bab ii tinjauan pustaka konsep status...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Status Gizi.
1. Pengertian Status Gizi.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan gizi seseorang dapat dikatakan baik
bila terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan
mental intelektual.
Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan
kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan,
program pemberian makanan dalam keluarga, kebiasaan makan,
pemeliharaan kesehatan, daya beli keluarga, lingkungan fisik dan soal
(Supariasa, dkk, 2002).
2. Penilaian Status Gizi.
a. Penilaian status gizi secara langsung
1). Penilaian secara antropomerti.
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur antara lain : Berat Badan, tinggi badan,
lingkar lengan dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah
lama di kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi
perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum
1
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak
seimbangan antara asupan energi dan protein (Supariasa, dkk, 2002).
Kelemahan dan kelebihan masing-masing indeks seperti diuraikan
berikut ini :
a). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
serangan penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi dan lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current
utritional status) (Supariasa, dkk, 2002).
i). Kelebihan
Kelebihan dalam penilaian ini adalah : Lebih mudah
dan lebih dimengerti oleh masyarakat, baik untuk
mengukur status gizi akut maupun kronis, baerat badan
dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan.
ii). Kelemahan
Kelebihan dalam penilaian ini adalah: Dapat
mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat asites odema, data umur sulit ditaksir secara tepat
2
karena pencatatan umur yang belum baik, memerlukan data
umur yang akurat terutama untuk anak-anak dibawah 5
tahun,sering terjadi kesalahan dalam pengukuran karena
pengaryh pakaian atau gerakan pada saat penimbangan.
b). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Tinggi badan kurang sensitive
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu dan lebih erat
kaitannya dengan status sosial ekonomi (Supariasa, dkk, 2002).
i). Kelebihan.
Kelebihan dalam penilaian ini adalah : Baik untuk
menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat
dibuat sendiri, murah dan mudah didapat.
ii). Kelemahan.
Kelemahan dalam penilaian ini adalah : Tinggi badan
tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pegukuran
relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukan
pengukuran.
c). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Barat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
3
akan mengarah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu (Supariasa, dkk, 2002).
i). Kelebihan.
Kelebihan dalam penilaian ini adalah : Tidak
memerlukan data umum, dapat membedakan proporsi
badan (gemuk, normal, kurus).
ii). Kelemahan
Kelemahan dalam penilaian ini adalah : Tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badan atau kelebihan tinggi badan karena faktor
umur tidak dipertimbangkan, kesulitan dalam melakukan
pengukuran panjang atau tinggi badan pada kelompok
balita, membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran
lebih lama, membutuhkan dua orang untuk melakukannya,
sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non
profesional.
2). Penilaian secara klinis.
Penilaian secara klinis yaitu penilaian yang mengamati dan
mengevaluasi tanda-tanda klinis atau perubahan fisik yang
ditimbulkan akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi.
perubahan tersebut dapat dilihat pada kulit atau jaringan epitel, yaitu
jaringan yang membungkus permukaan kulit tubuh seperti rambut,
mata, mulut, lidah, gigi dan lainnya serta kelenjar tiroid (Supariasa,
dkk, 2002).
4
Pemeriksaan klinis terbagi dua yaitu :
a). Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai
perkembangan penyakit.
b). Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan
gizi baik sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala
yang tidak dapat diamati tetapi dirasakan oleh penderita
gangguan gizi.
3). Penilaian Secara Biokimia
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan
hasil yang lebih tepat dan objektif dari pada penilaian konsumsi
pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia dapat
mendeteksi biokimia dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini
(Supariasa, dkk, 2002).
Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tehnik
pengukuran kandungan sebagai zat gizi dan subtansi kimia lain
dalam darah dan urin (Supariasa, dkk, 2002).
Kelemahan pemeriksan biokimia :
a). Pemeriksaan hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan
metabolisme
b). Membutuhkan biaya yang cukup mahal
c). Memerlukan tenaga yang ahli.
d). Kurang praktis dilakukan dilapangan.
5
e). Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak
dibandingkan dengan pemeriksaan lain.
f). Belum ada keseragaman dalam memilih referensi (nilai
normal).
4). Penilaian Secara Biofisik.
Penentuan status gizi secara biofisik adalah melihat
kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Tes kemampuan
fungsi jaringan meliputi kemampuan kerja dan energi serta adaptasi
sikap. Tes perubahan struktur dapat dilihat secara klinis seperti
pengerasan kuku, pertumbuhan rambut tidak normal dan penurunan
elastisitas kartilago, sedangkan yang tidak dapat dilihat secara kinis
biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiologi (Supariasa, dkk,
2002).
Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal, memerlukan
tenaga yang profesional dan dapat diterapkan dalam keadaan tertentu
saja. Penilaian biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu uji
radiologi, tes fungsi fisik dan sitologi (Supariasa, dkk, 2002).
b. Penilaian Secara Tidak Langsung.
1). Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
6
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. (Supariasa,
dkk, 2002).
2). Faktor Ekologi.
Menurut Bengoa (dikutip oleh Jelliffe, 1966), malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi
(Multiple Overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan
lingkungan budaya (Supariasa, dkk, 2002).
