bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/bab ii_dwi...

11
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mm Hg dan atau tekanan diastolik lebih dari 90 mm Hg (WHO, 2011). Penyakit yang paling banyak di dunia adalah hipertensi. Satu dari delapan kematian disebabkan oleh hipertensi dan menjadi urutan ke 3 penyebab mortalitas di dunia (wells, 2008). Di Indonesia, hipertensi menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan (Depkes RI, 2015). Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa : Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut World Health Organization Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (Mmhg) Diastolik (Mmhg) Optimal < 120 < 80 Normal < 130 < 85 Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99 Sub grup: perbatasan 140-149 90-94 Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109 Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90 Sub grup: pembatas 140-149 < 90 Sumber: Word Health Organization, 2011. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu hipertensi essensial (primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan penyakit hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, penderita hipertensi ini mencapai 90%, sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya seperti karena adanya kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain, hipertensi ini mempunyai presentase yang rendah yaitu 10% ( Depkes RI, 2007). Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Upload: haphuc

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mm Hg

dan atau tekanan diastolik lebih dari 90 mm Hg (WHO, 2011). Penyakit yang

paling banyak di dunia adalah hipertensi. Satu dari delapan kematian disebabkan

oleh hipertensi dan menjadi urutan ke 3 penyebab mortalitas di dunia (wells,

2008). Di Indonesia, hipertensi menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan

morbiditas, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat

umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan (Depkes RI, 2015).

Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa :

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut World Health Organization

Klasifikasi

Tekanan Darah

Sistolik (Mmhg) Diastolik

(Mmhg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup: perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup: pembatas 140-149 < 90

Sumber: Word Health Organization, 2011.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu

hipertensi essensial (primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial

merupakan penyakit hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, penderita

hipertensi ini mencapai 90%, sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi

yang sudah diketahui penyebabnya seperti karena adanya kelainan pembuluh

darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain,

hipertensi ini mempunyai presentase yang rendah yaitu 10% ( Depkes RI, 2007).

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Darah

mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon

rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

5

yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama (Nuraini, 2015).

Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat

diubah dan faktor yang tidak dapat diubah, farktor yang dapat diubah adalah

faktor yang berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat dari pasien seperti

merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, kegemukan, konsumsi alkohol

hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia, stres dan konsumsi garam berlebih.

Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah diantaranya umur, jenis kelamin dan

keturunan. Umur, mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya

umur, risiko, terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi

di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di

atas 65 tahun. Jenis Kelamin, faktor gender berpengaruh pada terjadinya

hipertensi, di mana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan

dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah

sistolik. Keturunan (genetik) , riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi

(faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada

hipertensi primer (esensial) (Depkes , 2007).

Terapi farmakologi atau biasanya dengan obat sebaiknya dimulai dengan

dosis rendah dan satu obat terlebih dahulu. Penggunaan obat ini diprioritaskan

karena faktor kepatuhan dan harga yang lebih ekonomis. Beberapa golongan obat

yang biasa digunakan sebagai lini pertama untuk penyakit hipertensi, yaitu:

1. Diuretik

Diuretik bekerja meningkatkan eksresi natrium, air, dan klorida

sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler, akibatnya

terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah ( Nafrialdi, 2009). Ada

beberapa macam obat golongan diuretik :

a. Golongan Tiazid

Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama

NaCl ditubulus ginjal, sehingga eksresi Na dan Cl meningkat. Contoh

obat golongan ini antara lain : HCT (hidroclortiazide),

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

6

bendroflumetazid dan diuretik lain yang memiliki gugus aryl-

sulfonamida (indapamid, klortalidon) (Nafrialdi, 2009)

b. Diuretik Kuat atau Loop Diuretik

Golongan ini bekerja di lengkung henle asenden bagian epitel tebal

dengan cara menghambat kotransport Na, K dan Cl dan menghambat

resorbsi air dan elektrolit. Obat ini tepat digunakan untuk penderita

hipertensi dengan gangguan ginjal. Contoh obat golongan ini adalah

furosemid, torasemid, bumetanid (Nugroho, 2012).

c. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik ini bekerja pada duktus kolektivus, namun efek

diuretiknya sangat lemah sehingga tidak digunakan dalam bentuk

tunggal. Obat golongan ini sering digunakan dengan diuretik golongan

lain untuk menjaga keseimbangan kalium. Contoh obat golongan ini

adalah spironolakton, amirolid, triametren (Nugroho, 2012).

