bab ii tinjauan pustaka ii.1 konsep kestabilan · pdf fileberdasarkan abramson, et al (2002)...
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/1.jpg)
7
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Konsep Kestabilan Lereng
Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan
atau bantuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau bantuan
penyusun lereng tersebut (Chodhuri, 1978). Definisi diatas menunjukkan bahwa
massa yang bergerak dapat berupa massa tanah, massa batuan atau pencampuran
antara massa tanah dan batuan penyusun lereng. Apabila massa yang bergerak ini
didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng,
baik berupa bidang miring ataupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut
disebut sebagai longsoran tanah. Analisis stabilitas tanah pada permukaan tanah
ini disebut dengan analisis stabilitas lereng.
Berdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah:
(1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami dan proses yang
terjadi pada kondisi alam yang berbeda.
(2) Menentukan stabilitas lereng pada kondisi jangka pendek (selama
konstruksi) dan jangka panjang.
(3) Menentukan kemungkinan terjadinya keruntuhan pada lereng.
(4) Menganalisa keruntuhan dan pengaruhnya terhadap faktor lingkungan.
(5) Dapat melakukan desain ulang pada lereng yang telah runtuh dan
merencanakan serta melakukan desain pencegahan serta perhitungan
perbaikan yang diperlukan.
(6) Mempelajari pengaruh beban gempa pada lereng dan timbunan.
II.2 Keruntuhan Lereng
II.2.1 Faktor penyebab keruntuhan lereng
Keruntuhan pada lereng alami atau buatan disebabkan karena adanya perubahan
antara lain topografi, seismik, aliran air tanah, kehilangan kekuatan, perubahan
tegangan, dan musim/iklim/cuaca. Akibat adanya gaya-gaya luar yang bekerja
pada material pembentuk lereng menyebabkan material pembentuk lereng
mempunyai kecenderungan untuk menggelincir. Kecenderungan menggelincir ini
![Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/2.jpg)
8
ditahan oleh kekuatan geser material sendiri. Meskipun suatu lereng telah stabil
dalam jangka waktu yang lama, lereng tersebut dapat menjadi tidak stabil karena
beberapa faktor seperti:
(1) Adanya perubahan orientasi dan besar tegangan pada material pembentuk
lereng.
(2) Tegangan awal pada suatu lereng sangat dipengaruhi oleh sejarah
geologinya yaitu akibat perubahan yang dilakukan manusia seperti
perubahan geometri yang mengganggu keseimbangan lereng alam
tersebut.
(3) Proses pelapukan (weathering) yang mengurangi kuat geser material
pembentuk lereng.
(4) Perubahan tekanan air pori, terutama pada material dengan permeabilitas
kecil atau akibat terganggunya lingkungan sekitar.
II.2.1.1 Faktor penyebab meningkatnya tegangan geser pada lereng
Keruntuhan lereng dapat saja terjadi pada hampir setiap kasus lereng alami atau
lereng buatan secara pelan atau tiba-tiba dengan atau tanpa adanya tanda-tanda
sebelumnya. Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng adalah meningkatnya
tegangan geser, menurunnya kuat geser pada bidang longsor atau keduanya secara
simultan. Higway Research Board (1978) secara rinci mengemukakan beberapa
penyebab kelongsoran yaitu berkurangnya daya dukung lereng, penambahan
beban pada lereng, pengaruh terjadinya gempa atau sumber getaran/vibrasi
lainnya, pemindahan material pada keliling dasar lereng, terjadinya tekanan tanah
lateral.
Berkurangnya daya dukung lereng disebabkan oleh:
(1) Erosi, baik yang disebabkan oleh aliran air sungai, hujan maupun
perbedaan suhu yang sangat drastis.
(2) Pergerakan alami dari lereng akibat pergeseran bidang longsor maupun
akibat penurunan.
(3) Aktifitas manusia, antara lain penggalian/eksploitasi dasar lereng yang
dapat mempertajam sudut kemiringan lereng, pergeseran atau perusakan
![Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/3.jpg)
9
terhadap struktur penahan tanah yang ada, penurunan seketika tinggi
muka air tanah pada lereng, penggundulan tanaman pada muka lereng.
Penambahan beban pada lereng oleh:
(1) Kondisi alam, seperti peningkatan berat volume tanah akibat pengaruh
air hujan atau akumulasi sedimen diatas lereng.
(2) Aktivitas manusia, seperti penggalian/eksploitasi tanah diatas lereng,
pembangunan gedung, jalan, dan sejenisnya disekitar lereng.
Pemindahan material pada keliling dasar lereng yang disebabkan oleh:
(1) Aliran sungai maupun gelombang laut.
(2) Terjadi piping.
(3) Aktivitas manusia seperti penggalian dan penambangan.
(4) Hilangnya kuat geser tanah disekeliling dasar lereng.
Terjadinya tekanan tanah lateral, yang disebabkan oleh:
(1) Retakan-retakan tanah.
(2) Beban yang bekerja disekitar muka lereng.
(3) Mengembangnya/ekspansi tanah lempung.
II.2.1.2 Faktor penyebab berkurangnya kuat geser pada lereng
Faktor yang melekat pada material tersebut:
(1) Komposisi.
(2) Struktur.
(3) Struktur keduanya.
(4) Stratifikasi.
Perubahan yang disebabkan oleh iklim dan phisiokimia:
(1) Proses pengeringan dan pembasahan.
(2) Hidrasi.
(3) Pemindahan agen sementasi.
![Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/4.jpg)
10
Pengaruh tekanan pori:
(1) Perubahan struktur.
(2) Penurunan tegangan.
(3) Degradasi struktur.
Crude dan Varnes (1992) menyebutkan ada lima tipe kinetik pada pergerakan
longsoran tanah yaitu:
(1) Jatuhan (faling).
(2) Rubuhan (toppling).
(3) Gelincir (sliding).
(4) Sebaran (spreading).
(5) Aliran (flowing).
Setiap tipe keruntuhan mempunyai model yang berbeda-beda. Jatuhan/falling
(Gambar II.1) dan rubuhan/toppling (Gambar II.2) biasanya terjadi pada lereng
batuan, sedangkan gelincir, sebaran dan aliran terjadi pada lereng tanah. (non
batuan)
Gambar II.1 Tipe kelongsoran Jatuhan
(Cruden dan Varnes, 1996)
![Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/5.jpg)
11
Gambar II.2 Tipe kelongsoran Rubuhan
(Cruden dan Varnes, 1996)
Gelincir/sliding merupakan pergeseran lereng bawah pada massa tanah yang
terjadi secara dominan pada permukaan retak atau terhadap area kecil pada
regangan gesek (Cruden dan Varnes, 1996). Pergerakan biasanya bersifat
progresif dari daerah keruntuhan lokal. Tanda pertama pergerakannya, biasanya
terdapat retakan pada pernukaan tanah yang asli pada longsoran yang akan terjadi.
Longsoran tersebut mungkin translasi atau rotasi atau kombinasi antara keduanya
yang disebut gelincir gabungan/kompleks sesuai gambar II.3.
Gambar II.3 Tipe kelongsoran gelincir
(Cruden dan Varnes, 1996)
Kelongsoran translasi meliputi pergerakan sepanjang retakan atau bidang
lemahnya. Pada tanah lempung, kelongsoran translasi terjadi pada lapisan pasir
jenuh atau lanau. Kelongsoran rotasi mempunyai bidang longsor yang terjadi
![Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/6.jpg)
12
diatas lereng dan biasanya terjadi dalam pertemuan massa tanah. Umumnya
terjadi pada material homogen.
Sebaran/spreading (Gambar II.4) didefinisikan sebagai perluasan massa tanah
dengan penurunan massa tanah yang retak kearah material yang lebih lunak.
Sebaran mungkin terjadi akibat likuifaksi pada deposit granular atau keruntuhan
pada tanah kohesif yang lemah pada lereng. (Schuster dan Fleming, 1982).
Biasanya itu terjadi pada lereng dangkal.
Gambar II.4 Tipe kelongsoran sebaran.
(Cruden dan Varnes, 1996)
Gambar II.5 Tipe kelongsoran aliran.
(Cruden dan Varnes, 1996)
![Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/7.jpg)
13
Aliran/flowing (Gambar II.5) merupakan pergerakan menerus dimana permukaan
geser adalah bersifat sementara dan biasanya tidak mempunyai ketahanan.
Distribusi kecepatan pada massa tanah yang berpindah berubah menjadi cairan.
Kelongsoran material tersebut secara perlahan berubah menjadi aliran dengan
perubahan/penambahan kandungan air, mobilitas, dan evolusi pergerakan. Saat
material yang berpindah tadi kehilangan kekuatan dan terdapat air atau bertemu
dengan lereng lebih curam, runtuhan longsoran menjadi aliran runtuhan yang
cepat.
Pada tabel II.1 ditunjukkan skema klasifikasi kelongsoran berdasarkan klasifikasi
Cruden dan Varnes (1978) yang telah dimodifikasi tahun 1996 dengan
menggabungkan definisi berdasarkan Hutchinson (1988) dan Hungr et all (2001).
