bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/bab ii_eli...

22
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Suruhan Gambar 1. Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) (Koleksi pribadi , 2016) Klasifikasi tanaman suruhan (Peperomia pellucida ) menurut United States Departement of Agriculture Natural Resources Conservation Service (2011) sebagai berikut : Kingdom : Plants Subkingdom : Tracheobionta - Vascular plants Superdivision : Spermatophyta - Seed plants Division : Magnoliophyta - Flowering plants Class : Magnoliopsida - Dicotyledons Subclass : Magnoliidae Ordo : Piperales Familia : Piperaceae Genus : Peperomia Species : Peperomia pellucida Nama daerah atau nama lain dari tanaman suruhan (Peperomia pellucida) yaitu Suruhan. Sladanan, Rangu-rangu (Jawa). Saladaan (Sunda), Ketumpangan ayer (Sumatera) Gofu doroho (Ternate). Peperomia pellucida termasuk tanaman herba dengan tinggi 10 20 cm . Batang tegak, lunak, dan Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Upload: dangquynh

Post on 06-Sep-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Suruhan

Gambar 1. Tanaman Suruhan (Peperomia

pellucida L. Kunth) (Koleksi pribadi , 2016)

Klasifikasi tanaman suruhan (Peperomia pellucida ) menurut United

States Departement of Agriculture Natural Resources Conservation Service

(2011) sebagai berikut :

Kingdom : Plants

Subkingdom : Tracheobionta - Vascular plants

Superdivision : Spermatophyta - Seed plants

Division : Magnoliophyta - Flowering plants

Class : Magnoliopsida - Dicotyledons

Subclass : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Peperomia

Species : Peperomia pellucida

Nama daerah atau nama lain dari tanaman suruhan (Peperomia

pellucida) yaitu Suruhan. Sladanan, Rangu-rangu (Jawa). Saladaan (Sunda),

Ketumpangan ayer (Sumatera) Gofu doroho (Ternate). Peperomia pellucida

termasuk tanaman herba dengan tinggi 10 – 20 cm . Batang tegak, lunak, dan

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

5

berwarna hijau muda. Daun tunggal dengan kedudukan spiral, bentuk

lonjong, panjang 1 – 4 cm, lebar 1,5 – 2 cm, ujung runcing, pangkal bertoreh,

tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, lunak, dan berwarna

hijau. Bunga majemuk, berbentuk bulir, terletak di ujung batang atau di

ketiak daun, panjang bulir 2 – 3 cm, tangkai lunak, berwarna putih

kekuningan. Buah bulat, kecil, berwarna hijau, biji bulat, kecil, berwarna

hitam. Akar serabut, putih dan perakaran tidak dalam (Heyne, 1987).

Tanaman suruhan (Peperomia pellucida) berasal dari Amerika Serikat

tetapi tumbuh liar dan mudah didapatkan di Indonesia. Sekarang tanaman

suruhan tumbuh di Jawa mulai dari dataran rendah sampai kurang lebih 1000

meter di atas permukaan laut. Tanaman suruhan mampu tumbuh pada daerah

yang tidak begitu kering. Umumnya di daerah yang tidak subur misalnya

pada batu karang, tembok yang lembab, di ladang dan di pekarangan (Heyne,

1987).

B. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Suruhan

Tabel 1 . Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Suruhan

No. Kandungan Senyawa Kimia

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Minyak essensial terutama carotol dillapiole, β –caryophyllene (Xu dkk., 2005)

Saponin, tanin, alkaloid, kalsium oksalat, lemak, dan minyak atsiri. (Dalimarta ,

2006)

Alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin (Mishra , 2010)

Steroid, flavonoid, triterpenoid, dan karbohidrat (Majumder and Arun Kumar ,

2011)

Alkaloid tanin, kalsium oksalat, lemak, dan minyak atsiri (Hariana, 2006).

Flavonoid seperti acacetin, apigenin, isovitexin dan pellucidatin, pitosterol yaitu

campesterol, stigmasterol dan arylproppanoids, glikosida jantung dan antrakuinon

(Nwokocha dkk., 2012)

Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid (Irsyad, Muhammad , 2013)

Tanin dan flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antiseptik dan

antibakteri (Harborne, 1987). Tanin berperan sebagai antibakteri melalui

pembentukan kompleks dengan enzim mikroba atau substrat, selain itu tanin

masuk melalui membran mikroba, untuk mencapai membran tanin harus

melewati dinding sel mikroba. Flavonoid bekerja sebagai antimikroba

dengan cara membentuk kompleks dengan protein ekstrasel dan dinding sel

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

6

bakteri. Selain itu flavonoid bersifat lipofilik dapat merusak membran sel

mikroba (Cowan, 1999).

