bab ii tinjauan teori a. konsep dasar 1. pengertian
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian TB Paru berdasarkan berbagai
literatur, yaitu :
a. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang merupakan kuman aaerob yang dapat hidup terutama di
paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi (Rab, 2010)
b. Tuberkulosis merupakan penyakit menular disebabkan oleh
M.tuberculosis, suatu bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi melalui
udara dengan cara inhalasi partikel kecil (diameter 1-5 mm) yang menapai
alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, bersin, atau
menyanyi (Black & Hawks, 2014)
c. Penyakit Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang
menyerang hampir semua organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah
paru-paru penyakit ini banyak ditemukan didareah urban pada tempat
tinggal/lingkungan yang padat penduduknya (Bahar, 2015).
d. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis .
penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2008).
Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis (TB
Paru) merupakan penyakit infeksi yang menular melalui udara dengan cara
inhalasi dari droplet dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis yang dapat menyerang ke semua organ tubuh seperti,
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Salah satu organ tubuh yang
sering terkena terjadi pada paru-paru. Penyakit TB dapat ditemukan di
daerah urban pada tempat tinggal/lingkungan yang padat penduduknya.
2. Klasifikasi
Sejak tahun 2010 WHO memperbaiki klasifikasi TB berdasarkan :
a. Klasifikasi berdasrakan anatomi
1) TB Paru, TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial,
termasuk TB milier.
2) TB ekstra paru, Tb yang terdapat di organ luar parenkim paru seperti :
pleura, kelenjar getah bening, abdomen, genito urinaria, kulit, sendi-
tulang, otak dll.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
1) Kasus baru, adalah pasien yang belum pernah dapat OAT sebelumnya
atau riwayat mendapatkan OAT < 1 bulan.
2) Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya, adalah pasien yang
pernah mendapatkan OAT ≥ 1 bulan. Kasus ini diklasifikasikan lebih
lanju berdasarkan hasl pengobatan terakhir sebagai berikut :
a) Kasus kambuh, adalah pasien yang dulunya pernah mendapatkan
OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir
pengobatan dan pada waktu sekarang ditegakkan diagnosis TB
episode rekuren.
b) Kasus setelah pegobatan gagal, adalah pasie yang sbelumnya
pernah mendapatkan OAT ≥ 1 bulan dan tidak lagi meneruskan
selama > 2 bulan berturut-turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak
pada akhir pengobatan.
c) Kasus dengan riwayat pengobatan lain nya, adalah pasien yang
sebelumnya pernah mendapat OAT dan hasil pengobatannya tidak
diketahui atau tidak di dokumentasikan.
d) Pasien pindah, adalah pasien yang dipindah dari register TB untuk
melanjutkan pengobatannya.
e) Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan seblimnya, adalah
pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori
diatas.
3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik dan uji
resistensi obat.
a) Apusan dahak (sputum) BTA positif pada 1 spesimen, sedangkan
yang tanpa mutu jaminan eksternal sedikitnya BTA positif pada 2
spesimen.
b) Apusan dahak BTA negatif.
c) Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif, tetapi biakannya
positif untuk M.tuberculosis.
d) Memenuhi kriteria secara klinik perlu diobati dengan anti TB
lengkap, temuan radiologis sesuai dengan TB Paru aktif, terdapat
bukti kuat berdasarkan laboratorium, atau bila HIV negative, tidak
respon dengan anti biotik spectrum luas.
4) Klasifikasi berdasarkan status HIV
a) Kasus TB dengan HIV positif.
b) Kasus TB dengan HIV negatif.
c) Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui.
3. Etiologi
Menurut Black & Hawks (2014) mengemukakan bahwasanya penyakit TB
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri yang tahan asam berukuran
diameter kurang lebih 15 mm dan tebal 0,3 – 0,6 mm. Sedangkan penjelasan
menurut Somantri 2008, bakteri Mycobacterium Tuberculosis merupakan
bakteri yang bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen.
Bakteri ini sebagian besar komponennya berupa lemak/lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Oleh karena itu,
Mycobacterium Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
kandungan oksigennnya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif
untuk penyakit Tuberculosis (Black & Hawks, 2014. Somantri, 2008).