Tabel II.1 Skema Klasifikasi Kelongsoran
Type of movement
Type of material
Bedrock Engineering soils
Predominantly fine
Predominantly coarse
Falls Rockfall Earth fall Debris fall Topples Rock topple Earth topple Debris topple
Slides
Rotational Rock slump Earth slump Debris slump
Translational
Few units
Rock block slide
Earth block slide
Debris block slide
Many units Rock slide Earth slide Debris slide
Lateral spreads Rock spread Earth spread Debris spread
Flows
Rock flow Earth flow
Debris flow Rock
avalanche Debris
avalanche (Deep creep) (Soil creep)
Complex and compound Combination in time and/or space of two or more principal types of movement
Sumber : Cruden dan Varnes, 1996
![Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/8.jpg)
14
II.2.1.3 Kecepatan pergerakan tanah dan jenis pergerakannya
Sangat penting untuk membedakan jenis keruntuhan lereng berdasarkan kecepatan
gerakan lereng. Kecepatan ini dapat berlipat ganda sampai 100 kali seperti
terlihat pada tabel II.2 dibawah ini:
Tabel II.2 Klasifikasi kecepatan gerakan lereng
Kelas Deskripsi Kecepatan (mm/detik)
7 Extremely Rapid 5 x 10³ 6 Very Rapid 50 5 Rapid 0,5 4 Moderate 5 x 10-3 3 Slow 50 x 10¯ 6 2 Very Slow 0,5 x 10¯ 6 1 Extremely Slow ~ 0
Sumber : Abramson, et all 2002
II.3 Perilaku Tanah
Dari hasil penyelidikan tanah sebelum pelaksanaan pembangunan jalan tol
diketahui bahwa tanah bawah permukaan di sekitar KM 96+660 pada umumnya
adalah berupa batu lempung (clay shale). Kelongsoran sering terjadi pada
bangunan tanah diatas tanah jenis ini dimana pada umumnya disebabkan oleh
karakteristik tanah yang mengandung mineral montmorilonit (montmorillonite).
II.3.1 Mineralogi
Tanah clay shale pada umumnya mempunyai kandungan mineral montmorilonit
yang cukup signifikan. Montmorillonite adalah nama yang diberikan untuk suatu
mineral lempung yang dijumpai di Montmorrilon, Perancis (1847) dengan rumus
umum (OH)4Si8Al4O20.nH20. Dimana nH20 adalah air yang berada diantara
lapisan-lapisan (n lapis). Mineral lempung montmorilonit juga terdiri dari lapisan-
lapisan dengan satuan 1:2 sedangkan rekatan antar lapisan terutama diakibatkan
oleh gaya Van der Waals yang sangat lemah jika dibandingkan dengan rekatan
hydrogen atau rekatan ion lainnya. Berbagai substitusi terjadi antara lain Al untuk
Si dalam lapisan tetrahedral dan Mg, Fc, Li atau Zn untuk Al dalam lapisan
oktahedral. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan terjadinya muatan negarif
![Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/9.jpg)
15
netto yang relatif sangat tidak seimbang pada mineral, dimana terjadi perubahan
kation yang besar dalam kapasitas dan tarikan terhadap air dengan ion-ion H+
karena tidak terdapanya ion-ion logam. Mineral tanah ini secara tipikal tersusun
atas unit lempung oktahedral yang diapit oleh tetrahedral sebagaimana terlihat
dalam gambar II.6 berikut.
Gambar II.6 Susunan kimiawi mineral montmorillonite
(Mitchell and Soga, 1993)
Tabel II.3 Tingkat swelling/shrinkage untuk berbagai clay minerals Susceptibility to Volume Change(Swell/Shrink) Clay Minerals Occurrence ‡ Tropical Temperate Remarks
High to Very High Montmorillonite C Shales, Basalts Also known as "bentonite"sandstones limestone or Ballclay
Interstratified C Shales, Basalts Whole group (+ mont.)materials sandstones limestone often called "smectite")Nontronite RSaponite RHectorite RBeidellite RSanconite R
Moderate/Reversible Illite C Shales, Shales,mudstones, mudstones,sandstones sandstones
Chlorite O
limestone.Vermiculite RSericite R
Moderate/Irreversible • Allohane C/O Recent Recent Only found in volcanic soilspyroclastics pyroclastics
Attapulgite RLow to Very Low Kaolinite C Balalts Granites Also known as kaolin
Halloysite O sandstones or pipeclayDickite RNackrite RMuscovite † C Granites GranitesBiolite † O Granites Granites
Notes:‡ C = common; O = ordinary; R = rare• Plasticity index and shrinkage are irreversibly changed by drying.† These two are nol, strictly, clay minerals but frequently occur in sizes close toclay particle size and are likewise 2-dimentional. They can be troublesome in engineering construction and may degrade into ilite or even montmorillonite by further weathering.
Metamorphic recent rockswith minimal weathering.
Common Parent Rocks
Sumber : (Mitchell and Soga, 1993)
![Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/10.jpg)
16
Berdasarkan tabel mineral lempung di atas, terlihat bahwa mineral
montmorillonite mempunyai potensi swelling tertinggi (tabel II.3). Mineral ini
mempunyai kelebihan muatan negatif yang besar pada kristal oktahedral sehingga
cenderung menyerap air ataupun cation lainnya. Akibatnya mineral ini
berperilaku:
(1) mempunyai potential swelling yang tinggi
(2) mudah menyerap air atau cation
(3) mempunyai harga Cation Excange Capacity yang tinggi
(4) jika dalam kondisi terbuka, mineral ini sangat sensitif terhadap
perubahan cuaca
II.2.3 Penurunan kuat geser
Seperti telah disinggung pada bagian awal, tanah clay shale pada umumnya sangat
rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca dan stress relieve. Hal ini
mengakibatkan terjadinya fissures dan pelapukan tanah (soil weathering) pada
daerah-daerah yang ter-ekspos secara langsung dengan udara baik pada lapisan
permukaan maupun stress relieve akibat galian. Proses ini secara otomatis
mengakibatkan turunnya kuat geser tanah. Kuat geser yang menurun (strength
degradation) yang berlangsung secara terus menerus akan menimbulkan potensi
kelongsoran lereng. Kelongsoran lereng bisa dipicu pula oleh masuknya air
permukaan kedalam timbunan lereng, yang akan menambah penurunan kuat
geser.
Hasil penelitian Erwin Gartung (1986) menyimpulkan bahwa jenis tanah ini
menunjukkan perilaku creep. Creep yang terjadi merupakan proses akibat
pelapukan (weathering) yang terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama tanah
tersebut ter-ekspos. Sehingga kuat geser dan besarnya deformasi sangat
tergantung dari waktu sejak mulai ter-ekspos, tingkat pelapukan dan stress relieve
yang terjadi. Besar pengaruh waktu dan tingkat pelapukan terhadap kuat geser
untuk perencanaan menurut Gartung dapat ditentukan dengan grafik dalam
Gambar II.7 berikut:
![Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/11.jpg)
17
Gambar II.7 Kuat geser residual
(Gartung, 1986)
Sedangkan grafik lainnya mengenai pengaruh penjenuhan (Stark & Duncan,
1991) sesuai Gambar II.8 berikut:
Gambar II.8 Kuat geser residual
(Stark & Duncan, 1991)
![Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/12.jpg)
18
Pengaruh ukuran sample (size effect) (Skempton, 1977) terhadap kuat geser
residual tanah clay shale ditampilkan dalam Gambar II.9 berikut:
40
30
20
10
10 20 30 40
Peak 250 mm Sample
20°
Fully Softened
Residual
Peak 38 mm Sample
0 0 50
7
14
20°
20°
13°
Effective Strength (kN/m ²)
Gambar II.9 Kuat geser residual (Skempton, 1977)
II.4 Pengaruh Kondisi Air Tanah terhadap Kestabilan Lereng
Selain beban gravitasi, air tanah adalah faktor yang penting dalam masalah
stabilitas lereng. Pengetahuan mengenai kondisi air tanah sangat diperlukan untuk
analisis sebuah lereng. Ait tanah dapat mempengaruhi stabilitas lereng karena:
(1) Mengurangi kekuatan tanah.
(2) Merubah kandungan mineral karena adanya reaksi kimia.
(3) Merubah berat isi tanah.
(4) Meningkatkan tekanan air pori.
(5) Menyebabkan erosi.
Besar tekanan air diperlukan dalam analisis untuk mengantisipasi keruntuhan
kritis yang sedang atau telah terjadi. Tekanan air ini dihitung berdasarkan beda
head antara dua titik yang disebut piezometric surface dan muka air yang disebut
phreatic surface.
![Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/13.jpg)
19
Adapun perhitungan tekanan air berdasarkan beda head antara dua titik yang
disebut piezometric surface sesuai Gambar II.10.
Gambar II.10 Perhitungan Head Tekanan Air Pori (Piezometric Surface) (Abramson et al, 2002)
Sedangkan perhitungan tekanan air berdasarkan muka air yang disebut phreatic
surface sesuai Gambar II.11.
Gambar II.11 Perhitungan Head Tekanan Air Pori (Phreatic Surface)
(Abramson et al, 2002)
Asumsi penggunaan perhitungan berdasarkan phreatic atau piezometric surface
tersebut tergantung dari problemnya. Bila lereng tersebut memiliki failure surface
satu saja maka perhitungan tekanan air pori didasarkan pada asumsi piezometric
surface, sedangkan pada kondisi sebaliknya digunakan asumsi phreatic surface.
