bab ii tinjauan pustaka e. landasan teorirepository.ump.ac.id/4127/3/bab ii.pdfkeluargamu dari api...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Landasan Teori
1. Pola Asuh Orang Tua
Orang tua memegang peranan penting bagi peserta didik. Orang tua
memiliki tanggung jawab dalam pendidikan peserta didik seperti
pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan sosial, pendidikan
kejiwaan, dan pendidikan seksual. Kewajiban orang tua telah dijelaskan
pada Al-Qur’an Surat At-Tahrim (66) ayat 6.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban dan
tanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik. Orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi peserta didik. Orang tua adalah model
dan panutan bagi peserta didik, sehingga orang tua harus memiliki sikap
dan perilaku yang baik. Selain itu orang tua juga memiliki tanggung jawab
memberikan pengasuhan yang baik bagi peserta didik. Pengasuhan juga
dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik.
6
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
7
Pola asuh orang tua adalah cara interaksi orang tua dengan peserta
didik yang terjadi saat lahir yang bersifat konsisten dari waktu ke waktu.
Cara interaksi ini dapat dirasakan oleh peserta didik dari segi positif dan
negatif. Pola asuh yang baik dapat dikatakan apabila orang tua memberikan
perhatian yang cukup kepada peserta didik, terutama dalam pendidikan.
Diana Baumrind (Santrock, 2010: 91) berpendapat bahwa seharusnya
orang tua tidak boleh terlalu menghukum (punitive) atau terlalu tak peduli
(aloof), sebaiknya orang tua menyusun aturan bagi peserta didik dan pada saat
yang sama bersifat suportif dan membimbing serta mengasuh (nurturant).
Orang tua sebagai seorang pemimpin dituntut mempunyai dua
keterampilan, yaitu keterampilan manajemen (managerial skill) maupun
keterampilan teknis (technical skill). Kepemimpinan orang tua yang baik
memiliki beberapa kriteria, yaitu kemampuan melindungi peserta didik dari
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, kemampuan memikat hati
peserta didik, kemampuan membina hubungan yang serasi dengan peserta
didik, memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, memperbaiki
jika merasa ada kesalahan dan kekeliruan dalam mendidik, membimbing,
dan melatih peserta didik untuk berbuat baik sesuai dengan ajaran agama.
Diana Baumrind (Dariyo, 2007: 206) ada empat jenis pola asuh, yaitu: pola
asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis dan pola asuh
situasional.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
8
a. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)
Pola asuh otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan
menuntut peserta didik untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Pola
asuh tipe otoriter biasanya orang tua menetapkan batas-batas yang tegas dan
tidak memberi peluang yang besar bagi peserta didik untuk mengemukakan
pendapat. Authoritarian parenting menurut Santrock (2010: 91) adalah gaya
asuh yang bersifat membatasi dan menghukum. Selain itu orang tua juga
cenderung kaku dan kurang komunikasi dengan peserta didik.
Orang tua yang otoriter cenderung bersikap sewenang-wenang dan
tidak demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran atau
pandangan kepada peserta didik atas dasar kemampuan dan kekuasaan
sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan peserta didik.
Peserta didik dari pola asuh otoriter cenderung bersifat curiga pada orang
lain dan merasa tidak bahagia dengan diri sendiri, merasa canggung
berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal
masuk sekolah, dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan
dengan peserta didik lainnya. Selain itu peserta didik cenderung cemas
menghadapi situasi sosial, tidak bisa membuat inisitif untuk beraktivitas,
dan keahlian komunikasi buruk.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
9
Koskei (2014: 506) mengatakan bahwa “Parents who through the
force pressing their children to make too high demands can be made in
it anxiety and fear of failure rather than providing effective motivation to
do well in their academic work”. Artinya, orang tua yang menerapkan
gaya menekan atau otoriter biasanya membuat tuntutan terlalu tingi yang
menyebabkan kecemasan dan takut gagal di dalamnya daripada
memberikan motivasi yang efektif untuk meningkatkan kerja akademik
peserta didik. Adanya tuntutan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
peserta didik merasa cemas dan takut kegagalan yang mengakibatkan
kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran.