Menurut Amin & Bahar (2014), faktor resiko tertular oleh pasien dengan TB
antara lain, orang yang sering melakukan kontak dekat berulang dengan pasien
yang terinfeksi penyakitnya yang masih belum terdiagnosis, orang tersebut
mungkin yang memiliki kontak dengan pasien yang kurang tertangani secara
medis, populasi pendapatan rendah/lingkungan yang padat penduduk. Menurut
Najmah 2016 juga mengungkapkan, faktor yang beresiko tertular TB adalah
pada kelompok dengan usia anak dan lansia. Selain itu, ada faktor imunitas,
penyakit HIV dan perilaku merokok juga mengakibatkan resiko terkena TB.
Resiko TB juga lebih besar terjadi pada penderita penyakit yang merusak
sistem kekebalan tubuh (Amin & Bahar, 2014.,Najmah,2016).
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori hierarki
kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri
(Alimul, 2014).
a. Konsep dasar manusia
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham
Maslow dalam Potter dan Perry dapat dikembangkan untuk menjelaskan
kebutuhan dasar manusia sebagai berikut.
1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan
suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan
fisik dan perlindungan psikologis
a) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap
tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit,
kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang
lain, dan sebagainya.
3) Kebutuhan rasa cinta serta memiliki dan dimiliki, antara lain memberi
dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,
memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya.
4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu,
orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
b. Gangguan kebutuhan fisiologis
Abraham Maslow menjelaskan kebutuhan dasar manusia dibagi dalam 5
tahap yaiu, fisiologis, rasa aman dan nyaman, cinta dan dicintai, harga diri
dan aktualisasi diri. Adanya gangguan pada salah satu system tubuh akan
membawa pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Penderita TB Paru akan mengalami perubahan dan gangguan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu : kebutuhan dasar manusia
1) Oksigenasi
Adanya gejala batuk-batuk berdahak, sekret yang kental
mengakibatkan bersihan jalan nasfas yang tidak efektif dan akhirnya
kebutuhan oksigen tidakterpenuhi secara optimal. Tanda dan gejala
lain yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada kebutuhan
oksigenasi ialah sesak nafas, wheezing, batuk hingga batuk berdarah.
2) Nutrisi
Terjadinya penurunan berat badan akibat dari proses metabolisme yang
meningkat serta timbulnya anoreksi maka akan mengakibatkan
terjadinya ketidak seimbangan nutri yang kurang.
3) Pola aktifitas
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan suplai oksigen ke
jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP
terhambat, akhirnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan
penderita TB Paru merasa lelahdan lemah. Bahkan, pasien TB juga
bisa mengalami rasa sakit kepala, meriang, lemah badan dan gejala
malaise lainnya sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada
pola aktifitas.
4) Gangguan kebutuhan rasa aman
Timbul perasaan cemas akan penyakit yang diderita dan ancaman
kematian, dan kekhawatiran penyakitnya akan menular kepada orang
lain. Adanya rasa nyeri dada akibat dari batuk yang terus menerus juga
bisa dirasakan pada pasien TB mengakibatkan terjadinya gangguan
rasa nyaman.
5) Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri
Persaan tidak berharaga karena tidak bisa melakukan peran dan
fungsinya akibat adanya sakit. (Alimul, 2014).
5. Manifestasi klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam bahkan
banyak pasien ditemukan TB Paru tanpa keluhan sama sekali. Namun keluhan
yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-41° C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seharusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa
tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berta ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk/batuk berdarah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi kareana adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama,
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan
paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk berdarah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batukdarah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, berat badan menurun,
sakitb kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang
disebabkan oleh secret, bronkostenosis, keradangan, jaringan granulasi,
ulserasi dan jaringan lain-lain.
g. Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberculosis paru
akibat adanya restriksi dan obstruksi saluarn pernapasan serta loss of
vascular bed/vascular thrombosis yang dapat meningkatkan gangguan
difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
h. Menggiggil
Dapat terjadi bila badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran
panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi
umum yang lebih hebat.
i. Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomontis untuk penyakit
tuberculosis paru. Keringat malam umuumnya baru timbul bila proses
telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat
malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul
bila ada panas.
j. Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia
yang timbul belakangan dan timbul lebih sering dikeluhkan bila proses
progresif.
k. Lemah badan
Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan
keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan. Karena itu harus di
analisa dengan baik dan harus lebih berhati-hati apabila dijumpai
perubahan sikap dan tempramen (misalnya penderita yang mudah
tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan,
anak yang tidak suka bermain, atau penderita yang kelihatan neurotik.
6. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tiak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Meurut (Sudoyo,2014) komplikasi TB dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasin lanjut :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,
pencet’s arthopathy.
b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis), kerusakan parenkim berat (Fibrosis Paru), korpulmonal,
amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar
dapat mencegah pengembangan resistensi obat. WHO telah menerapkan
strategis DOTS (Direct Observved Treatment Shortcourse) dimana
terdapat petugas kesehatan tambahan yang berfungsi secara ketat
mengawasi pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya. WHO
juga telah menetapkan panduan pengobatan standar yang membagi pasien
menjadi 4 kategori berbeda menurut definisi kasus TB nya.
1) Kategori I
Pasien TB Paru dengan Sputum BTA positif dan kasus baru. TB Paru
bisa ada bersamaan dengan TB berat lainnya seperti TB milier,
pleuritismasif atau bilateral, pericarditis, peritonitis, TB usus, saluran
kemih, meningitis. Bisa juga TB dengan Sputum BTA negative tetapi
kelainan parunya luas. Pengobatan pada fase awal (intensif)
panduannya terdiri dari 2 HRZE (S), setiap hari selama 2 bulan.
Sputum BTA yang awalnya positif, setelah 2 bulan terapi diharapkan
jadi negative dan terapi TB diteruskan dengan fase lanjutan. Apabila
Sputum BTA masih tetap positif diakhir bulan ke-2 fase awal, maka
fase awal tersebut diperpanjang selama 4 minggu lagi.
2) Kategori II
Kategori ini diberikan pada kasus kambuh atau gagal dengan Sputum
BTA positif. Tetapi fase awalnya 2 HRZE / 1 HRZE, dimana HRZE
diberikan setiap hari selama 3 bulan sedangkan S diberikan hanya di 2
bulan pertama. Bila Sputum BTA menjadi negative di akhir bulan ke-
3, maka fase lanjutan bisa segera dimulai. Tapi bila Sputum BTA
masih positif maka fase awal dengan HRZE diteruskan lagi selama 1
bulan. Bila pada akhir bulan ke-4 sputum BTA masih tetap positif,
lakukan kultur ulang Sputum BTA dan pbat dilanjutkan.
3) Kategori III
Disini terdapat TB Paru dengan Sputum BTA negative, tetapi kelainan
parunya tidak luas. Dulunya terapi cukup dengan paduan 2 HRZ atau 2
H3R3Z3E3 dan kemudian diteruskan dengan fase lanjutan 2 HR atau 2
H3R3. Dalam perkembangan ternyata paduan ini kurang baik karena
masih berpeluang untuk terjadinya kekambuhan sehingga paduannya
dirubah jadi sama dengan kategori I yakni 2 bulan fase awal dan
diteruskan dengan 4 bulan fase lanjutan.
4) Kategori IV
Disini terjadi TB kronik dimana Sputum BTA tetap positif walaupun
sudah menjalani terapi lengkap selama 6 bulan. Pada kelompok ni
mungkin sudah terjadi resistensi multi obat TB (Multi Drugs Resistant
Tuberculosis / MDBR-TB).
Menurut Kemenkes RI, 2014 pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan
tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud :
1) Tahap awal : pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien dengan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya
penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
2) Tahap lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan.
Tabel 2.1 Efek samping obat OAT
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) Bakteriosidik Neuropati perifer, psikosis tosik,
gangguan fungsi hati, kejang
Rifampisin (R) Bakteriosidik Flu syndrome, gangguan gastrointestinal,
urine berwarna merah, gangguan
gastrofungsi hati, trombositopeni,
demam, skin rash, sesak nafas, anemia
hemolitik
Pirazinamid (Z) Bakteriosidik Gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hati, gout artritis.
