bab ii tinjauan teori a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38894/3/bab ii.pdf · b.1....
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Veno (2015) melukakan penelitian yang bertujuan untuk menentukan
dampak dari mekanisme atau praktek good corporate governance yang
diproksikan dengan dewan direksi, komisaris independen, total dewan komisaris,
dan komite audit pada kinerja kuangan perusahaan. Teknik sampling yang
digunakan adalah puposive sampling. Kriteria dalam menentukan sampling yang
dipilih harus memenuhi kriteria yaitu perusahaan go public yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2011-2013.
Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan, ada 31 perusahaan go
public yang masuk dalam kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan
direksi, komisaris independen, total dewan komisaris, dan komite audit
berpengaruh terhadap kinerja kuangan perusahaan (ROE) (Veno, 2015).
Menurut Widagdo dan Chariri (2014) berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan, bahwa penerapan good corporate governance
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE,
NPM, dan ROE). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan good corporate
governance yang sesuai dengan peraturan yang berlaku akan mendorong
perusahaan dalam meningkat kinerja perusahaan. Semakin baik sistem yang
dipergunakan di suatu perusahaan akan membuat pengelolaan kegiatan operasi
dan pengelola modal yang dimiliki oleh perusahaan semakin baik, sehingga laba
10
bersih yang ingin dicapai perusahaan dapat ditingkatkan (Widagdo dan Chariri,
2014).
Menurut Martsila dan Meiranto (2013) dengan penelitian pengaruh
corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini
menguji pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, konsentrasi
kepemilikan, dan leverage terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu ROA,
ROE, PER, dan Tobin’s Q. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA, tetapi berpengaruh negatif signifikan terhadap
PER. Konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan
ROE, tetapi terhadap PER berpengaruh negatif signifikan. Leverage berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROE, PER dan Tobin’s Q. Penelitian ini juga
menemukan pengaruh positif signifikan terhadap antara ukuran perusahaan
dengan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA, ROE, PER,
dan Tobin’s Q (Martsila dan Meiranto, 2013).
Menurut Arifani (2012) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan, bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hasil ini mengindentifikasikan, bahwa dibentuknya komite audit
untuk mengawasi manajemen dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini mengindikasikan kepemilikan saham oleh institusi diluar
perusahaan mampu menjadi pengawas dalam pengambilan keputusan oleh
11
manajeman sehingga tercipta kinerja perusahaan yang baik. Komisaris
independen juga terbukti memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil
penelitian ini dalam kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa tidak memiliki
pengaruh dalam kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan manajerial minoritas
tidak dapat mempengaruhi meningkatnya kinerja keuangan perusahaan karena
pengambilan keputusan manajemen masih dipengaruhi oleh pemegang saham
yang lebih besar (Arifani, 2012)
Menurut Widhianningrum dan Amah (2012) dalam penelitian ini teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan metode sampling
judgement. Berdasarkan metode purposive sampling ada 28 perusahaan yang
memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen
berpengaruh negatif pada kinerja keuangan perusahaan. Hal ini membuktikan
bahwa komisaris independen hanyalah sebuah formalitas yang digunakan dalam
memenuhi aturan. Sehingga tanggung jawab komisaris menjadi tidak efektif dan
kinerja perusahaan akan mengalami penurunan (Widhianningrum dan Amah,
2012).
Menurut Kusumastuti (2013) dalam penelitian ini good corporate
governance diprosikan dengan komite audit, dewan direksi, kualitas KAP, dan
komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan diperoleh
sampel sebanyak 88 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan
direksi dan kualitas KAP berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan,
12
sedangkan komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan (Kusumastuti, 2013).
Menurut Wijayanti dan Mutminah (2012) dari hasil analisis data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan, variabel ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan. Sedangkan variabel kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi,
rapat dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan jumlah komite audit
tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan
perbankan (Wijayanti dan Mutmainah, 2012).
Kesimpulan dari penelitian terdahulu bahwa komisaris independen
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Veno (2015), penelitian ini sejalan dengan hasil Arifani
(2012), sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Widhianningrum dan Amah
(2012) penelitian tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen tidak
mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Untuk ukuran dewan
komisaris dan dewan direksi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan sesuai hasil penelitian yang dilakukan Veno (2015), Martsila dan
Meiranto (2013), dan Kusumastuti (2013), sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan Wijayanti dan Mutmainah (2012) menunjukkan bahwa dewan
komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Sedangkan komite audit memliki pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widagdo dan Chariri (2013),
Veno (2015), dan Kusumastuti (2013). Untuk kepemilikan manajerial tidak
13
memeliki pengaruh sesuai terhadap kinerja keuangan perusahaan sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Arifani (2012), sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Martsila dan Meiranto (2013) dengan hasil penelitian bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
B. Teori dan Kajian Pustaka
B.1. Teori Keagenan (Agency Teory)
Teori Agensi merupakan dasar dalam memahmi corporate governance.