C. Manfaat Tanaman Suruhan

Peperomia pellucida memiliki manfaat sebagai obat sakit kepala,

demam, sakit perut, abses, bisul, dan gangguan ginjal (Oloyede, 2011).

Menurut Sio Susie O (2001) Peperomia pellucida digunakan sebagai

alternatif pengobatan asam urat. Sedangkan menurut Mappa dkk., (2013)

tanaman ini digunakan sebagai obat asam urat dan menyembuhkan luka.

memiliki aktifitas analgesik, antipiretik, antiinflamasi, hipoglikemik (Sheikh

dkk., 2013), antibakteri (Xu dkk., 2005), antijamur (Majumder, Pulak dkk.,

2011) antimikroba dan antikanker (Wei dkk., 2011), antiinflamasi (Wijaya

dan Monica, 2004), antibakteri, antikanker, antipiretik (Khan dkk., 2008),

antihipertensi (Nwokocha dkk., 2012).

D. Simplisia

Simplisia dalam Materia Medika Indonesia (1995) diartikan sebagai

bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga

yaitu Simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).

a. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman

atau eksudat tanaman (isi sel) . Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu di-

keluarkan dari selnya.

b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan bukan berupa zat

kimia murni.

c. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan yang belum

diolah dengan cara sederhana atau belum berupa zat kimia murni.

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

7

E. Ekstraksi dan Ekstrak

1. Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan

perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling

bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut

atau sedikit larut dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut

lain (Harborne, 1996). Menurut Depkes RI (2000) ekstraksi adalah

kegiatan penarikan kandungan senyawa kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair . Ekstraksi

dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode tergantung dari tujuan

ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan.

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

(Depkes RI, 2000) :

a. Cara dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara

perendaman menggunakan pelarut dengan pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Maserasi yang dilakukan pengadukan

secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut

remaserasi.

Sedangkan menurut Pratiwi (2009) maserasi adalah

perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia) dalam suatu

pelarut.

2) Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut

yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya

dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap

pelembaban bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

8

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai

diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara panas

1) Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan

menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

2) Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinyu

pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40ºC - 50°C.

3) Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan

pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet

sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

4) Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan

pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.

5) Dekok

Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut

air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental dan cair, dibuat dengan

menyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Depkes RI, 2000). Menurut Voight (1995), ekstrak

dikelompokkan berdasarkan sifatnya, yaitu :

a) Ekstrak encer (Extractum teneu). Sediaan ini memiliki konsistensi

yang mudah untuk dituang.

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

9

b) Ekstrak kental (Extractum spissum). Sediaan ini pada keadaan dingin

bersifat liat dan sulit untuk dituang.

c) Ekstrak kering (Extractum siccum). Sediaan ini memiliki konsistensi

kering.

F. Gel

Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri

dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk

obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh

(Farmakope Indonesia Edisi IV , 1995). Gel merupakan sediaan setengah

padat, bersifat tiksotropi yaitu menjadi cairan ketika digoyang dan kembali

memadat jika dibiarkan tenang. Obat topikal mengandung dua komponen

utama yaitu zat aktif yang merupakan komponen bahan topikal yang memiliki

efek terapetik dan zat pembawa sebagai bagian inaktif (Yahendri dan Yenny,

2012).

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus

cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai

kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase

terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat

dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan

oral dan sebagai basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan

pada produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses

industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel

hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila

ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi

antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

10

tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur

yang khusus (Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase

pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya

tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak

adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik

biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih

besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen

bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

Menurut Martin dan Camarata (1990) gel yang baik harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Homogen

Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam

air atau pelarut yang cocok atau menjamin homogenitas sehingga

pembagian dosis sesuai dengan tujuan terapi yang diharapkan.

b. Bahan dasar yang cocok dengan zat aktif

Bila ditinjau dari sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan

harus cocok dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi

yang diinginkan.

c. Konsisten

Konsistensi gel menghasilkan aliran psedoplastik tiksotropik. Karena

sifat aliran ini sangat penting pada penyebaran sediaan jika dioleskan pada

kulit tanpa penekanaan yang berarti pada pemencetan dapat keluar dari

wadah misalnya tube.

d. Stabil

Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama penggunaan

dan penyimpanan.

