bab ii tinjauan pustaka b. hygiene perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/bab ii.pdf ·...

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaan Hygiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil pengukuran evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja atau perusahaan. Dengan menerapkan hygiene perusahaan kesehatan tenaga kerja atau pekerja yang dapat dilindungi dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor lingkungan yang mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat hygiene perusahaan yaitu sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat teknis-teknologi (Suma’mur, 2009:1). Tujuan hygine perusahaan dalam kesehatan kerja adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondidi yang diperlukan cukup memadai), pada pekerja atau buruh petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manager atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi dan non-ekonomi formal, informal serta non-formal dengan demikian dimaksudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja dalam

Upload: others

Post on 15-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Hygiene Perusahaan

Hygiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene

beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur

dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan

kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil

pengukuran evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif

serta guna pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap

lingkungan kerja atau perusahaan. Dengan menerapkan hygiene perusahaan

kesehatan tenaga kerja atau pekerja yang dapat dilindungi dan masyarakat

sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor lingkungan yang

mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat

hygiene perusahaan yaitu sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat

teknis-teknologi (Suma’mur, 2009:1).

Tujuan hygine perusahaan dalam kesehatan kerja adalah sebagai alat

untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal

tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondidi yang diperlukan

cukup memadai), pada pekerja atau buruh petani, nelayan, pegawai negeri,

pengusaha, manager atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi

dan non-ekonomi formal, informal serta non-formal dengan demikian

dimaksudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja dalam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

9

meningkatkan produktivitas, yang berdasarkan kepada perbaikan daya kerja

dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Sama’mur, 2009 :4).

C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan

kerja dan bahan-bahan kimia dala proses produksi semakin meningkat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan

dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya

jumlah tenaga kerja. Dengan demikian banyak, pada masalah ketenagakerjaan

yang timbul termasuk didalamnya, masalah-masalah kesehatan dan

keselamatan kerja (K3). Seperti meningkatnya jumlah dan ragam sumber

bahaya ditempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan

(Notoatmodjo, 2007:362).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar

dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,

bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan

konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)

perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka

panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa yang

akan datang.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

10

1. Kesehatan Kerja

a. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat di

dalam suatu masyarakat pekerja dan lingkungannya.

b. Cakupan Kesehatan Kerja

Cakupan Kesehatan Kerja, antara lain :

1) Upaya Promosi Kesehatan.

2) Pengendalian Lingkungan Kerja.

3) Pemeriksaan pelayanan kesehatan, secara kelompok atau

individu.

4) Pendidikan dan pelatihan

5) Surveillance

6) Pengobatan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.

7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.

8) Upaya rehabilitas.

9) Penelitian mengenai penyebab gangguan kesehatan.

10) Konseling (Astono, 2002).

c. Prinsip Kesehatan Kerja

Hakikat kesehatan kerja mencakup dua halu, sebagai berikut :

1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja

setinggi-tingginya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

11

2) Sebagai alat untukmeningkatkan produksi yang

melandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan

produktivitas.

d. Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan Kesehatan Kerja adalah :

1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan

akibat kerja.

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga

kerja.

3) Peraatan dan peningkatan efisiensi dan produktivitas tenaga

kerja.

4) Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan

kegairahan kerja.

5) Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan

agar terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh

produk perusahaan.

6) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk perusahaan.

Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk

menciptakan tenaga krja yang sehat dan produktif. Tujuan

ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja

yang memenuhi syarat, seperti suhu ruangan yang nyaman,

peneragan dan pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

12

sikap badan yang baik, dan alat kerja yang sesuia dengan

ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo

Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ).

e. Faktor-faktor penyebab masuknya kesehatan kerja di perusahaan,

adalah :

1) Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat

menentukan. Tenaga kerja yang sehat akan mudah

diarahkan menjadi sumber daya yang efisien, efektif dan

produktif. Sedangkan tenaga kerja yang sakit akan

menghambat proses produksi.

2) Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja. Hal ini

baru dapat dicegah bila kesehatan kerja dapat diintensifkan

di dalam lingkungan perusahaan.

3) Kegiatan perusahaan mulai dari proses produksi sampai

dengan pemasaran hasil produksi mungkin sekali dapat

menimbulkan efek negatif kepada tenaga kerja, maka perlu

sekali pernanan kesehatan kerja dalam upaya turut

menanggulangi bahaya tersebut.

