bab ii tinjauan pustaka - imissu single sign on of ...rumah sakit adalah institusi pelayanan...
TRANSCRIPT
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini ditinjau mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan teori dari
masalah yang diangkat yaitu tentang rumah sakit secara umum dan rumah sakit khusus
jiwa.
2.1 Tinjauan Rumah Sakit Secara umum
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit, diungkap bahwa pengertian
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
2.1.2 Jenis – Jenis Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat dibedakan berdasarkan jenis pelayanannya menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010. Klasifikasi
rumah sakit, dibedakan atas:
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 8
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ atau jenis penyakit.
2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Pasal 23 tentang klasifikasi rumah sakit, jenis rumah sakit
khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru,
Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan
Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan
Kelamin.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus
diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
Rumah sakit khusus kelas A merupakan suatu lembaga yang memberi pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas paling kompleks dari klasifikasi rumah sakit khusus yang ditetapkan
berdasarkan : pelayanan, ketenagakerjaan, peralatan, sarana dan prasarana serta
administrasi dan manajemennya.
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B
Rumah sakit khusus kelas B merupakan suatu lembaga yang memberi pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas sedang atau menengah berdasarkan klasifikasinya.
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Rumah Sakit Khusus Kelas C merupakan suatu lembaga yang memberi pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas yang rendah atau mendasar berdasarkan klasifikasinya.
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 9
2.1.4 Fasilitas Umum Rumah Sakit Khusus
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit pasal 61, Rumah Sakit Khusus harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling sedikit meliputi:
A. Pelayanan, yang diselenggarakan meliputi:
a. pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:
pelayanan gawat darurat, tersedia 24 (dua puluh empat) jam sehari terus menerus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
pelayanan medik umum;
pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan;
pelayanan medik spesialis dan/atau subspesialis sesuai kekhususan;
pelayanan medik spesialis penunjang;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan;
d. pelayanan penunjang klinik; dan
e. pelayanan penunjang nonklinik;
B. Sumber daya manusia, paling sedikit terdiri dari:
a. tenaga medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktik kedokteran di rumah
sakit yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. tenaga kefarmasian, dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
c. tenaga keperawatan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
d. tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan
Rumah Sakit.
C. Peralatan, yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.1.5 Syarat Mendirikan Rumah Sakit Jiwa Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, Persyaratan lokasi pembangunan rumah
sakit jiwa meliputi :
a) Tidak berada di lokasi area berbahaya (di tepi lereng, dekat kaki gunung yang rawan
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 10
terhadap longsor, dekat anak sungai atau badan air yang dpt mengikis pondasi, dekat
dengan jalur patahan aktif/gempa, rawan tsunami, rawan banjir, berada dalam zona
topan/badai, dan lain-lain).
b) Harus tersedia infrastruktur aksesibilitas untuk jalur transportasi.
c) Ketersediaan utilitas publik mencukupi seperti air bersih, jaringan air kotor, listrik,
jalur komunikasi/telepon.
d) Ketersediaan lahan parkir.
e) Tidak berada di bawah pengaruh SUTT dan SUTET.
2.1.6 Izin Lingkungan Hidup Rumah Sakit Jiwa
Berdasarkan dari surat rekomendasi Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi
Bali, terdapat beberapa persyaratan yang harus dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali, yakni :
1. Melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup
sesuai Dokumen DPLH.
2. Melaksanakan penanaman pohon penghijauan di desa lokasi paling sedikit 100
(seratus) pohon.
3. Melaksanakan pengumpulan, pemilahan dan penyaluran sampah plastik/anorganik.
4. Melaksanakan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
5. Membuat sumur resapan/lubang biopori sesuai kebutuhan disekitar lokasi kantor.
6. Berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
7. Menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten setempat setiap 6 (enam) bulan sekali.
8. Rekomendasi DPLH ini dinyatakan tidak berlaku apabila ketentuan-ketentuan dan
kewajiban yang tertuang dalam DPLH dimaksud tidak dipenuhi.
2.1.7 Izin Prinsip Rumah Sakit Jiwa
Berdasarkan dari data Persetujuan Prinsip yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali, terdapat beberapa hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan
Rumah Sakit Jiwa, yaitu ;
1. Memenuhi persyaratan fisik dan standar teknis untuk Pembangunan Tempat Rumah
Sakit Jiwa dimaksud.
2. Memenuhi aspek kelestarian lingkungan
3. Menanggung beban/memberikan jaminan kepada masyarakat di sekitar sebagai akibat
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 11
yang ditimbulkan oleh terbangunnya Tempat Rumah Sakit Jiwa dimaksud baik saat
ini maupun dimasa yang akan datang.
4. Supaya membuat dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) pada instansi terkait.
5. Mengurus izin-izin yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Persetujuan prinsip tidak berlaku lagi apabila dalam pelaksanaannya bertentangan
dengan ketentuan dan/atau persyaratannya ternyata tidak memenuhi ketentuan
Perundang-undangan.
7. Semua ketentuan diatas harus dipenuhi dan dalam pelaksanaannya harus sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
2.2 Tinjauan Rumah Sakit Jiwa
2.2.1 Pengertian dan tujuan Rumah Sakit Jiwa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi rumah sakit jiwa merupakan
gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan khusus merawat orang
yang memiliki gangguan kejiwaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit, rumah sakit jiwa adalah suatu
lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya kesehatan jiwa yang meliputi
upaya yang bersifat Promotif (promosi), Preventif (pencegahan), Kuratif (penyembuhan),
Rehabilitatif (pemulihan).
Rumah sakit jiwa memiliki upaya kesehatan jiwa bertujuan:
1. Memberikan pelayanan kesehatan khusus kesehatan jiwa bagi orang dengan gangguan
jiwa.
2. Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi orang dengan gangguan
jiwa sebagai bagian dari masyarakat.
3. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan mengurangi faktor resiko akibat
gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau perorangan.
4. Memberikan penyembuhan dan pemulihan terhadap orang dengan gangguan
kejiwaan.
5. Memberikan rehabilitasi untuk mempersiapkan dan memberi kemampuan kepada
orang dengan gangguan kejiwaan agar mandiri di masyarakat.
6. Memberikan kesempatan kepada orang dengan gangguan jiwa untuk dapat
memperoleh haknya sebagai Warga Negara Indonesia.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 12
2.2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Jiwa
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Berdasarkan pelayanan,
sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana, dan administrasi dan manajemen,
Rumah Sakit Jiwa dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas A, kelas B dan kelas C.
Dibawah ini merupakan penjabaran dari kelas-kelas yang ada pada rumah sakit jiwa :
1. Rumah Sakit Jiwa Kelas A
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Standar – standar yang
terdapat pada rumah sakit jiwa kelas A adalah :
A. Pelayanan
Rumah Sakit Jiwa kelas A harus memiliki : Pelayanan kesehatan tumbuh kembang
anak dan remaja, Pelayanan kesehatan jiwa dewasa, Pelayanan kesehatan jiwa lansia,
Pelayanan gangguan mental organik, Pelayanan psikologi dan psikometri, Pelayanan
ketergantungan obat / NAPZA, Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, Pelayanan
konseling dan psikoterapi, Pelayanan Rehab Mental, Pelayanan Rehab Medik,
Pelayanan Spesialis Saraf, Pelayanan Spesialis Radiologi, Pelayanan Spesialis Anak,
Pelayanan Spesialis Anestesi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Spesialis Penyakit
Dalam, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Kesehatan Umum, Pelayanan Kesehatan
Gigi, Pelayanan Rawat Inap, dan Pelayanan Rawat Intensif.
B. Tenaga Kerja
a. Medis : Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Dokter Subspesialis Kedokteran Jiwa,
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis Anak, Dokter
Spesialis Anestesi, Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter Spesialis Rehab Medis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi.
b. Keperawatan : Keperawatan Ruang Rawat Inap, Keperawatan Ruang Rawat
Intensif, Keperawatan Ruang Gawat Darurat (per shift), Keperawatan Ruang Rawat
Jalan.
c. Tenaga Kesehatan Lain : Apoteker, Psikolog Klinis, Pekerja Sosial, SKM, SMF /
SAA, Ahli Madya Gizi / SPAG, Ahli Madya Kesehatan Lingkungan, Ahli Madya
Rekam Medis, Ahli Madya Fisioterapis, Ahli Madya Analis Kesehatan (AAK),
Perawat Anestesi, Ahli Madya Radiografer, Ahli Madya Elektromedis, Petugas
Proteksi Radiasi (PPR).
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 13
d. Tenaga Penunjang : S2 Perumahsakitan / Manajemen, Sarjana Ekonomi /
Akuntansi, Sarjana Hukum, Sarjana Administrasi, Akademi Komputer, D3 Umum /
SLTA / STM
C. Sarana dan Prasarana
a. Bangunan Utama:
1. Ruang Administrasi adalah ruangan yang dimana pada ruangan ini dipergunakan
untuk mengurus segala urusan administrasi rumah sakit.
2. Ruang Rawat Jalan adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan kegiatan pelayanan konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan (klinik).
