bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id ii.pdf · 4 bab ii tinjauan pustaka sesuai dengan...

24
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang definisi stres kerja, faktor-faktor stres, dan sebagainya. 2.1 Umum Dalam dunia konstruksi tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap industri konstruksi dapat diukur dengan produktivitas. Menurut Herjanto (2007), produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, produktivitas bahan mentah, dan lain-lain. Fokus utama produktivitas dalam industri konstruksi adalah produktivitas pekerja (labor productivity), karena pekerja (labor) adalah sumber daya yang memberikan pengaruh terbesar pada manajemen. Produktivitas yang rendah sudah lama menjadi pokok pembahasan para ahli dalam industri konstruksi. Beberapa metode peningkatan produktivitas telah berhasil diterapkan pada industri-industri lain, seperti industri manufaktur, namun tidak dapat diterapkan pada industri konstruksi karena karakteristik industri konstruksi yang unik (Oglesby dkk,1989)

Upload: dinhnhi

Post on 08-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang

definisi stres kerja, faktor-faktor stres, dan sebagainya.

2.1 Umum

Dalam dunia konstruksi tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap

industri konstruksi dapat diukur dengan produktivitas. Menurut Herjanto (2007),

produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya

sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.

Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau

UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi

perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran

produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang

digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh,

produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi,

produktivitas bahan mentah, dan lain-lain.

Fokus utama produktivitas dalam industri konstruksi adalah produktivitas

pekerja (labor productivity), karena pekerja (labor) adalah sumber daya yang

memberikan pengaruh terbesar pada manajemen. Produktivitas yang rendah sudah

lama menjadi pokok pembahasan para ahli dalam industri konstruksi. Beberapa

metode peningkatan produktivitas telah berhasil diterapkan pada industri-industri

lain, seperti industri manufaktur, namun tidak dapat diterapkan pada industri

konstruksi karena karakteristik industri konstruksi yang unik (Oglesby dkk,1989)

5

2.2 Proyek Konstruksi

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai proyek konstruksi dalam

hubungannya dengan produktivitas.

2.2.1 Pengertian Proyek Konstruksi

Menurut Soeharto (1997) proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/

konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Rangkaian kegiatan

dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari

adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap kemungkinan

terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan desain

awal (preliminary design), desain rinci (detail design), pengadaan (procurement)

sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah disediakan (konstruksi) dan

pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan

penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.

Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya

pembangunan suatu bangunan insfrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan

pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Meskipun tidak

jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, mesin, elektro, geoteknik,

landscape, dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut meliputi aspek

kepentingan masyarakat yang sangat luas berupa perumahan untuk tempat tinggal,

apartemen, gedung perkantoran berlantai banyak, pabrik, bangunan industri,

jembatan, jalan raya termasuk jalan layang, jalan kereta api, pembangkit listrik

tenaga nuklir, bangunan dan terowongan PLTA, saluran perairan, sistem sanitasi

dan drainase, bandar udara dan hangar pesawat terbang, pelabuhan laut dan

bangunan lepas pantai, jaringan kelistrikan dan telekomunikasi, kilang minyak

dan bangunan plambing, dan lain sebagainya sehingga semua macam bangunan

tersebut biasanya dikelompokkan menjadi empat golongan besar, yaitu : bangunan

pemukiman dan perumahan; bangunan gedung bertingkat; bangunan berat,

mislanya bendung PLTA, pelabuhan, bandar udara dan sebagainya; dan bangunan

industri.

6

Jadi proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan dimana

kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu

dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan

dengan jelas.

ciri-ciri pokok proyek adalah sebagai berikut :

1. Bertujuan menghasilkan lingkup tertentu berupa produk akhir dan hasil kerja

akhir.

2. Dalam proses mewujudkan lingkup diatas, ditentukan jumlah biaya; jadwal;

serta kriteria mutu.

3. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik

awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

4. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu ditetapkan beberapa

parameter yang sangat penting dalam penyelenggaraan suatu proyek. Parameter

tersebut adalah meliputi biaya yang dianggarkan, mutu yang harus dihasilkan dan

waktu yang ditetapkan untuk penyelesaian proyek tersebut. Ketiga parameter ini

disebut Tiga Kendala (Triple Constraint). Ketiga parameter yang dimaksud

anatara lain :

a. Biaya

Suatu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak lebih dari yang

dianggarkan. Untuk proyek yang melibatkan dan dalam jumlah yang besar dan

jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya untuk total proyek tapi

dipecah menjadi komponen-komponennya, atau per periode tertentu yang

jumlahnya disesuaikan dengan keperluan, dengan demikian penyelesaian

bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggran per periode.

b. Mutu

Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan

kriteria yang dipersyaratkan.

c. Waktu

Kegiatan proyek harus dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

7

2.2.2 Tenaga Kerja Dalam Proyek Konstruksi

Soeharto (1997) menyatakan bahwa salah satu sumber daya yang menjadi

penentu keberhasilan suatu proyek konstruksi adalah tenaga kerja. Mengingat

bahwa pada umumnya proyek konstruksi berlangsung dalam kondisi yang

berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya dilengkapi

dengan analisis produktivitas dan indikasi variabel yang mempengaruhi. Variabel

atau faktor ini misalnya disebabkan oleh faktor geografis, iklim, ketrampilan,

pengalaman ataupun peraturan-peraturan yang berlaku.

Lebih lanjut Ervianto (2005) menyatakan bahwa pekerja adalah salah satu

sumber daya yang digunakan selama proses konstruksi yang tidak mudah

dikelola.upah yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada kecakapan

masing-masing pekerja karena tidak ada satupun pekerja yang sama

karakteristiknya. Biaya untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metoda

kontruksi yang digunakan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian

waktu konstruksi dan pemilihan metoda konstruksi yang akan digunakan adalah

Kepala Proyek.

2.2.3 Produktivitas Pada Industri Konstruksi

Tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap industri dapat diukur

dengan produktivitas. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan

antara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya.

Misalnya saja produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai

suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output input .

Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur

dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai

tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa.

Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan

tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif

untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya

kualitas yang tinggi. Produktivitas adalah interaksi terpadu antara tiga faktor yang

mendasar, yaitu investasi, manajemen, dan tenga kerja” (Muchdarsyah, 2000).

8

Permasalahan produktivitas juga berkaitan dengan seberapa besar pekerjaan

itu digolongkan dalam kelompok kerja yang efektif. Efektif biasanya digunakan

sebagai perbandingan/tingkatan dimana sasaran yang dikemukakan dapat

dianggap tercapai. Sedangkan pengertian efektivitas adalah suatu perbandingan

antara evaluasi pekerjan dari satu unit output dengan evaluasi satu unit input

(masukan) sehingga dapat diperoleh besarntya efektivitas dari suatu jenis

pekerjaan yang ditinjau (Muchdarsyah, 2000)

Manajemen memang selalu diarahkan sebagai upaya meminimalisir baik

dalam hal biaya (pendanaan), fasilitas, ataupun sumber daya manusianya, namun

tetap ditempatkan dalam porsi yang tepat sehingga tujuan usaha tercapai. Prinsip

manajemen pada umumnya adalah peningkatan efisiensi dengan mengurangi

pemborosan (wastage). Sumber-sumber yang ada digunakan secara maksimal,

termasuk modal, bahan-bahan mentah dan setengah jadi, dan tenaga kerja sendiri.

Ketidak efisiensian terjadi karena manajemen yang kurang baik atau kurangnya

pengawasan dari manajer. Ketidak efisiensian itu dapat diketahui melalui analisa

dari hasil pengamatan terhadap aktivitas tiap pekerjaan dalam jangka waktu

tertentu.

Menurut Muchdarsyah (2000) produktivitas adalah interaksi antar tiga

faktor yang mendasar, yaitu: Investasi, Manajemen dan Tenaga kerja.

