bab ii tinjauan pustaka pengertian tyhpoid feverrepository.ump.ac.id/8312/3/tanjung mandiri bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tyhpoid Fever
Demam typhoid fever disebarkan melalui jalur oral dan hanya menginfeksi pada
manusia yang mengkomsumsi makanan yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella
typhi. Ada dua sumber penuaran Salmonella typhi, yaitu penderita demam typhoid dan
karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam typhoid dan
karier. Seseorang karier adalah orang yang pernah terkena typoid dan terus membawa
penyakit untuk beberpa waktu atau selamanya (Nadiyah, 2014).
Pathogenesis demam typhoid fever secara garis besar terdiri 3 proses, yakni (1)
proses invasi bakteri Salmonella typhi ke dinding sel epitel usus, (2) proses kemampuan
hidup dalam makrofaq dan (3) proses berkembang biaknya kuman dalam makrofaq.
Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan
dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Setelah bakteri sampai di lambung
maka akan timbul usaha pertahanan non-spesifik yang bersifat kimia dengan adanya
suasana asam di lambung dan enzim yang dihasilkannya Widoyono, 2011.
Typhoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh
bakteri salmonella typhi atau almonella paratyphi A, B, dan C . penularan demam typoid
melalui focal dan oral yang masuk kedalam tubuh manunisa melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi Wandoyo, 2011.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
7
Berdasarakan teori tentang pengertian thypoid fever, maka dapat disimpulkan
bahwa typhoid fever adalah suatu penyakit yang dapat menyebabkan demam.
B. Etiologi
Thypoid fever disebabkan oleh bakteri salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi Ada B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram
negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen
Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid Aru W. Sudoyo,
2009.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
8
C. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan
antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah
besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus
halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel
khusus yang melapisi Peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe
usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati
sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi
mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar
limfe mesenterika, hati dan limfe (Yasmara, 2016).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella
typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi
sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat
yang disukai oleh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung
empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik
secara langsung dari darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di
empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
9
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati,
limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi
sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis
sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan
pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologik. (Soedarmo, dkk., 2012).
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dimiliki pasien typhoid fever adalah:
1. Anoreksia;
2. Rasa malas;
3. Sakit kepala bagian depan;
4. Nyeri otot;
5. Lidah kotor;
6. Gangguan perut kembung dan sakit.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
10
E. Pathway
Sumber:
Factor presdisposisi
lingkungan
Salmonella tyhpoid
Sistem pencernaan
Invasi ke usus halus
inflamasi Endoktosin Mual mual perut
kembung
Pelepasan pirogen Anoreksia
hiotalamus
Peningkatan suhu
tubuh
hipertermi
Keteidaksamaan intek
tubuh
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
tubuh
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
11
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan leukosit
Pemeriksaan penunjang pada pasien demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:
a. Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
12
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
4. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum
klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman);
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman);
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
13
c. Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan
a. Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
c. Diet. Dilakukan diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein. Pada penderita
yang akut dapat diberi bubur saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar
selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas
dari demam selama 7 hari.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
2. Medis
a. Klorampenikol
b. Tiampenikol
c. Kotrimoxazol
d. Amoxilin dan ampicillin
H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID FEVER
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga
dapat di tegakan prioritas masalah yang mungkin muncul.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan di rawat dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehata keluarga
Apakah ada di dalam keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
d. B1 (Breathing) :
Biasanya tidak ada masalah, tetapi pada kasus biasa didapatkan komplikasi yaitu
pneumonia.
e. B2 (Blood)
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
TD turun, diafrosis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat, akral dingin,
penurunan curah jantung dengan adanya bradikardi, kadang terjadi anemia,
leukopeni pada minggu, awal, nyeri dada, dan kelemahan fisiik.
f. B3 (Brain)
Pada pasien typhoid biasanya terjadi delirium dan diikuti penurunan kesadaran
dari compomentis apatis, somnolen hingga koma pada pemeriksaan GCS.
g. B4 (Bladder)
Pola kondisi berat akan terjadi penurunan output respon dari curah jantung.
h. B5 (Bowel)
L: lidah kotor, terdapat selaput putih, lidah hiperemis, stomatitis, muntah,
kembung, adanya distensi abdomen dan nyeri abdomen diare atau konstipasi
Au: penurunan bising usus kurang dari 5X/menit pada hari minggu pertama dan
selanjutnya meningkat adanya diare.