Yang terdiri dari:
- Klinik tumbuh kembang anak dan remaja
- Klinik jiwa dewasa
- Klinik psikogeriatri
- Klinik gangguan mental organik
- Klinik psikometri
- Klinik ketergantungan obat / NAPZA
- Klinik spesialisasi lain
- Klinik konseling
3. Ruang Rekam medik merupakan suatu unit di rumah sakit yang bertanggung
jawab terhadap pengumpulan, pengelolaan, analisa dan penyajian data/informasi
yang dapat digunakan bagi kepentingan rumah sakit maupun pemerintah.
4. UGD/IGD merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam
penyelenggaran pelayanan medik di fasilitas pelayanan kesehatan karena
merupakan pintu pertama yang dituju oleh pasien dalam kondisi gawat darurat.
5. Ruang Rawat Inap merupakan salah satu fungsi yang utama dalam
penyelenggaraan pelayanan medik dirumah sakit. Fungsi bangunan rawat inap
adalah sebagai fasilitas untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan
keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk
kelas A memiliki kapasitas tempat tidur >100 TT.
6. Ruang Rawat Inap Forensik adalah ruangan yang digunakan untuk pelayanan
rawat inap forensik
7. Ruang Tindakan merupakan ruangan yang berfungsi untuk melakukan tindakan
invasive ringan maupun non invasive.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 14
8. Ruang Rehabilitasi Medik merupakan bagian dari rumah sakit yang berperan
menyelenggarakan program kesehatan yang mencangkup usaha peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), Pemulihan
(rehabilitatif).
9. Ruang Rehabilitasi Mental & Sosial adalah ruangan yang difungsikan sebagai
rehabilitasi atau pemulihan pada mental dan sosial pasien.
10. Ruang Rawat Jiwa Intensif merupakan instalasi pelayanan khusus jiwa di rumah
sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambunagn
selama 24 jam.
11. Ruang Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah ruangan yang melayani kesehatan jiwa
masyarakat
12. Ruang Radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan
layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa
foto/gambar/imaging yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien.
13. Ruang Farmasi adalah suatu bagian dari suatu Rumah Sakit di bawah pimpinan
seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional,
tempat, atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.
14. Ruang Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran,
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Pada laboratorium rumah sakit jiwa terdapat
ruangan hematologi, ruang kimia klinik, ruang serologi, mikrobiologi dan
parasitologi.
15. Ruang Komite Medik dan SPI adalah ruangan yang diperuntukkan kepada Komite
Medik dan SPI ( Satuan Pengawas Internal) yang berfungsi untuk mengawasi
semua kegiatan baik yang bersifat medis maupun non medis/ administrasi pada
rumah sakit.
16. Ruang Penyuluhan PKMRS adalah ruang penyuluhan kesehatan yang khusus
dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk bisa menagani
kesehatanya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang berkesinambungan
antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya.
17. Ruang Pemulasaraan Jenazah Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan sementara
jenazah sebelum diambil oleh keluarganya, memandikan jenazah, pemulasaraan
dan pelayanan forensik.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 15
18. Dapur / Gizi Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan minuman
meliputi kegiatan; pengadaan bahan mentah, penyimpanan, pengolahan, dan
penyajian makanan-minuman.
b. Bangunan Penunjang
1. Ruang Generator Set adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat Genset
2. IPAL merupakan singkatan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah. IPAL berfungsi
sebagai tempat pengolahan air limbah dari rumah sakit seperti air limbah kamar
mandi, air limbah dapur, air limbah laundry, dll.
3. Tempat Pembuangan Sampah sementara adalah tempat penampungan terhadap
sampah rumah sakit yang sifatnya hanya sementara nantinya akan diangkut oleh
DKP dan di bawa menuju TPA.
4. Gudang Farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian
barang berupa obat – obatan, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya.
5. Gudang Barang adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan alat
– alat pada rumah sakit.
6. Laundry merupakan fasilitas yang disediakan oleh rumah sakit yang berfungsi
sebagai tempat pencucian linen kotor seperti pakaian pasien, selimut, bed cover
dll.
7. IPSRS / Bengkel merupakan singkatan dari Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit. Fungsi IPSRS adalah pemeliharaan terhadap bangunan rumah sakit seperti
instalasi listrik, telepon, alat elektro medik, mesin atau sarana – sarana lain yang
terdapat pada rumah sakit.
8. Ruang Perpustakaan merupakan salah satu contoh jenis perpustakaan khusus,
koleksinya sebagian besar berhubungan dengan kesehatan, kedokteran dan
sejenisnya. Pemakai juga khusus, mulai dari pasien, keluarga yang sedang
menunggu pasien hingga tenaga kesehatan.
9. Ruang Diklat adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat pelatihan dan
pendidikan bagi mahasiswa yang akan praktek kerja lapangan.
10. Ruang Pertemuan merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan
atau kunjungan.
11. Tempat ibadah adalah tempat yang dipergunakan untuk melaksanakan
peribadahan atau persembahyangan.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 16
D. Peralatan
1. Instalasi Gawat Darurat : Diagnostik Set, Alat Fiksasi, Tabung Oxygen, Minor
Surgery Set, Minor Surgery Set, Sterilisator, Vacuum Suction, Defribrilator,
Resusitasi Set, Electrocardiography.
2. Instalasi Rawat Jalan : ECG (Electro Cardio Gram), ECT Kit (Electro Comvulsive
Therapy), Perlengkapan diagnostik, Peralatan Fisioterapi, EEG Brain mapping
(Electro Enchephalo Graphy).
3. Alat Diagnostik : Psikometri, Psikodiagnostik.
4. Elektromedik : EKG, EEG, EEG Brain Mapping.
5. Instalasi Rawat Inap : Suction, Sterilizator, Electronic Convulsion Therapy (ECT)
6. Instalasi Radiologi : X-Ray
7. Instalasi Laboratorium
a. Peralatan Canggih : Automatic Haematology Analyzer, Automatic Blood
Chemistry Analyzer, ELISA automatic / semiautomatic Analyzer, Drug Monitor
b. Peralatan Sedang : Binocular Microscope, Sentrifuge, Autoclave
c. Peralatan Sederhana : Rak dan Tabung LED, Haemotology Cell Counter, Hb
meter + Pipet eritrosit + pipet leukosit + bilik kantong, Glucose meter
8. Ruang Isolasi Jiwa
a. APD untuk petugas kesehatan : (Masker, Sepatu Boots, Gaun / Sarung tangan /
Kaos kaki disposable, Kaca mata goggles, tutup wajah, apron.)
b. Peralatan untuk pasien : Termometer, Stetoscope, Sphygmomanometer,
Tourniquet, IV Set, Pole, Basin, Mobile Screen, Bedpan, Bed linen.
9. Instalasi Rahabilitasi Medik : Exercises Treadmill, Static Bicycle / Ergocycle,
Shortwave Diathermy, Infrared, Nebulizer.
10. Instalasi Rehabilitasi Mental : Alat Olah Raga, Alat Musik, Alat Tata Boga, Alat
Tata Busana, Alat Pertukangan, Alat Melukis, Alat Pertamanan / Pertanian /
Perikanan / Peternakan.
E. Administrasi dan Manajemen
Rumah Sakit Jiwa kelas A harus memiliki: Status Badan Hukum, Struktur Organisasi,
Tatalaksana / Tata Kerja / Uraian Tugas, Peraturan Internal Rumah Sakit (HBL &
MSBL), Komite Medik, Komite Etik & Hukum, Satuan Pemeriksaan Internal, Surat
Izin Praktik Dokter, Perjanjian Kerjasama Rumah Sakit & Dokter, Akreditasi RS.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 17
2. Rumah Sakit Jiwa Kelas B
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Standar – standar yang
terdapat pada rumah sakit jiwa kelas B adalah :
A. Pelayanan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa Kelas B
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki : pelayanan spesialis anak dan pelayanan
spesialis anestesi.
B. Tenaga Kerja
Apabila dibandingkan Rumah Sakit Jiwa A, Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki
kekurangan yaitu tidak memiliki :
1. Medis : Dokter Subspesialis Kedokteran Jiwa, Dokter Spesialis Anak, Dokter
Spesialis Anestesi, dan Dokter Spesialis Rehab Medis.
2. Keperawatan : Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki Tenaga Keperawatan yang
sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
3. Tenaga Kesehatan Lain : Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki Tenaga Kesehatan
Lain yang sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
4. Tenaga Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki Tenaga Penunjang yang
sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
C. Sarana dan Prasarana
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa Kelas B
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki :
1. Bangunan Utama: Rumah Sakit Jiwa Kelas B tidak memiliki Klinik Psikometri
pada Ruang Rawat Jalan. Pada ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Kelas B juga
hanya memiliki kapasitas tempat tidur 50-100 TT.