Jumlah makanan yang tersedia tergantung pada keadaan
lingkungan iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi, dan
tingkat ekonomi dari penduduk. Disamping itu budaya juga
berpengaruh seperti kebiasaan makan, prioritas makanan dalam
keluarga, distribusi dan pantangan makanan bagi golongan rawan
(Supariasa, dkkd, 2002).
3). Survei Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan penilaian jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi dan membandingkan dengan baku kecukupan, agar
diketahui kecukupan gizi yang dapat dipenuhi (Supariasa, dkk, 2002).
Metode yang digunakan untuk menggali informasi konsumsi
pangan seseorang atau sekelompok orang secara kuantitatif (Supariasa,
dkk, 2002) adalah :
7
a). Metode Recall 24 jam.
Prinsip dari metode ini dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24
jam yang lalu. Agar responden dapat mengungkapkan jenis
bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsinya selama 24 jam yang lalu, maka wawancara
sebaiknya dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan
menggunakan kuesioner terstruktur.
Dengan recall 24 jam data yang diperoleh akan lebih
bersifat kualitif. Oleh karena itu untuk mendapatkan data
kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan
secara teliti dengan menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga
(URT) (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya
yang dipergunakan sehari-hari. Dari (URT) jumlah pangan
dikonversikan kesatuan berat (gram) dengan menggunakn daftar
URT yang umum berlaku atau dibuat sendiri pada waktu survei.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam),
maka data yang diperoleh kurang representative untuk
menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya
berturut-turut.
8
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali
recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran
konsumsi zat gizi harian individu.
Metode recall mempunyai kelemahan dalam hal ketepatan,
karena keterangan-keterangan yang diperoleh sangat tergantung
pada daya ingat responden.
b). Perkiraan makanan (Estimated Food Recalds).
Metode ini disebut juga food record atau diary recald, yang
digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada
metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia
makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam URT atau
menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu
(2- 4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut.
c). Penimbangan Makanan (Food Weighing).
Pada metode penimbangan makanan, responden atau
petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang
dikonsumsi responden selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa
hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang
tersedia.
9
Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah, bila
terdapat sisa makanan setelah makan, maka perlu juga ditimbang
sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya yang
dikonsumsi. Kelebihan dari metode ini adalah data yang
diperoleh lebih akurat/teliti, sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan waktu dan cukup mahal, disamping itu bila
penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka
responden dapat merubah kebiasaan mereka.
d). Metode Pencatatan (Food Account).
Metode ini dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap
hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain
ataupun dari produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam
URT, termasuk harga eceran makanan tersebut. Cara ini tidak
memperhitungkan makanan cadangan yang ada dirumah tangga
dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman yang
dikonsumsi diluar rumah dan rusak, terbuang/tersisa atau
diberikan pada binatang peliharaan.
e). Metode Inventaris (Inventory Method).
Metode inventaris disebut juga log book method.
Prinsipnya dengan cara menghitung/mengukur semua persediaan
makanan dirumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal
sampai akhir survey. Semua makanan yang diterima, dibeli dari
10
produk sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama
periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu).
Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama
penyimpanan dan diberikan kepada orang lain atau binatang
peliharaan juga dihitung. Pencatatan dapat dilakukan oleh
petugas atau responden yang sudah mampu atau sudah dilatih
dan tidak buta huruf.
f). Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Recard).
Pengukuran dengan metode ini dilakukan sedikitnya dalam
periode satu minggu oleh responden. Dilaksanakan dengan
menimbang atau mengukur dengan URT dengan makanan yang
ada dirumah dan termasuk cara pengolahan.
3. Klasifikasi Status Gizi.
Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi adalah sebagai berikut ;
a.Gizi lebih > 2,0 SD (standar deviasi)
b. Gizi baik – 2.0 SD s/d +2 SD (standar deviasi)
c.Gizi kurang < - 2,0 SD s/d 3 SD (standar deviasi)
d. Gizi buruk < - 3,0 SD. (standar deviasi)
Sumber : Widya Karya National Pangan dan Gizi, 2000.
11
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.
a. Faktor Langsung
1). Kecukupan Komsumsi Makanan.
Status gizi masyarakat ditentukan oleh kecukupan makanan dan
kemampuan tubuh yang mengandung zat gizi untuk kesehatan. Jika
kecukupan konsumsi makanan kurang akan mempermudah
timbulnya penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
mengakibatkan status gizi menurun.
2). Keadaan Kesehatan.
Kurang gizi adalah faktor prakondisi yang memudahkan anak
mendapat kesehatan yang kurang baik atau akan mempermudah
timbulnhya penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh
mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap
penyakit infeksi.
b. Faktor Tidak Langsung.
1). Ketahanan Makanan Keluarga
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang
anak dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena
makanan pada bayi dibutuhkan juga untuk pertumbuhan dimana
dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.
12
2). Asuhan Ibu Bagi Anak.
Dalam tumbuh kembang anak, tidak sedikit peranan ibu dalam
ekologi anak.
3). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan.
Perawatan kesehatan yang teratur tidak saja pada anak sakit,
tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin
setiap bulan dapat mengetahui status gizi anak tersebut.
4). Pendidikan.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang paling
penting dalam tumbuh kembang anak.
5). Keberadaan dan Kontrol Keluarga.
Keberadaan keluarga yang harmonis akan mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
6). Politik.