2. ACE-Inhibitor (Angiostensin Converting Enzym-Inhibitor)

Angiostensin Converting Enzym merupakan enzim penting dalam

sistem rennin-angiostensin. Enzim ini mengubah angiostesin I menjadi

angiostensin II. Angiostensin II merupakan suatu vasokontriktor poten dan

pemacu sekresi aldosteron. Aldosteron sendiri meningkatkan volume darah

sehingga meningkatkan resistensi vaskuler. Penghambatan enzim ini dapat

menghasilkan efek vasodilatasi lalu menurunkan retensi sehingga

menurunkan tekanan darah dan juga menurunkan sekresi aldosteron

sehingga menurunkan volume darah sehingga mengurangi kerja jantung.

Contoh obat golongan ini adalah kaptopril, lisinopril, ramipril (Nurgroho,

2012).

3. CCBs ( Calsium Canal Blockers)

Aksi obat ini yakni menghambat influks ion kalsium pada kanal ion

kalsium dipembuluh darah dan otot jantung. Penurunan ion kalsium ke

dalam sel mengakibatkan penurunan konstraksi otot pada pembuluh darah.

Pada pembuluh darah juga mengakibatkan konstraksi otot polos pembuluh

darah karena penurunan ion kalsium intraseluler, lalu meningkatkan

diameter pembuluh darah arteri namun tidak pada vena, sehingga

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

7

menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah. Penurunan ion kalsium intrasel

juga mengakibatkan penurunan kontraksi sel otot jantung sehingga

mengakibatkan curah jantung menurun. Contoh obat golongan ini adalah

amlodipin, diltiazem, nikardipin (Nugroho, 2012).

4. Beta-Blocker

Obat ini bekerja dengan menghambat persyarafan simpatetik menuju

organ jantung. Obat ini digunakan dalam terapi hipertensi karena dapat

menurunkan frekuensi denyut jantung, curah jantung dan pelepasan enzim

renin dari ginjal. Semuanya melibatkan penghambatan pada reseptor

adrenergic. Contoh obat golongan ini adalah propanolol, atenolol,

asebutolol ( Nurgroho, 2012).

5. ARB ( Angiostensin Reseptor Blocker )

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor angiostensin II, obat ini

hampir mirip dengan ACE-inhibitor bedanya obat ini menghambat

aktivitas angiostensin II terhadap reseptornya sedangkan ACE-inhibitor

menghambat produksi angiostensin II. Obat ini lebih menguntungkan

dibandingkan ACE-inhibitor karena tidak menimbulkan efek samping

batuk kering, selain itu pada ACE-inhibitor hanya menghambat produksi

angiostensin II dengan ACE sedangkan produksi angiostensin II tidak

tergantung oleh ACE saja namun bisa oleh kimase. Contoh obat golongan

ini adalah losartan, valsartan, candesartan (Nugroho, 2012).

Sedangkan pengobatan non farmakologi dapat dilakukan dengan

menjalani pola hidup sehat yang telah terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, dan menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular, dengan terkontrolnya pola hidup pasien hipertensi ini

dapat meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Depkes RI, 2015).

Menurut Depkes RI Permasalahan non farmakologi yang dapat

dikendalikan adalah sebagai berikut :

1. Mengatasi obesitas / menurunkan tekanan darah

Prevalensi hipertensi pada orang gemuk lima kali lebih tinggi

dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal.

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

8

2. Mengurangi asupan garam dalam tubuh

Pembatasan pengkonsumsian garam yang dapat meningkatkan volume

plasma ( cairan tubuh) sehingga dapat meningkatkan tekanan darah

pada hipertensi.

