bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/8420/3/razna satia yanuar_bab ii.pdf · pengaruh...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau
indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu
(Wirawan; 2009). Menurut Faustino Cardosa Gomes (1995) dalam
Mangkunegara (2007) “Kinerja adalah ungkapan seperti output, efisiensi serta
efektivitas yang sering dihubungkan dengan produktifitas”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mangkunegara (2007) “Kinerja
karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Setelah melihat beberapa
definisi dari para ahli tentang kinerja karyawan, dapat diambil kesimpulan
bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas
maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan, diantaranya sebagai berikut:
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
10
a. Kemampuan kepribadian dan unit kerja, kemampuan merupakan
kecakapan seseorang seperti kecerdasan dan keterampilan. Kemampuan
pekerjaan dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara, misalnya
saja dalam cara pengambilan keputusan, cara menginterpretasikan tugas
dan cara penjelasan tugas dengan baik. Sedangkan kepribadian adalah
serangkaian ciri yang relatif baik yang dipengaruhi oleh keturuna dan
faktor sosial, kebutuhan dan lingkungan. Sedangkan minat merupakan
suatu sikap seseorang yang diberikan.
b. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peran seorang pekerja, yang
merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang individu atas
tugas yang dibebankan kepadanya. Makin jelas pengertian pekerja
mengenai persyaratan dan saran pekerjaannya, maka semakin banyak
energi yang dapat di kerahkan untuk kegiatan ke arah tujuan.
c. Tingkat motivasi pekerja. Motivasi adalah daya energi yang
mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Apabila
motivasi tinggi dengan didukung oleh kemampuan yang tinggi, maka
kinerja pegawai juga tinggi, begitupun sebaliknya.
Pendapat lain dikemukakan oleh A. Dale Timple (1992) dalam
Mangkunegara (2007), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal (disposisional)
Faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya,
kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
11
tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang
mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai
kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya
untuk memperbaiki kemampuannya.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
3. Mengukur Kinerja Karyawan
Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat
dijadikan sebagai dasar penilaian setiap pekerjaan. Untuk memudahkan
penilaian kinerja karyawan, standar pekerjaan harus dapat diukur dan
dipahami secara jelas. Menurut Bangun (2012) suatu pekerjaan dapat diukur
dengan cara yaitu:
a. Jumlah pekerjaan
Dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu
atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan.
Setiap pekerjaan memiliki persyaratan yang berbeda sehingga
menuntuk karyawan harus memenuhi persyaratan tersebut baik
pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan yang sesuai.
b. Kualitas pekerjaan
Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan
tertentu untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
12
dituntut suatu pekerjaan tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standar
kualitas tertentu yang harus disesuaikan oleh karyawan untuk dapat
mengerjakannya sesuai ketentuannya. Karyawan memiliki kinerja baik
bila dapat menghasilkan pekerjaan sesuai persyaratan kualitas yang
dituntut pekerjaan tersebut.
c. Ketepatan waktu
Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis
pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki
ketergantungan atas pekerjaan lainnya. Jadi, bila pekerjaan pada suatu
bagian tertentu tidak selesai tepat waktu akan menghambat pekerjaan
pada bagian lain, sehingga mempengaruhi jumlah dan kualitas hasil
pekerjaan.
d. Kehadiran
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam
mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. Ada tipe pekerjaan yang
menuntut kehadiran karyawan selama delapan jam sehari untuk lima
hari kerja seminggu. Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat
kehadiran karyawan dalam mengerjakannya.
e. Kemampuan kerja sama
Tidak semua pekerjaan dapat diseleseikan oleh satu orang karyawan
saja. Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh
dua orang karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
13
antar karyawan sangat dibutuhkan. Kinerja karyawan dapat dinilai dari
kemampuannya bekerja sama dengan rekan sekerja lainnya
4. Penilaian / Evaluasi Kinerja Karyawan
Penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan dengan membandingkan
hasil kerja yang telah dilakukan karyawan dengan standar kerja dari
perusahaan. Bila hasil kerja yang diperoleh telah mencapai atau bahkan
melampaui standar pekerjaan dapat dikatakan kinerja karyawan tersebut
masuk dalam kategori baik. Menurut Sikula (1981) dalam Mangkunegara
(2007) “Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan
pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses
penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek
orang ataupun sesuatu (barang)”. Sedangkan Marwansyah (2010) menyatakan
“penilaian kinerja (performance apprasial) adalah sistem formal untuk
memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi kinerja seseorang atau
kelompok”. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan penilaian
kinerja adalah evaluasi yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui
hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.