Beberapa keuntungan sediaan gel menurut Voigt (1994) adalah

kemampuan penyebarannya baik pada kulit , efek dingin yang dijelaskan

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

11

melalui penguapan lambat dari kulit , tidak ada penghambatan fungsi rambut

secara fisiologis, kemudahan pencuciannya dengan air yang baik, pelepasan

obatnya baik .

Sedangkan menurut Lund (1994) sediaan gel mempunyai kelebihan

diantaranya memiliki viskositas dan daya lekat tinggi sehingga tidak mudah

mengalir pada permukaan kulit, memiliki sifat tiksotropi sehingga mudah

merata bila dioles, tidak meninggalkan bekas, hanya berupa lapisan tipis

seperti film saat pemakaian, mudah tercucikan dengan air, dan memberikan

sensasi dingin setelah digunakan .

G. Bakteri

Bakteri adalah organisme bersel satu yang berkembang biak dengan

pembelahan menjadi dua (Gibson, 1996). Sedangkan menurut Dwijoseputro

(1998), bakteri adalah mikroorganisme bersel satu , berkembang biak dengan

cara membelah diri, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.

1. Klasifikasi Bakteri

a. Berdasarkan Morfologi

Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Bentuk silindris

Bentuk silindris (batang) dibedakan menjadi :

a) Basil, berbentuk batang tunggal

b) Diplobasil, berbentuk batang bergandeng dua

c) Steptobasil, berbentuk batang bergandeng seperti rantai

2) Bentuk coccus

Bentuk bulat (coccus) dibedakan menjadi :

a) Monococcus, berbentuk bulat satu-satu

b) Diplococcus, berbentuk bulat bergandeng dua

c) Streptococcus, bentuk bulat bergandeng seperti rantai

d) Tetracoccus, berbentuk bulat terdiri daari 4 sel tersusun dalam

bentuk segi empat

e) Sarkina, berbentuk bulat terdiri atas delapan sel, tersusun dalam

bentuk kubus.

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

12

f) Stafilococcus, berbentuk bulat tersusun seperti kelompok anggur.

3) Bentuk spiral

a) Berbentuk spiral (tunggal spirilum, jamak, spirila) terdapat secara

terpisah-pisah (tunggal) tetapi spesies berbeda, panjang, jumlah

dan amplitude spiralnya.

b) Berbentuk koma atau vibrio adalah bakteri yang ukurannya

pendek dengan spiral yang tidak lengkap (Dwidjoseputro, 1998)

b. Berdasarkan Teknik Pewarnaan

Berdasarkan dasar teknik pewarnaan differensial yang disebut

pewarnaan Gram , bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu bakteri

gram positif dan bakteri gram negatif (Volk dan Wehler, 1996).

1) Bakteri Gram Positif

Bakteri Gram Positif adalah bakteri yang dapat mengikat zat

warna pertama yaitu kristal violet. Dinding sel bakteri gram positif

seperti bakteri Staphylococcus aureus dan Steptococcus sp tersusun

atas lapisan sederhana yang terdiri atas beberapa lapisan

peptidoglikan yang membentuk suatu struktur yang tebal dan kaku

(Brooks, 2004).

2) Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang dapat mengikat zat

kedua yaitu safranin. Bakteri gram negatif seperti Pseudomunas

aeruginosa memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (5-10 nm)

pada dinding selnya dengan komposisi utama lipoprotein, membran

luar, dan lipopolisakarida. (Gupta, 1990). Dinding sel bakteri gram

negatif lebih rumit susunannya dari pada bakteri gram positif.

Dinding sel bakteri gram negatif mempunyai dua lapisan dinding sel

yaitu lapisan luar yang tersusun dari lipopolisakarida dan protein,

dan lapisan dalam yang tersusun dari peptidoglikan tetapi lebih tipis

dari pada lapisan peptidoglikan pada bakteri gram positif (Timotius,

1982).