Kehidupan politik dalam masyarakat akan mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
7). Faktor Ekonomi.
Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi
kedua yang berperan langsung terhadap status gizi (Soetjiningsih,
1995).
13
B. Konsep ASI Eksklusif dan Non Eksklusif
1. Air Susu Ibu (ASI).
a. Pengertian ASI
Air susu ibu merupakan makanan ideal pada bayi terutama pada bulan-
bulan pertama karena mengandung zat gizi untuk pertumbuhan (Muchtadi,
1994).
Menurut Riadi dan Arjatmo, 1992. ASI merupakan makanan yang
alami, yang ideal untuk bayi yang mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk membangun dan menyediakan energi bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
b. Keuntungan menyusui bayi
Menyusui bayi mempunyai banyak keuntungan antara lain murah
harganya, tersedia pada suhu yang ideal, tidak perlu dipanaskan terlebih
dahulu, mudah dicerna dan diserap, segar, bersih dan bebas dari
pencernaan makanan, anti infeksi dan anti alergi, memperkuat ikatan batin
antara ibu dan bayi (Handayani, 1994).
c. Pemberian ASI ditinjau dari beberapa aspek.
1). Aspek Biologis
Makanan termasuk jenis mamalia dan secara alamiah seorang ibu
yang baru melahirkan akan menghasilkan ASI. ASI dapat keluar atau
melalui isapan bayi dan tergantung pada keadan emosi ibu. Kolostrum
14
merupakan salah satu kandungan ASI yang sangat penting yang keluar
hari pertama hingga hari ketiga.
2). Aspek Psikologis
Menyusui merupakan proses interaksi antar ibu dan bayi yang
sangat mempengaruhi, hubungan ini paling mudah tercipta selama 12
jam dan mulai terjalin beberapa menit setelah bayi dilahirkan, oleh
karena itu sangat dianjurkan agar bayi disusui sedini mungkin setelah
bayi dilahirkan.
3). Aspek Sosial Budaya
Dipedesaan terlihat bayi disusui ibunya setiap hari, bahkan gadis-
gadis, sebelum menikah dan melahirkan akan dapat mengamati dan
mempelajari cara-cara menyusui. Dukungan masyarakat sangat
membantu mensukseskan pemberian ASI sesudah melahirkan.
4). Aspek Ekonomis
Di Negara berkembang masalah sanitasi dan kebersihan belum
begitu baik, misalnya terjadi kematian yang tinggi ada hubungannya
dengan penggunaan susu botol, meninggalkan ASI beralih pada susu
botol, hal ini sangat merugikan dari segi ekonomi (Aritonang, 1996).
15
2. Asi Eksklusif.
a. Pengertian ASI Eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti : susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih
dan tanpa makanan tambahan padat seperti : pisang, pepaya, bubur, susu,
biskuit, bubur asi dan tim (Roesli, 2000).
ASI eksklusif merupakan cara menyusui bayi segera setelah lahir dan
hanya diberikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan tanpa diberikan
makanan lain.
b. Manfaat ASI Eksklusif.
ASI eksklusif yang telah direkomendasikan oleh WHO pada tahun
2002 agar ASI diberikan selama 6 bulan pertama menurut penelitian,
memberikan manfaat bagi bayi, ibu, keluarga dan Negara.
1). Manfaat bagi bayi.
a) Komposisi sesuai dengan kebutuhan.
Air susu setiap spesies mahluk hidup yang menyusui itu
berbeda sesuai dengan laku pertumbuhan dan kebiasaan menyusui
anaknya. Jadi ASI dirancang sedemikian rupa untuk bayi manusia.
b). Kalori ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan.
Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup
sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi normal sampai
usia enam bulan.
16
c). ASI mengandung zat pelindung.
Anti body (zat kekebalan tubuh) yang terkandung dalam ASI
akan memberikan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Anti
bodi dalam ASI ini belum bisa ditiru pada formula.
d). Perkembangan psikomotor lebih cepat.
Berdasarkan penelitian, bayi yang mendapat ASI bisa berjalan
dua bulan lebih cepat bila dibandingkan dengan bayi diberi susu
formula.
e). Menunjang perkembangan kognitif.
Daya ingat dan kemampuan bahasa bayi yang mendapat ASI
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
f). Menunjang perkembangan penglihatan.
Hal ini antara lain ASI mengandung asam lema omega 3.
g). Memperkuat ikatan ibu dan anak.
Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam
dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan
mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya
selama dalam kandungan.
h). Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
Melalui proses menyusui, anak akan belajar dan memberi kasih
sayang pada orang-orang sekitarnya.
17
i). Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.
Terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya
selama proses menyusui akan menigkatkan kelekatan diantara
mereka. Rasa hangat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu
ada apa bila dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi
percaya pada diri sendiri.
2). Manfaat Bagi Ibu.
a). Mencegah perdarahan.
Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula, ini merupakan hormon
progesterone yang merangsang kontraksi otot-otot disaluran ASI
sehingga ASI terperah keluar juga akan merangsang kontraksi
rahim.
b). Mencegah anemia defisiensi zat besi.
Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti
lebih cepat, maka resiko kekurangan darah yang menyebabkan
anemia pada ibu akan berkurang.
c). Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil.
Dengan menyusui cadangan lemak dalam tubuh ibu yang
memang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan untuk
digunakan sebagai energi pembentukkan ASI akan menyusut.
