orang tua, surat
repository.unimus.ac.id
12
kabar, media elektronik, pengamatan dan sebagainya (Notoadmodjo
2010).
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
1) Awareness (kesadaran), seseorang menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)
2) Interest, seseorang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluation, seseorang menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut untuk dirinya
4) Trial, seseorang telah mencoba perilaku baru
5) Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Worang et al, 2014).
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan
melakukan wawancara atau pembagian angket yang berisi pertanyaan
tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang yang lebih
paham kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat
memahami. Pendidikan dapat di dapatkan secara formal maupun non
formal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan
repository.unimus.ac.id
13
seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi.
Pada akhirnya, makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan (Herijulianti
dkk, 2001;Dotado-maderazo et al, 2014).
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung (Herijulianti dkk, 2001).
3) Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara
garis besar dapat dikatagorikan menjadi empat, yaitu: perubahan
ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya
ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada
aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang
dan dewasa (Herijulianti dkk, 2001).
4) Minat
Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat disini dapat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang
repository.unimus.ac.id
14
lebih mendalam (Herijuliantiet dkk, 2001;Dotado-maderazo et
al,2014).
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan
pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh
seseorang. Namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya
dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Herijulianti
dkk, 2001).
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut,
maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk
selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut karena lingkungan sangat
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang
(Herijulianti dkk, 2001).
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
(Herijulianti dkk, 2001).
repository.unimus.ac.id
15
2. Indeks Kesehatan Gigi dan Mulut
Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi masyarakat, harus dilakukan
survei kesehatan masyarakat. Dari survei ini, akan didapatkan data-data
mengenai status kesehatan gigi dan informasi untuk mendiagnosa keadaan
kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Indeks itu sendiri adalah suatu
angka yang didapat saat melakukan pemeriksaan dengan cara mengukur.
Dengan penggunaan indeks ini dapat membedakaan keadaan klinis dari
masyarakat pada saat yang sama atau pada saat yang lain, serta melihat
kemajuan ataupun kemunduran dari kesehatan gigi di masyarakat sekitar
(Herijulianti dkk, 2001). Beberapa indeks yang sering digunakan untuk
survey kesehatan gigi:
a. Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S)
Pengukuran indeks OHI-S terdiri dari pengukuran skor debris dan
pengukuran skor kalkulus. Tujuan penggunaan OHI-S ini adalah dengan
mengembangkan suatu teknik pengukuran yang dapat dipergunakan
untuk menilai kegiatan kesehatan gigi dari masyarakat, serta menilai efek
segera dan jangka panjang dari program pendidikan kesehatan gigi (Dwi
Oktavilia dkk, 2014).
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, Green and
Vermilillion, memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang dapat
mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi
yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks
repository.unimus.ac.id
16
beserta permukaan indeks yang dianggap mewakili tiap segmen adalah
(Herijulianti dkk, 2001):
Tabel 2.1 Segmen Gigi yang di Nilai Menurut Green and Vermilillion
Untuk mempermudah penilaian, permukaan gigi yang akan dinilai
dapat dibagi dengan garis khayal menjadi 3 (tiga) bagian yang besarnya
sama.
Gambar 2.1 Cara Penilaian Debris Menurut Green and Vermilillion
(Putri et al. 2009)
1) Menghitung Skor Debris
Oral debris adalah bahan lunak yang melekat pada permukaan gigi.
Dapat berupa plak, material alba, dan food debris (sisa makanan).
Gigi 16 pada permukaan bukal
Gigi 11 pada permukaan labial
Gigi 26 pada permukaan bukal
Gigi 36 pada permukaan lingual
Gigi 31 pada permukaan bukal
Gigi 46 pada permukaan lingual
repository.unimus.ac.id
17
Kriteria skor debris:
Tabel 2.2 Kriteria Skor Debris Green and Vermilillion
Cara pengukuran debris dapat menggunakan larutan disclosing atau
tanpa larutan disclosing (Putri dkk, 2009). Jika tidak menggunakan
larutan disclosing, dapat menggunakan sonde atau biasa disebut dental
probe. Dengan cara gerakan sonde secara mendatar pada permukaan
gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh sonde. Periksa gigi
indeks mulai dengan menelusuri dari 1/3 bagian insisal atau oklusal,
jika tidak ditemukan dilanjutkan pada permukaan 2/3 gigi, dan jika
disini tidak dijumpai, teruskan sampai ke 1/3 bagian servikal
(Notohartojo & Andayasari, 2013).