II.5 Pengaruh Gempa Terhadap Kestabilan Lereng
Pelepasan energi yang berasal dari gempa menyebabkan adanya percepatan
gelombang seismik menuju permukaan tanah. Beban dinamik transient dapat
meningkatkan tegangan geser pada lereng, mengurangi volume pori tanah pada
lereng, meningkatkan tekanan air pori tanah. Jadi tegangan geser meningkat dan
permukaan phreatic
porewater pressure head (hwcos2 )
hw
garis equipotensial
permukaan phreatic
porewater pressure head (hw)
hw
![Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/14.jpg)
20
daya gesek yang menahan menjadi menurun. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi stabilitas lereng akibat adanya gempa adalah:
(1) Magnitude percepatan seismik.
(2) Durasi lamanya gempa.
(3) Karakteristik kekuatan beban dinamik yang diakibatkan oleh guncangan
gempa (earthquake shaking) yang menimbulkan efek terhadap perilaku
kuat geser dan perilaku tegangan-regangan pada material lereng.
(4) Dimensi lereng.
Pengaruh terhadap stabilitas lereng akibat beban gempa dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
(1) Internal Instability
Pada Internal Instability, tegangan geser tanah relatif konstan,
ketidakstabilan lereng disebabkan deformasi yang diakibatkan oleh
temporary of exceedances strength karena beban dinamik.
(2) Weakness Instability
Pada Weakness Instability terjadi perlemahan pada tanah yang tinggi,
sehingga lereng tidak stabil karena adanya goncangan gempa, contoh
kasus Weakness Instability adalah likuifaksi.
Sesudah adanya gempa, lereng dapat menjadi lebih kuat, lebih lemah, atau sama
seperti sebelumnya. Jadi gempa dapat meningkatkan tegangan geser dan
mengurangi kuat geser dengan meningkatnya tekanan air pori.
II.6 Analisis Kestabilan Lereng
Analisis kestabilan lereng dapat dilakukan setelah geometri lereng dan kondisi
lapisan tanah pada lereng telah diketahui melalui uji lapangan maupun uji
laboratorium. Beberapa grafik stabilitas lereng dan program komputer yang
tersedia dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menganalisis kestabilan lereng.
Adapun tujuan dari analisis stabilitas lereng adalah untuk mendapatkan desain
lereng yang aman dan ekonomis. Agar analisis stabilitas lereng dapat dilakukan
![Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/15.jpg)
21
secara baik diperlukan pemahaman terhadap faktor keamanan dan metoda analisis
kestabilan lereng.
II.6.1 Dasar analisis kestabilan lereng
Dalam konsep dasar stabilitas lereng terdapat 3 prinsipal stress σ1, σ2, dan σ3 pada
tanah dan u adalah tekanan air pori. Nilai σ2 = σ3 karena tinjauannya hanya 2
dimensi, maka tegangan σ2 sering tidak diperhitungkan. Perubahan pada tegangan
total prinsipal disebabkan adanya perubahan tekanan air pori u (tegangan netral)
yang tidak berpengaruh terhadap perubahan volume atau pada kondisi tegangan
maupun runtuh. Kompresi, distorsi, dan perubahan tahanan geser menghasilkan
perubahan tegangan efektif, σ1’, σ2’, dan σ3’ dimana
σ1’ = σ1 – u
σ2’ = σ2 – u ……………………………………………………………………(II.1)
σ3’ = σ3 – u
Gambar II.12. Selubung Mohr-Coloumb (a) Elemen tanah. (b) Vektor tegangan.
(Abramson, et al 2002)
σ 1 (a)
σ 1
σ 3 σ 3 ß
(b)
σ nds
ds
ß
dz
σ 3dz
dxσ 1dx
![Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/16.jpg)
22
(c)
Gambar II.13 Selubung kuat geser. (Abramson, et al 2002)
Material lereng mempunyai kecenderungan untuk terjadi longsor karena tegangan
geser pada tanah akibat gravitasi dan kekuatan lain (aliran air, tegangan tektonik,
aktivitas gempa). Kecenderungan ini ditahan oleh kuat geser material lereng yang
diterangkan dengan teori Mohr-Coloumb.
τ = c + σn tan ø …………………………………………………………….....(II.2)
dimana
τ = Kuat geser total tanah
c = Kohesi total tanah
σn = Tegangan total normal
ø = Sudut gesek dalam
Pada tegangan efektif
τ’ = c’ + (σn –u) tan ø …….……..………………………………………….....(II.3)
dimana
τ’ = Kuat geser drained tanah
c’ = Kohesi efektif
σn = Tegangan normal
u = Tekanan air pori
ø’ = Sudut gesek dalam pada tegangan efektif
σ n
2 ß
τ = c + σn tan ø
c
ø
σ 3 σ 1
![Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/17.jpg)
23
II.6.2 Konsep faktor keamanan lereng dengan metode keseimbangan batas
(limit equilibrium)
Pemahaman mengenai faktor keamanan sangat penting dalam perencanaan sebuah
lereng. Besar Faktor Keamanan (FK) dalam aplikasinya tergantung kualitas
penyelidikan tanah, fungsi lereng, dan pengalaman perencana. Semakin rendah
kualitas penyelidikan dan pengalaman perencana semakin besar faktor keamanan
yang diambil, sehingga diperlukan faktor keamanan yang tinggi untuk
mengantisipasi ketidakpastian tersebut. Fungsi lereng berkaitan dengan jenis
material, kualitas lereng yang diinginkan, dan tingkat gangguan atau resiko yang
akan dihadapi, sedangkan pengalaman yang dimiliki perencana merupakan faktor
yang sangat berharga dalam penentuan faktor keamanan yang sesuai.
Kualitas hasil dari penyelidikan lapangan yang rendah mengakibatkan adanya
ketidakpastian perencana dalam pengambilan nilai faktor keamanan, sehingga
terjadi pembesaran pengambilan nilai faktor keamanan, apalagi bila perencana
memiliki pengalaman yang terbatas tentang material.
Faktor keamanan (FK) didefinisikan sebagai perbandingan antara kuat geser tanah
(shear strength) dan tegangan geser (shear stress) yang bekerja pada massa tanah.
FK = Shear strength .................................................................................(II.4) Shear stress dimana
FK > 1,0 menunjukkan lereng stabil
FK = 1,0 kemungkinan lereng tidak stabil
FK < 1,0 menunjukkan lereng tidak stabil
Pada metode ini tanah diasumsikan sebagai material rigid-plastic yang tidak ada
regangan sampai keruntuhan terjadi. Analisis ini tergantung pada bentuk bidang
runtuh yang diasumsikan sebagai planar failure surface, circular arch atau
logaritmic spiral. Analisis kestabilan lereng berdasarkan metode kesimbangan
batas dilakukan dengan cara membagi massa tanah yang menggelicir menjadi
beberapa irisan yang dianggap sebagai suatu blok geser yang unik seperti pada
gambar II.14.
![Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/18.jpg)
24
Gambar II.14 Pembagian massa tanah yang menggelincir (Abramson et al, 2002)
Pada perhitungan selanjutnya, dalam metode ini dianalisa gaya-gaya yang bekerja
pada setiap irisan. Adapun gaya-gaya yang diperhitungkan tersebut dapat berupa
gaya horisontal maupun vertikal. termasuk gaya horisontal dan vertikal akibat
beban dinamik yang bekerja pada setiap irisan yang bila digambarkan dapat
dilihat pada Gambar II.15.
Gambar II.15 Gaya-gaya yang bekerja pada irisan
(Abramson et al, 2002)
U Q
ß
δ
garis maya ß
ZR
ӨR
α
Sm = Sα/SF
asumsi bidang runtuh
kh
ӨL
ZL
W
N’+Uα
Y
X
UQ
ß
δ ß
ZR
ӨR
tengah pias
kh
ӨL
ZL
W
b
hc hR
hL
h
Soil unit 3
Failure Surface
Surface Load Soil unit 1
Soil unit
GWL
10
8
6
3 1
![Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/19.jpg)
25
SF Faktor keamanan
Sa Kuat geser anah
= C + N’tan
Sm Gaya Geser yang termobilisir
Uα Tekanan air pori
Uß Tekanan air permukaan
W Berat isi
N’ Tegangan normal efektif
Q Gaya luar
Kv Koef.gempa vertikal
Kh Koef.gempa horisontal
ZL Gaya antar irisan kiri
ZR Gaya antar irisan kanan
ӨL Sudut gaya antar irisan kiri
ӨR Sudut gaya antar irisan kanan
hL Tinggi gaya ZL
hR Tinggi gaya ZR
α Sudut kemiringan dasar irisan
ß Sudut kemiringan atas irisan
B Lebar irisan
h Tinggi irisan rata-rata
hc Tinggi irisan rata-rata
Dengan memperhatikan gaya-gaya tersebut maka didapat beberapa rumusan untuk
menghitung faktor keamanan suatu lereng seperti tabel II.4 berikut:
Tabel II.4 Kondisi keseimbangan statik yang dipenuhi metode keseimbangan batas
Metode Keseimbangan gaya Kesetimbangan momen Arah X Arah Y
Ordinary method of slice tidak tidak Ya Bhisop’s simplified ya tidak Ya Janbu’s simplified ya ya Tidak Corps of Engineering ya ya Tidak Lowe and karafiath ya ya Tidak Janbu’s generalized ya ya Tidak Bhisop’s rigourus ya ya ya Spencer’s ya ya ya Sarma’s ya ya ya Morgenstren - Price ya ya ya
Sumber : Abramson et al, 2002
Karena kasus yang diteliti adalah lereng dengan lapisan tanah yang kompleks dan
bentuk bidang runtuh adalah non circular maka disini hanya akan dibahas metode
Janbu’s Simplified karena metode ini sesuai dengan asumsi bidang runtuh
circular ataupun non circular. Namun disamping itu akan dibahas pula metode
![Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/20.jpg)
26
Ordinary Method of Slice karena metode ini merupakan pionir untuk metode
lainnya.