Penurunan berat badan ibupun akan terjadi lebih cepat.
18
d). Menunda kesuburan.
Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah
kehamilan. Namun ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu : bayi
belum diberi makanan lain, bayi belum berusia enam bulan dan ibu
belum haid.
e). Menimbulkan perasaan dibutuhkan.
Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuai
dengan kemampuan dirinya demi kebaikkan bayinya akan
memperkuat hubungan batin ibu dan bayinya.
f). Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
Penelitian membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI
secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan
kanker ovarium 25% lebih kecil bila dibandingkan ibu yang tidak
menyusui secara eksklusif.
3). Manfaat bagi keluarga.
a). Mudah pemberian.
ASI selalu tersedia dalam suhu yang sesuai dan dapat diberikan
kapan saja bayi merasa lapar.
b). Mengurangi biaya rumah tangga.
ASI tidak perlu dibeli seperti halnya susu formula. Uang untuk
membeli susu dapat dialihkan untuk membiayai kebutuhan rumah
tangga lainnya.
19
4). Manfaat Bagi Negara.
a). Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
Angka kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan
berkurang. Selain itu dengan tertundanya masa subur ibu,
penggunaan obat-obatan atau alat KB dapat dihemat untuk
beberapa bulan.
b). Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui.
Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk
membeli suu botol, botol, dot dan bahan bakar minyak atau gas
yang diperlukan dalam persiapan air panas untuk membuat susu
formula.
c). Mengurangi polusi.
Pemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya tumpukan
kaleng/kardus dan pencemaran udara.
d). Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Anak yang jarang sakit dan tumbuh kembang dengan optimal akan
tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
berperan sebagai SDM yang berkualitas (Dewi Handayani, 2005).
3. Pemberian ASI Eksklusif.
Pemberian ASI sebaiknya dimulai secepat mungkin bila keadaan ibu
dan bayi memungkinkan.
20
Pemberian ASI meliputi frekwensi dan lamanya pemberian.
1). Frekwensi menyusui
a). Frekwensi menyusui dengan pembatasan ( Taken Breast Feeding).
Pembatasan dilakukan mengenai frekwensi, jarak menyusui.
Jadwal waktu yang ketat dan lama menyusui kira-kira 10-15 menit.
Cara ini dapat mendidik bayi untuk membiasakan disiplin dan
memberi kemudahan bagi petugas kesehatan di rumah sakit atau
dirumah bersalin dalam mengelola pasangan bayi dan ibu
menyusui, namun sekarang cara ini dianggap mengurangi
kemampuan menyusui pada ibu oleh karena itu tidak dianjurkan
lagi.
b). Frekwensi menyusui dengan gaya bebas ( On demand).
Cara ini bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau
haus. Menyusui gaya ini dianjurkan dan biasa disebut menyusui
menurut kehendak bayi (Samsudin, 1985).
2). Lama Pemberian ASI.
Pemberian ASI tergantung kondisi dalam dua hari pertama,
produksi ASI yang belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu
lama cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI.
Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama 15-20 menit tiap
kali menyusui.
21
3. ASI Non Eksklusif.
a. Pengertian ASI non Eksklusif.
Pemberian ASI non eksklusif merupakan pemberian ASI yang
ditambah dengan pemberian makanan tambahan atau yang biasa dikenal
dengan nama MP-ASI, pemberian ASI non eksklusif diberikan karena
kurangnya pengetahuan, pemahaman tentang ASI eksklusif dan
pengaruh promosi susu formula (Roeski, 2000).
ASI non eksklusif atau PASI adalah makanan bayi yang secara
tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan
perkembangan sampai dengan umur 6 bulan (Utami Rusli, 2005).
b. Susu Formula
Pada umumnya formula bayi di buat dari susu sapi yang diubah
komposisinya hingga mendekati susunan yang terdapat pada ASI. Para
ahli gizi dan dokter anak memberi petunjuk bagaimana merubah susunan
susu sapi hingga dapat diberikan pada bayi tanpa ada efek sampingnya.
1). European Sociality for Peadiatric Gastroenterology and Nutrition
(ESPGAN) Community On Nutrition dalam publikasinya membagi
formula bayi (infant formula) dalam dua jenis, yaitu :
a). Starting Formula (formula awal).
Starting formula dalam bentuk bubuk setelah ditambah dengan
sejumlah air sesuai dengan petunjuk produsennya dan jika
pemberian sehari-harinya cukup, harus dapat memenuhi kebutuhan
22
energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 4 – 6 bulan,
dan bersama-sama dengan makanan tambahannya seperti buah,
bubur susu dan nasi tim, sampai umur 1 tahun. Formula awal
dibagi lagi dalam 2 golongan, yaitu :
i). Formula adaptasi (adaptasi berarti disesuaikan dengan
kebutuhan bagi bayi baru lahir).
Formula ini bagi bayi baru lahir sampai umur 6 bulan.
Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan
sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan.
Pada umur dibawah 3-4 bulan fungsi saluran pencernaan
dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASInya harus
mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak
mengandung mineral yang berlebihan maupun kurang.
ii). Complete Starting Formula (formula awal lengkap)
Formula yang mengandung susunan zat gizinya lengkap
dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi lahir. Berbeda
dengan formula adaptasi, formula awal lengkap ini terdapat
kadar protein yang lebih tinggi dan rasio antara fraksi-fraksi
proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam
susu ibu. Lagi pula kadar sebagian besar mineralnya tinggi
dibandingkan dengan formula adaptasi.