1. Investasi

Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan landasan

gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah cukup, untuk itu harus ditambahkan

dengan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa yang maju kia

harus dapat mengusai teknologi yang memberi dukungan kepada kemajuan

pembangunan nasional, ditingkat mikro tentunya teknologi yang mampu

mendukung kemajuan usaha atau perusahaan.10

2. Manajemen

Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakan orangorang

lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan baik. Hal-hal

yang kita hadapi dalam manajemen, terutama dalam organisasi modern, ialah

semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan-kemajuan

yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang

9

mempengaruhiseluruh aspek organisasi seperti proses produksi, distribusi,

pemasaran dan lain-lain. Kemajuan teknologi yang berjalan cepat harus diimbangi

dengan proses yang terus-menerus melalui pengembangan sumber daya manusia,

yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan dan

pengembangan tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga skill yang

mengusai aspek-aspek teknis dan aspek-aspek manajerial.

3. Tenaga Kerja

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor tenaga

kerja ialah :

a. Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya.

b. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan

2.3 Pengertian stress

Beberapa ahli mengemukakan definisi-definisi stress sebagai berikut.

Menurut Robins (1996), stress kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang,

baik fisik maupun mental terhadapa suatu perubahan di lingkungannya yang di

rasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Gibson dkk (1996) menyatakan bahwa, stres kerja adalah suatu tanggapan

penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu atau proses

psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar

(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan

atau fisik berlebihan kepada seseorang.

Sedangkan Davis and Newstrom (2008) menyatakan bahwa, Stres

merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir

dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu

besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut

untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya.

10

2.4 Penyebab timbulnya stress

Kondisi-kondisi yang cendrung menyebabkan steres disebut strresor, dan

ketegangan yang di sebabkan karna stress disebut strain. Penyebab stress

diakibatkan oleh beberapa hal, menurut Davis dan Newstrom (2008), ada

beberapa kondisi kerja yang biasa menyebabkan stress,yaitu:

1. Beban kerja yang berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

3. Kualitas penyedian yang buruk

4. Iklim politik yang tidak aman

5. Wewenang yang tidak memadai untuk melakukan tanggung jawab

6. Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan

7. Perubahan type, khususnya jika penting dan tidak lazim, misalnya

pemberhentian sementara.

8. Frustasi

Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stres kerja ada 4 yaitu :

1. Lingkungan fisik

Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu dan

udara terpolusi.

2. Individual

Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:

a. Konflik peran

Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima

pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang

sesuai. Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama

orang- orang yang tidak cocok.

b. Peran ganda

Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi

tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat

sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang

tentang hak, hak khusus dan kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan

suatu pekerjaan.

11

c. Beban kerja berlebih

Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki

terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat

kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak

memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.

d. Tidak adanya kontrol

Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya

pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja,

pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas

dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.

e. Tanggung jawab

Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang,

namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai

stresor.

f. Kondisi kerja.

3. Kelompok

Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara

kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa

individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan

dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan

komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau

dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan

bawahan.

4. Organisasional

Adanya desain struktur organisasi yang tidak teratur, politik yang buruk dan

tidak adanya kebijakan khusus.Penyebab stress yang secara umum dan

secara luas dikenal adalah perubahan suatu pekerjaan ,karna memerlukan

penyesuaian dari karyawan .perubahan cendrung menyebabkan stress yang

lebih berat apabila perubahan itu penting dan tidak lazim, misalnya

pemberhentian sementara atau pemindahan tugas.

12

Selanjutnya sumber stres kerja menurut Cooper dkk (2002) ada 4 yaitu:

1. Kondisi pekerjaan, yang terdiri dari:

a. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan

mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara

kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang

bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja

karyawan.

b. Overload. Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.

Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang

ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan

tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi. Overload secara

kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit sehingga

menyita kemampuan karyawan.

c. Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak

lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah

kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung

unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).

d. Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi atau

berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak

lepas pantai, tentara,dan sebagainya.