b. Pola Asuh Permisif (Permissive Parenting)
Pola asuh permisif orang tua justru merasa kurang peduli, kurang
membimbing dan cenderung memberikan kesempatan serta kebebasan
secara luas kepada peserta didik. Orang tua tidak terlibat aktif dalam
kehidupan peserta didik. Peserta didik pada pola asuh permisif akan
menganggap bahwa orang tua lebih memilih aspek kehidupan lain dari pada
kehidupan peserta didik. Hal tersebut akan mengakibatkan peserta didik
cenderung kurang mengontrol diri, tidak termotivasi untuk berprestasi,
dan akan mengabaikan pertimbangan dari orang tua.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
10
Pengasuhan permisif dapat dibedakan dalam dua bentuk; pertama,
pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana
orang tua sangat terlibat dalam kehidupan peserta didik, tetapi
menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Pengasuhan
permissive-indulgent diasosiasikan dengan kurangnya kemampuan
pengendalian diri peserta didik, karena orang tua cenderung membiarkan
peserta didik melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya
peserta didik tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri
dan selalu mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Kedua,
pengasuhan permissive-indifferent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana
orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan peserta didik. Desmita
(2009: 145) mengatakan peserta didik yang dibesarkan dengan pola asuh
permissive-indifferent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri
yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah..
c. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pengasuhan yang memperlibatkan
pengawasan orang tua terhadap tingkah laku peserta didik, tetapi orang
tua juga bersikap responsif, luwes, menghargai dan menghormati
pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan peserta didik dalam
pengambilan keputusan. Pola asuh demokratis merupakan tipe pola asuh
yang mengharapkan peserta didik untuk berbagi tanggung jawab dan
mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimiliki. Peserta
didik usia Sekolah Dasar dari pola asuh orang tua yang demokratis
cenderung lebih percaya diri, mempunyai pengawasan diri sendiri, dan
mampu bergaul baik dengan teman sebaya.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
11
Djamarah (2014: 61) menyatakan bahwa tipe pola asuh demokratis
adalah pola asuh yang terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada. Hal ini
disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama
di atas kepentingan individu peserta didik. Tipe ini adalah tipe pola asuh
orang tua yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap peserta didik
dan dapat berjalan dalam suasana yang rileks serta memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena
tipe ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki peserta didik.
Pola asuh demokratis ini akan berjalan secara efektif apabila ada tiga
syarat yaitu; 1) orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan
pendapat, 2) peserta didik memiliki sikap yang dewasa yakni dapat
memahami dan menghargai orang tua sebagai tokoh utama yang tetap
memimpin keluarga, 3) orang tua belajar memberi kepercayaan dan
tanggungjawab terhadap peserta didik.
d. Pola Asuh Situasional (Situational Parenting)
Pola asuh situasional adalah pola asuh campuran dari ketiga pola
asuh di atas yang diterapkan secara tidak beraturan. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh ini tidak tahu
apa jenis pola asuh yang dipergunakan. Hal ini tidak ada patokan atau
parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk dapat
menggunakan pola asuh otoriter, permisif atau demokratis. Penggunaan
pola asuh disesuaikan dengan kondisi dan situasi, tempat dan waktu bagi
setiap keluarga yang bersangkutan.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
12
Teori pola asuh orang tua yang sudah dijelaskan di atas, dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan
orang tua di SD N 1 Sidarata, apakah orang tua menerapkan tipe pola asuh
otoriter, permisif atau demokratis. Setiap orang tua memiliki karakter dan
sikap yang berbeda sehingga pola asuh yang diterapkan tidak semuanya
sama. Tipe pola asuh orang tua menurut Diana Baumrind (Dariyo, 2007:
206) yang telah dijelaskan di atas akan menjadi pedoman bagi peneliti
sebagai indikator angket dalam penelitian. Adapun indikator untuk pola
asuh orang tua sebagai berikut:
1) Otoriter
a) Cenderung menggunakan hukuman
b) Selalu mengatur atau memaksa
c) Kurang komunikasi
2) Permisif
a) Kurang membimbing
b) Memberi kebebasan penuh
c) Kurang kontrol
3) Demokratis
a) Suka berdiskusi dengan peserta didik
b) Responsif (memberikan tanggapan)
c) Luwes/ tidak kaku
2. Kebiasaan Belajar
Djaali (2011: 128) mengatakan kebiasaan merupakan cara bertindak
yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya
menetap dan bersifat otomatis. Perbuatan kebiasaan dilakukan tidak
memerlukan konsentrasi, perhatian dan pikiran. kebiasaan dapat berjalan
terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
13
Kebiasaan belajar merupakan cara atau teknik yang menetap pada diri
peserta didik pada waktu menerima pelajaran, membaca buku,
mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
Slameto (2013: 82-87) menyatakan bahwa kebiasaan belajar dapat
mempengaruhi hasil belajar. Kebiasaan belajar yang dapat mempengaruhi
hasil belajar seperti, pembuatan jadwal dan pelaksanaan belajar, membaca
dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi, dan
mengerjakan tugas.