23
b). Follow up Formula ( formula lanjutan, mengganti formula bayi
yang sedang dipakai dengan formula yang dimaksud)
Formula ini diperuntukkan bagi bayi berumur 6 bulan keatas.
Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, hingga
tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu
lahir belum sempurna. Maka untuk itu dalam formula adaptasi zat-
zat gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah
timbulnya penyakit-penyakit gizi yang disebabkan oleh
kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat tersebut. Oleh
sebab pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai
maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Lagi
pula dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang
bertambah, maka formula bayi adaptasi tidak cukup lagi untuk
memenuhi kebutuhan bayi diatas umur 6 bulan, terkecuali jika bayi
demikian sudah mendapat makanan tambahan seperti makanan
padat yang memenuhi syarat Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Rekomendasi/syarat bagi pembuatan formula lanjutan ialah
jika diencerkan menurut pembuatnya dan diberikan dalam jumlah
yang cukup, walaupun bayi tersebut menolak makanan padat,
masih dapat menunjang pertumbuhannya.
Perbedaan diantara formula adaptasi dan formula lanjutan
terletak pada perbedaan kadar beberapa zat gizinya. Formula
24
lanjutan mengandung protein yang lebih tinggi sedangkan rasio
proteinnya tidak mengikuti rasio yang terdapat pada ASI, kadar
beberapa mineral tinggi. Pertumbuhan yang cepat memerlukan
protein ekstra sebagai zat pembangun dan juga berbagai mineral
lebih banyak, maka dibuat formula lanjutan yang dapat diberikan
pada anak dari umur diatas 6 bulan sampai 3 tahun.
c. Macam-macam Susu.
Disamping susu bayi yang dapat diberikan pada bayi sehat, produsen
bayi juga membuat formula-formula khusus untuk diberikan pada bayi
dengan kelainan metabolisme tertentu, agar supaya bayi itu dapat tetap
tumbuh normal, baik fisik maupun kejiwaannya. Susu semacam ini
dikenal sebagai formula diit. Formula ini sebaiknya diberikan kepada bayi
atas petunjuk dokter (Muchtadi, 1994).
1). Formula premature.
Untuk pertumbuhan bayi prematur yang cepat, diperlukan zat-zat
gizi yang lebih banyak, sehingga formula yang dibuat khusus bagi bayi
prematur berlainan komposisinya dibandingkan dengan formula biasa.
Formula ini khusus prematur yang pada saat ini beredar di Indonesia
adalah : Neonatal dan Enfalak.
2). Formula Rendah Laktosa
Didalam air susu terdapat gula disakarida yang disebut laktosa.
Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi
25
menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase (laktase). Dalam
keadaan tertentu aktivitas laktase menurun atau tidak ada sama sekali,
sehingga pencernaan laktosa terganggu. Laktosa yang tidak dicerna
tersebut akan masuk keusus besar dan didalam usus besar ini akan
difermentasikan oleh mikroflora usus sehingga dihasilkan asam laktat
dan beberapa macam gas. Adanya produksi gas ini akan menyebabkan
terjadinya kembung perut, mules-mules dan diare.
Jarang sekali ditemukan bayi yang tidak mempunyai ezim laktase,
yang sering dijumpai adalah keadaan rendahnya aktivitas laktase.
Untuk mengatasi keadaan ini maka dibuat susu formula dengan
kandungan laktosa yang rendah atau tidak mengandung laktosa sama
sekali. Adapun merk-merk susu formula ini yang beredar di Indonesia
adalah LLM (Low Lactose Milk) dan Almiron dengan kandungan
laktosa sekitar 1 %, serta Bebelac FL yang tidak mengandung laktosa
sama sekali (Muchtadi, 1994).
3). Formula dengan asam Lemak MCT (Medium Chain Triglicerida)
Kemampuan tubuh untuk menyerap asam lemak tergantung
dengan panjang/pendeknya rantai karbon yang membentuk asam
lemak tersebut. Asam lemak berantai pendek lebih mudah diserap oleh
usus, jika bayi menderita kesulitan dalam penyerapan lemak yang
dapat ditandai dengan gejala diare dan banyaknya lemak yang terdapat
26
dalam feses maka lemak yang diberikan harus banyak mengandung
MCT. Susu formula ini adalah Portagen.
4). Formula Protein Hidrolisat.
Pada tubuh yang terkena penyakit sehingga tidak dapat mencerna
protein yang masuk melalui makanan tidak dapat dicerna oleh usus
dan dikeluarkan lagi melalui feses. Keadaan ini harus diberikan susu
formula yang mengandung protein yang sudah mengalami hidrolisis
terlebih dahulu. Formula ini yang dapat ditemukan di Indonesia adalah
Nutramigen.
5). Formula Kacang Kedelai
kadang-kadang bayi tidak mendapatkan ASI melainkan PASI.
Pemberian PASI pada bayi biasanya akan terkena diare, batuk-batuk.