2. Bangunan Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas B tidak memiliki Ruang Diklat.
D. Peralatan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa Kelas B
tidak memiliki Alat Diagnostik yang terdiri dari Psikometri dan Psikodiagnostik. Pada
Instalasi Rehabilitasi Medik tidak memiliki Exercises Treadmill selebihnya Rumah
Sakit Jiwa Kelas B memiliki peralatan yang sama seperti Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
E. Administrasi dan Manajemen
Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki administrasi dan manajemen yang sama dengan
Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 18
3. Rumah Sakit Jiwa Kelas C
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Standar – standar yang
terdapat pada rumah sakit jiwa kelas C adalah :
A. Pelayanan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa Kelas C
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki : pelayanan rehab medik, pelayanan
spesialis saraf, pelayanan spesialis radiologi, pelayanan spesialis anak, pelayanan
spesialis anestesi, pelayanan spesialis penyakit dalam, dan pelayanan kesehatan gigi.
B. Tenaga Kerja
Apabila dibandingkan Rumah Sakit Jiwa A, Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki
kekurangan yaitu tidak memiliki :
- Medis : Dokter Subspesialis Kedokteran Jiwa, Dokter Spesialis Saraf, Dokter
Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Anestesi, Dokter
Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis
Rehab Medis, dan Dokter Gigi.
- Keperawatan : Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki Tenaga Keperawatan yang
sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
- Tenaga Kesehatan Lain : Rumah Sakit Jiwa Kelas C tidak memiliki SKM.
- Tenaga Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki Tenaga Penunjang yang
sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
C. Sarana dan Prasarana
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa Kelas B
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki :
1. Bangunan Utama: Rumah Sakit Jiwa Kelas B tidak memiliki Klinik Psikogeriatri,
Klinik Gangguan Mental Organik, Klinik Psikometri, dan Klinik Spesialisasi Lain
pada Ruang Rawat Jalan. Tidak memiliki Ruang Rawat Inap Forensik, Ruang
Rehabilitasi Medik, Ruang Rehabilitasi Mental dan Sosial, dan Ruang Radiologi.
2. Bangunan Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas C tidak memiliki Ruang Diklat.
D. Peralatan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa Kelas C
tidak memiliki Vacuum Suction, Defribilator, Resusitasi Set, dan Electrocardiography
pada Instalasi Gawat Darurat. Pada Instalasi Rawat Jalan tidak memiliki ECT Kit dan
EEG Brain mapping. Tidak memiliki Alat Diagnostik yang terdiri dari Psikometri dan
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 19
Psikodiagnostik. Tidak memiliki EEG dan EEG Brain mapping pada Elektromedik.
Pada Instalasi Laboratorium tidak memiliki peralatan canggih hanya memiliki
peralatan sedang dan sederhana saja. Pada Instalasi Rehabilitasi Medik tidak memiliki
Exercises Treadmill, Static Bicycle / Ergocycle, dan Shortwave Diatermhy.
selebihnya, Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki peralatan yang sama seperti Rumah
Sakit Jiwa Kelas A.
E. Administrasi dan Manajemen
Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki administrasi dan manajemen yang sama dengan
Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
2.2.3 Standarisasi Rumah Sakit Jiwa
Berdasarkan dari Buku Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,
rumah sakit jiwa memiliki standar-standar ruang sebagai berikut:
A. Ruang Perawatan Intensif
1. Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai bersih antara 12m2 - 16m2
per tempat tidur.
2. Ruang perawatan intensif dengan modul kamar individual/ kamar isolasi luas
lantainya 16m2 - 20m2 per kamar.
3. Pos sentral perawat harus terletak dilokasi yang strategis dan dapat menjangkau
seluruh pasien dengan luasan ruang 8 -16m2
4. Koridor disarankan mempunyai lebar minimal 2,4m.
5. Pintu masuk ke ruang perawatan intensif, ke daerah rawat pasien dan pintu-pintu
yang dilalui tempat tidur pasien dan alat medik harus lebarnya minimum 36 inci
(1,2m), yang terdiri dari 2 daun pintu (dimensi 80cm dan 40cm) untuk
memudahkan pergerakan tanpa hambatan.
6. Temperatur dengan kemampuan rentan variabel dari 200 C sampai 300 C.
Gambar 2.1 Denah R. Perawatan Intensif
Sumber : Buku Pedoman Teknis Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit 2013
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 20
B. Ruang Instalasi Gawat Darurat
1. Pos sentral perawat harus terletak dilokasi yang strategis dan dapat menjangkau
seluruh pasien dengan luasan ruang 8 -16m2
2. Ruang triase memiliki luasan ruang 18m2
3. Ruang resusitasi memiliki luasan ruang 30m2
4. Ruang periksa memiliki luasan ruang 15m2
5. Ruang tindakan memiliki luasan ruang 24m2
6. Ruang observasi memiliki luasan ruang 30m2
7. Ruang ECT (Electro Compulsive Therapy) memiliki luasan ruang 30m2 terdapat
toilet dengan dimensi 3m2.
8. Untuk koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan berdasarkan
fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran koridor yang
aksesibilitas brankar pasien minimal 2,4m.
9. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120cm atau dapat
dilalui brankar brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses pasien
tirah baring memiliki lebar bukaanminimal 90cm.
C. Ruang Rawat Inap
1. Tipe ruang rawat inap terdiri dari :
a. Ruang rawat inap VIP yang terdiri dari 1 tempat tidur dengan luasan
ruang 18m2/tempat tidur.
b. Ruang rawat inap Kelas 1 yang terdiri dari 2 tempat tidur dengan
luasan ruang 12m2/tempat tidur.
c. Ruang rawat inap Kelas 2 yang terdiri dari 4 tempat tidur dengan
luasan ruang 10m2/tempat tidur.
d. Ruang rawat inap Kelas 3 yang terdiri dari 6 tempat tidur dengan
luasan ruang 7,2m2/tempat tidur.
2. Ruang pos perawat memiliki luasan ruang 20m2.
3. Ruang dokter memiliki luasan ruang 20m2.
4. Ruang konsultasi memiliki luasan ruang 12m2.
5. Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing dengan
lebar 90cm dan 40cm. pada sisi pintu dengan lebar 90cm, dilengkapi dengan kaca
jendela pengintai (observation glass). Pintu masuk ke kamar mandi umu, minimal
lebarnya 85cm.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 21
D. Ruang Rehabilitasi
1. Ruang work shop atau ruang rehabilitasi memiliki luasan ruang 20m2.
2. Ruang psikolog memiliki luasan ruang 20m2.
3. Ruang dokter memiliki luasan ruang 20m2
4. Rusng ganti memiliki luasan ruang 4 - 16m2/ruang ganti (sesuai kebutuhan).
5. Lebar bukaan pintu minimal 100 cm untuk daun pintu tunggal atau 120 cm’ untuk
daun pintu ganda (ukuran lebar daun pintu 80 cm dan 40 cm)
2.3 Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Jiwa
Menurut Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dasar Tahun 2011, pengertian Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi mental
sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. orang
yang sehat jiwa mempunyai ciri :
- Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya
- Mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar
- Mampu bekerja produktif dan dan memenuhi kehidupannya
Gambar 2.2 Denah R. Rawat Inap
Sumber : Buku Pedoman Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit 2013
Gambar 2.3 Denah R. Rehabilitasi
Sumber : Buku Pedoman Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit 2013
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 22
- Dapat berperan serta dalam lingkungan hidup
- Menerima baik dengan apa yang ada pada dirinya
- Merasa nyaman bersama dengan orang lain
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa dan upaya kesehatan jiwa. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan:
1. Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
2. Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
2.4 Tinjauan Umum Tentang Gangguan Kejiwaan
Menurut Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dasar Tahun 2011, pengertian Gangguan Kejiwaan yaitu suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Dalam gangguan kejiwaan terdapat beberapa macam jenis penyakit kejiwaan, antara
lain :
A. Schizofrenia
Para penderita schizofrenia ini ada disintegrasi pribadi dan kepecahan pribadi.
Tingkah laku emosional dan intelektualnya jadi ambigious (majemuk), serta mengalami
gangguan serius, juga mengalami regresi atau dementia total. Pasien selalu berusaha
melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasinya. Tampaknya dia
tidak bisa memahami lingkungannya dan responnya selalu maniacal atau kegila – gilaan
(Kartono, 2012 : 243)
Berdasarkan buku Pengantar Psikologi dalam Keperawatan, Faktor – faktor penyebab
Schizofrenia adalah :
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 23
Faktor biologis, yaitu factor gen yang melibatkan schizofrenia, obat – obatan, anak
keturunan dari ibu schizofrenia, anak kembar yang identik ataupun fraternal dan
abnormalitas cara kerja otak.
Faktor psikologis, yaitu faktor –faktor yang berhubungan dengan gangguan pikiran,
keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan membina, mempertahankan
hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif.
Faktor lingkungan, yaitu pola asuh yang cenderung schizofrenia, adopsi keluarga
schizofrenia dan tuntutan hidup yang tinggi (Pieter, 2010 : 111).
Perilaku penderita schizofrenia adalah: tingkah laku yang kegila – gilaan, suka
tertawa, untuk kemudian menangis tersedusedu, mudah tersinggung, marah tanpa sebab,
dan menjadi kekanak-kanakan.
B. Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik adalah yaitu kegaduhan, kegelisahan, dan kekacauan
dalam fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan/ emosi), dan psikomotor
(perilaku), yang disebabkan oleh efek langsung NAPZA terhadap susunan saraf pusat
(otak) (Hawari, 2003 : 17).