5. Manfaat dan tujuan penilaian kinerja
Menurut Werther dan Davis (1996) dalam Suwatno (2011) penilaian kinerja
mempunyai beberapa tujuan dan manfaat, yaitu:
a. Performance Improvement. Memungkinkan karyawan dan manajer untuk
mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
14
b. Compensation Adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk
menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau
sebaliknya.
c. Placement Decision. Menentukan promosi, transfer dan demotion.
d. Training and Development Needs. Mengevaluasi kebutuhan pelatihan
dan pengembangan bagi karyawan agar kinerja mereka lebih optimal.
e. Career Planning and Development. Memandu untuk menentukan jenis
karir dan potensi karir yang dapat dicapai.
f. Staffing Process Deficiensis. Mempengaruhi prosedur perekrutan
karyawan.
g. Informational Inaccuracies and Job-Design Errors. Mengetahui
ketidaktepatan informasi dan kesalahan perancangan pekerjaan.
h. Equal Employment Opportunity. Kesempatan yang sama dalam
pekerjaan.
i. External Challenges. Tantangan-tantangan eksternal.
j. Feedback. Impan balik bagi karyawan dan perusahaan.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan ilmu pengetahuan sekaligus seni
menegaskan bahwa persoalan kepemimpinan dapat ditilik balik dari segi
teoritis maupun dari segi praktisnya. Kepemimpinan sering kali diasosiasikan
dengan kata-kata seperti pengambilan resiko, dinamis, kreativitas, perubahan
dan visi. Menurut Richard dkk (2012) “Kepemimpinan adalah proses ketika
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
15
seorang atasan mendorong bawahannya untuk berperilaku sesuai
keinginannya”. Pendapat lain dikemukakan oleh Hasibuan (2011), yaitu
“Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan perilaku yang
diperlihatkan pimpinan”.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang kepemimpinan di atas
ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses ketika
seseorang memiliki wewenang untuk mendorong dan mengarahkan
bawahannya baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai yang
diinginkan bersama.
2. Teori Kepemimpinan
Northouse dalam bukunya, Kepemimpinan: Teori dan Praktik
menyebutkan bahwa teori dari kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a. Teori Sifat (Trait)
Teori sifat termasuk teori kepemimpinan yang paling tua. Teori
sifat menganggap pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau
diasah. Kepemimpinan terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada
diri pemimpin, atau sifat personal yang membedakan pemimpin dari
pengikutnya. Sebab itu, teori sifat juga disebut teori kepemimpinan
orang-orang besar. Lebih jauh, teori ini juga membedakan antara
pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
16
Sifat-sifat yang harus dimiliki atau diasah seseorang bila mereka
ingin menjadi seorang pemimpin menurut teori sifat ini adalah sebagai
berikut:
1) Kecerdasan
Kecerdasan atau kemampuan intelektual secara positif terkait
dengan kepemimpinan. Kemampuan verbal yang kuat, kemampuan
membuat persepsi, serta kemampuan analisis tampaknya dapat
membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik. Walaupun baik
menjadi cerdas, namun seharusnya kemampuan intelektual
pemimpin tidak terlalu jauh berbeda dari pengikutnya. Bila IQ
pemimpin sangat berbeda dengan IQ pengikut, hal itu dapat
memberi dampak yang merugikan bagi pemimpin karena
pemimpin akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan
pengikut karena ide pemimpin terlalu tinggi untuk diterima
pengikut.