Dalam hal ini ada kemungkinan bayi tidak dapat menerima protein
susu sapi, sehingga menimbulkan alergi, susu formula dari susu sapi
tersebut dapat diganti dengan formula ini , oleh karena protein kedelai
mengandung asam-asam amino dengan pola susunan yang berlainan
dengan protein susu sapi maka formula susu kedelai dapat
menggantikan formula susu sapi. Contoh formula kedelai adalah:
Nutri-soya dan Prosobee.
6). Formula Semi Elementer.
Adakalanya terdapat gangguan yang serius pada usus bayi sebagai
akibat infeksi usus, setelah disingkirkan usus melalui pembedahan atau
27
oleh karena kelainan bawaan pada saluran pencernaan, sehingga
menyebabkan berkurangnya toleransi terhadap susu formula biasa.
Bayi yang demikian menunjukkan intoleransi terhadap laktosa, tidak
dapat menyerap dengan baik lemak yang terdapat dalam susu formula
biasa. Pemberian formula biasa akan mengakibatkan diare terus
menerus sehingga kebutuhan zat-zat gizi untuk pertumbuhan bayi
tidak dapat terpenuhi. Untuk memperbaiki keadaan itu maka bahan
makanan yang diberikan harus dapat mengurangi tekanan terhadap
saluran pencernaan. Zat-zat gizi yang diberikan pada penderita ini
harus mudah dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan yang sedang
sakit. Terdapat dua macam produk yang dipasarkan di Indonesia yaitu:
Pregestimil dan Pepti Junior (Muchtadi, 1994).
d. Perhitungan pemberian susu
Perhitungan susu didasarkan pada kebutuhan makanan bayi. Anak
yang tumbuh secara kontinu memerlukan jumlah nutrisi yang meningkat.
Untuk mempertahankan perkembangan yang normal makanan harus
disuplai untuk memenuhi hal yang berikut :
1) Kebutuhan basal
2). Pertumbuhan
3). Kehilangan dalam eliminasi
4). Aktivitas otot
28
Tabel 2.1 memperlihatkan masukan energi harian, didasarkan
potensial, dari bayi dengan berat badan tertentu. Dengan menggunakan
table ini, dalam hubungannya dengan berapa banyak energi yang diberikan
sejumlah tertentu susu, maka ada kemungkinan untuk menghitung
makanan total harian untuk bayi tertentu. Jumlah ini kemudian dibagi
dengan jumlah makanan yang harus diterima bayi untuk mencapai jumlah
setiap pemberian makanan.
Tabel 2.1 Masukan energi harian yang dianjurkan (1 kal=0.004 MJ)
Umur (bulan) Kal/kg berat badan MJ/kg berat badanLahir – 3 bulan
3 – 6 bulan
6 – 9 bulan
9 – 12 bulan
120
115
110
105
0.48
0.46
0.44
0.42 Sumber : Sacharin (1993)
Kebutuhan makanan bayi tidak saja didasarkan pada kebutuhan kalori
tetapi juga pada umur bayi dan masukan yang adekuat. Faktor penting lain
yang perlu dipertimbangkan adalah kebutuhan cairan. Hal ini ditaksirkan
sebesar 165 ml per kg/hari untuk seorang bayi normal yang sehat. Untuk
bayi yang baru lahir, kebutuhan cairan agak kurang sedikit, tetapi
kebutuhan cairan harus dipuaskan dan ini merupakan prioritas dilakukan
dengan kebutuhan nutrisi pada beberapa hari pertama.
e. Penyiapan Pemberian Susu Formula
29
Baik alternatif pertama maupun kedua, memiliki satu syarat mutlak
susu harus bersih dan steril agar bebas dari kuman penyakit. Jika tidak,
bayi malah terserang sakit perut dan diare. Karena itu, pastikan kebersihan
dan sterilitas susu bayi, botol susu, sampai dot susu.
1). Langkah-langkah menyiapkan susu bersih dan steril
a) Sediakan peralatan penyimpan susu yang layak, seperti:
i). Botol susu
Idealnya menyediakan 8 botol ukuran penuh (250 ml/8 oz) jika
bayi mendapat susu botol secara penuh (tidak disusui sama
sekali).
ii). Dot
Gunakan dot dalam jumlah cukup untuk cadangan, dan
simpanlah dalam keadaan siap pakai dalam wadah steril, agar
sewaktu-waktu dapat dipakai jika diperlukan. kenali jenis-jenis
dot agar memudahkan pemilihannya dan tepat dalam
penggunaannya.
b). Cuci sampai bersih
30
Taruh semua botol susu, dot, tutup botol, ring botol, sendok yang
telah dibilas terlebih dahulu, ke dalam air panas yang telah diberi
sabun cair. Cuci dengan seksama dengan cara :
i). Taruh semua botol susu, dot, tutup botol, ring botol, sendok
yang telah dibilas terlebih dahulu, ke dalam air panas yang
telah diberi sabun cair. Cucilah dengan seksama.
ii). Sikat bagian dalam botol menggunakan sikat botol untuk
membuang sisa-sisa susu yang tertinggal. Sikat dengan teliti
seputar leher botol pada bagian dalam dan luarnya juga.
iii).Gosokkan garam dapur pada bagian dalam dot dan gerakkan
dengan memeras dan memijit bagian ujung dot. Cara ini dapat
menghilangkan sisa-sisa susu yang tertinggal.