Hubungan keagenan yaitu suatu hubungan kontrak anatra principal (investor) dan
agent (manajemen) (Jensen dan Meckling, 1976). Principal mendelegasikan
wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola suatu perusahaan kepada para
manajer (Lestari, 2013). Konflik kepentingan antara agen dan pemilik bisa terjadi,
karena kemungkinan agen tidak bertindak sesuai dengan kepentingan pihak
principal sehingga akan memunculkan biaya keagenan (agency cost). Manajer
(agent) memiliki tanggung jawab secara moral dalam mengoptimalkan
keuntungan para investor dengan kompensasi sesuai dengan kontrak. Oleh karena
itu, terdapat dua kepentingan di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak
memliki tujuan yang ingin dicapai dalam mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendaki (Sabrinna, 2010).
Teori agensi menggunakan tiga sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia
pada dasarnya memiliki sifat egois atau mementingkan diri sendiri (self interest),
(2) manusia memiliki daya pikir yang terbatas dalam hal persepsi masa
mendatang (bounded rationally), (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse) ((Eisenhardt, 1989). Berdasarkan prinsip tiga sifat dasar manusia tersebut
14
manajer sebagai manusia kemungkinan besar bertindak berdasarkan kepentingan
pribadinya (opportunistik) (Wibisono, 2004).
Hubungan Agency teory mengakibatkan dua permasalahan yaitu pertama,
terjadinya informasi asimetris, dimana manajemen memiliki informasi yang lebih
mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi dari entitas pemilik, dan
kedua, terjadinya konflik kepentingan yang dikarenakan adanya ketidaksamaan
tujuan, dimana manajemen dalam bertindak tidak selalu sesuai dengan
kepentingan pemilik (Messier et al., 2006). Asimetri informasi terjadi dikarenakan
principal (Pemilik perusahaan) tidak berperan aktif dalam manajemen informasi
dan terjadinya ketidakseimbangan informasi antara pihak penyedia informasi
(manajemen) dengan pihak pemegang saham (stakeholders) sebagai pengguna
informasi.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) konflik kepentingan dapat terjadi
antara pihak-pihak yang berhubungan seperti pemegang saham dengan manajer
perusahaan (agency cost of equity) atau pemegang saham dengan kreditur (agency
cost of debt). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan
yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat mengurangi asimetri
konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan. Manajer sebagai pengelola
informasi dapat memberikan sinyal kepada pemegang saham mengenai kondisi
keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, karena pengelola
informasi lebih banyak mengetahui informasi yang sesungguhnya dibandingkan
dengan pemegang saham. Sinyal tersebut dapat dilakukan dengan menerbitkan
laporan keuangan. Sehingga dalam hubungan keagenan, manajemen diharapkan
15
membuat suatu kebijakan perusahaan berbentuk kebijakan keuangan yang
menguntungkan pemilik perusahaan (principal). Oleh karena itu, pihak
manajemen berkewajiban memberikan informasi kondisi perusahaan terhadap
pemilik perusahaan. Informasi kondisi perusahaan tersebut digunakan sebagai
bentuk monitoring tambahan yang dilakukan pemilik perusahaan (principal) untuk
mengatur prilaku agen.
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan
kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan (Sabrinna, 2010). Corporat governance berhubungan dengan
bagaimana investor yakin akan dana yang di investasikan dapat memberikan
keuntungan dan tidak dicuri atau menginvestasikan ke dalam proyek yang tidak
menguntungkan bagi pihak investor (Sabrinna, 2010). Dengan kata lain corporate
governance diharapkan dapat menurunkan atau menekan biaya keganenan
(agency cost).
B.2. Good Corporate Governance (GCG)
a. Pengertian Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Comittee di tahun1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan
keuangan yang kemudian dikenal dengan Cadbury Report. Cadbury menjelaskan
Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan (Cadbury, 1992).
16
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG, 2011)
Corporate Governance dimaknai sebagai serangkaian mekanisnme untuk
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar sesuai dengan harapan para
pemangku kepentingan.
Forum for Corporate Governance in Indonesian (FCGI, 2001) Corporate
governance didefinisikan sebagai “seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola), pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban, atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”.
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance
sebagai kumpulan dari hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi
agar dapar mendorong kinerja dari sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi
secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar
keseluruhan (Effendi, 2016).