(1) Ordinary Method of Slice
Metode ini diperkenalkan pertama oleh Fellinius (1927,1936)
berdasarkan bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan
dasar irisan FK dihitung dengan keseimbangan momen. Keseimbangan
gaya yang didapat sebagai berikut:
∑Fα = N’ + Uα + Kh Wsinα – W(1-Kv)cosα - Ußcos(ß-α) – Q cos(δ-α)
∑Fα = 0 ................................................................................................(II.5)
Dari persamaan 2.5 didapat nilai N’
N’ = -Uα – khWsinα + W(1-Kv)cosα - Ußcos(ß-α) + Q cos(δ-α) ........(II.6)
Jika faktor keamanan terhadap keruntuhan geser diasumsikan sama untuk
semua irisan, maka kuat geser Mohr-Coulomb yang dapat termobilisasi
sepanjang dasar tiap irisan (Sm) dinyatakan sebagai:
Sm =
..............................................................................(II.7)
Kesetimbangan momen akibat gaya-gaya yang bekerja terhadap pusat
dari permukaan keruntuhan circular pada tiap irisan dinyatakan sebagai:
∑M 1 cos sin α
cos α
cos α 0. . . . . . . . . . … … . . . . II. 8
Pengaruh dari gaya antar irisan tidak dimasukkan dalam persamaan
diatas karena resultan dari gaya-gaya tersebut sama dengan nol.
Jika persamaan di atas disederhanakan dengan dibagi jari-jari (r) maka
didapat:
![Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/21.jpg)
27
∑ 1 cos sin α
cos α
cos α 0. . . . . . . . . . … . . … . II. 9
Jika persamaan II.7 disubtitusikan kedalam persamaan II.9 maka didapat:
FK∑ c tan
∑ A ∑ A ∑ A … … … … … … … … … … … … … II. 10
dimana
A 1 cos cos sin α … … … … … … … II. 11
A sin sin cos α … … … … … … … … … … . … II. 12
A cos α … . . . . . . . . . . . . … … . … … II. 13
(2) Metode Irisan Simplifikasi Janbu (Janbu’s Simplified)
Metode irisan simplifikasi Janbu (1954,1957,1973) berdasarkan bahwa
semua gaya geser antar irisan berada dalam kesetimbangan.
Dengan menggunakan Gambar II.15 kembali didapat kesetimbangan
gaya sebagai berikut:
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal
∑Fv = (N’+Uα)cosα+Sm sinα+W(1-Kv) - Ußcos (ß) – Qcos(δ)=0.... (II.14)
Dari persamaan (2.14) didapat nilai N’.
![Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/22.jpg)
28
N sin 1 cos
cos … . … … II. 15
Dimana kuat geser Mohr-Coulomb yang dapat termobilisasi sepanjang dasar
irisan (Sm) dinyatakan dengan persamaan II.9. Dengan asumsi faktor
keamanan terhadap keruntuhan geser sama untuk semua irisan dan
menstubtitusikan persamaan II.9 kedalam persamaan II.15 maka didapat:
N 1 cos cos cos … … … … . II. 16
dimana mα = 1 ø cos α .............................................................(II.17)
Kesetimbangan gaya horisontal ditinjau pada semua irisan, untuk sebuah irisan
gaya horizontal dinyatakan sebagai
[FH]1 = (N’+Uα)sinα + Wkh + Ußsinδ + Qsinδ - Smcosα ............................(II.18)
Dengan menstubtitusikan persamaan II.9 kedalam persaman II.18 didapat:
sin sin
sin δc tan
0 … … … … . … … … . … … … … . … . . II. 19
atau
α sin α sin
sin δc tan
… … … … … … … … … … … . … . . … … . II. 20
dimana
A4 = Uαsinα + Wkh + Ußsinß + Q sinδ ........................................................(II.21)
![Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/23.jpg)
29
Menurut Janbu, faktor keamanan yang didapat harus dikoreksi karena pengaruh
geometri lereng dan parameter kuat geser tanahnya dengan persamaan:
FKjanbu = fox FKterhitung. Nilai fo didapat dari kurva Gambar II.16 dimana kurva
yang dikemukakan oleh Janbu tersebut merupakan kompensasi terhadap asumsi
peniadaan gaya geser antar irisan.
d/L ratio
Gambar II.16 Nilai Koreksi fo pada metode simplifikasi Janbu (Abramson et al, 2002)
Nilai fo dapat juga diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
F 1 b
1.4 … … … … . … … … … … … … … … . . … … … … . … . II. 21
dimana nilai b1 merupakan fungsi dari jenis tanah
• tanah cohesive ; b1 = 0.69
• tanah non kohesive ; b1 = 0.31
• tanah mengandung c dan b1 = 0.50
Fact
or, f
o
L
d failure surface
c – only soil Ø.c – only soils
Ø – only soil
1.20
1.15
1.10
1.05
1.00 0 0.1 0.2 0.3 0.4
![Page 24: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/24.jpg)
30
Kuat geser tanah didapatkan melalui penyelidikan tanah, sedangkan tegangan
geser didapatkan berdasarkan beban yang bekerja dan kemiringan lereng.
Beberapa macam definisi faktor keamanan dapat dilihat pada Gambar II.17.
Gambar II.17 Macam definisi dari faktor keamanan.
(Abramson et al, 2002)
Fungsi faktor keamanan dalam analisis kestabilan lereng adalah:
(1) Untuk mendefinisikan kestabilan lereng terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan pada lereng tersebut.
(2) Untuk mengantisipasi faktor ketidakyakinan perencana, baik terhadap
data maupun terhadap kecocokan penggunaan metoda yang dipilih
dengan kasus yang dianalisis.
Besar Faktor Keamanan yang direkomendasikan oleh Duncan dan Buchignani
(1979) sesuai Tabel II.5 sebagai berikut:
LIMIT EQUILIBRIUM
FK = S (Total Stress)
FK = (Effective Stress)
FORCES
w C
R
FK = ∑ G∑ G M
MOMENT
W Circular Slip Plane
FK = ∑ M∑ M
R SW.
X
Radius, R
![Page 25: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/25.jpg)
31
Tabel II.5 Besar Faktor Keamanan (FK)
Biaya dan Resiko Keruntuhan Lereng Keakuratan Pengukuran Data
Kecil¹ Besar²
Perbandingan Biaya perbaikan dan pembangunan Tidak berbahaya bagi kehidupan 1,25 1.5
Biaya perbaikan lebih besar dari biaya pembangunan Berbahaya bagi kehidupan bila lereng runtuh 1,5 2
(Sumber : An Engineering Manual for Slope Stability Studies, 1979)
(1) Kecil jika kondisi tanah seragam dan data menggambarkan konsistensi,
kelengkapan dan karakteristik kuat tanahnya tersedia dengan baik dan
cukup
(2) Besar jika kondisi tanah kompleks dan jika data menggambarkan
konsistensi, kelengkapan dan gambaran karakteristik kuat tanahnya
tidak tersedia dengan baik dan cukup
II.6.2.1 Perhitungan faktor keamanan dengan metode elemen hingga
Duncan menjelaskan bahwa metode elemen hingga untuk analisis lereng lebih
mengutamkan pada deformasi daripada analisis stabilitas lereng. Faktor keamanan
sebuah lereng oleh Duncan didefinisikan sebagai angka yang didapat dari original
shear strength yang harus dibagi sampai terjadi keruntuhan lereng. Definisi ini
sama persis dengan definisi yang digunakan pada metode kesetimbangan batas.
Parameter faktor shear stength c’f dan f mengacu kepada definisi pada teknik
shear strength reduction adalah sebagai berikut:
c’ = ...........................................................................................(II.22)
’f = arctan FK
.............................................................................(II.23)
Untuk mendapatkan nilai FK sesungguhnya memerlukan pencarian yang
sistematik sehingga FK didapat tepat pada saat lereng runtuh. Hal ini dapat
![Page 26: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/26.jpg)
32
dicapai dengan menyelesaikan problem secara berulang dengan menggunakan
sebuah urutan nilai FK yang sudah ditentukan oleh pengguna.