iv). Bilaslah semua botol susu, dot, dan peralatan lainnya dengan
seksama di bawah air yang mengalir. Gunakan peniti untuk
membersihkan lubang dot yang tersumbat.
c). Sterilkan agar terbebas dari kuman penyakit
31
Isilah sebuah ember bersih dengan air dingin dan tambahkan
tablet atau cairan untuk mensterilkan. Setelah tablet larut di dalam
air, masukkan seluruh peralatan ke dalam ember, celupkan botol-
botol hingga terisi penuh oleh air agar tidak naik dan mengapung
ke atas. Aduk-aduklah seluruh peralatan hingga sama sekali tidak
terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara. Diamkan selama
waktu minimum yang diperlukan, kemudian ambillah peralatan-
peralatan yang dibutuhkan dan bilaslah dengan air panas. Lalu
keringkan di atas kertas tisu dapur. Selain menggunakan tablet
pensteril, bisa pula mensterilkan dengan cara:
i). Merebus.
Cucilah seluruh peralatan hingga bersih, lalu rebus selama 25
menit. Semua peralatan harus benar-benar terendam
seluruhnya.
ii). Menggunakan alat steril listrik uap panas.
Cara cepat untuk mensterilkan dan terjamin higienis, namun
hanya dapat memuat beberapa botol dan dot susu saja. Namun
masih harus mencuci semua botol dan dot hingga bersih
terlebih dahulu
f. Cara penyiapan susu formula
32
Beberapa cara yang perlu diketahui dalam menyiapkan susu formula
untuk bayi terutama untuk pertama kalinya mempunyai bayi :
1). Awali dengan mencuci tangan sebelum membuat susu untuk bayi
2). Kemudian masukkan air hangat ke dalam botol susu. Jangan gunakan
air mendidih atau air dingin.
3). Masukkan susu ke dalam botol yang telah berisi air hangat sesuai
takaran yang dianjurkan pada petunjuk pemakaian.
4). Pasang cincin dan tutup botol, dan putar erat-erat hingga tertutup rapat.
Buka tutup botol lalu pasang dot susu. Jangan sentuh ujung dot dengan
jari. Lalu pasang cincin botol dan putar hingga rapat. Periksa suhu
susu dengan meneteskannya di punggung tangan. Susu harus hangat,
bukan panas.
5). Buatlah susu untuk satu kali pemakaian saja. Bila masih tersisa, boleh
disimpan di suhu kamar/lemari es, sebaiknya tidak lebih dari 1 jam.
Tabel 2.2. Pemberian susu menurut usia
33
Usia Jumlah Sendok Jumlah Air Hangat Frekuensi0 - 7 hari 2 60 ml 8 kali7 - 14 hari 3 90 ml 7 kali
1/2 - 1 bulan 4 120 ml 6 kali1 - 2 bulan 5 150 ml 6 kali2 - 3 bulan 6 180 ml 5 kali
3 bulan 7 210 ml 5 kali
Sumber : Buklet Prenagen “tips menyiapkan susu sehat dan bersih
untuk si kecil
Ukuran sendok takar: 4,4 g ; 1 liter = 135 g susu bubuk + 900 ml air
Gunakan hanya sendok takar yang disertakan dalam kemasan.
Jika susu bubuk yang dicampurkan lebih banyak atau lebih sedikit
yang dianjurkan, bisa terjadi dehidrasi atau menyebabkan bayi kurang
gizi. Jangan mengubah komposisi air dan susu bubuk yang diberikan
tanpa konsultasi dahulu pada dokter. Siapkan hanya satu botol susu
setiap kalinya. Ikuti instruksi penyajian setepat mungkin.
g. Mempersiapkan Susu Botol
34
Hal-hal yang harus diperhatikan saat memberikan susu botol pada bayi :
1). Keluarkan botol susu dari dalam lemari pendingin dan balikkan posisi
dot ke arah atas. Cairkan susu dengan merendamnya di dalam air
panas. Jangan gunakan oven microwave untuk keperluan ini, karena
susu dapat menjadi terlalu panas walaupun botol susu masih tetap
terasa dingin di luar.
2). Periksa aliran susu yang keluar: harus 2-3 tetes per detik. Lubang dot
yang terlalu kecil akan menyulitkan bayi menghisap, sementara jika
terlalu besar dapat menyebabkan bayi tersedak. Apabila dot sudah
tidak baik, gantilah dengan dot steril lainnya dan periksalah aliran
susunya terlebih dahulu.
3). Periksalah temperatur/suhu air susu dengan meneteskan beberapa tetes
susu pada pergelangan tangan susu harus terasa hangat suam-suam
kuku.
4). Putarlah ring botol sedemikian rupa agar udara dapat masuk ke dalam
botol, agar memudahkan bayi menghisap susu dengan lancar.
h. Perbedaan ASI dan Susu Formula
35
Berikut perbedaaan keunggulan ASI dibandingkan susu formula.
1). Sumber Gizi Sempurna
ASI : Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Antara lain faktor
pembentuk sel-sel otak, terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga
mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih
banyak dari pada casein (protein utama dari susu yang berbentuk
gumpalan) dengan perbandingan 65:3, komposisi ini menyebabkan
protein ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.