Menurut Effendi (2016), good corporate governance adalah suatu sistem
pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama untuk mengelola
suatu resiko yang signifikan dalam memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham
dalam jangka panjang.
Jadi good corporate governance adalah suatu sistem dan seperangkat
peraturan yang mengatur dan mengendalikan hubungan antara pihak-pihak yang
17
berkepentingan baik dari pihak internal maupun pihak eksternal yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka dengan perusahaan yang diatur dalam
sistem pengawasan dan pengendalian perusahaan yang mengacu pada tujuan
perusahaan (Djazilah, 2017). Oleh karena itu, good corporate governance dapat
mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan pelanggaran dalam mengelola suatu perusahaan.
b. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Adapun manfaat yang akan diperoleh perusahaan dari penerapan good
corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesian
(FCGI, 2001) adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan kinerja perusahaan
dengan terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik, meningkatkan
efisiensi operasional perusahaan, dan meningkatkan pelayanan terhadap
stakeholders, (2) Mempermudah perusahaan dalam memperoleh dana dan
pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value, (3)
Mengembalikan kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya di
Indonesia, (4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena akan meningkatkan Shareholders value dan deviden.
Penerapan corporate governance menurut Sabrinna (2010) dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang ditanggung pemegang
saham karena penyalahgunaan wewenang akibat dari pendelegasian
wewenang kepada pihak manajemen.
18
2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak menurunnya
tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam perusahaan sejalan
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
3. Menciptakan dukungan para stakeholders dalam lingkungan perusahaan
terhadap keberadaan berbagai strategi perusahaan dan kebijakan yang
ditempuh perusahaan.
Jadi penerapan good corporate governance memberikan manfaat yang
cukup besar terhadap suatu perusahaan seperti good corporate governance dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengambilan suatu perusahaan, good
corporate governance dalam mempermudah perusahaan dalam mendapatkan dana
yang digunakan dalam pembiayaan operisional perusahaan, dan good corporate
governance dapat mengurangi biaya agency cost dan biaya modal pada suatu
perusahaan.
c. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip utama dari good corporate governance yang menjadi
indikator biasanya dikenal dengan singkatan TARIF, yaitu Transparency
(transparansi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility (responsibilitas),
Independency (independensi), dan Fairness (kesetaraan). Berikut penjelasan dari
masing-masing prinsip corporate governance berdasarkan pedoman umum good
corporate governance yang dikembangkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG, 2006) adalah sebagai berikut:
19
1. Transparency (Transparansi)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
untuk diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan syarat yang diperlukan dalam mencapai suatu kinerja yang
berkesinambungan.
3. Responsibility (Responsibilitas)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independency (Independen)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
20
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak-
pihak lain.
5. Fairness (Keadilan)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Pedoman tentang good corporate governance yang dimuat dalam Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dijadikan kode etik perusahaan dalam
memberikan acuan kepada pelaku usaha dalam melaksanakan good corporate
governance secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting, mengingat
kecendrungan aktivitas usaha yang semakin global sehingga prinsip-prinsip
corporate governance yang terdiri dari keadilan, akuntabilitas, transparansi, dan
independen dapat dijadikan acuan dalam mengukur kinerja perusahaan untuk
menghasilkan suatu kinerja yang lebih baik.
d. Sturuktur Good Corporate Governance
1. Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat umum pemegang saham merupakan struktur tertinggi yang dapat
mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang
saham dalam melakukan kontrol terhadap manajemen (Bukhori, 2012).
Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan wadah atau tempat bagi para
pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan
modal yang di tanam dalam perusahaan dengan memperhatikan ketentuan
21
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Pemegang saham sebagai
pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab untuk menentukan
keberlangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Rapat umum pemegang
saham bisa juga dijadikan bahan untuk mengevaluasi dan mengontrol kinerja dari
dewan komisaris dan direksi agar sesuai dengan pelaksanaan good corporate
governance. Oleh karena itu, rapat umum pemegang saham dapat menghasilkan
suatu keputusan yang penting bagi keberlangsungan usaha perusahaan dalam
jangka panjang.
2. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang ada dalam
suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris
merupakan bentuk praktis dari teori agensi (Bukhori, 2012). Di dalam sebuah
perusahaan, dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan
mengontrol oportunis manajemen (Bukhori, 2012). Oleh karena itu, dewan
komisaris menjebatani kepentingan principal dan agent dalam suatu perusahaan.
Dewan komisaris sabagai bagian perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
dalam melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada dewan direksi untuk
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance
(KNKG, 2006).
Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kinerja direksi untuk
memperoleh kebebasan tanggung jawab dari rapat umum pemegang saham.