Streptomycin
(S)
Bakteriosidik Nyeri ditempat suntikan, gangguan
keseimbangan dan pendengaran, renjatan
anafilatik, anemia, agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol (E) Bakteriosidik Gangguan penglihatan, buta warna,
neuritis perifer
Sumber : Panduan Nasional Pelayanan Keperawatan Tuberkulosis Kemenkes RI, 2014
b. Penatalaksanaan Non- Farmakologis
Menurut Brunner & Suddart, 2013 beberapa penatalaksanaan pada pasien
dengan TB ialah sebagai berikut
1) Meningkatkan kebersihan jalan nafas
1) Dorong peningkatan asupan cairan
2) Ajarkan tentang posisi terbaik untuk memfasilitasi drainase
2) Dukung kepatuhan terhadap regimen terapi
3) Jelaskan bahwa TB merupakan penyakit menular dan bahwa
meminum obat adalah cara paling efektif dalam mencegah
transmisi
4) Jelaskan tentang medikasi, jadwal, dan efek samping obat anti- TB
5) Instruksikan tentang resiko resistensi obat jika regimen medikasi
tidak dijalankan dengan ketat dan berkelanjutan
6) Pantau tanda-tanda vital dengan seksama dan observasi lonjakan
suhu atau perubahan status klinis pasien
7) Ajarkan pemberi auhan bagi pasien yang tidak dirawat inap untuk
memantau suhu tubuh dan status pernapasan paien, laporkan setiap
perubahan pada status pernapasan pasien ke tenaga kesehatan
primer.
3) Meningkatkan aktifitas dan nutrisi yang adekuat
8) Rencanakan jadwal aktifitas progresif bersama pasien untuk
meningkatkan toleransi terhadap aktifitas dan kekuatan otot
9) Susun rencana pelengkap (komplementer) untuk meningkatkan
nutrisi yang adekuat. Regimen nutrisi makanan dalam porsi sedikit
namun sering dan suplemen nutrisi mungkin bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan kalori harian
4) Mencegah penyebaran infeksi TB
10) Jelaskan dengan pertahanan kepada pasien tentang tindakan
kebersihan yang penting dilakukan, termasuk perawatan mulut,
menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang
tissue dengan benar, dan mencuci tangan.
11) Laporkan setiap kasus TB ke departemen kesehatan sehingga orang
yang pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi selama stadium
menular dapat menjalani skrining dan kemungkinan terapi, jika
diindikasikan.
12) Informasikan pasien mengenai resiko menularkan TB ke bagian
tubuh lain (penyebaran atau perluasan infeksi TB ke lokasi lain
selain paru pada tubuh dikenal sebagai TB milier)
13) Pantau pasien secara cermat untuk mengetahui adanay TB milier.
Penanganan TB milier sama seperti penanganan untuk TB
pulmonal.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal drai proses keperawatan dan merupakan suati proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam memberikan asuahan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan
individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai
dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan
dan dalam meberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respons individu,
sebagaimana yang telah ditentukan oleh standar praktik keperawatan dari
American Nursing Association (ANA).
Menurut Somantri (2008), dalam proses keperawatan
a. Data pasien
Penyakit TB dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara lak-laki dan perempuan.
Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di darah
dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam
rumah sangat minim.
Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalmi TB luar
paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandinagan
3:1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang utama ditemukan pada
usia 3 tahun. Angka kejadian TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,
kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB Paru menyerupai kasus
pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada pau-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Menurut Somantri (2008) dan Kemenkes RI (2014) keluhan yang sering
muncul :
1) Keluhan utama : adanya gejala utama yaitu demam, batuk berdahak selam
2-3 minggu atau lebih, atau disertai gejala lain, yaitu batuk dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas (malaise), nafsu
makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam lebih dari satu bulan. Menurut Somatri (2008) jyga
menjelaskan beberapa keluhan yang dirasakan oleh pasien yaitu demam
(40-41°C) hilang timbul, batuk karena adanya iritasi bronkus sehingga
menyebabkan batuk kering dan berdahak, nyeri dada serta rasa sesak napas
akibat infiltrasi radang.