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

13

Ciri-ciri Bakteri Gram positif dan Gram negatif

Berdasarkan ciri-ciri susunan dinding sel pada bakteri Gram positif dan

Gram negatif maka akan tampak perbedaan-perbedaan relatif antara kedua

bakteri tersebut menurut Pelczar ( 1986) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Perbedaan Ciri-ciri Dinding Sel Bakteri Gram Positif dan Gram Negative

Ciri Gram Positif Gram Negatif

Struktur dinding sel Tebal (15-80 nm)

Berlapis tunggal (mono)

Tipis (10-15 nm)

Berlapis tiga (multi)

Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1-4%)

Peptidoglikan ada sebagai

komponen utama merupakan

lebih dari 50% berat kering

pada beberapa sel bakteri

Ada asam tekoat

Kandungan lipid tinggi (11-22%)

Peptidoglikan ada di dalam

lapisan kaku sebelah dalam,

jumlahnya sedikit, merupakan

sekitar 10% berat kering pada

beberapa sel bakteri

Tidak ada asam tekoat

Kerentanan terhadap

penisilin

Lebih rentan Kurang rentan

Pertumbuhan

dihambat oleh zat-

zat warna dasar

misalnya ungu kristal

Pertumbuhan dihambat dengan

nyata

Pertumbuhan tidak begitu

dihambat

Persyaratan nutrisi Relatif rumit pada banyak spesies

Relatif sederhana

Resistensi terhadap

gangguan fisik

Lebih resisten Kurang resisten

2. Bakteri Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini

Pada penelitian ini bakteri uji yang digunakan adalah

Staphylococcus aerus Bakteri Pseudomonas aeruginosa, dan Bacillus

cereus .

a. Bakteri Staphylococcus aureus

Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphele yang

berarti kumpulan dari anggur dan kata Aureus yang berarti emas. Nama

tersebut berdasarkan bentuk sel-sel bakteri berwarna keemasan. Ciri –

ciri bakteri ini adalah merupakan bakteri Gram Positif yang berbentuk

bulat (coccus) dengan ukuran sekitar 1 µm dan tersusun dalam

kelompok yang tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak

bergerak. Sel - selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur,

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

14

akan tetapi pada biakan cair mungkin terdapat secara terpisah (tunggal),

berpasangan berbentuk tetrad (jumlahnya 4 sel) dan berbentuk rantai

dan koloninya berwarna abu-abu sampai kuning emas tua (Jawetz,

1996). Sedangkan menurut Bonang (1982) metabolisme bakteri ini

adalah aerob dan anaerob, katabolisme positif membentuk asam dari

hidrat arang tanpa gas, fakultatif anaerob dan koloninya berwarna abu-

abu sampai emas tua.

Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus menurut Rosenbach (1884) :

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Divisi : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphyloccocus

Spesies : Staphylococcus aureus

Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus yang

Dilihat dari Mikroskop Elektron, Todar (2008)

Bakteri Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada berbagai

pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat,

serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dan putih sampai kuning

tua. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37ºC, tapi

membentuk pigmen yang paling baik pada suhu (20ºC - 25ºC). Koloni

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

15

pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau

(Jawetz, 1996). Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus adalah 35ºC - 37ºC, dengan suhu minimum

6,7ºC dan suhu maksimum 45,5ºC.

Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada kisaran pH 4,0 – 9,8

dengan pH optimum sekitar 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada 9,8 hanya

mungkin apabila subtratnya mempunyai komposisi yang baik untuk

pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk

tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya tiamin.

Pada pertumbuhan optimum diperlukan 11 asam amino. Bakteri ini

tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam

amino atau protein (Supardi, 1999). Staphylococcus aureus relatif

resisten terhadap pengeringan, panas (bakteri ini tahan terhadap suhu

50ºC selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi mudah

dihambat oleh zat-zat kimia tertentu seperti heksaklorofen 3% (Jawetz,

1996).

b. Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram Negatif aerob

obligat, berbentuk batang dan bergerak aktif dengan flagella pada ujung

sel, flagel bersifat monotrih atau multitrih, berukuran sekitar 0,12 µm,

terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, kadang membentuk rantai

pendek, secara umum koloninya mempunyai permukaan yang rata hijau

kebiruan, serta berbau seperti buah anggur (Jawetz, 1996).

Gambar 3. Bakteri Psedomonas aeruginosa

Todar (2008)

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

16

Klasifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa menurut Holt dkk.,

(1994) sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Fiilum : Proteobacteria

Class : Protobacteria

Ordo : Psedomonadales

Family : Psedomonadaceae

Genus : Psedomonas

Spesies : Psedomonas aeruginosa

c. Bakteri Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif, bersifat aerob

fakultatif , dan motil. Beberapa bakteri gram positif seperti genus

bacillus, Sporalactobacillus, Clastridum, Sporasarcina, dan Thermo-

actinomyces merupakan bakteri yang mampu membentuk endospora

yang tebal dapat berfungsi sebagai pelindung panas (Atlas, 1984).