Pertanggungjawaban dewan direksi kepada rapat umum pemegang saham
merupakan pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam pelaksanaan good
22
corporate governance. Fungsi dari dewan komisaris yang termasuk dalam
komisaris independen mencangkup dua hal berikut yaitu mengawasi direksi
perusahaan untuk mencapai kinerja dalam business plan dan memberikan
masukan atau nasihat kepada direksi mengenai suatu penyimpangan pengelola
usaha yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan memantau penerapan dan
efektivitas dari praktek good corporate governance (Sutedi, 2015). Dewan
komisaris sebagai pengawas perlu memberikan saran atas kinerja perusahaan dan
dapat membantu memeriksa pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di dalam
kinerja perusahaan. Oleh karena itu, professional antara masing-masing divisi
suatu perusahaan menjadil hal yang dapat menentukan nasihat yang keluar dari
dewan komiaris.
3. Ukuran Dewan Direksi
Direksi merupakan organ perusahaan yang memiliki tugas dan tanggung
jawab secara kolegial dalam mengelola suatu perusahaan (KNKG, 2006).
Pengelolaan perusahaan yang dilakukan dewan direksi bertujuan untuk
menghasilkan profitabilitas (keuntungan) untuk memastikan kesinambungan
hidup perusahaan. Dewan direksi memiliki peran yang begitu besar dalam
perusahan dan memiliki pertanggungjawaban penuh atas segala bentuk
operasional yang ada di perusahaan. Anggota direksi dipilih dan diberhentikan
oleh rapat umum pemegang saham melalui proses yang transparan.
Direksi memiliki pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam
bentuk laporan tahunan yang memuat laporan kegiatan perusahaan, laporan
keuangan, dan laporan pelaksannan good corporate governance. Laporan tahunan
23
yang dibuat oleh direksi harus memperoleh persetujuan dari rapat umum
pemegang saham. Pertanggungjawaban yang dilakukan direksi sebagai bentuk
perwujudan akuntabilitas perusahaan dalam melaksanakan asas good corporate
governance. Fungsi dari direksi menurut Komite Nasional Kebijakan Governance
(2006) sebagai berikut
1. Kepengurusan
Dalam kepengurusan dewan direksi harus membuat atau menyusun visi,
misi, dan nilai-nilai perusahaan serta program jangka panjang dan jangka pendek
perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh dewan komisaris dan rapat umum
pemegang saham. Selain itu direksi harus mampu dalam mengendalikan
sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan dan membuat tata tertib dan pedoman
kerja kepada karyawannya dalam melaksanakan tugas agar dapat terarah dan
efektif serta dapat digunakan sebagai alat penilaian dalam kinerja perusahaan.
2. Manajemen Resiko
Direksi membuat dan melaksanakan suatu sistem manajemen resiko
perusahaan yang mencangkup seluruh aspek kegiatan yang ada di perusahaan.
Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan baik, perusahaan
memerlukan penanggung jawab terhadap pengendalian resiko tersebut.
3. Pengendalian Internal
Dalam pengendalian internal, dewan direksi harus menyusun dan
melaksanakan sistem pengendalian internal yang handal dalam menjaga kekayaan
dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.
4. Komunikasi
24
Dewan direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara
perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi
sekretaris perusahaan. Sekretaris perusahaan memiliki tanggung jawab kepada
direksi dan setiap laporan pelaksanaan tugas sekretaris perusahaan harus
disampaikan kepada dewan komisaris.
5. Tanggung Jawab Sosial
Dalam mempertahankan kesinambungan perusahaan, direksi diharapkan
mampu memastikan terpenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan. Dewan
direksi harus mempunyai perencanaan yang jelas dan fokus dalam melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.
B.3. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja kuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaaan keuangan perusahaan tersebut
(Dwiermayanti, 2009). Kinerja keuangan perusahaan sebagai alat ukur dalam
mengukur kualitas suatu perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan
dilakukan untuk melakukan pengendalian dan perbaikan atas suatu kegiatan
operasional perusahaan (Veno, 2015). Kinerja kuangan perusahaan dapat diukur
dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan.
Informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan, terutama profitabilitas
diperlukan dalam menilai suatu perubahan sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan dengan parameter kinerja tersebut adalah laba (IAI,
2007). Laba bagi suatu perusahaan merupakan hal yang penting dan diperlukan
25
dalam komponen keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Laba di suatu
perusahaan dapat memberikan sinyal yang baik mengenai kinerja operasional
perusahaan di tahun berikutnya. Dengan adanya peningkatan laba dari tahun ke
tahun, akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja perusahaan.