II.6.2.2 Perhitungan faktor keamanan dengan metode pengurangan
kekuatan (strength reduction)
Untuk mendapatkan analisis stabilitas dengan metode strength reduction
digunakan teknik simulasi untuk sejumlah seri faktor keamanan percobaan yang
mengacu pada persamaan berikut :
c trial = c .................................................................................(II.24)
trial = arctan FK
tanφ ................................................................(II.25)
Gambar II.18 Hubungan normalize unbalance force vs FK (Duncan, 1998)
II.6.3 Analisis stabilitas lereng dengan metode elemen hingga
Konsep dasar dari metode elemen hingga adalah idealisasi dari suatu kontinum
sebagai gabungan dari sejumlah elemen-elemen yang terpisah. Elemen-elemen ini
terhubung pada titik-titik noda. Perilaku kontinum kemudian didekati dengan
perilaku elemen-elemen. Persamaan keseimbangan kemudian dibuat dalam bentuk
perpindahan noda-noda dengan beberapa pendekatan. Dari solusi persamaan-
persamaan tersebut akan didapat perpindahan yang selanjutnya akan diperoleh
tegangan dan regangan. Pada analisis metode elemen hingga, tingkat keakuratan
tergantung pada beberapa faktor seperti pemilihan model konstitutif tanah,
Nor
mal
ized
unb
alan
ced
forc
e
Trial factor of safety
0-5
0-4
0-3
0-2
0-1
0-0
0-1
0-80 0-85 0-90 0-95 0-100 1-05 1-10 1-15
![Page 27: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/27.jpg)
33
diskritisasi kontinum, metode penyelesaian persamaan, kondisi batas, dan
perhitungan tegangan dan regangan dari perpindahan noda-noda.
II.6.4 Konsep metode analisis efek beban seismik
Pada umumnya metode analisis dalam mengevaluasi stabilitas lereng terhadap
beban seismik/gempa (Houston et. Al, 1987) adalah:
(1) Metode analisis Pseudostatik
Stabilitas seismik pada struktur tanah yang dianalisa dengan pendekatan
pseudostatik dimana pengaruh gempa digambarkan dengan percepatan
horizontal dan atau vertikal. Analisa pseudostatik menunjukkan pengaruh
getaran gempa dengan percepatan pseudostatik yang menghasilkan gaya
inersia, Fh dan Fv yang bekerja pada pusat massa keruntuhan. Magnitude
gaya pseudostatik adalah:
Fh = ahW = khW.........................................................................(II.26) g
Fv = avW = kvW.........................................................................(II.27) g
dimana
ah dan av = Percepatan pseudostatik horizontal dan vertikal
kh dan kv = Koefisien pseudostatik horizontal dan vertikal
W = Berat massa
Faktor keamanan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
FK =
atau
=
………........…(II.28)
Hasil analisis ini sangat tergantung pada besar koefisien gempa, kh dan
kv. Penentuan besar koefisien ini sangat penting dan sulit dalam analisis
![Page 28: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/28.jpg)
34
ini. Jika diasumsikan material lereng rigid, gaya yang sangat berpengaruh
adalah gaya yang disebabkan oleh percepatan horizontal sehingga gaya
ini akan maksimum pada saat percepatan horizontalnya yang terjadi
maksimum, namun karena pada kenyatannya material lereng bersifat
tidak rigit dan percepatan maksimum yang terjadi hanya dalam waktu
singkat maka besar koefisien pseudostatic selalu dihubungkan dengan
besar percepatan maksimum perlu dikoreksi. Berikut ini adalah beberapa
besar kh yang direkomendasikan:
• Terzaghi (1950) : kh = 01 (gempa “serve”)
• Rossi-Forel IX : kh = 0.2 (gempa violent distructive)
• Rossi-Forel X : kh = 0.5 (gempa catastrophic)
• Sheed (1979) : kh = 0.1 – 0.12 untuk kondisi FK 1-1.5
Analisis pseudostatic memiliki kelemahan yang cukup mengganggu yaitu
akibat banyak penyederhanaan yang dilakukan maka keakuratan hasil
analisis kurang baik. Lereng dapat tidak stabil walaupun perhitungan
faktor keamanannya lebih dari 1. Berikut adalah contoh keruntuhan yang
terjadi walaupun faktor keamanan hasil analisis pseudostatic lebih dari 1.
Tabel II.6 Hasil analisis pseudostatic lereng yang runtuh pada saat terjadi gempa.
Dam kh FK Efek gempa
Sheffield Dam 0.10 1.2 Complete failure Lower San Fernando Dam 0.15 1.3 Upstrain slope failure
Upper San Fernando Dam 0.15 ~2-2.5
Downstrem shell, including cret sliped about
6 ft down stream
Tailling Dam (Japan) 0.20 ~1.3 Failure of Dam with release of tailing
Sumber : Steven L. Kramer, Geotechnical Earthquake Engineering (1998)
![Page 29: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/29.jpg)
35
(2) Metode analisis Tegangan-Deformasi (Stress-Deformation)
Analisa tegangan-deformasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
metode elemen hingga. Persamaan motion global yang digunakan adalah:
[M]{ü} + [C] {ü} + [K] {ü} = - [M] [1] üb (t)...................................(II.29)
[M]{ü} + [K*] {ü} = - [M] [1] üb (t) (equivalent pendekatan linier).(II.30)
dimana [K*] adalah matrik kekuatan kompleks yang besarnya adalah
[K*] = [k] + iω[C] ............................................................................(II.31)
(3) Metode analisis interaksi tanah-struktur
Dalam menganalisis interaksi tanah-struktur akibat beban terdapat dua
metode yaitu:
a. Metode langsung
Pada analisis dengan metode langsung, sistem tanah-pondasi-struktur
dimodelkan dan dianalisa dengan satu tahap. Sepanjang dasar dan
sisi model motion inputnya adalah free field motion (input motion
yang tidak memperhitungkan adanya struktur). Hasil respon interaksi
sistem dihitung dengan menggunakan metode elemen hingga dengan
persamaan motion sebagai berikut:
[M] {ű}+ [K*] {u} = - [M] [l] {űff(t)}........................................(II.32)
b. Metode multistep
Pada analisis dengan metode multistep digunakan prinsip superposisi
untuk membatasi dua penyebab utama interaksi tanah-struktur yaitu
ketidak mampuan pondasi menahan deformasi free field dan efek
respon dinamik sistem struktur pondasi pada pergerakan tanah.
Metode ini menggunakan pendekatan linier.
• Interaksi kinematik
Pada free field gempa akan menyebabkan displacement arah
horizontal dan vertikal. Pada pondasi yang berada di permukaan
![Page 30: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/30.jpg)
36
atau tertanam di dalamnya dan lapisan tanah kaku (stiff), maka
motion yang diperhitungkan akan dipengaruhi oleh interaksi
kinematik sehingga tidak terjadi deformasi walaupun pondasi
tersebut mempunyai massa yang sangat kecil. Jadi analisa
interaksi kinematik adalah sistem pondasi-struktur diasumsikan
mempunyai kekuatan tapi tidak mempunyai massa. Deformasi
akibat interaksi kinematik tersebut dapat dihitung dengan
mengabaikan massa pondasi dengan persamaan sebagai berikut :
[Msoil] {űKI}+ [K*] {uKI} = - [Msoil]{űb(t)}............................(II.33)
• Interaksi inersia
Struktur dan tanah diasumsikan mempunyai massa, sehingga
massa tersebut dapat merespon secara dinamik. Jika tanah
pendukung cukup lentur, gaya ditransfer ke tanah melalui pondasi
sehingga menghasilkan pergerakan pondasi tapi tidak akan terjadi
pada struktur fixed base. Jadi input motion pondasi digunakan
untuk mengaplikasikan beban inersia pada struktur dengan analisa
interaksi inersia dimana tanah, pondasi, dan struktur diasumsikan
mempunyai kekuatan dan massa. Deformasi yang terjadi dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
[M] {űII}+ [K*] {uII} = - [Mstruktur]{ űKI +űbk(t)}.................(II.34)
• Kombinasi interaksi kinematik dan inersia
Dengan kombinasi interaksi kinematik dan inersia akan
menghasilkan persamaan sebagai berikut :
[Msoil] {űKI}+[M] {űII}+[K*] ({uKI}+{uII}) =
- ([Msoil]+ [Mstruktur]) {űb}- [Mstruktur]{ űKI }
Karena { uKI} +{uII} = u dan [Msoil] + [Mstruktur] = M , maka
persamaan diatas menjadi bentuk semula yaitu :
[M] {ű}+ [K*] {u} = - [M] [l] {űb(t)}...................................(II.35)
![Page 31: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/31.jpg)
II.7 Met
Metode st
yang mer
kombinasi
adalah:
II.7.1 M
(1) U
U
b
le
(G
k
m
u
ri
ta
d
c
p
(2) B
B
m
tode Stabili
tabilitas lere
runtuhkan y
i dari ked
etode geom
Unloading
Unloading
bekerja pada
ereng alam
Gambar II.
keseluruhan,
menjadi beb
unloading da
ingan, misa
anah atau
digunakan u
ocok bila d
paralel deng
G(Rodrigue
Buttressing
Buttressing
melawan dri
itas Lereng
eng pada um
yang beker
duanya. Me
metri
adalah sua
a massa tan
m adalah:
.19), pengg
, menguran
berapa leren
apat dilakuk
alnya: polys
beban pada
untuk lereng
diterapkan p
an kemiring
Gambar II.1ez et al., 19
adalah me
iving force
37
g
mumnya di
rja menamb
etode-metod
atu cara un
nah. Jenis u
penggalian
galian mate
ngi kemiri
ng yang lebi
kan dengan
styrene foa
a bagian a
g dengan po
pada lereng
gan lereng.