Aunurrahman (2010: 185) berpendapat bahwa kebiasaan belajar
adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang
relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang
dilakukan. Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan
tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah peserta
didik, yaitu:
a. Belajar tidak teratur
b. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa)
c. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian.
d. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap
e. Tidak terbiasa membuat ringkasan
f. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
g. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di
dalam menyelesaikan tugas
h. Sering datang terlambat
i. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok)
Kebiasaan belajar adalah perilaku peserta didik dalam belajar yang
ditunjukkan secara tetap atau ajeg dari waktu ke waktu. Gie (1985: 193)
mengatakan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal
peserta didik harus melakukan kebiasaan belajar yang baik, diantaranya:
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
14
a. Melakukan belajar secara teratur setiap hari
b. Mempersiapkan semua keperluan belajar pada malamnya sebelum
keesokan harinya berangkat sekolah
c. Senantiasa hadir di kelas sebelum pelajaran dimulai
d. Terbiasa belajar sampai paham betul dan bahkan tuntas tak terlupakan
lagi
e. Terbiasa mengunjungi perpustakaan untuk menambah bacaan atau
mencari buku
Pemanfaatan waktu juga merupakan faktor penting dalam kebiasaan
belajar. Donald (Gie, 1985: 194) menyatakan bahwa kegunaan dari
kebiasaan adalah penghematan waktu. Penghematan waktu berarti
tersedianya waktu yang longgar untuk belajar. Peserta didik yang dapat
memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar maka dapat
meningkatkan prestasi belajar.
Crow and Crow (Purwanto, 2010: 120) mengatakan untuk
membiasakan belajar yang efisien untuk mencapai hasil belajar yang lebih
efisien antara lain:
a. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.
b. Usahakan adanya tempat belajar yang memadai.
c. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan
keaktifan mental.
d. Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.
e. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.
f. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.
g. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent
recitation).
h. Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin.
i. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
j. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.
k. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.
l. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan usahakan
untuk menemukan jawabannya (berlatih soal).
m. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.
n. Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi
lainnya.
o. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
15
p. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar.
q. Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh
pengarang, dan tentanglah jika diragukan kebenarannya.
r. Telitilah pendapat beberapa pengarang.
s. Belajarlah mengunakan kamus dengan sebaik-baiknya.
t. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Teori kebiasaan belajar tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
kebiasaan belajar yang tidak baik dan kebiasaan belajar yang baik.
Kebiasaan belajar peserta didik SD N 1 Sidarata dapat diketahui baik atau
tidaknya berdasarkan pengisian angket kebiasaan belajar. Hasil pengisian
angket tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan
belajar terhadap prestasi belajar peserta didik SD N 1 Sidarata.
Teori kebiasaan belajar yang telah dijelaskan di atas akan menjadi
pedoman bagi peneliti dalam menentukan indikator angket penelitian.
Adapun indikator untuk kebiasaan belajar disajikan pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Indikator Kebiasaan Belajar
Variabel Indikator
Kebiasaan Belajar a. Melakukan belajar secara teratur setiap hari
b. Mempersiapkan keperluan belajar pada
malam hari
c. Senantiasa hadir di kelas sebelum pelajaran
dimulai
d. Terbiasa belajar sampai paham dan tuntas
e. Terbiasa mengunjungi perpustakaan
f. Mampu memanfaatkan waktu
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
16
3. Prestasi Belajar
a. Definisi Prestasi Belajar
Belajar menurut Slameto (2013: 2) adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam
seluruh aspek tingkah laku.