Somantri juga mengemukakan keluhan lain dari TB Paru ialah, malaise
atau rasa lemas akibat dari anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala,
nyeri otot hingga keringat malam. Perlu dinyatakan juga dengan siapa
pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai
penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
2) Sianosis, sesak napas, dan kolaps : merupakan gejala atelektaris. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan
hitam dan diafragma menonjol ke atas.
3) Tanda vital : suhu badan, frekuensi pernapasan, pola pernapasan, frekuensi
nadi, berat badan (turun atau tetap dalam 6 bulan terakhir), tekanan darah.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat, da tekanan darah biasanya
sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi
2) Breathing
a) Inspeksi
1.Bentuk dada dan gerakan pernapasan : pasien dengan TB Paru
biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya
penurunan proporsi anterior-posterior dibanding proporsi diameter
lateral.
2.Batuk dan Sputum : batuk produktif disertai adanya peningkatan
produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent
b) Palpasi
Gerakan dinding toraks anterior/ekskursi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal
dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan
dinding pernapaan biasanya ditemukan pada pasien TB Paru dengan
kerusakan parenkim paru yang luas. Pada pemeriksaan Takti Premitus
biasanya ada penurunan Taktil Premitus pada pasien TB Paru dengan
komplikasi efusi pleural massif, sehingga hantaran suara menurun.
c) Perkusi
Pada pasien TB paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada pasien dengan komplikasi
efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit
sesuai dengan akumulasi cairan.
d) Auskultasi
Pada pasien TB Paru bunyi napas tambahan ronchi pada sisi yang
sakit.
3) Brain
Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sionisis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian pbjektif, pasien
tampak wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan kongtiva anemis pada pasien
TB Paru yang hemaptoe, dan ikterik pada pasien TB Paru dengan
gangguan fungsi hati.
4) Bladder
Pengukuran volume output urin berhungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal
syok.
5) Bowel
Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
6) Bone
Aktifitas sehari-hari berkurang banyak pada pasien dengan TB Paru.
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola
hidup penetap (Muttaqin, 2009).
d. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurafif & Kusuma (2015) pmeriksaan penunjang pada pasien TB
meliputi :
1) Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
2) Pemeriksaan sputum BTA
Untuk memastikan diagnostik paru, namun pemeriksaan ini tidak spresifik
karena hanya 30-70% pasien yang dapat di diagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
3) Tes PAP (Peroksidae Anti Peroksidae)
Merupakan uji serologi imunosperoksidae memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4) Tes Mantoux/Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunosperoksidae memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basik TB
5) Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi
6) Becton Dickinson diagnostic instrument Sistemm (BACTEC)
Deteksi Growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
7) MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinoamannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam
jumlah memadai memakai warna sisr akan berubah
8) Pemeriksaan Radiologi : Rontgen Thorax PA dan Lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segment apical
lobus bawah
b) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
c) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
e) Adanya klasifikasi
f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g) Mayangan millier
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan mengubah (Nusalam, 2008).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB menurut Somantri (2008) dan
Yasmara & Nursiswanti (2016) ialah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-
perfusi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuat nya mekanisme
pertahanan diri, kurang pengetahuan
e. Resikp gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perasaan malu.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada TB paru menurut Somantri (2008) dan Yasmara &
Nursiswanti (2016) adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
1) Pasien mengatakan bahwa batuk berkurang/hilang, tidak ada sesak dan
secret berkurang
2) Suara nafas normal (vesikuler)Frekuensi nafas 16-20 kali permenit
3) Tidak ada dyspnea
Rencana tindakan :
1) Kaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan
kedalaman nafas serta catatan pula apabila menggunakan bantuan
otot napas tambahan.
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret/batuk secara efektif
Rasional : ketidak mampuan mengeluarkan sekret menjadikan
timbulnya penumpukan berlebihan pada saluran pernapasan.
3) Atur posisi tidur semi fowler atau fowler, bantu berlatih batuk
secara efektif dan tarik nafas dalam
Rasional : posisi semi fowler/fowler memberikan kesempatan
paru-paru berkembang secara maksimal akibat diafragma turun
kebawah. Batuk efektif mempermudah ekspetorasi mukus.