2) Menghitung Skor Kalkulus
Kalkulus dikenal sebagai deposit keras yang terjadi karena
pengendapan garam-garam anorganik yang mana komposisi utamanya
adalah kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang bercampur dengan
debris, mikroorganisme, dan sel-sel epitel deskuamasi. Kalkulus
Skor Kondisi
0 Tidak ada debris atau stain
1 Plak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal atau terdapat stain
ekstrinsik di permukaan yang diperiksa
2 Plak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namu kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa
3 Plak menutupi lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa
repository.unimus.ac.id
18
berstruktur lebih padat dan tidak lunak seperti debris (Putri dkk,
2009).
Gambar 2.2 Cara Penilaian Kalkulus (Putri dkk, 2009).
Kriteria skor kalkulus:
Tabel 2.3 Kriteria Skor Kalkulus Green and Vermilillion
Skor Kondisi
0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
yang diperiksa
2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan gigi yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus
subgingiva disekeliling servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada
kalkulus subgingiva yang kontinu disekeliling servikal gigi
3) Menghitung skor indeks debris, skor indeks kalkulus, dan skor OHIS
Skor indeks debris maupun skor indeks kalkulus ditentukan dengan cara
menjumlahkan seluruh skor yang didapatkan kemudian dibagi dengan
jumlah segmen gigi yang diperiksa (Putri dkk, 2009).
repository.unimus.ac.id
19
Sedangkan skor OHIS adalah:
Tabel 2.4 Skor OHISGreen and Vermilillion
Skor OHIS = jumlah skor debris + jumlah skor kalkulus
4) Menentukan kriteria indeks debris, kalkulus, dan OHIS
Menurut Greene and Vermillion, kriteria penilaiannya mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
Baik : jika nilai/skor antara 0-1,2
Sedang : jika nilai/skor antara 1,3-3,0
Buruk : jika nilai/skor antara 3,1-,6,0
(Putri dkk, 2009)
b. Decayed Missing Filled Tooth(DMF-T)
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies
gigi. Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita
seseorang dari dulu sampai sekarang. Ada beberapa indeks karies yang
biasa digunakan seperti indeks WHO.
1) DMF-T (Decay Missing Filling Teeth), nilai DMF-T adalah angka
yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau
sekelompok orang. Untuk melihat karies gigi dapat digunakan kaca
mulut untuk melihat ada atau tidaknya gigi yang berlubang, serta
sonde untuk menentukan dan mengukur kedalaman karies.
repository.unimus.ac.id
20
Rumus DMF-T:
Tabel 2.5 Rumus DMF-T Menurut WHO
DMF-T = Decay (D) + Missing (M) + Filling (F)
Keterangan DMF-T:
a) Angka D/decay :gigi yang berlubang karena karies gigi
b) Angka M/missing :gigi yang dicabut karena karies gigi
c) Angka F/filling :gigi yang ditambal atau ditumpat karena
karies dan dalam keadaan baik (Herijulianti dkk, 2001 dan Putri
dkk, 2009).
2) Menentukan Kriteria DMF-T:
Untuk menentukan kriteria DMF-T yaitu dengan cara menjumlahkan
seluruh gigi yang karies atau berlubang kemudian dibagi jumlah gigi
yang dihitung. Sehingga didapatkan kriteria DMF-T sebagai berikut:
Tabel 2.6 Kriteria DMF-T menurut Depkes RI, 2000
Nilai DMF-T Kriteria
< 2 Baik
> 2 Buruk
3. Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
repository.unimus.ac.id
21
dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi ini merupakan
penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut.
Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan
gigi, plak, atau biofilm dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat
difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan
asetat yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan
rusaknya bahan organik akibat terganggunya keseimbangan email dan
sekelilingnya, menyebabkan terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa
bakteri dapat berkembang ke jaringan periapeks sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri pada gigi.