19 Penggal88, with per
etode stabi
dari lereng
lakukan den
bah kekuat
de stabilisa
ntuk mengu
unloading y
n tanah
erial yang
ingan leren
ih rendah. S
n cara meng
m, kerang
atas lereng
ola keruntuh
g dengan po
lian tanah brmission of
ilisasi leren
g dengan me
ngan cara m
tan kuat g
asi yang b
urangi driv
yang sering
pada bagi
berpotensi
ng, dan m
Sedangkan
ggunakan m
laut, dan b
(unloading
han rotasi. M
ola keruntuh
bagian atas lf Trans Tech
ng yang d
enambah su
mengurangi
geser tanah
biasa digun
ving force
g dilakukan
ian atas l
longsor s
membagi l
pada timb
material timb
ban. Pemind
g) hanya e
Metode ini
han translas
lereng. h Publicatio
dilakukan u
uatu sistem
gaya
atau
nakan
yang
pada
ereng
secara
ereng
unan,
bunan
dahan
efektif
tidak
sional
ons )
untuk
gaya
![Page 32: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/32.jpg)
38
eksternal sehingga mempertinggi resisting force. Buttressing terdiri dari:
soil and rock fill, counterberms (Gambar II.20), shear keys, mechanically
stabilized embankments, dan pneusol.
Gambar II.20 Buttressing
(Rodriguez et al., 1988, with permission of Trans Tech Publications )
II.7.2 Metode hidrologi/drainase
Pembuatan drainase dapat mengurangi gaya hidrostatik dan rembesan air pada
lereng sehingga kestabilan meningkat. Drainase dapat dilakukan secara: surface
drainage, vertical drain, drain blanket (Gambar II.21), dan cut-off drain.
Gambar II.21 Penempatan drain blanket di bawah timbunan
(Rodriguez et al, 1988)
2.7.3 Metode vegetasi
Metode penanaman suatu lereng dengan tanaman tertentu sehingga secara tidak
langsung dapat menambah kestabilan lereng. Metoda ini dapat mengurangi
seepage pada lereng serta dapat menahan kecepatan pengaliran air. Kelebihan dari
metoda ini dibanding metoda yang lain, diantaranya: multi fungsi, relatif murah,
self-repairing, menambah keindahan, dan tidak memerlukan peralatan yang rumit.
![Page 33: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/33.jpg)
39
2.7.4 Metode kimia
Metode kimia dengan soil hardening efektif untuk digunakan pada tanah kohesif
yang memiliki permeabilitas rendah. Soil Hardening dapat dilakukan dengan cara
pencampuran dengan semen, electro-osmosis (jarang dipakai karena biaya mahal),
thermal treatment, grouting, lime injection, dan preconsolidation
2.7.5 Metode mekanik
(1) Surface Slope Protection
Tujuan dari Surface Slope Protection adalah untuk mencegah infiltrasi
akibat hujan sehingga lereng dapat dipertahankan tetap kering. Metoda
ini meliputi: shotcrete, riprap, dan masonry.
(2) Perkuatan (reinforcement)
Perkuatan lereng dilakukan dengan cara memasukkan elemen-elemen
penahan ke dalam massa tanah yang bertujuan untuk menaikkan perilaku
mekanis massa tanah.. Contoh perkuatannya yaitu soil nailing
(Gambar II.22), stone column, reticulated micropiles, bored piles, sheet
piles dan geosysthetically reinforced slopes.
Gambar II.22 Penggunaan soil nailing
(Mitchell dan Soga, 1987)
![Page 34: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/34.jpg)
40
II.8 Seleksi Pemilihan Metode Stabilitas Lereng
Tidak semua metode stabilisasi lereng sesuai untuk setiap tipe keruntuhan pada
lereng. Contohnya flattening pada lereng dan counterberm bersamaan dengan
drainase permukaan, biasanya menjadi metode stabilisasi pertama yang
dipertimbangkan. Subdrain merupakan cara lain yang sangat efektif dan
merupakan penyelesaian solusi yang cepat untuk stabilitas lereng. Dinding
penahan tanah biasanya digunakan pada keruntuhan kecil, dan belum cukup
terbukti berguna efektif pada keruntuhan skala besar. Pengisian batuan, dinding
beton, dan tanaman dapat digunakan untuk mencegah erosi.
Dari macam-macam dan jenis teknik stabilisasi awal diatas belum potensial dalam
mengatasi lereng yang tidak stabil. Karena itu jarang ada metode stabilisasi lereng
yang paling baik. Metode stabilisasi yang memakan biaya yang tinggi juga belum
tentu paling efektif. Biasanya stabilisasi lereng yang paling ekonomis dan efektif
merupakan kombinasi dari dua atau lebih teknik stabilisasi. Dalam pemilihan
metode stabilisasi yang paling efektif dan ekonomis banyak faktor yang harus
dipertimbangkan yaitu keamanan, jadwal konstruksi, material, akses lapangan,
peralatan, estetika, pengaruh lingkungan karena pekerjaan stabilisasi, dan
pertimbangan pekerja.
Waktu dan biaya seringkali menjadi pertimbangan dalam pemilihan suatu metode
stabilisasi. Tetapi secara tidak langsung studi teknis yang lengkap
dikesampingkan karena pertimbangan waktu dan biaya. Seperti yang dijelaskan
diatas bahwa biasanya ada lebih dari satu metode stabilisasi yang bisa digunakan,
tetapi dipilih yang paling ekonomis dan juga paling efektif.
Hambatan teknis meliputi tipe tanah yang akan distabilisasi, korosi tanah,
ketahanan, kemudahan konstruksi. Tipe tanah pada pekerjaan stabilisasi menjadi
pengaruh kuat dalam pemilihan. Lereng alami diperlakukan berbeda dengan
timbunan, tanah butir kasar diperlakukan berbeda dengan tanah butir halus.
Pekerjaan stabilisasi pada tanah lunak membutuhkan sistem yang sangat fleksibel
yang bisa mentoleransi penurunan karena adanya beban, atau dengan mengurangi
![Page 35: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/35.jpg)
41
beban timbunan dapat meminimalisasi adanya geser pada massa tanah yang tidak
stabil.
Jika pergerakan tanah selama atau sesudah konstruksi dapat diantisipasi, metode
stabilisasi yang dipilih harus sesuai dengan pergerakan tersebut. Secara mekanik
stabilisasi timbunan dan soil nailing merupakan contoh yang baik yang
berpengaruh pada regangan tanah. Regangan yang dibutuhkan untuk mobilisasi
kekuatan pada elemen perkuatan lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk
mobilisasi kekuatan tanah. Bahkan pada elemen perkuatan seperti geosintetik
dibutuhkan regangan yang lebih besar. Karena itu deformasi internal yang besar
dapat terjadi bila menggunakan sistem ini dan properti material yang digunakan
dalam analisis dihitung dalam regangan yang besar (residual strength).
Struktur tipe gravity sedikit berpengaruh oleh besar deformasi internal dari sistem
termasuk perkuatan tanah (Munfakh, 1990). Dinding fleksibel, seperti gabions
dapat digunakan sebagai pengganti dinding kaku untuk lereng dengan potensi
deformasi vertikal dan horisontal yang besar.
Korosi dapat berpengaruh pada sistem perkuatan baja dan dinding penahan tanah
beton. Hal ini bisa dikurangi dengan menahan aliran air tanah yang menyebabkan
korosi pada elemen perkuatan metal. Drainase juga diperlukan untuk melindungi
dari korosi. Metode yang biasa digunakan adalah pelapisan. semen khusus yang
dapat digunakan untuk menutup perkuatan baja begitu juga dengan beton.
Ketahanan merupakan faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
stabilisasi lereng. Pada penggunaan geosintetis untuk perkuatan, kelemahannya
bila dipergunakan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh kimiawi dan sinar ultraviolet dari matahari yang selanjutnya
menyebabkan kuat tarik dapat berkurang dan menyebabkan keruntuhan.
![Page 36: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/36.jpg)
42
II.9 Dasar Teori Program Komputer Plaxis
Material model adalah persamaan matematika yang menggambarkan hubungan
antara tegangan dan regangan. Material model sering dinyatakan dalam bentuk
hubungan antara pertambahan tegangan dan pertambahan regangan. Semua model
material diimplementasikan pada program Plaxis adalah berdasarkan atas
hubungan antara kecepatan tegangan efektif, σ’ dan kecepatan regangan ε’ yang
dapat diimplementasikan dalam bentuk persamaan:
σ’ = M .ε’.........................................................................................................(II.36)
dimana
M = matrik kekuatan material
σ’ = (σ’xx, σ’yy, σ’zz, σ’xy, σ’yz, σ’zx )
ε’ = (ε’xx, ε’yy, ε’zz, γ’xy, γ’yz, γ’zx )
Tetapi untuk kondisi plane strain dan axisymmetry, seperti yang dimodelkan
dalam Plaxis, hanya empat komponen saja yang diperlukan karena
σ’yz, σ’zx, γ’yz, γ’zx memiliki nilai nol. Komponen tegangan normal yang bernilai
positif dianggap tarik, sedangkan komponen yang bernilai negatif diangap tekan.