3. Menciptakan keadaan tenang

Relaksasi dapat diciptakan dengan berbagai cara seperti meditasi, yoga

atau hipnosis dapat menontrol system syaraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.

4. Melakukan olahraga teratur

Berolahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

5. Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat

memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan

karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam

aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan

mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

Menurut Sustraini (2007) pengobatan non farmakologi hipertensi dapat

dilakukan dengan relaksasi keislaman dengan pembacaan Al-Quran. Berobat

dengan Al Qur’an adalah perkara yang sudah ditetapkan dalam syariat. Berapa

banyak pasien terserang penyakit dan tidak ada obatnya secara medis, tetapi

dapat disembuhkan dengan rahmat dan kasih sayang Allah, dan itu terjadi

dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga Allah menyembuhkan mereka

dengan berkah kitab-Nya. Al-Qur’an adalah penyembuh dan rahmat bagi orang

yang mengimani serta mengamalkannya.

B. PROLANIS

Menurut Panduan Praktis PROLANIS (2014) PROLANIS adalah suatu

sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara

terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang

menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan

biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

9

Aktifitas PROLANIS yang dijalankan ada empat yaitu :

1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis

2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

3. Reminder melalui SMS Gateway

4. Home Visit

C. Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) tahun

2012 Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisinya dalam

kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut

hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standard an keinginan. Hal ini

merupakan suatu konsep yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk

mendapatkan kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independen, hubungan

sosial, dan hubungan dengan sekitarnya.

Terdapat dua kompenan dasar dari kualitas hidup yaitu subyektifitas dan

multidimensi. Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat

ditentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui

dengan bertanya langsung kepada klien. Sedangkan multi dimensi bermakna

bahwa kualitas hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara

holistik meliputi aspek biologi / fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.

Kualitas hidup yang optimal merupakan hal yang sangat penting

diperhatikan dalam memberikan pengobatan terhadap pasien hipertensi.

Perawatan kesehatan harus mencakup keadaan fisik, mental, dan

sosialkesejahteraan, bukan hanya tidak adanya penyakit. Ini tidak hanya menjadi

Indikasi perubahan frekuensi dan keparahan penyakit tetapi juga estimasi

kesejahteraan dan ini dapat dinilai dengan mengukur peningkatan kualitas hidup

yang berkaitan dengan kesehatan.

D. Konseling

1. Konseling kefarmasian

Konseling kefarmasian merupakan salah satu bentuk pelayanan

kefarmasian dilakukan oleh apoteker untuk memberikan edukasi pengobatan

dengan cara tatap mua atau wawancara, yang bertujuan untuk meningkatkan

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

10

pengetahuan dan pemahaman pasien dalam pengobatan (Depkes RI, 2007).

Konseling juga merupakan salah satu bagian tatalaksana terapi pasien hipertensi

untuk mencapai tujuan terapi. Konseling sebagai bagian dari implementasi konsep

asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) bertujuan untuk memberikan tambahan

pengetahuan tentang obat dan pengobatan dengan harapan dapat memberikan

pemahaman pada pasien mengenai peranan obat pada penyembuhan penyakitnya.

Konseling obat kepada pasien diharapkan memberikan perubahan perilaku guna

meningkatkan kepatuhan penggunaan obat yang pada akhirnya meningkatkan

keberhasilan terapi pasien (Dewi , 2015).

Mengingat perlunya pemberian konseling, kegiatan konseling dapat

diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker karena pemakaian obat-obat dengan

cara penggunaan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang

sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat. Konseling

yang diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker disebut konseling aktif. Selain

konseling aktif dapat juga konseling pasif yang terjadi jika pasien datang untuk

berkonsultasi kepada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan obat dan pengobatan ( Depkes RI, 2007).