Etiologi karies gigi bersifat multifaktorial, sehingga memerlukan faktor-
faktor penting seperti host (penjamu), agen, mikroorganisme, substrat, dan
waktu (Kidd dan Bechal 1992).
a. Pejamu
Untuk dapat terjadinya proses karies pada gigi diperlukan adanya
faktor pejamu yaitu gigi dan saliva. Struktur dari anatomi gigi terdiri dari
lapisan enamel yang terdapat pada bagian luar gigi dan lapisan dentin
yang terletak dibawah lapisan enamel. Enamel merupakan struktur gigi
yang paling keras namun bersiat rapuh dan memiliki struktur sangat tipis
(Ramayanti & Purnakarya, 2013).
Kandungan bahan organik dan anorganik enamel dapat
mempengaruhi kerentanan permukaan gigi terhadap terjadinya karies.
Apatit dan karbohidrat mengisi kurang lebih 97% bahan anorganik, apatit
repository.unimus.ac.id
22
berperan terhadap penambahan resistensi enamel terhadap serangan
asam. 1% lainnya terdiri dari bahan organik yang tidak dapat larut air
yaitu keratin, dan dapat larut air yaitu mukopolisakarida. Struktur
lapisan enamel pada gigi berperan dalam proses terjadinya karies, plak
yang mengandung bakteri merupakan awal terbentuknya karies (Putri
dkk, 2009).
Selain keadaan gigi, saliva juga berperan penting dalam
terbentuknya karies. Saliva tersusun atas komponen organik dan non
organik. Komponen utama anorganik saliva adalah elektrolit dalam
bentuk ion seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida dan
fosfat. Sedangkan komponen organik seperti musin, lipid, asam lemak
dan ureum yang dapat pula berasal dari sisa makanan dan pertukaran zat
bakterial. Komponen in kalsium fosfat dan fluor yang terkandung dalam
saliva mampu memineralisasi karies yang masih dini. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme dalam plak saliva juga
mempengaruhi pH. Karena itu, aliran saliva yang berkurang dapat
menyebabkan karies gigi yang tidak terkendali (Putri dkk, 2009).
b. Agen
Faktor agen dipengaruhi oleh jumlah plak dan bakteri dalam rongga
mulut. Plak gigi berperan penting dalam proses terjadinya karies. Proses
pembentukan plak diawali dengan absorbsi glikoprotein dari saliva pada
permukaan gigi yang disebut pelikel dan peningkatan plak pada
permukaan gigi dipengaruhi oleh jumlah bakteri (Putri dkk, 2009).
repository.unimus.ac.id
23
c. Substrat
Faktor substrat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan
enamel. Karbohidrat memiliki peran penting dalam pembuatan asam bagi
bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Makanan dan minuman yang
mengandung gula dapat menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada
level yang dapat mengakibatkan demineralisasi pada email (Putri dkk,
2009).
d. Waktu
Karies merupakan suatu penyakit kronis yang progresif yang
membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan tahun untuk dapat
berkembang (Putri dkk, 2009).
4. Hubungan Pengetahuan dengan Status Kesehatan Gigi
Menurut teori Blum, status kesehatan seseorang termasuk kesehatan
gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor yaitu genetik, lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan perilaku (Tjahja dan Ghani, 2007). Perilaku
kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan
sendiri merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2005).
Seseorang dapat mengerti apabila di latar belakangi oleh pengetahuan
yang dimiliki. Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai
repository.unimus.ac.id
24
tingkatan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Apabila materi atau objek yang ditangkap panca indera adalah tentang gigi,
gusi serta kesehatan gigi pada umumnya, pengetahuan yang diperoleh
adalah mengenai gigi, gusi, serta kesehatan gigi (Budiharto 2008 dan
Notoatmodjo, 2005).
Penelitian sebelumnya mengatakan, pengetahuan mengenai kesehatan
gigi dan mulut sangat penting untuk terbentuknya tindakan menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia
sekolah merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan pada usia
dini. Hal ini terbukti, responden dengan tingkat pengetahuan yang baik
memiliki tingkat keparahan karies yang rendah. Sebaliknya, responden
dengan tingkat pengetahuan yang buruk memiliki tingkat keparahan karies
yang tinggi (Lintang dkk, 2015).
repository.unimus.ac.id
25
B. Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Pendidikan
Pekerjaan
Sikap Pengetahuan Perilaku
Usia
Genetik Pelayanan
Kesehatan
Status kesehatan
gigi dan mulut Minat
Lingkungan Pengalaman
Kebudayaan
Informasi
repository.unimus.ac.id