Klasifikasi bakteri Bacillus cereus menurut Todar (2008) sebagai

berikut :

Kingdom : Prokaryota

Divisi : Fimicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus cereus

Gambar 4. Bacillus cereus (Ann C. Smith, 2011)

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

17

H. Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan

dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba (termasuk spora

mikroba). Penyelidikan suatu spesies mikroba selalu didasarkan atas

penyelidikan sifat biakan murni spesies tersebut. Oleh karena itu untuk

memelihara biakan murni diperlukan alat-alat dan media yang steril . Suatu

benda atau substansi harus dapat steril , tidak dapat akan pernah mungkin

setengah steril atau hampir steril (Volk dan Wheeler, 1993).

Ada beberapa cara umum yang dipakai dalam sterilisasi yaitu :

1. Sterilisasi secara Fisik

a. Sterilisasi dengan pemijaran, cara ini dipakai untuk sterilisasi kawat

inokulasi (jarum ose) yang terbuat dari platinum atau nikron. Caranya

dengan membakar alat tersebut di atas lampu spiritus sampai pijar.

b. Sterilisasi dengan udara panas (kering) , cara ini dipakai untuk

mensterilkan peralatan gelas. Alat yang digunakan adalah oven dengan

suhu 170°C - 180°C selama 2 jam.

c. Sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan , cara ini dipakai

untuk sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang tahan terhadap suhu

dan tekanan tinggi. Alat yang digunakan adalah autoklaf. Pada autoklaf

terdapat penunjuk suhu, penunjuk tekanan serta pengatur uap atau udara

(Lay, 1994)

2. Sterilisasi secara Kimia

Bahan-bahan yang mudah rusak bila disterilkan pada suhu tinggi

(dari plastik) dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan bahan

kimia, gas, atau radiasi. Bahan kimia adalah suatu substansi (padat, cair,

atau gas) yang dicirikan oleh komposisi molekuler yang pasti dan

menyebabkan terjadinya reaksi, contohnya senyawa fenolik, alkohol, klor,

iodium, dan etilen oksida. (Pelczar dan Chan 1986).

I. Antibakteri

Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan

untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan bedasarkan mekanisme

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

18

kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel,

antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau

menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel antibakteri yang

menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktifitas antibakteri dibagi menjadi 2

macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak

membunuh patogen) dan aktifitas bakterisidal (dapat membunuh patogen

dalam kisaran luas) (Brooks dkk., 2005)

Uji aktifitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan

metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi dilakukan dengan

mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk

adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri

dalam ekstrak. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/aktifitas yaitu 105

10 8

CFU/ml (Hermawan dkk., 2007).

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan.

Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode

lubang /sumuran dan metode cakram. Metode lubang/sumuran yaitu

membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri.

Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian

lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan

inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah

hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2006).

Prinsip metode pengenceran adalah senyawa antibakteri diencerkan

hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing

konsentrasi ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair. Perlakuan

tersebut akan diinkubasi dan diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri

yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan larutan uji senyawa antibakteri

pada kadar terkecil. Larutan yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan

bakteri uji, ditetapkan sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) atau Minimum

Inhibitory Concentration (MIC). Larutan yang ditetapkan KMH tersebut

selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri uji

ataupun senyawa antibakteri dan diinkubasi selama 8 – 12 jam. Media cair

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

19

yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh

Minimal (KMB) atau Minimum Bactericidal Concentration (MBC) (Pratiwi,

2008).

J. Antiseptik

Antiseptik merupakan bahan-bahan kimia yang dipakai pada kulit atau

jaringan hidup lainnya yang dapat menghambat atau membunuh

mikroorganisme (baik sementara maupun menetap) sehingga mengurangi

jumlah bakteri seluruhnya (Tietjen dkk., 2004). Menurut Siswandono dan

Soekarjo (2000) , antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk

menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pada jaringan

hidup, mempunyai efek membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi

lebih parah. Antiseptik digunakan pada permukaan mukosa, kutan, dan luka

yang terinfeksi. Antiseptik yang ideal adalah dapat menghambat dan merusak

sel-sel bakteri , spora bakteri, jamur, virus, dan protozoa, tanpa merusak

jaringan tubuh.