Menurut Depkes RI tahun 2007 tujuan dan manfaat konseling adalah

sebagai berikut :

a. Tujuan Konseling

1). Tujuan Umum

a) Meningkatkan keberhasilan terapi

b) Memaksimalkan efek terapi

c) Meminimalkan resiko efek samping

d) Meningkatkan cost effectiveness

e) Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi

2). Tujuan Khusus :

a) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien

b) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien

c) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya

d) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan penyakitnya

e) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

11

f) Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem

g) Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri

dalam hal terapi

h) Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan

i) Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga

dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan

pasien

b. Manfaat Konseling

1) Bagi pasien

a) Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan

b) Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya

c) Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri

d) Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu

e) Menurunkan kesalahan penggunaan obat

f) Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi

g) Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan

h) Meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan

2) Bagi Apoteker

a) Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.

b) Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai

c) Tanggung jawab profesi apoteker.

d) Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan

e) Penggunaan obat ( Medication error )

f) Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga

menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.

2. Konseling pembacaan Al-Quran

Konseling Islami adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan

fitrah iman dan atau kembali kepada fitrah iman, dengan cara memberdayakan

(empowering) fitrah-fitrah (jasmani, rohani, nafs, dan iman) mempelajari dan

melaksanakan tuntunan Allah dan rasul-Nya, agar fitrah-fitrah yang ada pada

individu berkembang dan berfungsi dengan baik dan benar. Pada akhirnya

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

12

diharapkan agar individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di

dunia dan akhirat ( Gudnanto, 2013).

Konseling bacaan surat Ar-rahman menjadi salah satu jalan keluar dalam

pemecahan masalah pada manusia, seperti dijelaskan dalam Q.S. Yunus ayat 57 :

دور وهدى ورحمة للمؤمن يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من رب كم وشفاء لما في الص

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat

bagi orang-orang yang beriman.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ada empat fungsi dari Al-Quran

yaitu : pengajaran, obat , petunjuk dan rahmat. Penerapan terhadap empat fungsi

ini, dapat diaplikasikan bacaan surat Ar-rahman dalam konseling kefarmasian

dengan upaya pemberian bantuan kepada pasien yang mengalami masalah

pengobatan dengan dijadikan terpai nonfarmakologi.

Menurut AlQahdhi dalam Maelina (2013) Pengobatan dengan diberikan

nya konseling tentang keislaman telah dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang

telah dilakukan Ahmad Al-Qadhi, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan

hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci AlQuran memiliki pengaruh yang

signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat

dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat yang berbasis

komputer.

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

13

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka konsep

Tingkat kualitas hidup

Konseling kefarmasian yang

menganjurkan terapi

non farmakologi membaca

Al-Quran surat Ar-Rahman.

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4029/3/BAB II_DWI MERISHANDY_FARMASI'17.pdf · Faktor penyakit hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang

14

F. Hipotesis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endiyono (2016) tentang

“Pengaruh Terapi Murottal Al-quran Surat Ar-rahman Terhadap Kualitas Tidur

Pasien Diruang ICCU RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto”, dengan hasil

uji t dependent rata-rata kualitas tidur pasien sesudah diberi terapi murrotal Al-

quran Surat ar-rahman lebih tinggi dari pada kualitas tidur pasien sebelum diberi

terapi murrotal Al-quran surat ar-rahman yaitu 9,23 > 6,60 serta nilai p value

sebesar 0,0001 < 0,005. Artinya H0 diterima, sehingga dapat diambil hipotesis :

H0 : tidak adanya perbedaan tingkat kualitas hidup pasien yang

mendapatkan intervensi konseling kefarmasian bacaan surat Ar-

Rahman dengan konseling kefarmasian usual care.

H1 : tingkat kualitas hidup pasien yang mendapatkan intervensi

konseling kefarmasian bacaan surat Ar-Rahman lebih besar

daripada kualitas hidup pasien yang mendapat konseling

kefarmasian tidak berbasis Al-quran.

Keterangan:

H0 diterima jika: -t(α/2 ; df (n-1))≤ t hitung ≤ +t (α/2 ; df (n-1))

H0 ditolak jika : t hitung < -t( α/2 ; df (n-1)) atau t hitung > +t (α/2 ; df (n-1))

Pengaruh Intervensi Bacaan..., Dwi Merishandy, Fakultas Farmasi UMP, 2017