Perilaku penderita gangguan mental organik: menurunnya fungsi intelektual dan
memori, gangguan dalam bahasa dan berbicara, disorientasi waktu ruang dan orang,
gangguan motorik, gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan, ketidakstabilan
perasaan dan emosi, dan perubahan kepribadian.
C. Gangguan Penggunaan NAPZA
Penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA adalah suatu kondisi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa, yaitu gangguan mental dan perilaku
(mental and behavior disorder) akibat penyalahgunaan NAPZA (Hawari, 2003 : 12).
Penyalahgunaan NAPZA dapat membuat seseorang menjadi kecanduan, dapat
membuat seseorang menjadi berhalusinasi, kerja organ tubuh seperti jantung dan otak
lebih cepat dari biasanya, menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas
fungsional tubuh.
Perilaku penderita gangguan penggunaan NAPZA: kesulitan dalam
mengendalikan penggunaan alkohol dan psikoaktif, sakau, sering murung, gugup,
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 24
insomnia, apabila putus alcohol atau zat psikoaktif pasien sering berkeringat, mual pada
pagi hari dan sering berhalusinasi.
D. Gangguan Psikotik
Gangguan Psikotik adalah gangguan mental di mana kepribadian seseorang yang
sangat bingung dan seperti orang yang kehilangan kontak dengan realitas. Ketika hal ini
terjadi, seseorang menjadi tidak yakin tentang apa yang nyata dan apa yang tidak nyata
dan biasanya mengalami halusinasi, delusi, ucapan yang kacau dan inkoherensi
(viavitae.co.id : Maret, 2015).
Perilaku penderita gangguan psikotik adalah sering mendengar suara-suara aneh,
kebingunan, was-was, sering menaruh rasa curiga kepada orang lain, pembicaraan
yanganeh atau kacau, keadaan emosional yang labil dan ekstrim.
E. Gangguan Bipolar
Gangguan Bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis
seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa
depresi dan mania. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua
kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang
ekstrim (id.wikipedia.org : Maret, 2015).
Perilaku penderita gangguan bipolar adalah bicara cepat, berkurangnya kebutuhan
tidur, perhatian mudah beralih, peningkatan suasana perasaan dan mudah tersinggung,
merasa diri penting secara berlebihan, suasana perasaan menurun atau sedih dan tiba-tiba
perasaan merasa senang.
F. Gangguan Depresif
Gangguan Depresif adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan adanya
perasaan sedih yang berkepanjangan dan terus – menerus yang dapat mengganggu
kehidupan social dan kondisi fisik yang menurun (Pieter, 2010 : 119).
Adapun faktor – faktor penyebab timbulnya depresi yaitu :
Stress berat
Penyakit fisik kronis
Kematian anggota keluarga
Kematian orang yang dicintai
Perceraian atau kehilangan pekerjaan
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 25
Perilaku penderita gangguan depresif yakni suasana perasaan rendah atau sedih,
gangguan tidur, rasa bersalah atau hilang kepercayaan diri, gangguan nafsu makan,
merasa lebih baik mati, sulit konsentrasi, sering kali disertai juga dengan gejala ansietas
atau kegelisahan, cepat marah dan cepat tersinggung.
G. Gangguan Neurotik
Gangguan Neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres yang
tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan sangat
terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat diterima. Gangguan ini relatif
bertahan lama atau berulang tanpa pengobatan (kamuskesehatan.com : Maret, 2015).
Perilaku penderita gangguan neurotik adalah penderita menghindar atau
membatasi aktivitas sebab rasa takut yang timbul karena objek/situasi tertentu, kesulitan
untuk bepergian ketempat umum, kadang-kadang disertai gejala fisik (berdebar, napas
pendek, asma).
H. Retardasi Mental
Keterbelakangan mental (Mental Retardation) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata – rata yang disertai dengan dengan
kurangnya kemampuan menyesuaikan diri, yang mulai tampak pada awal kelahiran
(Pieter, 2011 : 134).
Perilaku penderita gangguan retardasi mental yaitu;
Pada anak-anak : kelambatan perkembangan (berjalan, berbicara, buang air kecil dan
besar), kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah sesuai dengan kemampuan anak lain
yang sebaya, dan dapat juga disertai problem pada tingkah laku.
Pada remaja : kesulitan bergaul dengan sebaya, kadang-kadang disertai perilaku seksual
yang tidak sesuai.
Pada dewasa : kesulitan dalam melaksanakan tugas sehari-hari (memasak, membersihkan
rumah), problem yang berkaitan dengan perkembangan kematangan sosial (menikah,
mencari pekerjaan, mengasuh anak).
I. Gangguan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak
sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya,
yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999).
Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 26
dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma
perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Perilaku penderita gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja yakni; kecemasan
yang mendadak dan berlebihan, tidak dapat ditenangkan atau dihibur, bereaksi secara
dahsyat terhadap peristiwa yang biasa terjadi, menolak perubahan lingkungan, gejala
motorik janggal, cara bicara tidak normal, sulit kontak mata, dan mutilasi diri.
J. Epilepsi
Epilepsi adalah sekelompok gangguan neurologis jangka panjang yang cirinya
ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan epileptik ini episodenya bisa
bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan hampir tak terdeteksi hingga
guncangan kuat untuk periode yang lama. Dalam epilepsi, serangan cenderung berulang,
dan tidak ada penyebab yang mendasari secara langsung sementara serangan yang
disebabkan oleh penyebab khusus tidak dianggap mewakili epilepsy (id.wikipedia.org :
Maret, 2015).
Prilaku penderita epilepsi adalah kehilangan kesadaran atau perubahan kesadaran
yang berulang kali, disertai kejang umum (mulut berbusa dan mengompol) atau tanpa
kejang sama sekali melainkan seperti orang bengong, bisa disertai dengan gejaa fisikatau
psikis, terjadi perubahan kesadaran disertai dengan gerakan automatisme seperti
keluyuran dan gerakan mengunyah berulang.
K. Tindakan Bunuh Diri
Secara demografi usaha keinginan bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh wanita
dibandingkan dengan pria. Namun yang sering berhasil melakukan bunuh diri yaitu pria.
Dari sisi tingkat usia, maka yang memiliki resiko tinggi untukbunuh diri dilakukan oleh
anak remaja akhir usia 19 tahun atau lebih dan kelompok usia 45tahun atau mereka yang
berusia di atas 65 tahun (Pieter, 2010 : 119).
Faktor-faktor yang memicu timbulnya bunuh diri yaitu: Riwayat teraniaya,
Disfungsi keluarga, Kesulitan dalam hubungan, Terlibat hukum atau tindak kriminal,
Masalah keuangan yang serius, Trauma kehilangan yang sangat serius, Isolasi sosial yang
ekstrim, Distress spiritual, Merasa tidak ada pada masa depan, Anggota kelompok
pemujaan, Riwayat bunuh diri dari keluarga, Terlebih dahulu melakukan ancaman bunuh
diri.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 27
2.5 Faktor – Faktor Penyebab Gangguan Kejiwaan
Adapun beberapa faktor yang merupakan sumber penyebab terjadinya gangguan
jiwa yang dibagi menjadi 3 faktor yaitu ( Santrock, 2002 ) :
a. Faktor biologis
Faktor biologis bisa karena:
1. Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam
mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat
ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
2. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan
gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung
menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung
menjadi skizofrenia
3. Temperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan
ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
4. Penyakit dan Cedera Tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya,
mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat
tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.
b. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan
mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih sayang orang tua yang
dingin, acu tak acuh, kaku dan keras akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta
memiliki kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.
c. Faktor Sosio-kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun
yang tidak dapat dilihat. Faktor budaya bukanlah penyebab langsung menimbulkan
gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan warna gejala-gejala gangguan jiwa. Di
samping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang
misalnya melalui aturan-aturan dalam kebudayaan seperti cara membesarkan anak-
anak, sistem nilai pembelajaran norma-norma, ketegangan akibat faktor ekonomi, dan
tekanan dari lingkungan.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 28
2.6 Klasifikasi Pasien Rumah Sakit Jiwa
Menurut Ns. I Wayan Suarjaya, S.Kep. selaku Kepala Ruang IGD Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali pada saat dilakukan wawancara, menurut tingkatan penyakitnya, secara
garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. ODMK
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yaitu orang yang mempunyai masalah fisik,
mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Pasien didiagnosa sebagai ODMK dapat
melakukan rawat jalan (Out Patient) pada rumah sakit jiwa. Pasien dapat melakukan
pengobatan dan perawatan secara berkala pada poliklinik yang sesuai dengan penyakit
yang diderita pasien sehingga pasien tidak perlu dirawat inap dirumah sakit jiwa.
b. ODGJ
Orang Dengan Gangguan Jiwa yaitu orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia serta
dapat menganggu dan membahayakan penderita dan oranglain. Pasien yang sudah
didiagnosa sebagai ODGJ harus melakukan rawat inap (In Patient) pada rumah sakit
jiwa. Pasien harus mendapatkan penangan medis secara intensif dan perlu
mendapatkan pengawasan yang rutin dari dokter spesialis jiwa sehingga pasien dapat
segera pulih dan dapat segera direhabilitasi untuk pemulihan.