Sementara itu, komponen regangan normal yang bernilai positif dianggap
mengalami dilatasi (mengembang), sedangkan yang bernilai negatif dianggap
mengalami kompaksi.
Gambar II.23 Sistem koordinat tiga dimensi dan korversi tanda untuk tegangan (Brinkgreve dan Vermeer, 1998)
y
z
x
σ'yy
σ'xy
σ'xx
σ'yy
σ'xx
σ'xy
σ'zz .
![Page 37: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/37.jpg)
43
Regangan yang terjadi dianggap cukup kecil (small strain analysis), maka
besarnya regangan didapat dari turunan ruang dari komponen displacement ux, uy,
yang dapat dilihat dalam persamaan berikut:
ε xx = ∂ux ..................................................................................................(II.37) ∂x
ε yy = ∂uy ...................................................................................................(II.38)∂y
ε γ = ∂ux + ∂uy .....................................................................................(II.39) ∂y ∂x
dimana
ε zz = 0 (plane strain)
ε zz = 1 ux (axisymmetry) r
Konsep tegangan utama biasanya lebih banyak digunakan untuk merumuskan
beberapa model material, yang dapat dihitung dengan rumus tegangan cartesius
sebagai berikut :
σ ½ σ σ ¼ σ σ σ ....................................(II.40)
σ'2 = σ'zz ...........................................................................................................(II.41)
σ ½ σ σ ¼ σ σ σ ....................................(II.42)
Dalam Plaxis, tegangan utama diatur dalam bentuk aturan aljabar sebagai
σ'1 ≤ σ'2 ≤ σ'3.
Model material yang sederhana dalam Plaxis adalah dengan menggunakan hukum
Hooke tentang perilaku elastik linier isotropik dari material yang dapat ditulis
dalam persamaan berikut :
![Page 38: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/38.jpg)
44
σ′σ′ σ′ σ′
= 1 0
1 01 0
0 0 0 ½
′′ ′ ′
...............................(II.43)
dimana
G = modulus geser
v = angka rasio poisson efektif
Hubungan antara modulus geser, G, angka rasio poisson, v, dan modulus Young,
E dapat dinyatakan sebagai berikut :
E = 2(1 + v)G ..................................................................................................(II.44)
Pada penelitian ini tanah dimodelkan sebagai Mohr-Coulomb. Mohr-Coulomb
melibatkan dua buah parameter yaitu ø dan c yang mewakili plastisitas tanah.
Model Mohr-Coulomb mewakili pendekatan first order terhadap perilaku tanah
atau batuan. Sangat dianjurkan untuk menggunakan model ini sebagai analisis
awal sebuah masalah. Pada model ini kekakuan tanah dianggap konstan, sehingga
analisis menggunakan model ini diangap sebagai analisis pendekatan awal untuk
menggambarkan perilaku tanah dan batuan.
Fungsi leleh Mohr-Coulomb dinyatakan dalam bentuk ketiga persamaan berikut :
ƒ ½|σ′ σ′ | ½|σ′ σ′ |sin cos 0....................................(II.45)
ƒ ½|σ′ σ′ | ½|σ′ σ′ |sin cos 0....................................(II.46)
ƒ ½|σ′ σ′ | ½|σ′ σ′ |sin cos 0....................................(II.47)
Persamaan fungsi leleh apabila diplot pada principal stress space akan berbentuk
kerucut heksagonal seperti pada gambar berikut:
![Page 39: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/39.jpg)
Gambar II
Fungsi p
persamaan
g1 = ½|σ’2
g2 = ½|σ’3
g3 = ½|σ’1
II.10 Pro
Program
digunakan
metode el
struktur at
proses per
dalam men
Program P
permasala
Kelebihan
I.24 Permu(c=0). (Brink
potensial p
n berikut :
2 - σ’3| + ½ (
3 - σ’1| + ½ (
- σ’2| + ½ (
ogram Kom
Plaxis ada
n untuk men
emen hingg
tau banguna
rhitungan, d
nyelesaikan
Plaxis meru
ahan dalam
n-kelebihan
ukaan leleh m
kgreve dan V
plastis untu
(σ’2 - σ’3) s
(σ’3 - σ’1) s
(σ’1 - σ’2) s
mputer Pla
alah salah
nyelesaikan
ga untuk me
an geotekni
dan data kel
n masalah g
upakan sua
m bidang g
yang dimili
σ 2
45
model Moh
Vermeer, 19
uk model
sin ψ...........
sin ψ...........
sin ψ...........
xis
satu pera
masalah-m
enganalisa d
ik. Berikut a
luaran yang
eoteknik, kh
atu alat ban
geoteknik b
iki program
σ 3
hr-Coulomb
998)
Mohr-Cou
..................
..................
..................
angkat luna
masalah geot
deformasi d
akan dijelas
g dapat dike
hususnya st
ntu untuk m
berdasarkan
m Plaxis anta
σ
pada princ
ulomb diru
..................
..................
..................
ak komput
teknik. Plax
dan stabilita
skan metode
erjakan oleh
tudi kasus d
menganalisi
n metode
ara lain:
σ 1+ σ 2+ σ
σ 1
ipal stress s
umuskan d
.............. (II
.............. (II
.............. (II
ter yang s
xis menggun
as dari tanah
e, data mas
h program P
dalam tesis i
s permasal
elemen hi
3
space
dalam
I.48)
I.49)
I.50)
sering
nakan
h dan
ukan,
Plaxis
ini.
ahan-
ngga.
![Page 40: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/40.jpg)
46
(1) Mampu mensimulasikan konstruksi secara bertahap, seperti yang biasa
dilaksanakan pada konstruksi timbunan tanah
(2) Dapat memodelkan elemen perkuatan, seperti geotekstil, angkur, dan
interface-nya.
Model material yang digambarkan pada program Plaxis adalah bentuk persamaan
matematika yang menggambarkan hubungan antara tegangan dan regangan.
Model material ini sering diekspresikan dalam bentuk pertambahan tegangan dan
pertambahan regangan.
Pemodelan Plaxis dapat dianalisa dalam kondisi plane strain maupun
axisymmetry. Plane strain digunakan untuk menganalisa struktur yang memiliki
potongan melintang dengan pembebanan dan kondisi tegangan yang seragam dan
perpindahan pada arah ini dianggap nol, sedangkan pemodelan axisymmetry
digunakan untuk analisa struktur lingkaran yang memiliki potongan radial dan
pembebanan seragam terhadap pusat, dengan deformasi dan tegangan yang
besarnya dianggap sama pada arah radialnya. Untuk mendapatkan hasil analisis
metode elemen hingga yang akurat diperlukan pemodelan tanah yang sesuai
dengan keadaan sesungguhnya di lapangan.
II.11 Parameter Input Program
II.11.1 Parameter untuk porgram komputer Plaxis 7.2
Pada tesis ini model tanah yang digunakan adalah model Mohr-Coulomb, dengan
parameter-parameter berupa: kohesi tanah (c), sudut geser dalam (ø). Analisis data
dengan program Plaxis dilakukan dengan memasukkan data berupa parameter-
parameter dasar yang meliputi:
(1) Bentuk geometri lereng dan kondisi muka air tanah
Input data ini memberikan gambaran dari lereng yang akan dianalisis.
Gambaran lereng akan ditampilkan dengan memasukkan koordinat-
koordinat lereng tersebut. Data muka air tanah diinput untuk geometri
lereng. Jika tekanan air pori sama dengan nol, maka opsi untuk kondisi
permukaan air tanah diabaikan.
![Page 41: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/41.jpg)
47
(2) Data mesh generation
Data mesh generation merupakan informasi berupa titik noda koordinat,
jumlah titik noda, dan titik tegangan yang ada untuk semua elemen yang
dipakai.
(3) Data Tanah
a. Berat isi tanah (γ)
Perhitungan berat tanah basah dan berat kering mengacu pada berat isi
tanah pada parameter ini. Berat isi kering digunakan untuk material
diatas garis phreatic, sedangkan berat isi basah digunakan untuk
material yang berada dibawahnya. Untuk material nonporous paling
sesuai menggunakan berat isi kering. Sebenarnya tidak ada tanah yang
benar-benar kering. Tanah diatas garis phreatic bersifat jenuh karena
sifat kapiler tanah, sedang diatasnya lagi sebagian jenuh.
b. Konstanta modulus Young (Eref)
Plaxis menggunakan modulus Young sebagai modulus kekakuan
dalam model elastik pada model Mohr-Coulomb. Namun Plaxis juga
memberikan dua alternatif modulus lainnya, yaitu modulus geser G
atau modulus oedometer Eoed. Harga dari parameter kekakuan
memerlukan perhatian khusus karena banyak material tanah
menunjukkan sifat non linier pada kondisi pembebanan. Dari test
triaxial, dapat ditentukan besarnya modulus Young E, yang didapat
dari kemiringan awal grafik tegangan regangan. Dalam Plaxis dikenal
parameter secant modulus E50 yang didapat dari kemiringan grafik
pada tegangan 50%. Pada lereng awal biasanya menggunakan E0 dan
modulus secant pada 50% kekuatan E50 (Gambar II.25).