2. Keselamatan Kerja

a. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamata yang berkaitan

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

13

landasan tempat kerja baik didarat, udara, dalam tanah, di

permukaan dan dalam air. Juga menyangkut segenap aspek

produksi dan distribusi, baik jasa maupun barang, sehingga

keselamatan kerja erat kaitannya dengan peningkatan produksi dan

produktivitas (Astono, 2002).

Keselamatan kerja menurut Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia (2007) adalah sarana utama untuk pencegahan

kecelakaan, cacat da kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

b. Tujuan Keselamatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja menurut Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia (2007) yaitu :

1) Melindungi tenaga kerja dan hak keselamatannya dalam

melakukan pekrjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk

meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2) Menjamin keselamata setiap orang yang berada di tempat

kerja.

3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

dan efisien.

D. Lingkungan Kerja

1. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para

pekerja dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas.

Lingkungan kerja kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

14

para pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat

mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja

dimana dia bekerja,maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya

untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja digunakan secara efektif

dan optimis. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja antara

bawaha dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.

2. Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Ditempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit

akibat kerja sebagai berikut :

a. Golongan fisik, seperti :

1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.

2) Radiasi dapat berupa radiasi pengion, misal berasal dari

bahan-bahan radioaktif yang dapat menyebabkan antara

lain penyakit-penyakit sistem darah dan kulit, sedangkan

radiasi non-pengion misal radiasi elektromagnetik yang

berasal dari peralatan yang mengeluarkan listrik. Radiasi

sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak pada lensa

mata.

3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat

cramps (keadaan panas badan yang tingkat suhunya).

4) Tekanan udara yang tinggi menyebabkan ketulian

permanen.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

15

5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya

menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau

kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

a. Golongan kimiawi seperti :

1) Debu atau serbuk yang menyebabkan penyakit saluran

pernafasan.

2) Uap menyebabkan keracunan atau penyakit kulit.

3) Gas misalnya keracunan atau penyakit kulit.

4) Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis (gatal-gatal

disebabkan jamur).

5) Kabut dari racun serangga uang menimbulkan keracunan.

c. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan

konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara

melakukan pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan

kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.

d. Golongan mental-psikologis disebabkan oleh dua gangguan jiwa

yang menonjol, yaitu depresi pada hubungan yang tidak baik antara

pekerja dengan pekerja lain atau antara atasan.

D. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Terdapat dua kelompok penyebab kecelakaan, yaitu penyebab

langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung atau primer

disebabkan oleh unsafe act (perilaku manusia tidak aman) dan unsafe

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

16

condition (kondisi lingkungan kerja yang tidak aman). Sedangkan penyebab

tidak langsung/nyata/dasar (underlying) dapat disebabkan oleh :

1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadi nya kecelakaan

kerja terdiri dari :

a. Faktor lingkungan fisik

Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,

misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas

dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,

radiasi dan kelembaban.

Faktor fisik dalam kesehatan kerja telah menguraikan

bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan

beban pekerja saat melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan keselamatan kerja. Maka dari itu lingkungan kerja

dapat mempengaruhi kesehtan dan keselamatan kerja. Lingkungan

Kerja Fisik menurut Kepmenkes RI No.

1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang persyaratan kesehatan

lingkungan kerja perkantoran dan industri sebagai berikut :

1) Kebisingan

Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dari

kehidupan sehari-hai, termasuk ditempat kerja. Bahkan bunyi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

17

yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari

kerja misalnya, bunyi telepon, bunyi mesin, ketik atau

komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun seringnya

bunyi-bunyi tersebut meski merupakan bagian dari kerja

kita,tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi

mesin-mesin yang ada pada tempat kerja yang melebihi

ambang batas pendengaran dan sebagainya. Kebisingan dapat

mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan

kerusakan pada indera pendengar sampai pada ketulian.

Standar kebisingan pada ruang produksi adalah 85 dB .

Tingkat pajanan kebisingan selama satu hari pada ruang proses

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pemaparan Kebisingan selama sehari

No. Tingkat Kebisingan (dB) Pemaparan Harian.

1 85 8 jam

2 88 4 jam

3 91 2 jam

4 94 1 jam

5 97 30 menit

6 100 15 menit

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 tahun 2002

Ada beberapa cara sederhana untuk menentukan, bahwa tingkat suara

di tempat kerja terlalu keras, yaitu :

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

18

a) Apabila anda harus berteriak atau berbicara keras dari

jarak rentan tangan, untuk dimengerti oleh lawan

bicara anda.

b) Apabila telinga terasa berdengung setelah

meninggalkan lokasi.

c) Merasa pusing atau mengantuk karena kebisingan.

Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan

efek jangka pendek dan jangka panjang pada

pendengaran. Semakin tinggi intensitas dari

kebisingan, potensi untuk menimbulkan berbagai

gangguan seperti, kehilangan pendengaran sementara

sampai permanen, pusing, mengantk, tekanan darah

tinggi, stres emosional yang dapat diikuti sakit maag,

sulit tidur dan sakit jantung dan kehilangan

konsentrasi. Adapun upaya yang dilakukan untuk para

pekerjanya sendiri adalah dengan menggunakan alat

pelindung seperti penyumbat telinga (ear plug dan

ear mug) (Anies, 2005:91-93).

2) Penerangan atau pencahayaan

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan hanya

saja akan menambah beban kerja karena mengganggu

pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga dapat menimbulkan

kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan

kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan higienis.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

19

Penerangan yang kurang juga akan menyebabkan kelelahan

fisik dan mental bagi para pekerja. Umur juga dapat

mempengaruhi pencahayaan dengan bertambahnya umur

dapat menurunkan penglihatannya. Minimal pencahayaan

pada ruang produksi adalah 100-200 lux.

3) Kelembaban

Kelembaban pada suatu ruang produksi dapat

mempengaruhi aktivitas pekerja, aka dari itu perlu kita

ketahui kelembaban produksi adalah 65-95%.

4) Suhu

Suhu pada suatu ruang produksi dapat mempengaruhi

aktivitas kerja, maka dari itu kita ketahui kelembaban ruang

produksi adalah 18-30oC.

Pengendalian lingkungan kerja dalam rangka upaya

pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat kerja

ditinjau dari aspek pendekatan epidemiologik pada

dasarnya ditnjukkan pada upaya penemuan penyebab

terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Secara kronologis,

terjadinya kecelakaan akibat kerja pada dasarnya dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a) Kecelakaan timbul karena adanya penyebab yaitu

kerja (perbuatan) dan keadaan (kondisi) yang tidak

aman.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

20

b) Kerja (perbuatan) dan keadaan yang tidak aman

ditimbulkan oleh kesalahan manusia sebagai tenaga

kerja.

c) Kesalahan manusi disebabkan oleh berbagai faktor

antara lain lingkungan kerja, kondisi sosial

ekonomi, tingkat pengetahuan dan keterampilan

serta adat kebiasaan (Rachman dkk, 1990:131).

b. Faktor lingkungan kimia

Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan

(inhalation), kulit (skin absorption), tertelan (ingestion). Racun

dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-

duanya.

1) Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan

kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak.

Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh

yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan

basa , fosfor.\

2) Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di

tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti

eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang

hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan

oedema (bengkak). Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut,

minyak. Dan pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

21

amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,

ozone.

3) Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia

yang secara jelas telah terbukti pada manusia.

Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia

yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada

hewan. Contoh : Terbukti karsinogen pada manusia :

benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma);

2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih );

asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);

Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde,

carbon tetrachloride, dichromates, beryllium.

4) Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang

menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :

Otak : pelarut, lead,mercury, manganese Sistem syaraf

peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide.

Sistem pembentukan darah : benzene, ethyleneglycolether,

Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons.

Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara

(pneumoconiosis).

c. Faktor lingkungan biologi

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik

yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti

virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

22

dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.

Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang

menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang

bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme

viable, racun biogenik dan alergi biogenik.

1) Organisme viable dan racun biogenic

Organisme viable termasuk di dalamnya jamur,

spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk

endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk

bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan

media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:

pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage dan

sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, “grain fever”,

Legionnaire’s disease.

2) Alergi Bionik

Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-

derived protein, enzim. Bahan alergen dari pertanian berasal

dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan

protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen

pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan

obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga

dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur

jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen

dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

23

conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational asthma :

wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

3) Bahaya Infeksi

Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak

umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya

yaitu pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak,

penjaga binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B,

tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,

chlamydia, psittaci.

d. Faktor Lingkungan Psikologis

Bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-

aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau

kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga

kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,

motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan

klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya

keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya

sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta

hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi

dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan

menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

1) Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-

spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

24

tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini

dinamakan stress.

2) Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah,

gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan

alkohol dan psikotropika.

3) Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung

koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka

usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit

kulit seperti eksim,dll.

2. Faktor manusia atau karyawan

Faktor manusia yang mempengaruhi kecelakaan kerja yaitu:

b. Faal

Faal kerja adalah ilmu tentang tubuh manusia saat bekerja.

Bekerja adalah hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf

dan otot yang ditunjang oleh jantung, paru, ginjal dan lain-lain.

Secara fisiologis, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi

yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer, panca dria (mata,

telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka (kedua

yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin

dikelompokan menjadi kerja otak (mental), dan kerja otot (fisik).

Dalam faal kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik

atau otot. Untuk bekerja pertukaran zat dalam organ tubuh yang

diperlukan sebagai sumber energi dan transportasi sisa

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

25

metabolisme yang harus dibuang, jelas sangat penting peran

peredaran darah ke dan dari susunan saraf serta otot-otot dan

rangka (muskulo-skeletal) dan juga organ-organ lainnya. Selain

jantung dan sistem peredaran darah, paru dan alat pernafasan

lainnya, sistem gastro-intestinal (mulut, esofagus, usus, hati, dan

lainnya) juga memainkan fungsi masing-masing dalam mendukung

dan menunjang kelancaran berlangsungnya aktivitas dan rangkaian

kegiatan dilakukannya pekerjaan.

b. Kejiwaan

Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan, sifat dan perilaku, serta

kepribadian seperti emosi, adaptasi dan minatnya terhadap sesuatu.

3. Faktor Manajemen

Adapun faktor manajemen sebagai berikut :

a. Kebijakan

Kebijakan merupakan komitmen pimpinan suatu organisasi

perusahaan untuk menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja

seluruh personil di bawah kendalinya juga pihak-pihak yang berkaitan

(berhubungan) dengan kegiatan (aktivitas) operasi perusahaan

(organisasi) tersebut.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

26

b. Keputusan

Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu

hokum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternative dari

beberapa alternative.

c. Evaluasi

Evaluasi dalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan

proses untuk menentukan nilai dari suatu hal.

d. Kontrol

Kontrol (pengendalian) adalah salah satu fungsi manajerial

seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan

mengarahkan.

e. Administrasi

Administrasi adalah perencanaan, pengendalian, dan

pengorganisasian pekerjaan perkantoran, serta penggerakan mereka

yang melaksanakannya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

E. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Kecelakaan sedikit banyak tentu membawa akibat atau kerugian yang

dapat di bagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Kerugian yang bersifat ekonomik baik langsung maupun tidak

langsung, antara lain kerusakan mesin, peralatan dan bahan, biaya

pengobatan dan perawatan korban, hilangnya waktu kerja,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

27

menurunnya kualitas dan kuantitas jasa yang diberikan kepada pasien

sebagai penerima jasa.

2. Kerugian yang bersifat non ekonomi, berupa penderitaan manusia

pada umumnya dan si korban pada khususnya baik itu berupakemtian,

luka/cidera berat maupun ringan, termasuk penderitaan keluarga

korban bila korban meniggal atau cacat.

F. Peraturan Perundangan Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan yang di atur dalam Undang-Undang

No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ditetapkan syarat-syarat

keselamatan kerja untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,

sinar radiasi, suara dan getaran;

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

28

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

cara dan proses kerjanya;

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman atau barang;

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan

dan penyimpanan barang;

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan

kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,

barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan.

Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi

suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang

mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,

perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan

atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang,

produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

29

itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan

umum.

G. Alat Pelindung Diri

1. Pengertian APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan

oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap

kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

Pemakaian alat pelindung diri dengan baik dan tepat sesuai dengan

funsinya pada tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan sangat penting

dalam usaha pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja serta

perlindungan tenaga kerja. Pemakaian alat pelindung diri selama bekerja

harus diperhatikan sebaik-baiknya dan sarana/alat-alat pelindung diri

tersebut mutlak disediakan oleh perusahaan.