Prestasi dalam bahasa Indonesia berarti hasil usaha. Istilah
prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning
outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai
bidang dan kegiatan misalnya dalam kesenian, olahraga, dan
pendidikan.
Arifin (2013: 12-13) mengatakan bahwa prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah
kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-
masing. Prestasi belajar (achievement) mempunyai beberapa fungsi
utama, antara lain:
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
17
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
kesuksesan peserta didik di masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Peserta didik dalam proses pembelajaran menjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
b. Faktor Prestasi Belajar
Syah (2011: 145) mengatakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu, faktor internal dan faktor
eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu
yang sedang belajar. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu: pertama
yaitu faktor jasmani yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh, kedua
yaitu faktor psikologis yang meliputi tingkat kecerdasan, minat,
bakat dan motivasi.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
18
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu: yang pertama lingkungan Sosial
meliputi lingkungan sosial sekolah seperti guru, tenaga
kependidikan, dan teman satu kelas, lingkungan sosial masyarakat
seperti tetangga, teman sepermainan peserta didik di sekitar tempat
tinggal. Lingkungan sosial yang paling banyak memengaruhi
kegiatan belajar peserta didik adalah orang tua dan keluarga. Kedua,
lingkungan non sosial meliputi yang meliputi sarana dan prasarana
yang ada di sekolah, letak dan tempat tinggal peserta didik,
perlengkapan belajar, dan keadaan waktu belajar peserta didik.
Penjelasan yang sudah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh faktor
internal (berasal dari dalam diri peserta didik) dan faktor eksternal
(berasal dari luar diri peserta didik). Faktor internal yang
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik salah satunya kebiasaan
belajar, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik salah satunya pola asuh orang tua. Peneliti dalam hal ini
menggunakan faktor pola asuh orang tua dan faktor kebiasaan belajar
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik
SD N 1 Sidarata.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
19
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan
yang mengupayakan pengembangan pemahaman peserta didik tentang
bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan
berinteraksi dengan lingkungan. IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai SD/MI sampai SMP/MTS. Sapriya,
Tuti, dan Effendy (2007:1) IPS adalah sebuah program pendidikan yang
mengintegrasikan secara interdisiplin konsep-konsep ilmu sosial dan
humaniora untuk tujuan pandidikan kewarganegaraan.
IPS menurut Susanto (2016: 137) adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan
dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan
wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik.
Sapriya, Tuti, dan Effendy (2007: 43) mengatakan bahwa mata
pelajaran IPS memiliki konsep yang kongkrit dan abstrak. Konsep yang
kongkrit selalu berkaitan dengan tempat, objek, lembaga atau kejadian.
Misalnya: danau, gunung, lautan, manusia, negara, gunung, dan
lainnya. sedangkan konsep yang berupa abstrak, misalnya: kejujuran,
nilai, sistem hukum, HAM, demokrasi, suku bangsa, nasionalisme, dan
sebagainya. Materi IPS dalam hal ini sangatlah luas, sehingga peserta
didik memerlukan sejumlah keterampilan, baik dari pengalaman
langsung ataupun membaca.
Peserta didik agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan
tersebut diusahakan untuk mempelajari materi IPS secara berulang-
ulang, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih efektif. Berlatih secara
terus menerus atau berkali-kali akan mempermudah keterampilan
peserta didik dalam memahami konsep IPS, sehingga peserta didik
dituntut untuk rutin berlatih secara mandiri.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
20
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang memiliki cakupan materi yang sangat
luas, sehingga peserta didik menggangap pelajaran IPS sulit dipahami.
Kesulitan ini menjadi permasalahan bagi peserta didik dalam
mempelajari pelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar
IPS peserta didik ketika UTS semester ganjil pada kelas tinggi di SD N
1 Sidarata yang kurang optimal.
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Pembelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang
berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Solihatin dan Raharjo (2009: 14) mengatakan
bahwa tujuan lain dari IPS adalah untuk mengembangkan penalaran
dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapi.