2.7 Terapi Terhadap Pasien Gangguan Jiwa
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ns. I Wayan Suarjaya, S.Kep.
selaku Kepala Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali,
penyembuhan terhadap pasien gangguan jiwa secara umum dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa teapi terhadap pasien. Adapun beberapa terapi yang dapat dilakukan
yakni :
a. Terapi Suportif
Terapi Suportif merupakan terapi yang dilakukan dengan metode wawancara dengan
pasien penderita gangguan jiwa. Pasien diajak untuk berbincang – bincang agar
terapis dapat mendiagnosa penyakit dari pasien untuk dilakukan pengobatan lebih
lanjutnya.
b. Terapi Psikofarmaka
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 29
Terapi Psikofarmaka merupakan terapi yang dilakukan dengan memberikan obat –
obatan terhadap pasien gangguan jiwa yang sesuai dengan penyakit gangguan
kejiwaan yang diderita oleh pasien.
c. Terapi ECT
Terapi ECT merupakan terapi kejang listrik yang dilakukan kepada pasien penderita
gangguan jiwa. Terapi ini biasanya dilakukan apabila penderita gangguan jiwa tidak
mengalami perubahan setelah mendapatkan terapi psikofarmaka. Alat yang digunakan
untuk terapi kejang listrik ini bernama Electro Compulsive Teraphy.
d. Terapi Rehabilitasi
Terapi Rehabilitasi merupakan terapi yang dilakukan kepada pasien penderita
gangguan jiwa yang sudah bisa diajak berkumunikasi dan sudah mulai sadar akan diri
mereka. Pasien biasanya diajak untuk bekerja seperti bercocok tanam, membuat
batako, melukis, membuat banten, olahraga, dan lain – lain.
2.8 Tinjauan Proyek Sejenis
2.8.1 Tinjauan tentang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali terletak di Jalan Kusuma Yudha no. 29 Kabupaten
Bangli dengan luas areal 77.850 m2. Sarana gedung yang tersedia adalah 1 unit
bangunan kantor, 1 unit gedung rawat jalan, 10 unit bangsal perawatan, 1 unit bangsal
terpadu, 1 unit gedung rehabilitasi, 2 unit wantilan, 1 unit gedung diklat, 1 unit kamar
jenazah, 1 unit IPSRS, 1 unit dapur gizi, 1 unit gedung genset, 1 unit IPAL, 1 unit
gudang, 1 unit kantin/ koperasi.
Gambar 2.4 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 4 Maret 2015
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 30
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bangli merupakan rumah sakit jiwa kelas A milik
pemerintah provinsi Bali. Dengan jumlah pegawai yaitu 373 orang yang terdiri dari
Dokter Sp. Jiwa 4 orang, Spesialis Saraf 1 orang, Dokter Umum 20 orang, Residen 8
orang, Dokter Gigi 2 orang, paramedis perawatan 201 orang, non medis 99 orang dan
paramedis non perawat 42 orang.
Pelayanan
a. Pelayanan Utama :
1. Rawat jalan : Poliklinik jiwa anak dan remaja, Poliklinik jiwa dewasa, Poliklinik
psikogeriatri, Poliklinik NAPZA, Poliklinik GMO, Poliklinik saraf, Poliklinik
psikometri, Poliklinik gigi, Poliklinik fisiotherapi, Konsultasi gizi, IGD.
Dapat dilihat pada gambar denah diatas (Gambar 2.2) ruangan dengan warna
biru merupakan ruangan poliklinik / rawat jalan. Poliklinik ini memiliki 8 ruangan
dengan fungsi yang berbeda – beda sesuai dengan penyakitnya.
Gambar 2.6 ruang rawat jalan RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Gambar 2.5 Denah Poliklinik / Rawat Jalan RSJ Provinsi Bali
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 31
Untuk mengakses ke masing – masing ruangan poliklinik, terdapat selasar
dengan dimensi lebar 3m. Dimensi yang cukup lebar berfungsi untuk memudahkan
dan kenyamanan akses masuk menuju ruangan poliklinik. Pada selasar juga
disediakan tempat duduk bagi pasien atau keluarga pasien yang berkunjung ke
poliklinik.
Dapat dilihat pada lobby poliklinik terdapat permainan warna atau
kombinasi warna pada dinding ruangan. Ini berfungsi untuk menghindari kebosanan
atau kejenuhan saat mengantri di poliklinik.
2. Rawat Inap : yang terdiri dari 11 bangsal dengan 400 TT. Kelas Utama : 10 TT,
Kelas 1 : 12 TT, Kelas 2 : 56 TT, Kelas 3 A/B : 322 TT, Ruang Terpadu : 78 TT,
Bangsal laki – laki 180 TT, Bangsal perempuan 72 TT, Bangsal lansia campuran 36
TT.
Pada Ruang Rawat Inap terdiri dari 4 jenis kelas yaitu Kelas VIP dengan
dimensi ruang 4.8 x 6m untuk 1 TT, Kelas I dengan dimensi ruang 4.8 x 6m untuk 2
TT, Kelas II dengan dimensi ruang 4.8 x 9.6m untuk 4 TT, dan Kelas III dengan
dimensi ruang 6 x 14.4m untuk 12 TT. Pada ruang rawat inap juga terdapat ruang
Gambar 2.7 Ruang Tunggu Poliklinik RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Gambar 2.8 Denah Ruang Rawat Inap RSJ Provinsi Bali
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 32
makan bersama untuk pasien RSJ, selain untuk tempat makan, ruangan ini jg
berfungsi sebagai ruang bersosialisasi yang dapat membantu penyembuhan pasien.
Tingkat keamanan lebih diperhatikan untuk menjaga pasien penderita gangguan
kejiwaan agar tidak kabur pada saat melakukan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali dengan memberikan trail besi pada jendela untuk mengurangi resiko
pasien yang kabur, selain itu dilakukan penjagaan 24 jam dengan shift oleh perawat.
Finishing dinding menggunakan keramik putih yang bertujuan untuk memudahkan
dalam maintenance.
3. Ruang PICU (Psychiatric Intensive Care Unit )
Ruang PICU ( Psychiatric Intensive Care Unit ) merupakan ruangan yang
difungsikan untuk pasien yang tidak bisa dikontrol, gaduh dan sering mengamuk
yang membutuhkan pengawasan 24 jam. Setiap ruangan memiliki dimensi 4 x3.5m
untuk 2 TT. Pada ruangan ini membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi seperti
memberikan trali besi pada jendela, dan ruangan layaknya seperti penjara dengan
trail besi yang berfungsi untuk memudahkan dalam pengawasan pada tingkah laku
pasien.
Gambar 2.9 Ruang Rawat Inap RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Gambar 2.10 Ruang Makan Inap RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 33
4. Ruang IGD ( Instalasi Gawat Darurat )
Ruang IGD pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali merupakan ruangan yang
difungsikan untuk melayani pelayanan gawat darurat. Berdasarkan lokasi, ruang
IGD terletak didepan areal rumah sakit untuk mempermudah akses masuk ke
ruangan IGD saat dalam keadaan darurat.
Pada ruang IGD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menggunakan pola linier
dalam penataan ruangannya dengan koridor berdimensi 3m sebagai koridor sebagai
akses utama pada ruangan IGD. Bukaan pintu kamar IGD harus menghadap keluar
ruangan ini berfungsi untuk mempermudah akses keluar saat keadaan darurat.
Ruangan IGD mengoptimalkan pencahayaan alami melalui bukaan – bukaan
jendela.
Gambar 2.11 Ruang PICU RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Gambar 2.12 Denah Ruang IGD RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi Lapangan
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 34
Pelayanan luar gedung : Yankeswa terintegrasi puskesmas, Yankeswa
terintegrasi di rsu, Jemput pasung, Home visit, Home care, Drooping pasien.
b. Pelayanan Penunjang :
1. Radiologi
Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali memiliki pelayanan penunjang berupa
pelayanan radiologi dengan dimensi 12 x 12m. Radiologi ini memberikan pelayanan
Rontgen bagi pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yang memerlukan pelayanan
tersebut. Pada dinding ruang Rontgen dilindungi oleh lapisan PB / Timbal agar tidak
tembus oleh radiasi rontgen itu sendiri. Pada ruang radiologi juga terdapat ruangan
yang bernama Dark Room yang merupakan tempat cuci film setelah melakukan
rontgen.
2. Farmasi
Dapat dilihat pada denah dibawah (Gambar 2.11) ruangan dengan warna
hijau merupakan denah ruang Farmasi. Ruang Farmasi pada Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali ini merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
maupun peracikan obat – obatan. Selanjutnya obat – obatan ini akan didistribusikan
Gambar 2.13 Ruang IGD RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Gambar 2.14 Ruang Radiologi RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 35
ke setiap ruangan yang membutuhkan obat – obatan sesuai dengan permintaan
dokter yang bersangkutan.