2. Konflik peran.

Stres karena ketidak jelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu yang

diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidak puasan kerja,

ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul keinginan untuk

meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja mengalami stress lebih

tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja menghadapi

konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.

3. Pengembangan karir.

Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan

atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan karir banyak sekali

yang tidak terlaksana.

13

4. Struktur organisasi .

Gambaran perusahaan yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak

jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan

tanggung jawab,aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik

perusahaan yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat

karyawan menjadi stres.

Sarafino (1994) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu ;

1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti kebisingan, temperatur atau

panas , udara yang lembab, penerangan di kantor yang kurang terang.

2. Kurangnya kontrol yang dirasakan

3. Kurangnya hubungan interpersonal

4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa

stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka

terima.

Selanjutnya Robbins (1996) mengidentifikasikan tiga perangkat faktor,

meliputi lingkungan (environmental), organisasional (organizational), dan

individual yang bertindak sebagai sumber potensial dari stres. Stres bergantung

pada perbedaan individual seperti pengalaman kerja dan kepribadian. Gejalanya

dapat muncul sebagai keluaran atau hasil fisiologis, psikologis, dan perilaku.

Penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mengakibatkan stres kerja menurut

Robbin (1996) adalah sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan (Environmental factors).

Lingkungan kerja tidak hanya memberikan pengaruh terhadap desain

struktur organisasi, namun juga pada stress yang terjadi antara pekerja dan

organisasinya. Faktor lingkungan yang berpengaruh meliputi ketidakpastian

politik (political uncertainty), situasi ekonomi yang tidak menentu, yaitu

akibat perubahan dunia bisnis yang meningkatkan kecemasan pegawai akan

kelangsungan pekerjaannya dan ketidakpastian teknologi (technological

uncertainty) yang menuntut pekerja untuk selalu memperbaharui

kemampuan mereka dalam mengoperasikan alat-alat teknologi.

2. Faktor Organisasional (Organizational factors).

14

Tekanan dan tuntutan yang dilakukan untuk menghindari error dan

menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang terbatas, pekerjaan yang

berlebihan, tuntutan yang berlebihan pada pekerjaan, pimpinan yang tidak

perhatian,dan rekan kerja yang tidak nyaman adalah beberapa contoh hal

yang mempengaruhi ada tidaknya stresor yang menyebabkan stres kerja.

Robbin juga menambahkan faktor-faktor organisasi dikategorikan sebagai

berikut :

a. Tuntutan pekerjaan (task demands).

Faktor ini berhubungan dengan pekerjaan, meliputi desain dari

pekerjaan tersebut (autonomi, variasi pekerjaan, struktur organisasi,

kepemimpinan organisasi, dan iklim organisasi).

b. Tuntutan peran (role demands). Faktor ini berhubungan dengan tekanan

yang ada pada lingkungan kerja yang dirasakan pekerja akibat dari peran

yang dimainkan dalam organisasinya. Konflik peran menyebabkan

ekspektasi yang berpotensi membuat pekerja mengalami kesulitan untuk

berbaur dengan lingkungan sosial dan merasa puas dengan

pekerjaannya. Peran yang berlebihan (role overload) juga

mempengaruhi tingkat stress kerja. Peran yang berlebihan juga yang

merupakan situasi yang dirasakan pekerja ketika mereka diminta bekerja

melebihi batas waktu yang disepakati. Faktor peran yang juga dapat

menyebabkan stres kerja adalah ambiguitas peran (role ambiguity) yaitu

ketika pekerja merasa pekerjaan tidak tergambar dan dimengerti dengan

jelas dan pekerja tidak mengetahui secara pasti apa yang dikerjakan.

c. Tuntutan interpersonal (interpersonal demand) adalah faktor yang

mempengaruhi stres yang berasal dari pekerja lain. Kurangnya

dukungan sosial dari kolega dan rendahnya hubungan interpersonal

dapat menyebabkan stres kerja, terutama pada pekerja yang

membutuhkan kebutuhan sosial yang tinggi.

d. Struktur organisasi, yaitu faktor yang menjelaskan perbedaan level pada

organisasi,derajat aturan dan regulasi dan cara keputusan akan dibuat.

Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan

keputusan dapat menyebabkan stress kerja bagi karyawan.

15

e. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada

organisasi. Beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi

yang melibatkan ketegangan,ketakutan dan kecemasan.

3. Faktor individual.

Secara umum individu bekerja dalam 40 sampai 50 jam dalam seminggu.

Pengalaman dan masalah yang dihadapi individu di luar jam kerja dapat

mempengaruhi efektivitas pekerjaan. Faktor-faktor individual, misalnya

masalah keluarga, masalah ekonomi dan keperibadian individu dapat

menjadi sumber stres kerja.

Penyebab stress menurut Manuaba (1992), menyebutkan bahwa stress

pekerja dapat disebabkan oleh.

1. Tuntutan pekerjaan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi

2. Pekerja tidak punya hak atau tidak di ikutkan dalam mengorganisis kerja

mereka

3. Dukungan rendah dari manajemen dan rekan sekerja

4. Konflik karna tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas dan

produktivitas

Sehingga faktor stres yang di dapatkan pada literatur dapat dilihat pada

tabel 2.1

Keterang pengarangan tabel 2.1 :

P1 : Davis dan Newstrom (1993)

P2 : Gibson dkk (1996)

P3 : Cooper dkk ( 2002)

P4 : Sarafino (1994)

P5 : Robbin (1998)

P6 : Manuaba (2005)

16

Tabel 2.1 Sumber Dan Faktor Stress Berdasarkan Literatur

SUMBER STRES FAKTOR STRESS SUMBERP1 P2 P3 P4 P5 P6

1 Lingkungan

Temperatur Kebisingan Sirkulasi Udara Penerangaan Saat Bekerja

Kebersihan Lingkungan Kerja Ruangan Tidak Nyaman Polusi

2 TeknologiKetersediaan Alat

Kemampuan Menggunakan Alat

3 LingkunganSosial

Tanggung Jawab Atas Orang Lain Tidak Adanya Dukungan Dari Tim Konflik Karena Tuntutan Tinggi Kurangnya Hubungan Interpersonal

4 Kepemimpinan

Kurang Melibatkan Pekerja DalaamPengorganisiran

Kurangnya Kontrol

Kurangnya Perhatian Dari Pemimpin

Tekanan Dari Atasan

Kurangnya Reward Dari Atasan

17

Struktur Organisasi Yang Tidak Jelas

Pemimpin Minim Terlibat

5 ManajemenProyek

Kelebihan Beban Kerja Pengembangan Karir Karakteristik Tugas Desakan Waktu Kualitas Penyediaan Tidak Adanya Wewenang Yang Memadai Pekerjaan Beresiko Tinggi

Tidak Adanya Target Dari Manajemen Aturan Yang Terlalu Kaku

Pemberhentian Sementara Iklim Politik Perusahaan

Tidak Adanya Kebijakan Khusus 6 Design Perubahan Suatu Design Suatu Pekerjaan

7 Individu

Masalah Keluarga Masalah Pribadi Masalah Ekonomi Pengalaman Pekerjaan Pekerjaan Tidak Lagi Menantang/Menarik Menurunnya Prestasi Merasa Tidak Mampu Tuntutan Standart Penampilan

8 KompensasiGaji Yang Telat DibayarGaji Tidak Sesuai Dengan Kontrak Awal

18

2.5 Data dan Pengukuran

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuntitatif yang menunjukkan

fakta. Sedangkan pengukuran ialah proses atau cara mengukur. Pengukuran dapat

berupa skala pengukuran yang dimaksud untuk mengklasifikasikan variabel yang

akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya (Riduwan,2008).

2.5.1 Pendahuluan

Penelitian adalah berhati-hati, sabar, sistematis, tekun, penyelidikan atau

pemeriksaan pada beberapa bidang ilmu pengetahuan, berusaha untuk pembakuan

fakta atau prinsip.