Gel antiseptik adalah sediaan gel yang berfungsi untuk menghilangkan,

membunuh kuman, mikroorganisme dan virus dengan resiko kecil dan

kerusakan permanen pada kulit (Harry, 1975). Sedangkan persyaratan gel

antiseptik yaitu dapat membunuh bakteri dengan cepat, tidak menimbulkan

rasa panas pada kulit, tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit, tidak

menimbulkan reaksi alergi, aman digunakan, aman digunakan oleh anak-

anak. Antiseptik tangan atau hand sanitizer adalah suatu cairan atau gel

antiseptik yang digunakan untuk mencuci tangan tanpa menggunakan air

untuk membilasnya (Rahmawati dkk., 2008).

Mekanisme kerja antiseptik antara lain merusak lemak pada membran

sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri

yang berperan dalam biosintesis asam lemak (Retno Sari & Isadiartuti, 2006).

K. Uraian Bahan

Bahan dan fungsi bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

20

Tabel 3. Bahan dan Fungsi Bahan Yang Digunakan

No. Nama Bahan Fungsi Bahan

1. Ekstrak suruhan Zat aktif

2. Carbopol 940 Gelling agent 3. HPMC Gelling agent

4. TEA Adjusting pH, pengental dan penjernih

5. Gliserin Humektan dan emollient 6. Corigen ordoris Pengharum

7. Metil paraben Preservative / Pengawet

8. Propil paraben Preservative / Pengawet

9. Aquadest ad. Pelarut

1. Ekstrak Suruhan

Ekstrak daun suruhan berfungsi sebagai bahan aktif yang

mengandung senyawa antibakteri dan antiseptik. Pemerian : kental,

berwarna hijau tua, bau khas daun suruhan, pH 4 - 5.

2. Karbopol

Karbopol merupakan kelompok acrilyc polimer cross – linked

dengan polialkenil eter. Karbopol biasa digunakan dengan konsentrasi

5%. Kelarutan : dapat larut dalam air dan gliserin. Pemerian : serbuk putih,

higroskopik dan mempunyai bau khas. Fungsinya sebagai suspending

agent, emulsifying agent, tablet binder (Rowe dkk., 2006)

Karbopol merupakan serbuk putih , bersifat asam, higroskopis,

dengan bau khas . Karbopol merupakan polimer asam akrilat yang

mempunyai ikatan sambung silang (cross-linked) dengan polyalkenyl ether

atau divinyl glycol. Karbopol dapat larut dalam air dan setelah dinetralkan

dapat larut dalam etanol 95% dan gliserin. Dispersi 1% b/v karbopol air

mempunyai pH yang berkisar antara 2,5 – 3,0. Karbopol larut dalam air

membentuk koloid bersifat asam dengan viskositas rendah dan setelah

dinetralkan viskositasnya meningkat. Karbopol membentuk gel pada

konsentrasi 0,5% - 2% (Rowe, 2003).

Sebelum dinetralkan dengan basa, karbopol harus didispersikan

dengan merata di dalam air dan dihindari terbentuknya gumpalan yang

tidak larut. Zat yang dapat digunakan untuk menetralkan karbopol antara

lain asam amino, KOH, natrium bikarbonat, NaOH, TEA. Viskositas

paling maksimum terjadi pada pH 6 – 11, viskositas menurun pada pH < 3

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

21

dan > 12. Sebaiknya karbopol disimpan dalam wadah tertutup rapat di

tempat sejuk, kering, dan resisten terhadap zat korosif (Wade, 2003).

Karbopol tidak toksik, tidak mensensitisasi, dan tidak mempengaruhi

aktifitas biologi obat tertentu (Barry, 1983).