Pada ruang Farmasi terdapat ruangan khusus yang difungsikan sebagai
tempat penyimpanan stock obat – obatan. Pada Gudang obat sangat dihindari
penggunaan sinar matahari langsung karena dapat mengakibatkan rusaknya kualitas
obat – obatan sehingga pada ruangan ini minim bukaan. Selain itu juga tedapat
ruang peracikan obat yang dikerjakan oleh tenaga kerja yang ahli dalam bidang
kefarmasian.
3. Laboratorium
Ruang Laboratorium di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali merupakan fasilitas
penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Pada laboratorium
ini terdapat beberapa ruangan khusus untuk melakukan penelitian yang terdiri dari
ruang : R. Hematologi, ( R. Imunologi, R. Parasitologi, R. Urinologi ), dan R.
Asam. Pada ruangan laboratorium sangat menghindari penggunaan sinar matahari
Gambar 2.15 Denah Ruang Farmasi RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi Lapangan
Gambar 2.16 Gudang & R. Peracikan Obat pada R. Farmasi RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 36
langsung sehingga ruangan ini menggunakan pencahayaan buatan pada ruangan.
Pada ruang laboratorium juga terdapat gudang tempat penyimpanan alat dan bahan
yang ada kaitannya dengan penelitian.
4. Rehabilitasi
Fungsi dari ruangan rehabilitasi pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali ini
ialah untuk memberikan terapi berupa pembekalan dan pelatihan bagi penderita
yang sudah mulai sembuh agar dapat hidup dilingkungan masyarakat seperti
manusia pada umumnya. Pada bangunan Rehabilitasi terdiri dari 2 lantai.
Penggunakan 2 lantai dipertimbangkan selain untuk memperhemat lahan, pasien
juga dinilai sudah sadar dan tidak berbuat nekat yang dapat membahayakan dirinya
sendiri. Untuk jenis kegiatan dibedakan berdasarkan jenis kelamin, untuk pria
kegiatan yang dilakukan seperti ; melukis, membuat batako, mengukir, bimbingan
rohani, rekreasi dll. Untuk wanita kegiatan yang dilakukan seperti ; mejejaitan,
menyulam, menjahit, bimbingan rohani, rekreasi, dll. Untuk mewadahi kegiatan
tersebut memiliki dimensi ruangan 4 x 5m. khusus untuk bimbingan rohani,
olahraga yang sifatnya campuran antara pria dan wanita memiliki ruangan khusus
bersama.
Gambar 2.17 Laboratorium RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Gambar 2.18 Rehabilitasi RSJ Provinsi Bali
Sumber : Observasi, 11 Maret 2015
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 37
2.8.2 Tinjauan tentang Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo
Semarang
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang terletak di Jalan Brigjen
Sudiarto no. 347 kota Semarang, Jawa Tengah dengan luas areal 60.000 m2. Sarana
gedung yang tersedia adalah 1 gedung administrasi, 1 gedung auditorium, 4 gedung
pelayanan, 13 gedung perawatan, 1 gedung rehabilitasi, 1 gedung diklat, 3 gedung
penunjang, 1 gedung asrama, 1 rumah dinas, 2 mess, 3 lapangan tenis, 1 kamar jenazah.
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang merupakan rumah sakit
jiwa kelas A dengan jumlah tenaga kerja 423 orang yang terdiri dari Dokter Spesialis 17
orang, Dokter Umum 10 orang, Dokter Gigi 4 orang, Paramedic Perawatan 191 orang,
paramedis non perawat 38 orang, non medis 163 orang.
Pelayanan
a. Pelayanan Utama :
1. Rawat jalan : Poliklinik Spesialis Jiwa, meliputi : klinik anak dan remaja, klinik
dewasa, klinik psikogeriatri, klinik napza, klinik psikoterapi, dan pelayanan
KESWAMAS (Kesehatan Jiwa Masyarakat). Klinik spesialis saraf, klinik gigi,
klinik psikologi, Electro Convulsive Therapy (ECT) dengan anaesthesi, klinik
fisioterapi, rehabilitasi dan mental, klinik gizi.
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang memiliki
pelayanan rawat jalan yang terdiri dari beberapa poliklinik untuk melayani pasien
penderita gangguan jiwa yang melakukan rawat jalan pada Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Gambar 2.19 RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 38
Dapat dilihat pada gambar diatas merupakan bangunan Poliklinik / Rawat
Jalan dari Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. Desain
bangunan yang kekinian dengan kombinasi warna orange, coklat dan cream
membuat rumah sakit jiwa yang dahulu terkesan sepi, seram dan membosankan
menjadi terlihat menarik sehingga menghilangkan image rumah sakit sebagai
tempat yang seram dan membosankan.
2. Rawat Inap : terdiri dari 329 TT, Ruang VIP A 16 TT, Ruang VIP B 20 TT, Ruang
Kelas I 14 TT, Ruang Kleas II 25 TT, Ruang Kelas III 225 TT, Ruang HCU ( High
Care Unit) 24 TT.
Pada Ruang Rawat Inap terdiri dari 5 jenis kelas yaitu Kelas VIP A dengan 1
TT untuk 1 ruangan, Kelas WIP B dengan 2 TT untuk 1 ruangan, Kelas 1 dengan 3
TT untuk 1 TT, Kelas 2 dengan 4 TT untuk 1 TT, dan Kelas 3 dengan 1 – 10 TT
untuk 1 ruangan. Pada bukaan ruang rawat inap seperti jendela dilengkapi dengan
trali besi untuk meningkatkan keamanan bagi pasien RSJ dan pengunjung RSJ.
3. Ruang IGD ( Instalasi Gawat Darurat )
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang memiliki
pelayanan IDG yang memberikan pelayanan gawat darurat bagi pasien gangguan
Gambar 2.20 Poliklinik RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Gambar 2.21 Ruang Rawat Inap RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 39
kejiwaan yang memerukan pertolongan secara cepat. Ruangan IGD pada Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang ini memiliki banyak bukaan
pada ruangan IGD untuk memberikan pencahayaan yang maksimal pada pasien
yang menjalani perawatan di ruang IGD. Untuk menjaga privasi dan ketenangan
pasien IGD, diberikan gorden antara tempat tidur pasien sebagai partisi.
Penggunakan keramik pada finishing ruangan berfungsi untuk memudahkan dalam
pembersihan.
b. Pelayanan Penunjang :
1. Laboratorium
Pelayanan penunjang medis yang disediakan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.
Amino Gondohutomo Semarang salah satunya adalah Instalasi laboratorium.
Pelayanan laboratorium melayani ; Hematologi, Imunoserologi, Kimia Klinik,
Elektrolit, Mikrobiologi, Urine, dan Feces. Peralatan yang terdapat di ruang
laboratorium Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang adalah
Hematology Analyzer dan Kimia Analyzer.
2. Radiologi
Ruang Radiologi pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo
Semarang merupakan salah satu bagian layanan penunjang diagnostik. Instalasi
Gambar 2.22 Ruang IGD RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Gambar 2.23 Ruang Laboratotium RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 40
radiologi memiliki lapisan khusus pada dinding ruangannya yaitu terdapat lapisan
timbal yang berfungsi untuk menangkal dari radiasi rontgen agar tidak keluar
ruangan. Pada ruangan radiologi menggunakan penghawaan khusus.
3. Farmasi
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang memiliki
Instalasi farmasi sebagai pelayanan penunjang medik yang berfungsi melayani
segala obat – obatan yang dibutuhkan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Pada ruangan farmasi terdapat loket apotek dan ruang
peracikan obat. Penghawaan pada ruangan farmasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.
Amino Gondohutomo Semarang menggunakan penghawaan buatan yaitu kipas
angin.
4. Rehabilitasi
Instalasi rehabilitasi pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino
Gondohutomo Semarang memberikan pelayanan rehabilitasi medik dan rehabilitasi
mental bagi para pasien gangguan jiwa yang menjalani pemulihan.
Gambar 2.24 Ruang Radiologi RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Gambar 2.25 Ruang Farmasi RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 41
Dapat dilihat pada gambar diatas merupakan ruangan rehabilitasi medik.
Ruang rehabilitasi medik memberikan pelayanan kesehatan terhadap gangguan pada
fisik pada pasien rumah sakit jiwa seperti cedera, kram, dan lain – lain yang
berhubungan pada kondisi fisik pasien. Pada ruangan rehabilitasi medik Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang terdapat banyak bukaan pada
ruangan agar pencahayaan lebih maksimal dan sirkulasi udara dalam ruangan lebih
baik. Pada setiap tempat tidur pasien juga diberikan sekat berupa gorden sebagai
partisi sementara untuk privasi pasien.
Gambar diatas merupakan kegiatan dari pada instalasi rehabilitasi mental.
Instalasi rehabilitasi mental pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino
Gondohutomo Semarang melayani terapi kerja, terapi hiburan dan terapi spiritual.
Pengelompokan rehabilitasi dibagi berdasarkan jenis kelamin pasien. Pada ruangan
rehabilitasi RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang memiliki kondisi ruangan
dengan pencahayaan yang maksimal dari bukaan jendela yang lebar, selain itu
ruangan juga dibuat lebar tanpa sekat agar pasien bisa bersosialisasi dengan pasien
lain.