2) Keyakinan Diri
Keyakinan diri adalah ciri lain yang membantu seseorang menjadi
pemimpin. Keyakinan diri adalah kemampuan untuk merasa yakin
dengan kemampuan dan keterampilan seseorang. Hal itu mencakup
pemahaman akan harga diri dan keyakinan diri, serta keyakinan
bahwa kita dapat membuat perbedaan. Kepemimpinan mencakup
aktivitas untuk mempengaruhi orang lain, dan keyakinan diri
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
17
memungkinkan pemimpin untuk merasa yakin bahwa upayanya
untuk mempengaruhi orang lain itu tepat dan benar.
3) Ketekunan
Banyak pemimpin juga menunjukkan ketekunan. Ketekunan adalah
hasrat untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencakup karakteristik
seperti inisiatif, keuletan, dominasi dan hasrat. Orang dengan
ketekunan akan bersedia untuk memksa diri mereka, proaktif, dan
memiliki kemampuan untuk bertahan saat menghadapi hambatan.
Orang yang tekun juga menunjukkan dominasi ketika pengikut
perlu diarahkan.
4) Integritas
Integritas adalah karakter penting kepemimpinan lainnya. Integritas
adalah karakter kejujuran dan keterandalan. Orang yang patuh pada
sekumpulan prisnip yang kuat dan memikul tanggung jawab atas
tindakan mereka, berarti memiliki integritas. Pemimpin dengan
integritas menginspirasi keyakinan diri dalam diri orang lain karena
mereka dapat dipercaya untuk melakukkan apa yang mereka
katakan akan mereka lakukan. Mereka setia, dapat diandalkan, dan
tidak berpura-pura. Pada dasarnya, integritas membuat seorang
pemimpin dapat dipercaya dan layak mendapat kepercayaan dari
para pengikutnya.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
18
5) Kemampuan Bersosialisasi
Karakter terakhir yang penting bagi pemimpin adalah kemampuan
bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi adalah kecenderungan
pemimpin untuk mencari hubungan sosial yang menyenangkan.
Pemimpin yang menunjukkan kemampuan bersosialisasi bersifat
ramah, terbuka, sopan, peka, dan diplomatis. Mereka peka terhadap
kebutuhan orang lain dan menunjukkan kepedulian untuk
kesejahteraan mereka. Pemimpin yang sosial memiliki
keterampilan antarpribadi dan menciptakan hubungan yang
kooperatif dengan pengikut mereka.
3. Jenis / Tipe Kepemimpinan
Dalam Kepemimpinan, Menurut Siagian (2007) terbagi atas beberapa
tipe diantaranya :
a. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki
kriteria atau ciri sebagai berikut: menganggap organisasi sebagai
pemilik pribadi, mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya, dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
19
b. Tipe Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang
pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: dalam menggerakan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan
dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai
keadaan.
c. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut:
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
d. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-
sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya
diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang
amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
20
jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak
dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang
menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan
bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra
natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk karismatik.
e. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang
termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork
dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang
kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan
yang sama dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
21
4. Fungsi kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok atau organisasi dimana fungsi kepemimpinan harus
diwujudkan dalam interaksi antar individu. Menurut Rivai (2009) secara
operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fungsi Intruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan efektif memerlukan
kemampuan untuk menggerakan dan memotivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik untuk
memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi kosultasi
dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat
dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga
kepemimpinan berlangsung efektif.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang di pimpinnya, baik keikutsertaan dalam mengambil
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
22
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti
bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah
berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas
pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi
sebagai pemimpin dan bukan sebagai pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat / menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan
maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada
dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus
diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan
prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemipinan yang sukses /
efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
C. Kompensasi
1. Pengertian Kompensasi
Suatu organisasi, lebih-lebih berupa perusahaan yang “profit making”,
menegaskan bahwa pengaturan kompensasi merupakan faktor penting untuk
dapat menarik, memelihara maupun mempertahankan tenaga kerja bagi
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
23
kepentingan organisasi yang bersangkutan. Menurut Hasibuan (2011)
“Kompensasi adalah pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung, atau
tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan”. Kompensasi berbentuk uang artinya
kompensasi dibayar dalam bentuk uang kartal kepada karyawan
bersangkutan. Kompensasi berbentuk barang artinya kompensasi dibayar
dalam bentuk barang. Kompensasi merupakan kontribusinya kepada
perusahaan atau organisasi untuk karyawan (Ardana, 2012). Sedangkan
Menurut Sastrohadiwiryo (2011) “Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas
jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena para
tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi
kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang ditetapkan”.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
kompensasi adalah pendapatan berupa uang atau barang yang diterima oleh
karyawan dari perusahaan sebagai imbalan atas balas jasa yang telah
diberikan kepada perusahaan atau organisasi.