Secara ringkas penelitian harus memenuhi :

1. Ada hal yang ingin diselidiki

2. Ada metode penelitian

3. Ada hasil penelitian berupa fakta/hukum/rumusan

Pengertian research (penelitian) yang paling sederhana adalah penelitian

dimulai apabila seseorang peneliti mempunyai suatu persoalan (pertanyaan)

dimana untuk menjawab persoalan tersebut peneliti bersangkutan tidak memiliki

cukup informasi.

2.5.2 Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesi tertentu,

tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau

keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan

tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Arikunto, 2000).

Beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian

deskriptif adalah penelitian survei (survei studies), studi khusus (case studies),

penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-

up studies), analisis dokumen (documentary analyses) dan penelitian korelasional

(corelation studies) (Arikunto, 2000). Penelitian kasus (studi kasus) biasanya

19

meliputi subyek yang jumlahnya terbatas (kadang-kadang hanya seorang subyek

atau sebuah unit), dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam tentang suatu

gejala. Dalam melakukan studi khusus, peneliti berusaha menggali latar belakang

yang dimiliki oleh subyek mengenai “masa lalunya” (Arikunto, 2000).

Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah metode

deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai faktor penyebab stres kerja

pada pekerjaan proyek gedung.

2.5.3 Pengumpulan Data

Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara

pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang

didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil

wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap

responden. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak

lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan dalam bentuk

tabel-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto dkk,2003)

Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara

penyebaran kuisioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara

interview/wawancara responden dengan peneliti. Untuk data yang hasilnya

diperoleh melalui kuisioner, maka aspek yang penting adalah mendesain

kuisioner, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan berapa jumlah proyek

konstruksi yang akan diteliti. Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis

menggunakan sampel dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003)

sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya, dimana populasi adalah

keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti.

Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.

Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna

tidak dapat dijadikan dalam operasi matematika seperti penambahan,

pengurangan, maupun perkalian atau pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data

kualitatif adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data

kuantitatif adalah data berupa angka dalam arti sebenarnya di berbagai operasi

20

matematika dapat dilakukan pada data kuantitatif. Termasuk dalam klasifikasi

data kuantitatif adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Yang dimaksud

dengan data nominal adalah data yang hanya menghasilkan satu dan hanya satu-

satunya kategori. Data nominal disebut juga dengan data kategori. Data nominal

dalam praktek statistik biasanya dijadikan ‘angka’, yaitu proses yang disebut

kategori. Misal dalam pengisian data, jenis kelamin lelaki dikategorikan sebagai

‘1’ dan perempuan sebagai ‘2’. Kategori ini hanya sebagai tanda saja, jadi tidak

dapat dilakukan operasi matematika, seperti 1+2 atau 1-2 dan lainnya. Sedangkan

yang dimaksud dengan data ordinal adalah data yang mempunyai tingkatan data.

Ada data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih rendah.

2.5.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencakup segala hal,

termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek

(Sugiyono, 2011)

2.5.5 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua

yang ada pada populasi (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu),

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Apa yang dipelajri dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk

populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

reprensentatif (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka dapat

mengakibatkan kesimpulan yang diambil tidak akan sesuai dengan kenyataan atau

kesimpulan yang diambil salah.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin

besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahn generalisasi

semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka

semakin besar kesalahan generalisasi. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian

adalah antara 30-500. Bila sampel dibagikan dalam kategori (misalnya pria-

21

wanita, pegawai negri-pegawai swasta, dan lain-lain) maka jumlah anggota

sampel setiap kategori minimal 30 (Sugiyono, 2011).

2.5.6 Teknik Sampling

Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan diproses, serta

tidak semua orang atau benda akan diteliti, melainkan cukup dengan

menggunakan sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun

keuntungan dari penggunaan sampel (Riduwan,2008) adalah sebagai berikut :

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan

dengan menggunakan populasi, dan apabila populasinya terlalu besar

dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian akan lebih efisien, yaitu dalam arti penghematan uang, waktu, dan

tenaga.