Gambar 2.26 Ruang Rehabilitasi Medik RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Gambar 2.27 Ruang Rehabilitasi Mental RSJD. dr. Amino Gondohutomo Semarang
Sumber : rs-amino.jatengprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 42
2.8.3 Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit Jiwa Menur
Rumah Sakit Jiwa Menur terletak di jalan raya Menur no. 120 Surabaya dengan luas
lahan yaitu 38.000 m2 dan luas bangunan 17.123,80 m2. Sarana gedung yang tersedia
adalah gedung administrasi, gedung poliklinik, gedung perawatan, gedung rehabilitasi,
gedung diklat, ruang jenazah.
Rumah Sakit Jiwa Menur merupakan rumah sakit jiwa kelas A dengan jumlah tenaga
kerja 410 orang yang terdiri dari Dokter Umum 20 orang, Dokter Spesialis 17 orang,
Dokter Gigi 3 orang, Perawat 107 orang, Pembantu Perawat 51 orang, Instruktur
Rehabilitasi 7 orang, Paramedis Non Perawat 31 orang, Administrasi Farmasi 4 orang,
Administrasi Lab 2 orang, Tenaga Rekam Medik 19 orang, Tenaga Administrasi 5
orang, Non Medis/Administrasi 144 orang.
Pelayanan
a. Pelayanan Utama :
1. Rawat jalan : Poli Jiwa Dewasa, Poli Psikogeriatri, Poli Gangguan Mental Organik,
Poli Umum Spesialis, Poli Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Poli Psikologi,
Poli Napza, Instalasi Rehab Medik dan Mental Psikososial.
Gambar 2.28 Rumah Sakit Jiwa Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Gambar 2.29 Ruang Rawat Jalan RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 43
Pada gambar diatas merupakan ruang rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Menur
yang terdiri dari beberapa macam poliklinik. Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Menur
merupakan pelayanan medis yang melayani pelayanan kesehtaan out patient atau
rawat jalan bagi penderita gangguan kejiwaan. Dapat dilihat pada finishing pada
dinding ruangan poliklinik menggunakan cat warna hijau. Pada ruangan kurang
terdapat bukaan sehingga ruangan terasa gelap. Untuk penghawaan ruangan
poliklinik ini menggunakan kipas angin sebagai penghawaan buatan.
Untuk poliklinik tumbuh kembang anak dan remaja memiliki ruangan
khusus yang agak berbeda dari poliklinik pada umumnya. Pada poliklinik anak
permukaan dinding dilapisi dengan matras yang berfungsi untuk melindungi fisik
anak – anak saat bermain didalam ruangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2. Rawat Inap : dengan kapasitas tempat tidur 250 TT. Yang terdiri dari Rawat Inap
Paviliun Anggrek, Rawat Inap Kelas II, Rawat Inap Kelas III.
Gambar 2.31 Ruang Rawat Inap RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Gambar 2.30 Ruang Poli Anak RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 44
Rumah Sakit Jiwa Menur memiliki pelayanan In Patient atau rawat inap
dengan kapasitas 250 TT yang terdiri dari 3 jenis ruangan. Bangunan Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Menur merupakan bangunan 1 lantai dengan finishing dinding
berwarna cream dan kombinasi abu – abu pada kusen dan list plank. Bangunan
menggunakan struktur atap pelana pada pintu masuk kedalam bangunan.
Dapat dilihat pada gambar diatas sebelah kanan merupakan gambar dari
ruang rawat inap kelas Paviliun Anggrek yang merupakan ruangan rawat inap
dengan kelas terbaik di Rumah Sakit Jiwa Menur. Pada ruangan dapat dilihat dari
segi fasilitas interior lebih kompleks dibandingkan pada gambar disebelah kiri. Pada
ruangan Paviliun Anggrek tempat tidur untuk 1 pasien, sofa untuk keluarga
menjenguk, washtafel, lemari, dan kulkas layaknya seperti rumah tempat tinggal.
Pencahayaan pada ruangan Paviliun Anggrek menggunakan pencahayaan alami dan
buatan serta penghawaan menggunakan penghawaan alami dan AC sebagai
penghawaan buatan pada ruangannya.
Ruang rawat inap Kelas II dan Kelas III satu ruangan dibagi – bagi untuk
beberapa orang hanya yang membedakan ruangan Kelas II kapasitas tempat
tidurnya lebih sedikit dibandingkan dengan Kelas III. pencahayaan pada ruanagn
kelas II dan III menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Sedangkan pada
penghawaan menggunakan penghawaan alami dengan banyak bukaan pada ruangan
namun tetap pada bukaan terdapat trail besi yang menjaga pasien agar tidak terjadi
hal – hal yang tidak diinginkan. Selain itu ruang rawat inap RSJ Menur juga
terdapat ruang makan bersama bagi pasien gangguan jiwa.
Gambar 2.32 Ruang Makan pada Rawat Inap RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 45
3. Ruang IGD ( Instalasi Gawat Darurat )
Ruang IGD yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa Menur memberikan
pelayanan gawat darurat bagi pasien gangguan kejiwaan yang memerukan
pertolongan secara cepat. Ruangan IGD pada Rumah Sakit Jiwa ini kurang memiliki
bukaan pada ruangan IGD sehingga ruangan terasa gelap. Pada finishing dinding
menggunakan cat warna putih dan keramik dengan tinggi sekitar 120cm dari lantai
pada finishing ruangan berfungsi untuk memudahkan dalam pembersihan atau
maintenance pada dinding.
4. Ruang Rawat Inap Intensive Psychiatric Care
Pada rumah Sakit Jiwa Menur memiliki ruangan intensif yaitu Rawat Inap
Intensive Psychiatric Care adalah ruangan yang berfungsi untuk pasien yang sering
mengamuk yang membutuhkan pengawasan secara intensif. Pada ruangan Intensif
Psychiatric Care memiliki bukaan banyak selain untuk pencahayaan dan
penghawaan juga untuk memudahkan pengawasan dokter kepada pasien. Tidak lupa
juga pada bukaan harus memiliki trali besi demi keamanan pasien dan pengunjung
ruangan ini.
Gambar 2.33 Ruang IGD RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Gambar 2.34 Ruang Intensive Psychiatric Care RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 46
b. Pelayanan Penunjang :
1. Radiologi
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan penunjang yang disediakan oleh
Rumah Sakit Jiwa Menur. Ruang radiologi pada Rumah Sakit Jiwa Menur
memberikan pelayanan rontgen bagi penderita gangguan jiwa maupun tidak. Pada
ruangan radiologi tidak terdapat bukaan besar seperti jendela pada umumnya
dibagian tengah dinding, melainkan hanya terdapat jendela kecil pada bagian atas
yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Pada dinding ruang radiologi
menggunakan multiplek sebagai sebagai finishing ruangan sehingga membuat
ruangan terkesan hangat.
2. Farmasi
Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Jiwa Menur melayani segala jenis
kebutuhan obat – obatan sesuai dengan petunjuk dari dokter Rumah Sakit Jiwa
Menur. Dapat dilihat pada gambar dibawah terdapat ruang peracikan obat yang
diracik oleh tenaga kefarmasian yang sudah ahli dalam bidangnya dan ruang loket
farmasi untuk tempat pengambilan obat sesuai petunjuk dokter melalui lubang pada
dinding kaca ruang loket.
Gambar 2.35 Ruang Radiologi RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Gambar 2.36 Ruang Farmasi RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 47
3. Laboratorium
Laboratorium pada Rumah Sakit Jiwa Menur merupakan salah satu
pelayanan penunjang yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa Menur. Laboratorium ini
melayani ; pemeriksanaan darah, lemak, HIV dan narkoba. Selain melayani pasien
dalam rumah sakit juga melayani pasien luar rumah sakit. Pada ruangan
laboratorium terdapat banyak bukaan jendela kaca pada ruangan laboratorium hal
ini bisa menimbulkan banyak debu masuk kedalam ruangan laboratorium yang
merupakan ruangan dengan tingkat kebersihan yang tinggi.
4. Rehabilitasi
Instalasi Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Menur memberikan pelayanan
kesehatan berupa terapi – terapi dalam bentuk kegiatan yang mendukung pulihnya
kesadaran terhadap penderita gangguan kejiwaan pada pasien Rumah Sakit Jiwa
Menur. Kegiatan yang dilakukan seperti berolahraga, menggambar, ataupun
kegiatan yang sifatnya ringan dan menyenangkan. Pada Instalasi rehabilitasi Rumah
Sakit Jiwa Menur memiliki ruangan yang luas sehingga bisa dilakukan kegiatan
bersama – sama dalam satu ruangan. Selain itu pada ruangan juga terdapat banyak
bukaan yang bertujuan agar sirkulasi udara dalam ruangan tidak pengap karena
ruangan terdiri dari banyak orang dan dapat memaksimalkan pencahayaan didalam
ruangan rehabilitasi itu sendiri.