2. Teori Kompensasi
Victor H. Vroom dalam bukunya yang berjudul “Work and Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”.
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin
dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya
akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
24
seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan nampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata
bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh
sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan
memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya pun untuk
berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan para ilmuwan dan praktisi manajemen sumber daya
manusia, teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan
tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para karyawan dalam
menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang
paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu. Penekanan ini dianggap
penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para karyawan tidak selalu
mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.
3. Faktor-Faktor Kompensasi
Menurut Martoyo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan
kompensasi antara lain:
a. Kebenaran dan keadilan. Hal ini mengandung pengertian bahwa
pemberian kompensasi kepada masing-masing karyawan atau kelompok
karyawan harus sesuai dengan kemampuan, kecakapan, pendidikan dan
jasa yang telah ditunjukan kepada organisasi. Dengan demikian para
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
25
karyawan merasakan bahwa organisasi telah menghargai jasanya
kepada organisasi sesuai dengan pandangannya.
b. Dana organisasi. Kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan
kompensasi baik berupa “financial” maupun “nonfinancial” amat
tergantung kepada dana yang terhimpun untuk keperluan tersebut.
Terhimpunnya dana tersebut tentunya juga sebagai akibat prestasi-
prestasi kerja yang telah ditunjukan oleh karyawan-karyawannya.
Makin besar prestasi kerja, makin besar keuntungan organisasi /
perusahaan, makin besar dana yang terhimpun untuk kompensasi, maka
makin baik pelaksanaan kompensasi dan sebaliknya.
c. Serikat karyawan. Para karyawan yang tergabung dalam suatu serikat
karyawan dapat juga mempengaruhi pelaksaan ataupun penetapan
kompensasi dalam organisasi, sebab suatu serikat karyawan dapat
merupakan “simbol kekuatan” karyawan dalam menuntut perbaikan
nasib, yang perlu mendapatkan perhatian atau perlu diperhitungkan oleh
pihak manajemen / pimpinan organisasi.
d. Produktivitas kerja. Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor
yang mempengaruhi penilaian atas prestasi kerja karyawan. Sedang
prestasi kerja karyawan merupakan faktor yang diperhitungkan dalam
penetapan kompensasi. Karena itu produktivitas kerja karyawan, ikut
mempengaruhi pelaksanaan pemberian kompensasi tersebut.
e. Biaya hidup. Penyesuaian besarnya kompensasi, terutama yang berupa
upah / gaji, dengan biaya hidup karyawan beserta keluarganya sehari-
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
26
hari, harus mendapatkan perhatian pimpinan organisasi / perusahaan.
Namun demikian cukup sulit pula dalam pelaksanaannya, karena biaya
hidup seseorang sehari-hari sangat relatif sifatnya, karena tak ada
ukuran yang pasti seberapa besar “hidup yang layak” itu.
f. Pemerintah. Fungsi pemerintah untuk melindungi warganya dari tindak
sewenang-wenang pimpinan organisasi ataupun perusahaan, dalam
pemberian balas jasa karyawan jelas berpengaruh terhadap penetapan
kompensasi. Karena itu pemerintahlah yang ikut menentukan upah
minimum ataupun jumlah jam kerja karyawan, baik karyawan pria
ataupun wanita, dewasa ataupun anak-anak pada batas umur tertentu.