Untuk lempung yang higly consolidated dan jenis batuan dengan large linear
elastic range, disarankan untuk menggunakan parameter E0. Untuk pasir dan
lempung yang terkonsolidasi normal, sebaiknya menggunakan parameter E50,
tetapi untuk pembebanan tanah umumnya menggunakan E50 atau dapat juga
digunakan pendekatan persamaan Eref = 100-200 c, ataupun berdasarkan korelasi
pada Tabel II.7 dan Tabel II.8.
![Page 42: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/42.jpg)
48
Gambar II.25 Definisi E0 dan E50 (Brinkgreve dan Vermeer, 1998)
Tabel II.7 Korelasi untuk Lempung
Kond NSPT ε50 μ Su (Psf) Es (Psi) Gs (Psi) very soft 2 0.02 0.50 2.50 170-340 60-110
soft 2-4 0.02 0.50 375 260-520 80-170 medium 4-8 0.02 0.50 750 520-1040 170-340
stiff 8-15 0.01 0.45 1500 1040-2080 340-690 very stiff 15-30 0.005 0.40 3000 2080-4160 690-1390
hard
30 0.004 0.35 4000 2890-5780 960-1930 40 0.004 0.35 5000 3470-6940 1150-2310 50 0.004 0.35 6000 4160-8330 1390-2770 60 0.0035 0.30 7000 4860-9720 1620-3240 80 0.0035 0.30 9000 6250-12500 2080-4160
100 0.003 0.25 11000 7640-15270 2540-5090 120 0.003 0.25 13000 9020-18050 3010-6020
Sumber : Mcmaster (1990)
Tabel II.8 Korelasi untuk Pasir
Kond NSPT Dr (%) μ Es (Psi) Gs (Psi) very loose 0-4 28 0-15 0.45 0-440 0-160
loose 4-10 28-30 15-35 0.40 440-1100 160-390 medium 10-30 30-36 35-65 0.0035 1100-3300 390-1200
dense 30-50 36-41 65-85 0.003 3300-5500 1200-1999 very dense 50-100 41-45 85-100 0.002 5500-11100 1990-3990
Sumber : Mcmaster (1990)
Pada elemen interface, dilakukan reduksi terhadap parameter-parameter tanah
tersebut, sehingga:
.E0
1 1
E50
strain -ε1
.|σ1 - σ3|
![Page 43: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/43.jpg)
49
C1 = R x Ctanah..................................................................................................(II.51)
(tan )I = R x (tan )tanah...................................................................................(II.52)
GI = R2 x Gtanah.................................................................................................(II.53)
μI = 0.45............................................................................................................(II.54)
dimana
R <1, maka sifat interface lebih fleksibel dari tanah
R = 1, untuk sifat interface sama dengan sifat tanah
R >1, tidak dipakai dalam kondisi normal
c. Rasio Poisson (v)
Pada awal pembebanan aksial dalam tes triaksial, akan dihasilkan
perubahan volume yang cukup besar, sehingga harga rasio poisson
yang didapat cukup kecil. Harga rasio poisson ini disebut dengan
harga elastik murni (v0). Pada kasus dan beberapa kasus geoteknik
lainnya, harga ini cukup realistik untuk digunakan. Akan tetapi,
apabila menggunakan model tanah Mohr-Coulomb, disarankan untuk
memakai harga rasio poisson yang lebih besar.
d. Kohesi (c)
Dimensi kohesi sama dengan dimensi tegangan. Plaxis dapat
menjalankan material yang tidak memiliki kohesi misalnya seperti
pasir (c=0) tetapi tidak akan berjalan dengan baik. Sebaiknya
digunakan nilai kohesi yang kecil untuk prosedur nonlinear agar lebih
efektif (gunakan c>0). Dalam praktek di lapangan, material yang tidak
memiliki kohesi sama sekali terkadang ditemui. Kohesi yang kecil
diperlukan untuk mencocokkan pengukuran kuat geser dari test
triaxial pada tingkat tegangan yang berbeda. Dalam hal ini parameter
kohesi didapat dari analisa balik.
e. Sudut Geser (ø)
Parameter sudut geser dinyatakan dalam derajat dan merupakan
pertambahan dari kuat geser dengan level tegangan. Sudut geseryang
besar sering ditemukan pada pasir padat, dan cenderung menurun
![Page 44: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/44.jpg)
50
ketika tanah mengalami deformasi geser yang terus menerus. Sudut
geser konstan pada pemodelan Mohr-Coulomb, lebih cocok
menggunakan øcv (sudut geser kritis) dibandingkan dengan nilai yang
lebih besar yang menghasilkan regangan yang kecil. Dalam hal ini
parameter sudut geser didapat dari analisis balik. Penggunaan sudut
geser yang besar dapat meningkatkan beban komputasi, sehingga
waktu eksekusi akan meningkat secara eksponensial.
f. Sudut dilatansi (ψ)
Tanah lempung biasanya menunjukkan dilatansi yang kecil (ψ ≈ 0).
Dilatansi pada pasir tergantung pada kerapatandan sudut gesernya,
selain material lapisan over consolidated, lempung dan lanau biasanya
memiliki sudut dilatansi yang kecil (ψ ≈ 0). Sudut dilatansi pada pasir
tergantung kepadatan dan sudut gesernya. Untuk pasir kuarsa ψ = ø-
30º. Nilai negatif yang kecil untuk ψ hanya realistis untuk pasir sangat
lepas.
(4) Data struktur perkuatan.
Untuk pemodelan struktur perkuatan beam, parameter yang diperlukan
adalah Normal stiffness (EA), Flexural rigidity (EI), Equivalent thickness
(d) yang dihitung dengan menggunakan rumus d = 12 . Perhitungan
dalam menentukan nilai d dilakukan sendiri oleh program Plaxis
(Weight/w, Rasio poisson/v).
II.11.2 Cara kerja program Plaxis 7.2
Setelah memasukkan semua data yang diperlukan seperti diatas, maka proses
analisis dapat dilakukan. Program Plaxis 7.2 akan melakukan pencarian nilai
faktor keamanan dari lereng sesuai dengan data yang dimasukkan. Cara kerja dari
program Plaxis dalam mencari nilai faktor keamanan adalah dengan menggunakan
phi-c reduction procedure.
Untuk menghitung angka keamanan ini digunakan opsi load advancement number
of steps pada fase perhitungan dengan memasukkan increment Msf yang akan
![Page 45: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/45.jpg)
51
diambil. Pada kalkulasi, c dan ø akan dikurangi sesuai dengan increment Msf
yang dimasukkan. Selama kalkulasi berlangsung, berlaku persamaan kekuatan
tanah:
tan ør = tan ø ...........................................................................................(II.55)∑-Msf
cr = c ...............................................................................................(II.56) ∑-Msf
Pada kondisi keruntuhan, besarnya angka keamanan sama dengan ∑-Msf.
Pengurangan nilai parameter kekuatan tanah dan hasil perhitungannya hanya
berarti jika telah dicapai kondisi keseimbangan (steady state). Kondisi
keseimbangan ini ditunjukkan dari kurva ∑-Msf vs perpindahan yang cukup datar,
dimana pada kondisi inilah besarnya angka keamanan didapat yaitu pada saat
terjadi keseimbangan antara gaya yang meruntuhkan dan gaya tahan dari kuat
geser tanah paad lereng tersebut.
Dalam perhitungan phi-c reduction, nilai-nilai ∑-Msf lain sebelum dicapai kondisi
keseimbangan dan nilai perpindahan tidak memiliki arti fisik yang berarti. Nilai-
nilai tersebut hanya digunakan untuk proses numerik.
II.11.3 Output yang didapatkan oleh program komputer Plaxis
(1) Faktor keamanan (FK)
(2) Deformasi yaitu meliputi deformed mesh, total displacements, total
increment, total strain, increment strain
(3) Tegangan yaitu meliputi tegangan efektif, tegangan total, plastic points,
tekanan pori aktif, tekanan pori kelebihan, groundwater head, flow field.
II.11.4 Parameter untuk program komputer Slope/W
Parameter yang diperlukan untuk melakukan analisis stabilitas lereng dengan
menggunakan program Slope/W terdiri atas:
(1) Kohesi, c (kN/m2) didapat dari hasil analisis balik
(2) Sudut Geser Dalam, ø (o) didapat dari hasil analisa balik
![Page 46: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Konsep Kestabilan · PDF fileBerdasarkan Abramson, et al (2002) tujuan analisis stabilitas lereng adalah: (1) Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022110222/5a78e03f7f8b9a77088c6302/html5/thumbnails/46.jpg)
52
(3) Sudut dilatansi, ψ (o) diasumsikan = 0
(4) Tinggi muka air diset pada kondisi tertinggi (berkisar 1 meter dibawah
permukaan tanah)
(5) Model tanah yang digunakan adalah Mohr-Coulomb
Program ini menyediakan pemodelan struktur ground anchor dan geotekstil.
Program Slope/W ini dibuat berdasarkan metode keseimbangan batas dengan
metode irisan sederhana (1936), Bishop Simplifikasi (1955), Spencer (1967),
Morgensstern-Prince (1965) dan Janbu Simplifikasi (1973)
Untuk selanjutnya analisis stabilitas lereng dengan bored pile hanya dilakukan
dengan menggunakan program komputer Plaxis.