Per: didapatkan suara abdomen didapatkan suara kembung.
Pal : adanya hepatomegali, splenomegali mengidentifikasi adnya infeksi pada
minggu ke 2. Adanya nyeri tekan di abdomen.
i. B6 (Bone)
Adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise. Kelemahan umum.
Integumen timbulnya rosella (emoli dari kuman yang di dalamnya mengandung
bakteri salmonella, yang timbul di perut, dada dan di bagian pantat), turgor kulit
menurun, kulit tering Muttaqin, 2011.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
I. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
J. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperwatan 1: Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella
thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi:
a. Observasi suhu tubuh klien. Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
b. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal
bila terjadi panas. Rasional: melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
c. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat
seperti katun. Rasional: menjaga kebersihan badan
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik. Rasional:
menurunkan panas dengan obat.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
2. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko tinggi pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji pola nutrisi klien. Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan,
keteraturan waktu makan.
b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai. Rasional : meningkatkan status
makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai.
c. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut. Rasional :
penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
d. Timbang berat badan tiap hari. Rasional : mengetahui adanya penurunan atau
kenaikan berat badan.
e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering. Rasional : mengurangi kerja usus,
menghindari kebosanan makan.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet. Rasional : mengetahui
makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
K. Penerapan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Demam pada Pasien Typhoid
Fever
1. Pengertian Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus Dinarello &
Gelfand, 2005. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
dapat dikatakan demam adalah axillary temperature ≥37,2°C Kaneshiro & Zieve,
2010.
2. Patofisiologi Demam
Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh. Zat pirogen
sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan endogen. Pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh seperti mikroorganisme dan toksin.
Sedangkan pirogen endogen merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
meliputi interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa
(TNF-A). Sumber utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan
neutrofil Guyton, 2007. Seluruh substansi di atas menyebabkan selsel fagosit
mononuclear (monosit, makrofag jaringan atau sel kupfeer) membuat 10 sitokin yang
bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein kecil yang mirip interleukin, yang
merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. Sitokin-sitokin
tersebut dihasilkan secara sistemik ataupun local dan berhasil memasuki sirkulasi.
Interleukin-1, interleukin-6, tumor nekrosis factor α dan interferon α, interferon β
serta interferon γ merupakan sitokin yang berperan terhadap proses terjadinya
demam. Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf Pusat
(SSP) dan kemudian bekerja pada daerah preoptik hipotalamus anterior. Sitokin akan
memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane fosfolipid dengan bantuan enzim
fosfolipase A2. Asam arakidonat selanjutnya diubah menjadi prostaglandin karena
peran dari enzim siklooksigenase (COX, atau disebut juga PGH sintase) dan
menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus (Gabrie,
2009).
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
3. Pengertian Kompres Hangat
Tindakan yang di lakukan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme
otot, dan memberikan rasa hangat.
4. Alasan Menggunakan Kompres Hangat Terhadap Demam pada Pasien Thypoid Fever
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo, tentang jumlah pasien demam tifoid yang dirawat di Ruang G1 (anak) Lt.
2 pada tahun 2011 yakni sebanyak 299 orang, dengan persentase sekitar 14,1% dari
total keseluruhan pasien yang dirawat di Ruang G1 (anak) Lt. 2. Menurunkan atau
tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres. Selama ini kompres dingin
atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam. Namun
kompres mengunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam
tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan
kebiruan, oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan. Hal ini
dilakukan juga karena tindakan kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan kompres hangat juga
memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu tergantung pada obat antipiretik.
Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi
sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Untuk dapat
mengangkat intervensi ini ke permukaan maka perlu adanya upaya untuk
membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya pada
pasien anak penderita demam tifoid. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
adanya upaya untuk membuktikan Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Demam Pada Pasien Thypoid fever.
PENERAPAN TERAPI KOMPRES..., Tanjung Mandiri, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018