4. Fungsi Pemberian Kompensasi
Martoyo (2007) memberikan pendapat bahwa ada beberapa fungsi dari
pemberian kompensasi dalam suatu organisasi. Fungsi-fungsi tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Pengalokasian sumberdaya manusia secara efisien. Fungsi ini
menunjukan bahwa pemberian kompensasi yang cukup baik pada
karyawan yang berprestasi baik, akan mendorong para karyawan untuk
bekerja dengan lebih baik dan ke arah pekerjaan-pekerjaan yang lebih
produtif. Dengan kata lain, ada kecenderungan para karyawan dapat
bergeser atau berpindah dari yang kompensasinya rendah ke tempat
kerja yang kompensasinya tinggi dengan cara menunjukkan prestasi
kerja yang lebih baik.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
27
b. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efektif dan efisien.
Dengan pemberian kompensasi yang tinggi kepada seseorang karyawan
mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga
karyawan tersebut dengan seefisien dan seefektif mungkin. Sebab
dengan cara demikian, organisasi yang bersangkutan akan memperoleh
manfaat atau keuntungan semaksimal mungkin. Di sinilah produktivitas
karyawan sangat menentukan.
c. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibat alokasi
dan penggunaan sumber daya manusia dalam organisasi yang
bersangkutan secara efisien dan efektif tersebut, maka dapat diharapkan
bahwa sistem pemberian kompensasitersebut secara langsung dapat
membantu stabilisasi organisasi, dan secara tidak langsung ikut andil
dalam mendorong stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi negara secara
keseluruhan.
5. Asas Pemberian Kompensasi
Program pemberian kompensasi (balas jasa) harus ditetapkan atas asas
adil dan layak serta memperhatikan Undang-Undang Perburuhan yang
berlaku. Asas pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2013) yaitu:
a. Asas Adil
Besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada setiap karyawan harus
diseimbangkan/disesuaikan dengan seberapa besar prestasi kerja, jenis
pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan dan
memenuhi persyaratan internal konsistensi. Jadi adil bukan berarti
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
28
setiap karyawan menerima kompensasi yang sama besarnya. Asas adil
harus menjadi dasar penilaian, perlakuan dan pemberian hadiah atau
hukuman bagi setiap karyawan. Dengan asas adil akan tercipta suasana
kerja sama yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas dan stabilisasi
karyawan akan menjadi lebih baik.
b. Asas Layak dan Wajar
Kompensasi yang diterima oleh karyawan dapat memenuhi
kebutuhannya pada tingkat normative yang ideal. Tolak ukur layak
adalah relative, penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas
upah minimal pemerintah dan eksternal konsistensi yang berlaku.
6. Jenis Pemberian Kompensasi
Menurut Hasibuan (2011) jenis pemberian kompensasi untuk pegawai
dibagi menjadi dua sifat, yaitu:
a. Kompensasi bersifat materiil, yang terdiri dari:
1) Upah
Upah adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai
sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai seorang karyawan yang
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan.
2) Insentif
Insentif adalah bentuk pembayaran langsung yang didasarkan
dengan kinerja pegawai dan dimaksudkan sebagai pembagian
keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas
perusahaan.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
29
3) Bonus
Bonus merupakan pembayaran sekaligus yang diberikan karena
memenuhi sasaran kinerja yang telah ditetapkan.
b. Kompensasi bersifat non materiil, yang terdiri dari:
1) Pelatihan dan pengembangan
Program pelatihan dan pengembangan merupakan kegiatan yang
dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap
dan kinerja individu, kelompok, maupun seluruh organisasi.
Program ini mengajarkan pengetahuan baru, memperbaiki keahlian
yang ada, dan mempengaruhi sikap pegawai.