Salah satu dasar penilaian mengenai kondisi kinerja keuangan disuatu
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba (Fahmi,
2011). Oleh karena itu adanya penilaian kinerja akan membantu perusahaan dalam
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya untuk
menentukan keputusan-keputusan mendesak di masa yang akan datang. Dalam
penelitian ini peneliti ingin mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan
Return On Equity (ROE).
Menurut Brigham and Houston (2015) menyatakan ROE merupakan rasio
laba bersih terhadap ekuitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian atas
investasi pemegang saham biasa. Dengan kata lain return on equity digunakan
untuk mengukur tingkat evektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan (Rossi dan Penggabean,
2012). ROE merupakan rasio yang membandingkan laba sesudah pajak dengan
total ekuitas. ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang tinggi untuk para pemegang saham dan
menunjukkan pertumbuhan perusahaan kedepannya (Wati, 2013). Oleh karena itu,
semakin tinggi nilai atau hasil ROE yang di peroleh maka menunjukkan semakin
26
efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan atau laba (Rossi dan Penggabean, 2012).
C. Perumusan Hipotesis
C.1. Pengaruh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terhadap kinerja
keuangan perusahaan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perusahaan
yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu perusahaan. Sebagai struktur
tertinggi, RUPS perusahaan memiliki kewenangan untuk mengangkat dan
memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang saham dalam
melakukan kontrol terhadap manajemen (Bukhori, 2012). Pemegang saham
sebagai pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab untuk menentukan
keberlangsungan hidup perusahaan di masa mendatang.
Adanya hak dan tanggung jawab tersebut dikarenakan pemilik modal telah
memberikan wewenang kepada perusahaan untuk mengelola kekayaannya.
Sehingga pemilik modal mempunyai harapan bahwa dengan memberikan
wewenang kepada perusahaan untuk dikelola maka mereka akan memperoleh
keuntungan. Rapat umum pemegang saham bisa juga dijadikan bahan untuk
mengevaluasi kinerja dari dewan komisaris dan direksi agar sesuai dengan
pelaksanaan good corporate governance. Oleh karena itu, dalam rapat umum
pemegang saham dapat menghasilkan suatu keputusan yang penting bagi
keberlangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang tujuannya untuk
meningkatkan kinerja keuangan dari suatu perusahaan.
27
: Rapat Umum Pemegang Saham berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
C.2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja keuangan
perusahaan
Pendelegasian principal kepada agent membuat principal tidak dapat
mengawasi kinerja manajer, sehingga keputusan manajer sering tidang sesuai
dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Dibentuknya dewan
komisaris untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan pengawasan dan
memastikan bahwa perusahaan sudah melaksanakan corporate governance
(Widagdo dan Chariri, 2014).
Berdasarkan pedoman good corporate governance di Indonesia secara
hukum dewan komisaris memiliki tugas untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasehat kepada dewan direksi. Oleh karena itu banyaknya jumlah
dewan komisaris, maka akan membantu pengawasan terhadap dewan direksi akan
lebih baik dan masukan atau motivasi atas kinerjanya menjadi lebih banyak.
Sehingga kinerja manajemen akan lebih baik dan dapat meningkatkan kinerja dari
suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Veno (2015) dan Martsila dan
Meiranto (2013) mengatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
C.3. Pengaruh ukuran dewan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan
Dewan direksi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu
perusahaan. Dewan direksi memiliki tugas untuk menentukan arah segala sumber
daya yang dimiliki perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek
28
(Bukhori, 2012). Dewan direksi salah satu mekanisme yang sangat penting dalam
good corporate governance, dimana kinerjanya menentukan kinerja perusahaan
(Sulistyowati, 2017). Semakin besar ukuran dewan direksi, maka semakin tinggi
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan dapat memberikan
masukan dalam menyelesaikan masalah yang beragam. Dengan kata lain, dewan
direksi mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Veno (2015) dan Kusumastuti (2011) mengatakan bahwa dewan
direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka yang sudah
diuraikan bahwa rapat umum pemegang saham dapat menghasilkan suatu
keputusan yang penting bagi keberlangsungan usaha dalam jangka panjang yang
tujuannya untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Ukuran dewan
komisaris yang sudah dijelaskan oleh Veno (2015) dan Martsila dan Meiranto
(2013) yang mengatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dilihat dari fungsinya dibentuk dewan komisaris untuk bertanggung
jawab dalam melaksanakan pengawasan dan memastikan bahwa perusahaan
sudah melaksanakan corporate governance (Widagdo, 2014). Selain itu ukuran
dewan direksi menurut Veno (2015) dan Kusumastuti (2011) mengatakan bahwa
dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dewan direksi
merupakan salah satu mekanisme yang sangat penting dalam good corporate