3. Hidroxyproyl Methyl Cellulose ( HPMC)

Berbentuk serbuk halus/granul yang berwarna putih agak

kekuningan sampai putih, tidak berasa dan berbau. HPMC termasuk bahan

yang stabil meskipun bersifat higroskopis setelah dikeringkan. Bahan ini

larut dalam air dingin dan membentuk larutan koloid yang kental. HPMC

praktis tidak larut dalam etanol (95%), tetapi larut dalam campuran air-

alkohol, dimana komposisi alkohol tidak boleh lebih dari 50% b/b. Nilai

pH untuk larutan 1% b/v HPMC 5,5 – 8. HPMC dipakai secara luas dalam

industri farmasi untuk pembuatan sediaan oral dan topikal . Larutan

HPMC stabil pada pH 3 – 11. Peningkatan temperatur akan menyebabkan

penurunan viskositas . HPMC membentuk transformasi solgel yang

reversible melalui pemanasan. Larutan HPMC dalam air yang disimpan

dalam jangka waktu lama sebaiknya diberi pengawet. Bahan ini tidak

tercampur dengan beberapa zat oksidator (Rowe dkk., 2006).

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berasa, tidak berbau. Kelarut-

an : Larut dalam air dingin, membentuk koloid yang merekat, tidak larut

dalam kloroform, etanol 95% dan eter, tetapi dapat larut dalam campuran

etanol dan diklorometana. Fungsinya sebagai suspending agent, emulsifier,

dan stabilizing agent pada oinment dan gel topikal (Rowe dkk., 2006).

4. Trietanolamin (TEA)

Pada formulasi sediaan topikal TEA berfungsi sebagai agen

penetral, agen pengelmusi, dimana dengan adanya gliserol akan bereaksi

dengan membentuk sabun anionic dengan pH sekitar 8 – 10,5 dan bersifat

stabil. Apabila terkena udara dan sinar cahaya langsung, TEA akan

mengalami discoloration atau berubah warna menjadi coklat. Pada

formulasi gel TEA berfungsi sebagai penetral pH dengan mengurangi

tegangan permukaan dan meningkatkan kejernihan pada konsentrasi 2 – 4

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

22

% w/v. Pemerian TEA merupakan cairan kental, berwarna kuning pucat

hingga tidak berwarna, dapat dicampur dengan aseton, larut dalam

kloroform dan etanol (Rowe dkk., 2009).

5. Gliserin atau Gliserol

Gliserin pada sediaan topikal berfungsi sebagai humektan (menjaga

kelembaban sediaan) dan sebagai emollient (menjaga kehilangan air dari

sediaan). Konsentrasi gliserin yang dapat digunakan sebagai humektan dan

emmolient adalah < 30% (Rowe dkk., 2006).

6. Korigen Ordoris Melon

Korigen ordoris digunakan untuk memperbaiki bau dari sediaan

yang dibuat. Pemerian : cair, jernih, pH 5 - 6.

7. Metil paraben (Nipagin)

Konsentrasi nipagin dalam sediaan topikal yang digunakan adalah

0,02 – 0,3% . Nipagin sebagai bahan pengawet atau preservative ,

mencegah kontaminasi, perusakan dan pembusukan oleh bakteri atau fungi

dalam sediaan farmasetika, produk makanan dan kosmetik. Rentang pH

nipagin antara 4 – 8 (Rowe dkk., 2006).

8. Propil paraben (Nipasol)

Konsentrasi nipasol yang digunakan sebagai bahan pengawet sediaan

topikal, bahan makanan dan kosmetik adalah 0,01 – 0,6% w/v. Kombinasi

antara metil paraben dan propil paraben bertujuan untuk meningkatkan

efek preservatif, metil paraben lebih efektif pada jamur sedangkan propil

paraben lebih efektif pada bakteri (Rowe dkk., 2006)

9. Aquades

Aquades merupakan air murni yang bebas dari kotoran dan mikroba

jika dibandingkan dengan air biasa. Aquades dalam sediaan farmasi

digunakan sebagai bahan pelarut dan medium pendispersi (Ansel, 1989).

L. Simplex Lattice Design (SLD)

Simplex Lattice Design merupakan salah satu metode untuk mengetahui

profil efek campuran terhadap suatu parameter (Bolton, 1997). Dasar metode

ini adalah adanya dua variabel bebas A dan B. Rancangan ini dibuat dengan

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

23

memilih 3 kombinasi dan yang diamati respon yang didapat. Respon yang

didapat haruslah mendekati tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik

maksimal maupun minimal (Bolton, 1997). Hubungan respon dan komponen

digambarkan sebagai berikut :

Y = a (A) + b (B) + ab (A.B)

Dalam hal ini Y adalah parameter yang ingin dicapai yaitu kadar bahan

yang digunakan, (A) dan (B) adalah fraksi komponen dengan syarat

hubungan respon dan komponen yang digambarkan sebagai berikut :

Komponen dengan syarat :