2) Pujian
Pujian biasanya diberikan oleh pimpinan kepada pegawai yang
memiliki prestasi kerja sehingga dapat menambah semangat
bekerja pegawai tersebut.
3) Cuti
Perusahaan memberikan hari libur kepada pegawai karena alasan-
alasan tertentu.
7. Jenis Kompensasi
Menurut Rivai (2008) kompensasi terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
a. Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terdiri dari dua jenis, yaitu kompensasi langsung
dan kompensasi tidak langsung (tunjangan).
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
30
1) Kompensasi finansial langsung terdiri atas pembayaran pokok gaji
dan upah, pembayaran prestasi, pembayaran insentif, komisi,
bonus, bagian keuntungan, opsi saham. Sedangkan pembayaran
tertangguh meliputi tabungan hari tua dan saham komulatif.
2) Kompensasi finansial tidak langsung terdiri atas proteksi yang
meliputi asuransi, pesangon, sekolah anak, pensiun. Kompensasi
luar jam kerja meliputi lembur, hari besar, cuti sakit, cuti hamil,
sedangkan berdasarkan fasilitas meliputi rumah, biaya pindah, dan
kendaraan.
b. Kompensasi Non Finansial.
Kompensasi non finansial terdiri atas karena karir yang meliputi pada
jabatan, peluang promosi, pengakuan karya, temuan baru, prestasi
istimewa. Sedangkan di lingkungan kerja meliputi mendapat pujian,
bersahabat, nyaman bertugas, menyenangkan dan kondusif.
D. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Stres merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami
ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhinya, kondisi tersebut
dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun lingkungan di luar diri
seseorang. Menurut Siagian (2009) “Stres merupakan kondisi ketegangan
yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang”.
Sedangkan stres kerja menurut Handoko (2011) “Adalah suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
31
seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungan”.
Pendapat lain diutarakan Mangkunegara dalam Nawawi (2007)
mendefinisikan, “Stres kerja sebagai rasa tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaannya”. Dari berbagai definisi tentang stres kerja
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan dalam
menghadapi suatu pekerjaannya.
2. Faktor Penyebab Stres
Terdapat tiga kategori potensi pemicu stres (stressor) menurut Robbins
(2011), yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Selain mempengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian
lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam
organisasi.
b. Faktor Organisasi
Tidak sedikit faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres.
Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu
menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan
adalah beberapa diantaranya.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
32
c. Faktor Pribadi
Seseorang biasanya bekerja sekitar 40 sampai 50 jam seminggu. Tetapi,
pengalaman dan masalah yang dihadapi orang dalam waktu 120 jam
lebih diluar jam kerja setiap minggunya dapat terbawa ke dunia kerja.
Karena itu, kategori terakhir meliputi faktor-faktor dalam kehidupan
pribadi karyawan. Faktor-faktor ini terutama adalah masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat
dalam diri seseorang.
3. Dampak Stres Kerja
Menurut Sopiah (2011) dampak atau akibat dari stres bisa dilihat pada
tiga aspek, yaitu:
a. Fisik
Akibat stres pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang
disinyalir karena orang tersebut mengalami stres yang cukup tinggi dan
berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan
darah tinggi dan sakit kepala.
b. Psikis
Dampak stres pada aspek psikis dapat dikenali, diantaranya adalah
ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang
bersemangat.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
33
c. Perilaku
Akibat stres dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya tingkat
kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi
yang tinggi, dan agresi ditempat kerja.
4. Langkah-Langkah Menghadapi Stres
Siagian (2009) berpendapat bahwa langkah-langkah yang diambil untuk
membantu para karyawan menghadapi stres yang dihadapinya adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan
menghadapi berbagai stres.
b. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan
sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta
bantuan dan dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres.
c. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap
timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat
mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stres berdampak negatif
terhadap prestasi kerja para bawahannya.
d. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber
stres.
e. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga
mereka benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang
dihadapinnya.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
34
f. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang
dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasi dan dihilangkan secara
dini.
g. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian
rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat
dielakkan.
h. Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat
menghadapi stres.