4) Bersihkan sekret dari dalam mlut dan trakea, suction jika
memungkinkan
Rasional : pasien dalam kondisi sesak cenderung untuk
bernapas melalui mulut yang jika tidak di tindak lanjuti akan
mengakibatkan stomatitis.
5) Anjurkan minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontrandikasi
Rasional : air digunakan untuk menggantikan keseimbangan
cairan tubuh akibat cairan banyak keluar melalui pernapasan.
Air hangat akan mempermudah pengenceran sekret melalui
proses konduksi yang mengakibakan arteri pada area sekitar
leher vasodiltasi dan mempermudah cairan dalam pembuluh
darah dapat diikat oleh mukus/sekret.
6) Kolaborasi
a) Berikan O2 udara inspirasi yang lembab
Rasional : berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial
O2 dan saturasi O dalam darah.
b) Berikan mukolitik, bronkodilator
Rasional : berfungsi untuk mengencerkan dahak,
memperlebar saluran pernapasan.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
apect paru, atau atelectasis paru
Tujuan : tidak terjadi gangguan pertukaran gas
Kriteria hasil :
1) Tidak ada sianosis dan dispneu
2)Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3)Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
GDA dalam rentang normal
Rencana tindakan :
1) Kaji dyspnea, takipnea, suara nafas abnormal, peningkatan
upaya pernapasan, keterbatasan ekspansi dinding dada dan
keletihan
Rasional : TB Paru meningkatkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus yang
luas, nekrosis, efusi pleura, fibrosis yang luas. Efeknya
terhadap pernapasan bervariasi dan gejala ringan, dyspnea
berat, sampai distress pernapasan.
2) Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk membrane
mukosa dan bantalan kuku.
Rasional : akumulasi sekret dan berkuranya jaringan paru yang
sehat dapat meggangu oksigenasi organ vital dan jaringan
tubuh.
3) Demonstrasikan dan dorong pernapasan dengan mendorong
bibir selama ekshalasi.
Rasional : membuat tahanan melawan udara luar untuk
mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga
membantu menyebarkan udara melalui paru dan
menghilangkan atau menurunkan nafas pendek.
4) Tingkatkan tirah baring, atau batasi aktivitas dan bantu
aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Rasional : menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya
gejala.
5) Kolaborasi dengan pantau GDA dan oksimetri nadi, dan beri
oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : mencegah pengeringan membrane mukosa,
membantu pengenceran sekret.
c. Keridaksamaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi tidak kurang/seimbang
Kriteria hasil :
1) Mual hilang/berkurang
2)Nafsu makan meningkat
3)Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan cenderung stabil
4) Hasil analisis laboratorium dalam rentang normal
Rencana tindakan :
1) Dokumentasikan status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat
badan saat ini, tingkat kehilangan berta badan, integritas mukosa
mulut, nausea.
Rasional : menjadi data fokus untuk menentukan rencana tindakan
selanjutnya.
2) Berikan oral care sebelum dan sesudah penata laksanaan respiratori
Rasional : meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan
meningkatkan perasaan nafsu makan.
3) Anjurkan makan sedikit tapi sering dengan diet TKTP
Rasional : meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien,
terutama kadar protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme
tubuh dalam proses penyembuhan.
4) Kolaborasi :
a) Anjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
Rasional : menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi
pasien.
b) Monitor pemeriksaan laboratorium, misal ; BUN, serum
protein, dan albumin
Rasional : mengontrol keefektifan tindakan terutama dengan
kadar protein darah.
c) Berikan vitamin sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan komposisi tubuh akan kebutuhan
vitamin dan nafsu makan pasien.
d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuat nya
mekanisme pertahanan diri, kurang pengetahuan
Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi selam perawatan
Kriteria hasil ;
1)Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan
2)Pasien dapat menunjukan perilaku sehat (menutup mulut ketika batuk atau
bersin)
3)Tidak anggota keluarga/orang terdekat yang tertular penyakit seperti
penderita
Rencana tindakan :
1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui
droplet selama batuk, berssin, meludah, berbicara, tertawa.