Susu Formula : Tidak seluruh zat gizi yang tergandung di dalamnya
dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya : protein susu sapi tidak
mudah diserap karena mengandung lebih banyak casein. Perbandingan
whey : casein susu sapi adalah 20:80.
2). Mudah Dicerna.
ASI : Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia
kurang lebih lima bulan.ASI mudah dicerna bayi karena mengandung
enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan, antara lain
lipase (untukmenguraikan lemak), amylase (untuk menguraikan
karbohidrat) dan protease (untuk menguraikan lemak). Sisa
36
metabolisme yang akan disekresikan (dikeluarkan) melalui ginjal pun
hanya sedikit, sehingga kerja ginjal bayi menjadi lebih ringan,
metabolisme ini penting karena merupakan proses pembakaran zat-zat
didalam tubuh menjadi energi, sel-sel baru dan lain-lain.
Susu Formula : Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim
pemcernaan serangkaian proses di pabrik mengakibatkan enzin-enzim
pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan
yang dihasilkan dari proses metabolisme, yang membuat ginjal harus
bekerja keras.
3). Komposisi sesuai Dengan Kebutuhan
ASI : Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui biasanya
berubah dari hari ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam
rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi. Misalnya
kolostrum (cairan bening berwarna kekuningan yang biasanya keluar
pada awal kelahiran sampai kira-kira seminggu sesudahnya) terbukti
mempunyai kadar protein yang sangat tinggi, serta kadar lemak dan
laktosa (gula susu) yang lebih rendah dibandingkan ASI mature (ASI
yang keluar hari ke-10 setelah melahirkan). Kandungan kolostrum
yang seperti ini akan membantu sistem pencernaan bayi baru lahir
yang memang belum berfungsi optimal.
37
Selain itu, komposisi ASI pada saat menyusui (fore milk)
berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui (hind milk).
Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi,
tetapi kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan hind milk
(berwarna putih dan kental). Walau tampak sehat, pertambahan berat
badan bayi yang hanya mendapat fore milk kurang baik. Hingga
dianjurkan untuk tidak terlalu cepat memindahkan bayi untuk
menyusui pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang
sedang diisap belum habis. ASI ibu yang melahirkan bayi prematur
juga sesuai dengan kebutuhan bayi, dengan protein lebih tinggi dan
lebih mudah diserap.
Susu Formula : Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali
minum (sesuai aturan minum).
4). Mengandung Zat Pelindung
ASI : Mengandung banyak zat pelindung, antara lain immunoglobulin
dan sel-sel darah putih hidup, yang perlu untuk membantu kekebalan
tubuh bayi. Selain itu, ASI mengandung zat yang tidak terdapat dalam
susu sapi dan tidak dapat dibuat duplikasi atau tiruannya dalam susu
formula, yaitu faktor bifidus zat ini penting untuk merangsang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus yang membantu melindungi
38
usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi
beberapa jenis bakteri merugikan seperti keluarga coli.
Susu Formula : Hanya sedikit mengandung immunoglobulin dan
sebagian besar merupakan jenis yang tidak dibutuhkan tubuh bayi,
selain itu mengandung el-sel darah putih dan sel-sel lain dalam
keadaan hidup.
5). Cita Rasa Bervariasi
ASI : Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat
yang terkandung didalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu
Susu Formula : Bercita rasa sama dari waktu ke waktu.
Sumber : Dewi Handayani RSUPN Cipto Mangunkusumo, 2005.
C. Kerangka Teori
Setelah memperhatikan seluruh teori, maka disusun kerangka teori sebagai
berikut :
39
Gambar 2.1 :Kerangka konsep
STATUS GIZI
(Soetjiningsih, 1993).
E. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat dirumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Ketahanan makanan keluarga
Asuhan bagi Ibu
danAnak
Pemanfaatan YanKes dan
Sanitasi lingkungan
Pendidikan Keluarga
Kecukupan Makanan (ASI Eksklusif) Keadaan Kesehatan
Struktur Ekonomi
Politik dan Ideologi
Potensi Sumber Daya Manusia
Politik dan Idiologi
Keberadaan dan Kontrol Sumber Daya Keluarga: Manusia, Ekonomi dan Organisasi
40
Variabel Variabel Independent Dependent ( variabel bebas) ( variabel terikat)
Kelompok Bayi yang diberikasi ASI
Ekskklusif
Kelompok bayi yang diberi ASI Non Eksklusif
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan status gizi pada bayi
yang diberikan ASI eksklusif dan non eksklusif.
G. Variabel Penelitian
1. Variabel independent (bebas) : Pemberian ASI eksklusif and non eksklusif
2. Variabel dependent (terikat) : Status gizi.
Definisi Operasional
1. ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia 0 - 6 bulan tanpa
penambahan makanan atau minuman lainnya.
Alat ukur : lembar wawancara terpimpin
Dengan skala Nominal.
2. ASI non eksklusif
41
Status gizi
ASI eksklusif adalah Pemberian ASI yang ditambah dengan pemberian
makanan tambahan yang biasa disebut dengan MP-ASI.
Alat ukur : Lembar wawancara terpimpin.
Dengan skala Nominal.
3. Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan konsumsi makanan dan
dipengaruhi kesehatan tubuh yang diukur dengan metode antropometri
berdasarkan indeks B/U.
Alat ukur Dengan perhitungan Z skor.
Dengan skala interval.
42