2. Syarat-syarat APD

Alat-alat pelindung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki daya pencegah yang kuat terhadap bahaya yang ada.

b. Konstruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku.

c. Ringan, efisien, dan nyaman dipakai.

d. Tidak mengganggu gerakan-gerakan yang diperlukan.

e. Tahan lama, pemeliharaan mudah dan bagian-bagiannya mudah

diganti atau diperoleh.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

30

3. Jenis-jenis APD

Alat pelindung dari beraneka macam ragamnya, bila digolongkan

menurut bagian tubuh yang dihubungi, maka jenis alat pelindung diri

dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Kepala : Pengikat rambut, penutup mata, helm atau topi kerja.

b. Mata : Kaca mata kerja dengan berbagai jenis kaca dan bentuk.

c. Muka : Perisai muka.

d. Hidung : Respirator atau masker.

e. Telinga : Sumbet dan tutup telinga.

f. Tangan : Sarung tanga.

g. Kaki : Sepatu kerja.

h. Tubuh : Pakaian kerja dari berbagai bahan.

Jenis alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya-bahaya yang

dapat terjadi di tempat kerja adalah sebagai berikut :

1) Bising : Sumbat dan tutup telinga.

2) Suhu panas atau gas : Helm atau topi kerja, pakaian kerja,

sarung tangan, sepatu kerja.

3) Debu : Kaca mata, masker.

4) Bahan kima : Kaca mata, masker, pakaian kerja, sarung tangan

4. Masalah Umum APD

a. Tidak semua APD melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak

diketahui derajat perindungannya.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

31

b. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat si pemakai sulit

bekerja.

c. APD dapat menciptakan bahaya baru.

d. Perlindungan yang diberikan APD sulit untuk dimonitor.

e. Kewajiban pemeliharaan APD dialihkan dari pihak manajemen

keselamatan pekerja.

f. Efektivitas APD sering tergantung GOOD FIT pada pekerja.

g. Kepercayaan pada APD akan menghambat pengembangan

kemajuan teknologi yang baru.

H. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Pengertian

Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas

perncanaan, perorganisasian, pelaksanaan, pengukuran, dan tindak lanjut

yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan

menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen

adalah kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan

SMK3 adalah Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja yang selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, penerapan,

pencapaian, pengkajian, dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif (Permenaker RI No.05/1996:I:1).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

32

Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suati sistem K3

ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi

dan lingkungan kerja yang terintregasi dalam rangka mencegah dan

melindungi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat

aman, efisien dan produktif (Permenaker RI No.05/1996:I:2).

Tujuan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah :

a. Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya, baik buruk, nelayan, pegawai negri, atau

pekerja bebas.

b. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan

kecelakaan akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan

dan gizi tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan

daya produktif tenaga manusia, memberantas kelelahan kerja.

c. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan,

agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi

yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya

yang mungkin ditimbulkan oleh produk industri.

Dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

a. Mentapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap

penerapan K3.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

33

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran

penerapan SMK3.

c. Menerapkan kebijakan secara efektif dengan mengembangkan

kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk

mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3.

d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3

secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja

K3 (Permenaker RI No.05/1996:III:4 (1)).

Langkah-langkah dalam mengembangkan sistem manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja dapat diuraikan sabagai berikut :

a. Peraturan Perundang-undangan yaitu semua peraturan perundang-

undangan standar K3 yang berlaku pada perusahaan yang

bersangkutan.

b. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan yaitu pernyataan

mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 dan

menegaskan keterkaitan perusahan terhadap pelaksanaan K3

dengan melaksanakan semua ketentuam K3 yang berlaku sesuai

dengan operasi perusahaan, melindungi kesehatan dan

keselamatan semua pekerja termasuk kontraktor, pelanggan dan

pemasok.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

34

c. Mengorganisasikan untuk melaksanakan kebijakan K3 secara

efektif dengan peran serta semua tingkatan manajemen pekerja.

d. Merencanakan SMK3 yaitu perusahan harus membuat

perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan

dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas dapat dukur.

e. Penerapan SMK3 yaitu perusahaan harus menyediakan personil

yang memiliki kualifkasi, sarana yang memadai sesuai SMK3

yang diterapkan dapat membuat prosedur yang dapat memantau

manfaat yang akan didapat maupun biaya yang akan dikeluarkan.

f. Mengukur atau memantau (pengawasan) yaitu kegiatan

pengawasan terhadap pekerja yang berhubungan dengan

kesehatan dan keselamatan pekerjanya.