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data. Artinya, jika sebyeknya

banyak, maka dikhawatirkan adanya bias dari orang yang mengumpulkan

data. Misalnya, staf pengumpul data mengalami kelelahan sehingga

pencatatan tidak akurat.

4. Penelitian akan lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang

menggunakan spesimen akan hemat dan dapat terjangkau tanpa merusak

semua bahan yang ada, serta dapat digunakan untuk menjaring populasi yang

jumlahnya banyak.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara mengambil

sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau

dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarmya.

Secara umum ada dua macam teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian (Riduwan, 2008), yaitu :

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel.

22

2. Nonprobability Sampling

Nonprobality sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota

sampel. Yang tergolong teknik ini adalah:

a. Sampling sistematis

Adalah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah

diberi nomor urut, atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak

interval waktu dan ruang dengan utusan seragam.

b. Sampling kuota

Adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu

sampai jumlah yang dikenhendaki atau pengambilan sampel yang

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti.

c. Sampling aksidental

Adalah titik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas. Artinya,

siapa saja dengan secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai

dengan karakterikstiknya, maka orang tesebut dapat digunakan sebagai

sampel (responden).

d. Purpusive sampling (sampling pertimbangan)

Adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya, atau

penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang

ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang

diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus, dimana

aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati dan dianalisis.

e. Sampling jenuh

Adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan

sebagai sampel. Dikenal juga dengan istilah sesnsus. Sampling jenuh

dilakukan apabila populasinya kurang dari 30 responden.

f. Snowball sampling

Adalah teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota

sampel mengajak sahabatnya untuk dijadikan sampel dan seterusnya,

sehingga jumlah sampel semakin banyak jumlahnya.

23

2.5.7 Skala Pengukuran

Maksud skala pengukuran ini adalah untuk mengklasifikasikan variabel

yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data

dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran tersebut antara lain:

skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio. Selain keempat jenis

skala pengukuran tersebut, ternyata skala interval yang sering digunakan untuk

mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe

skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu :

a. Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian.

Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala

partisipasi sosial.

b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan

lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala mengukur status sosial

ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan,

kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.

Dari tipe-tipe skala pengukuran tersebut, yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala sikap yaitu skala likert. Menurut Dawes (2008) skala likert

digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorng atau kelompok

tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini gejala sosial ini telah

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel

penelitian.

Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan

tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu

dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format

seperti :

1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju

3. Ragu-ragu

4. Setuju

5. Sangat setuju

24

2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian, keampuhan instrumen penelitian (valid dan reliabel)

merupakan hal yang penting dalam pengumpulan data. Karena data yang benar

sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya

data tergantung dari benar tidaknya instrumen pengumpul data. Oleh karena itu,

pada penelitian ini dilakukan uji validitas instrumen dan uji reliabilitas inistrumen

a. Uji Validias Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi dan

sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang

valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

hendak diukur/diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

dikatakan mengungkap data dari variabel yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2011), Uji Validitas adalah tingkat keandalah dan

kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti

menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid

atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Dengan

demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar

tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain, uji

validitas ialah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content)

dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen

yang digunakan dalam suatu penelitian.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menurut Sugiyono (2011), menunjuk pada suatu pengertian

bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen

yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk

memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga

dapat diandalkan. Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap

sama (konsisten). Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal

(stability/test retest equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal

(analisis konistensi butir-butir yang ada pada instrumen).

25

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal

ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh

responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata

lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi dalam suatu

penelitian. Logikanya, jika kita lakukan penelitian yang sama, dengan tujuan

yang sama dan karakteristik responden yang sama, maka hasil pengambilan

data berikutnya akan kita dapatkan respon yang kurang lebih sama.

Reliabilitas disebut juga keterandalan, keajegan, consistency, stability, atau

dependability. Uji reliabilitas pada tugas akhir ini mengunakan tes

konsistensi internal yaitu suatu instrumen diuji cobakan kepada kelompok

tertentu kemudian dihitung skor-skornya dan akhirnya diuji konsistensi inter

item-itemnya. Tes konsistensi internal pada tugas akhir ini menggunkan

jenis Cronbach Alpha (α). Cronbach Alpha dapat digunakan untuk menguji

reliabilitas instrumen skala likert (1 sampai 5) atau instrumen yang item-

itemnya dalam bentuk esai.