Gambar 2.37 Ruang Laboratorium RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 48
2.9 Kesimpulan Tinjauan Proyek Sejenis
RSJ Provinsi Bali RSJD. dr. Amino
Gondohutomo Semarang
RSJ. Menur
Rawat Inap 10 TT Kelas
Utama
12 TT Kelas 1
56 TT Kelas 2
322 TT Kelas 3 A/B
12 TT R. IGD
22 TT R. PICU
(Psychiatric Intensive
Care Unit)
16 TT VIP A
20 TT VIP B
14 TT Kelas 1
25 TT Kelas 2
225 TT Kelas 3
5 TT R. IGD
24 TT R. HCU (High Care
Unit)
Rawat Inap Paviliun
Rawat Inap Kelas II
Rawat Inap Kelas III
Ruang IGD
Rawat Inap Intensif
Psychiatric Care
Rawat Jalan Poliklinik jiwa anak
dan remaja
Poliklinik jiwa
dewasa
Poliklinik
psikogeriatri
Poliklinik NAPZA
Poliklinik GMO
Poliklinik saraf
Poliklinik psikometri
Poliklinik gigi
Poliklinik fisiotherapi
Konsultasi gizi
Pelayanan kesehatan jiwa
dewasa
Pelayanan kesehatan jiwa
lansia
Pelayanan GMO
Pelayanan NAPZA
Pelayanan kesehatan tumbuh
kembang anak & remaja
Pelayanan psikologi &
psikometri
Pelayanan Konseling &
psikoterapi
Pelayanan Spesialis Saraf
Poli Jiwa Dewasa
Poli Psikogeriatri
Poli Gangguan Mental
Organik
Poli Umum Spesialis
Poli Tumbuh Kembang
Anak dan Remaja
Poli Psikologi
Poli NAPZA
Poli Gigi
Poli VCT (Voluntary
Counseling and Testing)
Gambar 2.38 Ruang Rehabilitasi RSJ Menur
Sumber : rsjmenur.jatimprov.go.id
Table 2.1
Kesimpulan Tinjauan Proyek Sejenis
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 49
Pelayanan Kesehatan Gigi
Pelayanan Spesialis Anestesi
Fasilitas
Penunjang
Laboratorium
Radiologi
Elektromedik
Rekam Medis
Farmasi
Gedung rehabilitasi
Gedung diklat
Kamar jenazah
Dapur gizi
Laundry
Wantilan
IPSRS
IPAL
Kantin/ Koperasi
Rekam Medis
Instalasi Laboratorium
Instalasi Elektro Diagnostik
& Rehabilitasi Medik
Instalasi Radiologi
Instalasi Farmasi
Instalasi Rehabilitasi Mental
IPAL
Instalasi Gizi
Instalasi Laundry
Gedung Diklat
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
Instalasi Radiologi
Elektromedik
Instalasi Gizi
Instalasi Rehabilitasi
Medik & Mental
Psikososial
Farmasi
Pemulasaraan Jenazah
IPSRS
Instalasi Keslin Dalin
Instalasi Keswamas &
PKMRS
Gedung Diklat
Dari tinjauan proyek sejenis diatas dapat disimpulkan bahwa rata – rata rumah sakit
jiwa kelas A memiliki standar ruang rawat inap mulai dari kelas 3 sampai dengan kelas
VIP. Rumah sakit jiwa kelas A rata – rata memiliki ruang rawat inap dengan kapasitas
tempat tidur >100. Rumah sakit jiwa juga memiliki ruangan intensif khusus yang
diperuntukkan bagi pasien yang sering gaduh dan susah untuk ditangani. Pada fasilitas
rawat jalan, rata – rata rumah sakit jiwa memiliki pelayanan yang sama yaitu poli anak dan
remaja, poli jiwa dewasa, poli psikogeriatri (Lansia), poli GMO ( Gangguan Mental
Organik), poli NAPZA, poli psikologi & psikometri dan lain sebagainya. Sedangkan pada
fasilitas penunjang, rumah sakit jiwa kelas A secara umum memiliki laboratorium,
radiologi, elektromedik, rehabilitasi, gizi, laundry, IPAL, dan lain sebagainya.
2.10 Spesifikasi Umum Rumah Sakit Jiwa
A. Pengertian Rumah Sakit Jiwa
Rumah sakit jiwa merupakan suatu lembaga yang bergerak dibidang kesehatan
yang melayani penyakit khusus gangguan kejiwaan yang meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Sumber : Analisa Penulis
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 50
B. Tujuan Rumah Sakit Jiwa
Beberapa tujuan rumah sakit jiwa yaitu :
- memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak mendiskriminasi orang
yang menderita gangguan jiwa
- mencegah terjadinya gangguan kejiwaan dimasyarakat
- mengobati atau menyembuhkan orang yang menderita gangguan jiwa
- mempersiapkan penderita gangguan jiwa dengan memberikan bekal atau
kemampuan agar bisa mandiri dimasyarakat
C. Lingkup Pelayanan
Berdasarkan dari tinjauan teori serta dari hasil studi tinjauan proyek sejenis,
adapun pelayanan yang disediakan oleh Rumah Sakit Jiwa yaitu pelayanan rawat inap (in-
patient) dengan fasilitas ruang rawat inap Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III.
selain ruang rawat inap, rumah sakit jiwa juga menyediakan ruang IGD yang digunakan
untuk pasien yang memerlukan penanganan khusus dan harus ditangani secepatnya.
Selain IGD juga tersedia ruangan intensif dimana ruangan ini berfungsi untuk pasien yang
digolongkan pasien yang gaduh dan tidak bisa tenang sehingga memerlukan ruangan
isolasi khusus.
Pelayanan rawat jalan (out-patient) yaitu melayani : Poliklinik jiwa anak dan
remaja, Poliklinik jiwa dewasa, Poliklinik psikogeriatri, Poliklinik NAPZA, Poliklinik
GMO, Poliklinik saraf, Poliklinik psikometri, Poliklinik gigi, Poliklinik fisiotherapi,
Konsultasi gizi, Pelayanan Anestesi. Pelayanan rawat jalan ini dilakukan oleh penderita
yang sudah bisa mengenali dirinya sendiri dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri
sehingga tidak perlu melakukan rawat inap di rumah sakit.
Adapun pelayanan penunjang yang mendukung pelayanan rawat inap dan rawat
jalan pada rumah sakit jiwa yakni : Laboratorium, Radiologi, Elektromedik, Rekam
Medis, Farmasi, Instalasi rehabilitasi, Instalasi diklat, Kamar jenazah, Dapur gizi,
Laundry, Wantilan, IPSRS, IPAL, Kantin/ Koperasi.
D. Ketenagaan
Berdasarkan PERMENKES Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 dan berdasarkan
hasil studi proyek sejenis, pada rumah sakit jiwa memiliki ketenaga kerjaan yang
melayani segala fasilitas pelayanan rumah sakit jiwa yakni :
Tenaga medis rumah sakit jiwa memiliki dokter sepesialis yang terdiri dari :
dokter spesialis kejiwaan, dokter spesialis saraf, dokter spesialis radiologi, dokter
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 51
spesialis anak, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis patologi klinik, dokter spesialis
penyakit dalam, dokter spesialis rehab medis, dokter umum dan dokter gigi.
Tenaga keperawatan rumah sakit jiwa terdiri dari : keperawatan ruang rawat inap,
keperawatan ruang rawat jalan, keperawatan ruang rawat intensif, keperawatan ruang
gawat darurat yang memiliki pelayanan 24 jam sehingga perawat bekerja menggunakan
shift.
Selain tenaga medis dan tenaga keperawatan juga terdapat tenaga kesehatan lain
yang juga membantu kelancaran proses pelayanan dibidang kesehtaan rumah sakit jiwa
yaitu : Apoteker, Psikolog Klinis, Ahli Madya Gizi, Ahli Madya Rekam Medis, Ahli
Madya Fisioterapis, Ahli Madya Analis Kesehatan, Perawat Anestesi, Ahli Madya
Radiografer, Ahli Madya Elektromedis dan lain sebagainya. Tidak lupa juga tenaga kerja
penunjang yang mengurus segala administrasi rumah sakit jiwa.
E. Sarana Prasana
Berdasarkan dari tinjauan proyek sejenis dan PERMENKES Nomor
340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit jiwa kelas A memiliki sarana dan prasarana
yang dipergunakan sebagai wadah untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang
dibagi menjadi 2 yaitu bangunan utama dan bangunan penunjang.
Pada bangunan utama terdiri dari : ruang administrasi, ruang rekam medik, ruang
IGD, ruang rawat jalan yang terdiri dari beberapa poliklinik seperti, poli tumbuh kembang
anak dan remaja, poli jiwa dewasa, poli psikogeriatri, poli GMO, poli psikometri, poli
NAPZA, dan lain – lain, ruang rawat inap minimal 100 TT, ruang rehabilitasi, ruang
rawat jiwa intensif, ruang radiologi, ruang farmasi, ruang laboratorium, dapur gizi, dan
lain – lain.
Pada bangunan penunjang terdiri dari ruang genset, IPAL, gudang barang,
laundry, IPSRS, ruang perpustakaan, ruang diklat dan lain – lain.