2. Manajemen Kontrol Kerugian

Pendekatan manajemen secara profesional tidak akan efektif

apabila tidak memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Manajer harus memperhatikan adanya alat pelindung (safety) dan

kesehatan (health) (beberapa problem seperti ini 85% dapat

dikontrol oleh piak manejemen).

b. Manajer berpengaruh terhadap peluang perusahaan untuk

mendapatkan keuntungan (menekan kerugian adalah dapat

meningkatkan keuntungan atau penjualan).

c. Manajemen konrol kerugian akan menguntungkan seluruh strategi

operasional manajemen (Santoso, 2004:16).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

35

Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan

suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja

yang terintregasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan

kerja, penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif (Permenaker No.01/1998:III:3 (1)).

3. Pengawasan

Pemerintah berkepentingan untuk menjaga kelangsungan bekerja

dan berusaha bagi masyarakat, melalui pelaksanaan kesehatan dan

keselamatan kerja di tempat kerja guna mencegah dan mengurangi

kecelakaan, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran

lingkungan. Oleh karena itu pemerintah khususnya Depnaker, mengatur

dan mengawasi pelaksanaan keselamatan kerja dalam segala tempat kerja

baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di

udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum republik indonesia.

Pengawasan dalam suatu perusahaan dilakukan melalui :

a. Melalui pengisian form K3 perusahaan dan formulir cheklist 6

bulanan.

b. Pemantauan diutamakan pada kasus kecelakaan, proses

terlaksananya kegiatan K3 di perusahaan dan memasukkan

sumber daya.

Dalam pengawasan pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan

badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

36

diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan

yang diberikan dan pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja

yang berada di bawah pimpinannya secara berkala (UU No.1/1970,IV:8

(1-2)).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

37

I. Kerangka Teori

Sumber : Indah Rachmatiah Siti Salami, dkk (2016).

Faktor-faktor penyebab

kecelakaan kerja

1. Faktor lingkungan

kerja :

a. fisik

b. kimia

c. biologi

d. psikologi

2. Faktor manusia atau

karyawan :

a. faali

b. kejiwaan

3. Faktor manajemen :

a. kebijakan

b. keputusan

c. evaluasi

d. kontrol

e. administrasi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

38

J. Kerangka Konsep

Faktor-faktor penyebab

kecelakaan kerja

Faktor lingkungan kerja

fisik :

1. Kebisingan

2. Pencahayaan

3. Suhu

4. Kelembaban

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

39

K. Definisi Operasional

N

o.

Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1. Faktor

Lingkungan Kerja

Fisik

Segala

sesuatu

yang ada di

sekitar

pekerja

yang dapat

mempengar

uhi diri nya

dalam

menjalanka

n tugas-

tugas yang

dibebankan

kepada nya

di ruang

produksi

PT. Umas

Jaya

Agrotama.

Observas

i

Cheklist 1. Baik

2.

Kuran

g baik

Interv

al

a. Kebisingan Suara yang Penguku Cheklist 1. Baik Interv

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

40

tidak

dikehendak

i dan

menggangg

u aktifitas

pekerja di

ruang

produksi

PT. Umas

Jaya

Agrotama.

ran dan

Observas

i

dan

Sound

level

meter

jika ≤

85

dBA

2.

Kuran

g baik

jika ≥

85

dBA

al

b. Pencahaya

an

Jumlah

penyinaran

pada suatu

ruang

produksi

PT. Umas

Jaya

Agrotama.

Penguku

ran dan

Observas

i

Cheklist

dan

Luxmeter

1. Baik

jika

300

lux

2.

Kuran

g baik

jika ≤

300

lux

dan ≥

300

lux

Interv

al

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

41

c. Suhu Ukuran

panas atau

dingin nya

ruang

produksi

PT. Umas

Jaya

Agrotama.

Pegukur

an dan

Observas

i

Cheklist

dan

Termome

ter

1. Baik

jika ≥

180C

dan ≤

300C

2.

Kuran

g baik

jika ≤

180C

dan ≥

300C

Interv

al

d. Kelembaba

n

Jumlah uap

air yang

terkandung

di dalam

campuran

air udara

dalam fase

gas pada

ruang

produksi

PT. Umas

Jaya

Penguku

ran dan

Observas

i

Cheklist

dan

Higromet

er

1. Baik

jika ≥

65%

dan ≤

95%

2.Kura

ng

baik

jika ≤

65%

dan ≥

95%

Interv

al

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Hygiene Perusahaanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/587/4/BAB II.pdf · ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ). e. Faktor-faktor

42

Agrotama.