Mutakin (Susanto, 2016: 145-146) mengatakan bahwa tujuan
dari IPS adalah;
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya,
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar untuk memecahkan
masalah-masalah sosial,
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah yang ada di
masyarakat,
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial
serta mampu membuat analisis yang kritis,
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi, sehingga mampu
mengembangkan diri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPS tujuan agar peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang berguna bagi
kemajuan sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
21
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dasmo, Hikmah dan Zakiah (2010)
dengan judul “Peran Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar terhadap
Hasil Belajar IPA” hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPA peserta
didik. Hal ini diperlihatkan uji r, t = 2,587 dengan derajat kebebasan n-k-1 =
200-2-2 = 197, dan nilai sig = 0,010 yang lebih kecil dari α = 0,05. H0 dengan
demikian ditolak dan menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh yang
diterapkan orang tua maka akan semakin baik pula prestasi belajar peserta
didik. Kebiasaan belajar peserta didik memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap hasil belajar IPA peserta didik. Hal ini diperlihatkan nilai
hasil uji-t: t= 2,256 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 200-2-2 = 197, dan nilai
sig = 0,025 yang lebih kecil dari α = 0,05. H0 dengan demikian ditolak dan
berdasarkan hal tersebut semakin baik kebiasaan belajar yang dilakukan maka
akan semakin baik pula prestasi belajar peserta didik.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Komang dan Made (2014)
dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar
Terhadap Prestasi Belajar peserta didik SD Kelas IV Semester Genap di
Kecamatan Malaya-Jembrana”, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
kontribusi yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
peserta didik kelas IV semester genap SD Kecamatan Melaya Kabupaten
Jembrana tahun pelajaran 2012/2013. Kontribusi yang signifikan juga terdapat
pada kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar peserta didik kelas IV semester
genap SD Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2012/2013.
Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya korelasi secara bersama-sama antara
pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar peserta
didik adalah sebesar 0,840.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
22
Penelitian yang dilakukan Igbo, dkk (2015) yang berjudul “Parent-Child
Relationship Motivation To Learn And Students Academic Achievement In
Mathematics”, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara hubungan orang tua dan peserta didik terhadap prestasi
belajar akademik di sekolah menengah. Terdapat pula pengaruh motivasi
belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika sekolah menengah.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu terletak
pada variabel terikat, variabel terikat pada penelitian ini yaitu prestasi belajar
IPS. Inovasi perbedaan lainnya penelitian ini menggunakan metode ex-post
facto dengan menggunakan analisis regresi linier dan regresi ganda, selain itu
pada pengujian analisis prasyarat menggunakan teknik yang berbeda, dimana
pada penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat pada uji normalitas,
menggunakan uji Bartlet pada uji homogenitas, dan menggunakan uji linieritas
regresi. Metode ex-post facto merupakan metode untuk mengetahui sebab
akibat terjadinya suatu peristiwa yang sudah terjadi, dalam penelitian ini yaitu
prestasi belajar IPS.
G. Kerangka Pikir
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi faktor internal saja, yang
meliputi faktor fisiologis dan psikologis, akan tetapi dipengaruhi juga oleh
faktor eksternal yang antara lain adalah faktor lingkungan dan keluarga. Faktor
keluarga mencakup bagaimana cara orang tua menerapkan pola asuh kepada
peserta didik yang meliputi bagaimana cara orang tua memberikan
pengawasan, kontrol, keterlibatan dan penerimaan terhadap semua aktifitas
peserta didik. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung
dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan orang tua
merupakan yang pertama dan utama serta menjadi dasar pendidikan peserta
didik selanjutnya.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
23
Keberhasilan orang tua dalam mendidik peserta didik tergantung
bagaimana tipe pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga, tipe pengasuhan
orang tua tergantung bagaimana orang tua menentukan batas-batas
penerimaan, kontrol, keterlibatan dan pengawasan orang tua kepada peserta
didik. Kurangnya pengawasan dan kontrol orang tua terutama dalam hal
kebiasaan belajar peserta didik akan mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik.
Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Pola Asuh
Orang Tua
Kebiasaan
Belajar
Prestasi
Belajar
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017
24
H. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa
mata pelajaran IPS pada kelas tinggi SD N 1 Sidarata.
2. Terdapat pengaruh antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar
siswa mata pelajaran IPS pada kelas tinggi SD N 1 Sidarata.
3. Terdapat pengaruh pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar peserta didik
terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS peserta didik kelas tinggi SD
N 1 Sidarata.
Pengaruh Pola Asuh…, Dede Lutfi Hidayat , FKIP, UMP, 2017