5. Strategi Manajemen Stres Kerja
Manajemen stres lebih dari pada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Secara umum strategi
manajemen stres kerja dapat dikelompokkan menjadi strategi pendekatan
individual dan pendekatan organisasional (Robbins, 2015):
a. Strategi Penanganan Individu
Seorang karyawan dapat mengambil tanggung jawab pribadi untuk
menurunkan level stres. Strategi individu yang telah terbukti efektif
meliputi teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan
relaksasi, dan jaringan dukungan sosial yang diperluas.
b. Strategi Penanganan Organisasi
Beberapa faktor organisasional yang menyebabkan stres-terutama
tuntutan tugas dan peranan-dikendalikan oleh manajemen dan dengan
demikian dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi untuk
mempertimbangkan meliputi seleksi karyawan yang ditingkatkan dan
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
35
penempatan kerja, pelatihan, penetapan tujuan yang realistis, merancang
kembali pekerjaan, meningkatkan keterlibatan karyawan, meningkatkan
komunikasi organisasi, cuti panjang karyawan, dan program kesehatan
korporat.
E. Hubungan Antara Variabel (variabel dependen dengan variabel independen)
1. Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan
Kepemimpinan memiliki hubungan dengan kinerja karyawan, hal ini
dapat dilihat dari pendapat para ahli. Menurut Richard dkk (2012)
“Kepemimpinan adalah proses ketika seorang atasan mendorong bawahannya
untuk berperilaku sesuai keinginannya”. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan dapat mempengaruhi sebuah organisasi di
perusahaan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Di sebuah perusahaan
kepemimpinan sangatlah penting karena dalam sebuah perusahaan perlu
adanya pemimpin yang dapat mengarahkan bawahannya dalam mencapai
suatu visi dan misi yang telah ditentukan oleh sebuah perusahaan. Untuk
mencapai visi dan misi di sebuah perusahaan pemimpin akan mengarahkan
karyawan untuk bekerja dengan baik dan memberi tahu tentang kendala apa
saja yang di hadapi di perusahaan, dengan begitu karyawan akan lebih
memahami kendala yang menghambat di sebuah perusahaan, pengetahuan
serta pengarahan pemimpin tersebut dapat meningkatkan suatu kinerja
karyawan.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
36
2. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Karyawan
Menurut Sastrohadiwiryo (2011) “Kompensasi adalah imbalan jasa atau
balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena
para tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran
demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang ditetapkan”. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kompensasi
merupakan suatu tanda balas jasa yang harus diberikan oleh perusahaan
kepada karyawannya. Dengan pemberian kompensasi yang adil maka akan
timbul rasa kepuasan dalam diri karyawan. Timbulnya rasa kepuasan dari
seorang karyawan akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan
tersebut di suatu perusahaan.
3. Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Karyawan
Rivai dan Deddy (2010) mengemukakan “Stres kerja sebagai kondisi
ketegangan yang timbul karena ketidakmampuan karyawan menghadapi
perubahan pada lingkungan pekerjaan”. Stres kerja memiliki hubungan
dengan kinerja karyawan karena bila tidak ada stres, tantangan-tantangan
kerja juga tidak ada, prestasi dan kinerja karyawan pun cenderung akan
rendah. Sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung naik,
karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya
dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
37
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Hasil dari penelitian akan digunakan sebagai
bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain yaitu:
Tabel. 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Keterangan
1 Aurelia Potu
(Desember
2013)
Kepemimpinan, Motivasi
dan Lingkungan Kerja
Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Karyawan pada
Kanwil Ditjen Kekayaan
Negara Suluttenggo dan
Maluku Utara di Manado
Kepemimpinan, Motivasi dan
Lingkungan Kerja
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan
baik secara parsial maupun
secara simultan.
2 Tria Mondiani
(September
2012)
Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan
Kompensasi terhadap
Kinerja Karyawan PT.
PLN (PERSERO) UPJ
Semarang
Kepemimpinan
Transformasional dan
Kompensasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
karyawan baik secara parsial
maupun parsial.