Rasional : untuk mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase
inaktif tidak berarti tubuh pasien sudah terbebas dari kuman
tuberculosis.
2) Identifikasi resiko penularan kepada orang lain seperti anggota
keluarga dan teman dekat. Instrusikan kepada pasien jika
batuk/bersin maka ludahkan ke tissue.
Rasional : mengurangi resiko anggota keluarga untuk tertular
dengan penyakit yang sama dengan pasien.
3) Anjurkan penggunaan tissue untuk membuang sputum. Mereview
pentingnya mengontrol infeksi, misalnya dengan menggunakan
masker.
Rasional : penyimpanan sputum pada wadah yanf terdesinfeksi dan
penggunaan masker dapat meminimalkan penyebaran infeksi
melalui droplet.
4) Monitor suhu sesuai indikasi
Rasional : peningkatan suhu menandakan terjadinya infeksi
sekunder.
5) Kolaborasi
a) Dalam pemberian agen anti infeksi sesuai indikasi.
Rasional : kombinasi agen anti infesi digunakan contohnya 2
obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder
b) Awasi pemeriksaan laboratorium contoh hasil usap sputum.
Rasional : pasien yang mengalami 3 usapan negative, perlu
menaati program obat, dan simtomatik akan di klasifikasikan
tak menyebar.
e. Resiko gangguan harga diri rendah berhuungan dengan perasaan malu
Tujuan : harga diri pasien dapat terjaga/tidak terjadi gangguan harga diri
rendah
Kriteria hasil :
1)Pasien menunjukan aspek positif dari dirinya
2)Pasien mampu bergaul dengan oarang lain tanpa merasa malu.
Rencana tindakan :
1) Kaji ulang konsep diri pasien
Rasional : mengetahui aspek diri yang negative dan positif,
memungkinkan perawat menentukan rencana lanjutan.
2) Berikan penghargaan pada setiap tindakan yang mengarah kepada
peningkatan harga diri.
Rasional : pujian dan perhatian akan meningkatkan harga diri
pasien.
3) Jelaskan tentang kondisi pasien
Rasional : pujian dan perhatian akan meningkatkan harga diri
pasien.
4) Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan
Rasional : perlibatan pasien dalam kegiatan akan meningkatkan
mekanisme koping pasien dalam menangani masalah.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencan intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap implementasi dilakukan sesuai rencana menggunakan
berbagai media dan sumber yang tersedia disekitar pasien. Setelah rencana
intervensi disusun kemudian ditujukan kepada perawat untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Dalam pelaksanaan keperawatan TB terdapat beberapa
tindakan prioritas yang dapat dilakukan menurut Kemenkes RI (2014) :
a. Meningkatkan/mempertahankan ventilasi
b. Mencegah penyebaran infeksi pada pasien lain, keluarga dan tenaga kesehatan
lain termasuk perawat dan dokter.
c. Memberikan minum air hangat, latihan batuk efektif, latihan nafas dalam,
inhalasi sederhana bila produksi sputum banyak dan kental.
d. Memberikan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh dan mengajarkan cara-cara
memenuhi nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.\
e. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
f. Mengajarakan etika batuk.
g. Mendukung perilaku hidup sehat dan meningkatkan strategi koping efektif
untuk mempertahankan kesehatan.
h. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
i. Memastikan pengobatan tuntas, memantau perkembangan pengobatan,
mengidentifikasi efek samping obat dan memberikan alternative untuk
mengatasi efek samping pengobatan.
j. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat dan OAT.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dapat dilakuka pada tahap proses dan tahap akhir. Evaluasi menilai
perubahan status kesehatan pasien sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
Indikator evaluasi tahap proses diantaranya tidak ada ronchi, tidak sesak,
perubahan kualitas makan, peruabahan kualitas tidur, harga diri meningkat,
sementara indikator evaluasi tahap akhir terjadi kenaikan berat badan, pasien
patuh minum obat sesuai program, pasien tidak drop out pengobatan, pasien
sembuh dinyatakan dengan hasil BTA Negative. (Kemenkes RI, 2014).