2.7 Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate

yang bertujuan untuk mereduksi data. Analisis faktor adalah suatu analisis data

untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan dalam menjelaskan suatu masalah.

Tujuan utama teknik ini adalah untuk membuat ringkasan informasi yang

dikandung dalam sejumlah besar variabel kedalam suatu kelompok faktor yang

lebih kecil. Secara statistik tujuan pokok teknik ini adalah untuk menetukan

kombinasi linier variabel-variabel yang akan membantu dalam penyelidikan

saling terkaitnya variabel-variabel tersebut, atau dalam kata lain digunakan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel atau faktor-faktor yang menerangkan pola

hubungan dalam seperangkat variabel. Teknik ini bermanfaat untuk mengurangi

jumlah data dalam rangka untuk mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat

menerangkan varians yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok

variabel yang jumlahnya lebih besar (Supranto,2004). Analisis faktor

dipergunakan dalam situasi sebagai berikut :

26

a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari atau faktor yang

menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak

berkorelasi, yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set

variabel asli yang saling berkorelasi didalam analisis multivariate

selanjutnya.

c. Mengenali atau mengidentifikasi satu set variabel yang penting dari suatu

set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam

analisis multivariate selanjutnya.

Kegunaan utama analisis faktor adalah untuk melakukan pengurangan data

atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel menjadi lebih

kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi (saling

ketergantungan) beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut dengan

faktor sehingga diketemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan

atau penting untuk dianalisa komponen utama yang pada dasarnya bertujuan

untuk mendapatkan sejumlah kecil faktor yang memiliki sifat-sifat:

1. Mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman data

2. Faktor-faktor tersebut saling bebas, dan

3. Tiap-tiap faktor dapat diinterpretasikan.

Karakterisitik yang akan didapatkan berupa besarnya pengaruh setiap unit

obsevasi atau variabel dalam satu dimensi baru yang disebut dengan faktor dan

sebagai hasilnya akan diperoleh faktor-faktor yang jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan dengan jumlah variabel awalnya. Analisa faktor pada tugas akhir ini

menggunakan bantuan Statistical Program for Social Science (SPSS) for

Windows.

27

Secara umum tahapan dalam analisa faktor adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Langkah – Langkah Analisis Faktor

1. Membentuk matrik korelasi, yaitu tabel yang menunjukkan interkorelasi

diantara seluruh variabel yang diobservasi.

2. Menentukan nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin), nilainya dianggap layak jika

diatas 0,50.

3. Menentukan Measure of Sampling Adequnce (MSA), yaitu kelayakan untuk

seluruh matrik korelasi dari setiap variabel yang diobservasi untuk

dilakukan analisa faktor. Nilai (MSA) yang layak dianalisis adalah 0,50.

4. Melakukan ektrasi faktor, kriteria ektrasi yang digunakan adalah latent root

criterion yaitu berdasarkan eigen value. Metode yang dapat digunakan

dalam ekstaksi faktor antara lain Principal Component Analysis.

5. Melakukan rotasi faktor. Rotasi dimaksudkan untuk memudahkan dalam

interpretasi, metode yang digunakan dalam rotasi faktor adalah metode

Orthogonal yaitu rotasi Varimax. Berdasarkan metode ektraksi dan metode

rotasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Principal Component

Analysis-Varimax.

6. Menginterpretasikan hasil analisis faktor. Hasil yang dilihat pada bobot faktor dan

nilai komunalitas (persentase varians variabel yang dikombinasikan kedalam

korelasi dengan variabel lain).

Bentuk Matrik Korelasi

Menetukan Nilai KMO

Menentukan MSA

Ektrasi Faktor

Lakukan Rotasi Faktor

Interpretasikan Faktor

Hitung Skor Faktor