3 Ferry Setiawan
dan A. A. Sg.
Kartika Dewi
(2013)
Pengaruh Kompensasi dan
Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja
Karyawan pada CV.
Berkat Anugrah
Kompensasi dan lingkungan
kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan
baik secara parsial maupun
simultan.
4 Anggit
Astianto dan
Heru
Suprihhadi
(2014)
Pengaruh Stres Kerja dan
Beban Kerja terhadap
Kinerja Karyawan PDAM
Surabaya
Stres Kerja dan Beban Kerja
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan
baik secara parsial maupun
simultan.
5 Ilham Thaief
dkk (2015)
Effect of training,
compensation and work
discipline against
employee job Performance
Studies in the Office of PT.
PLN (Persero) service
area and network Malang
Pengaruh pelatihan,
kompensasi dan disiplin kerja
terhadap Kinerja pekerjaan
karyawan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
karyawan.
6 Danang Afif
Laksmana,
Joyce Lapian
The effect of
compensation, leadership,
work environment, and
Variabel kompensasi
berpengaruh signifikan secara
parsial, sedangkan variabel
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
38
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Keterangan
dan Ferdinand
Tumewu
(2015)
training on employee
performance of bank
syariah mandiri Manado
kepemimpinan tidak
berpengaruh signifikan secara
parsial.
G. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan
diatas, dapat diketahui bahwa adanya keterkaitan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Keterkaitan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Keterkaitan Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2011) “Kepemimpinan adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan”. Di dalam sebuah
perusahaan perlu adanya peran seorang pemimpin yang mampu untuk
mengarahkan bawahannya dalam kaitannya untuk mencapai visi, misi dan
tujuan perusahaan. Unutk mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan,
pemimpin akan mengarahkan pegawainya untuk bekerja dengan baik dan
memberi tahu kendala apa saja yang dihadapi di perusahaan, dengan begitu
karyawan akan dapat dengan mudah memahami kendala yang menghambat di
dalam pekerjaannya. Pengetahuan serta pengarahan pemimpin tersebut dapat
meningkatkan kinerja karyawan.
2. Keterkaitan Kompensasi dengan Kinerja Karyawan
Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada para tenaga kerja, karena para tenaga kerja tersebut telah
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
39
memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna
mencapai tujuan yang ditetapkan (Sastrohadiwiryo, 2011). Oleh karena itu,
kompensasi berkaitan dengan peningkatan kinerja karyawan, karena jika
kompensasi sebanding atau bahkan meningkat, maka kinerja karyawan pun
akan meningkat. Keterkaitan kompensasi dengan kinerja karyawan dapat
dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Ferry Setiawan dan A. A. Sg.
Kartika Dewi (2013) yang berjudul Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada CV. Berkat Anugrah. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa variabel kompensasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan.
3. Keterkaitan Stres Kerja dengan Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2007) “Stres kerja adalah rasa tertekan yang
dialami oleh karyawan dalam menghadapi pekerjaannya”. Keterkaitan stres
kerja dengan kinerja karyawan dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan
oleh Anggit Astianto dan Heru Suprihhadi (2014) yang berjudul Pengaruh
Stres Kerja dan Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan PDAM Surabaya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel stres kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Stres kerja mempunyai
potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung
seberapa besar tingkat stres.
Keterkaitan variabel independen dengan variabel dependen dapat
dijadikan sebuah kerangka pemikiran untuk penelitian. Kerangka pemikiran
yang diajukan untuk penelitian ini adalah berdasarkan pada hasil telaah
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018
40
teoritis seperti yang telah diuraikan diatas. Berdasarkan uraian diatas dapat
diajukan model kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
H4
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H1: Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
H2: Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
H3: Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
H4: Kepemimpinan, kompensasi dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Kepemimpinan
(X1)
Kompensasi
(X2)
Stres Kerja
(X3)
Kinerja Karyawan
(Y)
Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi…, Razna Satia Yanuar, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2018