0 ≤ (A) ≤ 1

0 ≤ (B) ≤ 1

(A) + (B) = 1

A, B, dan AB sebagai suatu koefisien yang menyatakan nilai parameter

mutu fisik. Untuk mengetahui nilai A, B, dan AB diperlukan 3 formula

sebagai berikut :

A = 1 bagian atau diambil 100% tanpa B

B = 1 bagian atau diambil 100% tanpa A

AB = Canpuran A dan B masing masing 50%

Dengan memasukkan respon yang didapat dari hasil percobaan dengan

hasil di atas, maka dapat dihitung harga koefisien a, b, dan ab . Dengan

diketahuinya harga-harga koefisien ini dapat pula dihitung nilai Y (respon)

pada setiap variasi campuran A dan B sehingga digambarkan profilnya

(Bolton, 1997).

Profil efek campuran terhadap suatu parameter dapat dianalisa dengan

metode Simplex Lattice Design menggunakan bantuan software dengan

expert. Pada software Design Expert untuk mengetahui respon dari variabel

terdapat 3 model yaitu model Linear , model Quadratic dan model Special

cubic.

a) Linear model

Y = β1 (X1) +β (X2) +β (X3)

b) Quadric model

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

24

Y = β1 (X1) +β (X2) +β (X3) +β 12 (X1)(X2) + β13 (X1)(X3) +

β23 (X2)(X3)

c) Spesial cubic

Y = β1 (X1) +β (X2) +β (X3) +β 12 (X1)(X2) + β13 (X1)(X3) +

β23 (X2)(X3) + β123 (X1)(X2)(X3)

Keterangan :

X1 , X2 , X3 = fraksi campuran komponen

β1, β2, β3 = koefisien regresi (dihitung berdasarkan respon percobaan)

Dalam optimasi model Simplex Lattice Design jumlah sesungguhnya

suatu komponen dalam campuran diterjemahkan sebagai proporsi yang

merupakan bilangan nol atau positif dan tidak boleh berupa bilangan negatif.

Jumlah seluruh proporsi dari semua komponen adalah 1. Jika X1, X2,….Xq

adalah proporsi komponen 1, 2, ….q, maka 0 < Xi <1. Jika terdapat 3

komponen (q=3) yaitu A, B, dan C maka digambarkan dalam bentuk dua

dimensi berupa segitiga sama sisi (model special cubic) dengan 3 sudut. Pada

masing-masing sudut segitiga sama sisi menunjukkan komponen tunggal

dengan nilai proporsi = 1. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketiga sisi

segitiga harus mempunyai skala yang sama. Respon yang didapat haruslah

mendekati tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik maksimal maupun

minimal (Bolton, 1997).

1. Design Formula

Pembuatan formula SLD oleh Design Expert 7.0.0 dimulai dari

pemilihan menu bar Mixture kemudian pilih Simplex Lattice Design. Pada

menu SLD akan muncul rangka eksperimen yang terdiri dari beberapa

komponen yang terbentuk tabel untuk memasukkan data.

2. Analisis Data dalam Design Expert 7.0.0

Analisis data dilakukan setelah mengimputan data pada tiap respon .

Analisis data berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Menu bar pada

bagian Analysis dalam Simplex Lattice Design terdiri dari Transform, Fit

Summary, f(x) Model, ANOVA, Diagnostic, dan Menu Graphs.

3. Optimasi Formula

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1638/3/BAB II_ELI NURDIYATI_FARMASI'17.pdf · Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo,

25

Pada menu Optimasi Formula terdapat 3 pilihan menu Optimasi

yaitu optimasi secara Numerical, Graphical, dan Point Prediction.

Optimum ditentukan dengan menghitung respon yang paling besar dengan

cara :

R total = R1 + R2 +R3 + Rn

R1, R2, R3 merupakan respon dari tiap masing-masing sifat sediaan.

Dari persamaan ini akan diperoleh respon total dari formula optimum.

Selanjutnya dilakukan verifikasi pada tiap formula yang memiliki respon

optimum pada setiap respon (Amstrong dkk., 1996)

M. Hipotesis

Gel antiseptik tangan ekstrak daun suruhan (Peperomia pellucida)

memiliki aktifitas daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

Pseudomonas aeruginosa, dan Bacillus cereus.

Optimasi Kombinasi Karbopol.., Eli Nurdiyati, Fakultas Farmasi UMP, 2017